Anda di halaman 1dari 53

BAB 2

PEMBAHASAN

1. Pengertian masa nifas


Masa nifas adalah masa setelah partus selesai dan berakhir setelah kira-kira 6
minggu atau masa yang dimulai setelah kelahiran plasenta dan berakhir ketika alat-
alat kandungan kembali seperti keadaan sebelum hamil.

1.1. Tujuan asuhan masa nifas


 Menjaga kesehatan ibu dan bayinya baik fisik maupun psikologis
 Mendeteksi masalah, mengobati da merujuk bila terjadi komplikasi pada ibu
maupun bayi.
 Memberikan pendidikan kesehatan tentang perwatan kesehatan diri,
nutrisi, KB, cara dan mafaat menyusui, imunisasi, serta perawatan bayi
sehari-hari
 Memberikan pelayanan KB
1.2. Peran dan tanggung jawab bidan dalam masa nifas
 Memberi dukungan yang terus menerus selama masa nifas yang baik dan
sesuai dengan kebutuhan ibu agar mengurangiketegangan fisik dan
psikologis selama persalinan dan nifas.
 Sebagai promotor hubungan yang erat antara ibu dan bayi secara fisik dan
psikologis.
 Mengondisikan ibu untuk menyusui bayinya dengan cara meningkatkan
rasa nyaman.
1.3. Tahapan masa nifas
1. Periode immediate post partum
Masa segera setelah plasenta lahir sampai dengan 24 jam. Pada masa ini
sering terdapat banyak masalah, misalnya pendarahan karena atonia uteri. Oleh
karena itu, bidan dengan teratur harus melakukan pemeriksaan kontraksi uterus,
pengeluaran lochia, tekanan darah, dan suhu.
2. Periode early post partum (24 jam – 1 minggu
Pada fase ini bidan memastikan involusio uteri dalam keadaan normal, tidak
ada perdarahan , lochia tidak berbau busuk, tidak demam, ibu cukup
mendapatkan makanan dan cairan serta, ibu dapat menyusui dengan baik.

3. Periode late post partum (1 minggu – 5 minggu)


Pada periode ini bidan tetap melakukan perawatan dan pemeriksaan sehari-
hari serta konseling KB.
1.4. Kebijakan program masa nifas
1. Kunjungan pertama ( 6-8 jam setelah persalinan )
Tujuannya yaitu :
 Mencegah terjadinya perdarahan pada masa nifas.
 Mendeteksi dan merawat penyebab lain perdarahan dan memberi rujukan
bila pendarahan berlanjut.
 Memberikan konseling kepada ibu atau salah satu anggota keluarga
mengenai bagaimana mencegah perdarahan masa nifas karena atonia uteri.
 Pemberian ASI pada masa awal menjadi ibu.
 Mengajarkan cara mempererat hubungan antara ibu dan bayi baru lahir.
 Menjaga bayi tetap sehat dengan cara mencegah hipotermi.
Jika bidan menolong persalinan, maka bidan harus menjaga ibu dan
bayi untuk 2 jam pertama setelah kelahiran atau sampai keadaan ibu dan
bayi dalam keadaan stabil.
2. Kunjungan kedua ( 6 hari setelah persalinan )
Tujuannya :
 Memastiakan involusio uteri berjalan normal, uterus berkontraksi, fundus
dibawah umbilicus tidak ada perdarahan abnormal, dan tidak ada bau.
 Menilai adanya tanda-tanda demam, infeksi atau kelainan pasca melahirkan.
 Memastikan ibu mendapat cukup makanan, cairan dan istirahat.
 Memastikan ibu menyusui dengan baik dan tidak ada tanda-tanda penyulit.
 Memberikan konseling kepada ibu mengenai asuhan pada bayi, cara
merawat tali pusat dan bagaimana menjaga bayi agar tetap hangat.

3. Kunjungan ketiga ( 2 minggu setelah persalinan )


Tujuannya:
 Memastiakan involusio uteri berjalan normal, uterus berkontraksi, fundus
dibawah umbilicus tidak ada perdarahan abnormal, dan tidak ada bau.
 Menilai adanya tanda-tanda demam, infeksi atau kelainan pasca melahirkan.
 Memastikan ibu mendapat cukup makanan, cairan dan istirahat.
 Memastikan ibu menyusui dengan baik dan tidak ada tanda-tanda penyulit.
 Memberikan konseling kepada ibu mengenai asuhan pada bayi, cara
merawat tali pusat dan bagaimana menjaga bayi agar tetap hangat.

4. Kunjungan keempat ( 6 minggu setelah persalinan )


Tujuannya:
 Menanyakan pada ibu tentang penyulit-penyulit yang dialami atau bayinya.

 Memberikan konseling untuk KB secara dini.

2. Proses laktasi dan menyusui


2.1. Anatomi dan fiologis payudara
Bagian-bagian payudara terdiri dari:
1. Pabrik ASI (Alveoli)
a. Perbentuk seperti buah anggur
b. Dindingnya terdiri dari sel-sel yang memproduksi ASI jika dirangsang oleh
hormon prolaktin
2. saluran ASI (duktus laktiferous)
Berfungsi untuk menyalurkan ASI dari pabrik ke gudang
3. gudang ASI (sinus laktiferous)

Tempat penyimpanan ASI yang terletak dibawah kalang payudara (areola)

4. otot polos (myoepithel)

 otot yang melindungi pabrik ASI


 jika dirangsang oleh hormon oksitosin maka oto yang melingkari pabrik
ASI akan mengerut dan menyemprotkan ASI didalamnya.
 selanjutnya, ASI akan mengalir kesaluran payudara dan berakhir di gudang
ASI
2.2. Dukungan bidan dalam pemberian ASI
a. biarkan bayi bersama ibunya segera sesudah dilahirkan selama beberapa jam
pertama (IMD)
b. ajarkan cara merawat payudara yang sehat pada ibu untuk mencegah masalah
umum yang timbul
c. bantulah ibu pada waktu pertama kali memberi ASI
d. bayi harus ditempatkan didekat ibunya (rawat gabung atau rooming in)
e. memberikan ASI pada bayi sesering mungki
f. hanya berikan kolostrum dan ASI saja
g. hindari susu botol dan dot “empeng”
2.3. Manfaat pemberian ASI
1. bagi bayi
Pemberian ASI dapat membantu bayi memulai kehidupannya dengan baik.
Kolostrum, susu jolong, atau susu pertama mengandung antibodi yang kuat
untuk mencegah infeksi dan membuat bayi menjadi kuat. Penting sekali bagi
bayi untuk segera minum ASI dalam jam pertama sesudah lahir kemudian
setidaknya 2-3 jam.
2. bagi ibu
a. pemberian ASI membantu ibu untuk memulihkan diri dari proses
persalinannya. Pemberian ASI selama beberapa ahri pertama membuat
rahim berkontraksi dengan cepat dan memperlambat perdarahan (hisapan
pada putting susu merangsang dikeluarkannya hormon oksitosin alami
yang akan membantu kontraksi rahim.
b. wanita yang menyususi bayinya akan lebih cepat pulih/turun berat
badannya dari berat badan yang bertambah selama kehamilan.
c. ibu yang menyusui, yang menstruasinya belum muncul kembali akan kecil
kemungkinannya untuk menjadi hamil (kadar prolaktin yang tinggi akan
menekan hormon FSH dan ovulasi).
d. pemberian ASI adalah cara terbaik bagi ibu untuk mencurahkan kasih
sayangnya kepada buah hatinya.
3. bagi semua orang
a. ASI selalu bersih dan bebas hama yang dapat menyebabkan infeksi.
b. pemberian ASI tidak memerlukan persiapan khusus
c. ASI selalu tersedia dan gratis
d. bila ibu memberikan ASI pada bayinya sewaktu-waktu ketika bayinya
meminta (on demand) maka kecil kemungkinannya bagi ibu untuk hamil
dalam 6 bulan pertama sesudah melahirkan.
e. ibu menyusui yang siklus menstruasinya belum pulih kembali akan
memperoleh perlindungan sepenuhnya dari kemungkinan hamil.
2.4. Komposisi gizi dalam ASI
1. protein
Dibandingkan dengan komposisi protein susu mamalia lain, protein ASI
paling rendah, berkisal1,3gr/ml pada bulan pertama dengan rata-
rata1,15gr/100ml dihitung berdasarkan total nitrogen x 6,25. ASI mengandung
whey protein dan casein. Casein adalah protein yang sukar dicerna dan whey
protein adalah protein yang membantu menyebabkan isis pencernaan bayi
menjadi lebih lembut apa bisa dicerna oleh usus bayi. Rasio whey-casein yang
tinggi pada ASI membantu pencernaan bayi dengan membentukkan hasil akhir
pencernaan bayi yang lebih lembut dan mengurangi waktu pengosongan gaster
bayi.
2. lemak
Lemak ASI terdiri dari trigliserid (98-99%) yang dengan enzim lipase akan
terurai menjadi trigliserol dan asam lemak. Enzim lipase tidak hanya terdapat
pada sistem pencernaan bayi, tapi juga dalam ASI. Lemak ASI lebih mudah
dicerna karena sudah dalam bentuk emulsi. Salah satu keunggulan lemak ASI
adalah kandungan asam lemak esensial, docosabexaenoic acid (DHA) dan
arachnoic acid (AA) yang berperan penting dalam pertumbuhan otak sejak
trimester satu kehamilan sampai satu tahun usia anak.
3. vitamin
a. vitamin yang larut dalam lemak
vitamin A adalah salah satu vitamin penting yang tinggi kadarnya
dalam kolostrum dan menurun pada ASI biasa. ASI adalah sumbervitamin A
yang baik dengan konsentrasi sekitar 200 IU/dl.
b. vitamin yang larut dalam air
vitamin c, asam nicotinic, B12, B1 (tiamin), B2 (riboflavin), B6
(pridoksin) sangat dipengaruhi oleh makanan ibu, namun untuk ibu dengan
status gizi normal, tidak perlu diberi suplemen.
4. zat besi
Meskipun ASI mengandung sedikit zat besi (0,5-1,0 mg/liter), namun bayi
yang menyusui jarang terkena anemia. Bayi lahir dengan cadangan zat besi dari
ASI di serap dengan baik (>70%) dibandingkan dengan penyerapan 30% dari susu
sapi dan 10% dari susu formula.
5. zat anti infeksi
ASI mengandung anti infeksi terhadap berbagai macam penyakit, seperti
penyakit saluran pernapasan atas, diare, dan penyakit saluran pencernaan. ASI
sering disebut juga “darah putih” yang mengandung enzim, immunoglobulin, dan
leukosit.
6. laktoferin
Laktoferin banyak dalam ASI (1-6 mg/ml), tapi tidak terdapat dalam susu
sapi. Laktoferin bekerjasama dengan IgA untuk menyerap zat besi dari
pencernaan sehingga menyebabkan terhindarnya suplai zat besi yang dibutuhkan
organisme patogenik, seperti eschericia Coli (E. Coli) dan candida albikans. Oleh
karena itu, pemberian suplemen zat besi kepada bayi menyusui harus lebih
sering dipertimbangkan.
7. faktor bifidus
Faktor bifidus dalam ASI meningkatkan pertumbuhan bakteri baik dalam
usus bayi (laktobacillus bifidus) yang melawan pertumbuhan bakteri patogen (
seperti shigela, salmonella dan e. coli), yang ditandai dengan ph rendah (5-6),
bersifat asam, dari tinja bayi.
8. lisozim
Lisozim termasuk whey protein yang bersifat bakteriosidal, anti inflamasi,
dan mempunyai kekuatan beberapa ribu kali lebih tinggi dari pada susu sapi.
Lisozim dalam melawan serangan e. coli dan salmonella, serta lebih unik
dibandingkan dengan anti bodi lain karena jika yang lain menurun maka kadar
lisozim akan meningkat di ASI setelah bayi berumur diatas 6 bulan-saat bayi
sudah diberikan makanan pendamping ASI (MP ASI. Oleh karena itu
kemungkinan terkena infeksi semakin tinggi.
9. taurin
Taurin adalah asam amino dalam ASI yang terbanyak kedua dan tidak
terdapat dalam susu sapi. Berfungsi sebagai neurottransmitter dan berperan
penting dalam maturasi otak bayi. Karena itu, susu formula bayi kebanyakan
berusaha menambah taurin didalam formulanya.
2.5. Upaya memperbanyak ASI
a) menyusi bayi setiap 2 jam- siang dan malam hari- lama menyusui 10-15
menit setiap payudara.
b) bangunkan bayi, lepaskan baju yang menyebabkan rasa gerah, dan
duduklah selama menyusui.
c) pastikan bayi menyusui dalam posisi menempel yang baik dan dengarkan
suara menelan yang aktif.
d) susui bayi ditempat yang tenang dan nyaman dan minumlah setiap kali
menyusui.
e) tidurlah berseblahan dengan bayi.
f) ibu harus meningkatkan istirahat dan minum.
g) petugas kesehatan harus mengamati ibu yang menyusui bayinya dan
mengoreksi setiap kali terdapat masalah pada posisi penempelan.
h) yakinkan bahwa ia dapat memproduksi susu lebih banyak dengan
melakukan hal-hal tersebut.
2.6. Tanda bayi cukup ASI
a) Bayi kencing setidaknya 6 kali dalam sehari dan warnanya jernih sampai
kuning muda.
b) Bayi sering buang air besar berwarna kekuningan “berbiji”.
c) Bayi tampak puas, sewaktu-waktu merasa lapar, bangun, dan tidur cukup.
Bayi setidaknya menyusui setidaknya 10-12 kali dalam 24 jam.
d) Payudara ibu terasa lembut dan kosong setiap kali selesai menyusui.
e) Ibu dapat merasakan geli karena aliran ASI, setiap kali bayi mulai menyusu.
f) Bayi bertambah berat badannya.
2.7. ASI ekslusif
Yang dimaksud dengan ASI ekslusif adalah pemberian ASI tanpa makanan
dan minuman pendamping (termasuk air jeruk, madu, air gula) yang dimulai sejak
bayi mulai lahir sampai usia 6 bulan.
Pemberian ASI ekslusif ini tidak selamanya harus langsung dari payudara
ibu. Ternyata ASI yang ditampung dari payudara ibu dan ditunda pemberiannya
kepada bayi melalui metode penyimpanan yang benar relatif masih sama
kualitasnya dengan ASI yang langsung dari payudara ibu.
2.8. Cara merawat payudara
1. menjaga payudara tetap bersih dan kering, terutama bagian putting susu.
2. menggunakan Bh yang menyokong payudara.
3. apabila putting susu lecet, oleskan kolostrum atau ASI yang keluar disekitar
putting setiap kali selesai menyusui. Menyusui tetap dilakukan mulai dari puitng
susu yang tidak lecet.
4. apabila lecet sangat besar, dapat diistirahatkan selama 24 jam. ASI dikeluarkan
dan diminumkan menggunakan sendok.
5. untuk menghilangkan nyeri, ibu dapat minum parasetamol setiap 4-6 jam.
6. apabila payudara bengkak akibat pembendungan ASI maka ibu dapat
melakukan :
a. pengompresan payudara dengan menggunakan kain basah dan hangat
selama 5 menit.
b. urut payudara dari arah pangkal keputing atau gunakan sisir untuk mengurut
payudara dengan arah “Z” menuju putting.
C. keluarkan Asi sebagian dari bagian depan payudara sehingga putting susu
menjadi lunak.
d. susukan bayi setiap 2-3 jam. Apabila bayi tidak dapat menghisap seluruh ASI,
sisanya keluarkan dengan tangan.
e. letakkan kain dingin pada payudara setelah menyusui.
2.9. Cara menyusui yang benar
1. posisi ibu dan bayi yang benar
a) berbaring mirin
ini posisi yang amat baik untuk pemberian ASI yang pertama kali
atau bila ibu merasakan lelah atau nyeri. Ini biasanya dilakukan pada ibu
menyusui yang melahirkan melalui operasi sesar.
b) Duduk
untuk posisi menyusui dengan duduk, ibu dapat memilih beberapa
posisi tangan dan bayi yang paling nyaman. Seperti : posisi tangan
memegang bola, posisi tangan memegang double bola, posisi madonna,
posisi tangan transisi/cross cradle dan posisi crisscross hold.
2. proses perlekatan bayi dengan ibu
Langkah-langkah perlekatan atau menyusui yang benar
a) keluarkan Asi sedikit untuk membersihkan putting susu sebelum menyusui.
b) pegang payudara dengan C hold dibelakang areola.
c) hidung bayi dan putting susu ibu berhadapan.
d) sentuh pipi atau bibir bayi merangsang rooting refleks.
e) tunggu sampai mulut terbuka lebar dan lidah menjulur.
f) dekatkan bayi ke ibu dan arahkan putting susu ke atas menyusuri langit
mulut bayi.
g) putting susu, areola, dan sebagian besar gudang ASI tertangkap dengan
mulut bayi.
h) posisi mulut dengan perlekatan yang benar
i) jika bayi sudah dirasa cukup kenyang maka hentikan proses menyusui
dengan memasukkan kelingking kedalam mulut bayi menyusuri langit-
langit mulut bayi.
j) kadang bayi akan tertidur sendiri sebelum proses menyusui diakhiri
(menunjukkan bayi menetek dengan puas).
2.10. Masalah dalam pemberian ASI

1. Pada masa antenatal

Seperti putting susu tidak menonjol atau datar adalah putting yang kurang
menguntungkan tetapi tidak selalu menjadi masalah. Secara umum, ibu tetap
masih dapat menyusui bayinya dan upaya selama antenatalumumnya kurang
berfaedah, seperti memanipulasi putting dengan prasarat hoffman,menarik
narik putting, atau penggunaan breast shield dan breast shell.
2. pada masa setelah persalinan dini

a) Putting susu lecet


pada keadaan ini,seorang ibu sering menghentikan proses menyusui
karena putingnya sakit. Dalam hal ini, yang perlu dilakukan oleh ibu
adalah mengecek bagaimana pelekatan ibu dan bayi, serta mengecek
apakah terdapat infeksi kandida (dimulut bayi) jika gejala berikut ditemui
maka berikan nistatin. Biasanya, kulit akan merah berkilat, kadang gatal,
terasa sakit yang menetap dan kulit kering bersisik (flaky).

b) Payudara bengkak

sebelumnya, kita perlu membedakan antara payudara penuh


karena berisi ASI dengan payudara bengkak. Pada payudara penuh, gejala
yang dirasakan pasien adalah rasa berat pada payudara, panas dan keras,
sedangkan pada payudara bengkak, akan terlihat payudara oedema,
pasien merasakan sakit, putting susu kencang, kulit mengkilat walau tidak
merah, ASI tidak akan keluar bila diperiksa atau di isap, dan badan demam
setelah 24 jam.

c) Abses payudara (mastitis)


mastitis adalah peradangan pada payudara. Ada 2 jenis mastitis,
yaitu non-infective mastitis (hanya karena pembendungan ASI atau
milkstatis) dan infective mastitis (telah terinfeksi bakteri). Lecet pada
putting dan trauma pada kulit juga dapat mengundang infeksi bakteri.

3. pada masa setelah persalinan lanjut

a. sindrom ASI kurang

tanda-tanda yang mungkin saja ASI benar-benar kurang, antara lain:


 Bayi tidak puas setiap kali menyusu, menyusu dengan waktu yang
lama, atau terkadang lebih cepat menyusu. Dikira produksi ASI kurang,
padahal karena bayi telah pandai menyusu.
 Bayi sering menangis atau menolak jika disusui.
 Tinja bayi keras, kering atau berwarna hijau.
 Payudara tidak membesar selama kehamilan (keadaan yang jarang)
atau ASI tidak “datang” setelah bayi lahir.

b. Ibu yang bekerja

seringkali alasan pekerjaan membuat seorang ibu merasa kesulitan


untuk memberikan ASI secara ekslusif. Banyak diantaranya disebabkan
karena ketidak tahuan dan kurangnya niat untuk menyusui bayinya.

c. Pengeluaran ASI

keluarkan ASI sebanyak mungkin dan tampung kedalam cangkir


atau gelas yang bersih. Meskipun langkah ini kelihatannya sederhana,
namun tidak ada salahnya jika bidan memberikan bimbingan tekhnik
memerah ASI yang tepat.

3. Respon orang tua terhadap bayi lahir

3.1. Bounding Attachment

Bounding attachment adalah sentuhan awal atau kontak kulit antara ibu
dan bayi pada menit-menit pertama sampai beberapa jam setelah kelahiran bayi.
Dalam hal ini, kontak ibu dan ayah akan menentukan tumbuh kembang anak
akan optimal. Pada proses ini, terjadi penggabungan verdasarkan cinta dan
penerimaan yang tulus dari orang tua terhadap anaknya dan memberikan
dukungan asuhan dalam perawatannya.
3.2. Respon ayah dan keluarga

Respon setiap ibu dan ayah terhadap bayinya dan terhadap pengalaman
dalam membesarkan anak selalu berbeda karena mencakup seluruh spektrum
reaksi dan emosi, mulai dari kesenangan yang tidak terbatas, hingga dalamnya
keputusan dan duka.

Ikatan awal bayi dan orang tua yaitu :

a. sentuhan (touch)

b. kontak mata (eye to eye)

c. bau badan (odor)

d. kehangatan tubuh (body warm)

e. suara (voice)

4.perubahan fisiologi masa nifas

a. Perubahan system reproduksi

1. Uterus
a. Proeses involusio
Involusio atau pengerutan uterus merupakan suatu proses kembalinya
uterus keadaan sebelum hamil. Proses involusi merupakan salah satu
peristiwa penting dalam masa nifas, disamping proses laktasi ( pengeluaran
ASI ). Uterus ibu yang baru melahirkan masih membesar, jika di raba dari
luar tinggi fundus uteri kira-kira 1 jari di bawah pusat, sedangkan beratnya
lebih kurang 1 kilogram. Hal ini disebabkan oleh banyaknya darah dalam
dinding rahim mengalir dalam pembuluh-pembuluh darah yang membesar.
Sampai hari ke dua, uterus masih membesar dan setelah itu berangsur-
angsur menjadi kecil. Kalau di ukur tinggi uterus pada masa nifas ( sesudah
buang air kecil ). Pada hari ke tiga, kira-kira dua atau tiga jari di bawah
pusat. Hari ke lima, pada pertengahan antara pusat dan sympisis. Hari ke
tujuh, kira-kira dua atau tiga jari di atas sympisis. Hari ke Sembilan, kira-kira
satu jari di atas sympisis. Dan setelah hari ke sepuluh, biasanya uterus
tersebut dari luar tidak teraba lagi. Semuanya ini disebabkan karena
pemberian darah di dalam dinding rahim jauh berkurang, sehingga otot-otot
menjadi kecil. ( S. A Goelam, 1990 )
Jika sampai 2 minggu setelah melahirkan uterus belum juga masuk
panggul, perlu di curigai adanya subinvolusi. Subinvolusi adalah kegagalan
uterus untuk kembali pada keadaan tidak hamil. Penyebab subinvolusi yang
paling sering adalah pertahanannya pragmen plasenta, inveksi, dan
pendarahan lanjut, ketika terjadi subinvolusi, dengan kecurigaan inveksi,
diberi antibiotik.
2. Kontraksi

Kontraksi uterus meningkat secara bermakna setelah bayi keluar, yang di


perkirakan terjadi sebagai respon terhadap penurunan volume intra uteri yang
sangat besar. Kontraksi uterus yang meningkat setelah bayi keluar, ini
menyebabkan iskemia pada lokasi perlekatan plasenta sehingga jaringan
perlekatan antara plasenta dan dinding uterus menjadi nekrosis dan lepas.
Upaya untuk mempertahankan kontraksi uterus selama masa awal nifas ini
penting sekali, maka biasanya suntikan oxytosin ( pitosin ) secara intravena atau
intramuskuler di berikan segera setelah plasenta lahir ( Bobak, 2005 ). Inisiasi
menyusu dini (IMD ) di mana membiarkan bayi di payudara ibu segera setelah
lahir dalam masa ini penting juga di lakukan, karena isapan bayi pada payudara
dapat merangsang pelepasan oksitosin.

3. Afterpains
Dalam minggu pertama sesudah bayi lahir, mungkin ibu mengalami
kram/mules pada abdomen yang berlangsung sebentar, mirip sekali kram waktu
periode menstruasi, keadaan ini di sebut afterpains, yang di timbulkan oleh
karena kontraksi uterus pada waktumendorong gumpalan darah dan jaringan
yang terkumpul di dalam uterus. Kram demikian tadi berlangsung tidak lama
dan tidak penting/ bukan di anggap suatu masalah. Kram/ mules akan lebih
terasa lagi pada saat menyusui bayi oleh karena stimulasi/ rangsangan putting
susu menimbulkan aksi reflex pada uterus. Pada primipara, tonus uterus
meningkat sehingga fundus pada umumnya tetap kencang, sedangkan
multipara kram/mules lebih sering di alamidi mana bisa menimbulkan nyeri
yang bertahan sepanjang masa awal nifas. .

1. Tempat plasenta.
Dengan involusi uterus ini, maka lapisan luar dari deciduas yang
mengelilingi tempat plasenta akan menjadi nekrotik ( layu/mati ). Deciduas yang
mai akan keluar bersama sisa cairan, suatu campuran antara darah yang
dinamakan lokia yang menyebabkan pelepasan jarinagn nekrotik tasi adalah
karena pertumbuhan endometrium.

2. Lokia
Lokia adalah darah dan cairan yang keluar dari vagina selama masa nifas.
Lokia mempunyai bau amis, meskipun tidak terlalu menyengat dan volumenya
berbeda-beda pada setiap ibu. Lokia mengalami perubahan karena proses
involusi. Mula-mula berwarna merah, kemudian menjadi merah tua atau merah
kecoklatan sampai berwarna kekuning-kuningan atau keputih-putihan. Tiga
jenis lokia sesuai dengan warnanya.
a) Lokia rubra berwarna kemerah-merahan dan keluar sampai hari ke-3
dan ke-4
b) Lokia serosa berwarna kecoklatan atau kekuning-kuningan dan keluar
dari hari ke-5 sampai ke-9 berikutnya.
c) Lokia alba berwarna lebih pucat, putih kekuning-kuningan dan keluar
selama 2-3 minggu.
a. Vagina
Pada sekitar minggu ketiga, vagina mengecil dan timbul rudae kembli. Vagina
yang semula sangat teregang akan kembali secara bertahap seperti ukuran sebelum
hamil pada minggu ke-6 sampai ke-8 setelah melahirkan.rugae akan rtelihat kembali
pada minggu ke-3 atau ke-4 estrogen setelah melahirkan sangat berperan dalam
penebalan mukosa vagina dan pembentukan rugae kembali.

b. Perineum
adalah daerah antara vulva dan nanus . biasnaya telah melahirkan, perineum
menjadi agak bengkak/ oedema/ memar dan mungkin ada luka bekas robekan atau
episiotomy,yaitu sayatan unutk mempeluas penegluaran bayi. Proses
penyenmbuhan luka episiotomy sama seperti luka operasi lain. Perhatikan tanda-
tanda infeksi pada luka episiotomy sperti nyeri, merah, panas, bengkak, atau keluar
cairan tidak lazim. Penyembuhan luka biasanya berlangsung 2-3 minggu setelah
melahirkan.

2) perubahan dalam system kardiovaskuler

Pada kehamilan terjadi peningkatan sirkulasi volume darah yang mencapai 50%.
Mentoleransi kehilangan darah pada saat melahirkan perdarahan pervaginam
normalnya 400-500 cc. sedangkanmelaluli caesaria kurang lebih 700-1000cc.
bradikardia (di anggapnormal), jika terjadi takikardia dapat merefleksikan adanya
kesulitan atau persalinan lama dan darah yang keluar lebih dari normal atau
perubahan setelah melahirkan.

3) perubahan dalam system kemih dan saluran kemih


Wanita yang pasca persalinan mengalami suatu peningkatan kapasitas kandung
kemih, pembengkakan dan trauma jaringan sekitar uretra yang terjadi selama proses
melhirkan. Dinding kemih dapat mengalami hiperemesis dan oedema yang di sertai dengan
homarhagi pada daerah-daerah kecil. Uretra dan meatus urinarius juga biasa mengalami
oedema.

Peningkatan kapasitas kandung kemih setelah bayi lahir, trauma akibat kelahiran, dan efek
konduksi anastesi yang menghambat fungsi neural pada kandung kemih menyebabkan
keinginan berkemih menurun dan lebih rentan untuk menimbulkan distensi kandung kemih,
kesulitan buang air kecil dan terjadinya infeksi kandung kemih. Distensi kandung kemih yang
timbul segera setalah ibu melahirkan dapat menyebabkan perdarahan berlebihan karena
keadaan ini bisa menghambat uterus berkontraksi dengan baik. Stasis urinaria juga
meningkatkan terjadinya infeksi pada saluran kandung kemih. Kandung kemih yang penuh
bisa juga meningkatkan kecenderungan kearah relaksasi uterus dengan memindahkan/
mempengaruhi letak uterus dan mengganggu kontraktilitas, yang semua itu bisa
menimbulkan perdarahan.

Apabila terjadi stensi yang berlebihan pada kandung kemih dapat mengalami kerusakan
lebih lanjut (atoni), maka pengosongan kandung kemih yang adekuat harus menjadi
perhatian oleh bidan / perawat dan ibu yang melhirkan. Dengan cara demikian, tonus
kandung kemih biasanya akan pulih kembali dalam waktu 5-7 hari setelah melahirkan.
Saluran kemih kembali normal dalam waktu 2 sampai 8 minggu, tergantung pada:

1. Keadaan / status sebelum persalinan


2. Lamanya partus kala II di lalui
3. Besarnya tekanan kepala yang menekan pada saat persalinan (dr.Dhyanti, SpOG,
kuliah Obsgin).
4) perubuhan dalam system endoktrin
System endokrinnmengalami perubhan secara tiba-tiba selama kala IV persalinan
dan mengikuti lahirnya plasenta.
Perubahan payudara
Selama kehamilan, payudara di siapkan untuk laktasi (hormon estrogen dan progesteron)
kolostrum, cairan payudara yang keluar sebelum produksi susu terjadi pada trimester III
dan minggu pertama post partum. Pembesaran mamae atau payudara terjadi dengan
adanya penambahan system vaskuler dan impatik sekitar mamae. Mamae menjadibesar,
mengeras dan sakit bila di sentuh sementara itu, kosentrasi hormone (estrogen,
progesterone, human chorionic, gonadotropin, prolaktin, krotisol dan insulin) yang
menstimulasi perkembangan payudara selama ibu hamil menurun dengan cepat setelah
bayi lahir. Waktu yang di butuhkan hormone-hormon ini unutk kembali ke kadar sebelum
hamil sebagian di tentukan oleh apakah ibu menyusui atau tidak (bobak, 1995).
5) perubahan tanda-tanda vital
a. suhu
selama 24 jam pertama suhu meningkat menjadi 38°c, akibat meningkatnya kerja
otot dehidrasi dan perubahan hormonal.
b. nadi
dalam periode waktu 6-7 jam sesudah melahirkan, sering di temukan adanya
bradikardi 50-70 kali permenit (normalnya 80-100 kali/menit) dan dapat
berlangsung sampai 6-10 hari setelah melahirkan.

c. tekanan darah

selama beberapa jam setelah melahirkan ibu dapat mengalami hipotensi arthostatik
(penurunan 20 mmhg) yang di tandai dnegan adanya pusing sgera setelah berdiri,
yang dapat terjadi hingga 46 jam pertama. Hasil pengukuran tekanan darah
seharusnya tetap stabil setelah melahirkan. Penuruna tekanan darah bisa
mengindikasikan penyusuain fisiologis terhadap penurunan tekanan intrapeutik
atau adanya hipovelimia sekunder yang berkaitan dengan hemorhagi uterus.
Peningkatan tekanan sistolik 30 mmhg dan penambahan sistolik 15 mmhg yang di
sertai dengan sakit kepala dan gangguan penglihatan, bisa menandakan ibu
engalami preeklamsia dan ibu perlu di evauasi lebih kanjut.

c. Pernafasan
Fungsi pernafasan ibu kembali seperti saat sebelum hamilpada bulan ke enam
setelah melahirkan.

6) perubahan system muskuluskeletal


Perubahan system muskuluskeletal pada ibu selamamasa nifas berlangsung berbalik
dengan selama masa kehamilannya. Perubahan ini meluputi hal-hal yang dapat
membantu relaksasi dan hipermobilitas sendiserta perubahan pusat berat ibu akibat
pembesaran rahim. Untuk menstabilkan sendi dengan lengkap di perlukan waktu
sampai minggu ke-8 setelah ibu melhirkan. Namun kaki ibu belum mengalami
perubahan yang berarti yang sering kali masih membutuhkan sandal/ sepatu yang
lebih besar (bobak, 1995).
7) perubahan system pencernaan
Biasanya ibu akan mengalami konstipasi selama persalinan. Hal ini di sebabkan
karena pada waktu persalinan, alat pencernaan mengalami tekanan yang
menyebabkan kolom menjadi kosong, penegluran cairan berlebih pada waktu
persalinan, kurangnya asupan cairan dan makanan, serta kurangnya aktifitas tubuh.
Supaya buang air besar kembali normal, dapat di atasi dengan diet tniggi
serat, peningkatan asupan cairan, dan ambulasi awal. Bilaini tidak berhasil, dalam 2-
3hari dapat di berikan obat laksansia.
Selain konstipasi, ibu juga mengalami aoreksia akibat penurunan dari
sekresi kelenjar pencernaan dan mempengaruhi perubahan sekresi, serta
penurunan kebutuhan kalori yang menyebabkan kurang nafsu makan.
8) perubahan system hematologi
Selama minggu-minggu terakhir kehamilan,kadar fibrinogen dan plasma,
sertafaktor-faktor pembekuan darah makin meningkat. Pada hari pertama
postpartum, kadar fibrinogen dan plasma akan sedikit menurun, tetapi darah akan
mengental sehingga meningkatkan factor pembekuan darah. Leukositosis yang
meningkat dengan jumlah sel darah putih dapat mencapai 15.000 selama proses
persalinan akan tetap tinggi dalam beberapa hari postpartum. Jumlah sel darah
tersebut masih dapat naik lagi sampai 25.000-30.000 tanpa adanya kondisi patologis
jika wanita tersebut mengalami persalinan yang lama.

proses adaptasi psikologis ibu masa nifas

5.1. adaptasi psikologi ibu masa nifas

Setelah melahirkan, ibu mengalami perubahan fisik dan fisiologis yang juga
mengakibatkan adanya beberapa perubahan dari psikisnya. Ia mengalami stimulasi
kegembiraan yang luar biasa, menjalani proses eksplorasi dan asimilasi terhadap
bayinya, berada di bawah tekanan untuk dapat menyerap pembelajaran yang
diperlukan tentang apa yang harus diketahuinya dan perawatan untuk bayinya,
dan merasa tanggung jawab yang luar biasa sekarang untuk menjadi seorang
“ibu”.

5.2. post partum blues

Fenomena pasca partum awal atau baby blues merupakan sebagian umum
kelahiran bayi biasanya terjadi pada 70% wanita penyebabnya ada beberapa hal,
antara lain lingkungan tempat melahirkan yang kurang mendukung, perubhan
hormon yang cepat, dan keraguan terhadap peran yang baru. Faktor penyebab
biasanya merupakan kombinasi dari berbagai faktor, termasuk adanya gangguan
tidur yang tidak dapat dihindari oleh ibu selama masa-masa awal menjadi seorang
ibu.

5.3. kesedihan dan duka cita

Istilah “berduka” yang diartikan sebagai respon psikologis terhadap


kehilangan. Proses berduka sangat bervariasi, tergantung dari apa yang hilang,
serta presepsi dan keterlibatan individu terhadap apa pun yang hilang.
“kehilangan” dapat memiliki makna, mulai dari pembatalan kegiatan (piknik,
perjalanan atau pesta) sampai kematian orang yang dicintai.
“berduka” dibagi dalam 3 tahap yaitu

1. tahap syok

2. tahap penderitaan

3. tahap resolusi (fase menentukan hubungan yang bermakna)

6. kebutuhan dasar ibu masa nifas

6.1. Nutrisi dan cairan

1. mengonsumsi tambahan kalori tiap hari sebanyak 500 kalori

2. makan dengan diet berimbang, cukup protein, mineral dan vitamin

3. minum sedikitnya 3 liter setiap hari terutama setelah menyusui

4. mengkonsumsi tablet zat besi selama masa nifas

5. minum kapsul vitamin A agar dapat memberikan vitamin A kepada


bayinya melalui ASI

6.2. Ambulasi

Ambulasi dini adalah kebijaksanaan untuk selekas mungkin membimbing


pasien keluar dari tempat tidurnya dan membimbingnya untuk berjalan.
Ambulasi dini tidak dibenarkan pada pasien pada pasien dengan penyakit
jantung,anemia,paru-paru, demam, dan keadaan lain ynag masih
membutuhkan istirahat. Keuntungan dari ambulasi dini yaitu penderita merasa
lebih sehat dan lebih kuat.

6.3. Eliminasi : BAB/BAK


Dalam 6 jam pertama post partum, pasien sudah harus dapat buang air kecil
. biasanya pasien menahan air kencing karena takut akan merasakan sakit pada
luka jalan lahir. Bidan harus dapat meyakinkan pada pasien bahwa kencing
sesegera mungkin setelah melahirkan akan mengurangi komplikasi post
partum. Dalam 24 jam pertama pasien juga harus dapat buang air besar karena
semakin lama feses tertahan dalam usus maka akan semakin sulit untuk buang
air besar secara lancar.

6.4. kebersihan diri / perineum

Langkah penting dalam perawatan diri post partum dengan menjaga


kebersihan seluruh tubuh, daerah kelamin untuk mencegah infeksi dan alergi
kulit pada bayi. Mengganti pembalut setiap kali darah sudah penuh atau
minimal 2 kali dalam sehari. Mencuci tangan dengan sabun dan air setiap kali ia
membersihkan daerah kemaluannya. Jika mempunyai luka episiotomi, hindari
menyentuh daerah luka.

6.5. Istirahat

Ibu post partum sangat membutuhkan istirahat yang berkualitas untuk


memulihkan kembali keadaan fisiknya. Kurangnya istirahat pada ibu post
partum akan mengakibatkan beberapa kerugian misalnya mengurangi jumlah
ASI yang diproduksi, memperlambat proses involusio uterus, menyebabkan
depresi dan ketidak nyamanan untuk merawat bayi dan dirinya sendiri.

6.6. seksual

Secara fisik aman untuk melakukan hubungan seksual begitu darah merah
berhenti dan ibu dapat memasukkan 1 tau 2 jarinya kedalam vagina tanpa
nyeri. Banyak budaya dan agama yang melarang untuk melakukan hubungan
seksual sampai masa waktu tertentu, misalnya setelah 40 hari atau 6 minggu
setelah kelahiran. Keputusan bergantung pada pasangan bersangkutan.
6.7. latihan/ senam nifas

Latihan pada masa nifas dilakukan seawal mungkin dengan catatan ibu
menjalani persalinan dengan normal dan tidak ada penyulit post partum.
Dengan kembali kekuatan otot perut dan panggul akan mengurangi keluhan
sakit ppunggung yang biasanya dialami oleh ibu nifas. Latihan tertentu
beberapa menit setiap hari akan sangat membantu untuk mengencangkan
otot-otot bagian perut.

7. Asuhan ibu masa nifas normal

7.1. pengkajian data fisik dan psikososial

 pengkajian data fisik


a. melakukan pemeriksaan fisik dan penkajian psikososial terhadap ibu,
ayah dan anggota keluarga.
b. mendeteksi adanya penyimpangan dari kondisi yang normal.
c. dari masa prenatal, kaji masalah kesehatan selama kehamilan yang
pernah timbul.
d. kaji prosespersalinan, lama danm jenis persalinan, kondisi selaput dan
cairan ketuban, respon bayi terhadap persalinan, obat-obatan yang
digunakan, respon keluarga khususnya ayah pada persalinan dan kelahiran.
e. pada masa immediate post partum seperti observasi tanda vital.
 pengkajian data psikososial
Respon ibu dan suami terhadap kelahiran bayi pola hubungan ibu, suami
dan keluarga. Kehidupan spritual dan ekonomi keluarga, kepercayaan dan
adat istiadat. Adaptasi psikologi ibu setelah melahirkan, pengalaman
tentang melahirkan , apakah ibu pasif atau cerewet atau sangat kalm.

7.2. riwayat kesehatan ibu


Riwayat kesehatan yang lalu, kaji apakah ibu pernah atau sedang menderita
penyakit yang di anggap berpengaruh pada kondisi kesehatan saat ini. Misalnya penyakit-
penyakit degenaratif ( jantung, DM, infeksi saluran kencing, dan lain-lain)

7.3. pemeriksaan fisik

a. tanda-tanda vital

tanda-tanda vital meliputi suhu tubuh, nadi, pernafasan dan tekanan darah.
Mengukur tanda-tanda vital bertujuan untuk memperoleh data dasar memantau
perubahan status kesehatan klien diantaranya tanda adanya infeksi.

b. payudara

pengkajian payudara pada periode awal pasca partu meliputi penampilan,


pembesaran, simetris, pimentasi, warna kulit, keadaan areola dan integritas putting, posisi
bayi pada payudara, stilation nepple erexi adanya kolostrum, apakah payudara terisi susu,
kepenuhan atau pembengkakan, benjolan, nyeri dan adanya sumbatan duktus, kongesti,
dan tanda-tanda ,mastitis potensial.perabaan pembesaran kelenjar getah bening di ketiak.

c. uterus

evaluasi abdomen terhadap involusio uterus, teraba lembut, tekstur doughy


(kenyal), muskulus rectus abdominal utuh ( intact ), atau terdapat diastasis recti dan
kandung kemih, distensi, striae. Untuk involusi uterus periksa kontraksi uterus, perabaan
distensi blass, posisi dan tinggi fundus uteri: tinggi fundus uterus, lokasi, kontraksi uterus,
nyeri.

d. kandung kemih

pemeriksaan dilakukan dengan palpasi menggunakan 1 atau 2 tangan, akan


teraba apabila ada distensi, jika ada distensi maka lakukan perkusi untuk mengetahui suara
atau tingkatan redupnya.
e. genetalia / perineum

pengkajian perineum terhadap memar, oedema, hematoma, penyembuhan


setiap jahitan, implamasi. Pemerikasaan type, kuntitas dan bau lochia. Pemeriksaan anus
terhadap adanya hemoroid.

f. ekstremitas bawah

pemeriksaan ekstermitas terhadap adanya oedema, nyeri tekan atau panas


pada betis adanya tanda homan, refleks. Tanda homan didapatkan dengan meletakkan satu
tangan pada lutut ibu, dan lakukan tekanan ringan untuk menjaga tungkai tetap lurus.
Dorsipleksi kaki tersebut jika terdapat nyeri pada betis maka tanda homan positif.

g. pengkajian psikologis dan pengetahuan ibu

dalam perubahan psikologis terdapat beberapa periode :

1. periode take in

a). periode ini terjadi 1 sampai 2 hari sesudah masa kelahiran, ibu pasif dan tergantung, dia
khawatir akan tubuhnya.

b). ibu akan mengulang-ulang pengalamannya waktu bersalin dan melahirkan.

C). tidur tanpa gangguan sangat penting, bila ibu ingin mencegah gangguan tidur, pusing, iri
tabel, interverence dengan proses pengembalian keadaan normal.

d). peningkatan nutrisi.

2. periode taking hold.

a). periode ini berlangsung pada hari 2 sampai 4 post partum. Ibu menjadi perhatian pada
kemampuannya menjadi orang tua yang sukses dan meningkatkan tanggung jawab bayinya.
7.2. MERUMUSKAN DIAGNOSA/MASALAH AKTUAL
7.2.1 MASALAH NYERI
Masalah nyeri biasanya muncul atau dirasakan pasien selama hari-hari awal
post partum.
DS : - Keluhan pasien tentang rasa nyeri
DO : - Postpartum hari I sampai hari ke III
7.2.2 MASALAH INFEKSI
DS : - Luka semakin nyeri
- Badan Panas dingin
DO : Vital sign (adanya peningkatan suhu,frekuensi nadi,dan pernapasan)
Adanya tanda-tanda infeksi pada luka jahitan seperti
 Dolor : perubahan bentuk
 Kalor : perubahan suhu (meningkat)
 Rubor : perubahan warna kulit (memerah)
 Functio Laesa : gangguan fungsi tubuh

7.2.3 MASALAH CEMAS

DS : Pasien mengeluh atau mengatakan cemas,takut,selalu menanyakan keadaannya

DO : Ekspresi wajah pasien kelihatan cemas,sedih,dan bingung.

7.2.4 PERAWATAN PERINEUM

Penentuan adanya masalah ini pada pasien didasarkan pada belum mampunya
pasienn untuk melakukan perawatan perineumnya secara mandiri

7.2.4 PAYUDARA ASI EKSKLUSIF

DS : Keluhan nyeri pasien pada payudarannya, pasien mengatakan tidak dapat


menyusui bayinya karena putingnya masuk kedalam.
DO : Putting susu masuk kedalam (tidak menonjol) Adanya abses payudara , payudara
lecet , payudara bengkak.

Pasien kurang semangat ketika di bombing cara menyusui yang benar. Ekspresi wajah
menunjukan kalau pasien kurang suka diberi bimbingan cara menyusui yang benar.

7.2.5 MASALAH KB

DS : Pasien mengatakan tidak ingin memakai alat kontrasepsi, tapi juga ingin menunda
kehamilan berikutnya.

Pasien mengatakan tidak tahu sama sekali tentang alat kontrasepsi.

Pasien mengatakan pernah memakai berbagai alat jenis kontrasepsi tapi rata-rata tidak
cocok

DO : Varises pada kaki banyak dan menonjol

Tekanan darah tinggi

Banyak flek hitam dan jerawat pada wajah

7.2.6 MASALAH GIZI

DS : Pasien megatakan tidak suka makan yang amis-amis

DO : Perbandingan berat badan dan tinggi badan dalam kategori kurus

HB kurang dari normal

Kongjungtiva anemis

7.2.7 Tanda Bahaya

DS : Pasien mengatakan banyak darah yang keluar

Pasien mengatakan mengantuk dan pusing


DO : Keadaan umum lemah

Wajah pasien pucat

Kongjungtiva anemis

Ujung jari pucat

Keringat dingin diwajah

Bibir pucar

Keluar darah pervaginam dalam jumlah banyak

Uterus tidak berkontraksi.

7.2.8 MASALAH PELAKSANAAN MENYUSUI

DS : - Pasien mengatakan tidak dapat menyusui dengan benar

-pasien mengatakan takut untuk menyusui bayinya

-pasien mengatakan bingung karna ASInya tidak keluar

-pasien mengatakan bingung karna putting susunya masuk kedalam

DO : - ada masalah pada payudara (lecet,abses,putting susu masuk kedalam,asi tidak


keluar,pembendungan ASI)

7.3 MERUMUSKAN DIAGNOSA ATAU MASALAH POTENSIAL


7.3.1 GANGGUAN PERKEMIHAN
DS : 1. Pasien mengatakan nyeri pada bagian atas tulang kemaluan
2. pasein mengatakn sudah lebih dari 24jam setelah melahirkan belum
dapat kencing
3. pasien mengatakan takut untuk kencing takut karna khawatir akan
menimbulkan rasa sakit pada luka jahitan.
4. Pasien mengatakan takut untuk jongkok ketika kencig karena khawatur jahitan
pada jalan lahir akan membuka
D0 : 1. Sudah lebih dari 24 jam setelah partus pasien belum buang air kecil
2. kandung keih terraba penuh.

7.3.2 GANGGUAN BAB


DS : Pasien mengatakan sudah 4hari belum buang air besar
- Pasien mengatakan takut untuk BAB karena takut jahitan akan terbuka
- Pasien masih takut untuk jongkok
DO : -sudah lebih dari 4 hari ibu belum buang air besar
- Dengan pemeriksaaan vagina toucher teraba skibala (feses yang mengeras)
pada dinding belakang vagina.
7.3.3 GANGGUAN HUBUNGAN SEKSUAL

DS : - Pasien mengatakan trauma untuk berhubungan seksual karena khawatir sakit


pada bekas luka jahitannya .

-pasien mengatakan tidak mau melakuakan hubungan seksual lagi karena trauma
untuk hamil dan melahirkan lagi

-pasien mengatakan tidak percaya diri untuk melakukan hubungan seksual lagi
karena badannya sudah tidak menarik lagi seperti dulu

DO : - ekspresi wajah tampak sungguh-sungguh ketika menyampaikan isi hatinya

- Adanya haemorhoid yang membesar

7.4. MERENCANAKAN ASUHAN KEBIDANAN

Beberapa contoh perencanaan yang dapat diperuntungkan sesuai dengan kondisi pasien.
7.4.1 EVALUASI SECARA TERUS MENERUS

a) Waspada perdarahan post partum karena atonia uteri dengan melakukan observasi
melekat pada kontraksi uterus selama 4jam pertama post partum dengan
melakukan palpasi uterus
b) Pengukuran vital sign.
c) Pengeluaran pervagina (waspada perdarahan)
d) Proses adaptasi psikollogi pasien dan suami
e) Kemajuan proses laktasi
f) Masalah pada payudara
g) In take cairan dan makanan
h) Perkembangan keterikatanpasien dan bayinya
i) Kemamampuan dan kemauan pasien untuk berperan dalam perawatan bayi

7.4.2 GANGGUAN RASA NYERI

a) Nyeri Perineum
 Beri analgesic oral (paracetamaol 500mg tiap 4jam atau bila perlu)
 Mandi dengan air hangat (walaupun hanya akan mengurangi sedikit rasa
nyeri)
b) Nyeri berhubungan seksual pertama kali setelah melahirkan
 Lakuakan pendekatan kepada pasangan bahwa saat hubungan seksual di
awal post partum akan menimbulkan rasa nyeri. Oleh karena itu, sangat
dipertimbangkan mengenai teknik berhubungan seksual yang nyaman.
c) Nyeri punggung
 Berikan obat pereda obat rasa nyeri (misalnya, neurobion)
 Lakukan fisioterapi (masase dan penyinaran)
 Jaga postur tubuh yang baik (misalnya, duduk selelu tegak, posisi tidur yang
nyaman, bantal tidak terlalu tinggi)
d) Nyeri pada kaki
 Lakukan kompres air hangat dan garam
 Tidur posisi kaki lebih tinggi dari badan
 Masasse kaki menggunakan minyak kelapa
e) Nyeri pada kepala atau sakit kepala
 Berikan obat pereda rasa nyeri
 Kompres air hangat ditengkuk
 Beri masase pada punggung
f) Nyeri pada leher dan bahu
 Kompres air hangat pada leher dan bahu
 Masase bahu dan punggung
 Usahakan posisi tidur yang nyaman dan istirajat cukup

7.4.3 MENGATASI INFEKSI

a.) kaji penyebab infeksi


b.) berikan antibiotika
c.) berikan roborantia
d.) tingkatkan asupan gizi (diet tinggi kalori tinggi protein)
e.) tingkatkan intake cairan
f.) usahakan istirahat yang cukup
g.) lakukan perawatan luka yang infeksi ( jika penyebab luka infeksi karena adanya
luka yang terbuka)

7.4.4 MENGATASI CEMAS

a.) kaji penyebab cemas


b.) libatkan keluarga dalam mengkaji penyebab cemas dan alternative
penanganannya
c.) berikan dukungan mental dan spiritual kepada pasien dan keluarga.
d.) fasilitas kebutuhan pasien yang berkaitan dengan penyebab cemas :
 Sebagai teman sekaligus pendengar yang baik.
 Sebagai konselor
 Pendekatan yang bersifat spiritual

7.4.5 MEMBERIKAN PENDIDIKAN KESEHATAN GIZI

 Tidak berpantang terhadap daging,telur dan ikan


 Banyak sayur dan buah
 Banyak minum ar putih, minimal 3 liter sehari,terutama setelah menyusui
 Tambah kalori 500mg sehari
 Komsumsi tablet vitamin A dan zat besi selama nifas

7.4.6 MEMBERI PENDIDIKAN KESEHATAN TENTANG KB

 Kaji keinginan pasangan menganai siklus reproduksi yang mereka inginkan.


 Diskusikan dengan suami
 Jelaskan masing-masing metode alat kontrasepsi
 Pastiakan pilihan alat kontrasepsi yang paling sesuai untuk mereka.

7.4.7 MEMBERIKAN PENDIDIKAN KESEHATAN TENTANG HUBUNGAN SEKSUAL

 Diawal-awal selesai masa nifas lakukan hubungan seksual dengan hati-hati karena
biasanya akan nyeri pada perineum
 Diskusikam dengan suami tentang pola dan teknik hubungan social yang nyaman.
 Berikan pengertian pada suami mengenai kemungkinan keluhan yang akan dialami
istri saat berhubungan seksual yang pertama kali setelah melahirkan.

7.4.8 MEMBERIKAN PENDIDIKAN KESEHATAN TENTANG SENAM NIFAS

Lakukan senam nifas dengan aturan senam sebagai berikut :

 Senam nifas dilakukan pada hari pertama post partum


 Dilakukan 2 kali sehari
 Setiap macam gerakan dilakukan 5-10 kali

7.4.9 MEMBERIKAN PENDIDIKAN KESEHATAN TENTANG PERAWATAN PERINEUM


 Usahakan luka selalu dalam keadaan kering (keringkan setiap hari setelah
buag air)
 Hindari menyentuh luka perineum dengan tangan
 Bersihkan kemaluan selalu dari arah depan kebelakang
 Jaga kebersihan perineum (ganti pembalut setiap kali sudah penuh minimal
3xsehari)

7.4.10 MEMBERIKAN PENDIDIKAN KESEHATAN TENTANG PERAWATAN BAYI SEHARI-HARI

 Pertahankan lingkungan bayi tetap hangat untuk menjaga supaya tidak terjadi
penurunan suhu bayi
 Cegah iritasi kulit bayi dengan selalu menjaga kebersihan tangan bayi atau pengasuh
bayi
 Jika bayi engalami iritasi kulit, hindari pemakaian bedak pada lokasi iritasi
 Olesi kulit yang iritasi dengan saleb sesuai dengan resep dokter atau jika iritasi
ringan cukup olesi dengan minyak kelapa bersih atau virgin coconut oil (VCO)
 Jaga kebersihan kulit bayi, hindari kulit lembab dengan menganti baju bayi
minimal2kali sehari atau sewaktu-waktu ketika basah oleh keringat atau terkena
muntahan
 Hindari mengosok kulit bayi terlalu keras ketika membersihkan daerah anus dan
ginetalia
 jika ditemukan tanda-tanda alergi pada kulit,misalnya kemerah-merahan dan
berbintik-bintik, segera konsultasikan ke dokter dan hentikan untuk sementara
produk sabun bayi yang digunakam
 usahakan menjemur bayi tiap pagi antara 06.30 sampai dengan 07.00 WIB
 Untuk kenyamanan bayi,pijat kaki dan tangan bayi menjelang tidur menggunakan
baby oil.
 Bersihkan selalu sekitar mulut bayi setiap kali memberikan minum pada bayi
 Hindari memijat daerah perut bayi
 Untuk menghindar trauma kulit bayi karena kuku bayi yang tajam dan panjang,
usahakan selalu memakaikan sarung tangan pada bayi.
 Pilih bahan baju yang tidak kaku dan menyerap keringat untuk bayi.
 Sediakan selalu minyak telon atau kayu putih untuk antisipasi jika bayi mengalami
gangguna perut (kembung) atau kedinginan.

7.4.11 MEMBANTU KENYAMANAN IBU DALAM MENYUSUI

 Upayakan berada dalam posisi yang senyaman mungkin saat menyusui


 Payudara dalam keadaan bersih
 Lebih efektif jika posisi ibu duduk
 Usahakan perut bayi menempel pada perut ibu
 Sendawakan bayi setiap saat habis menyusui
 Menyusui minimal setiap 3 jam sekali atau setiap bayi meminta (on
demand)

7.4.12 MEMBERIKAN PENDIDIKAN KESEHATAN UNTUK MENFASILITASI MENJADI ORANG


TUA

 Berikan dukungan dan keyakinan pada pasangan akan kemampuan mereka sebagai
orang tua
 Upayakan untuk merawat bayi yang selama ini dilakukan sudah cukup bagus
 Perlu persiapan mental dan material karena anak adalah suatu anugrah sekaligus
amanah yang harus dirawat sebaik-baiknya
 Dengan adanya anak akan mengubah beberapa pola dan kebiasaan sehatri-hari
misalnya waktu istirahat,perhatian terhadap pasangan, komunikasi, tuntutan dan
tangggung jawab orang tua sebagi pendidik bagi anak

7.4.13 PERSIAPAN PASIEN PULANG

A . IBU
 Pastikan kondisi ibu siap untuk dibawa pulang (keadaan umum baik,vital
sign normal,orientasi terhadap lingkungan baik,interaksi dengan bayi sudah
ada peningkatan)
 Obat-obatan yang harus diberikan sudah siap, termaksud penjelasan cara
minumnya
 Penjelsan kapan ibu harus control kesehatannya dan bayinya
 Penjelasan mengenai tanda-tanda bahaya dan apa yang harus dilakukan
untuk antisipasi
 Kapan dan siapa yang harus dihubungi jika ia mengalami tanda-tanda
bahaya (no telpon RS atau bidan)
B.SUAMI
 Ikut berperan serta dalam perawatan ibu danb bayi
 Selalu siaga dan waspada jika terdapat tanda-tanda bahaya,serta siap untuk
mengantar istri ke fasilitaskesehatan.
 Selalu memberikan dukungan fisik dan psikologi terhadap istri dalam rangka
keberhasilan proses menyusui
 Sebagai pembuat keputusan kapan istri harus beristirahat (gangguan
istirahat bagi ibu menyusui akan menyebaban prosuksi ASI berkurang dan
depresi ibu nifas)
C.BAYI
 Kondisi bayi baik,tidak ada gangguan pernafasan,badan kuning, dan
gangguan eliminasi
 Pastikan refles isap baik, proses menyusui tidak ada masalah
D,KELUARGA
 Adanya dukungan yang positif bagi ibu nifas untuk keberhasilan proses
adaptasi dan menyusui
 Penentuan pengambilan keputusan yang dominan dalam keluarga
mengenai kapan pasien harus beristirahat dan jenis makanan apa yang
dimakan.
7.4.14 PETUNJUK ANTISIPASI (anticipatory guidance)

A. IBU

 Perawatan perineum’
 Perawatan payudara untuk ibu menyusui
 Perawatan payudara selama pembesaran (distensi)
 Latihan pengencangan abdomen
 Latihan perineum
 Aktivitas/latihan
 Nutrisi
 Istirahat
 Personal hygine
 Normalitas baby blues
 Tanda-tanda bahaya meliputi
o Demam atau kedinginan
o Perdarahan berlebihan
o Nyeri abdomen
o Nyeri berat atau bengkak pada payudara
o Nyeri atau hangat pada betis,dengan atau tanpa edema tungkai
o depresi
 Bagaimana menghubungi bidan dan sumber lain-lain
 Kapan kembali untuk mengevaluasi psaca partum atau kapan kontak melalui telpon.

B.BAYI

 Informasi edukasi bagi ibu yang menyusui


 Jika memberikan susu dari botol
o Penyiapan dan penyimpanan susu formula
o Perawatan dan penyiapan botol dan dot susu
o Bagaimana memegangkan bayi ketika member susu botol
o Bagaimana memegang botol ketika member susu
 Menyendawakan
 Memandikan bayi termaksud mengeramasi
 Memakaikan pakaian
o Bagaimana memakaikan pakaian bayi
o Berapa banyak pakaian yang harus disediakan sesuai keadaan lingkugan dan
suhu
 Membersihkan dan penis bagi bayi laki-laki
 Membersihkan perineum bagi bayi wanita
 Perawatan tali pusat
 Bagaimana mengangkat,memeluk dan mengendong bayi
 Bagaimana menganti popok atau apa yang diharuskan dengan popok tersebut
 Pencegahan dan penanganan ruam popok
 Bagaimana cara mengukur sushu tubuh bayi dan bagaimana cara membaca
thermometer
 Memberikan dot daripada memberikan bayi menghisap jempol atau telapak tangan
 Arti menangis
o Lapar
o Perlu diganti popoknya’
o Perlu diubah posisi atau posisi yang tidak nyaman
o Nyeri misalnya sakit tertusuk peniti popok
o Perlu kasih sayng (digendong atau dibelai)’
o Pakaian atau pembungkus terlalu ketat
 Panggil orang yang memberikan perawatan pediatric atau bawa ke dokter jika hal-
hal berikut
o Demam
o diare
o kongestri pernafasan
o pemberian makan buruk
o menangis akibat gelisa terus menerus
o ikterus (bayi kuning)
o perilaku lesu,tidak ada perhatian saat terjaga
 Pentingnya check up dan imunisasi

C. IBU DALAM HUBUNGANNYA DENGAN ORANG LAIN

 Sibling rivally
 Kebutuhan dan ketakutan pasangan
 Transisi hubungan keluarga
 Keluarga berencana
 Memulai kembali hubungan seksual
o Waktu untuk memulai kembali sangat ditentukan oleh kebutuhan dan
kenyamanan
o Metode alternative untuk memuaskan kebutuhan seksual pada masa nifas
o Masalah privasi, gangguanm dan reflex let down pada wanita menyusui
o Posisi alternated saat menyusui
o Penggunaan preparat hormone atau pelumas untuk ketidaknyamanan
 Kebutuhan waktu utuk bersama dengan pasangan dan berpisah dengan bayinya

7.4 PELAKSANAAN ASUHAN KEBIDANAN

7.5.1 Tindakan Mandiri

 Pemantauan dalam 4jam pertama post partum (vital sign, tanda-tanda


pendarahan)
 Perawatan ibu postpartum
 Bimbingan menyusui dini
 Bimbingan pemantauan kontraksi uterus kepada pasien dan keluarga
 Pemberian dukungan psikologi kepada pasien dan suami
 Pemberian pendidikan kesehatan
 Pemberian tablet vitamin A dan zat besi roboraantia
 Bimbingan cara perawatan payudara
 Bimbingan cara merawart diri
7.5.2 Kolaborasi
a. Dengan dokter ahli kandungan
 Penangana perdarahan dan infeksi
b. Dengan psikolog
 Penanganan depresi post partum lanjut
 Penanganan depresi karena kehilangan
c. Dengan ahli gizi
 Penanganan anemi berat
 Uoaya perbaikan status gizi pada ibu nifas dengan status gizi
buruk
 Penanganan pada pasien yang mengalami kehilangan nafsu
makan dalam jangka waktu yang lama
 Konsultasi penyusunan menu seimbang pada pasien vegetarian
 Konsultasi penyusunan menu seimbang pada pasien dengan
keadaan tertentu (penyakit jantung,DM,infeksi kronis)
d. Dengan ahli fisioterapi
 Penanganan pasien dengan keluhan nyeri pada otot yang
berkepanjangan
 Pemulihan kondisi pasien setelah oprasi sesar
e. Dengan dokter ahli penyakit dalam
 Penanganan pasien dengan penyakit infeksi (misalnya
TBC,hepatitis,infeksi saluran pencernaan)
 Penanganan pasien HIV/AIDS
 Penanganan pasien dengan penyakit gangguan pernafasan
 Penanganan pasien dengan penyakit DM dan jantung
7.5.3 Tindakan pengawasan
a. Pemantauan keadaan umum
b. Pemantauan perdarahan
c. Pemantauan tanda-tanda bahaya post partunm
d. Pemantauan keadaan depresi post partum
7.5.4 Pendidikan/penyuluhan
a. Pasien
 Waspada tanda-tanda bahaya
 Perawatan diri dan bayi
 Gizi (on take cairan dan nutrisi)
 Kecukupan jebutuhan istirahat dan tidur
 Komsumsi vitamin dan tablet zat besi
 Cara menyusui yang benar
 Komunikasi dengan bayi
 Perawatan bayi sehari-hari
b. Suami
 Pengambilan keputusan terhadap keadaan bahaya istri dan bayi
 Pengambilan keputusan kebutuhan istirahat dan nutrisi istri dan bayi
 Orang yang paling siaga dalam keadaan darurat istri dan bayi
 Dukungan yang positif bagi istri dalam keberhasilan proses adaptasi
peran ibu dan proses menyusui
c. Keluarga
 Pemberiian dukungan mental bagi pasien dalam adaptasi peran dan
proses menyusui
 Memfasilitasikan kebutuhan istirahat dan tidur bagi paseien’
 Mendukung pola makan yang seimbang bagi pasien
7.6 evaluasi asuhan kebidanan
7.6.1 tujuan asuhan kebidanan
 meningkatkan, mempertahankan,dan mengembalikan kesehatan
 menfasilitasi ibu untuk merawat bayinya dengan rasa aman dan percaya diri
 memastikan pola hidup menyusui yang mampu
 meningkatkan perkembangan bayi
 meyakinkan ibu dan pasangannya untuk mengembangkankemampuan mereka
sebagai orang tua dan untuk mendapatkan pengalaman berharga sebagai
orangtua
 membantu keluarga untuk menidentifikasi dan memenuhi kebutuhan
mereka,serta mengambangkan tanggung jawab terhadap kesehatan dirinya
sendiri
7,6.2 efektifitas tindakan untuk mengatasi masalah
Dalam melakukan evaluasi beberapa efektif tindakan dan asuhan yang bidan berikan
kepada pasein, bidan perlu mengkaji respon pasien dan peningkatan kondisi yang bidan
targetkan pada saat penyusunan perencanana.hasil pengkajian ini akan bidan jadikan
sebagai acuan dalam pelaksaaan acuhan berikutnya
7.6.3 hasil asuhan
Hasil asuhan merpakan bentuk kongkret dari perubahan kondisi pasien dan keluaraga
yang meliputi :
Pemulihan kondisi pasien, peningkatan kesejahtraaan emosional, penigkatan
pengetahuan,kemampuan pasien mengenai perawatan diri dan bayinya, serta
peningkatan kemandirian pasien dan keluarga dalam memenuhi kebutuhan
kesehatannya.
8.1 tindak lanjut asuhan nifas dirumah
8.1.1.jadwal kunjungan rumah
Jadwal kunjungan runah bagi ibu post partum mengacu pada kebijakan
teknis pemerintah,yaitu 6 hari,2 minggu,dan 6 minggu post partum.dari pemenuhan
target pertemuan antara bidan dengan pasien sangat bervariasi,dapat dilakukan
dengan mengunjungi rumah pasien atau pasien pasien yang dating kebidan atau RS
ketika mengontrolkan kesehatan bayi dan dirinya.
Kualitas pertemuan yang lebih baik adalah jika tenaga kesehatan yang mengunjungi
ruamah pasien karena hasil dari evaluasi akan lebih lengkap dan valid. Bidan akan
mengetahui dengan jelas bagaimana kemampuan ibu dalam melakukan perawatan
bayinya sehari-hari dan kendala yang dia alami dengan kondisinya di rumah. Selain itu,
informasi yang bidan sampaikan kepada keluarga pasien juga akan lebih mengena
karena bidan akan dapat lebih mudah dalam menyusuaikan isi informasi dengan
kondisi rumah dan lingkungannya, termasuk peluang adat yang berlaku dalam
masyarakat itu.
8.1.2. asuhan lanjutan masa nifas di rumah
1. enam hari post partum
Biasanya pada periode 6 haripost partum, pasienlah yang dating ke fasilitas pelayanan
kesehatan unutuk memeriksakan kesehatan dirinya sekaligus bayinya. Walaupun
kenyataan kunjungan pada enam hari post partum jarang di lakukan, namun tdk ada
salahnya jika bidan coba menetapkan beberapa hal yang perlu bidan kaji kepada
pasien.
Pada kunjungan pertama yang perlu bidan kaji antara lain :
1. memastikan involusi uterus berjalan normal, uterus berkontraksi, fundus di bawah
umblukus , tidak ada perdarahan abnormal, dan tidak ada bau.
2. Menilai adanya tanda-tanda demam, infeksi, atau perdarahan abnormal.
3. Memastikan ibu mendapat cukup makanan, cairan dan istirahat.
4. Memastikan ibu menyusui dengan baik dan tidak memperlihatakan tanda- tanda
infeksi.
5. Bagaimana peningkatan adaptasi pasien sebagai dalam melaksanakan perananya di
rumah.
6. Bagaimana perawatan diri dan bayi sehari-hari, siapa yang menbantu, sejauh mana
ia membantu.
8.1.3. penyuluahn masa nifas
Di setiap kali pertemuan atau kunjngan ibu nifas, bidan harus selalu kegiatan
penuluhan dalam perecanaan asuhan dengan pokok-pokok bahasan sebagai
berikut:
1. Gizi
2. Suplemen zat besi dan vitmamin A
3. Kebersihan diri dan bayi
4. Istirahat dan tidur
5. Pemberian ASi
6. Latihan / senam nifas
7. Hubungan seksual
8. KB
9. Tanda-tanda bahaya
9.1. Cara mendeteksi dini komplkasi pada nifas dan penanganannya
Kompliasi pada masa nifas biasanya jarang di temukan selama pasien
mendapatkan asuhan berkualitas, mulai dari masa kehamilan sampai
dengan persalinannya. Jika pasien sering bertatap muka dengan bidan
melalui pemeriksaan antenatal maka bidan mepunyai lebih banyak
kesempatan untuk melakukan penapisan terhadap berbagai kemungkinan
komplikasi yang mungkin muncul pada masa inpartum dan nifas.
9.1.1. Perdarahan pervaginam
1. Antoni uteru
Untuk melakukan penampisan terhadap kemungkinan komplikasi
atoni uteri, bidan perlu mengkaji data yang relavan, yang meliputi
:
a. Data subjektif
Masa hamil
o Umur pasien.
o Paritas.
o Jarak kelahiran anak
o Social ekonomi
o Pekerjaan (berat ringannya aktifitas sehari-hari)
o Riwayat kesehatan reproduksi
o Pola pemenuhan kebutuhan nutrisi
o Keluhan yang berhubungan dengan keadaan anemia
defesiensi zat besi.
Dianjurkan pada waktu inpartu
o Semangat untuk melahirkan bayinya
o Keluhan yang berhubungan dengan kekuatan tubuh
(vitalitas, keadaan umum).
o Perasaan capek, pandangan mata berkunang-kunang.
o Kontraksi yang tidak teratur
b. Data objektif
Mulai masa hamil
o Keadaan umum.
o Kesadaran.
o Vital sign
o Tanda-tanda anemia defesiensi zat besi (konjungtiva,
warna kulit, warna ujung jari, kadar hemoglobin , dll).
o Status gizi ibu hamil
o Kenaikan berat badan
o DJJ.

Dilanjutkan pada waktu inpartu

o Keadaan umum.
o Hasil pemantauan partograf (warning di garis
waspada)
o Proses kelahiran plasenta (spontan, dengan
eksplorasi).
o Apakah persalinan dengan pacuan uteri tonika.
o Pemantauan kontraksi uterus di 2 jam post partum.

9.1.2 infeksi masa nifas

Infeksi nifas mencangkup semua peradangan yang disebabkan oleh masuknya


kuman-kuman kedalam alat genital pada waktu persalinan dan nifas. Factor predisposisi
terjadinya infeksi:

1. semua keadaan yang dapat menurunkan daya tahan penderita, seperti perdarahan,
pre eklampsi, dan juga infeksi lain.
2. Partus lama terutama dengan ketuban pecah dini.
3. Tindakan bedah vagina, yang menyebabkan perlukaan jalan lahir.
4. Tertinggalnya sisa plasenta, selaput ketuban, dan bekuan darah.

9.1.3 sakit kepala, nyeri epigastrik, penglihatan kabur

1. data subjektif

a. ibu mengatakan kepalanya terasa sakit

b. ibu mengatakan nyeri di daerah perut atas samping

c. ibu mengatakan penglihatan kabur

d. ibu mengatakan mual, bahkan sampai muntah

2. data objektif

a. ekspresi wajah ibu kelihatan menahan sakit.

b. mata di kerjap-kerjapkan supaya pandangannya lebih jelas

c. vital sign : tekanan darah meningkat (lebih dari normal).


d. kenaikan berat badan yang drastic sejak kehamilan.

e. kaki oedema dua duanya

9.1.4 pembengkakan diwajah atau ekstremitas

1. deteksi melalui :

a. data subjektif

 Ibu mengatakan wajah dan kakinya membengkak.


 Ibu mengatakan sesak napas dan gampang capek
 Ibu mengatakan badan terasa lemah

b. data objektif

 KU kelihatan menurun (lemah)


 Vital sign : nadi kecil dan cepat, tensi turun, suhu normal, respirasi
meningkat.
 Terdapat oedema pada wajah dan ekstremitas.
 Pasien kelihatan pucat.
 Ujung jari pucat sampai berwarna biru.
 Berkeringat.
 Aktifitas berkurang.

c. pemeriksaan penunjang

 Pemeriksaan EKG
Penanganan :
1. perbanyak istirahat.
2. diet TKTP rendah garam.
3. pemantauan melekat vital sign
4. rujuk ke ahli penyakit dalam (bagi seorang bidan) jika dalam RS lakukan
kolaborasi dengan ahli lain (ahli penyakit dalam, ahli gizi)
9.1.5 demam, muntah, rasa sakit waktu berkemih

1. deteksi dini melalui :

a. data subjektif

 Ibu mengatakan suhu badan naik dan menggigil.


 Ibu mengatakan tidak enak badan.
 Ibu menagatakan muntah setiap habis makan.
 Ibu mengatakan sakit waktu kencing dan terasa panas.
 Ibu mengatakan kalau kencing seperti anyang-anyangen.
 Ibu mengatakan sakit mulai hari kelima setelah melahirkan.

b. data objektif

 Suhu badan meningkat.


 Denyut nadi cepat.
 Sakit saat di tekan (nyeri tekan ) dibagian atas syimpisis pubis dan daerah lipat paha.

c. pemeriksaan laboratorium

 Jumlah leokosit meningkat


 Terdapat bakteri

Penanganan:

1. pemberian parasetamol 500 mg sebanyak 3-4 kali sehari

2. anti biotic sesuai dengan mikroorganisme yang ditemukan

3. minum yang banyak

4. kateterisasi bila perlu

5. makan-makanan yang bergizi


6. jaga kebersihan daerah genetalia

9.1.6 payudara yang berubah jadi merah, panas dan atau terasa sakit

1. pembendungan air susu

Pada permulaan nifas, pabila bayi belum menyusu dengan baik, atau kemudian
apabila kelenjar-kelenjar tidak dikosongkan dengan sempurna, terjadi pembendungan air
susu. Payudara panas, keras, dan nyeri pada perabaan, serta suhu badan tidak naik. Putting
susu mendatar dan ini dapat menyulitkan bayi untuk menyusu. Kadang-kadang pengeluaran
susu juga terhalang duktus laktoferi yang menyempit karena pembesaran vena dan
pembuluh limfe. Penanganan pembendungan dilakukan dengan jalan menyokong payudara
dengan BH dan memberikan analgetik. Kadang-kadang perlu di beri stilboestrol 3 kali sehari
1 mg selama 2-3 hari (sementara waktu). Untuk mengurangi pembendungan dan
memungkinkan air susu dikeluarkan dengan pijatan.

2. mastitis

Tanda-tandanya, antara lain :

1. rasa panas-dingin disertai dengan kenaikan suhu

2. penderita merasa lesuh

3. tidak ada nafsu makan

Infeksi yang biasanya terjadi adalah stapilococcus aureus, dengan tanda-tanda


sebagai berikut :

1. payudara membesar

2. nyeri

3. kulit merah pada suatu tempat


4. membengkak sedikit

5. nyeri pada perabaan

Jika hal tersebut tidak lekas di beri pengobatan maka dapat terjadi abses.

Pencegahan:

1. perawatan putting susu pada masa laktasi merupakan usaha penting unutk mencegah
mastitis.

2. perawatan dengan cara membersihkan putting dengan minyak dan air hangat sebelum
dan sesudah menyusui untuk menghilangkan kerak dan susu yang sudah mongering.

3. bila ada retak atau luka pada putting, sebaiknya bayi jangan menyusu pada bagian
payudara yang sakit sampai luka sembuh. ASI di keluarkan dengan pemijatan

Pengobatan :

1. segera setelah mastitis ditemukan, pemberian susu kepada bayi dari payudara yang sakit
dihentikan dan diberi antibiotic

2. dengan tindakan-tindakan ini, terjadinya abses dapat di cegah karena biasanya infeksi
disebabkan oleh staphylococcus aureus. Penisilin dalam dosis tinggi dapat diberikan.

3. sebelum pemberian penisilin dapat diadakan pembiakan ASI supaya penyebab mastitis
dapat benar-benar di ketahui.

4. bila ada abses, nanah perlu dikeluarkan dengan sayatan sedikit, mungkin pada abses.
Untuk mencegah kerusakan pada duktus laktiferus, sayatan dibuat sejajar.

9.1.7 kehilangan nafsu makan dalam waktu yang lama

1. analisa data

a. ibu merasa trauma dengan persalinannya.


b. stress dengan perubahan bentuk tubuh yang tidak menarik lagi seperti dulu

c. pada ibu post SC yang mual sampai muntah karena pengaruh obat anastesi dan
keterbatasan aktifitas (terlalu lama dalam posisi berbaring , kepala sering pusing)

d. adanya nyeri setelah melahirkan

2. kemungkinan penyulit yang akan muncul

a. pemenuhan kebutuhan nutrisi pada ibu nifas akan kurang

b. terjadi gangguan dalam proses laktasi dan menyusui

c. kurang maksimalnya ibu dalam merawat bayinya

penanganannya :

a. pemberian dukungan mental pada ibu

b. pemberian KIE mengenai pentingnya asuhan gizi yang baik untuk ibu dan bayinya

c. kaji sejauh mana dukungan keluarga untuk mengatasi permasalahan ini

d. fasilitasi dengan pemberian bimbingan dalam menyusun menu seimbang sesuai selera ibu

9.1.8 rasa sakit, merah, lunak, dan atau pembengkakan di kaki

1. data subjektif

a. ibu mengatakan sakit pada tungkai bawah disertai dengan pembengkakan

b. ibu mengatakan susah berjalan

2. data subjektif
a. suhu badan subfebris selama 7 hari meningkat mulai hari ke-10 sampai hari ke 20, yang
disertai dengan menggigil dan nyeri sekali.

b. pada kaki yang terkena akan menunjukkan tanda-tanda :

 Kaki sedikit dalam keadaan fleksi dan rotasi keluar, serta sukar bergerak, lebih panas
dibandingkan dengan kaki satunya.
 Seluruh bagian dari salah satu vena pada kaki terasa tegang dank eras pada paha
bagian atas.
 Nyeri hebat pada lipat paha dan daerah paha
 Reflex tonik akan terjadi spasme arteri sehingga kaki menjadi bengkak, tegang,
putih, nyeri, dan dingin.
 Edema kadang terjadi sebelum atau setelah nyeri dan pada umumnya terdapat
pada paha, tetapi lebih sering dimulai dari jari-jari kaki dan pergelangan kaki
kemudian mulai dari bawah keatas.
 Nyeri pada betis.

3. pemeriksaan penunjang

Cek leb darah (leukosit)

Penanganan :

1. perawatan

a. kaki ditinggikan untuk mengurangi edema, lakukan kompresi pada kaki.

b. kaki dibalut dengan elastic.

2. menyusui tetap dilanjutkan selama kondisi ibu masih memungkinkan

3. tirah baring.

4. antibiotic dan analgetik.


5. anti koagulansia untuk mencegah bertambah luasnya thrombus dan mengurangi bahaya
emboli (misalnya, heparing 10.000 satuan tiap 6 jam per infuse, kemudian diteruskan
dengan warfarin proral).

9.1.9 merasa sedih atau tidak mampu mengasuh sendiri bayinya dan diri sendiri

1. data subjektif

a. riwayat persalinan (spontan/operasi).

b. respon terhadap kelahiran bayinya.

c. kualitas pelayanan penolong persalinan.

d. riwayat perkawinan.

e. ibu anak ke …

f. riwayat pola pendidikan ibu oleh orang tuanya.

g. karakter suami (bentuk dukungan psikologisnya ).

h. umur ibu.

i. status pekerjaan dan pendidikan.

j. tingkat social ekonomi.

k. bagaimana dukungan keluarga

l. respon masyarakat sekitar.

2. data objektif

a. ekspresi wajah saat menceritakan tentang responnya terhadap kelahiran bayinya.

b. cara menyentuh bayinya.


c. kebersihan dirinya.

d. cara menyusui

e. cara melakukan perawatan bayinya.

f. posisi tidur (bersebelahan dengan bayinya atau tidak).

Penaganan :

1. member dukungan mental kepada ibu dan keluarga.

2. memberikan bimbingan cara perawatan bayi dan dirinya.

3. meyakinkan ibu bahwa ia pasti mampu melakukan perannya.

4. mendengarkan semua keluh kesah ibu.

5. memfasilitasi suami dan keluarga dalam memberikan dukungan kepada ibu

Anda mungkin juga menyukai