Anda di halaman 1dari 32

TUMOR MEDULA SPINALIS

OLEH:

NINIE FATHRIANI A. SEMMAGGA

RETNO IRIANI PAKAYA

MUH. AQSA

RULYANIS

YULIADI YUSUF

SRI MAHARDIKA

WA ODE YULIANTI TOGALA

DOSEN:

MEGAWATI SIBULO, S.KEP.,NS.,M.KEP.SP.KMB

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN

FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI ALAUDDIN MAKASSAR

2018
KATA PENGANTAR

Bismillahirrohmanirrohim

Assalamu’alaykum Warohmatullahi Wabarokaatuh

Pertama-tama, marilah senantiasa kita memanjatkan puji dan syukur atas

kehadirat Allah Swt, karena atas berkah limpahan rahmat dan hidayah-Nya,

sehingga kita masih diberikan kekuatan, kesehatan, dan kesempatan untuk masih

dapat bekerja demi dunia dan akhirat kita. Tak lupa pula kita menyampaikan

sholawat dan salam kepada Rosulullah Saw, beserta sahabat dan keluarganya

sekalian, yang sang Murobbi tebaik kita di dunia dan akhirat.

Dalam makalah ini, kami membahas mengenai konsep medis dan konsep

keperawatan yang menitikberatkan pada penyakit mengenai Tumor Medula

Spinalis Makalah ini bersumber dari berbagai referensi berupa buku dan artikel

ilmiah.

Semoga makalah ini dapat memberikan pemahaman dan bermanfaat bagi

pembaca semua. Terima kasih.

Wassalamu’alaykum warohmatullahi wabarokaatuh.

Samata, 19 September 2018

Kelompok 1
DAFTAR ISI

HALAMAN SAMPUL........................................................................................

KATA PENGANTAR.........................................................................................

DAFTAR ISI......................................................................................................

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar belakang.......................................................................................

B. Rumusan masalah..................................................................................

C. Tujuan penulisan....................................................................................

D. Manfaat penulisan..................................................................................

BAB II PEMBAHASAN

A. Konsep Medis........................................................................................

B. Konsep Asuhan Keperawatan................................................................

BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan.............................................................................................

B. Saran........................................................................................................

DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Medula spinalis tersusun dalam kanalis spinalis dan diselubungi oleh

sebuah lapisan jaringan konektif, dura mater. Medulla Spinalis merupakan

bagian dari Susunan Syaraf Pusat. Terbentang dari foramen magnum sampai

dengan L1, di L1 melonjong dan agak melebar yang disebut conus terminalis

atau conus medullaris. Tumor medula spinalis merupakan suatu kelainan

yang tidak lazim, dan hanya sedikit ditemukan dalam populasi. Namun, jika

lesi tumor tumbuh dan menekan medula spinalis, tumor ini dapat

menyebabkan disfungsi anggota gerak, kelumpuhan dan hilangnya sensasi.

B. Rumusan Masalah

Adapun rumusan masalah dalam makalah ini adalah sebagai berikut.

1. Bagaimanakah defenisi dari tumor medulla spinalis?

2. Bagaimanakah patofisiologi dari tumor medulla spinalis?

3. Bagaimanakah pengobatan dari penyakit Systemic Lupus Erythematosus ?

C. Tujuan Penulisan

Adapun tujuan penulisan dalam makalah ini adalah sebagai berikut.

1. Untuk menjelaskan mengenai konsep dan defenisi dari tumor medulla

spinalis

2. Untuk memberikan gambaran mengenai patofisiologi tumor medulla

spinalis

3. Untuk menjelaskan pengobatan yang sesuai dengan tumor medulla spinalis

D. Manfaat Penulisan

Adapun manfaat penulisan makalah ini adalah sebagai berikut.

1. Untuk menambah konsep pengetahuan mengenai penyakit tumor medulla


spinalis
2. Sebagai bahan referensi dalam proses pembelajaran.

3. Sebagai bahan pertimbangan dalam penulisan asuhan keperawatan.


BAB II

PEMBAHASAN

A. KONSEP MEDIS
1. Defenisi
Tumor medula spinalis merupakan suatu kelainan yang tidak lazim,
dan hanya sedikit ditemukan dalam populasi. Namun, jika lesi tumor
tumbuh dan menekan medula spinalis, tumor ini dapat menyebabkan
disfungsi anggota gerak, kelumpuhan dan hilangnya sensasi.
Tumor medulla spinalis adalah tumor yang berkembang dalam
tulang belakang atau isinya dan biasanya menimbulkan gejala-gejala
karena keterlibatan medulla spinalis atau akar-akar saraf. ( Devi A.K.
Buana, 2017)
2. Anatomi dan fisiologi
Medulla Spinalis merupakan bagian dari Susunan Syaraf Pusat.
Terbentang dari foramen magnum sampai dengan L1, di L1 melonjong
dan agak melebar yang disebut conus terminalis atau conus medullaris.
Terbentang dibawah conu terminalis serabut-serabut bukan syaraf yang
disebut filum terminale yang merupakan jaringan ikat. Terdapat 31
pasang syaraf spinal: 8 pasang syaraf servikal, 12 Pasang syaraf
Torakal, 5 Pasang syaraf Lumbal, 5 Pasang syaraf Sakral dan 1 pasang
syaraf koksigeal. Akar syaraf lumbal dan sakral terkumpul yang disebut
dengan Cauda Equina. Setiap pasangan syaraf keluar melalui
Intervertebral foramina. Syaraf Spinal dilindungi oleh tulang vertebra
dan ligamen dan juga oleh meningen spinal dan CSF. ( Devi A.K.
Buana, 2017)
a. Meningen Spinal
Meningen Spinal terdiri atas tiga lapis yaitu: Dura mater, arachnoid
dan piamater. Duramater yang merupakan lapisan yang kuat,
Membran fibrosa, Bersatu dengan filum terminale. Piamater berupa
lapisan tipis, kaya pembuluh darah, nyambung dengan medula
spinalis. Rongga antara periosteum dengan duramater disebut
dengan epidural yang merupakan area yang mengandung banyak
pembuluh darah dan lemak. Rongga antara duramater dengan
arachnoid disebut dengan subdural. Sub dural tidak mengandung
CSF. Rongga antara Arachnoid dan Piamater disebut dengan
Subarachnoid. Pada rongga ini terdapat Cerebro Spinal Fluid,
pembuluh darah, dan akar-akar saraf. ( Devi A.K. Buana, 2017)
b. Cairan serebro spinal
Cairan Serebro Spinal merupakan Cairan bening hasil ultrafiltrasi
dari pembuluh darah di kapiler otak. Cairan ini selalu dipertahankan
dalam keadaan seimbangan antara produksi dan reabsorpsi oleh
pembuluh darah. CSF engandung air, protein dalam jumlah kecil,
oksigen dan karbondioksida, Na,K,Ca,Mg,Cl, glukosa, Sel darah
putih dalam jumlah kecil, dan material organik lainnya. ( Devi A.K.
Buana, 2017)
c. Struktur Internal.
Terdapat substansi abu abu dan substansi putih. Substansi Abu-abu
membentuk seperti kupu-kupu dikelilingi bagian luarnya oleh
substansi putih. Terbagi menjadi bagian kiri dan kanan oleh anterior
median fissure san median septum yang disebut dengan posterior
median septum. Keluar dari medula spinalis merupakan akar ventral
dan dorsal dari syaraf spinal. Substansi abu-abu mengandung badan
sel dan dendrit dan neuron efferen, akson tak bermyelin, syaraf
sensoris dan motoris dan akson terminal dari neuron. Substansi abu-
abu membentuk seperti huruf H dan terdiri dari tiga bagian yaitu:
anterior, posterior dan Comissura abu-abu. Bagian Posterior sebagai
input /afferent, anterior sebagai Output/efferent, comissura abu-abu
untuk refleks silang dan substansi putih merupakan kumpulan serat
syaraf bermyelin. ( Devi A.K. Buana, 2017)
3. Klasifikasi
Klasifikasi tumor berdasarkan asal dan sifat selnya :
a. Tumor Medula Spinalis Primer
Tumor Medula Spinalis Primer dapat bersifat jinak maupun
ganas. Tumor primer yang bersifat ganas contohnya Astrositoma,
Neuroblastoma dan Kordoma, sedangkan yang bersifat jinak
contohnya Neurinoma, Glioma dan Ependimona (neoplasma yang
timbul pada kanalis sentralis medula spinalis).

b. Tumor Medula Spinalis Sekunder


Tumor Medula Spinalis Sekunder selalu bersifat ganas karena
merupakan metastatis darin proses keganasan di tempat lain seperti
kanker paru-paru, kanker payudara, kelenjar prostat, ginjal,
kelenjar tiroid atau limfoma. (Price, 2006).

Klasifikasi tumor berdasarkan lokasi tumor terhadap dura dan


medula spinalis

a. Tumor Ekstradural
Tumor Ekstradural pada umumnya berasal dari kolumna
vertebralis atau dari dalam ruang ekstradural. Tumor ekstradural
terutama merupakan metastasis dari lesi primer di payudara,
prostat, tiroid, paru-paru ginjal dan lambung. (Price, 2006).
b. Tumor Intardural
Tumor Intardural dibagi menjadi :
1) Tumor Ekstramedular
Tunor ekstramedular terletak antara dura dan medulla
spinalis. Tumor ini biasanya neurofibroma atau meningioma
(tumor pada meningen). Neurofibroma berasal dari radiks saraf
dorsal.
2) Tumor Intramedular
Tumor intramedular berasal berasal dari medulla spinalis
itu sendiri. Struktur histologi tumor intramedular pada dasarnya
sama dengan tumor intrakranial. Lebih dari 95% tumor ini
adalah glioma. Berbeda dengan tumor intrakranial, Tumor
intramedular cenderung lebih jinak secara histologis. (Price,
2006).
4. Etiologi
a. Tumor Medula Spinalis Primer
Penyebab tumor medula spinalis primer sampai saat ini belum
diketahui secara pasti. Beberpa penyebab yang mungkin dan hingga saat
ini masih dalam tahap penelitian adalah virus, faktor genetik, dan bahan-
bahan kimia yang bersifat karsinogenik
b. Tumor Medula Spinalis Sekunder
Adapun tumor sekunder (metasis) disebabkan oleh sel-sel kanker
yang menyebar dari bagian tubuh lain melalui aliran darah yang
kemudian menembus dinding pembuluh darah, melekat pada jaringan
medula spinalis yang normal dan membentuk jaringan tumor baru
didaerah tersebut. (muttakin, Arif. 2008)
5. Patofisiologi

Kondisi patofisiologi akibat tumor medula spinalis disebabkan oleh


kerusakan infiltrasi, pergeseran dan dekompresi medula spinalis dan cairan
serebrospinal. Derajat gejala tergantung dari tingkat dekompresi dan
kecepatan perkembangan, adaptasi bisa terjadi dengan tumor yang tumbuh
laban, 85% tumor medula spinalis jinak. Terutama tumor neoplasma baik
yang timbul ekstramedula atau intra medula. Tumor sekunder atau tumor
metastase dapat juga mengganggu medula spinalis dan lapisannya serta ruas
tulang belakang. Tumor ekstramedular dari tepi tumor intramedular pada
awalnya menyebabkan nyeri akar saraf subjektif. Dengan pertumbuhan tumor
bisa muncul defisit motorik dan sensorik yang berhubungan dengan tingkat
akar dan medula spinalis yang terserang. Karena tumor membesar terjadilah
penekanan pada medula spinalis. Sejalan dengan itu pasien kelihangan fungsi
semua motor dan sensori dibawah lesit/tumor. Tumor medula spinalis, yang
dimulai dari medula sinalis, sering menimbulkan gejala seperti pada sentral
medula spinalis, termasuk hilang rasa nyeri segmental dan fungsi temperatur.
Tambahan pula fungsi sel-sel tanduk anterior sering kali hilang, terutama pada
tangan. Seluruh jalur sentral yang dekat benda kelabu menjadi disfungsi.
Hilangnya rasa nyeri dan sensori suhu dan kelemahan motorik berlangsung
sedikit demi sedikit, bertambah berat dan menurun. Motorik cauda dan fungsi
sensorik yang terakhir akan hilang, termaksud hilang fungsi eliminasi fecal
dan urine. (muttakin, Arif. 2008)

6. Manifestasi Klinis
a. Foramen Magnum
Gejalanya aneh, tidak lazim, membingungkan dan tumbuh
lambat sehingga sulit menentukan diagnosis. Gejala awal dan
tersering adalah nyeri servikalis posterior yang disertai dengan
hiperestesia dalam dermaton vertebra servikalis kedua (C2).
b. Servikal
Menimbulkan tanda-tanda sensorik dan motorik mirip lesi
radikular yang melibatkan bahu lengan dan mungkin juga
menyerang tangan. Keterlibatan tangan pada lesi servikalis bagian
atas (misal, diatas C4) diduga disebabkan oleh kompresi suplai
darah ke kornu anterior melalui arteria spinalis anterior.
c. Torakal
Seringkali dengan kelemahan spastik yang timbul perlahan
pada ekstremitas bagian bawah dan kemudian mengalami
parestesia. Pasien dapat mengeluh nyeri, perasaan terjepit dan
tertekan pada dada dan abdomen, yang mungkin dikacaukan
dengan nyeri akibat gangguan intratorakal dan intra abdominal.
d. Lumbosakral
Suatu sutuasi diagnostik yang rumit timbul pada kasus tumor
yang melibatkan daerah lumbal dan sakral karena dekatnya letak
segmen lumbal bagian bawah, segmen sakral dan radiks saraf
desendens dari tingkat medula spinalis yang lebih tinggi. Kompresi
medula spinalis lumbal bagian atas tidak mempengaruhi refleks
kremaster dan mungkin menyebabkan kelemahan fleksi panggul
dan spastisitas tungkai bawah.
e. Kauda Ekuina
Menyebabkan gejala-gejala sfingter dini dan impotensi. Tanda-
tanda khas lainnya adalah nyeri tumpul pada sakrum atau
perineum, yang kadang-kadang menjalar ke tungkai. (Muttakin,
Arif. 2008)
7. Penatalaksanaan
Penatalaksanaan untuk sebagian besar tumorbaik intramedular
maupun ekstramedular adalah dengan pembedahan. Tujuannya adalah
untuk menghilangkan tumor secara total dengan menyelamatkan funsi
neurologis secara maksimal. Kebanyakan tumor intramedular-
ekstramedular dapat direseksi secara total dengan gangguan neurologis
yang minimal atau bahkan tidak ada post operatif. Tumor-tumor yang
mempunyai pola pertumbuhan yang cepat dan agresif secara histology
dan tidak secara total dihilangkan melalui operasi dapat diterapi radiasi
post operasi. (Muttakin, Arif. 2008)
8. Medikasi
Terapi yang dapat dilakukan pada tumor modulla spinalis adalah:
a. Deksamethason : 100 mg (mengurangi nyeri pada 85% kasus,
mungkin juga menghasilkan perbaikan neurologis).
b. Penatalaksanaan berdasar evaluasi radiografik
1). Bila tidak ada massa epidural : rawat tumor primer (misalnya
dengan sistemik kemoterapi); terapi radiasi local pada lesi
bertulang; analgesic untuk nyeri.
2). Bila ada lesi epidural,lkukan bedah atau radiasi (biasanya 3000-
4000 cc pada 10x perawatan dengan perluasan dua evel diatas
dan dibawah lesi); radias biasanya seefektif seperti laminektomi
dengan komplikasi yang lebih sedikit.
c. Penatalaksanaan darurat (pembedahan/radiasi) berdasarkan derajat
blok dan kecepatan deteriorasi
1). Apabila >80% blok komplit atau perburukan yang cepat:
penatalaksanaan sesegera mungkin(bila merawat dengan radiasi,
teruskan deksamethason keesokan harinya dengan 24 mg IV
setiap 6 jam selama dua hari, laluditurunkan selama radiasi,
selama 2 minggu)
2). Bila <80% blok: perawatan rutin (untuk radiasi, lanjutkan
deksamethason 4 mg selama 6 jam, diturunkan selama
perawatan sesuai toleransi)
d. Radiasi
Terapi radiasi direkomendasikan untuk tumor intramedular yang tidak
dapat diangkat sempurna. Dosisnya antara 45 dan 54 Gy.
e. Pembedahan
Tumor biasanya diangkat dengan sedikit jaringan sekelilingnya
dengan teknk myelotomy. Aspirasi ultrasonic, laser, dan mikroskop
digunakan pada pembedahan tumor medulla spinalis.
Indikasi pembedahan :
1). Tumor dan jaringan tidak dapat didiagnosis (pertimbangkan
biopsy lesi dapat dijangkau). Catatan : lesi seperti abses epidural
dapat terjadi pada pasien dengan riwayat tumor dan dapat
disalahartikan sebagai metastase.
2). Medulla spinalis yang tidak stabil (unstable spinal).
3). Kegagalan radiasi (percobaan radiasi biasanya selama 48 jam,
kecuali signifikan atau terdapat deteriorasi yang cepat); biasa
terjadi dengan tumor yang radioresisten seperti karsinoma sel
ginjal atau melanoma
4). Rekurensi (kekambuhan kembali) setelah radiasi maksimal.
(muttakin, Arif. 2008)
B. KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN
1. PENGKAJIAN
a. Masalah Keperawatan
1) Kelumpuhan
2) Gangguan sensibilitas
3) Gangguan nafas/kelumpuhan diafragma untuk tumor servical
tinggi
4) Gangguan sistem cerna
5) Kesukaran dalam buang air besar dan buang air kecil
6) Perawatan khusus rehabilitasi bagi penderita instabilitas tulang
punggung (Price, A. S., Wilson M. L., 2006.)
b. Data Yang Perlu Dikaji
1) Biodata
a) Umur
Tumor medula spinalis dapat terjadi pada semua kelompok
usia tetapi jarang dijumpai sebelum usia 10 tahun. (Price,
2006)
b) Jenis Kelamin
Meningioma lebih sering terjadi pada wanita usia separuh
baya. (Price, 2006)
c) Pekerjaan
Pekerjaan yang berhubungan langsung terhadap paparan bahan
kimia yang bersifat
2) Keluhan Utama
Nyeri hebat pada malam hari dan ketika tulang belakang
digerakan serta pada saat istirahat baring.
3) Riwayat Penyakit Sekarang
Awal dirasakan nyeri hebat pada malam hari dan saat berubah
posisi serta keluhan-keluhan lain seperti kelemahan ekstremitas,
mual muntah, kesulitan bernapas serta cara penanganannya.
4) Riwayat Penyakit Dahulu
1. Riwayat tumor baik yang ganas maupun jinak pada sistem
syaraf atau pada organ lain
2. Keluhan yang pernah dirasakan misalnya : pusing, nyeri,
gangguan dalam berbicara, kesulitan dalam menelan,
kelemahan ekstremitas.
5) Riwayat Penyakit Keluarga
Riwayat tumor atau kanker dalam keluarga
6) Riwayat Psikososiospiritual
Pengkajian mekanisme koping yang digunakan untuk
menilai respon emosi klien terhadap penyakit yang dideritanya
dan perubahan peran klien dalam keluarga. Apakah ada dampak
yang timbul pada klien yaitu timbul seperti ketakutan akan
kecacatan, rasa cemas, rasa ketidakmampuan untuk melakukan
aktivitas secara optimal, dan pandangan terhadap dirinya yang
salah (gangguan citra tubuh). (Price, A. S., Wilson M. L.,
2006.)
7) Pemenuhan Kebutuhan (ADL)
a) Nutrisi
Terjadi ketidakmampuan untuk menelan, mual muntah, serta
kesulitan bernapas dapat menyebabkan intake makanan yang
tidak adekuat sehingga dapat terjadi penurunan berat badan.
b) Aktivitas Istirahat tidur
1) Aktivitas
Kelemahan ekstremitas, nyeri pada punggung dapat
menyebabkan ketidakmampuan untuk melakukan aktivitas
2) Istirahat tidur
Gangguan istirahat tidur dapat terjadi akibat nyeri yang
hebat pada malam hari serta saat berbaring dan karena
cemas.
3) Hygiene personal
Terjadi peningkatan kebutuhan akan bantuan orang lain
dalam pemenuhan hygiene personal akibat adanya
kelemahan ekstremitas, penurunan tingkat kesadaran serta
nyeri.
4) Eliminasi
Terjadi gangguan BAB dan BAK (Price, A. S., Wilson
M. L., 2006.)
8) Pemeriksaan Fisik
a) B1 (Breathing)
1. Irama pernapasan tidak teratur
2. Takipnea
3. Dispnea
4. Kesulitan bernapas
5. Pergerakan dada asimetris
b) B2 (Blood)
1. Bradikardi
2. Hipotensi
3. Sianosis
c) B3 (Brain)
1. Penurunan kesadaran
2. Nyeri pada vertebra thorakalis, vertebra servikal, vertebra
lumbalis
3. Defisit sensorik
d) B4 (Bladder)
1. Distensi kandung kemih
2. Nyeri tekan pada kandung kemih
e) B5 (Bowel)
1. Berat badan menurun
2. Nyeri abdomen
f) B6 (Bone)
1. Penurunan skala otot
2. Kelemahan fleksi panggul dan spastisitas tungkai bawah
3. Kehilangan refleks lutut dan refleks pergelangan kaki
4 . Atrofi otot betis dan kaki. (Price, A. S., Wilson M. L.,
2006.)

2. PENYIMPANGAN KDM

Kecelakaan otomobil, Industry, terjatuh, olahraga, menyelam, luka tusuk/tembak, tumor

Kerusakan medula finalis

Hemoragi

Serabut-serabut membengkak/hancur

Trauma medula spinalis

Spasme otot
paravertebralis
Kerusakan Kerusakan Kerusakan Gangguan
Iritasi serabut saraf
T1-T12 C5 lumbal 1 fungsi
Perasaan nyeri, ketidak rektum
nyamanan kehilangan Kehilangan Kerusakan Ketidakm dan vesica
inervasi C5 ampuan urinaria
otot ejakulasi
HR
NYERI AKUT intercostal
batuk Ketidakm
Penurunan
ampuan
Bersihan jalan
curah Inkontine Inkontinen
ejakulasi
napas
jantung nsia Usus sia urine
fungsional
Disfungsi
seksual
Fungsi
pergerakan
Kerusakan
sendi2-5
lumbal

Paraplegia
paralisis

Penekanan setempat
Kerusakan
Sindrom defisit mobilitas
Resiko kerusakan sel care fisik
integritas kulit

(Price, A. S., Wilson M. L., 2006.)

3. DIAGNOSA KEPERAWATAN

a. Ketidakefektifan pola pernapasan berhubungan dengan kelemahan

otot pernapasan

b. Ketidakefektifan perfusi jaringan perifer berhubungan dengan

gangguan aliran darah sekunder akibat hipotensi

c. Nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan mual muntah

d. Nyeri berhubungan dengan inflamasi akibat tumor

e. Gangguan pola tidur berhubungan dengan sering terbangun akibat

nyeri

f. Resiko cedera berhubungan dengan perubahan fungsi sensori

g. Gangguan eliminasi urine (inkotenensia urine) berhubungan

dengan gangguan pada saraf

h. Hambatan mobilitas fisik berhubungan dengan kerusakan


neuromuscular
i. Ansietas berhubungan dengan perubahan dalam status kesehatan

/hopitalisasi (Muttaqin Arif. 2008)

4. INTERVENSI KEPERAWATAN

NO DIAGNOSA TUJUAN INTERVENSI RASIONAL


1. Ketidakefektifan Pasien a. Jelaskan pada pasien a. Meningkatkan
pola pernapasan memperlihatkan tentang penyebab sikap kooperatif
berhubungan frekuensi napas dan cara mengatasi dari pasien
dengan kelemahan yang efektif ketidakefektifan b. Memudahkan
otot pernapasan dan mengalami pola napas fungsi pernapasan
pertukaran gas b. Pertahankan jalan dengan
pada paru napas: posisi kepala menggunakan
dengan kriteria dalam posisi netral, gravitasi,
hasil : tinggikan sedikit meningkatkan
a. RR : 16-20 kepala tempat tidur ekspansi paru
x/menit jika dapat ditoleransi c. Meningkatkan
b. Nadi : 60 – pasien ventilasi semua
100 x/menit c. Ubah posisi atau bagian paru
c. Nadi teraba balik secara d. bernapas mungkin
kuat dan teratur,hindari atau bukan hanya
regular batasi posisi aktivitas volunter
d. Retraksi telungkup tetapi
dada ringan d. Bantu pasien untuk membutuhkan
e. Tidak mengontrol usaha secara sadar
menggunak pernapasan jika tergantung pada
an otot diperlukan. ajarkan lokasi trauma yang
bantu dan anjurkan pasien berhubungan
pernapasan untuk melakukan dengan otot
napas dalam pernapasan
e. Pantau atau batasi e. Kelemahan secar
pengunjung jika umum dan
diperlukan gangguan
f. Observasi fungsi pernapasan
pernapasan dengan membuat resiko
menginstruksikan tinggi bagi pasien
pasien melakukan mendapatkan
napas dalam infeksi saluran
g. Observasi warna pernapasan atas
kulit adanya f. Trauma pada C1-
sianosis, keabu- C2 menyebabkan
abuan hilangnya fungsi
h. Kolaborasi dengan pernapasan secara
dokter dalam menyeluruh
pemeriksaan Analisa g. menggambarkan
Gas Darah (AGD) akan terjadinya
dan oksimetri gagal napas yang
i. Kolaborasi dengan memerlukan
dokter dalam intervensi medis
pemberian oksigen dengan segera
kanul atau masker h. menyatakan
ventilasi atau
oksigenasi.
mengidentifikasi
masalah
pernapasan
i. Meningkatkan
kadar oksigen
dalan tubuh

2. Ketidakefektifan Pasien a. Jelaskan pada pasien a. Meningkatkan


perfusi jaringan menunjukkan tentang tindakan sikap kooperatif
perifer gangguan yang akan dilakukan dari pasien
berhubungan perfusi jaringan b. Pertahankan b. Menurunkan statis
dengan perifer ekstermitas dalam vena di kaki dan
gangguan aliran teratasi dengan posisi tergantung pengumpulan
darah sekunder kriteria hasil : c. Ukur haluaran urine darah pada vena
akibat hipotensi a. Akral dan catat berat pelvis untuk
hangat jenisnya menurunkan
b. Perfusi baik d. Observasi warna dan resiko
c. CRT < 2 membran mukosa pembentukkan
detik kulit trombus
d. Tidak e. Kolaborasi dengan c. Syok lanjut atau
cianosi dokter dalam penurunan curah
e. Nadi teratur pemberian cairan jantung
f. Nadi :60- (IV/per oral) menimbulkan
100x/mnt f. Kolaborasi dengan penurunan perfusi
dokter dalam ginjal
pemberian oksigen d. Kulit pucat atau
sesuai indikasi sianosis, kuku,
membran
bibir/lidah yang
menunjukkan
vasokontriksi
perifer atau
gangguan aliran
darah sistemik
e. Peningkatan cairan
diperlukan untuk
menurunkan
hiperviskositas
darah atau
mendukung
volume
sirkulasi/perfusi
jaringan
f. Meningkatkan
kadar oksigen
dalam tubuh
3. Nutrisi kurang Pasien a. Jelaskan kepada a. meningkatkan
dari kebutuhan mengalami pasien dan keluarga sikap kooperatif
berhubungan pemenuhan tentang pentingnya dari pasien
dengan mual nutrisi setelah nutrisi yang adekuat b. Mempertahanka
muntah dilakukan b. Berikan makan n asupan cairan
tindakan dengan berlahan yang adekuat
keperawatan se pada lingkungan c. Penurunan berat
lama ...x 24 yang tenang badan
jam dengan c. Mulailah untuk menunjukkan
kriteria hasil: memberikan makan adanya dehidrasi
a. Nafsu peroral setengah d. Merupakan
makan cair, makan lunak pengukuran yang
meningkat ketika klien dapat baik terhadap
b. Dapat menelan air keseimbangan
menghabisk d. Awasi asupan dan cairan tubuh
an makanan haluaran setiap 2 e. Meningkatkan
sesuai jam. cairan dalam
dengan e. Kolaborasi dengan tubuh
porsinya tim dokter untuk
c. Berat memberikan cairan
badan dapat melalui iv atau
dipertahank makanan melalui
an/ditingkat selang
kan
4. Nyeri pasien a. Jelaskan kepada a. Meningkatkan kan
berhubungan mengungkapkan pasien tentang sikap kooperatif
dengan inflamasi rasa nyaman penyebab nyeri dari pasien
akibat tumor setelah b. Berikan tindakan b. Tindakan alternatif
dilakukan kenyamanan seperti mengontrol nyeri
tindakan perubahan c. Memfokuskan
keperawatan posisi,masase, kembali
selama ...x 24 kompres hangat/ perhatian.meningk
jam dengan dingin sesuai atkan rasa kontrol
kriteria hasil : indiakasi dan dapat
a. TD : 120/80 c. Dorong penggunaan meningkatkan
mmHg teknik relaksasi kemampuan
b. Nadi : 60- seperti naps dalam koping
100x/menit dan berikan aktivitas d. Petunjuk nonverbal
c. RR : 16- hiburan seperti dari nyeri yang
20x/menit televisi/radio memerlukan
d. VAS : 0-1 intervensi medis
e. Ekspresi d. Observasi dengan segera
wajah peningkatan e. Dibutuhkan untuk
pasien iritabilitas, tegangan menghilangkan
tampak otot, gelisah dan spasme atau nyeri
tenang perubahan TTV otot
yang tak dapat
dijelaskan
e. Kolaborasi dengan
dokter dalm
pemberian analgesic
5. Gangguan pola Pasien tidak a. Jelaskan tindakan a. Agar pasien
tidur berhubungan mengalami yang akan kita mengetahui dan
dengan sering gangguan pola lakukan kepada mengerti
terbangun akibat tidur setelah pasien. tindakan yang
nyeri dilakukan b. Berikan lingkungan dilakukan oleh
tindakan yang nyaman bagi perawat
keperawatan sel pasien untuk b. Hambatan
ama ...x 24 jam meningkatkan tidur kortikal pada
dengan kriteria atau istrahat (seperti vormasi reticular
hasil : memstiksn lampu, akan berkurang
a. Mudah memberikan suhu selama tidur,
tertidur yang sesuai) meningkatkan
b. Tidak letih c. Buat jadwal respons otomatik,
saat bangun pengakajian atau oleh karenanya
c. Tidak ada intervensi untuk respons
gangguan memungkinkan kardiovskuler
Pola Tidur waktu tidur lebih terhadap suara
lama (seperti meningkat
memeriksa tanda- selama tidur
tanda vital, dan c. Gangguan tidur
merubah posisi sering terjadi dan
pasien pada waktu dapat
yang sama) mengganggu
d. Kurangi asupan psikologis dan
cairan sebelum fisiologis. Irama
waktu tidur tiba sirkandian pasien
e. Hindari kafein sering terganggu
selama 4 jam olehterjadinya
sebelum tidur gangguan
f. Kurangi kebisingan tersebut
g. Evaluasi efek obat d. Agar pasien tidak
yang pasien terbangun pada
dapatkan (seperti malam hari untuk
steroid, diuretic) berkemih karena
yang mungkin itu dapat
menganggu tidur mengganggu
h. Kolaborasi dengan istrahat tidur
dokter dalam pasien
pemberian analgesik e. Karena kafein
mengandung zat
yang merangsang
system saraf
pusat untuk
mengusir rasa
ngantuk.
Sehingga pasien
sulit tidur
f. Agar pada saat
beristirahat
pasien tidak
merasa terganggu
g. Derangement
psikis dapat
terjadi bila
terdapat
penggunaan
kortiko steroid
termasuk
perubahan mood,
insomnia
h. Analgesic
mempengaruhi
transmisi dan
persepsi nyeri di
SSP
6. Resiko cedera Pasien tidak a. Jelaskan pada pasien a. Penjelasan akan
berhubungan mengalami tentang kondisinya meningkatkan
dengan perubahan cedera setelah dan tindakan yang pengetahuan
fungsi sensori dilakukan akan dilakukan. pasien sehinnga
tindakan b. Beri pengaman di pasien akan
keperawatan sekitar tempat tidur kooperatif
selama ... x 24 pasien b. Pengaman
jam dengan c. Dampingi pasien disekitar tempat
kriteria hasil : (perawat berada di tidur mencegah
a. Pasien tidak samping pasien) pasien jatuh
mengalami c. Perawat dapat
cedera mengantisipasi hal-
b. Pasien ma hal yang dapat
mpu menyebabkan
menjelaska terjadinya cedera
n
cara/metode
mencegah
terjadinya
cedera

7. Gangguan Pasien mampu a. Ajarkan teknik a. Melatih dan


eliminasi urine mengontrol untuk mencetuskan membantu
(inkotenensia pengeluaran refleks berkemih pengosongan
urine) urine dengan (rangsangan kandung kemih.
berhubungan kriteria hasil: kutaneus dengan b. Hidrasi optimal
dengan gangguan a. Klien akan penepukan diperlukan untuk
pada saraf melaporkan suprapubik). mencegah infeksi
penurunan b. Berikan penjelasan saluran
atau tentang pentingnya perkemihan dan
hilangnya hidrasi optimal batu ginjal
inkontinensi (sedikitnya 2000 cc c. Kapasitas
a per hari bila tidak kandung kemih
b. Tidak ada ada kontraindikasi) mungkin tidak
distensi c. Bila masih terjadi cukup untuk
kandung inkontinensia, menampung
kemih kurangi waktu volume urine
antara berkemih sehingga
pada jadwal yang memerlukan
telah direncanakan untuk lebih sering
d. Observasi pola berkemih
berkemih pasien d. Indikasi
perkembangan
pasien
8. Hambatan Pasien tidak a. Observasi secara a. Mengevaluasi
mobilitas fisik mengalami teratur fungsi keadaan secara
berhubungan kerusakan motorik (jika timbul khusus (gangguan
dengan kerusakan mobilitas fisik keadaan syok sensorik-motorik
neuromuscular setelah spinaledema yang dapat bermacam-
dilakukan berubah) dengan macam dan atau
tindakan menginstruksikan tak jelas. Pada
keperawatan pasien untuk beberapa lokasi
selama ...x 24 melakukan gerakan trauma
jam dengan seperti mengangkat mempengaruhi tipe
kriteria hasil : bahu, dan pemilihan
a. Ekstremitas memregangkan jari- intervensi.
tidak jari, menggenggam b. Membuat pasien
tampak tangan pemeriksa memiliki rasa
lemah atau melepas aman, dapat
b. Klien dapat genggaman mengatur dan
menahan pemeriksa. mengurangi
posisi tubuh b. Berikan suatu alat ketakutan karena
saat miring agar pasien mampu ditinggal sendiri.
kanan atau untuk meminta c. Meningkatkan
kiri pertolongan, seperti sirkulasi,
c. Skala otot bel atau lampu mempertahankan
baik pemanggil. tonus otot dan
c. Bantu/lakukan mobilisasi sendi,
latihan rom pada meningkatkan
semua ekstremitas mobilisasi dan
dan sendi, pakailah mencegah
gerakan perlahan kontraktur dan
dan lembut. atrofi otot.
Lakukan d. Mencegah
hiperekstensi pada kontraktur pada
paha secara teratur daerah bahu.
(periodik). e. Mencegah
d. Letakan tangan footdroop dan
dalam posisi rotasi eksternal
(melipat) kedalam pada paha.
menuju pusaran 90 f. Mencegah
drajat dengan kelelahan,
teratur. memberikan
e. Pertahankan sendi kesempatan untuk
pada 90 drajat berperan
terhadap papan kaki, serta/melakukan
sepatu dengan hak upaya yang
yang tinggi dan maksimal.
sebagainya, gunakan g. Mengurangi
rol trokhanter tekanan pada salah
dibawah bokong satu area dan
selamaberbaring meningkatkan
ditempat tidur. sirkulasi perifer.
f. Buat rencana h. Banyak sekali
aktivitas untuk pasien dengan
pasien sehingga trauma saraf
pasien dapat servikal
beristirahat tanpa mengalami
terganggu. Anjurkan pembentukan
pasien untuk trombus karena
berperan serta dalam gangguan sirkulasi
aktivitas sesuai perifer,
dengan kemampuan. immobilisasi dan
g. Gantilah posisi kelumpuhan
secara periodik flaksid
walaupun dalam i. Immobilisasi yang
keadaan duduk. efektif dan
h. Observasi rasa kolumna spinal
nyeri, kemerahan, dapat menstabilkan
bengkak, kolumna spinal
ketegangan otot jari. dapat menstabilkan
i. Tempatkan pasien kolumna spinal
pada tempat tidur dan meningkatkan
kinetic jika sirkulasi sistemik,
diperlukan yang dapat
j. Konsultasi dengan mengurangi
ahli terapi komplikasi karena
fisik/terapi kerja dari immobilisasi
tim rehabilitasi j. Membantu dalam
k. Berikal relaks otot meencanakan dan
sesuai kebutuhan melaksanakan
dan diazepam latihan secara
(valium), balkopen individual dan
(lioresal), kantrolen mengidentifikasika
(dantrium) n/mengembangkan
alat-alat bantu
untuk
mempertahankan
fungsi, mobilisasi
dan kemandirian
pasien
k. Berguna untuk
membatasi dan
mengurangi nyeri
yang berhubungan
dengan spastisitas
9 Ansietas Pasien a. Jelaskan hubungan a. Meningkatkan
berhubungan menyatakan antara proses pemahaman,
dengan perubahan peningkatan penyakit dan mengurangi rasa
dalam status kenyamanan gejalanya dan takut karen
kesehatan psikologis dan Jelaskan persiapkan ketidaktahuan dan
/hopitalisasi fisiologis setelah untuk tindakan dapat membantu
dilakukan prosedur sebelum menurunkan
tindakan dilakukan ansietas Dapat
keperawatan b. Berikan kesempatan meringankan
selama ... x 24 pasien untuk ansietas
jam dengan mengungkapkan isi b. Mengungkap rasa
kriteria hasil : pikiran dan perasaan takut secara
a. Pasien takutnya terbuka dimana
mendisku c. Jawab setiap rasa takut dapat
sikan pertanyaan dengan ditujukan
rasa takut penuh perhatian dan c. Penting untuk
b. Pasien berikan informasi menciptakan
mengung tentang prognosa kepercayaan,
kapkan penyakit informasi yang
pengetah d. Berikan dukungan akurat dapat
uan terhadap memberikan
tentang perencanaan gaya keyakinan pada
situasi hidup yang nyata pasien dan juga
c. Pasien setelah saikt dalm keluarga
tampak keterbatasannya d. meningkatkan
rileks tetapi sepenuhnya perasaan akan
menggunakan keberhasilan
kemampuan pasien dalam penyembuh
e. Libatkan pasien / an
keluarga dalam e. Meningkatkan
perawatan, perasaan kontrol
perencanaan terhadap diri dan
kehidupan sehari- meningkatkan
hari kemandirian
f. Berikan petunjuk f. Memberikan
mengenai sumber- jaminan bahwa
sumber penyokong yang diperlukan
yang ada seperti adlah penting
keluarga, konselor untuk
professional meningkatkan
g. Observasi status mekanisme
mental dan tingkat kooping pasien
ansietas dari pasien g. Gangguan tingkat
kesadaran dapat
mempengaruhi
ekspresi rasa tak

(Muttaqin Arif. 2008)


BAB III

PENUTUP

A. KESIMPULAN
1. Tumor medulla spinalis adalah tumor yang berkembang dalam tulang
belakang atau isinya dan biasanya menimbulkan gejala-gejala karena
keterlibatan medulla spinalis atau akar-akar saraf.
2. Kondisi patofisiologi akibat tumor medula spinalis disebabkan oleh
kerusakan infiltrasi, pergeseran dan dekompresi medula spinalis dan cairan
serebrospinal.
3. Penatalaksanaan untuk sebagian besar tumor baik intramedular
maupun ekstramedular adalah dengan pembedahan. Tujuannya adalah
untuk menghilangkan tumor secara total dengan menyelamatkan funsi
neurologis secara maksimal. Kebanyakan tumor intramedular-
ekstramedular dapat direseksi secara total dengan gangguan neurologis
yang minimal atau bahkan tidak ada post operatif. Tumor-tumor yang
mempunyai pola pertumbuhan yang cepat dan agresif secara histology
dan tidak secara total dihilangkan melalui operasi dapat diterapi radiasi
post operasi .
B. SARAN
Dalam pembuatan makalah ini kelompok masih jauh dari sempurna.

Oleh karena itu kelompok meminta kritik dan saran yang membangun dari

pembaca. Semoga makalah yang kami buat dapat bermanfaat bagi

pembaca.
DAFTAR PUSTAKA

Devi A.K. Buana, 2017. Anatomi Fisiologi & Biokimia Keperawatan. Yogyakarta
: Pustaka Baru Press

Muttakin, Arif, 2008. Asuhan Keperawatan Dengan Gangguan Sistem


Persyarafan. Jakarta : Salemba Medika

Price, A. S., Wilson M. L., 2006. Patofisiologi Konsep Klinis Proses-Proses


Penyakit. Alih Bahasa: Dr. Brahm U. Jakarta: Egc

Satyanegara. Ilmu Bedah Saraf. Edisi V. 2014. Jakarta : Pt. Gramedia Pustaka
Utama.

Shneiderman, Amiran. Tumors Of The Conus And Cauda Equina. 2006. Jakarta :
Medika Salemba.

Anda mungkin juga menyukai