Penghasilan yang termasuk objek PPh diatur dalam pasal 4 ayat (1) UU tersebut perlu
diberikan perlakuan tersendiri dalam pengenaan pajaknya.
Pertimbangan yang digunakan antara lain:
a) Perlu adanya dorongan dalam rangka perkembangan investasi dan tabungan
masyarakat;
b) Kesederhanaan dalam pemngutan pajak;
c) Berkurangnya beban administrasi, baik bagi Wajib Pajak maupun Direktorat
Jenderal Pajak;
d) Pemerataan dalam pengenaan pajaknya; dan
e) Memerhatikan perkembangan ekonomi dan moneter.
Perlakuan tersendiri dalam pengenaan pajak atas jenis penghasilan tersebut sifat,
besarnya, dan tata cara pelaksanaan pembayaran, pemotongan, atau pemungutan
diatur dengan Peraturan Pemerintah.
Pajak yang dikenakan atas penghasilan-penghasilan tertentu dikenal dengan Pajak
Penghasilan Pasal 4 ayat (2) atau PPh final. Beberapa ciri PPh final adalah:
1. Semua usaha dianggap memiliki laba;
2. Besaran laba kotor atau margin laba sudah ditentukan;
3. Secara umum tidak menggunakan tarif progresif meskipun ada pengenaan
tariff progresif untuk PPh Pasal 21 yang bersifat final;
4. Pengenaan PPh ini diatur dengan atau berdasarkan Peraturan Pemerintah.
Tidak semua PPh final diatur dalam Pasal 4 ayat (2) UU PPh. PPh final diatur
juga dalam beberapa pasal lainnya, yaitu Pasal 17 ayat (2c), Pasal 19, Pasal 21, dan
Pasal 22. Berikut ini diuraikan penghasilan-penghasilan tertentu yang dikenakan PPh
final.
Pajak Penghasilan atas Pengalihan Harta berupa Tanah dan Bangunan
Pajak penghasilan atas pengalihan harta berupa tanah dan/atau bangunan diatur
dalam Peraturan Pemerintah Nomor 48 Tahun 1994 sebagaimana telah diubah
terakhir dengan Peraturan Pemerintah Nomor 71 Tahun 2008, Peraturan Dirjen Pajak
Nomor PER-28/PJ/2009, dan Surat Edaran Dirjen Pajak Nomor SE-30/PJ/2003.
1. Pengertian
Pengalihan hak atas tanah dan/atau bangunan meliputi hal-hal berikut.
a. Penjualan, tukar-menukar, pelepasan hak, penyerahan hak, lelang, hibah,
atau cara lain yang disepakati dengan pihak lain selain pemerintah.
b. Penjualan, tukar-menukar, perjanjian pemindahan hak, pelepasan hak,
penyerahan hak, lelang, hibah, atau cara lain yang disepakati dengan
pemerintah guna pelaksanaan pembangunan, termasuk pembangunan
untuk kepentingan umum yang tidak memerlukan persyaratan khusus.
c. Penjualan, tukar-menukar, penyerahan hak, lelang, hibah, atau cara lain
yang disepakati kepada pemerintah guna pelaksanaan pembangunan untuk
kepentingan umum yang memerlukan persyaratan khusus.
2. Wajib Pajak dan Objek Pajak
Wajib Pajak adalah orang pribadi atau badan yang memperoleh penghasilan
dari pengalihan ha katas tanah dan bangunan.
Wajib Pajak yang dikecualikan dari kewajiban pembayaran atau pemungutan
pajak ini adalah:
a. Orang pribadi yang mempunyai penghasilan di bawah Penghasilan Tidak
Kena Pajak yang melakukan pengalihan hak atas tanah dan/atau bangunan
dengan jumlah bruto pengalihannya kurang dari Rp60.000.000 (enam
puluh juta rupiah) dan bukan merupakan jumlah yang dipecah-pecah;
b. Orang pribadi atau badan yang menerima atau memperoleh penghasilan
dari pengalihan hak atas tanah dan/atau bangunan kepada pemerintah guna
pelaksanaan pembangunan untuk kepentingan umum yang memerlukan
persyaratan khusus;
c. Orang pribadi yang melakukan pengalihan tanah dan/atau bangunan
dengan cara hibah kepada keluarga sedarah dalam garis keturunan lurus
satu derajat, badan keagamaan, badan pendidikan, badan social termasuk
yayasan, koperasi, atau orang pribadi yang menjalankan usaha mikro dan
kecil yang ketentuannya diatur lebih lanjut dengan Peraturan Menteri
Keuangan, sepanjang hibah tersebut tidak ada hubungan dengan usaha,
pekerjaan, kepemilikan, atau penguasaan antar pihak-pihak yang
bersangkutan;
d. Badan yang melakukan pengalihan tanah dan/atau bangunan dengan cara
hibah kepada badan keagamaan, badan pendidikan, badan social termasuk
yayasan, koperasi atau orang pribadi pribadi yang menjalankan usaha
mikro dan kecil yang ketentuannya diatur lebih lanjut dengan Peraturan
Menteri Keuangan, sepanjang hibah tersebut tidak ada hubungan dengan
usaha, pekerjaan, kepemilikan, atau penguasaan antar pihak-pihak yang
bersangkutan; atau pengalihan ha katas tanah dan/atau bangunan karena
warisan;
e. Pengalihan hak atas tanah dan/atau bangunan yang dilakukan oleh orang
pribadi atau badan yang tidak temasuk Wajib Pajak.
Objek pajak ini adalah penghasilan yang diterima atau diperoleh orang pribadi
atau badan dari pengalihan hak atas tanah dan/atau bangunan.
3. Tarif dan Pengenaan Pajak
Tarif PPh ini adalah:
a. Sebesar 5% (lima persen) untuk PPh yang dibayar sendiri oleh orang
pribadi dan badan atau dipungut/dipotong oleh bendaharawan atau pejabat
yang berwenang;
b. Sebesar 1% (satu persen) untuk Wajib Pajak yang usaha pokoknya
melakukan pengalihan hak atas tanah dan/atau bangunan berupa
pengalihan hak atas rumah sederhana dan rumah susun sederhana;
c. Sebesar 5% (lima persen) untuk Wajib Pajak yang usaha pokoknya
melakukan pengalihan hak atas tanah dan/atau bangunan selain pengalihan
hak atas rumah sederhana dan rumah susun sederhana.