Anda di halaman 1dari 24

TUGAS

PENGEMBANGAN SUMBER DAYA AIR

WADUK

OLEH:
NAFISAH (1507122847)

PROGRAM STUDI TEKNIK SIPIL S1

FAKULTAS TEKNIK

UNIVERSITAS RIAU

2018
KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur, penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas segala rahmat
dan hidayah-Nya yang senantiasa tercurahkan kepada kita yang tak terhingga ini. Sholawat
serta salam kita panjatkan kepada junjungan Nabi besar kita Muhammad SAW dan
keluarganya, sahabatnya, beserta pengikutnya sampai akhir zaman amin ya robal alamin.

Penulis menyampaikan terima kasih kepada Bapak Ir.Drs. Tri Maijon, MT sebagai
dosen pembimbing matakuliah Pengembangan Sumber Daya Air serta semua pihak yang
telah membantu dalam pembuatan makalah ini, sehingga penulis dapat menyelesaikannya
makalah ini dengan tepat waktu.

Penulis menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini masih banyak terdapat
kekurangan. Oleh karena itu Penulis sangat mengharapkan kritik dan saran yang sifatnya
membangun demi kesempurnaan makalah ini di masa yang akan datang. Semoga makalah
ini dapat memberikan manfaat bagi penulis khususnya dan bagi para pembaca pada
umumnya.

Pekanbaru, Mei 2018

Penulis
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ..........................................................................................................i
DAFTAR ISI ........................................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN ...................................................................................................1
1.1 Latar Belakang..............................................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah ........................................................................................................1
1.3 Tujuan dan Kegunaan ..................................................................................................1
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ........................................................................................2
2.1 Pengertian Waduk.........................................................................................................2
2.2 Analisis Curah Hujan....................................................................................................2
2.3 Perencanaan Banjir Rencana........................................................................................4
BAB III METODE PENELITIAN.....................................................................................5
3.1 Metode Penelitian ........................................................................................................5
3.2 Prosedur Penelitian ......................................................................................................5
3.2.1 Analisis Hidrology ................................................................................................5
3.2.2 Analisis Kemampuan Pelayanan Waduk ...............................................................8
3.2.3 Retention Time ......................................................................................................8
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN.............................................................................9
4.1 Keadaan Umum Wilayah .............................................................................................9
4.1.1 Letak dan Iklim .....................................................................................................9
4.1.2 Kondisi Waduk Tunggu (Regulation pond) ..........................................................9
3.2.3 Retention Time ......................................................................................................9
4.2 Analisi Hidrology .......................................................................................................10
4.2.1 Curah Hujan Daerah ..........................................................................................10
4.2.2 Curah Hujan Perencanaan ...................................................................................10
4.2.3 Perhitungan Koefisien Pengaliran .......................................................................11
4.2.4 Debit Banjir Perencanaan ...................................................................................12
4.3 Kemampuan Pelayanan Waduk..................................................................................13
4.3.1 Perhitungan Volume Tampung Waduk yang Dibutuhkan ...................................13
4.3.2 Perhitungan Tingkat Pelayanan............................................................................14
4.4 Retention Time............................................................................................................15
BAB V PENUTUP............................................................................................................17
5.1 Kesimpulan ................................................................................................................17
DAFTAR PUSTAKA

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Curah hujan yang turun dibeberapa wilayah Kabupaten Deli Serdang serta wilayah-wilayah
pendukung dari tahun ke tahun mempunyai intensitas yang bervariasi. Curah hujan ini disamping
memberikan keuntungan bagi masyarakat dan lingkungan sekitarnya, juga menimbulkan kerugian apabila
curah hujan tersebut tinggi dan mengakibatkan bencana banjir. Curah hujan memang bukanlah safu-
satunya penyebab terjadinya banjir tetapi masih ada sebab-sebab lain misalnya: drainase yang tidak
berfungsi baik dan mencukupi, sampah, serta prilaku dan kepedulian masyarakat sekitar.
Pemerintah Kabupaten Deli Serdang menyadari dan secara berkala telah melakukan upaya-
upaya terencana, sistematik dan periode serta bersama instansi terkait untuk mencegah terjadinya
banjir dengan berbagai pembangunan dari mulai rehabilitasi saluran pembuang sampai
pembangunan waduk tunggu yang diharapkan mampu mencegah terjadinya banjir dengan
periode ulang hujan rencana tertentu (20 tahun).
Pembangunan waduk tunggu telah selesai dilaksanakan, tetapi masih menyisakan
beberapa kendala non teknis (pembebasan tanah) yang pada akhirnya menimbulkan kendala teknis
yaitu tidak tersedianya lahan untuk waduk sesuai yang dibutuhkan dalam perencanaan. Hal ini
menimbulkan tanda tanya besar yaitu sampai berapa besar waduk tunggu yang dibangun bisa
melayani atau mengantisipasi banjir yang mungkin timbul akibat curah hujan pada periode
ulang tertentu yang telah direncanakan.

1.2 Rumusan Masalah


Berdasarkan latar belakang tersebut, rumusan masalah dari makalah ini adalah:
1. Apakah pembangunan waduk tersebut mampu mencegah terjadinya banjir?
2. Apakah pelayanan kapasitas waduk tersebut bisa memenuhi kebutuhan air tahunannya?

1.3 Tujuan dan Kegunaan


Penulisan makalah ini bertujuan untuk mengetahui kemampuan pelayanan aktual
waduk saat ini terhadap kemampuan pelayanan rencana atau desain.

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengertian Waduk


Suatu waduk penampung atau waduk konservasi dapat menahan air kelebihan pada masa-masa aliran
air tinggi untuk digunakan selama masa-masa kekeringan. Waduk semacam ini memungkinkan
pengoperasian sarana pengolahan air atau pemompaannya dengan laju yang kira-kira seragam, kemudian
memberikan air dari waduk bila kebutuhannya malampaui laju tersebut.
Berapapun ukuran suatu waduk atau apapun tujuan akhir dari pemanfaatan airnya, fungsi utama
sari suatu waduk adalah untuk menstabilkan aliran air, baik dengan cara pangaturan persediaan air yang
berubah-ubah pada suatu sungai alamiah, maupun dengan cara memenuhi kebutuhan yang berubah-ubah
dari pada konsumen.
Berhubung fungsi utama dari suatu waduk adalah untuk menyediakan simpanan
(tampungan), maka ciri fisiknya yang paling penting adalah kapasitas simpanan. Kapasitas waduk yang
bentuknya beraturan dapat dihitung dengan rumus-rumus untuk menghitung volume benda padat.
Suatu lengkung elevasi kapasitas simpanan dibuat dengan cara mengukur luas yang dikelilingi oleh
tanggul waduk yang ada, dan luas pada elevasi air dalam waduk (rata-rata kedua luasan) dikalikan
dengan jarak antara elevasi tanggul terhadap elevasi air dalam waduk. Pertambahan simpanan antara dua
buah elevasi biasanya dihitung dengan mengalikan luas rata-rata pada kedua elevasi adalah
merupakan volume simpanan dibawah ketinggian tersebut. Bila peta-peta topografi tidak ada, maka
kadang-kadang dilakukan pengukuran penampang melintang waduk dan jlkapasitasnya dihitung dari
penampang ini berdasarkan rumus prisma.
Aspek yang paling penting dalam perencanaan waduk penyimpanan adalah suatu analisis
tentang hubungan antara produksi dan kapasitas. Produksi pada waduk penampung adalah jumlah air
yang dapat ditampung oleh waduk dalam suatu interval waktu tertentu. Interval waktu tersebut
dapat berbeda-beda (Linsley, 1994)
Produksi aman atau produksi pasti waduk pengatur (Regulation pond) adalah jumlah air
maksimum yang dapat disimpan selama suatu periode tertentu yang kritis. Dalam praktek, masa kritis
tersebut sering diambil sebagai periode aliran

2.2 Analisis Curah Hujan


Analisis curah hujan merupakan bagian dari hidrologi yang berarti suatu rangkaian proses
pengolahan data (curah hujan) diawali dengan suatu proses identifikasi kondisi meteorologi, stasiun
penakar atau pengukur, analisa data tercatat secara kualitas dan kuantitas yang dilanjutkan dengan
perhitungan distribusi frekuensi yang dipilih dan selanjutnya didapat suatu nilai intensitas curah
hujan untuk periode ulang tertentu (Soemarto, 1995)
Curah hujan yang turun pada daerah studi di catat atau diukur pada stasiun-stasiun pengamatan
merupakan curah pada titik-ritik tertentu (point rain fall) dan harus di ubah menjadi curah hujan areal atau
rata-rata. Menentukan tinggi curah hujan rata-rata pada suatu areal studi, yang sering digunakan ada 3
(tiga) cara yaitu cara tinggi rata-rata (arithmetic mean), cara Polygon Thiessen dan cara garis
ishoyet. Penulis hanya menggunakan cara Polygon Thiessen untuk menentukan curah hujan rata-
rata di areal studi (rerata), sebagai berikut:
Cara ini berdasarkan rata-rata timbang (weighted average) yang memberikan bobot tertentu untuk
setiap stasiun hujan dengan pengertian bahwa setiap stasiun hujan dianggap mewakili hujan dalam suatu
daerah dengan luas tertentu, dan luas tersebut merupakan factor koreksi (correction factor) bagi hujan di
stasiun yang bersangkutan.
Luas masing-masing daerah tersebut diperoleh dengan cara berikut masing-masing penakar
mempunyai daerah pengaruh yang dibentuk dengan menggambarkan garis-garis sumbu tegak
lurus terhadap garis penghubung diantara dua buah pos penakar.

Gambar 2.1 Daerah Pengaruh Metode Polygon Thiessen

Misalnya Al adalah luas daerah pengaruh pos 1, A2 luas daerah pengaruh pos penakar 2 dan
seterusnya. Jumlah A1+A2+....An = A adalah jumlah luas seluruh areal yang dicari tinggi curah hujan
rata-ratanya. Jika pos penakar 1 menakar tinggi hujan dl, pos penakar 2 menakar d2 dan pos penakar n
menakar dn, maka:

A1 d 1  A2 d 2  ...........  AN d N
d
A1  A2  A3 .........  AN

N
A1 d 1 N
Ad
  1 1
N 1 Ai N 1 A
Cara ini memberikan koreksi yang lebih terhadap kedalaman hujan sebagai fungsi
luas daerah yang dianggap diwakilidibandingkan dengan cara rata-rata al jabar (Soewarno,
1995).

2.3 Perencanaan Banjir Rencana


Berdasarkan analisis curah hujan rencana dari datacurah hujan harian maksimum
dapat dihitung besarnya debit banjir perencanaan dengan kala ulang 2,5,10,20,50,100
tahun ataupun lebih. Perhitungan debit banjir rencana dapat dihitung dengan menggunakan
metode Hidrograph Sintetik Satuan Nakayasu adalah metode yang berdasarkan teori
Hidrograph satuan yang menggunakan hujan efektif (bagian dari hujan total yang
menghasilkan limpasan langsung).
BAB III
METODE PENELITIAN

3.1. Metode Penelitian


Metode penelitian yang akan dilakukan adalah metode pengumpulan data dengan menggunakan
data basil pengukuran dan studi yang telah dilakukan oleh Dinas Pengelolaan Sumber Daya Air,
Sulawesi Selatan dan Balai Besar Wilayah Sungai Pompengan - Jeneberang meliputi:
1. Data Hidrologi di tiga stasion klimatologi yaitu stasion Sungguminasa, Pana'kukang dan Ujung
Pandang (selama 15 tahun).
2. Data Daerah Aliran Sungai (DAS) Pampang meliputi luas area pengairan dan panjang sungai
sampai outlet dan tata guna lahan.
3. Kapasitas tampung perencanaan waduk.

3.2. Prosedur Penelitian

3.2.1 Analisis Hidrologi

1. Curah hujan daerah


Curah hujan daerah harian maksimum tahunan dihitung dengan menggunakan data dari 3
stasiun pengamat curah hujan yang ada, Perhitungan ini dilakukan dengan metode Polygon Thiessen
Untuk mendapatkan curah hujan maksimum harian rata-rata dilakukan dengan langkah-langkah
sebagai berikut:
1. menentukan di salah satu pos hujan saat terjadi curah hujan harian maksimum
2. mencari besamya curah hujan pada tanggal yang sama untuk stasiun yang lain
3. menghitung rata-rata hujan dengan metode Thiessen (Persamaan 1 s.d 2)
4. menghitung curah hujan maksimum rata-rata (seperti langkah 1) pada tahun yang sama
untuk pos lain
5. mengulangi langkah 2 dan 3 untuk setiap tahun
6. mengambil salah satu data tertinggi pada setiap tahu dari data Thiessen
7. data curah hujan yang terpilih ini merupakan basin rainfall
2. Curah hujan perencanaan
Untuk menghitung besamya curah hujan perencanaan adalah sebagai berikut:
1. menganalisis data curah hujan dengan analisis statistik dengan menggunakan Distribusi
Gumbel dan Distribusi Log Pearson III
Distribusi Gumbel :
 Hitung nilai rerata dengan persamaan
1 n 
X    Xi 
n  i 1deviasi
 Hitung nilai standar  dengan persamaan:

  Xi  X 
n
2

S  i 1
 Hitung reduse variantn  1
  Tr  1  
Yt   ln ln  
  Tr  
 Hitung faktor frekuensi
Yt  Yn
K
Sn
 Hitung Xt (nilai curah hujan) dengan persamaan:
Xt  X  S .K
Distribusi Log Person Type III
 Hitung nilai rerata dengan persamaan:
1
log X   log Xt 
 Hitung standar deviasin dengan persamaan

S
log
 Hitung koefisien
Xi  log X 
2

kepercayaan dengan persamaan


n 1

Cs  n
 Hitung logaritma
n
log Xi  log X 
Xt dengan persamaan
3

i 1 ( n  1)(n  2)(n  3)

Log Xt  log X  K .S
 Hitung anti logaritma Xt (nilai curah hujan rencana) dengan persamaan
Xt  anti log x
2. menentukan jenis distribusi yang digunakan dengan menggunakan Uji Chi Kuadrat
G
(Oi  Ei ) 2
Xn 2  
i 1 Ei
3. menghitung curah hujan perencanaan berdasarkan distribusi yang terpilih

3. Analisis Debit banjir Perencanaan


Untuk menganalisis debit banjir perencanaan digunakan Metode Hidrograf Satuan Sintetik
Nakayasu, dengan parameter sebagai berikut:
 Intensitas curah hujan
Dihitung dengan menggunakan persamaan Mononobe
2 3
R24  24 
Rf   
24  T 
2 3
R24  24 
Rf   
24  T 

RT  T .R f  (T  1).RT 1

 Curah Hujan Efektif


Untuk menghitung curah hujan efektifadalah sebagai berikut:
1. menentukan jenis koefisien pengaliran
2. menghitung curah hujan efektif menggunakan Persamaan
RN  f .R

 Hidrograf satuan
Dianalisis menggunakan Persamaan
 Persamaan Umum Hidrograph Nakayasu
1 Ro
QP  x Ax
 36
Untuk 0 < t < Tp 0.3Tp  T0.3

 t 
Qd  Q P *   2, 4

 Tp 

 Untuk Tp < t < (Tp + T0,3)


t Tp

Qq  QP x 0.3 T0.3

 Untuk (Tp + T0.3) < t < (Tp + 2.5 T0.5)


t Tp  0.5T0.3

Qd  QP x 0.3 1, 5T0.3

 Untuk t > (Tp + 2,5 T0,3)


t Tp 1.5T0.3

Qd  Q p x 0,3 2T0.3

3.2.2 Analisis kemampuan pelayanan Waduk


1. Menghitung volume tampung waduk yang dibutuhkan, Dengan mencari selisih antara volume
air komulatif antara volume air akibat debit banjir dengan volume air akibat debit sungai
2. Analisis tingkat pelayanan
Untuk menganalisis tingkat pelayanan adalah sebagai berikut:
a. Menganalisis data dengan metode regresi linier, logaritmik, dan polinomial ordo 3 hingga
didapat persamaan volume tampung yang dibutuhkan
b. Memasukkan nilai Tr (periode ulang ke n) kedalam persamaan kapasitas tampung untuk
memperoleh volume tapung waduk yang dibutuhkan untuk masing-masing periode ulang

3.2.3 Retention Time


Retention time dapat ditentukan dengan cara sebagai berikut:
1. Menentukan periode ulang berdasarkan volume tampung aktual waduk.
2. Menentukan curah hujan perencanaan pada periode ulang tersebut
3. Menentukan distribusi curah hujan pada periode ulang tersebut
4. Menentukan debit banjir rencana pada periode ulang tersebut dengan menggunakan metode
Hidrograf Satuan Sintetik Nakayasu
5. Menentukan retention time, berdasarkan hasil perhitungan volume tampung waduk yang
dibutuhkan dengan membandingkan hidrograf DAS dengan hidrograf sungai.
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. Keadaan Umum Wilayah


4.1.1 Letak dan Iklim
Lokasi waduk tunggu terletak di Kelurahan Antang dan Bangkala Kecamatan
Manggala, merupakan bagian Daerah Aliran Sungai Pampang yang diapit oleh Daerah Aliran
Sungai Tallo di bagian utara dan daerah aliran sungai Jeneberang dibagian selatan yang juga
berbatasan wilayah Kabupaten dibagian barat, dimana terdapat saluran drainase Kabupaten yaitu
Drainase Jongaya, Pannampu, Sinrijala yang bermuara di Sungai Pampang
Daerahnya beriklim tropis Monsoon dan mempunyai dua musim yang berbeda yaitu musim hujan
yang berlangsung dari bulan Nopember -April dan musim kemarau yang berlangsung dari bulan Mei -
Oktober.
Kelembaban relatif rata-rata adalah 85 % pada musim hujan dan 75 % pada musim kemarau,
kecepatan angin rata-rata berkisar antara 2,77 knots sampai 3,75 knots dan lama penyinaran matahari
berkisar 6 jam/had dengan suhu udara berfcisar 26,3°C sampai 30°C, dan rata-rata evaporasi 1400 mm
sampai 1600 mm.

4.1.2 Kondisi Waduk Tunggu (Regulation Pond)


Pembangunan waduk tunggu (Regulation Pond) telah selesai dilakukan pada awal September
2001. Selama pelaksanaan pernah terjadi penundaan atau bahkan penghapusan dari rencana awal atau
desain akibat adanya review atau kendala dalam pelaksanaan. Bagian yang terpenting dari proyek ini
adalah tersedianya areal waduk, selain fasilitas lain, misalnya spillway, pinto (Sluice), pompa dan fasilitas
pendukung lainnya.
Desain dan luas lahan yang dibutuhkan untuk mengfungsikan Waduk Tunggu secara optimal
sesuai rencana awal yaitu membebaskan kawasan timur Kabupaten Deli Serdang seluas 46 km2 dari
ancaman banjir periode 20 tahunan, adalah suatu sistem tata air dengan waduk tunggu seluas 46
ha, yang memiliki kedalaman rata-rata 3 meter atau yang memiliki kapasitas tampung air
sebesar 1.320.000 m3
Akibat tidak terselesainya proses pembebasan tanah areal waduk yang rencananya seluas 46
ha, tersedia hanya 36 ha dengan diestimasi kapasitas tampungnya hanya sebesar 1.100.000 m3 (Anonim
a, 2003).
4.2 Analisis Hidrologi
4.2.1 Curah Hujan Daerah
Curah hujan daerah diperoleh dari pengolahan data curah hujan harian dari 3 stasiun pencatat
yaitu St. Tamangapa, St Sungguminasa, St. Ujung Pandang. Mengingat titik pengamatan (stasiun
pencatat) tersebar tidak merata maka digunakan metode Polygon Thiessen, dengan memperhitungkan
daerah pengaruh dari tiap titik pengamatan, yang kemudian dibagi dengan luas total area pengaliran
untuk menghasilkan koefisien Thiessen (Sosrodarsono, 1987). Masing-masing koefisien Thessen untuk
tiap stasiun pencatat adalah St. Tamangapa * 0,36, St Sungguminasa = 0,5, St. Ujung Pandang -
0,14, nilai ini akan dikalikan dengan curah hujan maksimum dari tiap stasiun pada setiap tahunnya untuk
mendapatkan curah hujan harian rata-rata. Hasil perhitungan curah hujan harian maksimum rata-
rata daerah dapat dilihat pada tabel berikut:
Table 2. Curah Hujan Harian Maksimum Rata-Rata Daerah
No Curah Hujan Maksimum (mm) Tgl Kejadian
1 53,22 1 Juni 1992
2 118,52 24Jamiaril993
3 93,66 24Januari 1994
4 204,46 28 Februari 1995
5 141,28 13 Desember 19%
6 84,14 23 Februari 1997
7 84,28 5 Oktober 1998
8 58,34 12 Desember 1999
9 290,32 4 Februari 2000
10 76,64 3Maret2001
11 135,14 2 Februari 2002
12 102,24 1 1 Januari 2003
13 88,48 21 Januari 2004
14 108,34 25Maret2005
IS 97,94 30 Desember 1006
Sumber: Data DPSDA, 2007 Setelah Diolah

Berdasarkan data di atas terlihat bahwa curah hujan maksimum rata-rata daerah terjadi pada 4
Februari 2000 sebesar 290,32 mm dan curah hujan minimum terjadi pada tanggal 1 Juni 1992
sebesar 53,22 mm. Hal ini disebabkan oleh adanya perbedaan intensitas hujan yang terjadi setiap
tahunnya.
4.2.2 Curah Hujan Perencanaan
Curah hujan perencanaan dihitung dengan menggunakan analisis frekuensi yang didasarkan
pada metode distribusi yang digunakan. Analisis ini menggunakan distribusis metode Gumbel dan
Log Pearson Type III, dan untuk menentukan apakah persamaan distribusi yang dipilih dapat
memenuhi distribusi statistik sample data yang dianalisis dilakukan uji kesesuaian dengan parameter
penguji Chi-Kuadrat. Hasil perhitungan uji kesesuaian distribusi dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel 2. Analisis Kesesuaian Distribusi Frekuensi dengan Uji Chi-Kuadrat


No Metode Distribusi Peluang (%)
1 Gumbel 5
2 Log Person Type III 51
Sumber: Data DPSDA, 2007 Setelah Diolah

Berdasarkan tabel di atas diketahuai bahwa metode Gumbel tidak dapat digunakan
sedangkan metode Log Person Type III dapat digunakan. Hal ini berdasarkan interprestasi hasil
bahwa suatu persamaan distribusi dpat diterima bila peluang yang diperoleh lebih dari 5 %
(Soewarno, 1995)
Selanjutnya analisis frekuensi untuk menghitung curah hujan rencana dilakukan dengan
Persamaan Log Pearson Type III. Hasil perhitungan curah hujan rencana dapat dilihat pada tabel
berikut:
Tabel 3. Curah Hujan Perencanaan Dengan Metode Log Person Type III
Priode K logXt Xt
Ulang
2 -0,132 2,00 99,06
5 0,78 2,17 147,64
10 1,336 2,27 188,30
25 1,774 2,36 228,07
50 100 2,453 2,49 2,57 306,95
2,891 371,78
Sumber: Data DPSDA, 2007 Setelah Diolah

4.2.3 Perhitungan koefisien Pengaliran


Perhitungan koefisien pengaliran mengacu pada tata guna lahan pada kondisi yang akan datang
pada tahun 2010 (Lampiran 15) dimana luas dan tata guna lahan diambil langsung dari data yang ada
pada studi perencanaan, besaran harga diambil pada tabel koefisien pengaliran. Hasil perhitungan
koefisien pengaliran dapat dilihat pada tabel berikut ini:
Tabel 4. Perhitungan Koefisien Pengaliran
Tata Guna Lahan
No. Sub Luas Komersial Komp. Sawah Dataran Luas Koefisien
DAS DAS Perum tinggi (km2) pengaliran C
hutan
(km2)
C= c= C=
= 0,8 0,5 0,40 0,30
1 5,49 0,62 0,43 0,44 5,49 0,427
2 13,50 0,68 12,82 0,0 13,5 0,515
3 2,41 0,36 2,05 2,41 0,545
4 2,92 0,15 2,77 2,92 0,515
5 8,03 U 6,83 8,03 0,545
6 3,72 0,19 3,53 3,72 0,515
Jumlah 36,07 3,063
Koefisien pengaliran rata-rata 0,510
Sumber: Data DPSDA, 2007 Setelah Diolah

Ket: Koefisien pengaliran tata guna lahan diambil langsung dari perencanaan

4.2.4 Debit Banjir Perencanaan


Debit banjir perencanaan dihitung dengan menggunakan metode Hidrograf Satuan
Sintetik Nakayasu. Pada prinsipnya metode ini terpola hujan dan hujan efektif yang jatuh
merata dalam selang waktu 6 jam sehingga curah hujan dan curah hujan efektif jatuh merata
selama waktu tersebut menurut rasio intensitasnya (Soewarno, 1995). Hasil perhitungan
distribusi hujan efektif dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel 5. Distribusi Hujan Efektif


Jam ke rasio Distribusi hujan efektif (mm)
(%) 2 5 10 20 50 100
1 55 27,79 41,41 52,82 63,97 86,10 104,28
2 14,3 7,22 10,77 13,73 16,63 22,39 27,11
3 10 5,05 7,53 9,60 11,63 15,65 18,96
4 8,1 4,09 6,10 7,78 9,42 12,68 15,36
5 6,4 3,23 4,82 6,15 7,44 10,02 12,13
6 6,2 3,13 4,67 5,95 7,21 9,71 11,76
hujan efektif 50,52 75,30 96,03 116,32 156,54 189,61
Koefisien pengaliran 0,51
hujan rencana 99,06 147,64 | 188,3 228,07 f 306,95 |
Sumber: Data DPSDA, 2007 Setelah Diolah

Selanjutnya hasil perhitungan diatas digunakan untuk menghitung debit banjir perencanaan
pada masing-masing kala ulang. Hasil perhitungan debit banjir dapat dilihat pada tabel
berikut:
Tabel 6. Debit Banjir Perencanaan
Priode ulang Debit banjir (Qn)(m3/dt)
2 133,87
5 199,48
10 254,44
20 308,16
50 414,77
100 502,34
Sumber: Data DPSDA, 2007 Setelah Diolah

4.3 Kemampuan Pelayanan Waduk

4.3.1 Perhitungan Volume Tampnng Waduk yang Dibutuhkan


Perencanaan dimensi waduk tunggu didasarkan pada volume air lebih akibat debit banjir
pada periode tertentu yang direncanakan yang tertahan akibat terbatasnya kapasitas saluran
pembuangan pada titik no. 13 (lampiran 16) yaitu 37 mVdetik,
Hidrograf banjir untuk waduk dianggap sama dengan hidrograf sungai dimana hidrograf
sungai maksimal 37 m3/detik sehingga dengan menghitung selisih volume air komulatif antara
volume air akibat debit banjir dengan volume air akibat debit sungai merupakan volume waduk
yang dibutuhkan. Rekapitulasi hasil perhitungan dapat dilihat pada tabel berikut
Tabel 8. Rekapitulasi Hasil Perhitungan Volume Tampungan Waduk yang Dibutuhkan pada tiap Periode
Ulang
Periode Ulang Volume Tampungan Waduk
(Tr) yang Dibutuhkan (m3)
2 546.876
5 945.684
10 1.279.512
20 1.605.924
50 2.253.744
100 2.785.716
Sumber: Data DPSDA, 2007 Setelah Diolah

4.3.2 Perhitungan Tingkat Pelayanan


Untuk mengetahui tingkat pelayanan aktual waduk dilakukan analisis regresi linier,
logaritmik, dan polinimial ordo 3 untuk mengetahui suatu kecenderungan dari sebaran data
yang ada. Pemilihan metode perhitungan regresi di atas daanggap sudah mewakili. Regresi untuk
hubungan antara banjir pada periode ulang tertentu dan volume waduk yang dibutuhkna dapat di lihat
pada Lampiranll.
Adapun rekapitulasi hasil perhitungan regresi hubungan antara banjir dengan volume waduk
dapat dilihat pada tabel berikut:
Tabel 8. Rekapitulasi Hasil Perhitungan Regresi Hubungan antara Banjir pada Periode Ulang dengan
Volume Waduk yang Dibutuhkan
No Metode Persamaan Koef.
Korelasi
1. Linier Y = 20620,37 X + 926907,75 0,98
2. Logaritmik Y = 568670,261nX + 41 929,05 0,99
3. Polinomial Y = 7,42X3 - 1356.1X2 + 85408.87X + 478182,18 1,00
Sumber: Data DPSDA, 2007 Setelah Diolah

Suatu persamaan dapat digunakan apabila koefisien korelasi ~ 1 maka dari ketiga persamaan
diatas persamaan regresi polinomial yang paling memenuhi syarat tersebut (Walpole, R.E., 1992).
Dengan menggunakan persaman regresi polinomiaJ yaitu V = 7,42 Tr -1356,1 Tr2 + 85408,87 Tr
+ 478182,18 diperoleh volume tampung yang dibutuhkan (Tabel 9)
a. Desain Perencanaan Awal Waduk
Tr Volume Tr Volume Tr Volume Tr Volume
(Periode Tampung (Periode Tampung (Periode Tampung (Periode Tampung
Ulang) (m3) Ulang) (m3) Ulang) (m3) Ulang) (m3)
2 643.634,9 16 1.527.955 30 2.020.298 44 2.242.828
3 722,404,2 17 .574.675 31 2.043.694 45 2.251.626
4 798.594,9 18 .619.439 32 2.065.758 46 2.259.716
5 872.251,5 19 .662.292 33 2.086.535 47 2.267.141
6 943.418,5 20 .703.280 34 2.106.068 48 2.273.946
7 1.012.140 21 .742.445 35 2.124.403 49 2.280.176
8 1.078.462 22 1.779.833 36 2.141.583 50 2.285.876
9 1.142.427 23 1.815.488 37 2.157.655 51 2.291.089
10 1.204.081 24 1.849.456 38 2.172.661 52 2.295.860
11 1.263.468 25 1.881.779 39 2.186.647 53 2.300.235
12 1.320.632 26 1.912.503 40 2.199.657 54 2.304.256
13 1.375.618 27 1.941.673 41 2.211.736 55 2.307.970
14 1.428 .471 28 1.969.332 42 2.222.927 56 2.311.420
15 1.479.235 29 1.995.526 43 2.233.277 57 2.314.651
Desain dan luas luas lahan yang dibutuhkan untuk memfungsikan waduk tunggu secara
optimal sesuai rencana awal seluas 46 ha dari ancaman banjir periode 20 tahunan dengan kapasitas
tampung sebesar 1.320.000 m3 (Anonim a, 2003). Berdasarkan hasil perhitungan tingkat pelayanan
waduk pada Tabel 10, untuk membendung banjir pada periode 20 tahunan dibutuhkan kapasitas waduk
sebesar 1.703.280 m3. Sehingga terdapat kekurangan daya tampung sebesar 383.280 m 3 dari
rencana awal. Berdasarkan Tabel 10 juga terlihat untuk kapasitas tampung pada desain
perencaaan awal waduk yang sebesar 1.320.000 m3 hanya dapat membendung banjir pada
periode 12 tahunan, sehingga waduk hanya berfungsi 60 %

Tabel 9. Hubungan antara Tr (periode ulang) dengan volume tampung waduk yang dibutuhkan (m )
Sumber: Data DPSDA, 2007 Setelah Diolah

b. Desain Aktual Waduk


Pada saat studi monitoring tahun 2003 realisasi yang dicapai untuk pembebasan lahan pada
waduk tunggu hanya seluas 38 ha dengan kapasitas tampung 1.100.000 m3yang direncanakan untuk
mencegah ancaman banjir periode ulang 10 tahunan (Anonim a, 2003). Berdasarkan hasil perhitungan
tingkat pelayanan waduk Tabel 10 terlihat bahwa untuk membendung banjir periode tersebut
dibutuhkan kapasitas waduk sebesar 1.204.081 m3, sehingga terdapat kekurangan daya tampung sebesar
104.081 m3. Berdasarkan Tabel 10 untuk desain aktual waduk dengan kapasitas sebesar 1.100.000m 3
hanya dapat membendung banjir pada periode 8 sampai 9 tahunan, sehingga waduk hanya berfungsi 80%
sampai 90%.

4.4 Retention Time

Retention time dibutuhkan untuk menentukan lamanya air ditahan dalam waduk hingga debit
datang (Qin) yang akan masuk ke dalam saluran pembuangan (hilir sungai Pampang) setara
dengan debit maksimum padasaluran tersebut (Qout) sebesar 37 m3/dt. retention time ini berkenaan
dengan sistem operasi pintu waduk. Yang hasilnya dapat dilihat pada Gambar berikut:
waktu (jam)

Gambar 4. Hubungan Hidrograf Debit Masuk dengan Hidrograf Debit keluar.

Berdasarkan grafik diatas dapat dilihat bahwa Qin maksimal adalah 253,82 m3/dt dan Qout
adalah 37m3/dt, dan retention time yang dibutuhkan hingga Qin setara dengan Qout adalah 8 jam
(Lampiran 12).
BAB V
PENUTUP

5.1 Kesimpulan
Berdasarkan analisis yang telah dilakukan dapat ditarik kesimpulan bahwa:
1. Berdasarkan perhitungan tingkat pelayanan waduk terdapat kekurangan daya tampung untuk desain
perencanaan awal waduk sebesar 383.280 m dan desain aktual waduk sebesar 104.081 m3.
2. Waduk Tunggu Pampang yang dibangun saat ini hanya mampu melayani curah hujan yang
mengakibatkan banjir dengan periode 12 tahunan dari desain perencanaan awal waduk periode
20 tahunan, ini berarti bahwa tingkat pelayanan waduk tunggu hanya 60% dari rencana awal.
Sedangkan untuk desain aktual waduk hanya mampu melayani pada periode 8 sampai 9
tahunan yang berarti bahwa tingkat pelayanan waduk tunggu saat ini berkisar antara 80% sampai 90 %
DAFTAR PUSTAKA

Anonim b,1994. Suporting Report (vol 1 = Hidrology and Hldrolics), CTI


Engineering Co.Ltd. In Assosiasion With Nippon KOEI Co.Ltd. ,PT. Indra Katya dan PT. Exsa
Internasional, Ujung Pandang

Anonim a, 2003. Laporan Akhir Monitoring Lingkungan (AMDAL) Pasca Konstruksi Waduk
Tunggu Pampang. Proyek Pengembangan dan Pengelolaan Sumber Air Jeneberang Bagian Proyek
Pembinaan dan Perencanaan Sumber Air Jeneberang, Deli Serdang

Anonim b, 2003. Laporan Akhir Detail Desain Bendung dan Jaringan Irigasi DI Matajang. Departemen
Pemukiman dan Prasarana Wilayah. Direktorat Sumber Daya Air, Wilayah Timur. Proyek Irigasi dan
Rawa Andalan Sulawesi Selatan.Deli Serdang

Anonim, 2007. Curve Fitting (Pencocokan Kurva), 1 April 200. Http://ft.uns . ac. id/ts/kul_ol/
numerik/numerik 03_regresi: htm

Linsley, R. K. dan Franzini, J. B., 1994. Teknik Sumber Daya Air, Terjemahan oleh Djoko Sasongko, Jilid-1
edisi ke-3. Erlangga. Jakarta.

Soemarto, C.D. 1999. Hidrologi teknik, Penerbit Erlangga. Jakarta.

Soewarno, 1995, Hidrologi Jilid I (Aplikasi Metode Statistik untuk Anattsa Data),Nova, Bandung

Anda mungkin juga menyukai