PENDAHULUAN
Medula spinalis tersusun dalam kanalis spinalis dan diselubungi oleh sebuah
lapisan jaringan konektif, dura mater. Tumor medula spinalis merupakan suatu
kelainan yang tidak lazim, dan hanya sedikit ditemukan dalam populasi. Namun,
jika lesi tumor tumbuh dan menekan medula spinalis, tumor ini dapat
Tumor medula spinalis memang merupakan salah satu penyakit yang jarang
terjadi dan karena itulah banyak masyarakat yang belum mengetahui gejala-gejala
serta bahaya dari penyakit ini. Pada umumnya, penderita yang datang berobat ke
dokter atau ke rumah sakit sudah dalam keadaan parah (stadium lanjut) sehingga
Jumah kasus tumor medula spinalis di Amerika Serikat mencapai 15% dari
total jumlah tumor yang terjadi pada susunan saraf pusat dengan perkiraan
1
insidensi sekitar 0,5-2,5 kasus per 100.000 penduduk per tahun. Sementara di
Tumor medula spinalis umumnya bersifat jinak (onset biasanya gradual) dan
dua pertiga pasien dioperasi antara 1-2 tahun setelah onset gejala. Gejala pertama
2
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
A. Definisi
Tumor medula spinalis adalah tumor di daerah spinal dimulai dari daerah
servikal pertama hingga sakral. Dibedakan menjadi tumor primer dan sekunder.
B. Epidemiologi
Insiden dari semua tumor primer medula spinalis sekitar 10% sampai 19%
dari semua tumor primer susunan saraf pusat (SSP) dan seperti semua tumor pada
aksis saraf, insidennya meningkat seiring dengan umur. Prevalensi pada jenis
kelamin tertentu hampir semuanya sama, kecuali pada meningioma yang pada
umumnya terdapat pada wanita, serta ependymoma yang lebih sering pada laki-
laki. Sekitar 70% dari tumor intradural merupakan ekstramedular dan 30%
merupakan intramedular.4
Histology4
Histologi Insiden
3
Tabel 2.2 Distribusi Tumor Intradural Ekstramedular Berdasarkan Umur,
Total Lokasi
Jenis tumor Umur Jenis kelamin
insiden anatomis
Schwanoma 53,7 % 40-60 tahun > Laki-laki >lumbal
Meningioma 31,3% 40-60 tahun >perempuan >thorakal
Ependymoma 14,9% <> Laki-laki=perempuan >lumbal
Lokasi Insiden
Thorakal 50%-55%
Lumbal 25%-30%
Servikal + Foramen magnum 15%-25%
yang paling sering pada orang dewasa. Tumor ini lebih sering didapatkan pada
orang dewasa pada usia pertengahan (30-39 tahun) dan lebih jarang terjadi pada
usia anak-anak. Insidensi ependidoma kira-kira sama dengan astrositoma. Dua per
tumbuh pada medula spinalis. Tumor ini dapat muncul pada semua umur, tetapi
yang tersering pada tiga dekade pertama. Astrositoma juga merupakan tumor
spinal intramedular yang tersering pada usia anak-anak, tercatat sekitar 90% dari
tumor intramedular pada anak-anak dibawah umur 10 tahun, dan sekitar 60% pada
4
dan servikotorakal. Tumor ini jarang ditemukan pada segmen torakal,
prevalensi 3% sampai 13% dari semua tumor intramedular medula spinalis. Rata-
rata terdapat pada usia 36 tahun, namun pada pasien dengan von Hippel-Lindau
syndrome (VHLS) biasanya muncul pada dekade awal dan mempunyai tumor
(53,7%) dengan insidensi laki-laki lebih sering dari pada perempuan, pada usia
spinal. Sekitar 80% dari spinal meningioma terlokasi pada segmen thorakal, 25%
pada daerah servikal, 3% pada daerah lumbal, dan 2% pada foramen magnum.7
pasti. Jumah kasus tumor medula spinalis di Amerika Serikat mencapai 15% dari
total jumlah tumor yang terjadi pada susunan saraf pusat dengan perkiraan
insidensi sekitar 0,5- 2,5 kasus per 100.000 penduduk per tahun. Jumlah penderita
pria hampir sama dengan wanita dengan sebaran usia antara 30 hingga 50 tahun.
Penyebaran 25% tumor terletak di segmen servikal, 55% di segmen thorakal dan
5
orang dewasa pada usia pertengahan (30-39 tahun) dan jarang terjadi pada usia
anak-anak. Insidensi ependidoma kira-kira sama dengan astrositoma. Dua per tiga
tumbuh pada medula spinalis. Tumor ini dapat muncul pada semua umur, tetapi
yang tersering pada tiga dekade pertama. Astrositoma juga merupakan tumor
spinal intramedular yang tersering pada usia anak-anak, tercatat sekitar 90% dari
tumor intramedular pada anak-anak dibawah umur 10 tahun, dan sekitar 60% pada
vaskular yang tumbuh lambat dengan prevalensi 3% sampai 13% dari semua
tumor intramedular medula spinalis. Rata-rata terdapat pada usia 36 tahun, namun
pada pasien dengan von Hippel-Lindau syndrome (VHLS) biasanya muncul pada
dekade awal dan mempunyai tumor yang multipel. Rasio laki-laki dengan
insidensi laki-laki lebih sering dari pada perempuan, pada usia 40-60 tahun dan
tersering pada daerah lumbal. Meningioma merupakan tumor kedua tersering pada
25% dari semua tumor spinal. Sekitar 80% dari spinal meningioma terlokasi pada
segmen thorakal, 25% pada daerah servikal, 3% pada daerah lumbal, dan 2% pada
foramen magnum.4,5
6
C. Klasifikasi
Berdasarkan asal dan sifat selnya, tumor pada medula spinalis dapat dibagi
menjadi tumor primer dan tumor sekunder. Tumor primer dapat bersifat jinak
maupun ganas, sementara tumor sekunder selalu bersifat ganas karena merupakan
payudara, kelenjar prostat, ginjal, kelenjar tiroid atau limfoma. Tumor primer
kelompok, yaitu tumor intradural dan ekstradural, di mana tumor intradural itu
Berdasarkan asal dan sifat sel tumor, tumor medula spinalis dibedakan
menjadi tumor primer dan tumor sekunder. Tumor primer dibagi menjadi tumor
bersifat jinak dan tumor bersifat ganas, sementara tumor sekunder selalu bersifat
ganas karena merupakan metastasis dari proses keganasan di tempat lain seperti
pada kanker paruparu, payudara, kelenjar prostat, ginjal, kelenjar tiroid atau
7
limfoma. Tumor primer yang bersifat ganas adalah astrositoma, neuroblastoma
dan kordoma, sedangkan yang bersifat jinak adalah neurinoma dan glioma.9
Penyebab tumor medula spinalis primer sampai saat ini belum diketahui
secara pasti. Beberapa penyebab yang mungkin dan hingga saat ini masih dalam
tahap penelitian adalah virus, kelainan genetik, dan bahan-bahan kimia yang
sel kanker yang menyebar dari bagian tubuh lain melalui aliran darah yang
spinalis yang normal dan membentuk jaringan tumor baru di daerah tersebut.7
8
Patogenesis dari neoplasma medula spinalis belum diketahui, tetapi
kebanyakan muncul dari pertumbuhan sel normal pada lokasi tersebut. Riwayat
pada kromosom 22. Spinal hemangioblastoma dapat terjadi pada 30% pasien
E. Manifestasi Klinis
Keluhan pertama dari tumor medula spinalis dapat berupa nyeri radikuler,
nyeri vertebrae, atau nyeri funikuler. Secara statistik adanya nyeri radikuler
merupakan indikasi pertama adanya space occupying lesion pada kanalis spinalis
dan disebut pseudo neuralgia pre phase. Dilaporkan 68% kasus tumor spinal sifat
nyerinya radikuler, laporan lain menyebutkan 60% berupa nyeri radikuler, 24%
nyeri funikuler dan 16% nyerinya tidak jelas11. Nyeri radikuler dicurigai
piramidalis
9
Lokasi nyeri radikuler diluar daerah predileksi HNP
diawali dengan gejala TTIK seperti: hidrosefalus, nyeri kepala, mual dan muntah,
dan kejadian ini dikemukakan sebagai suatu hipotesa yang menerangkan kejadian
di sepanjang medula spinalis. Pada umumnya, gejala tampak pada bagian tubuh
yang selevel dengan lokasi tumor atau di bawah lokasi tumor. Contohnya, pada
tumor di tengah medula spinalis (pada segmen thorakal) dapat menyebabkan nyeri
yang menyebar ke dada depan (girdleshape pattern) dan bertambah nyeri saat
batuk, bersin, atau membungkuk. Tumor yang tumbuh pada segmen cervical
tumor yang tumbuh pada segmen lumbosacral dapat memicu terjadinya nyeri
punggung atau nyeri pada tungkai.7 Berdasarkan lokasi tumor, gejala yang muncul
10
Tabel 2.5 Tanda dan Gejala Tumor Medula Spinalis13,14
11
tahanan) dapat menghilang.
Lumbosakral Suatu situasi diagnostik yang rumit timbul pada kasus tumor yang
melibatkan daerah lumbal dan sakral karena dekatnya letak segmen
lumbal bagian bawah, segmen sakral, dan radiks saraf desendens dari
tingkat medula spinalis yang lebih tinggi. Kompresi medula spinalis
lumbal bagian atas tidak mempengaruhi refleks perut, namun
menghilangkan refleks kremaster dan mungkin menyebabkan
kelemahan fleksi panggul dan spastisitas tungkai bawah. Juga terjadi
kehilangan refleks lutut dan refleks pergelangan kaki dan tanda Babinski
bilateral. Nyeri umumnya dialihkan keselangkangan. Lesi yang
melibatkan lumbal bagian bawah dan segmen-segmen sakral bagian atas
menyebabkan kelemahan dan atrofi otot-otot perineum, betis dan kaki,
serta kehilangan refleks pergelangan kaki. Hilangnya sensasi daerah
perianal dan genitalia yang disertai gangguan kontrol usus dan kandung
kemih merupakan tanda khas lesi yang mengenai daerah sakral bagian
bawah.
Kauda Ekuina Menyebabkan gejala-gejala sfingter dini dan impotensi. Tnda-tanda
khas lainnya adalah nyeri tumpul pada sakrum atau perineum, yang
kadang-kadang menjalar ke tungkai. Paralisis flaksid terjadi sesuai
dengan radiks saraf yang terkena dan terkadang asimetris.
1. Tumor Ekstradural
pada medula spinalis dan terletak di segmen thorakalis. Nyeri radikuler dapat
merupakan gejala awal pada 30% penderita tetapi kemudian setelah beberapa hari,
minggu/bulan diikuti dengan gejala mielopati. Nyeri biasanya lebih dari 1 radiks,
gejala yang berhubungan dengan tumor primer. Nyeri pada tumor metastase ini
12
dapat terjadi spontan, dan sering bertambah dengan perkusi ringan pada vertebrae,
lumbosakral.
cm).
2. Tumor Intradural-Ekstramedular3
progresif. Kejadiannya ± 70% dari tumor intradural, dan jenis yang terbanyak
a. Neurinoma (Schwannoma)
13
Kejadiannya ± 30% dari tumor ekstramedular
satu sisi dan dialami dalam beberapa bulan sampai tahun, sedangkan
b. Meningioma3,6
pertengahan
Pertumbuhan lambat
Pada ± 25% kasus terdapat nyeri radikuler, tetapi lebih sering dengan
biasanya bilateral dengan jarak waktu timbul gejala lain lebih pendek
3. Tumor Intradural-Intramedular3,6
Lebih sering menyebabkan nyeri funikuler yang bersifat difus seperti rasa
a. Ependimoma
14
Menunjukkan gejala kronis
b. Astrositoma
c. Hemangioblastoma
1. Lesi Ekstradural
Perjalanan klinis yang lazim dari tumor ektradural adalah kompresi cepat
akibat invasi tumor pada medula spinalis, kolaps kolumna vertebralis, atau
perdarahan dari dalam metastasis. Begitu timbul gejala kompresi medula spinlis,
maka dengan cepat fungsi medula spinalis akan hilang sama sekali. Kelemahan
spastik dan hilangnya sensasi getar dan posisi sendi dibawah tingkat lesi
15
2. Lesi Intradural
a) Intradural Ekstramedular
dan radiks saraf pada segmen yang terkena. Sindrom Brown-Sequard mungkin
spinal. Seperti pada tumor ekstradural, nyeri diperberat oleh traksi oleh gerakan,
batuk, bersin atau mengedan, dan paling berat terjadi pada malam hari. Nyeri yang
menghebat pada malam hari disebabkan oleh traksi pada radiks saraf yang sakit,
dari gravitasi. Defisit sensorik mula-mula tidak jelas dan terjadi di bawah tingkat
lesi (karena tumpah tindih dermaton). Defisit ini berangsur-angsur naik hingga di
bawah tingkat segmen medula spinalis. Tumor pada sisi posterior dapat
yang menambahkan ataksia pada kelemahan. Tumor yang terletak anterior dapat
yang hebat.19-20
b) Intradural Intramedular
16
sensasi nyeri dan suhu bilateral yang meluas ke seluruh segmen yang terkena,
yang pada gilirannya akan menyebabkan kerusakan pada kulit perifer. Sensasi
raba, gerak, posisi dan getar umumnya utuh kecuali lesinya besar. Defisit sensasi
nyeri dan suhu dengan utuhnya modalitas sensasi yang lain dikenal sebagai defisit
kerusakan pada sel-sel kornu anterior. Kelemahan yang disertai atrofi dan
Gejala dan tanda lainnya adalah nyeri tumpul sesuai dengan tinggi lesi, impotensi
F. Diagnosis7
klinis berupa fungsi medula spinalis akan hilang sama sekali disertai Kelemahan
spastik dan hilangnya sensasi getar dan posisi sendi dibawah tingkat lesi yang
pada pedikulus dan korpus vertebra. Myelogram dapat memastikan letak tumor.23
serabut saraf spinalis, sehingga yang paling awal tampak adalah nyeri, mula-mula
ekstradural, nyeri diperberat oleh traksi oleh gerakan, batuk, bersin atau
mengedan, dan paling berat terjadi pada malam hari. Nyeri yang menghebat pada
malam hari disebabkan oleh traksi pada radiks saraf yang sakit, yaitu sewaktu
17
Defisit sensorik berangsur-angsur naik hingga di bawah tingkat segmen medulla
spinalis. Pada tomor ekstramedular, kadar proteid CSS hampir selalu meningkat.
substansia grisea mengakibatkan hilangnya sensasi nyeri dan suhu bilateral yang
meluas ke seluruh segmen yang terkena, yang pada gilirannya akan menyebabkan
kerusakan pada kulit perifer. Sensasi raba, gerak, posisi dan getar umumnya utuh
kecuali lesinya besar. Defisit sensasi nyeri dan suhu dengan utuhnya modalitas
senssi yang lain dikenal sebagai defisit sensorik yang terdisosiasi. Radiogram
bawah ini. 15
a. Laboratorium
komplit.16
18
b. CSF
terapi. Apabila terjadi obstruksi dari aliran CSS sebagai akibat dari
tekal.17
Ca payudara.22
19
Modalitas utama dalam pemeriksaan radiologis untuk mediagnosis
semua tipe tumor medula spinalis adalah MRI. Alat ini dapat
dimana gambaran ini tidak dapat dilihat dengan pemeriksaan yang lain.3,7
d. CT-scan
tumor. 11
e. MRI
20
Gambar 2.2 Gambaran MRI tumor medula spinalis (intradural intramedular)11
Hemangioma
21
Osteoid Osteoma
Osteochondroma
Eosinophilic
Granuloma
22
Lipomatosis
Synovial Cyst
Arachnoid Cyst
23
Chordoma
Lymphoma
24
Osteosarcoma
Chondrosarcoma
Multiple Myeloma
25
Neurofibroma
Schwannoma
Meningioma
Epidermoid
26
Dermoid
Syringohydromyelia
(Syrinx)
Multiple Sclerosis
Transverse Myelitis
27
Ependymoma
Astrocytoma
Hemangioblastoma
F. Diagnosis Banding6
Brown-Sequard Syndrome
28
Tumor medula spinalis harus dibedakan dari kelainan-kelainan lainnya pada
sifatnya yang mempunyai masa remisi dan relaps. Gejala klinis yang disebabkan
oleh lesi yang multiple serta adanya oligoklonal CSS merujuk pada multiple
tersebut. Kombinasi antara atrofi otot-otot lengan dan kelemahan spastic pada
kaki pada ALS mungkin dapat membingungkan kita dengan tumor servikal.
adanya fasikulasi, dan atrofi pada otot-otot kaki. Spondilosis servikal, dengan atau
pemeriksaan radiologi.7
Anomali pada daerah servikal atau pada dasar tengkorak, seperti platybasia
29
yang dapat menunjukkan gejala seperti lesi langsung pada medulla spinalis. Pada
sebuah neurofibroma tumbuh pada radiks dorsalis, akan terasa nyeri yang
lainnya yang dikenali dan didiagnosis sebagai tumor. Sebaliknya, onset yang tiba-
tiba dengan defisit neurologis yang berat, dengan atau tanpa nyeri, hampir selalu
atau limfoma.8
G. Penatalaksanaan10
1. Pembedahan
secara total dengan gangguan neurologis yang minimal atau bahkan tidak ada post
operatif. Tumor-tumor yang mempunyai pola pertumbuhan yang cepat dan agresif
secara histologis dan tidak secara total dihilangkan melalui operasi dapat diterapi
spinalis. Pengangkatan yang lengkap dan defisit minimal post operasi, dapat
mencapai 90% pada ependymoma, 40% pada astrositoma dan 100% pada
30
hemangioblastoma. Pembedahan juga merupakan penatalaksanaan terpilih untuk
aman dan merupakan pilihan yang efektif. Pada pengamatan kurang lebih 8,5
bulan, mayoritas pasien terbebas secara keseluruhan dari gejala dan dapat
beraktifitas kembali.7
Indikasi pembedahan:
bila lesi dapat dijangkau). Catatan: lesi seperti abses epidural dapat
sebagai metastase.
atau melanoma.
2. Terapi radiasi
dapat diangkat dengan sempurna. Dosisnya antara 45 dan 54 Gy. Tujuan dari
31
neurologik. Tarapi radiasi juga digunakan pada reseksi tumor yang inkomplit
3. Kemoterapi
fungsi neurologis untuk sementara tetapi pengobatan ini tidak dilakukan untuk
jangka waktu yang lama. Walaupun steroid dapat menurunkan edema vasogenik,
Penggunaan steroid dalam jangka waktu lama dapat menyababkan ulkus gaster,
keberhasilan yang kecil pada terapi tumor medulla spinalis. Hal ini mungkin
disebabkan oleh adanya sawar darah otak yang membatasi masuknya agen
kemotaksis pada CSS.1 Terapi yang dapat dilakukan pada tumor medulla spinalis
adalah1:
Bila ada lesi epidural, lakukan bedah atau radiasi (biasanya 3000-
4000 cGy pada 10x perawatan dengan perluasan dua level di atas
32
dan di bawah lesi); radiasi biasanya seefektif seperti laminektomi
H. Komplikasi6,8
Paraplegia
Quadriplegia
Komplikasi pernapasan
33
Setelah pembedahan tumor medula spinalis pada servikal, dapat
hidrosefalus.
I. Prognosis
pasien dapat terkontrol dalam waktu yang lama. Fungsi neurologis setelah
pembedahan sangat bergantung pada status pre operatif pasien. Prognosis semakin
34
BAB 3
KESIMPULAN
Tumor medula spinalis adalah tumor di daerah spinal yang dapat terjadi
pada daerah cervical pertama hingga sacral. Gejala umum akibat adanya
• Nyeri
• Perubahan sensori
• Problem Motorik
spinalis merupakan tes yang paling sering digunakan dalam mengevaluasi pasien
dengan lesi pada medula spinalis.2 Penatalaksanaan untuk sebagian besar tumor
35
DAFTAR PUSTAKA
5. Satyanegara. Ilmu bedah saraf edisi IV. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka
Utama; 2010.
7. Raj VS, Lofton LT. Invited review: rehabilitation and treatment of spinal
cord tumors. The Journal of Spinal Cord Medicine. 2013; 36(1):1-8.
8. American Cancer Society. Cancer facts & figures 2013. American Cancer
Society; 2013.
10. Lee CS and Jung CH. Metastatic spinal tumor. Asian Spine Journal. 2012;
6(1):71-8.
36
14. Kaloostian PE, Zadnik PL, Etame AB, Vrionis FD, Gokaslan ZL, Sciubba
DM. Surgical management of primary and metastatic spinal tumors.
Cancer Control. 2014; 21(2):133-139.
19. Kaloostian PE, Yurter A, Etame AB, Vrionis FD, Sciubba DM, Gokaslan
ZL. Palliative strategies for the management of primary and metastatic
spinal tumors. Cancer Control. 2014; 21(2):140-3.
20. Shinde S, Gordon P, Sharma P, Gross J, avis MP. Original article: use of
nonopioid analgesicd as adjuvants to opioid analgesia for cancer pain
management in an inpatient palliative unit: does this improve pain control
and reduce opioid requierments. Suport Care Cancer. 2014; 1:1-9.
21. Leppert W and Buss T. The role of corticosteroids in the treatment of pain
in cancer patients. Curr Pain Headache Rep. 2012; 16(1):307-13.
22. Kim JM, Losina E, Bono CM, Schoenfeld AJ, Collins JE, Katz JN, et al.
Clinical outcome of metastatic spinal cord compression treated with
surgical excision with radiation versus radiation therapy alone: a
systematic review of literature. Spine. 2012; 37(1):1-12.
23. Parsa AT, Chi JH, Acosta FL, Ames CP, McCormick PC. Intramedullary
spinal cord tumors: molecular insights and surgical innovation. CNS.
2010; (10):1-12.
25. Putz C, van Middendorp JJ, Pouw MH, Moradi B, Rupp R, Weidner N, et
al. Malignant cord compression: a critical appraisal of prognostic factors
predicting functional outcome after surgical treatment. J Craniovertebr
Junction Spine. 2010; 1(2):67-73.
37