Anda di halaman 1dari 33

Laporan Kegiatan Kesehatan Lingkungan

SANITASI LINGKUNGAN SEKOLAH DASAR

Disusun Oleh :
dr. Hermanu Adi

Pembimbing:
dr. Rahmi Asfiyatul Jannah

Pusat Kesehatan Masyarakat Kebumen I


Kebumen
BAB I
PENDAHULUAN

Penyakit lingkungan masih merupakan masalah kesehatan yang terbesar di


masyarakat, tercermin dari tingginya angka kesakitan penyakit berbasis
lingkungan dalam kunjungan ke sarana pelayanan kesehatan. Tingginya angka
kesakitan tersebut disebabkan oleh masih buruknya kondisi sanitasi dasar teruma
air`bersih dan sanitas, rendahnya perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS), kurang
hygienisnya cara pengolahan makanan serta buruknya penatalaksanaan aspek
kesehatan dan keselamatan kerja.
Kesehatan lingkungan merupakan ilmu kesehatan masyarakat yang menitik
beratkan usaha preventif dengan usaha perbaikan semua faktor lingkungan agar
manusia terhindar dari penyakit dan gangguan kesehatan. Kesehatan lingkungan
adalah karakteristik dari kondisi lingkungan yang mempengaruhi derajat
kesehatan. Untuk itu kesehatan lingkungan merupakan salah satu dari enam usaha
dasar kesehatan masyarakat. Istilah kesehatan lingkungan seringkali dikaitkan
dengan istilah sanitasi/sanitasi lingkungan yang oleh Organisasi Kesehatan
Sedunia (WHO), menyebutkan pengertian sanitasi lingkungan/kesehatan
lingkungan adalah suatu usaha untuk mengawasi beberapa faktor lingkungan fisik
yang berpengaruh kepada manusia, terutama terhadap hal- hal yang mempunyai
efek merusak perkembangan fisik, kesehatan dan daya tahan hidup manusia
(Kusnoputranto, 1986).
Keadaan sanitasi lingkungan suatu masyarakat, dapat menjadi gambaran
tingkat kehidupannya. Bila sanitasinya baik, masyarakat itu dalam keadaan
sejahtera. Demikian pula sebaiknya, bila keadaan sanitasinya buruk, dapat
menjadi gambaran bahwasannya masyarakat tersebut berada dalam yang
kekurangan hal materil ataupun pendidikannya.
Anak usia sekolah ( 16-18 ) merupakan bagian terbesar dari penduduk
Indonesia ( kurang lebih 29%), diperkirakan 50% dari jumlahnya terbesar adalah
anak – anak sekolah dasar. Karena itu, sanitasi lingkungan sekolah haruslah
memenuhi syarat jika ingin menciptakan masyarakat Indonesia sehat.
Sanitasi lingkungan sekolah lebih menekankan pada upaya pengawasan
pengendalian pada faktor lingkungan fisik manusia seperti keberadaan sekolah,
penyediaan air bersih yang memenuhi syarat kesehatan, tempat pembuangan
kotoran dan limbah atau air buangan dan kondisi halaman. Lingkungan sekolah
yang aman, nyaman dan sehat sangat diperlukan untuk mendukung proses belajar
mengajar. Hal ini membutuhkan peran serta seluruh warga sekolah untuk menjaga
sanitasi lingkungan sekolah.
BAB II
PERMASALAHAN

Terdapat 39 institusi pendidikan di wilayah Puskesmas Kebumen I, dari hasil


inspeksi sanitasi di Tahun 2011 didapatkan 38 institusi pendidikan memenuhi
syarat, sedang 1 lainnya tidak memenuhi syarat. Sedangkan di tahun 2013 ini baru 2
institusi pendidikan yang telah dilakukan inspeksi sanitasi, yaitu SDN Muktisari
(memenuhi syarat) dan MI Muktisari (tidak memenuhi syarat).
Hasil inspeksi sanitasi tahun 2013:
Nomer Nama Variabel Permasalahan Saran
Sekolah
1 SDN Atap Masih terdapat Atap yang bocor segera
Murtirejo serangga dan tikus, diperbaiki agar tidak
terkadang bocor saat menjadi sarang
hujan besar serangga dan tikus

Saluran Saluran air limbah Saluran limbah


air tidak tertutup sebaiknya dibuatkan
limbah aliran sendiri yang
tertutup dan lancar
Kamar Kamar mandi untuk Sebaiknya kamar
mandi pria dan wanita tidak mandi untuk pria dan
dan dipisah, rasio kamar wanita terpisah, lubang
jamban mandi belum penghawaan
memenuhi syarat, berhubungan langsung
kebersihan perlu dengan udara luar,
ditingkatkan bersih, ratio 1 kamar
mandi: 1 jamban untuk
20 orang.

Dapur Tidak terdapat Terdapat cerobong asap


cerobong asap, masih atau pintu harus dibuka
terdapat serangga dan saat memasak, bebas
tikus serangga dan tikus,
bersih dan rapi

Air Air terlihat keruh dan Air sebaiknya


berbau, sumber sangat diendapkan dahulu
dekat dengan jamban sebelum dipakai,
diberikan kaporit.
Sebaiknya jamban
dipindah ke tempat
yang jauh dari sumber
air, min. 10 m dari
sumber air
Penanga Tempat sampah Tempat sampah
nan terbuka, tidak kedap sebaiknya diberikan
sampah air, tidak dilapisi penutup agar tidak
kantong plastik dihinggapi serangga,
tempat sampah
sebaiknya kedap air dan
dilapisi kantong plastik
agar mudah
membersihkannya
2 MI Lantai Kebersihan kurang Sebaiknya lantai sering
Murtirejo dan sedikit licin dibersihkan

Atap Masih terdapat Atap yang bocor segera


serangga dan tikus, diperbaiki agar tidak
terkadang bocor saat menjadi sarang
hujan besar serangga dan tikus

Pagar Tidak dibatasi pagar Sebaiknya dibuat pagar


untuk keamanan
sekolah, pagar dari
bahan yang kuat dan
juga aman.
Halaman Halaman terkesan Jika musim kemarau
taman kotor, berdebu, dan sebaiknya sering
dan tempat sampah belum disiram agar tidak
tempat memadahi berdebu. Halaman
parkir dibersihkan dari
sampah-sampah
Saluran Tidak tertutup Sebaiknya dibikin
air saluran limbah yang
limbah tertutup dan alirannya
lancar untuk
mengalirkan air kotor
Kamar Kamar mandi untuk Sebaiknya kamar
mandi pria dan wanita tidak mandi untuk pria dan
dipisah, kebersihan wanita terpisah, lubang
sangat kurang, rasio penghawaan
kamar mandi kurang, berhubungan langsung
banyak jentik nyamuk dengan udara luar,
dan nyamuk yang bersih, ratio 1 kamar
bersarang di kamar mandi: 1 jamban untuk
mandi 20 orang.

Air Kesan keruh, Kamar mandi agar


penampungan kotor, sering dibersihkan,
banyak jentik nyamuk sering dikuras, dan
dan nyamuk dewasa pemberian abate di
kamar mandi
Penanga Tempat sampah Tempat sampah
nan terbuka, tidak kedap sebaiknya diberi
sampah air, tidak dilapisi penutup, kedap air, dan
kantong plastik, jarang dilapisi dengan plastik
diangkut ke TPS dan agar mudah
TPA mengangkutnya

Faktor lingkungan sekolah dapat mempengaruhi proses belajar mengajar,


juga kesehatan warga sekolah. Kondisi dari komponen lingkungan sekolah
tertentu dapat menyebabkan timbulnya masalah kesehatan. Faktor resiko
lingkungan sekolah tersebut antara lain kondisi atap, dinding, lantai, dan aspek
lainnya sebagai berikut :
1. Kondisi atap dan talang : Atap dan talang yang tidak memenuhi syarat
kesehatan dapat menjadi tempat perindukan nyamuk dan tikus. Kondisi ini
mendukung terjadinya penyebaran dan penularan penyakit demam
berdarah dan leptospirosis.
2. Kondisi dinding : Dinding yang tidak bersih dan berdebu selain
mengurangi estetika juga berpotensi merangsang timbulnya gangguan
pernafasan seperti asthma atau penyakit saluran pernafasan.
3. Kondisi lantai : Dinding yang tidak rata, licin dapat menyebabkan
terjadinya kecelakaan, sedangkan lantai yang kotor dapat mengurangi
kenyamanan dan estetika. Lantai yang tidak kedap air dapat
menyebabkan kelembaban. Kondisi ini mengakibatkan dapat
berkembang biaknya bakteri dan jamur yang dapat meningkatkan resiko
penularan penyakit seperti TBC, ISPA dan lainnya.
4. Kondisi tangga :Tangga yang tidak memenuhi syarat kesehatan seperti
kemiringan, lebar anak tangga, pegangan tangga berpotensi
menimbulkan kecelakaan bagi peserta didik. Tangga yang memenuhi
syarat adalah lebar injakan > 30 cm, tinggi anak tangga maksimal 20 cm, lebar
tangga > 150 cm serta mempunyai pegangan tangan.
5. Pencahayaan :Pencahayaan alami di ruangan yang tidak memenuhi
syarat kesehatan mendukung berkembang biaknya organisme seperti
bakteri dan jamur. Kondisi ini berpotensi menimbulkan gangguan
terhadap kesehatan. Selain itu pencahayaan yang kurang menyebabkan
ruang menjadi gelap sehingga disenangi oleh nyamuk untuk beristirahat
(rasting habit).
6. Ventilasi : Ventilasi di ruangan yang tidak memenuhi persyaratan
kesehatan menyebabkan proses pertukaran udara tidak lancar, sehingga
menjadi pengap dan lembab, Kondisi ini mengakibatkan berkembang
biaknya bakteri, virus dan jamur yang berpotensi menimbulkan gangguan
penyakit seperti TBC, ISPA, cacar dan lainnya.
7. Kepadatan Kelas :Perbandingan jumlah peserta didik dengan luas ruang
kelas yang tidak memenuhi syarat kesehatan menyebabkan menurunnya
prosentase ketersediaan oksigen yang dibutuhkan oleh peserta didik. Hal ini
akan menimbulkan rasa kantuk, menurunkan konsentrasi belajar dan
resiko penularan penyakit. Perbandingan ideal adalah 1 orang menempati
luas ruangan 1,75 M2.
8. Jarak Papan tulis : Jarak papan tulis dengan murid terdepan < 2,5
meter akan mengakibatkan debu kapur atau spidol beterbangan dan terhirup
ketika menghapus papan tulis, sehingga untuk jangka waktu lama
akan berpengaruh terhadap fungsi paru-paru. Bila jarak papan tulis
dengan murid paling belakang > 9 meter akan menyebabkan
gangguan konsentrasi belajar.
9. Ketersediaan tempat cuci tangan : Tangan yang kotor berpotensi
menularkan penyakit. Kebiasaan cuci tangan dengan sabun mampu
menurunkan kejadian penyakit diare 30%. Tersedianya tempat cuci tangan
yang dilengkapi dengan sabun bertujuan untuk menjaga diri dan melatih
kebiasaan cuci tangan dengan sabun sebelum makan atau sesudah buang air
besar merupakan salah satu Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS).
Berdasarkan ketentuan Departemen Kesehatan maka setiap 2 (dua) ruang
kelas harus terdapat satu wastafel yang terletak di luar ruangan.
10. Kebisingan : Kebisingan adalah suara yang tidak disukai, bisa berasal dari
luar sekolah maupun dari dalam lingkungan sekolah itu sendiri, suara
bising dapat menimbulkan gangguan komunikasi sehingga
mengurangi konsentrasi belajar dan dapat menimbulkan stress.
11. Air bersih : Ketersediaan air bersih baik secara kualitas maupun
kuantitas muklak diperlukan untuk menjaga hygiene dan sanitasi
perorangan maupun lingkungan. Beberapa penyakit yang dapat ditularkan
melalui air antara lain diare, kholera, hepatitis, penyakit kulit, mata dan
lainnya. Idealnya ketersediaan air adalah 15 liter/orang/hari.
12. Toilet: (kamar mandi WC dan urinoir):
Kamar mandi: bak penampungan air dapat menjadi tempat berkembang
biaknya nyamuk demikian juga kamar mandi yang pencahayaannya kurang
memenuhi syarat kesehatan akan menjadi tempat bersarang dan beristirahatnya
nyamuk.
WC dan urinoir: Tinja dan urine merupakan sumber penularan penyakit perut
(diare, cacingan, dan hepatitis). Penyakit6 ini ditularkan melalui air, tangan,
makanan, dan lalat. Untuk itu perlu diperhatikan ketersediaan WC dalam hal
jumlahnya, perbandingannya adalah 1 WC untuk 25 siswi dan 1 WC untuk 40
siswa.
13. Pengelolaan sampah: Penanganan samaph yang tidak memenuhi syarat
kesehatan dapat menjadi tempat berkembangbiaknya vektor penyakit seperti
lalat, tikus, dan kecoak. Selain itu dapat juga menyebabkan pencemaran tanah
dan menimbulkan gangguan kenyamanan dan estetika. Untuk itu disetiap ruang
kelas harus terdapat 1 buah tempat sampah dan di sekolah tersebut harus
tersedia tempat pembuangan sampah sementara (TPS).
14. Sarana pembuangan air limbah : Sarana pembuangan air limbah yang
tidak memenuhi syarat kesehatan ataupun tidak dipelihara akan menimbulkan
bau, mengganggu estetika dan menjadi tempat perindukan dan bersarangnya
tikus. Kondisi ini berpotensi menyebabkan dan menularkan
penyakit seperti leptospirosis dan filariasis (kaki gajah).
15. Pengendalian vector : Termasuk dalam pengertian vektor ini, terutama adalah
tikus dan nyamuk : Tikus :Tikus merupakan vektor penyakit pes,
leptospirosis, selain sebagai vektor penyakit, tikus juga dapat merusak
bangunan dan instalasi listrik. Hal ini meningkatkan resiko penularan
penyakit dan juga menimbulkan terjadinya arus pendek pada aliran
listrik. Nyamuk : Nyamuk merupakan vektor penyakit, jenis nyamuk
tertentu menularkan jenis penyakit yang berbeda. Nyamuk Aedes Aegypti
dapat menyebabkan demam berdarah. Anak-anak usia sekolah merupakan
kelompok resiko tinggi terjangkit penyakit demam berdarah.
Nyamuk demam berdarah senang berkembang biak pada tempat -
tempat penampungan air maupun non penampungan air. Beberapa
tempat perindukan yang harus diwaspadai antara lain bak air, saluran air,
talang, barang-barang bekas dan lainnya.
16. Kantin/warung sekolah : Kantin/warung sekolah sangat dibutuhkan oleh
peserta didik untuk tempat memenuhi kebutuhan makanan jajanan pada
saat istirahat. Makanan jajanan yang disajikan tersebut harus
memenuhi syarat kesehatan, karena pengelolaan makanan jajanan yang
tidak memenuhi syarat akan menimbulkan penyakit bawaan makanan dan
berpengaruh terhadap kesehatan sehingga akan mempengaruhi proses
belajar mengajar.
17. Kondisi halaman sekolah : Halaman sekolah pada musim kemarau akan
berdebu, sehingga menyebabkan penyakit ISPA dan pada musim hujan akan
menimbulkan becek sehingga berpotensi menimbulkan kecelakaan.
Halaman sekolah yang kotor dapat mengganggu estetika dan menjadi tempat
berkembang biaknya bibit penyakit.
18. Perilaku: Kebiasaan yang dilakukan sehari hari dapat
mempengaruhi terjadinya penularan dan penyebaran penyakit. Sekolah
merupakan tempat pembelajaran bagi peserta didik untuk
membiasakan diri berperilaku hidup bersih dan sehat, untuk menurunkan
resiko terkena penyakit tertentu. Beberapa perilaku hidup bersih dan sehat itu
antara lain : tidak merokok, buang sampah pada tempatnya, menjaga
kebersihan diri, cuci tangan pakai sabun, menjaga kebersihan lingkungan dan
lainnya.
BAB III
PERENCANAAN DAN PEMILIHAN INTERVENSI

Penyakit seperti diare, demam berdarah, leptospirosis, ISPA, TBC, dan lain-
lain sering terjadi karena masalah sanitasi. Untuk itu cara pencegahan dan
pengendalian penyakit-penyakit tersebut harus melalui upaya perbaikan
lingkungan/sanitasi dasar dan perubahan perilaku ke arah yang lebih baik. Klinik
sanitasi merupakan suatu cara dalam mengatasi masalah kesehatan lingkungan
untuk pencegahan dan pengendalian penyakit dengan bimbingan, penyuluhan dan
bantuan teknis dari petugas puskesmas, tetapi bukan sebagai unit pelayanan yang
berdiri sendiri tetapi sebagai bagian integral dari kegiatan puskesmas. Untuk
menyasar langsung pada tempat yang dituju dilakukan inspeksi sanitasi. Dengan
dilakukannya inspeksi sanitasi dapat dinilai kondisi kesehatan lingkungan di
tempat tersebut sekaligus diberikan bimbingan teknis dan penyuluhan mengenai
sanitasi yang sehat. Diantaranya adalah:
1. Lantai: harus kuat/utuh, bersih, kedap air, tidak licin, dan mudah dibersihkan
2. Dinding: dinding rata, bersih, berwarna terang, dan mudah dibersihkan
3. Ventilasi: ventilasi alam, lubang ventilasi minimum adalah 15% x luas lantai,
terdapat ventilasi mekanis seperti Fan, AC, Exhauster
4. Atap: atap bebas serangga dan tikus, tidak bocor, dan terbuat dari bahan yang
kuat
5. Langit-langit: tinggi langit-langit min. 2,5 m dari lantai, kuat, berwarna
terang, dan mudah dibersihkan
6. Pintu: pintu dapat mencegah masuknya serangga dan tikus, terbuat dari bahan
yang kuat.
7. Pagar: pagar aman dan kuat
8. Halaman taman dan tempat parkir: bersih, tidak berdebu/becek, dan tersedia
tempat sampah yang cukup
9. Saluran air limbah: tertutup dan aliran air lancar
10. Ruang kelas: bebas serangga/tikus, tidak berbau (terutama H2S dan NH3),
pencahayaan 100-200 lux, suhu 26-27˚C (dengan AC) atau suhu kamar (tanpa
AC), kebisingan <45 dBA, kursi dan meja ergonomis (nyaman digunakan),
kursi dan meja konstruksi kuat dan bebas kutu busuk, kursi dan meja tertata
rapi, rasio luas lantai dengan orang 1;1,5 m2, ruang maksimal dihuni 40
orang.
11. Ruang perpustakaan: bebas serangga dan tikus, tidak berbau (terutama H2S
dan NH3), cahaya cukup dan tidak menyilaukan, kebisingan <45 dBA,
penempatan meja, kursi, dan rak buku tertata rapi.
12. Ruang kantin: jauh dari TPS dan tempat parkir, penjual tidak sedang
menderita penyakit menular, menyajikan makanan kemasan yang terdaftar
pada Depkes dan atau makanan olahan yang memenuhi syarat kesehatan,
sarana penyajian makanan bersih dan bebas dari pencemaran.
13. Kamar mandi dan jamban: letak tidak berhubungan langsung dengan ruang
kelas/kerja, kantin, dapur, kamar mandi untuk pria dan wanita terpisah,
lubang penghawaan berhubungan langsung dengan udara luar, bersih, ratio 1
kamar mandi: 1 jamban untuk 20 orang.
14. Dapur: pencahayaan >200lux, terdapat cerobong asap, tersedia kran pencuci
peralatan dapur, bebas serangga dan tikus, bersih dan rapi
15. Kesehatan air:
Air merupakan salah satu bahan pokok yang mutlak dibutuhkan oleh
manusia sepanjang masa. Air mempunyai hubungan yang erat dengan
kesehatan. Apabila tidak diperhatikan maka air yang dipergunakan masyarakat
dapat mengganggu kesehatan manusia. untuk mendapatkan air yang baik,
sesuai dengan standar tertentu, saat ini menjadi barang yang mahal karena air
sudah banyak tercemar oleh bermacam-macam limbah dari hasil kegiatan
manusia, baik limbah dari kegiatan industri dan kegiatan lainnya (Wardhana,
2004).
Berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan RI No.
416/MenKes/Per/IX/1990, yang di maksud air bersih adalah air bersih yang
digunakan untuk keperluan sehari-hari yang kualitasnya memenuhi syarat
kesehatan dan dapat diminum apabila telah di masak. Air bersih merupakan
salah satu kebutuhan manusia untuk memenuhi standar kehidupan manusia
secara sehat. ketersediaan air yang terjangkau dan berkelanjutan menjadi
bagian terpenting bagi setiap individu baik yang tinggal di perkotaan maupun
di perdesaan.
Syarat Air Bersih
Pemenuhan kebutuhan akan air bersih haruslah memenuhi dua syarat yaitu
kuantitas dan kualitas (Depkes RI, 2005).
a) Syarat Kuantitatif
Syarat kuantitatif adalah jumlah air yang dibutuhkan setiap hari tergantung
kepada aktifitas dan tingkat kebutuhan. Makin banyak aktifitas yang
dilakukan maka kebutuhan air akan semakin besar.
b) Syarat Kualitatif
Syarat kualitas meliputi parameter fisik, kimia, radioaktivitas, dan
mikrobiologis yang memenuhi syarat kesehatan menurut Peraturan
Menteri Kesehatan RI Nomor 416/Menkes/Per/IX/1990 tentang Syarat-
Syarat dan Pengawasan Kualitas Air (Slamet, 2007).
1. Parameter Fisik
Air yang memenuhi persyaratan fisik adalah air yang tidak berbau,
tidak berasa, tidak berwarna, tidak keruh atau jernih, dan dengan suhu
sebaiknya di bawah suhu udara sedemikian rupa sehingga menimbulkan
rasa nyaman, dan jumlah zat padat terlarut (TDS) yang rendah.
a) Bau
Air yang berbau selain tidak estetis juga tidak akan disukai oleh
masyarakat. Bau air dapat memberi petunjuk akan kualitas air.
b) Rasa
Air yang bersih biasanya tidak memberi rasa/tawar. Air yang tidak
awar dapat menunjukkan kehadiran berbagai zat yang dapat
membahayakan kesehatan.
c) Warna
Air sebaiknya tidak berwarna untuk alasan estetis dan untuk
mencegah keracunan dari berbagai zat kimia maupun mikroorganisme
yang berwarna. Warna dapat disebabkan adanya tannin dan asam
humat yang terdapat secara alamiah di air rawa, berwarna kuning
muda, menyerupai urin, oleh karenanya orang tidak mau
menggunakannya. Selain itu, zat organik ini bila terkena khlor dapat
membentuk senyawa-senyawa khloroform yang beracun. Warnapun
dapat berasal dari buangan industri.
d) Kekeruhan
Kekeruhan air disebabkan oleh zat padat yang tersuspensi, baik yang
bersifat anorganik maupun yang organik. Zat anorganik biasanya
berasal dari lapukan batuan dan logam, sedangkan yang organik dapat
berasal dari lapukan tanaman atau hewan. Buangan industri
dapat juga merupakan sumber kekeruhan.
e) Suhu
Suhu air sebaiknya sejuk atau tidak panas terutama agar tidak terjadi
pelarutan zat kimia yang ada pada saluran/pipa yang dapat
membahayakan kesehatan, menghambat reaksi- reaksi biokimia di
dalam saluran/pipa, mikroorganisme pathogen tidak mudah
berkembang biak, dan bila diminum air dapat menghilangkan dahaga.
f) Jumlah Zat Padat Terlarut
Jumlah zat padat terlarut (TDS) biasanya terdiri atas zat organik,
garam anorganik, dan gas terlarut. Bila TDS bertambah maka
kesadahan akan naik pula. Selanjutnya efek TDS ataupun kesadahan
terhadap kesehatan tergantung pada spesies kimia penyebab masalah
tersebut.
2. Parameter Mikrobiologis
Sumber-sumber air di alam pada umumnya mengandung
bakteri. Jumlah dan jenis bakteri berbeda sesuai dengan tempat dan
kondisi yang mempengaruhinya. Oleh karena itu air yang
digunakan untuk keperluan sehari-hari harus bebas dari bakteri
pathogen. Bakteri golongan coli tidak merupakan bakteri golongan
pathogen, namum bakteri ini merupakan indikator dari pencemaran
air oleh bakteri pathogen.
3. Parameter Radioaktifitas
Dari segi parameter radioaktivitas, apapun bentuk radioaktivitas
efeknya adalah sama, yakni menimbulkan kerusakan pada sel yang
terpapar. Kerusakan dapat berupa kematian dan perubahan komposisi
genetik. Kematian sel dapat diganti kembali apabila sel dapat beregenerasi
dan apabila tidak seluruh sel mati. Perubahan genetis dapat menimbulkan
berbagai penyakit seperti kanker dan mutasi.
4. Parameter Kimia
Dari segi parameter kimia, air yang baik adalah air yang tidak
tercemar secara berlebihan oleh zat-zat kimia yang berbahaya bagi
kesehatan antara lain air raksa (Hg), alumunium (Al), Arsen (As), barium
(Ba), besi (Fe), Flourida (F), Kalsium (Ca), derajat keasaman (pH), dan zat
kimia lainnya. Air sebaiknya tidak asam dan tidak basa (Netral) untuk
mencegah terjadinya pelarutan logam berat dan korosi jaringan distribusi
air. pH yang dianjurkan untuk air bersih adalah 6,5 – 9.
16. Penanganan sampah: tempat sampah kuat, tahan karat, kedap air dengan
penutup, dan dilapisi kantong plastik min. 1 buah tiap ruang atau tiap radius
10 m, diangkut ke TPS > 2x/hari dan ke TPA >1x/hari
17. Penanganan limbah: disalurkan melalui saluran tertututp, kedap air, lancar.
18. Pengendalian serangga: konstruksi bangunan tempat penampungan air,
penampungan sampah tidak memungkinkan sebagai tempat berkembang
biaknya serangga dan tikus, insektisida yang dipakai memiliki toksisitas
rendah terhadap manusia dan tidak bersifat persisten.
BAB IV
PELAKSANAAN

Pada hari Senin, 11 November 2013 diadakan kunjungan ke SDN


Murtirejo dan SD MI Murtirejo dipandu tenaga medis dari puskesmas Kebumen
I, mbak Dwi Ani Rahmawati, Amd.Keb.. Kunjungan tersebut diterima oleh
perwakilan dari kepala sekolah masing-masing dan kemudian dilakukan penilaian,
saran dan penyuluhan mengenai sanitasi yang ada di sekolah.

Dari hasil penilaian inspeksi sanitasi SDN Murtirejo:


No Variabel BOBOT Komponen Dinilai Nilai Skor
KONSTRUKSI
UMUM
1 Lantai 2 a. Kuat/ utuh 25 50
b. Bersih 25 40
c. Kedap 20 30
d. Rata 10 20
e. Tidak licin 10 16
f. Mudah dibersihkan 10 18
2 Dinding 1 a. Rata 30 30
b. Bersih 30 30
c. Berwarna terang 20 20
d. Mudah dibersihkan 20 20
3 Ventilasi
3.1 Ventilasi 1 a. ventilasi alam, lubang 50 25
gabungan ventilasi minimum 15% x
luas lantai
b. ventilasi mekanis (Fan, 50 50
AC, exhauster)
3.2 Ventilasi alam 1 lubang ventilasi min. 15% x 100 50
3.3 Ventilasi luas lantai
mekanis 1 fan, AC, exhauster 100 50
4 Atap 0,5 a. Bebas serangga dan tikus 50 15
b. Tidak bocor 30 12
c. Terdiri dari bahan yang 20 8
kuat
5 Langit-langit 0,5 a. Tinggi langit-langit 2,5 m 50 25
dari lantai
b. kuat 30 12
c. berwarna terang 10 5
d. mudah dibersihkan 10 5
6 Pintu 0,5 a. dapat mencegah masuknya 60 25
serangga dan tikus
b. kuat 40 20
7 Pagar 0,5 a. aman 60 20
b. kuat 40 20
8 Halaman taman 0,5 a. bersih 50 20
dan tempat parkir b. tidak berdebu/ becek 30 10
c. tersedia tempat sampah 20 10
yang cukup
9 Saluran air limbah 1 a. tertutup 50 40
b. aliran air lancar 50 40
RUANG
BANGUNAN
10 Ruang Kelas 2 a. bebas serangga/ tikus 10 15
b. tidak berbau (terutama 10 20
H2S atau NH3)
c. pencahayaan 100-200 lux 5 10
d. suhu 26-27˚C (dengan 5 8
AC) atau suhu kamar (tanpa 8
AC) 5 8
e. Kebisingan <45 dBA 5 8
f. Kursi dan meja ergonomis
(nyaman digunakan) 4 8
g. kursi dan meja, konstruksi 2 4
kuat dan bebas kuu busuk
h. kursi dan meja tertata rapi 2 2
i. ratio luas lantai dengan
orang 1:5 m2 1 2
j. ruang maksimal dihuni 40
orang
i.
11 Ruang 1 a. dinding terbuat dari
Laboratorium porselin/keramik setinggi 1,5
m dari lantai
b. lantai & meja kerja tahan
terhadap bahan kimia &
getaran
c. dilengkapi dengan dapur
kamar mandi & toilet
d. tinggi langit-langit 2,7-3,3
m dari lantai
e. kebisingan <68 dBA
12 Ruang 1 a. bebas serangga dan tikus 10 8
Perpustakaan b. tidak berbau (terutama 10 8
H2S atau NH3)
c. cahaya cukup dan tidak 10 10
menyilaukan
d. kebisingan <45 dBA 10 9
e. penempatan meja, kursi, 10 8
dan rak buku tertata rapi
13 Ruang Kantin 1 a. jauh dari TPS dan 10 7
pembuangan akhir
b. penjual tidak sedang 15 13
menderita penyakit menular
c. menyajikan makanan 10 8
kemasan yg terdaftar pada
Depkes dan atau makanan
olehan yg memenuhi syarat
kesehatan
d. Sarana penyajian makanan 10 5
bersih dan bebas dari
pencemaran
14 Kamar mandi dan 1 a. letak tdk berhubungan lgs 10 10
jamban dengan ruang kelas, kantin,
dapur
b. kamar mandi untuk pria 5 2
dan wanita dipisah
c. lubang penghawaan 5 5
berhub. Lgs dengan udara
luar 5 3
d. bersih 5 2
e. ratio KM dan jamban 1
km: 1 jamban untuk 20
orang
15 Dapur 4 a. pencahayaan > 200 lux 5 20
b. terdapat cerobong asap 5 16
c. tersedia kran pencuci 4 14
peralatan dapur
d. bebas serangga dan tikus 10 32
e. bersih dan rapi 4 8
PENYEHATAN
AIR
16 Kuantitas 5 a. tersedia air bersih > 70 400
120/mg/hr & tersedia air
minum sesuai dg kebutuhan
b. air minum/ bersihtersedia 30 160
pd setiap tempat kegiatan
17 Kualitas 5 a. bakteriologis 80 250
b. fisika 5 15
18 Sarana 3 a. sumber 50 150
b. distribusi 30 60
c. penampungan 20 30
PENANGANAN
SAMPAH DAN
LIMBAH
19 Penanganan 10 a. tempat sampah kuat, tahan 25 150
sampah karat, kedap air dengan
penutup dan dilapisi kantong
plastik min. 1 buah tiap
ruang atau tiap radius 10 m
b. diangkat ke TPS> 2x/hr & 15 130
ke TPA> 1x/hr
20 Penanganan 9 Disalurkan mll sal. Tertutup, 20 180
limbah kedap air, lancar
PENGENDALIAN 4 a. fisik: konstruksi bangunan 80 280
SERANGGA tempat penampungan air,
DAN TIKUS penampungan sampah tdk
memungkinkan sbg tempat
berkembang biaknya
serangga dan tikus
b. kimia: Insektisida yg 20 80
dipakai memiliki toksisitas
rendah thd manusia& tidak
bersifat persisten
TOTAL 3470 2799
PRESENTASE 80,6%
KESIMPULAN MEMENUHI
SYARAT
Hasil penilaian inspeksi sanitasi MI Murtirejo:
No Variabel BOBOT Komponen Dinilai Nilai Skor
KONSTRUKSI
UMUM
1 Lantai 2 a. Kuat/ utuh 25 30
b. Bersih 25 30
c. Kedap 20 30
d. Rata 10 16
e. Tidak licin 10 18
f. Mudah 10 16
dibersihkan
2 Dinding 1 a. Rata 30 30
b. Bersih 30 25
c. Berwarna terang 20 20
d. Mudah 20 20
dibersihkan
3 Ventilasi
3.1 Ventilasi 1 a. ventilasi alam, 50
gabungan lubang ventilasi
minimum 15% x
luas lantai 50
b. ventilasi mekanis
3.2 Ventilasi alam 1 (Fan, AC, 100 80
3.3 Ventilasi exhauster)
mekanis 1 lubang ventilasi 100
min. 15% x luas
lantai
fan, AC, exhauster
4 Atap 0,5 a. Bebas serangga 50 20
dan tikus 30 10
b. Tidak bocor 20 9
c. Terdiri dari
bahan yang kuat
5 Langit-langit 0,5 a. Tinggi langit- 50 25
langit 2,5 m dari
lantai 30 12
b. kuat 10 5
c. berwarna terang 10 5
d. mudah
dibersihkan
6 Pintu 0,5 a. dapat mencegah 60 25
masuknya serangga
dan tikus 40 20
b. kuat
7 Pagar 0,5 a. aman 60 20
b. kuat 40 15
8 Halaman taman 0,5 a. bersih 50 15
dan tempat parkir b. tidak berdebu/ 30 8
becek 20 8
c. tersedia tempat
sampah yang cukup
9 Saluran air limbah 1 a. tertutup 50 40
b. aliran air lancar 50 40
RUANG
BANGUNAN
10 Ruang Kelas 2 a. bebas serangga/ 10 15
tikus 10 20
b. tidak berbau
(terutama H2S atau 5 10
NH3) 5 8
c. pencahayaan
100-200 lux 5 8
d. suhu 26-27˚C 5 8
(dengan AC) atau
suhu kamar (tanpa 4 8
AC)
e. Kebisingan <45 2 8
dBA 2 3
f. Kursi dan meja
ergonomis (nyaman 1 4
digunakan)
g. kursi dan meja,
konstruksi kuat dan
bebas kuu busuk
h. kursi dan meja
tertata rapi
i. ratio luas lantai
dengan orang 1:5
m2
j. ruang maksimal
dihuni 40 orang
i.
11 Ruang 1 a. dinding terbuat
Laboratorium dari
porselin/keramik
setinggi 1,5 m dari
lantai
b. lantai & meja
kerja tahan
terhadap bahan
kimia & getaran
c. dilengkapi
dengan dapur
kamar mandi &
toilet
d. tinggi langit-
langit 2,7-3,3 m
dari lantai
e. kebisingan <68
dBA

12 Ruang 1 a. bebas serangga 10


Perpustakaan dan tikus 10
b. tidak berbau
(terutama H2S atau 10
NH3)
c. cahaya cukup 10
dan tidak 10
menyilaukan
d. kebisingan <45
dBA
e. penempatan
meja, kursi, dan rak
buku tertata rapi
13 Ruang Kantin 1 a. jauh dari TPS 10 8
dan pembuangan
akhir 15 10
b. penjual tidak
sedang menderita 10 7
penyakit menular
c. menyajikan
makanan kemasan
yg terdaftar pada
Depkes dan atau 10 4
makanan olehan yg
memenuhi syarat
kesehatan
d. Sarana penyajian
makanan bersih dan
bebas dari
pencemaran
14 Kamar mandi dan 1 a. letak tdk 10 10
jamban berhubungan lgs
dengan ruang kelas,
kantin, dapur 5 2
b. kamar mandi
untuk pria dan 5 2
wanita dipisah
c. lubang 5 1
penghawaan 5 2
berhub. Lgs dengan
udara luar
d. bersih
e. ratio KM dan
jamban 1 km: 1
jamban untuk 20
orang
15 Dapur 4 a. pencahayaan > 5
200 lux 5
b. terdapat 4
cerobong asap
c. tersedia kran 10
pencuci peralatan 4
dapur
d. bebas serangga
dan tikus
e. bersih dan rapi
PENYEHATAN
AIR
16 Kuantitas 5 a. tersedia air bersih 70 400
> 120/mg/hr &
tersedia air minum
sesuai dg 30 90
kebutuhan
b. air minum/
bersihtersedia pd
setiap tempat
kegiatan
17 Kualitas 5 a. bakteriologis 80 200
b. fisika 5 10
18 Sarana 3 a. sumber 50 150
b. distribusi 30 30
c. penampungan 20 30
PENANGANAN
SAMPAH DAN
LIMBAH
19 Penanganan 10 a. tempat sampah 25 170
sampah kuat, tahan karat,
kedap air dengan
penutup dan
dilapisi kantong
plastik min. 1 buah 15 100
tiap ruang atau tiap
radius 10 m
b. diangkat ke
TPS> 2x/hr & ke
TPA> 1x/hr
20 Penanganan 9 Disalurkan mll sal. 20 90
limbah Tertutup, kedap air,
lancar
PENGENDALIAN 4 a. fisik: konstruksi 80 200
SERANGGA bangunan tempat
DAN TIKUS penampungan air,
penampungan
sampah tdk
memungkinkan sbg
tempat berkembang 20 86
biaknya serangga
dan tikus
b. kimia:
Insektisida yg
dipakai memiliki
toksisitas rendah
thd manusia& tidak
bersifat persisten
TOTAL 3308 2274
PRESENTASI 68,7%
KESIMPULAN TIDAK MEMENUHI
SYARAT

Saran dan penyuluhan dilakukan dengan meilihat hasil inspeksi sanitasi di


atas. Untuk SDN Panjer masalah utama sanitasinya adalah sumber air yang keruh
dan dekat dengan septitank, sudah ada wacana untuk mencari sumber air baru
yang dialirkan dari rumah warga ke sekolah. Sementara itu kami sarankan air
untuk ditampung dan diberikan kaporit dahulu sebelum dipakai. Untuk SD MI
Murtirejo masalah sanitasinya masih banyak yang harus diperbaiki, mulai dari
kebersihan ruang kelas, halaman, sampai kamar mandi yang tidak terjaga.
Problemnya adalah tidak ada petugas kebersihan yang digaji khusus untuk
menjaga kebersihan sekolah, kebersihan sekolah dibebankan pada seluruh civitas
akademika, kami sarankan agar lebih meningkatkan kesadaran kebersihan
lingkungan. Penyuluhan secara umum dan holistik seperti pada BAB III di atas.
BAB V
MONITORING, EVALUASI DAN KESIMPULAN

Pelaksanaan promosi PHBS di SD ini didapatkan


 Dukungan dari pihak sekolah sangat baik. Perwakilan kepala sekolah
menerima dengan baik serta memberi alokasi tempat dan waktu yang
cukup
 Secara keseluruhan penilaian sanitasi di SDN Murtirejo memenuhi syarat
kesehatan lingkungan
 Secara keseluruhan penilaian sanitasi di SD MI Murtirejo tidak memenuhi
syarat
 Untuk saran sanitasi dilakukan kepada kepala sekolah masing-masing,
diharapkan kepala sekolah dapat menindaklanjuti dan mengajak semua
komponen sekolah untuk ikut bertanggung jawab atas kebersihan
lingkungan yang ada di sekolah masing-masing.

Penyusun Kebumen, September 2013

Pendamping

dr. Hermanu Adi


dr. Rahmi Asfiyatul Jannah
LAPORAN PENYULUHAN

Nama Peserta : dr. Hermanu Adi Tanda tangan:


Nama Pendamping : Tanda tangan:
Nama Wahana : Puskesmas Kebumen I Kebumen
Tema Penyuluhan : Kegiatan Kesehatan Lingkungan
Tujuan Penyuluhan : Sanitasi lingkungan sekolah dasar
Hari, Tanggal : Senin, 11 November 2013
Waktu : Pukul 09.00 – selesai
Tempat : SDN Murtirejo dan SD MI Murtirejo
Jumlah Peserta : 4 orang
Lampiran
SDN Murtirejo
SD MI Murtirejo

Anda mungkin juga menyukai