Disusun Oleh :
dr. Hermanu Adi
Pembimbing:
dr. Rahmi Asfiyatul Jannah
Penyakit seperti diare, demam berdarah, leptospirosis, ISPA, TBC, dan lain-
lain sering terjadi karena masalah sanitasi. Untuk itu cara pencegahan dan
pengendalian penyakit-penyakit tersebut harus melalui upaya perbaikan
lingkungan/sanitasi dasar dan perubahan perilaku ke arah yang lebih baik. Klinik
sanitasi merupakan suatu cara dalam mengatasi masalah kesehatan lingkungan
untuk pencegahan dan pengendalian penyakit dengan bimbingan, penyuluhan dan
bantuan teknis dari petugas puskesmas, tetapi bukan sebagai unit pelayanan yang
berdiri sendiri tetapi sebagai bagian integral dari kegiatan puskesmas. Untuk
menyasar langsung pada tempat yang dituju dilakukan inspeksi sanitasi. Dengan
dilakukannya inspeksi sanitasi dapat dinilai kondisi kesehatan lingkungan di
tempat tersebut sekaligus diberikan bimbingan teknis dan penyuluhan mengenai
sanitasi yang sehat. Diantaranya adalah:
1. Lantai: harus kuat/utuh, bersih, kedap air, tidak licin, dan mudah dibersihkan
2. Dinding: dinding rata, bersih, berwarna terang, dan mudah dibersihkan
3. Ventilasi: ventilasi alam, lubang ventilasi minimum adalah 15% x luas lantai,
terdapat ventilasi mekanis seperti Fan, AC, Exhauster
4. Atap: atap bebas serangga dan tikus, tidak bocor, dan terbuat dari bahan yang
kuat
5. Langit-langit: tinggi langit-langit min. 2,5 m dari lantai, kuat, berwarna
terang, dan mudah dibersihkan
6. Pintu: pintu dapat mencegah masuknya serangga dan tikus, terbuat dari bahan
yang kuat.
7. Pagar: pagar aman dan kuat
8. Halaman taman dan tempat parkir: bersih, tidak berdebu/becek, dan tersedia
tempat sampah yang cukup
9. Saluran air limbah: tertutup dan aliran air lancar
10. Ruang kelas: bebas serangga/tikus, tidak berbau (terutama H2S dan NH3),
pencahayaan 100-200 lux, suhu 26-27˚C (dengan AC) atau suhu kamar (tanpa
AC), kebisingan <45 dBA, kursi dan meja ergonomis (nyaman digunakan),
kursi dan meja konstruksi kuat dan bebas kutu busuk, kursi dan meja tertata
rapi, rasio luas lantai dengan orang 1;1,5 m2, ruang maksimal dihuni 40
orang.
11. Ruang perpustakaan: bebas serangga dan tikus, tidak berbau (terutama H2S
dan NH3), cahaya cukup dan tidak menyilaukan, kebisingan <45 dBA,
penempatan meja, kursi, dan rak buku tertata rapi.
12. Ruang kantin: jauh dari TPS dan tempat parkir, penjual tidak sedang
menderita penyakit menular, menyajikan makanan kemasan yang terdaftar
pada Depkes dan atau makanan olahan yang memenuhi syarat kesehatan,
sarana penyajian makanan bersih dan bebas dari pencemaran.
13. Kamar mandi dan jamban: letak tidak berhubungan langsung dengan ruang
kelas/kerja, kantin, dapur, kamar mandi untuk pria dan wanita terpisah,
lubang penghawaan berhubungan langsung dengan udara luar, bersih, ratio 1
kamar mandi: 1 jamban untuk 20 orang.
14. Dapur: pencahayaan >200lux, terdapat cerobong asap, tersedia kran pencuci
peralatan dapur, bebas serangga dan tikus, bersih dan rapi
15. Kesehatan air:
Air merupakan salah satu bahan pokok yang mutlak dibutuhkan oleh
manusia sepanjang masa. Air mempunyai hubungan yang erat dengan
kesehatan. Apabila tidak diperhatikan maka air yang dipergunakan masyarakat
dapat mengganggu kesehatan manusia. untuk mendapatkan air yang baik,
sesuai dengan standar tertentu, saat ini menjadi barang yang mahal karena air
sudah banyak tercemar oleh bermacam-macam limbah dari hasil kegiatan
manusia, baik limbah dari kegiatan industri dan kegiatan lainnya (Wardhana,
2004).
Berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan RI No.
416/MenKes/Per/IX/1990, yang di maksud air bersih adalah air bersih yang
digunakan untuk keperluan sehari-hari yang kualitasnya memenuhi syarat
kesehatan dan dapat diminum apabila telah di masak. Air bersih merupakan
salah satu kebutuhan manusia untuk memenuhi standar kehidupan manusia
secara sehat. ketersediaan air yang terjangkau dan berkelanjutan menjadi
bagian terpenting bagi setiap individu baik yang tinggal di perkotaan maupun
di perdesaan.
Syarat Air Bersih
Pemenuhan kebutuhan akan air bersih haruslah memenuhi dua syarat yaitu
kuantitas dan kualitas (Depkes RI, 2005).
a) Syarat Kuantitatif
Syarat kuantitatif adalah jumlah air yang dibutuhkan setiap hari tergantung
kepada aktifitas dan tingkat kebutuhan. Makin banyak aktifitas yang
dilakukan maka kebutuhan air akan semakin besar.
b) Syarat Kualitatif
Syarat kualitas meliputi parameter fisik, kimia, radioaktivitas, dan
mikrobiologis yang memenuhi syarat kesehatan menurut Peraturan
Menteri Kesehatan RI Nomor 416/Menkes/Per/IX/1990 tentang Syarat-
Syarat dan Pengawasan Kualitas Air (Slamet, 2007).
1. Parameter Fisik
Air yang memenuhi persyaratan fisik adalah air yang tidak berbau,
tidak berasa, tidak berwarna, tidak keruh atau jernih, dan dengan suhu
sebaiknya di bawah suhu udara sedemikian rupa sehingga menimbulkan
rasa nyaman, dan jumlah zat padat terlarut (TDS) yang rendah.
a) Bau
Air yang berbau selain tidak estetis juga tidak akan disukai oleh
masyarakat. Bau air dapat memberi petunjuk akan kualitas air.
b) Rasa
Air yang bersih biasanya tidak memberi rasa/tawar. Air yang tidak
awar dapat menunjukkan kehadiran berbagai zat yang dapat
membahayakan kesehatan.
c) Warna
Air sebaiknya tidak berwarna untuk alasan estetis dan untuk
mencegah keracunan dari berbagai zat kimia maupun mikroorganisme
yang berwarna. Warna dapat disebabkan adanya tannin dan asam
humat yang terdapat secara alamiah di air rawa, berwarna kuning
muda, menyerupai urin, oleh karenanya orang tidak mau
menggunakannya. Selain itu, zat organik ini bila terkena khlor dapat
membentuk senyawa-senyawa khloroform yang beracun. Warnapun
dapat berasal dari buangan industri.
d) Kekeruhan
Kekeruhan air disebabkan oleh zat padat yang tersuspensi, baik yang
bersifat anorganik maupun yang organik. Zat anorganik biasanya
berasal dari lapukan batuan dan logam, sedangkan yang organik dapat
berasal dari lapukan tanaman atau hewan. Buangan industri
dapat juga merupakan sumber kekeruhan.
e) Suhu
Suhu air sebaiknya sejuk atau tidak panas terutama agar tidak terjadi
pelarutan zat kimia yang ada pada saluran/pipa yang dapat
membahayakan kesehatan, menghambat reaksi- reaksi biokimia di
dalam saluran/pipa, mikroorganisme pathogen tidak mudah
berkembang biak, dan bila diminum air dapat menghilangkan dahaga.
f) Jumlah Zat Padat Terlarut
Jumlah zat padat terlarut (TDS) biasanya terdiri atas zat organik,
garam anorganik, dan gas terlarut. Bila TDS bertambah maka
kesadahan akan naik pula. Selanjutnya efek TDS ataupun kesadahan
terhadap kesehatan tergantung pada spesies kimia penyebab masalah
tersebut.
2. Parameter Mikrobiologis
Sumber-sumber air di alam pada umumnya mengandung
bakteri. Jumlah dan jenis bakteri berbeda sesuai dengan tempat dan
kondisi yang mempengaruhinya. Oleh karena itu air yang
digunakan untuk keperluan sehari-hari harus bebas dari bakteri
pathogen. Bakteri golongan coli tidak merupakan bakteri golongan
pathogen, namum bakteri ini merupakan indikator dari pencemaran
air oleh bakteri pathogen.
3. Parameter Radioaktifitas
Dari segi parameter radioaktivitas, apapun bentuk radioaktivitas
efeknya adalah sama, yakni menimbulkan kerusakan pada sel yang
terpapar. Kerusakan dapat berupa kematian dan perubahan komposisi
genetik. Kematian sel dapat diganti kembali apabila sel dapat beregenerasi
dan apabila tidak seluruh sel mati. Perubahan genetis dapat menimbulkan
berbagai penyakit seperti kanker dan mutasi.
4. Parameter Kimia
Dari segi parameter kimia, air yang baik adalah air yang tidak
tercemar secara berlebihan oleh zat-zat kimia yang berbahaya bagi
kesehatan antara lain air raksa (Hg), alumunium (Al), Arsen (As), barium
(Ba), besi (Fe), Flourida (F), Kalsium (Ca), derajat keasaman (pH), dan zat
kimia lainnya. Air sebaiknya tidak asam dan tidak basa (Netral) untuk
mencegah terjadinya pelarutan logam berat dan korosi jaringan distribusi
air. pH yang dianjurkan untuk air bersih adalah 6,5 – 9.
16. Penanganan sampah: tempat sampah kuat, tahan karat, kedap air dengan
penutup, dan dilapisi kantong plastik min. 1 buah tiap ruang atau tiap radius
10 m, diangkut ke TPS > 2x/hari dan ke TPA >1x/hari
17. Penanganan limbah: disalurkan melalui saluran tertututp, kedap air, lancar.
18. Pengendalian serangga: konstruksi bangunan tempat penampungan air,
penampungan sampah tidak memungkinkan sebagai tempat berkembang
biaknya serangga dan tikus, insektisida yang dipakai memiliki toksisitas
rendah terhadap manusia dan tidak bersifat persisten.
BAB IV
PELAKSANAAN
Pendamping