Anda di halaman 1dari 26

BAB III

ALAT DAN BAHAN KONSTRUKSI

3.1 Uraian Umum

Dalam pelaksanaan pekerjaan proyek berdasarkan jadwal yang telah


dibuat, maka pengadaan dan pengalokasian peralatan dan material yang cukup
sesuai dengan waktu yang dibutuhkan merupakan hal yang sangat penting.
Penyediaan alat kerja dan bahan bangunan pada suatu proyek memerlukan
manajemen yang baik untuk menunjang kelancaran pengerjaannya dan
pengeluaran biaya menjadi lebih efektif dan efisien karena sesuai dengan jadwal
yang telah direncanakan. Pengadaan bahan bangunan dan alat kerja di sesuaikan
dengan tahapan pekerjaan yang sedang berlangsung. Kurang atau tidak
tersedianya peralatan dan material hanya akan memperlambat pelaksanaan
pekerjaan pada suatu proyek. Material yang berlebihan juga tidak baik sebab akan
membutuhkan tempat penyimpanan yang lebih besar dan juga menjadi tidak
efektif sehingga akan membuat peralatan dan material tersebut rusak atau dalam
kondisi tidak baik.

Bahan atau material yang digunakan harus sesuai dengan RKS (rencana
kerja dan syarat-syarat teknis) dan telah mendapat persetujuan dari Pihak
konsultan MK memeriksa bahan/material yang datang secara langsung, apakah
bahan itu sesuai dengan contoh atau tidak. Jika disetujui, maka pekerjaan dapat
dilanjutkan, namun jika tidak, maka diganti sesuai dengan permintaan konsultan
MK atau sesuai dengan RKS.

3.2 Pengadaan, Penyimpanan Peralatan dan Material

Pada dasarnya pengadaan material dan peralatan disesuaikan dengan


tahapan pekerjaan yang sedang berlangsung. Stok persediaan material akan selalu
di kontrol. Apabila stok material menipis, bagian logistik akan melakukan
pengadaan sesuai dengan kebutuhan. Stok kosong sangat dihindari karena akan
menghambat proses konstruksi. Kontrol peralatan juga dilakukan untuk

Laporan Kerja Praktek Klapa Village 31


meminimalisir resiko multifungsi alat yang dapat menghambat proses
pekerjaan.Untuk peralatan dengan harga yang tidak terlalu mahal seperti
vibrator,bor,dll,biasanya akan disediakan cadangan.Sehingga ketika ada alat yang
rusak dapat langsung diganti tanpa menunggu proses pengadaan oleh logistik.

Dalam proyek konstruksi,yang bertanggung jawab atas penyimpanan alat


dan material adalah bagian gudang atau logistik.Penyimpanan material dan alat
dilakukan sesuai sifat alat dan material itu sendiri. Misal,untuk peralatan
elektronik seperti total station harus disimpan di tempat yang kering dan jauh dari
resiko jatuh atau terbanting,sedangkan alat yang dominan kearah mekanik seperti
bar bender bisa diletakan di luar ruangan, semen diletakan untuk menjamin
peralatan dan material tetap sesuai standar tanpa ada pengurangan kwalitas.

3.3 Alat Konstruksi

Alat konstruksi yang digunakan pada proyek pembangun rusunami Klapa


Village adalah sebagai berikut :

3.3.1 Tower Crane

Tower crane merupakan alat yang berfungsi untuk memindahkan material


dan alat kerja konstruksi baik perpindahan horizontal maupun vertikal. Tower
crane mampu menjangkau tempat yang jauh, mempunyai kapasitas angkut yang
besar, dan dapat diatur mengikuti ketinggian bangunan. Berat maksimum yang
dapat diangkut oleh tower crane adalah sebesar 2 ton. Berat maksimum hanya
dapat dipikul pada pertengahan lengan tower crane. Beban maksumal ujung
lengan hanya diperbolehkan berkisar Antara 1 – 1,5 ton. Kapasitas tower crane
bergantung pada beberapa faktor, yaitu :

a) Kekuatan angina terhadap alat


b) Ayunan benda pada saat dipindahkan
c) Kecepatan pemindahan material
d) Pengereman mesin dalam penggerakan

Laporan Kerja Praktek Klapa Village 32


Bagian – bagian utama penyusun tower crane adalah sebagai berikut :

1) Pondasi, yaitu berfungsi untuk meneruskan beban dari tower crane ke


tanah keras sekaligus sebagai penahan agar tower crane tidak jatuh, pada
bagian ini kaki tower crane dibaut pada pondasi beton yang massif dan
besar.
2) Standard section atau tiang menara, yaitu merupakan bagian vertikal pada
tower crane yang bisa terus bertambah tinggi sesuai kebutuhan proyek,
bagian ini juga disertai tangga agar memudahkan operator naik ke atas.
3) Climbing frame, yaitu bagian ini bisa bergerak naik dan turun dengan
menggunakan hidrolis yang menumpu pada standard section, berfungsi
untuk memasang dan membongkar muat
4) Jib, yaitu merupakan lengan panjang yang dapat berputar 360˚ secara
horizontal, peletakan tower crane dipilih pada titik yang dapat menjangkau
semua area proyek dengan sudut putar tower crane tersebut.
5) Operator cabin atau ruang operator, yaitu tempat untuk operator
pengendali tower crane.
6) Counter weight atau pemberat penyeimbang, yaitu merupakan
penyeimbang lengan crane (jib) ketika mengangkat beban

6 5 4
2

3
1

Gambar 3.1 Tower crane


(Sumber : dokumentasi proyek)

Laporan Kerja Praktek Klapa Village 33


3.3.2 Bekisting Vertikal

Bekisting vertikal pada proyek pembangunan rusunami Klapa Village


menggunakan rangka besi. Penggunaan bekisting dengan rangka besi memiliki
kelebihan tersendiri yaitu dapat dilakukan dengan waktu yang cepat pada saat
pemasangan maupun pembongkaran, dapat digunakan secara berulang-ulang
karena rangka bekisting baja pada awalnya dilakukan pemesanan dahulu sesuai
dengan ukuran perencanaan kolom serta dinding.

Bagian – bagian dari Bekisting vertikal terdiri dari :

1) Lock beam yaitu, terbuat dari sepanjang besi hollow petak, yang diapit
membentuk bentang yang kuat dan kaku.
2) Tie rod + wing nut yaitu, tie rod M16 (16mm) + wing nut yang sesuai
membentuk sabuk pengikat panel bekisting kolom dan menetralisir
tekanan beton sebelum mengeras.
3) Push pull yaitu, merupakan penyangga praktis yang mudah dipasang ke
lock beam yang mengikat sabuk kolom.
4) Sepatu kolom yaitu, sebagai pegangan atau perkuatan push pull

2
3

Gambar 3.2 Bekisting vertikal


(Sumber : dokumentasi proyek)

Laporan Kerja Praktek Klapa Village 34


3.3.3 Theodolite dan Waterpass

Theodolite dan waterpass ini bertujuan untuk mengamati pelaksanaan


pekerjaan proyek terkait penetapan titik-titik penting dalam proses pembangunan
seperti untuk menentukan elevasi lantai dasar, elevasi kolom, kerataan suatu
permukaan plat lantai, mengukur adanya beda tinggi pada suatu permukaan secara
horizontal dan vertikal . Ketepatan pengukuran pada pelaksanaan proyek dari hasil
survey dan pengukuran sangat berpengaruh pada kualitas konstruksi secara
keseluruhan.
7

5 8
5 6
3
6
4 2
2 8
9 3
9
1 7
1 4

Gambar 3.3 Theodolite dan waterpass


(Sumber : dokumentasi proyek)

A. Bagian – bagian dari theodolit :

1) Kaki statif berfungsi untuk menancapkan alat pada tanah


2) Bidang level berfungsi untuk tempat alat.
3) Sekrup pengunci berfungsi untuk mengunci alat agar tidak jatuh.
4) Tali pembawa berfungsi untuk membawa alat.
5) Teropong berfungsi untuk membidik objek.
6) Sekrup penyeimbang berfungsi untuk menyeimbangkan waterpass
7) Pemutar focus berfungsi untuk memperjelas objek yang dibidik
8) Nivo kotak berfungsi untuk mengontrol kedataran waterpass.

B. Bagian – bagian dari waterpass :

1) Kaki statif berfungsi untuk menancapkan alat pada tanah

Laporan Kerja Praktek Klapa Village 35


2) Bidang level berfungsi untuk tempat alat.
3) Sekrup pengunci berfungsi untuk mengunci alat agar tidak jatuh.
4) Tali pembawa berfungsi untuk membawa alat.
5) Teropong berfungsi untuk membidik objek.
6) Sekrup penyeimbang berfungsi untuk menyeimbangkan waterpass
7) Pemutar focus berfungsi untuk memperjelas objek yang dibidik
8) Nivo kotak berfungsi untuk mengontrol kedataran waterpass.
9) Pemutar halus berfungsi untuk memperhalus objek yang dilihat.

3.3.4 Concrete Mixer Truck

Concrete mixer truck merupakan kendaraan yang mengangkut beton segar ready
mix dari batching plan menuju lokasi proyek. Kendaraan ini merupakan truk
khusus yang dilengkapi dengan mixer yang terus berputar selama perjalanan
menuju lokasi proyek, berfungsi untuk mengaduk atau mencampur campuran
beton sehingga tidak mengeras dan tetap homogen. Selain itu, truk ini juga
dilengkapi dengan tangki air yang berfungsi untuk membersihkan mixer dari sisa-
sisa campuran beton setelah dilakukan pengecoran. Sedangkan proses
pengangkutan beton ready mix dilakukan dengan memperhatikan jarak, cuaca,
dan kondisi lalu lintas agar campuran beton tidak setting atau mengalami
pengerasan sebelum mencapai lokasi proyek. Pembangunan proyek ini
bekerjasama dengan Pionir Beton, Holcim, SIB, dan Adhi Mix dengan muatan
sebesar 7 m3.

Gambar 3.4 Concrete mixer truck


(Sumber : dokumentasi proyek)

Laporan Kerja Praktek Klapa Village 36


3.3.5 Concrete Pump

Concret pump berfungsi untuk menyalurkan pasta beton ke lokasi


pengecoran. Pada umumnya alat ini digunakan pada saat pelaksanaan pengecoran
dengan volume besar dan lokasi pengecoran tidak dapat di jangkau truck mixer.
Pompa beton ini juga tersedia dalam bentuk truck yang dapat didatangkan ke site
saat pengecoran akan dilaksanakan,setelah pekerjaan pengecoran Truck pump pun
meninggalkan site, Dalam proyek ini menggunakan merk zoom lion, alat ini
mempunyai kapasitas pengecoran 10 s/d 100m3 perjam dengan tekanan 8 Mpa
atau 80 bar s/d 40 Mpa atau 400 Bar ,menggunakan bahan bakar solar . Seperti
pada gambar 3.5 concrete pump.

Gambar 3.5 Concret pump


(Sumber : dokumentasi proyek)

3.3.6 Concrete Bucket


Concrete bucket merupakan alat bantu untuk menuang beton segar dari
truck mixer menuju lokasi pengecoran. Dalam pengoperasian dibantu tower crane
dengan cara dikaitkan ke tower crane, sehingga dapat mencapai lokasi pengecoran
yang telah ditentukan. Penggunaan concrete bucket membutuhkan operator untuk
membuka dan menutup mulut bucket. Untuk beberapa kasus concrete bucket
dipasang pipa tremie pada mulut bucket sehingga mempermudah dalam
pengecoran. Pada proyek pembangunan rusunami Klapa Village, menggunakan
concrete bucket dengan volume 0,8 m3.

Laporan Kerja Praktek Klapa Village 37


Concret
Bucket

Gambar 3.6 Concrete bucket


(Sumber : dokumentasi proyek)

3.3.7 Pipa Trime


Pipa tremie merupakan alat bantu pengecoran yang dapat mencapai lokasi
dengan luasan terbatas sehingga meminimalisir beton segar yang tercecer. Selain
itu, pipa tremie memiliki fungsi untuk mengatur tinggi jatuh beton sehingga
meminimalisir terjadinya segregasi pada beton.

Pipa tremie

Gambar 3.7 Pipa tremie


(Sumber : dokumentasi proyek)

3.3.8 Concrete Vibrator


Concrete vibrator adalah alat yang mengubah tenaga gerak motor
menjaditenaga getar, yang digunakan untuk mendapatkan kemampatan beton yang
baik dan mencegah timbulnya rongga-rongga dalam adukan beton karena gradasi
agregat kurang baik, khususnya pada tempat-tempat yang tulangannya rapat
sehingga kerikil sulit untuk menempati ruang disela-sela tulangan maka diatasi

Laporan Kerja Praktek Klapa Village 38


degan menggunakan vribrator. Concrete vibrator diperlukan pada saat pencoran
beton agar adukan beton lebih padat serta dapat lebih tercampur sehingga tidak
terdapat banyak rongga udara pada saat pencoran.

Gambar 3.8 Concrete vibrator


(Sumber : dokumentasi proyek)

3.3.9 Bekisting Aluma Table Form


Alumalite table form digunakan sebagai bekisting plat lantai dan balok.
Sistem ini banyak digunakan untuk pelaksanaan pekerjaan plat lantai dan balok
yang tipikal. Dengan sistem ini, pekerjaan bertingkat ( high rise building ) dapat
diselesaikan lebih cepat, mudah, aman dan menghemat biaya. Table form ini
dengan mudah dapat dipindahkan untuk dipergunakan lagi ( removable ) dengan
cara mengendorkan, melepas dan kemudian memasang kembali karena
menggunakan sistem modular. Table form ini juga disebut flying table form.
Karena form work ini berbentuk seperti sebuah meja yang dapat dipindah – pindah
secara melayang dengan menggunakan tower crane. Alumalite table form terbuat
dari bahan alumunium mutu tinggi. Sehingga alat ini tergolong ringan tetapi tetap
kuat menahan beban besar.

Gambar 3.9 Alumalite table form


(Sumber : dokumentasi proyek)

Laporan Kerja Praktek Klapa Village 39


E

D C
A

Gambar 3.10 Bagian – bagian table form


(Sumber : dokumentasi proyek)

a) Screwjack : Pengatur ketinggian table form


b) Staff : Tiang penyangga table form
c) Spandrels/truss : Balok memanjang penahan beban
d) Crossbrace Connectors : Pengaku dan penghubung antar
spandrels/Truss

e) Aluma Beams / Stringer : Balok melintang sebagai perata beban.


Untuk menyangga table form saat pembongkaran, dibutuhhkan suatu alat
yang memiliki sistem seperti dongkrak dan dinamakan Alumalite lowering device.
Alat ini mempunyai sebuah pelat penyangga yang bisa dinaikka dan diturunkan.
Saat menyangga spandrels. Pelat harus dikunci dengan menempatkan bolt pada
lubangnya sesuai dengan ketinggiannya. Kapasitas alat ini 2213 kg, selain
alumalite lowering device, diperlukan roda untuk membantu mengeluarkan table
form.

3.3.10 Cutting Bar


Cutting Bar merupakan alat untuk memotong baja tulangan agar sesuai
dengan ukuran yang diinginkan. Alat ini bekerja dengan memasukkan baja yang
ingin dipotong kedalam cutting bar. Penggunaan cutting bar bertujuan untuk
mempersingkat waktu pengerjaan. Batas dimensi tulangan maksimal untuk
pemotongan menggunakan cutting bar ini adalah diameter 32 mm.

Laporan Kerja Praktek Klapa Village 40


Gambar 3.11 Cutting bar
(Sumber : dokumentasi proyek)

3.3.11 Bar bender


Bar bender adalah alat yang digunakan untuk membengkokan baja
tulangan dengan diameter yang sesuai kapasitas alat. Bar bender dapat mengatur
sudut pembengkokan tulangan dengan mudah dan rapi. Cara kerja alat ini adalah
dengan memasukkan baja yang akan dibengkokan, lalu sudutnya diatur sesuai
dengan sudut yang direncanakan dan panjang pembengkokannya. Setelah itu, baja
tulangan dibengkokan dengan menekan pedal sehingga roda pembengkok akan
berputar sesuai sudut dan pembengkokan yang diinginkan.

Gambar 3.12 Bar bender


(Sumber : dokumentasi proyek)

Laporan Kerja Praktek Klapa Village 41


3.3.12 Dump Truck
Dump truck adalah jenis kendaraan yang digunakan untuk mengangkut
bahan material untuk keperluan konstruksi dari lokasi proyek menuju tempat
pembuangan (dispostal area). Dump truck dapat memindahkan material pada jarak
menengah sampai jarak jauh. Dump truck juga dilengkapi dengan bak terbuka
yang dioperasikan dengan bantuan hidrolic. Bagian belakang bak berfungsi
sebagai engsel atau sumbu putar sehingga memungkinkan material yang diangkut
bisa turun ke tempat yang diinginkan.

Gambar 3.13 Dump truck


(Sumber : dokumentasi proyek)

3.3.13 Backhoe
Backhoe merupakan salah satu jenis alat berat yang digunakan pada pekerjaan
tanah. Backhoe pada pelaksanaan proyek ini digunakan sebagai alat untuk pekerjaan
galian tanah untuk melakukan pembersihan material. Untuk mulai menggali dengan
backhoe bucket dijulurkan ke depan ke tempat galian, bila bucket sudah pada posisi yang
diinginkan lalu bucket diayun ke bawah seperti dicangkulkan, kemudian lengan bucket
diputar ke arah alatnya sehingga lintasannya seperti terlihat pada gambar di bawah.
Setelah bucket terisi penuh lalu diangkat dari tempat penggalian dan dilakukan swing,
dan pembuangan material hasil galian dapat dilakukan ke truk atau tempat yang lain.
Produktivitas backhoe pada pekerjaan penggalian proyek ini adalah
menggali tanah dengan volume 40 m3 dalam waktu 1 jam dengan operator 1 orang.
Backhoe melakukan pekerjaan penggalian selama 8 jam dalam satu hari. Sehingga
produktivitas backhoe dalam satu hari adalah menggali 320 m3 tanah galian.

Laporan Kerja Praktek Klapa Village 42


Gambar 3.14 Backoe
(Sumber : dokumentasi proyek)

3.3.14 Scaffolding
Scaffolding atau juga dikenal sebagai perancah merupakan alat yang berfungsi
untuk menopang konstruksi atau pekerja yang ada diatasnya. Biasanya scaffolding
digunakan untuk menyangga beton diatasnya setelah dilakukan pengecoran sehingga
tetap pada posisinya. Selain itu juga untuk menyangga manusia dan material yang ada di
konstruksi, seperti penggunaan perancah yang dirakit untuk menjadi tangga sementara
selama proses konstruksi.
Bagian – bagian scaffolding :
1) Cross base
Cross base berfungsi untuk menghubungkan bagian yang berbeda tergantung
dengan erat untuk mencegah scaffolding bergerak / tergelincir.
2) Main Frame
Main frame merupakan rangka utama pada rangkaian atau digunakan sebagai
tubuhnya, ada beberapa ukuran tinggi 1.7 m dan 1.9 m sedangkan lebar 1.22 m.
3) Leader frame
Leader frame merupakan bagian yang berada pada atas main frame atau rangka
atas dari scaffolding, bisa digunakan untuk menyambung agar lebih tinggi dan
lebih kokoh.

Laporan Kerja Praktek Klapa Village 43


2 2

33

11

Gambar 3.15 Scaffolding


(Sumber : dokumentasi proyek)

3.3.15 Alat Penunjang Pekerjaan Lain


Alat – alat penunjang yang membantu pekerja dalam mengerjakan proyek dengan
fungsinya yaitu, sebagai berikut :
1) Genset
Genset digunakan sebagai sumber listrik selain PLN teruata saat listrik padam dan saat
pengecoran dimalam hari.

Gambar 3.16 Genset


(Sumber : dokumentasi proyek)

2) Lighting / Penerangan
Alat ini digunakan untuk penerangan ditempatkan ditempat yang gelap
seperti basement dan penerangan pekerjaan di malam hari dan juga waktu
pekerjaan pengecoran yang sering dilakukan pada malam hari.

Laporan Kerja Praktek Klapa Village 44


Gambar 3.17 Lighting
(Sumber : dokumentasi proyek)

3.3.16 Alat Penunjang Keselamatan


Alat-alat yang digunakan pekerja sebagai penunjang keselamatan pekerja
selama bekerja dilapangan. Alat-alat ini harus sesuai dengan SNI yang telah
ditetapkan pemerintah. Alat-alat penunjang keselamatan berupa safety belt, helm,
sepatu kerja, sarung tangan, masker, kacamata, dan lain – lain , berikut adalah
penjelasan dari alat penunjang keselamatan
1) Safety Belt
Safety belt berfungsi menahan beban orang ± 100kg. Safety belt wajib
digunakan oleh pekerja yang berada di ketinggian 2m atau lebih.

Safety
Belt

Gambar 3.18 Safety belt


(Sumber : dokumentasi proyek)

2) Helmet
Standart pengamanan yang digunakan untuk melindungi kepala dari benda
– benda yang jatuh dari atas. Semua orang yang berada di area proyek sesuai jenis
perjaannya wajib menggunakan helmet. Semua pekerja pada proyek

Laporan Kerja Praktek Klapa Village 45


pembangunan rusunami Klapa Village sebelum memasuki lapangan harus
dilengkapi dengan baju seragam, Id card, serta safety shoes adapun beberapa
warna helm yang ditentukan yaitu :
a) Karyawan : Putih diberi logo
b) Tamu atau owner : Putih
c) Tukang kayu : Kuning
d) Tukang besi : Merah
e) Tukang cor dan Kons. Baja : Biru
f) Pekerja elektrikal & mekanikal : Kuning diberi logo

Gambar 3.19 Helmet


(Sumber : dokumentasi proyek)

3) Safety Shoes
Safety shoes yang memiliki ujung yang tahan terhadap benturan serta
mempunyai sole atau tapak anti slip. Safety shoes wajib digunakan jika akan turun
ke lapangan.

Gambar 3.20 Safety shoes


(Sumber : dokumentasi proyek)

Laporan Kerja Praktek Klapa Village 46


4) Polynet
Polynet terbuat dari kain nylon untuk menahan benda jatuh. Polynet bisanya
ditempatkan di pingir lantai atas, void tangga, dll.

Polynet

Gambar 3.21 Polynet


(Sumber : dokumentasi proyek)
5) Peringatan K3
Adapun peraturan pemerintah serta Undang-Undang yang terkait dengan
kesehatan dan Keselamatan Kerja adalah UU No. 1 Tahun 1970 tentang
keselamatan kerja, PER-MEN No.01/Men/1980 tentang K3 Konstruksi Bangunan,
SKB Menaker dan MenPU No. 174/Men/86 dan No. 104/Kpts/86 tentang
pedoman teknis keselamatan dan kesehatan kerja pada tempat kegiatan konstruksi,
serta peraturan pemerintah yang tercantum dalam PP No. 33/1977 tentang,
kesehatan dan keselamatan kerja yaitu kewajiban perusahaan yang
memperkerjakan buruh lebih dari 100 orang untuk menjadi anggota jamsostek
jaminan keselamatan untuk tenaga kerja yang mendapat kecelakaan akan
mendapat tunjangan yang besarnya sesuai dengan perjanjian. Hingga saat ini
bidang usaha jasa konstruksi khusunya yang berhubungan langsung dengan
pelaksanaan pekerjaan konstruksi masih menduduki jajaran atas bidang usaha
dengan tingkat resiko dan kecelakaan kerja yang amat tinggi. Melihat dari kondisi
yang ada setiap penyedia jasa konstruksi selalu berusaha untuk tidak
mengesampingkan aspek-aspek yang berhubungan dengan pelaksanaan K3.

Gambar 3.22 Peringatan K3


(Sumber : dokumentasi proyek)

Laporan Kerja Praktek Klapa Village 47


3.4 Bahan Konstruksi
Bahan bangunan adalah, komponen penting dalam pelaksanaan
Pembangunan suatu proyek. Bahan bangunan merupakan elemen penyusun
bangunan yang perlu mendapat perhatian khusus. Bahan bangunan harus
memenuhi standar mutu bahan yang disyaratkan agar dapat menghasilkan kualitas
bangunan yang diharapkan. Material yang diakai hars memenuhi persyaratan dari
segi kualitas seperti yang tercantum dalam rencana kerja dan syarat (RKS).
Pengetahuan tentang bahan-bahan, metode konstruksi, pemahaman jadwal sangat
diperlukan dalam memilih, menangani, menyimpan bahan. Pengadaan bahan yang
tepat waktu dapat memperlancar pelaksanaan pekerjaan agar proyek dapat selesai
tepat waktu sehingga menghemat biaya. Pengadaan mencakup pembelian
(penawaran) peralatan, material, perlengkapan, tenaga kerja dan jasa yang
dibutuhkan dalam pembangunan dan pelaksanaan suatu proyek. Biaya untuk
bahan yang dibutuhkan pada pendirian suatu bangunan merupakan faktor dominan
dalam menentukan biaya proyek, tetapi faktor waktu juga merupakan hal utama
yang perlu diperhatikan dan dijaga dengan cermat.
Berikut adalah bahan konstruksi yang digunakan pada proyek pembangunan
rusunami Klapa Village, Pondok Kelapa, Jakarta Timur :
3.4.1 Semen
Semen portland memenuhi persyaratan spesifikasi bahan bangunan bagian A SK
SNI 3-04-1989-F atau sesuai SII-0013-82. Semen yang cepat Mengeras
dipergunakan dimana jika hal tersebut dikuasakan tertulis secara tegas oleh
pengawas. Jika mempergunakan semen portxolan pozolan (campuran semen
Portland dan bahan Pozolan) maka semen tersebut harus memenuhi ketentuan SII
0132 Mutu dan Cara Uji Semen Portlanda Pozolandn atau spesifikasi untuk
semen hidraulis campuran.

Gambar 3.23 Semen portland


(Sumber : dokumentasi proyek)

Laporan Kerja Praktek Klapa Village 48


3.4.2 Agregat Halus (Pasir)
Agregat untuk beton harus memnuhi ketentuan dan persaratan dari SII
0052-80 “mutu dan cara uji agregat beton” dan bila tidak tercakup dalam SII
0052-80, maka harus memenuhi spesifikasi untuk beton. Mutu pasir untuk
pekerjaan beton harus terdiri dari:
a) Butir-butir tajam, keras, bersih, dan tidak mengandung lumpur dan bahan-
bahan organis.
b) Agregat halus harus terdiri dari distribusi ukuran partikel-partikel seperti
yang ditentukan di pasal 3.5. dari NI-2. PBI’71.
c) Agregat halus tidak boleh mengandung lumpur lebih dari 5% (ditentukan
terhadap berat kering). Yang diartikan dengan lumpur adalah bagian-
bagian yang dapat melalui ayakan 0,063 mm. Apabila kadar lumpur
melampaui 5%,maka agregat halus harus dicuci. Sesuai dengan PBI’71
bab 3.3. atau SII 0051-
d) Ukuran butir-butir agregat halus, sisa diatas ayakan 4 mm harus minimum
2% berat, sisa diatas ayakan 2 mm harus minimum 10% berat, sisa diatas
ayakan 0,25 mm harus berkisar antara 80% dan 90% berat.
e) Pasir laut tidak boleh dipakai sebagai agregat halus untuk semua beton.
Pada proyek pembangunan Rusunami Klapa Village, Pondok Kelapa,
Jakarta Timur, agregat halus digunakan sebagai bahan campuran semen dan air
untuk pengecoran kolom praktis.

Gambar 3.24 Agregat halus


(Sumber : dokumentasi proyek)

Laporan Kerja Praktek Klapa Village 49


3.4.3 Agregat Kasar (Split)
Yang dimaksud agregat kasar yaitu kerikil dengan besar butir lebih dari 5
mm. Kerikil yang digunakan harus terdiri dari: butir-butir keras, bersih dan tidak
berpori, tidak mengandung zat-zat alkali, bersifat kekal, tidak pecah atau hancur
oleh pengaruh cuaca.

Gambar 3.25 Agregat kasar


(Sumber : dokumentasi proyek)

3.4.4 Batu Bata


Dalam proyek pembangunan rusunami Klapa Village, Batu bata
digunakan sebagai bekesting untuk pile cap. Dalam proyek ini bahan Batu bata
yang digunakan berukuran panjang 20 cm, Lebar 10cm dan tinggi 6cm

Gambar 3.26 Batu bata


(Sumber : dokumentasi proyek)
3.4.5 Air
Air kerja yang digunakan dalam proyek harus sesuai dengan SNI 03-2847-
2002 tentang “Tata cara perhitungan struktur beton untuk bangunan gedung”,
yaitu:
a) Air yang digunakan pada campuran beton harus bersih dan bebas dari
bahan-bahan merusak yang mengandung oli, asam, alkali, garam, bahan

Laporan Kerja Praktek Klapa Village 50


organik, atau bahan-bahan lainnya yang merugikan terhadap beton atau
tulangan
b) Air pencampur yang digunakan pada beton prategang atau pada beton
yang didalamnya tertanam logam aluminium, termasuk air bebas yang
terkandung dalam agregat, tidak boleh mengandung ion klorida dalam
jumlah yang membahayakan
c) Air yang tidak dapat diminum tidak boleh digunakan pada beton, kecuali
ketentuan berikut terpenuhi
d) Pemilihan proporsi campuran beton harus didasarkan pada campuran
beton yang menggunakan air dari sumber yang sama
e) Hasil pengujian pada umur 7 dan 28 hari pada kubus uji mortar yang
dibuat dari adukan dengan air yang tidak dapat diminum harus mempunyai
kekuatan sekurang-kurangnya sama dengan 90% dari kekuatan benda uji
yang dibuat dengan adukan air yang dapat diminum. Perbandingan uji
kekuatan tersebut
harus dilakukan pada adukan serupa, terkecuali pada air pencampur, yang
dibuat dan diuji sesuai dengan “Metode uji tekan untuk mortar semen hidrolis”
(Menggunakan spesimen kubus dengan ukuran sisi 50 mm)”
Air kerja yang digunakan pada proyek pembangunan rusunami Klapa
Village, diambil dari sumuran yang berada pada lokasi proyek tersebut.

Gambar 3.27 Air kerja


(Sumber : dokumentasi proyek)

Laporan Kerja Praktek Klapa Village 51


3.4.6 Baja Tulangan
Baja tulangan beton yang digunakan adalah baja berbentuk batang
penampang bundar yang digunakan untuk penulangan beton. Tulangan beton
merupakan bagian dari struktur beton bertulang yang berfungsi menahan gaya
tarik. Berdasarkan bentuknya, baja tulangan beton dibedakan menjadi dua jenis
yaitu tulangan polos dan tulangan ulir. Baja tulangan beton polos (BJTP) adalah
baja tulangan beton berpenampang bundar dengan permukaan rata tidak bersirip
dan baja tulangan beton ulir (BJTD) adalah baja tulangan beton dengan bentuk
khusus, yang permukaannya memiliki ulir melintang dan rusuk memanjang untuk
meningkatkan daya lekat dan guna menahan gerakan membujur dari batang secara
relative terhadap beton.
Mutu yang digunakan untuk tulangan polos adalah U-24 dan U-40 untuk
tulangan ulir, sesuai dengan SII 0136-84. Tidak semua diameter tulangan polos
tersedia dipasaran, hanya diameter tertentu saja yang tersedia. Diameter tulangan
polos yang tersedia di Indonesia sesuai dengan SNI 2052-2014 dapat dilihat pada
Tabel 3.1 Diameter Tulangan Polos (SNI 2052-2014) adalah sebagai berikut:

Tabel 3.1 diameter tulangan polos (SNI 2052-2014)

Laporan Kerja Praktek Klapa Village 52


Seperti halnya dengan tulangan polos, tidak semua tulangan ulir terjual
dipasaran, karena itu saat pendisainan suatu gedung perlu ditinjau ukuran yang
tersedia di pasaran. Diameter tulangan ulir yang tersedia di Indonesia sesuai
dengan SNI 2052-2014 dapat dilihat pada tabel 3.2 diameter tulangan ulir adalah
sebagai berikut:

Tabel 3.2 diameter tulangan ulir (SNI 2052-2014)


Tabel 3.3 Diameter Tulangan Ulir (SNI 2052-2014) Pembagian tulangan yang
digunakan pada proyek pembangunan rusunami Klapa Village adalah sebagai
berikut:
 Ø8, Ø10, Ø12, Tulangan Polos U-24 ( BJTP 24 )
 D10, D13, D16, D19, D22, D25, D29, D32 Tulangan Ulir U- 40 ( BJTD
40 )
Bahan baja tulangan pada proyek pembangunan rusunami Klapa Village dapat
dilihat pada gambar dibawah ini.

Gambar 3.28 dan 3.29 Baja tulangan polos dan Baja tulangan ulir
( Sumber : Dokumentasi Proyek )

Laporan Kerja Praktek Klapa Village 53


3.4.7 Bahan Penunjang
a) Kawat Bendrat
Kawat bendrat digunakan sebagai pengikat rangkaian tulangan-tulangan
antara satu tulangan dengan yang lainnya baik untuk tulangan kolom, balok, slab,
shear wall, retaining wall atau pun rangkaian tulangan lainnya sehingga
membentuk sutau rangkaian rangka elemen struktur yang siap dicor. Selain itu,
kawat ini juga dapat digunakan untuk hal-hal lain, seperti pengikatan beton
decking pada tulangan serta mengikat material-material lain. Diameter kawat
bendrat yang digunakan pada proyek pembangunan rusunami Klapa Village
adalah 1 mm.

Gambar 3.30 Kawat bendrat


(Sumber : dokumentasi proyek)
b) Plywood
Plywood adalah papan material yang tersusun dari beberapa lapis kayu
melalui proses perekatan dan pemampatan tekanan tinggi. Plywood terdiri dari
kombinasi lapisan serat serat kayu dan kulit kayu dengan lapisan permukaan luar
lebih kuat daripada lapisan tengah yang berfungsi untuk mereduksi pemuaian dan
tekanan tekuk. Sifat dasar plywood tidak mudah untuk di tekuk, lebih tahan cuaca.
Plywood biasa hanya bisa digunakan 2 hingga 3 kali pemakaian. Plywood biasa
yang digunakan untuk bekisting memiliki ketebalan 9 mm, 12 mm, dan 15 mm.
Plywood biasa tersedia ukuran 120 cm x 240 cm dan 90 cm x 180 cm.

Laporan Kerja Praktek Klapa Village 54


Plywood

Gambar 3.31 Plywood


(Sumber : dokumentasi proyek)

c) Kawat Ayam
Kawat ayam digunakan dalam membantu menentukan batas dari
pengecoran sehingga beton segar hanya berada pada daerah cor yang sudah
ditentukan.

Gambar 3.32 Kawat ayam


(Sumber : dokumentasi proyek)

d) Beton Decking
Beton decking atau tahu beton adalah beton atau spesi yang dibentuk
sesuai dengan ukuran selimut beton yang diinginkan. Biasanya berbentuk kotak-
kotak atau silinder. Dalam pembuatannya, diisikan kawat bendrat pada bagian
tengah yang nantinya dipakai sebagai pengikat pada tulangan. Beton decking
berfungsi untuk membuat selimut beton sehingga besi tulangan akan selalu
diselimuti beton yang cukup, sehingga didapatkan kekuatan maksimal dari
bangunan yang dibuat. Selain itu, selimut beton juga menjaga agar tulangan pada

Laporan Kerja Praktek Klapa Village 55


beton tidak berkarat (korosi). Pada proyek pembangunan rusunami Klapa Village
ukuran beton decking yang digunakan adalah 3,5 cm.

Gambar 3.33 beton decking


(Sumber : dokumentasi proyek)

Laporan Kerja Praktek Klapa Village 56

Anda mungkin juga menyukai