Anda di halaman 1dari 10

MAKALAH

PENDAMPINGAN KLIEN SAAT SAKIT DAN TATA CARA IBADAH

AGAMA BUDDHA

KELOMPOK 4

1. ANDREAS ANGGA F 113063C118002


2. APRILINO GIANTO 113063C118004
3. GITA GLORY SABATINI 113063C118011
4. HELENA I.F REYAAN 113063C118013
5. JOHANA RISKIA M 113063C118015
6. JUAN ALFIANSYAH 113063C118016
7. NENI TRIANA 113063C118027
8. KRISTIA MATIUS 113063C118018
9. PASKALA NAKABAHUM 113063C118031
10. MEILINIA TIRSA 113063C118021

DOSEN PENGAMPU :

SEKOLAH TINGGI ILMU KEPERAWATAN SUAKA INSAN


BANJARMASIN

TAHUN 2018/2019
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas berkat dan
rahmat-Nya makalah ini dapat kami selesaikan dengan baik dan tepat waktu.
Tidak lupa kami juga mengucapkan termikasih kepada pihak yang membantu
tersusunnya makalah ini. Kami berharap makalah ini dapat menambah pegetahuan
dan wawasan bagi para pembaca. Namun terlepas dari itu, kami memahami bahwa
makalah ini masih jauh dari kata sempurna sehingga kami sangat mengharapkan
kritik dan saran dari pembaca yang bersifat membangun.

Banjarmasin, 17 November 201


BAB 1

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Agama Buddha lahir di India sekitar abad ke-5 S.M. Agama ini
lahir sebagai reaksi terhadap agama Hindu terutama karena
keberadaan kasta. Pembawa agama Buddha adalah Sidharta
Gautama (563-486 S.M).
Sidharta Gautama adalah seorang putra dari Raja Suddhodana dari
Kerajaan Kosala di Kapilawastu. Untuk mencari pencerahan hidup,
ia meninggalkan Istana Kapilawastu dan menuju ke tengah hutan
di Bodh Gaya.

Sidharta Gautam Ia bertapa di bawah pohon (semacam pohon


beringin) dan akhirnya mendapatkan bodhi, yaitu semacam
penerangan atau kesadaran yang sempurna. Pohon itu kemudian
dikenal dengan pohon bodhi.
Sejak saat itu, Sidharta Gautama dikenal sebagai Sang Buddha,
artinya yang disinari. Peristiwa ini terjadi pada tahun 531 SM. Usia
Sidharta waktu itu kurang lebih 35 tahun. Wejangan yang pertama
disampaikan di Taman Rusa di Desa Sarnath.

Dalam ajaran Agama Buddha manusia akan lahir berkali-kali


(reinkarnasi). Hidup adalah samsara, menderita, dan tidak
menyenangkan. Menurut ajaran Buddha, hidup manusia adalah
menderita, disebabkan karena adanya tresna atau cinta, yaitu cinta
(hasrat/nafsu) akan kehidupan.
B. Rumusan masalah

1. Mengetahui konsep nilai dan keyakinan agama buddha


2. Tata cara dan pendampingan pasien dalam acaran buddah

C. Tujuan

Untuk mengetahui konsep nilai dan keyakinan agama buddha, tata cara
dan pendampingan pasien dalam acaran buddha.

BAB II

ISI
A. PENDAMPINGAN KLIEN SAAT SAKIT AGAMA BUDDHA

Agama Buddha ialah suatu kepercayaan atau perwujudan atau kepercayaan


manusia akan adanya daya pengendalian yang istimewa dan terutama dari suatu
manusia yang harus ditaati dan pengaruh pemujaan dari atas perilaku manusia

TATA LAKSANA

A. Tata Laksana Pelayanan Kerohanian Keluarga Pasien (Eksternal)


1. Rumah Sakit membantu dan menyediakan pelayanan kerohanian, fasilitas
dan kebutuhan yang sesuai pada saat pelaksanaan kegiatan kerohanian
kepada pasien yang dilakukan oleh pemuka agama yang didatangkan dari
dari luar Rumah Sakit.
2. Pasien atau keluarga pasien rawat inap di Rumah Sakit membutuhkan
pelayanan kerohanian oleh pemuka agama yang ditunjuk secara langsung
dari pihak keluarga pasien.
3. Pasien atau keluarga pasien mengutarakan maksud tersebut kepada
perawat yang bertugas untuk membantu proses pelaksanaannya.
4. Petugas rawat inap mengakomodir kebutuhan pasien dan memberikan
formulir permintaan pelayanan kerohanian sendiri (dari keluarga pasien)
sebagai permintaan tertulis dari keluarga pasien.
5. Petugas menyediakan fasilitas dan sarana yang dibutuhkan demi
kelancaran proses kerohanian pasien.
6. Pemuka agama yang didatangkan oleh pihak keluarga pasien dapat
membantu dalam proses pemberian pelayanan kerohanian terhadap pasien
selama waktu yang dianggap cukup.
7. Dalam proses pelayanan kerohanian yang dilakukan, pihak keluarga tetap
menjaga ketertiban dan sopan santun dengan pasien yang terdapat pada
ruangan tersebut.
8. Pelaksanaan pelayanan kerohanian dilakukan di ruangan perawatan yang
diupayakan sedemikian sehingga tidak akan mengangu keberadaan pasien
lainnya di ruangan tersebut atau di ruang Pastoral Konseling bila keadaan
pasien memungkinkan.
9. Setelah melaksanakan pelayanan kerohanian, petugas pelayanan mengisi
data pelayanan dan memberi tanda tangan pada lembaran form permintaan
pelayanan kerohanian dan buku pelayanan sebagai tanda pelayanan telah
seselai dilaksanakan.

B. Tata Laksana Pelayanan Kerohanian Keluarga Pasien (Internal)

1. Rumah Sakit membantu dan menyediakan pelayanan kerohanian, fasilitas


dan kebutuhan yang sesuai pada saat pelaksanaan kegiatan kerohanian.
2. Setiap pasien mempunyai hak untuk mendapatkan pelayanan kerohanian
terhadap dirinya sendiri selama dilakukan perawatan di Rumah Sakit.
3. Kebutuhan akan layanan kerohanian disampaikan oleh pasien atau
keluarga pasien untuk meminta dilakukannya pelayanan/bimbingan rohani
sesuai permintaan pasien atau keluarganya.
4. Kebutuhan pelayanan kerohanian disampaikan pasien dan atau keluarga
kepada staf medis yang dinas pada saat tersebut.
5. Pelayanan kerohanian dapat di sampaikan staf medis kepada pasien dan
keluarganya, berdasarkan dari hasil asesmen kebutuhan pasienakan
pelayanan kerohanian.
6. Perawat akan menanyakan dan meminta kesediaan pasien dan keluarga
pasien untuk mengisi form Permintaan Pelayanan Kerohanian. Unit rawat
inap wajib menerangkan poin-poin dalam form tersebut.
7. Form Permintaan Pelayanan Kerohanian harus ditanda tangani oleh
pembuat pernyataan dan adanya saksi dari pihak keluarga ataupun pasien.
8. Pelayanan kerohanian kepada pasien dilakukan oleh pemuka agama yang
disediakan oleh Rumah Sakit.
9. Pemuka agama yang sesuai dengan agama pasien akan segera dihubungi
oleh petugas.
10. Unit rawat inap bertanggung jawab untuk menjamin ketertiban jelang
pelayanan rohani dengan memberikan pengertian kepada pasien dan
keluarga pasien yang seruangan dengan pasien dan keluarga pasien
peminta pelayanan bimbingan kerohanian.
11. Setelah melaksanakan pelayanan kerohanian, petugas pelayanan mengisi
data pelayanan dan memberi tanda tangan pada lembaran form permintaan
pelayanan kerohanian dan buku pelayanan sebagai tanda pelayanan telah
seselai dilaksanakan.

C. Tata laksana permintaan pelayanan kerohanian

1. Pelayanan kerohanian pasien baik yang dilakukan secara internal maupun


eksternal diakomodasi oleh Rumah Sakit, dalam memberikan ketenangan
dan kenyamanan bagi pasien.
2. Prosedur pemberian pelayanan kerohanian pasien rawat inap dikoordinir
oleh perawat ruangan yang pada saat itu berjaga/dinas dan unit humas
terkait.
3. Asesmen kebutuhan pasien akan pelayanan kerohanian harus dilakukan
dan diketahui oleh perawat/staf medis yang dinas dan tercatat pada
formulir asesmen pasien ke dalam berkas rekam medis pasien.
4. Ruang lingkup pelayanan kerohanian yang disediakan oleh Rumah Sakit
adalah Islam, Kristen, Katolik, Hindu dan Budha, selain itu Rumah Sakit
belum dapat mengakomodir kebutuhan terkait pelayanan kerohaniannya.
5. Pelayanan kerohanian yang belum dapat diakomodir sesuai dengan agama
dan kepercayaan pasien, dapat dilakukan sendiri oleh pasien dan keluarga
dengan cara mendatangkan sendiri pemuka agama yang dianutnya ke
Rumah Sakit.
6. Rumah Sakit siap untuk membantu proses pelaksanaan kerohanian yang
dilakukan, dengan kelengkapan sarana dan prasarana yang ada.
7. Pelaksanaan pelayanan kerohanian yang dilakukan diharapkan tidak
mengganggu kenyamanan pasien lainnya atau yang berdampingan.
8. Apabila diperlukan untuk kenyamanan dilakukannya proses pelayanan
kerohanian, dapat dipertimbangkan dan diupayakan ruangan atau tempat
tertentu yang khusus sesuai dengan situasi dan kondisi yang ada.
9. Setelah melaksanakan pelayanan kerohanian, petugas pelayanan mengisi
data pelayanan dan memberi tanda tangan pada lembaran form permintaan
pelayanan kerohanian dan buku pelayanan sebagai tanda pelayanan telah
seselai dilaksanakan.

D. Tata Laksana Koordinasi Internal Pemuka Agama

1. Rumah Sakit menyediakan pelayanan kerohanian, khususnya pemuka


agama yang ditunjuk dan diakui sebagai pelaksana bimbingan internal di
rumah sakit.
2. Untuk pemuka agama yang tidak tersedia di rumah sakit, Rumah Sakit
bekerjasama dengan pemuka-pemuka agama yang dapat membantu dalam
pelaksanaan pelayanan bimbingan kerohanian pasien di rumah sakit.
3. Bentuk kerjasama yang dilakukan tertuang dalam kesepakatan bersama
dan saling menghargai diantara keduanya.
4. Perawatyang bertugas akan mengatur dan berkoordinasi dengan pemuka
agama yang sesuai dengan kebutuhan pasien.
5. Seluruh kegiatan yang dilakukan pemuka agama selama proses
memberikan pelayanan kepada pasien menjadi tanggung jawab petugas
kerohanian.
B. ALUR PELAYANAN KEROHANIAN

PERMINTAAN BIMBINGAN
KEROHANIAN

PERMINTAAN BIMBINGAN PERMINTAAN BIMBINGAN


INTERNAL EKSTERNAL

PERMINTAAN PASIEN ATAU


KELUARGA

PASIEN DAN KELUARGA


PERAWAT MENGHUBUNGI
MENGHUBUNGI PEMUKA
UNIT KEROHANIAN
AGAMA

UNIT KEROHANIAN
PETUGAS KEROHANIAN
MENGHUBUNGI PEMUKA
AGAMA
PELAKSANAAN BIMBINGAN
KEROHANIAN

PENCATATAN
PELAKSANAAN BIMBINGAN

Doa Agama Budha


Doa keselamatan

Semoga segala malapetaka jauh menyisih, semua penyakit menjadi sembuh tiada
mara bahaya yang menimpa diriku.

Berdasarkan gaya-gaya kekuatan perlindungan ini,semoga tiada malapetaka yang


mengganggu berkat kemampuan paritta ini. Semoga semua kesukaranku lenyap.

Semoga berkat gaya-gaya pancaran Budha gaya-gaya pancaran pacceka Budha


dan gaya-gaya pancaran para arabat Ku mendapatkan perlindungan sekokoh
mungkin.

Anda mungkin juga menyukai