Early Equipment Management adalah sebuah kegiatan yang terencana pada rekayasa teknis dalam
membuat sebuah alat/mesin menjadi lebih sederhana dalam hubungannya dengan pengoperasian (kerja
operasi/operator) dan perawatan alat/mesin.
Sebelum membeli sebuah peralatan atau mesin produksi ada baiknya benar-benar melakukan tinjauan.
Metodologi pada Toyota Way prinsip ke 8, Lean Six Sigma pada DFSS/DMAIC/Process management dan
Pilar ke 5 TPM adalah sama. Bahwa sebuah design teknis pada mesin dan proses sudah seharusnya
mengedepankan:
2. Meningkatnya produktivitas operator karena kemudahan kerja dan suasana kerja yang mendukung
3. Jaminan kepastian mutu pada tahap Materials incoming, inprocess dan finishing
4. Proses kerja produksi yang stabil, tidak hadirnya penyimpangan, kehandalan alat kerja dan ringkas
Dengan ke 4 syarat tadi, maka pengendalian mutu dapat dipastikan hadir dititik awal input, proses
produksi, produk jadi dan pengiriman barang kepada pelanggan. Dan tujuan akhir yang dicapainya
adalah 6Sigma variasi atau 99.997% GOOD QUALITY ~ menuju kepada ZERO DEFECT.
1. Tidak cukupnya waktu untuk mengklarifikasi dan menyelaraskan tujuan proyek sehingga:
Kurangnya analisa risiko dengan terjadinya masalah yang tidak bisa dicegah
2. Terlambat dalam mengidentifikasi resiko dan kemungkinan terjadinya masalah sehingga masalah
muncul ketika mesin dalam proses pengerjaan atau mesin selesai dibuat.
3. Tidak cukupnya waktu untuk memberi pemahaman, pelatihan dan pemeriksaan bagi seluruh pihak
yang terkait perancangan – proses – pemasangan alat atau mesin. Sehingga mesin telah diproses atau
dibuat tetapi tidak sesuai dengan yang diharapkan, muncullah kesulitan pengoperasian atau
ketidakmampuan memproduksi secara konsisten dengan mutu yang bagus.
Selain keselamatan dalam pengoperasian, Early Equipment Management memiliki focus untuk 3 elemen
strategi, yaitu :
Mendesign sebuah mesin dan proses kerja yang handal untuk menghasilkan barang yang bermutu tinggi,
stabil dan tanpa breakdown.
Tahap fabrikasi yang terkontrol pada ukuran dan jenis parts mesin, mutu parts serta proses
pengerjaan Assembling bagian mesin yang akurat
Proses commissioning dan project hand-over yang benar dan lengkap (check-list & sign-off)
Penetapan perencanaan perawatan mingguan, bulanan dan tahunan. Baik secara tindakan dan
perkiraan serta control biaya operasi.
Metode costing process dan produksi yang baik dan benar, sehingga terukur (mampu telusur secara
laporan keuangan). Hal ini akan memudahkan manajemen mengukur kinerja produksi dan biaya operasi.
Selanjutnya untuk membahas EEM, saya menggunakan pendekatan praktis dalam bekerja dibidang
Manufacturing dibanding berbicara secara teknis tentang design mesin dan proses (saya berfaham,
bahwa ada pihak yang lebih handal dan hebat untuk membicarakannya dari sudut kaca-mata Design
Engineering of Equipment).
Pada EEM ini yang akan saya bahas adalah pendekatan Industrial Engineering dan Operation
Management dalam meningkatkan Kinerja (produktivitas) Manufacturing.
Dukungan pihak Engineering 100% terlibat dan support baik disisi Design, Equipment, Maintenance,
Proses dan Investasi akan menyelaraskan tindakan pada pecapaian goal perusahaan. Engineering yang
saya maksud adalah Department Process Design, Engineering (equipment, mechnical, electrical), Product
Development dan Team Investasi (Capital Expenditures, CAPEX).
1. Define (penentuan): proses peninjauan proyek investasi saat ini untuk mengidentifikasikan kekuatan
dan prioritas tindakan.
2. Desain (rekayasa): menggunakan pilot project untuk meningkatkan kinerja proses saat ini, dan
menentukan standar EEM serta menangani kesenjangan yang terkait dalam proses bisnis.
3. Refine (perbaikan): manajer produksi, insinyur teknik, manajer proyek dan tim Kaizen atau Continues
Improvement mempelajari kinerja pilot project tentang hal-hal apa yang bisa diperbaiki dan ditingkatkan
kinerjanya.
4. Improve (peningkatan): memperoleh pembelajaran dari kejadian dan aktivitas setiap proyek dan
mempergunakannya untuk memperbarui standar desain atau rekayasa berikutnya. Hal ini menjadikan
kebijakan EEM lebih baik dan dijadikan materi pelatihan untuk masing-masing pemangku kepentingan.
Mudah dioperasikan
Mudah dibersihkan
mekanisasi secara selektif untuk ekonomi produksi, kualitas, dan kecepatan konstruksi.
OFFICE TPM
Office TPM merupakan pilar ke-7. Office TPM harus diikuti kegiatan-kegiatan peningkatan produktivitas,
efisiensi dan aktivitas-aktivitas penghapusan pemborosan administrative. Setidaknya ada 12 pemborosan
di area kantoran:
1. Cost loss termasuk di bagian procurement, accounting, marketing, sales; berkenaan dengan
persediaan dan modal kerja yang bermasalah.
2. Communication loss
3. Idle loss
4. Set-up loss
5. Accuracy loss
Untuk memulai implementasi pilar ke-7, Office TPM, pimpinan proyek TPM perlu menunjuk seorang
pimpinan sub-proyek TPM yang bertugas pada Office TPM. Pimpinan Office TPM sebaiknya adalah
seorang yang memiliki posisi senior yang bertanggung jawab di bagian: Finance, Management
Information System, Purchasing atau HRD. Dan kemudian ia bertanggung jawab untuk mengerakan
seluruh bagian di bagian pendukung secara baik dan komitmen penuh.
Dengan implementasi Office TPM ada Delapan pemborosan besar setidaknya yang dihilangkan:
1. Pemborosan atas proses kerja baik over process dan wrong processing
2. Pemborosan terhadap biaya pada department Purchasing, Sales & Back Office, Marketing,
Design/Development Product, Accounting & HRD
5. Pemborosan Set-up
Inventory reduction
Peningkatan efisiensi dan efektivitas kinerja kantor dan administrasi, dalam memberikan
dukungan kepada bagian operasi manufaktur secara maksimal.
Productivity: Hilangnya waktu kerja dan output bagian produksi karena ketiadaan material, Manpower
atau penyediaan alat kerja
Quality: Kesalahan atau kekeliruan dalam kerja administrasi misalnya, salah pembuatan cheques, nota
barang, invoices, payroll, dan surat-menyurat dalam pengiriman barang, formulasi produk, kegagalan alat
komunikasi, dll.
Cost: Pembelian yang mahal, biaya tambahan, demurage charge karena keterlambatan bongkar,
keterlambatan penagihan, piutang tidak tertagih, biaya sewa gudang, biaya transportasi, biaya
persediaan, biaya komunikasi dll.
Moral: Jumlah keterlibatan karyawan dalam kegiatan TPM, ide Kaizen, kebersihan area kerja, budaya
salam senyum sapa, keterlibatan dan komitmen para pekerja dalam bekerja dan menghasilkan.
14. Hilangnya aktivitas yang tidak memberikan nilai tambah (aktivitas dan manusia)
1. Tema tindakan yang jelas dengan tujuan yang jelas dan terukur
3. Apakah barang yang disimpan adalah masih digunakan dalam waktu 3 bulan?
4. Apakah setiap kali memerlukan dokumen dapat menemukannya dalam waktu 3 menit?
7. Apakah susunan dokumen dan alat kerja diatas meja tertata rapih dan benar?
8. Apakah barang didalam laci adalah barang yang berguna dan tertata dengan benar?
9. Apakah papan tulisnya, papan tempel, pigora, gambar dan lemari tersusun dengan benar, rapi dan
bersih?
Pelatihan untuk meningkatkan pengertian dan kepedulian akan prinsip-prinsip kerja yang benar dan
bernilai tambah melalui Office TPM, i.e: MUDA, MURA, MURI dan 6S organizing working placeTahapan
dalam penerapan Office TPM:
1. Pemetaan pemborosan terhadap PQCDSM (Productivity, Quality, Cost, Delivery, Safety dan Moral)
3. Mengoleksi data atas pemborosan yang pernah terjadi selama satu tahun terakhir dan membuat
tindakan perbaikan sekaligus pencegahannya
6. Penerapan 5S Workplace Management organizing working place dan Kaizen (continues improvement)
8. Membuat visualisasi pelaporan, tahapan pencapaian, dan mendisukiskannya sehingga muncul ide-ide
perbaikan dan peningkatan kinerja, pada masing-masing gugus kerja Kaizen.
9. Melakukan tinjauan dan penilaian efektivitas kinerja dengan melihat tahapan proses serta aktivitas
yang terkait dengan pencapaian hasilnya, di seluruh gugus kerja Kaizen.
10. Budaya unggul dan saling menghormati sesama pekerja dalam kaitannya hubungan Customer &
Supplier
Quality Maintenance
QA Matrix adalah alat untuk menentukan prioritas tindakan atas penyebab utama kerusakan
mutu pada tahapan proses manufacturing.
qmatrix
Memeriksa apakah tahapan prosedur kerja telah dilakukan dengan benar (disiplin & dipatuhi)
Melakukan Analisa produksi pada kondisi input untuk permasalah pada setiap tahapan proses
Mendahulukan tindakan untuk mencegah masalah (bisa jadi pengulangan masalah) dititik
masalah. Melakukan tindakan dengan cara berhati-hati dalam mengatasi masalah-masalah sulit
yang mungkin tidak dapat ditangani dengan mudah atau segera.
Membagi atas tingkatan masalah, melakukan tindakan investigasi dan rencana tindakan
pencegahan.
Tahap 4: Mengevaluasi keseriusan masalah dengan FMEA dan menindaklanjuti dengan FMCEA
Tahap 5: Mengunakan Preventive Maintenance untuk menganalisa dan merunut akar permasalah
Investigasi masalah yang terjadi dengan mempelajari tindakan preventive maintenance yang
telah dilakukan
jadwal-perawatan
Setelah melakukan FMEA dan melakukan perbaikan atas rekomendasi, perhatikan ke-efektifan
hasil
Lakukan pelatihan untuk meningkatkan skill dan kompetensi pekerja dan para supervisor
Ini adalah tahap ke-dua dalam mengevaluasi (sekaligus mereview) performa hasil kerja mutu
atas input dan produksi
Apakah input telah benar-benar terkendali penuh ~ variasi yang terjadi dalam batas kontrol
Hasil produksi telah diketahui pasti (terprediksi) akan menghasilkan produk dalam kendali mutu
Mengunakan rekomendasi dan hasil kerja tahap #8 untuk aktivitas kendali mutu
Tahap 10: Menyiapkan sebuah komponen mutu ‘Tabel Control’ dan Jaminan atas Mutu melalui tahapan
kondisi kontrol yang ketat
Standard kerja dan proses harus terukur, terbaca, jelas dipahami dan mampu telusur
Data yang ada harus dapat dibaca dan menunjukan kejadian yang sebenarnya, sehingga dapat
dilakukan observasi dan memudahkan tindakan improvement berikutnya (~ mencapai
kesempurnaan proses atas mutu)
1. Check Sheet
Check sheet (lembar pemeriksaan) adalah lembar yang dirancang sederhana berisi daftar hal-hal yang
perlukan untuk tujuan perekaman data sehingga pengguna dapat mengumpulkan data dengan mudah,
sistematis, dan teratur pada saat data itu muncul di lokasi kejadian. Data dalam check sheet baik
berbentuk data kuantitatif maupun kualitatif dapat dianalisis secara cepat (langsung) atau menjadi
masukan data untuk peralatan kualitas lain, misal untuk masukan data Pareto chart.
Kapan kita menggunakan check sheet? Menurut Tague (2005) adalah sebagai berikut:
• Ketika data dapat diamati dan dikumpulkan berulang kali oleh orang yang sama atau di lokasi
yang sama.
• Ketika mengumpulkan data mengenai frekuensi atau pola kejadian, masalah, cacat, lokasi cacat,
penyebab cacat, dan sebagainya.
• Ketika mengumpulkan data proses produksi.
check sheet memiliki fungsi sebagai berikut:
Pemeriksaan distribusi proses produksi (production process distribution checks)
• Pemeriksaan item cacat (defective item checks)
• Pemeriksaan lokasi cacat (defective location checks)
• Pemeriksaan penyebab cacat (defective cause checks)
• Pemeriksaan konfirmasi pemeriksaan (check-up confirmation checks)
• Dan lain-lain.
2. Schatter Diagram
Scatter diagram (diagram pencar) adalah grafik yang menampilkan sepasang data numerik pada sistem
koordinat Cartesian, dengan satu variabel pada masing-masing sumbu, untuk melihat hubungan dari
kedua variabel tersebut. Jika kedua variabel tersebut berkorelasi, titik-titik koordinat akan jatuh di
sepanjang garis atau kurva. Semakin baik korelasi, semakin ketat titik-titik tersebut mendekati garis.
3. Fishbone Diagram
Fishbone diagram akan mengidentifikasi berbagai sebab potensial dari satu efek atau masalah, dan
menganalisis masalah tersebut melalui sesi brainstorming. Masalah akan dipecah menjadi sejumlah
kategori yang berkaitan, mencakup manusia, material, mesin, prosedur, kebijakan, dan sebagainya.
Setiap kategori mempunyai sebab-sebab yang perlu diuraikan melalui sesi brainstorming.
Manfaat Fishbone diagram :
1. Dapat menggunakan kondisi yang sesungguhnya untuk tujuan perbaikan kualitas produk atau
jasa, lebih efisien dalam penggunaan sumber daya, dan dapat mengurangi biaya
2. Dapat mengurangi dan menghilangkan kondisi yang menyebabkan ketidaksesuaian produk atau
jasa dan keluhan pelanggan
3. Dapat membuat suatu standardisasi operasi yang ada maupun yang direncanakan
4. Dapat memberikan pendidikan dan pelatihan bagi karyawan dalam kegiatan pembuatan
keputusan dan melakukan tindakan perbaikan
4. Pareto Chart
Prinsip pareto chart sesuai dengan hukum Pareto yang menyatakan bahwa sebuah grup selalu memiliki
persentase terkecil (20%) yang bernilai atau memiliki dampak terbesar (80%). Pareto
chart mengidentifikasi 20% penyebab masalah vital untuk mewujudkan 80% improvement secara
keseluruhan
Kegunaan diagram pareto
1. Membantu suatu tim untuk terpusat pada penyebab yang akan mengharilkan dampak terbesar
jika diselesaikan
2. Menampilkan kepentingan relatif dari problem dalam format visual yang sederhana dan dapat
diinterpretasi dengan cepat.
3. Membantu mencegah 'mengalihkan permasalahan' di mana 'solusi' menghilangkan beberapa
penyebab namun memperburuk yang lain
4. Kemajuan diukur dalam format yang sangat terlihat yang menyediakan insentif untuk
mendorong lebih banyak peningkatan
5. Analisis pareto dapat digunakan dalam penerapan peningkatan kualitas manufaktur atau
nonmanufaktur
5. Flow Chart
Flow charts (bagan arus) adalah alat bantu untuk memvisualisasikan proses suatu penyelesaian tugas
secara tahap-demi-tahap untuk tujuan analisis, diskusi, komunikasi, serta dapat membantu kita untuk
menemukan wilayah-wilayah perbaikan dalam proses.
flowchart adalah diagram yang menyatakan aliran proses dengan menggunakan anotasi bidang-bidang
geometri, seperti lingkaran, persegi empat, wajik, oval, dan sebagainya untuk merepresentasikan
langkah-langkah kegiatan beserta urutannya dengan menghubungkan masing masing langkah tersebut
menggunakan tanda panah.
6. Histogram
Histogram adalah alat seperti diagram batang (bars graph) yang digunakan untuk menunjukkan distribusi
frekuensi. Sebuah distribusi frekuensi menunjukkan seberapa sering setiap nilai yang berbeda dalam
satu set data terjadi. Data dalam histogram dibagi-bagi ke dalam kelas-kelas, nilai pengamatan dari tiap
kelas ditunjukkan pada sumbu X.
Apa yang dilakukan histogram:
• Menunjukkan data dalam jumlah besar yang susah diinterpretasikan dalam bentuk tabular
• Menampilkan frekuensi relatif terhadap kejadian berbagai nilai data
• Menunjukkan pemusatan, variasi dan bentuk data
• Menggambarkan secara cepat distribusi data
• Menyediakan informasi yang berguna untuk memprediksi performa masa depan dari suatu
proses
• Membantu mengindikasi jika ada terjadi perubahan dalam proses
• Membantu menjawab pertanyaan 'apakah proses mampu memenuhi persyaratan ?
7. Run Chart
Diagram run, juga dikenal sebagai run-sequence plot adalah grafik yang menampilkan data yang diamati
dalam urutan waktu. Seringkali, data yang ditampilkan mewakili beberapa aspek output atau kinerja
proses bisnis manufaktur atau yang lainnya.
Run chart menggunakan dua buah variabel yang menunjukkan dinamika proses yang berlangsung,
dimana variasi yang terjadi dimonitor sedemikian rupa sehingga Nampak jelas perubahan hasil yang
diamati. Biasanya digunakan variabel waktu sebagai sumbu horizontal (berdasarkan periodisasi) sebagai
acuan terjadinya perubahan. Dalam diagram ini titik-titik data dihubungkan dengan garis, dan bilamana
perlu dilengkapi dengan garis nilai rata-rata dari data tersebut.
Tujuan run chart untuk memonitor aktivitas tertentu yang sedang berlangsung dalam organisasi dengan
harapan aktivitas tersebut dapat berlangsung dengan baik dan berkesinambungan.
Sedang manfaat yang bisa diperoleh dalam penggunaan run chart adalah:
Mengumpulkan dan menganalisa data
Memberikan gambaran situasi yang sedang terjadi dalam aktivitas
Membandingkan data berdasarkan periode tertentu guna melakukan pemeriksaan dan
pengendalian
Memelihara dan menjaga kepatuhan dalam menjalankan impelementasi SHE dan Quality
Management System untuk mencapai sasaran perusahaan dan menghemat waktu, biaya dan
tenaga.
Operasi bisnis yang berbasis kuat pada dukungan kegiatan Keselamatan kerja dan lingkungan.
Pelatihan dan implementasi pada seluruh aspek bisnis proses untuk mencapai Zero Accident and
Zero Pollution.
Tunduk dan mematuhi secara terhadap peraturan Pemerintah dan persyaratan Pelanggan untuk
mengimplementasikan kebijakan HSE.
Mengeliminasi potensi terjadinya kecelakaan kerja dan keluhan pencemaran di setiap area kerja.
Meningkatkan moral kerja dan kepedulian seluruh karyawan serta menciptakan lingkungan kerja
yang aman dan nyaman.
Menjalankan dan implementasi sistem kerja sebagai budaya dan bukan sebagai kesibukan.
Menetapkan target yang menyeluruh dan terukur sehingga mencapai tingkat profitabilitas
perusahaan yang lebih baik.
Setiap pekerjaan harus dilakukan oleh mereka yang berwenang yang telah ditetapkan dan
mempunyai keterampilan untuk mengerjakannya.
Pada kondisi abnormal, termasuk stop sejenak, segera hentikan proses dan melaporkannya.
Saat perbaikan mesin atau ganti model baik itu repair atau pun kegiatan dandori atau pergantian
artikel dan produk, mesin harus dimatikan.
Pada pekerjaan yang dilakukan oleh lebih dari satu orang, pastikan isyarat-isyarat dan tanda-
tanda yang dipergunakan dan dimengerti oleh teman sekerja.
Lakukan pekerjaan dengan posisi tubuh yang tidak dipaksakan, dan bekerjalah di lingkungan
yang aman.