Anda di halaman 1dari 20

PENGANTAR KAJIAN SOSIOLOGI

Makalah ini dibuat untuk memenuhi Tugas Mata Kuliah Pengantar Ilmu Sosial
Dosen Pengampu : Iir Abdul Haris, M.Ag.

Penyusun :
Hanna Hanifah 1178020089
Herdiansyah Nurzaini 1178020093
Ika Celsie Agustin 1178020099
Inggit Linggarsari 1178020107
Iqbal Ramadan 1178020111
Jihan Hasna Alhakim 1178020118
Lukman Nulhakim 1178020124

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN GUNUNG DJATI


BANDUNG
2019
A. PENDAHULUAN

Sosiologi merupakan suatu ilmu yang masih muda, walau telah mengalami
perkembangan yang cukup lama. Sejak manusia mengenal kebudayaan dan
peradaban, masyarakat manusia sebagai proses pergaulan hidup telah menarik
perhatian.
Awal mulanya, orang-orang ysng meninjau masyarakat, hanya tertarik pada
masalah-masalah yang menarik perhatian umum, seperti kejahatan, perang,
kekuasaan golongan yang berkuasa, keagamaan dan lain sebagainya. Dari
pemikiran serta penilaian yang demikian itu, orang kemudian meningkat pada
filsafat kemasyarakatan, dimana orang yang menguraikan harapan-harapan tentang
susunan serta kehidupan masyarakat yang diinginkan atau ideal.
Dengan demikian timbulah perumusan nilai-nilai dan kaidah-kaidah yang
seharusnya ditaati oleh setiap manusia dalam hubungannya dengan manusia lain
dalam suatu masyarakat. Nilai-nilai dan kaidah-kaidah yang dimaksudkan untuk
menciptakan kehidupan yang bahagia dan damai bagi semua manusia selama hidup
di dunia ini.

B. PENGERTIAN SOSIOLOGI

Secara terminologi sosiologi berasal dari bahasa Yunani, yakni kata socius dan
logos. Socius yang bererti kawan, berkawan, ataupun bermasyarakat. Sedangkan
logos berarti ilmu atau dapat juga berbicara tentang sesuatu. Dengan demikian,
secara harfiah istilah sosiologi dapat diartikan ilmu tentang masyarakat (Spencer
dan Inkeles, 1982: 4; Abdulsyani, 1987: 1). Oleh karena itu, sosiologi sebagai
disiplin ilmu yang mengkaji tentang masyarakat maka cakupannya sangat luas, dan
cukup sulit untuk merumuskan suatu definisi yang mengemukakan seluruh
pengertian, sifat, dan hakikat yang dimaksud dalam beberapa kata dan kalimat.
Dengan kata lain, suatu definisi dapat dipakai sebagai suatu pegangan saja.
Beberapa pengertian sosiologi menurut para ahli.
a. Pitirim Sorokin (1928: 760-761) mengemukakan bahwa sosiologi adalah
suatu ilmu tentang hubungan dan pengaruh timbal balik antara aneka
macam gejala-gejala sosial, gejala keluarga dengan moral, hukum dengan
ekonomi, dan sebagainya.
b. Wiliam Ogburn dan Meyer F. Nimkoff (1959: 12-13) berpendapat bahwa
sosiologi adalah penelitian secara ilmiah tehadap interaksi sosial dan
hasilnya, yaitu interksi sosial.
c. David Popenoe (1983: 107-108) berpendapat bahwa sosiologi adalah ilmu
tentang interksi manusia dalam masyarakat sebagai suatu keseluruhan.

1
d. Selo Soemarjan dan Soelaeman Soemardi (1982: 14) menyatakan bahwa
sosiologi adalah ilmu tentang struktur sosial dan proses-proses sosial,
termasuk perubahan-perubahan sosial. Selanjutnya, menurut mereka bahwa
struktur sosial keseluruhan jalinan antara unsur-unsur sosial yang pokok,
yaitu kaidah-kaidah sosial (norma-norma sosial), lembaga-lembaga soaial,
kelompok-kelompok, serta lapisan sosial. Sedangkan proses sosial adalah
pengruh timbal balik antara segi kehidupan ekonomi dengan segi kehidupan
politik, kehidupan hukum dengan agama, dan sebagainya.
e. Menurut pendapat kami sosiologi itu adalah ilmu yang mempelajari tentang
masyarakat dan gejala-gejalanya yang tejadi di dalam masyarakat itu
sendiri.
Dari berbagai definisi di atas, maka dapat disimpulkan bahwa sosiologi adalah
ilmu yang mempelajari hubungan antara individu dengan individu, individu dengan
masyarakat, dan masyarakat dengan masyarakat. Sosiologi adalah ilmu yang
membicarakan apa yang sedang terjadi saat ini, khususnya pola-pola hubungan
dalam masyarakat serta berusaha mencari pengertian-pengertian umum, rasional,
empiris serta bersifat umum.

C. RUANG LINGKUP SOSIOLOGI

1. Sosiologi Industri
Kelahiran bidang ini, mendapat inspirasi dari pemikiran-pemikiran Karl Max,
Emile Durkheim, dan Max Weber, walaupun secara formal, sosiologi industri lahir
pada kurun waktu antara perang Dunia I dan II, serta secara matang tahun 1960-an
dan awal tahun 1970-an.
Dalam perkembangannya, sosiologi industri sejak tahun 1980-an terdapat
empat tema baru yang muncul dan dalam riset-riset sosiologi industri.
a. Sosiologi industri yang hanya menekankan gaya tradisional yang patriarkat,
memberikan peluang munculnya lini baru, yakin feminisme dalam riset.
b. Runtuhnya komunisme di Eropa Timur, adanya globalisasi industri,
pergeseran dari Fordisme (keadaan seusai perang) menuju post Fordisme.
c. Perkembangan teknologi informasi dan aplikasi-aplikasinya di bidang
manufaktur serta perdagangan, telah mendorong bangkitnya kembali minat
untuk menerapkan gagasan-gagasan konstruktivis sosial dari sosiologi ilmu
pengetahuan serta teknologi ke sosiologi kerja dan industri.
d. Asumsi bahwa pekerjaan dan produksi merupakan kunci identitas sosial
tentang argumen-argumen bahwa pola-pola konsumsi merupakan sumber
identitas individual.

2
2. Sosiologi Agama
Sosiologi agama merupakan studi sosiologis yang mempelajari studi ilmu
budaya secara empiris, profan, dan positif yang menuju kepada praktik, struktur
sosial, latar belakang historis, pengembangan, tema universal, dan peran agama
dalam masyarakat. Pengkajian masalah agama secara ilmiah dan sistematis baru
dilakukan sekitar tahun 1900-an hingga pertengahan abad ke-20. Mulai saat itu
muncullah buku-buku sosiologi agama yang dikenal dengan periode sosiologi
agama klasik yang di pelopori Emile Durkheim, seorang perintis sosiologi dari
Prancis dalam bukunya The Elementary Forms of Religious Life, dan Max Weber
seorang sosiolog dari Jerman dalam karyanya The Sociology of Religion, keduanya
dikenal sebagai pendiri sosiologi agama. Dalam perkembangannya, sosiologi
agama memiliki 4 mazhab, yakni klasik, positivisme, teori konflik, dan
fungsionalisme.
Jika mazhab klasik memiliki karakteristik yang lebih bercorak sosiologi dasar
daripada sosiologi agama. Mazhab positivisme memiliki karakteristik di mana ia
menyibukkan dirinya dengan mengkuantifikasi dari dimensi masyarakat yang
kualitatif, dengan kata lain memberikan kesimpulan-kesimpulan yang netral tanpa
diwarnai pertimbangan teologis maupun filosofis. Mazhab teori konflik,
masyarakat yang sehat bercirikan masyarakat yang hidup dalam situasi konfliktual,
sebaliknya masyarakat yang dalam keadaan seimbang dianggapnya sebagai
masyarakat tertidur dan stagnan dalam kemajuan. Mazhab fungsionalisme memiliki
karakteristik yang berasumsi bahwa masyarakat ini merupakan suatu sistem
perimbangan, setiap kelompok memberikan kontribusinya yang khas dalam
membentuk sistem perimbangan secara keseluruhan.

3. Sosiologi Pendidikan
Merupakan bidang kajian sosiologi yang perintisannya selalu dikaitkan dengan
sosiolog pendidikan bernama Lester Frank Ward pada tahun 1883, yang
menegaskan bahwa untuk memperbaiki masyarakat diperlukan pendidikan.
Selanjutnya, Ward menegaskan bahwa perbedaan kelas yang terjadi dalam
masyarakat bersumber pada perbedaan pemilikan kesempatan, terutama
kesempatan dalam memperoleh pendidikan. Dengan berasumsi bahwa pada
dasarnya manusia memiliki kapasitas belajar yang sama, selanjutnya Ward
mendesak kepada pemerintah Amerika untuk mengadakan wajib belajar. Baru pada
abad ke-20, muncul semangat yang kuat untuk mendirikan sebuah cabang sosiologi
yang dinamakan educational sosiology.
Timbul ketidakpuasan atas educational sociology tersebut dari sosiolog lainnya,
terutama Robert Angell terhadap nama subdisiplin itu, maupun terhadap metodenya
sehingga pada tahun 1928, muncul istilah baru, yaitu sociology of education, ia
tidak perlu menjanjikan jawaban sosiologis untuk mengatasi permasalahan sosial

3
yang dihadapi dunia pendidikan. Bidang ini cukup bertugas untuk melakukan
berbagai riset dan menjadikan institusi pendidikan sebagai sumber data ilmiah.
Dengan demikian, yang menjadi pusat perhatian dalam sociology of education
adalah penelitian dan hasilnya, bukan diskusi tentang penanggulangan masalah
pendidikan.

Menurut Brookover, bidang-bidang kajian materi sociology of education


tersebut mencakup :
a. Hubungan sistem pendidikan dengan sistem sosial yang lain
b. Hubungan sekolah dengan komunitas sekitarnya
c. Hubungan antar manusia dalam sistem pendidikan
d. Pengaruh sekolah terhadap perilaku anak didik.

Menurut Syahrial Syarbani dan Rusdiyanto dalam buku Dasar-Dasar Sosiologi,


(2009 : 6). Ruang lingkup sosiologi adalah sebagai berikut :
a. Perilaku manusia selalu dilihat dalam kaitanya dengan struktur-struktur
kemasyarakatan dan kebudayaan yang dimiliki, dibagi dan ditunjang
bersama. Sosiologi mempelajari perilaku manusia dengan meneliti
kelompok yang dibangunya seperti keluarga, suku bangsa, komunitasdan
pemerintahandan berbagai organisasi sosial, agama, politik, bisnis dan
sebagainya, ruang lingkup sosiologi sangat luas. Meliputi masyarakat ,
komunitas, keluarga, perubahan gaya hidup, struktur, mobilitas sosial,
gender, interaksi sosial. Perubahan sosial. Perlawanan sosial, konflik .
integrasi dan sebagainya (Veeger, 1985)
b. Sosiologi jelas merupakan ilmu sosial yang objeknya adalah masyarakat.
Focus pembahasanya adalah interaksi manusia yakni pada pengaruh timbal
balik di antara dua orang atau lebih dalam perasaan, sikap dan tindakan.
(Hoult. 1969)
c. Selo Soemardjan dan Soelaiman Soemardi menyatakan bahwa sosiologi
adalah ilmu yang mempelajari struktur sosial dan proses sosial juga
perubahan sosial. Struktur sosial adalah keseluruhan jalinan antara unsur-
unsur sosial yang pokok, yakni kaidah-kaidah sosial , lembaga-lembaga
sosial, kelompok-kelompok serta lapisan-lapisan sosial. Proses sosial
adalah pengaruh timbal balik antara pelbagai kehidupan masyarakat.

D. OBJEK-OBJEK KAJIAN SOSIOLOGI

Objek studi atau kajian sosiologi adalah manusia (manusia adalah


multidimensi), namun sosiologi mempelajari manusia dari aspek sosial yang kita
sebut masyarakat, yakni hubungan antara manusia dan proses sebab akibat yang

4
timbul dari hubungan tersebut. Istilah masyarakat sering digunakan untuk
menyebut kesatuan hidup manusia, misalnya masyarakat desa, masyarakat kota,
masyarakat Bali dan masyarakat lainnya. Masyarakat adalah kesatuan hidup
manusia yang berinteraksi menurut sistem adat-istiadat tertentu yang bersifat
kontinu dan terikat oleh rasa identitas bersama. Adat istiadat adalah tata kelakuan
yang kekal dan turun-temurun dari generasi ke generasi lain sebagai warisan
sehingga kuat integrasinya dengan pola-pola perilaku masyarakat.
Objek kajian sosiologi adalah masyarakat dan perilaku sosial manusia dengan
meneliti kelompok-kelompoknya, kelompok tersebut mencakup kelurga, etnis atau
suku bangsa, komunitas pemerintahan, dan berbagai organisasi sosial, agama,
politik, budaya, bisnis, dan organisasi lainnya. (Ogburn dan Nimkoff, 1959 : 13;
Horton dan Hut, 1991 : 4). Sosiologi pun mempelajari perilaku dan interaksi
kelompok, menelusuri asal usul pertumbuhannya, serta menganalisis pengaruh
kegiatan kelompok terhadap para anggotanya. Dengan demikian, sebai objek kajian
sosiologi adalah masyarakat manusia yang di lihat dari sudut hubungan
antarmanusia dan peroses-proses yang timbul dari hubungan manusia dalam
masyarakat.
Sosiologi mempunyai beberapa objek, yaitu :

1. Objek material
Objek material sosiologi adalah kehidupan sosial, gejala dan proses hubungan
antara manusia yang memengaruhi kesatuan manusia itu sendiri. Objek ini mengacu
pada benda fisik, sumber daya, dan tempat yang menentukan kulturnya. Seperti
rumah, tetangga, kota/daerah, sekolah, tempat ibadah, kantor, peralatan, produk,
dan lain-lain. Semua aspek fisik tersebut menentukan perilaku dan kultur seseorang.
Contoh dari perubahan sosial karena materi adalah, karena di internet terdapat
banyak sekali terdapat materi tugas, maka siswa harus mempelajari bagaimana cara
menggunakan komputer dan internet. Lama-kelamaan internet akan menjadi
kebutuhan siswa itu walaupun untuk tujuan lain seperti berkomunikasi
menggunakan jejaring sosial. Atau masyarakat di hutan harus terbiasa
menggunakan segala sesuatu dari alam untuk memenuhi kebutuhan hidup mereka.

2. Objek formal
Objek formal sosiologi adalah hubungan manusia dengan manusia lain serta
proses yang timbul dari hubungan manusia didalam masyarakat karena lebih
ditekankan pada manusia sebagai makhluk sosial atau masyarakat. Objek formal
sosiologi meliputi:
a. Pengertian tentang sikap dan tindakan manusia terhadap lingkungan hidup
manusia dan kehidupan sosial melalui penjelasan ilmiah.
b. Meningkatkan keharmonisan dalam hidup bermasyrakat.
c. Meningkatkan kerja sama antarmanusia.

5
Jadi, objek formal sosiologi berfungsi sebagai penuntun adaptasi di masyarakat.
Mengembangkan pengetahuan yang objektif mengenai gejala-gejala
kemasyarakatan yang dapat dimanfaatkan secara efektif untuk memecahkan
masalah-masalah sosial (problem solving).

3. Objek budaya
Objek budaya salah satu faktor yang dapat memengaruhi hubungan satu dengan
yang lain.

4. Objek agama
Pengaruh dari objek dari agama ini dapat menjadi pemicu dalam hubungan
sosial masyarakat.dan banyak juga hal-hal ataupaun dampak yang memengaruhi
hubungan manusia.
Sedangkan Astrid S. Susanto membedakan Objek Sosiologi menjada dua macam
yaitu :

 Objek materi dari sosiologi adalah kehidupan sosial manusia, dan gejala
serta proses hubungan antar manusia yang mempengaruhi kesatuan hidup
bersama.
 Objek Formal adalah ; pengertian terhadap lingkungan hidup manusia
dalam kehidupan sosial, meningkatkan kehidupan harmonis masyarakatnya,
meningkatkan kerja sama antar manusia.
Jadi,yang menjadi objek kajian sosiologi adalah masyarakat. Masyarakat
sebagai objek sosiologi menunjukkan pada sekumpulan manusia yang sudah lama
hidup bersama dan menciptakan berbagai nilai dan norma untuk mengatur
kehidupannya. Istilah masyarakat berasal dari bahasa Arab, yaitu syaraka yang
artinya ikut serta atau berpartisipasi. Dalam bahasa Inggris masyarakat adalah
society yang pengertiannya mencakup interaksi sosial, perubahan sosial dan rasa
kebersamaan. Berikut adalah beberapa pengertian masyarakat menurut para ahli:
1. MacIver dan Page, mengatakan bahwa Masyarakat ialah suatu system dari
kebiasaan dan tata cara, dari wewenang dan kerja sama antara berbagai
kelompok dan penggolongan, dan pengawasan tingkah laku serta
kebebasan-kebebasan manusia. Keseluruhan yang selalu berubah ini
dinamakan masyarakat. Masyarakat merupakan jalinan hubungan social dan
masyarakat selalu berubah.
2. Ralph Linton, Masyarakat merupakan setiap kelompok manusia yang telah
hidup dan bekerja bersama cukup lama sehingga mereka dapat mengatur
diri mereka dan menganggap diri mereka sebagai suatu kesatuan sosial
dengan batas-batas yang dirumuskan dengan jelas.

6
3. Selo Soemarjan, Menyatakan bahwa masyarakat adalah orang-orang yang
hidup bersama, yang menghasilkan kebudayaan.

Walaupun definisi masyarakat dari beberapa para ahli tersebut berlainan, pada
dasarnya isinya sama, yaitu masyarakat yang mencakup beberapa unsur berikut ini:
a. Manusia yang hidup bersama. Di dalam Ilmu Sosial tidak ada ukuran mutlak
ataupun angka pasti untuk menentukan berapa jumlah manusia yang harus
ada. Akan tetapi secara teoretis angka minimnya adalah dua orang yang
hidup bersama.
b. Bercampur untuk waktu yang cukup lama. Kumpulan dari manusia tidaklah
sama dengan kumpulan benda-benda mati seperti umpamanya kursi, meja
dan sebagainya. Oleh karena dengan berkumpulnya manusia akan timbil
manusia-manusia baru. Manusia itu juga dapat bercakap-cakap, merasa dan
mengerti; mereka juga mempunyai keinginan untuk menyampaikan kesan-
kesan atau perasaan-perasaannya. Sebagai akibat hidup bersama itu,
timbulah sistem komunikasi dan timbulah peraturan-peraturan yang
mengatur hubungan antara manusia dalam kelompok tersebut.
c. Mereka sadar bahwa mereka merupakan satu kesatuan
d. Mereka merupakan suatu sistem hidup bersama. Sistem kehidupan bersama
menimbulkan kebudayaan oleh karena setiap anggota kelompok merasa
dirinya terikat satu dengan lainnya.

Menurut Soerjono Soekanto ciri-ciri masyarakat pada umumnya adalah sebagai


berikut:
1) Manusia yang hidup bersama sekurang-kurangnya terdiri atas dua orang.
2) Bercampur atau bergaul dalam waktu yang cukup lama sehingga
menciptakan sistem komunikasi dan peraturan-peraturan yang mengatur
hubungan antar manusia.
3) Sadar bahwa mereka merupakan satu kesatuan.
4) Merupakan suatu sistem hidup bersama yang menimbulkan kebudayaan.

E. HUBUNGAN SOSIOLOGI DENGAN ILMU SOSIAL LAINNYA

Sosiologi sebagai ilmu tentang masyarakat, khususnya tentang struktur sosial


dan proses-proses sosial, termasuk perubahan-perubahan sosial, pada prinsipnya
merupakan keseluruhan jalinan antara unsur-unsur sosial yang pokok. Dalam hal
ini, proses sosial yang merupakan pengaruh timbal balik antara segi kehidupan
bersama. Berikut hubungan sosiologi dengan ilmu-ilmu sosial lainnya.

7
1. Hubungan Sosiologi dengan Ilmu Ekonomi
Sebagaimana banyak dikemukakan banyak ahli bahwa ilmu ekonomi
merupakan kajian untuk memperoleh barang-barang dan jasa produksi, distribusi,
serta konsumsi. Suatu hubungan ataupun mata rantai penting antara ekonomi dan
sosiologi adalah keduanya merupakan basis sosial tentang perilaku ekonomi. Uang
tidak akan mudah berpindah keluar masuk dengan bank dengan sendirinya atau
sebagai jawaban atas kekuatan yang semata-mata bukan perseorangan. Hal itu
disimpan disana oleh orang-orang yang telah membuat keputusan sosial tentang
antisipasi sesuatu maupun menabung untuk kepentingan pendidikan bagi anak-anak
mereka, maupun untuk membeli kondominium. Hubungan antara sosiologi dan
ekonomi bahwa ekonomi yang merupakan basis perilaku sosial yang ikut
menentukan tipe dan bentuk interaksi mereka. Para ahli sosiologi mengakui bahwa
ekonomi dan material itu memiliki pengaruh atas minat serta motivasi kerja pada
masyarakat.

2. Hubungan Sosiologi dengan Ilmu Politik


Ilmu politik memusatkan perhatiannya kepada pemerintah dan penggunaan
kekuatan politis. Para akademisi melihat ilmu politik terutama dari gagasan
dibelakang sistem pemerintah pada operasi proses politik itu, begitupun para ahli
sosiologi. Pada sisi lain, para ahli sosiolog menjadi lebih tertarik pada pernyataan
perilaku politik, seperti alasan orang-orang ikut serta berpolitik bergabung dalam
pergerakan politik atau mendukung isu-isu politik dan hubungan antara politik dan
intitusi sosial lainnya. Ditahun terakhir, ilmu politik dan sosiologi sudah semakin
mendekat bersama-sama dalam metode, pokok kajian dan konsep. Dan hal itu terus
meningkat sukar untuk menggambarkan suatu garis pemisah dintara mereka
(Popenoe, 1983:7)

3. Hubungan Sosiologi dengan Ilmu Sejarah


Ilmu sejarah melihat kebelakang untuk menggambarkan suatu peristiwa,
urutan, dan maknatentang peristiwa yang lampau itu. Penyelidikan sejarah telah
bergeser dari laporan tentang orang-orang dan tempat-tempat untuk
menggambarkan kecenderungan sosial yang luas dari waktu ke waktu. Di dalam
putaran mereka, para ahli sosiologi banyak meminjam peranan penyelidikan
historis. Acuan historis akan sering digunakan untuk menerangkan kepada banyak
orang tentang peristiwa sosial sekarang ini.

4. Hubungan Sosiologi dengan Psikologi


Psikologi berhadapan dengan sebagian besar proses mental manusia. Psikologi
mempelajari tentang operasi pikiran yang logis, alasan, persepsi, mimpi-mimpi, dan

8
kreativitas. seperti halnya ketika neurosis, konflik mental, dan beberapa macam
emosi. Psikologi jelas berbeda dengan sosiologi karena dalam kajian psikologi
memusatkan pada pengalaman individu dibandingkan dengan sosiologi yang
menekankan kelompok sosial. Tetapi, psikologi sosial kajiannya dengan cara
memahami kepribadian dan perilaku yang dipengaruhi oleh individu-individu
sosial adalah berhubungan erat dengan sosiologi. Hal itu mendukung metode dan
disiplin pengetahuan kedua-duanya.

5. Hubungan Sosiologi dengan Antropologi


Antropologi adalah studi biologi manusia dan kebudayaannya dalam semua
periode dan dalam semua bagian-bagian dari dunia itu. Ilmu adntropologi fisik
berkonsentrasi dalam 2 aspek, yakni evolusi biologi manusia dan perbedaan fisik
antara orang-orang di dunia. Sedangkan ilmu antropologi budaya mengkaji
pengembangan dan kultur yang sebaagian besar difokuskan pada masyarakat dan
budaya pramodern. Sosiologi lebih memusatkan pada peradaban modern yang
relatif maju. Pada mulanya, antropologi berhadapan dengan suatu batasan-batasan
yang terpasang tetap. Lebih menekankan kajian masyarakat pramodern yang tidak
memenringkan belajar ilmu pengetahuan dan sebagian besar tidak menyentuh
peradaban modern. Akan tetapi, setelah memassuki abad ke-20 pemikiran para ahli
antropologi sudah beda. Mereka memperluas bidang kajiannya untuk meliputi
komunitas-komunitas masyarakat dan masyarakat modern.

F. PENDEKATAN, METODE, TEKNIK, ILMU BANTU, DAN JENIS


PENELITIAN SOSIOLOGI

1. Pendekatan
Walaupun sosiologi di awal kelahirannya pada abad ke-19 sangat dipengaruhi
oleh pemikiran-pemikiran yang bersifat positivistik, khususnya bagi pendirinya
Auguste Comte, namun dalam pendekatan sosiologi tidaklah absolut bersifat
kuantitatif, melainkan juga dapat menggunakan pendekatan kualitatif (Soelanto,
1986 : 36).
Dalam pendekatan kuantitatif, sosiologi mengutamakan bahan dan keterangan
dengan angka sehingga gejala-gejala yang ditelitinya dapat diukur dengan
mempergunakan skala, indeks, tabel, dan formula yang menggunakan statistik.
Sebagai design of the obvious, sosiologi bertujuan menelaah gejala-gejala sosial
secara matematis, baik itu melalui teknik sosiometri, yang berusaha untuk meneliti
masyarakat secara kuantitatif dengan menggunakan skala dan angka untuk
mempelajari hubungan antar individu dan masyarakat. Sedangkan dalam
pendekatan kualitatif, sosiologi selalu dikaitkan dengan epistemologi interpretatif

9
dengan penekanan pada makna-makna yang terkandung di dalamnya atau yang ada
di balik kenyataan yang teramati.

2. Metode
Para ahli sosiologi dalam penelitiannya banyak menggunakan beberapa metode
penelitian.
a. Metode Deskriptif
Metode ini sering disebut bagian metode empiris yang menekankan pada kajian
masa kini. Secara singkat, metode deskriptif ini adalah suatu metode yang berupaya
untuk mengungkap pengejaran atau pelacakan pengetahuan. Metode tersebut
dirancang untuk menemukan apa yang sedang terjadi, tentang siapa, di mana, dan
kapan. Penelitian ini berdasarkan pada kehati-hatian dalam mengumpulkan Suatu
data atau fakta untuk menggambarkan beberapa hal yang diuraikan, seperti
penggolongan, praktik, maupun peristiwa yang tercakup di dalamnya (Popenoe,
1983 : 28). Statistik kejahatan, survei pendapat umum tentang angka kejahatan,
tanggapan pendengar dan penonton radio serta televisi, dan laporan atas kedapatan
dan kejahatan seksual, semuanya ini adalah contoh-contoh tentang studi deskriptif
tersebut. Dengan demikian, dalam metode ini pun termasuk metode survei dengan
jumlah sampel yang begitu banyak untuk mengungkap dan mengukur sikap sosial
maupun politik, seperti yang dirintis George Gallup dalam The Literary Digest
(1936). Dalam metode tersebut, pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan
pertanyaan-pertanyaan yang disusun melalui angket (kuesioner) terhadap
responden untuk mengukur pendapat atau tanggapan publik tentang sesuatu yang
diteliti (Bailey, 1982 : 110 ; Spencer dan Inkeles, 1982 : 32).

b. Metode Eksplanatori
Metode ini pun merupakan bagian metode empiris, Popenoe (1983 : 28)
mengemukakan bahwa jika saja dalam studi deskriptif lebih banyak bertanya
tentang apa, siapa, kapan dan dimana maka dalam studi eksplanatori lebih banyak
menjawab mengapa dan bagaimana. Oleh karena itu, metode ini bersifat
menjelaskan atas jawaban dari pertanyaan “mengapa” dan “bagaimana” itu.
Sebagai contoh, mengapa tingkat perceraian di berbagai kota naik secara tajam?
Mengapa masyarakat merasakan bahwa hidup di kota besar itu tingkat
kompetisinya lebih tinggi dibanding dengan di pinggir kota? Mengapa di kota-kota
memiliki tingkat kenakalan remaja yang tinggi pula, terutama di era pasca gerakan
reformasi ini? Bagaimana proses terjadinya banyak perubahan, semula merupakan
anak-anak yang baik kemudian menjadi deviant?

10
c. Metode Historis Komparatif
Metode ini menekankan pada analisis atas peristiwa-peristiwa masa silam untuk
merumuskan prinsip-prinsip umum, yang kemudian digabungkan dengan metode
komparatif, dengan menitikberatkan pada perbandingan antara berbagai
masyarakat beserta bidangnya untuk memperoleh perbedaan dan persamaan serta
sebab-sebabnya. Dari perbedaan dan persamaan tersebut, dapat dicari petunjuk
perilaku kehidupan masyarakat pada masa silam dan sekarang, beserta perbedaan
tingkat peradaban satu sama lainnya.

d. Metode Fungsionalisme
Metode ini bertujuan untuk meneliti fungsi lembaga-lembaga kemasyarakatan
dan struktur sosial dalam masyarakat. Metode tersebut berpendirian pokok bahwa
unsur-unsur yang membentuk masyarakat memiliki hubungan timbal balik yang
saling mempengaruhi, masing-masing memiliki fungsi tersendiri terhadap
masyarakat (Soekanto,1986 : 38).

e. Metode Studi Kasus


Metode studi kasus merupakan suatu penyelidikan mendalam dari suatu
individu, kelompok, atau institusi untuk menentukan variabel itu, dan hubungannya
di antara variabel mempengaruhi status atau perilaku yang saat itu menjadi pokok
kajian (Fraenkel dan Wallen, 1993 : 548). Dengan demikian, dalam penggunaan
metode kasus tersebut peneliti harus mampu mengungkap keunikan-keunikan
individu, kelompok, maupun institusi yang ditelitinya, terutama dalam menelaah
hubungannya di antara variabel-variabel yang mempengaruhi status atau perilaku
yang dikajinya.

f. Metode Survei
Penelitian Survei adalah salah satu bentuk dari penelitian yang umum dalam
ilmu-ilmu sosial. Suatu usaha untuk memperoleh data dari anggota populasi yang
relatif besar untuk menentukan keadaan, karakteristik, pendapat, dan populasi
sekarang yang berkenaan dengan satu variabel atau lebih (Fraenkel dan Wallen,
1993 : 557).

3. Teknik Pengumpulan Data


Beberapa teknik pengumpulan data yang banyak digunakan dalam kajian
sosiologi, di antaranya adalah sosiometri, wawancara, observasi, dan observasi

11
partisipan. Untuk mempermudah pemahaman beberapa teknik yang sering
digunakan dalam kajian sosiologi, di bawah ini dikemukakan penjelasannya.
a. Sosiometri
Dalam sosiometri berusaha meneliti masyarakat secara kuantitatif dengan
menggunakan skala dan angka untuk mempelajari hubungan antar manusia dalam
suatu masyarakat. Bidang ini merupakan bidang keahlian psikologi yang
mempelajari, mengukur, dan membuat diagram hubungan sosial yang ada pada
kelompok kecil (Horton dan Hunt, 1991 : 235).

b. Wawancara atau Interview


Teknik ini adalah situasi peran antar pribadi yang bertemu muka (Face to Face)
ketika seseorang, yakni pewawancara mengajukan pertanyaan-pertanyaan yang
dirancang untuk memperoleh jawaban yang relevan dengan masalah penelitian
kepada seseorang yang diwawancarai atau responden (Supardan, 2004 : 159).
Wawancara ini dapat digunakan untuk penelitian kuantitatif maupun kualitatif.
Selain itu, jenis wawancara ini bisa the general interview (wawancara umum) yang
sifat pertanyaannya umum dan terbuka, dan bisa juga jenis wawancara berstruktur
atau terarah dengan mengajukan pertanyaan-pertanyaan yang sedemikian rupa
terarah sebelumnya secara cermat.

c. Observasi
Merupakan dasar semua ilmu pengetahuan sebab para ilmuwan baru dapat
bekerja hanya jika ada data maupun fakta yang diperoleh melalui observasi
(Nasution,1996 : 56). Secara singkat, pengertian observasi adalah pengamatan yang
diperoleh secara langsung dan teratur untuk memperoleh data penelitian.

d. Observasi Partisipan
Bentuk pengamatan yang menyeluruh dari semua jenis metode atau strategi
(Patton, 1980). Dalam hal ini, peneliti turut serta dalam berbagai peristiwa dan
kegiatan sesuai dengan yang dilakukan oleh subjek penelitian, misalnya turut dalam
upacara, turut bekerja di sawah, turut berbaris menunggu bis atau giliran, menjadi
pelayan restoran, kuli dan sebagainya. Hal ini dimaksudkan agar ia merasakan dan
mengalami situasi-situasi tertentu agar dapat dirasakan secara pribadi.

4. Ilmu Bantu
Dalam kajian sosiologi memerlukan banyak ilmu bantu yang dapat menopang
kelancaran dan kedalaman kajian sosiologi tersebut. Beberapa ilmu bantu yang

12
sering digunakan dalam sosiologi, seperti statistik, psikologi, etnologi, arkeologi,
dan antropologi, di samping ilmu-ilmu sosial lainnya, seperti sejarah, ekonomi,
antropologi, politik, hukum, maupun geografi.
a. Statistik
Statistik sangat diperlukan dalam sosiologi terutama dalam perhitungan-
perhitungan yang menyangkut pendekatan kuantitatif agar hasil-hasil penelitiannya
lebih valid, akurat dan terukur.

b. Psikologi
Psikologi pun sangat diperlukan dalam kajian sosiologi karena dalam psikologi
dapat diperoleh keterangan, baik latar belakang seseorang berperilaku maupun
proses-proses mental yang diperlukan keterangan-keterangannya.

c. Etnologi
Etnologi adalah ilmu tentang adat-istiadat suatu bangsa. Ilmu tersebut sangat
diperlukan dalam sosiologi karena menyangkut tradisi-tradisi yang berkembang
pada bangsa tersebut. Oleh karena itu etnologi sering disebut juga sosial antropologi
(Shadily, 1984 : 20).

d. Arkeologi
Arkeologi adalah ilmu tentang peninggalan ataupun kebudayaan klasik dari
suatu bangsa yang telah silam. Peninggalan dan kebudayaan klasik itu penting
karena kebudayaan tua sekalipun pada hakikatnya adalah hasil usaha bersama dan
suatu masyarakat yang ditelitinya.

e. Antropologi
Pada mulanya antropologi banyak mempelajari tentang hidup bersama sebagai
manusia, terutama golongan-golongan yang masih bersahaja (Shadily, 1984 :20).
Sebagai contoh, orang-orang Aborigin di Australia, orang-orang Indian di Amerika
Serikat, orang-orang Baduy di Banten, maupun orang-orang Tengger di Jawa
Timur, dan sebagainya. Namun, sekarang ini antropologi pun telah memasuki
kajian kelompok maupun etnis atau ras masyarakat kota ataupun yang lebih maju.
Maksud dari hasil penelitian bidang antropologi adalah untuk lebih mudah
memahami tentang beberapa keunikan secara ideografis serta memberikan
pengertian yang mendalam mengenai masyarakat modern yang lebih luas dan
kompleks.

13
5. Jenis Penelitian Sosiologi
Dalam penelitian sosiologi (Shadily, 1984 : 50-52), setidaknya kita mengenal
tiga macam penelitian sosiologi, yakni penelitian lengkap, penelitian fact finding,
dan penelitian interpretasi kritis
a. Penelitian lengkap
Dalam penelitian ini berusaha untuk mencari secara teliti segala fakta-fakta dan
kemudian ditarik kesimpulan yang diambil dari fakta tersebut. Dengan demikian,
sesudah membuat definisi tentang substansi kajian yang kemudian meneliti
kebenaran maupun kekurangan hipotesis-hipotesis itu, peneliti pun harus
mempertanyakan Fakta apa yang ada dalam kajian itu. Selanjutnya, setelah fakta-
fakta diperiksa secara teliti, peneliti pun harus menyimak pendapat-pendapat para
ahli lainnya tentang masalah yang sama, walaupun pendapat-pendapat tersebut
tidak akan mempengaruhi kebenaran atau kesalahan dari temuan yang diselidiki
tersebut. Namun, selama penelitian ilmiah tersebut dilakukan, peneliti harus
memperhatikan hal-hal sebagai berikut : Benarkah bahwa kesimpulan itu sesuai
dengan fakta yang tersedia? Benarkah fakta-fakta itu digunakan dengan jujur dari
suatu prasangka yang tidak memihak? Cukupkah fakta-fakta itu untuk dapat
dianggap bahwa kejadian itu dianggap umum? Benarkah induksi dan deduksi yang
digunakan serta logika yang sehat benar-benar diperlukan?

b. Penelitian fact finding


Merupakan penelitian dari suatu hasil penemuan fakta penelitian tentang suatu
hal yang benar-benar berdasarkan dari fakta yang ada untuk membuat laporan yang
dapat dipercaya. Sebagai contoh, tentang pemberontakan ataupun gerakan
disintegrasi bangsa dari sekelompok suku bangsa tertentu terhadap pemerintah yang
resmi. Dalam hal ini, peneliti harus meneliti faktor penyebab pemberontakan atau
gerakan tersebut. Laporan yang telah ada tentang karakteristik dan ketidakpuasan
suku tersebut dari dulu hingga sekarang. Sikap-sikap pemerintah yang dianggap
kurang kondusif memupuk persatuan dan kesatuan bangsa. Fakta-fakta tersebut
kemudian dikumpulkan dari dokumen-dokumen yang ada, hasil observasi,
wawancara, maupun isu-isu yang berkembang, dan sebagainya.

c. Penelitian interpretasi kritis


Penelitian ini juga lazim digunakan dalam sosiologi. Dalam hal ini, peneliti
pada umumnya tidak tersedia cukup fakta untuk digunakan karena yang
dikumpulkan itu hanyalah merupakan analisis-analisis maupun uraian-uraian
tentang suatu fakta yang sedikit tersedia. Dengan demikian, diperlukan analisis
kritis seorang peneliti untuk meyakinkan pembaca ataupun peneliti lainnya dalam
memahami hasil penelitiannya. Biasanya baik penelitian fact finding maupun

14
interpretasi kritis hanya sekedar pembuatan laporan penelitian dan tidak
memberikan kesimpulan-kesimpulan yang lengkap atas fakta-faktanya.

G. GENERALISASI-GENERALISASI SOSIOLOGI

Para ahli sosiologi mengasumsikan bahwa tingkah laku manusia adalah


sistematis dan terpolakan, dan sudah ditetapkan sebagai tujuan utama untuk
penemuan dalil-dalil mereka seperti proposisi-proposisi mereka, yang dapat
berperan untuk membangun teori yang dapat digunakan untuk menjelaskan,
meramalkan, dan mengendalikan tingkah laku manusia. Para ahli sosiologi tidak
seperti halnya kaum sejarawan, mereka merasa tidak perlu tertarik akan kasus
tunggal, peristiwa ataupun fenomena. Sedangkan sejarawan mungkin menulis suatu
biografi dari suatu individu yang telah dicatat sehari-harinya oleh seorang
pemimpin.
Kita lebih awal menandai sosiologi dengan suatu kelangkaan tentang teori
empiris dan beberapa usulan pertimbangan, mungkin untuk status teori sosiologi
sekarang. Teori terdiri dari pernyataan empiris yang disebut generalisasi atau dalil.
Kadang-kadang generalisasi disebut prinsip atau hukum tetapi istilah ini pada
umumnya disediakan untuk generalisasi dengan penerapan yang paling luas
(Zetterberg, 1994:14). Karena hampir tiap tiap pernyataan digeneralisasikan dengan
sosiologi tidaklah sering disebut hukum. Generalisasi sosiologi sering berubahke
kondisi-kondisi tertentu atau kekurangan banyak pendukung empiris. Meskipun
hukum sosiologi yang ada hanya sedikit, tetap ada konsensus tentang berapa banyak
hukum yang ada sebab para ahli sosiologi tidak selalu setuju pada apa yang terdapat
dalam suatu hokum (Zetterberg, 1966: 13).
1. Masyarakat
Pada hakikatnya, masyarakat itu dapat diibaratkan sebuah sistem, dimana
didalam nya terdiri atas beberapa unsur atau elemen (Lembaga-lembaga sosial)
yang memiliki fungsinya masing-masing dan saling memiliki keterkaitan antar
unsur tersebut dalam berproses untuk mencapai tujuan.

2. Peran
Di era globalisasi ini peran negara dan bangsa dalam mengontrol ataupun
mengendalikan informasi sudah demikian jauh berbeda. Berbagai tantangan
baru yang beroperasi serentak dalam suatu waktu ditingkat planet,
mengindisikan semakin hilangnya batas-batas kedaulatan dan ekonomi politik,
budaya dan ekonomi yang dapat mengikis integritas ekonomi suatu negara dan
bangsa.

15
3. Norma
Sebagai konsekuensi adanya perubahan social, para pendukung aliran
evolusi beranggapan bahwa norma-norma social pun ikut berubah atau
berevolusi bahkan menurut Herbert (1820-1903), seluruh alam itu baik yang
berwujud organis dan nonorganic mauoun superorganism (kebudayaan)
semuanya berevolusi karena didorong oleh kekuatan mutlak yang disebut
evolusi universal.

4. Interaksi Sosial
Sebagai mahluk social, manusia selalu berinteraksi baik secara individual
maupun kelompok. Interaksi sosial itu dapat terjadi melalui proses-proses
sugesti, identifikasi, simpati, dan imitasi.

5. Perubahan Sosial
Perubahan sosial menunjuk pada perubahan fenomena sosial, baik individu
maupun kelompok, pada struktur maupun proses sosial, pada hakikatnya dapat
dipelajari, baik itu tentang sebab-sebab terjadinya, bagaimana proses perubahan
itu terjadi, maupun pengaruh-pengaruh yang ditimbulkan oleh perubahan sosial
tersebut.

6. Penyimpangan
Munculnya penyimpangan yang sering dikaitkan dengan perilaku yang
berbeda dan aneh tidak hanya disebabkan oleh satu factor penyebab, dapat
karena factor ketidak tahuan atau kurang wawasan, pergeseran standar,
ambivalem moral, dinamika sosial, inkonsistensi tindakan, dan sebagainya.

7. Globalisasi
Era globalisasi ditandai dengan menipisnya batas-batas negara dan bangsa
secara politik,ekonomi, dan budaya. Sebab pada era globalisasi tersebut,
khususnya pengaruh aspek teknologi informasi demikian cepat meluas dan
mudahnya akses informasi-informasi kendatipun hal itu terjadi dibelahan bumi
yang terpencil.

16
8. Kelompok
Dalam sosiologi sangat berkepentingan dengan studi tentang kelompok
(groups) Sebab melalui kajian tentang kelompok tersebut dapat mempelajari
berbagai berhubungan yang bersifat kebiasaan(habitual), melembaga, atau yang
bertahan lama, yang biasanya terjalin antar kelompok, dan kelompok itu sendiri
dipandang sebagai elemen yang penting dalam struktur social.

H. TEORI-TEORI SOSIOLOGI

1. Agama Humanitas Auguste Comte


Agama Humanitas adalah agama ciptaan Auguste Comte, yang dimaksudkan
untuk pengintegrasian masyarakat. Agama humanitas yng diisyaratkan dengan
cinta ini dibayangkan akan mengembalikan lagi moralitas manusia, sosiolog
sebagai penyeru agama/ pendetanya, ilmu sosial sebagai doktrinnya dan Comte pun
merancang kalender peringatan keagamaan untuk diperingati umat manusia suatu
saat sebagai hari besar penanda adanya agama humanitas. Apa yang diimpikan
Durkheim dari agama ini adalah terwujudnya moralitas manusia sebagai landasan
bagi keteraturan sosial ditengah masyarakat pada waktu itu.

2. Materialisme Historis Karl Marx


Kondisi-kondisi kehidupan materil bergantung pada sumber-sumber alam yang
ada dan kegiatan manusia yang produktif. Manusia disini bukan menyesuaikan
dirinya dengan alam/ mengolah lingkungan materilnya tetapi mereka masuk dalam
hubungan sosial dengan orang lain dalam usaha mencoba memenuhi kebutuhan-
kebutuhan dasarnya (makanan, tempat tinggal, pakaian). Hubungan-hubungan
produksi yang pokok ini menimbulkan pembagian kerja, sehingga munculnya
hubungan kepemilikan yang mencakup pemilikan dan peguasaan yang berbeda-
beda atas sumber pokok dan berbagai alat produksi. Pemilikan dan penguasaan
yang berbeda atas barang milik ini merupakan dasar yang asasi untuk menculnya
kelas-kelas sosial, karena sumber materil yang dibutuhkan untuk memenuhi
kebutuhan manusia bersifat langka, sehingga hubungan-hubungan antara kelas
yang berbeda itu menjadi kompetitif dan antagonis.
Dalam The German Ideology, Marx dan Engels menelusuri perubahan-
perubahan utama kondisi-kondisi materil dan cara-cara produksi disatu pihak. Dan
hubungan-hubungan sosial serta norma-norma pemilikan dilain pihak mulai
komunitas suku bangsa primitif sampai ke kapitalisme modern.
a. Komunitas suku bangsa primitif,
 Milik dipunyai secara kolektif
 Pembagian kerja sangat kecil.

17
b. Tahap komunal purba
 Pembagian kerja yang tinggi
 Mulainya pemilikan pribadi.

c. Tahap feodal
 Pembagian kerja
 Pola-pola pemilikan kekayaan pribadi yang lebih ketat.

d. Tahap kapitalis
 Proletar memiliki hubungan dengan majikan borjois
 Sistem pasar yang bersifat impersonal.

e. Tahap komunis
 Pemilikan pribadi akan lenyap dan Individu-individu akan berinteraksi
dalam hubungan komunal tidak melulu ekonomi.
 Sistem yang memungkinkan individu untuk mengembangkan sebesar-
besarnya kemampuan manusiawinya, dan hanya terbatas pada suatu
bagian kerja yang sempit.

3. Pemikiran Emile Durkheim Tentang Tradisi Akademis dan


Intelektual Yang Membuat Sosiologi Menjadi Disiplin Ilmu
Emile Durkheim adalah tokoh yang sangat berjasa dalam membawa sosiologi
menjadi sebuah disiplin ilmu dan memisahkan sosiologi dari psikologi dan ilmu
filsafat. Dari keseluruhan karya Durkheim perhatian Durkheim difokuskan pada
bagaimana tatanan moral yang hancur akibat revolusi inggris dan revolusi perancis
bisa tercipta kembali. Perhatiannya ini dituangka dalam karya besarnya the Rule of
Sosiology Method, The Division of Labour in Society dan Le suicide yang
kemudian membawanya menjadi guru besar ilmu sosial pertama dalam sejarah
Perancis

4. Pemikiran Max Weber tentang Etika Protestant dan


Kapitalisme
The Protestant Ethic and The Spirit of Capitalism adalah karya utama Weber
yang melihat hubungan antara doktrin agama dan pertumbuhan sistem kapitalisme.
Dalam hal ini secara khusus Weber melihat Etika/ ajaran dalam agama Protestan
memiliki pengaruh terhadap perkembangan kapitalisme. Kesimpulan Weber ini
bukan tanpa sebab, menurut Weber berkembangnya kapitalisme di Eropa Barat
seiring dengan berkembangnya sekte Calvinisme dalam agama Protestant,
dutambah lagi dengan banyaknya fenomena yang dijumpai Weber yaitu pimpinan
perusahaan dan tenaga teknis yang didominasi oleh penganut Protestan pada waktu
itu.

18
I. PENUTUP

Sosiologi sebagai suatu ilmu, dapat menimbulkan beberapa kesan awal, bahwa
sosiologi sebagai ilmu pengetahuan terlampau abstrak. Kadang-kadang timbul
pendapat lain kalau sosiologi bersifat terlalu khusus. Atau sosiologi kurang peka
terhadap kebutuhan-kebutuhan atau pertimbangan-pertimbangan sosial. Kesan-
kesan tersebut tidaklah terlampau mengheranka, Lynd pada tahun tiga puluhan dan
Mills pada tahun lima puluhan pernah mengkhawatirkannya. Mereka menyajikan
pendapat-pendapatnya di dalam buku-buku Knowledge for what dan The
Sociological Imagination.
Sebagai bagian dari ilmu pengetahuan dan masyarakat, sosiologi ikut
berkembang serta mengalami peristiwa-peristiwa tertentu maupun berbagai masa
krisis. Sesudah perang dunia II, banyak sekali dilakukan penelitian terhadap
masyarakat-masyarakat yang baru merdeka dan terlepas dari belenggu penjajahan.
Konflik-konflik rasialis, kejahatan, ledakan penduduk, kemiskinan dan lain-lain
masalah, menjadi pusat perhatian penelitian-penelitian sosoiologis. Pemilihan
masalah yang akan diteliti, senantiasa dikaitkan atau didasarkan pada apa yang
terjadi di dunia ini. Dengan demikian, sosiologi secara relatif cepat tanggap
terhadap masalah-masalah sosial penting, sehingga dianggap penting untuk dapat
ikut membantu memecahkan masalah-masalah tersebut. Walaupun sifat relevan dan
responsif sosiologi masih menimbulkan berbagai pertentangan.

J. REFERENSI

Supardan, Dadang. 2011. Pengantar Ilmu Sosial : Sebuah Kajian Pendekatan


Struktural. Jakarta: PT Bumi Aksara
Soekanto, Soerjono. 1982. Sosiologi suatu pengantar. Jakarta: PT RajaGrafindo
Persada.
Johnson, Paul Doyle. Teori Sosiologi Klasik dan Modern. Jakarta: Gramedia.
Gaarder, Jostein. 2006. Dunia Shophie : Sebuah Novel Filsafat. Bandung: PT
Mizan Pustaka.

19

Anda mungkin juga menyukai