Anda di halaman 1dari 9

A.

Obat Integumen
1. Dermatoterapeutika
Untuk terapi penyakit kulit, di samping senyawa obatnya sendiri, bahan
pembantu, bentuk sediaan dan cara aplikasi sangat berperan. Sebagai contoh untuk
salep harus disesuaikan dengan jenis kulit apabila kulit kering atau kulit berminyak
bentuk sediaan (puder, mikstura kocok, pasta dan seba- gainya) disesuaikan dengan
situasi saat itu (lembab, gatal, akut, kronis) dan perbedaan absorpsi obat
dipertimbangkan pada penggunaan berbagai teknik balut (misalnya pembalut biasa
atau pembalut oklusif).
a. Puder, Puder mempunyai kerja penyejuk lemah, menghentikan gatal dan
mengeringkan serta mencegah gosokan pada daerah intertriginosa. Pada
penyakit kulit yang terlalu basah, pemakaian puder kurang menyenangkan
karena akan terbentuk crusta karena itu puder tidak digunakan pada daerah
kulit yang meradang akut.
b. Maistura kocok, Obat ini bekerja mendinginkan/serta adstringen dan
menghambat radang. Pada penggunaan yang lama terjadi bahaya pengeringan.
c. Minyak, Minyak digunakan sebagai minyak murni (minyak zaitun, minyak
kacang) atau sebagai suspensi minyak dari seng oksida dan talk atau titan
dioksida untuk melarutkan krusta dan untuk mengobati gangguan kulit dengan
permukaan luas.
d. Pada penggunaan salep, krem (=salep mengandung air) dan pasta (=salep yang
mengandung banyak komponen bubuk) sangat bergantung pada dasar salep
mana yang digunakan (vaselin, minyak parafin, minyak atau lemak hewan,
pembentuk gel anorga nik atau organik) dan apakah sediaan ini merupakan
emulsi minyak/air atau emulsi air.
e. Emulsi air/minyak umumnya memberi lemak dan melindungi, akan tetapi
masih dapat membebaskan sedikit cairan. Bentuk sediaan ini cocok untuk
pasien sebostatik, sedangkan pada pasien seboroik lebih baik cam ini mudah
dicuci, cepat masuk melalui digunakan emulsi minyak/air. Krem sema- kulit
dan bekerja mendinginkan.
f. Pembalut lembab Karena air menguap dengan cepat maka bekerja
mendinginkan menghambat radang dan menghentikan rangsang gatal, juga
melunakkan penutupan luka dan mempercepat terjadinya pembentukan epitel.
2. Berbagai bahan obat untuk penggunaan local
a. Desinfektan
Senyawa-senyawa ini yang antara lain digunakan untuk terapi infeksi bakteri
pada kulit
b. Antimikotika
Senyawa-senyawa yang digunakan untuk terapi infeksi jamur
c. Zat anti scabies
Scabies (kudis) disebabkan oleh tungau betina, yang melubangi saluran
buntu dalam lapisan keratin. Yang terutama terserang adalah daerah diantara
jemari, lipatan ketiak, putting susu dan penis. Karena rasa gatal yang hebat aka
nada efek kudis dan infeksi pada kulit yang digaruk.
Untuk terapi kudis di samping benzilbenzoat terutama digunakan
Mesulfen (Mitigal®) dan y-heksaklorsikloheksan (Jacutin® ) preparat ini
(pada orang dewasa) digosokkan di seluruh tubuh (kecuali kepala) tiga malam
berturut-turut, pagi harinya dengan mandi, baru obat tersebut dihilangkan.
Senyawa ini kontraindikasi selama kehamilan dan menyusui. Bayi dan anak-
anak tidak boleh diobati dengan mesulfen.
d. Preparat ter
Ter mempunyai kerja menghambat radang, anti eksem, menghilangkan
rasa gatal dan kerja anti infeksi. Indikasinya adalah untuk eksema infiltrasi
kronis, eksem terlikhenisasi serta pada psoriasis dan pruritus. Pada furunkula
senyawa ini dapat menghilangkan bekas dengan cepat. Dermatosis basah
merupakan kontra indikasi.
Pix lithantrachis biasanya digunakan pada pembalut dalam bentuk tak
diencerkan atau sebagai komponen dalam salep atau pasta. Jika kerja ter yang
tak tak terlalu intensif sudah mencukupi maka dapat digunakan Liquour
carbonis detergens. (Pix lithanthracis 20% dalam tingtur Quillaja).
Ter yang berasal dari bagian tanaman yang dulu banyak digunakan (Pix
betulina = Birkenteer, Pix liquida = ter kayu) saat ini sudah jarang digunakan.
Minyak bitumen tersulfonasi misalnya ammonium bitumino-sulfonat
(Ichtyol® dan tumenol® -amonium) mempunyai indikasi yang sama seperti
ter.
Efek samping yang berarti dari preparat ter adalah fotosensibilisasi,
kerusakan ginjal setelah absorpsi per kutan banyak dan akne akibat ter setelah
pemakaian jangka panjang. Pada percobaan dengan hewan, preparat ter
bersifat kanserogen.
e. Glukokortikoid
Sifat farmakologi glukokortikoid yang diindikasikan pada berbagai
penyakit kulit. Preparat luar yang mengandung kortikosteroid mempunyai
indikasi penting antara lain:
1) Untuk dermatitis non infeksi serta eksema non infeksi.
2) Hyperplasia yang meradang dari epidermis atau korium (misalnya
psoriasis)
3) Penyakit autoimun (misalnya lupus eritematosus, pemfigus)
4) Dermatosis cahaya yang disertai peradangan, dan
5) Penyakit prurigio
Dari inidikasi ini terlihat bahwa glukokortikoid di samping komponen
menghambat radangnya juga mempunyai kerja imunsupresiva dan
menormalkan keratinisasi, menghambat akbtivitas fibroblast dan akan tolisis,
serta menekan rangsang gatal. Dalam tabel B 7-1 diberikan beberapa
glukokortikoid untuk penggunaan local.

Glukokortikoid untuk penggunaan local


Nama Internasional Preparat dagang (nama dagang
yang terdaftar)
Betametason dipropionat Diprosone
Betametasonvalerat Betnesol-V, Celestan-V
Klobetasolpropionat Dermoxin
Klobetasonbutirat Emovate
Desoksimetason Topisolon
Fludroksikortid Sermaka
Flumetesonpivalat Locacorten
Flusinolonasetonid Jelilin
Fluosinonid Topsym
Fluokortinbutil Vaspit
Flukortolon Syracort, Ultralan
Flupredniden Decoderm, Etacortin
Hidrokortisonbutirat Alfason
Triamsinolonasetonid Delphicor, Volon A

Sebagai pedoman penting yang harus diperhatikan ialah bahwa


glukokortikoid berpotensi tinggi, seperti misalnya fluosinolon, hanya boleh
digunakan pada gejala penyakit yang parah. Juga dianjurkan, jika
memungkinkan digunakan terapi selang sebagai berikut. Jika digunakan
aplikasi glukokortikoid satu sampai dua kali per hari selama 5 hari, maka
dilakukan pengobatan dengan preparat tanpa glukokortikoid selama waktu
yang sama yaitu yang disebut salep atau krem basis. Setelah itu baru diobati
lagi dengan preparat glukokortikoid.
Efek samping local yang dapat terjadi bergantung pada lama
pengobatan, kekuatan kerja glukokortikoid yang digunakan dan cara pemakian
adalah seringnya terjadi atrofi kulit, striae, teleangiektasia, pengurangan
pigmen dan akne steroid, kadang-kadang terjadi purpura, folikulitis (setelah
pemakian pembalut oklusif) serta alergi akibat kontak obat.
Di samping itu, terutama pada anak-anak harus diperhitungkan
kemungkinan terjadinya bahaya efek samping sistemik.
f. Obat yang menghentikan rangsang gatal (antipruriginosa)
Rangsang gatal merupakan geja yang timbul pada berbagai jenis
penyakit kulit, yang bagi pasien seringkali lebih mengesalkan daripada nyeri.
Untuk terapi menggejala digunakan senyawa yang mengurangi atau
menghilangkan kepekaan saraf sensorik kulit.
Anestetika permukaan bekerja mengurangi nyeri dan menghentikan
rangsang gatal. Untuk ini hanya boleh digunakan senyawa dengan
kemungkinan alergi yang kecil atau tidak ada sama sekali, misalnya
hidroksipolietoksidodekan (thesit) atau fomakain.
Obat antipruriginosa lainnya yaitu athihistamin, mentol dalam larutan
alcohol 0,5-1% dan krotamkiton (Euraxil).
g. Obat kratollitik dan obat korosif
Zat yang paling sering digunakan untuk menghilangkan ketombe dan
melunakkan keratin adalah asam salisilat. Yang umum digunakan adalah
vaselin salisil, spiritus salisis, dan kolodium salisil (2-10%). Juga resorsin pada
konsentrasi tinggi (5-20%) bekerja kerotoolitik dan demikian juga sulfur
presipitatum. Untuk granulasi luka yang tumbuh atau rhagade, karena kerja
korosifnya digunakan agrentum nitricum dan berbagai asam (asam
triklorasetat, asam laktat, asam kromat).
h. Psoralen
Psoralen merupakan turunan furokumarin fotoaktif yang terdapat pada
berbagai tanaman (misalnya Umbelliferae). Dengan pengaruh cahaya, zat ini
akan bereaksi dengan DNA dan demikian ia bekerja antimitosis. Karena sifat
ini, maka senyawa ini bersama sinar UV gelombang panjang (UV-A)
digunakan untuk berbagai penyakit kulit, terutama pada psoriasis dan eksema
yang bandel. Terapi se macam ini disebut juga terapi PUVA (Psoralen+UV-
A).
Senyawa yang paling sering digunakan adalah metoksalen (8-
metoksipsoralen, 8-MOP, Meladinine). Dapat digunakan sebagai obat dalam
(0,6 mg/kg dua jam sebelum penyinaran UV) atau sebagai obat luar pada
proses lokal dalam larutan 0,15%.
Karena bahaya terjadinya kerusakan mata (katarak) ssetelah 6-8 jam
pengobatan, pasien masih tetap diharuskan memakai kacamata yang mencegah
masuknya sinar UV gelombang panjang ke dalam mata. Karena kemungkinan
terdapat kerja mutagen dan karsinogen, terutama pada penggunaan jangka
panjang, indikasinya harus diamat dengan tegas. Di samping itu perlu menjaga
pasien dengan teliti.

i. Ditranol
Untuk penanganan psoriasis digunakan juga ditranol (Cignolin).
Senyawa yang mmproduksi ini mempunyai efek rangsangan yang kuat pada
kulit, menghambat berbagai enzim dan juga bekerja sitostatik. Baru-baru ini
dapat pula di tunjukkan bahwa sebagian kerjanya disebabkan pembetukan
jenis oksigen aktif (misalnya oksigen singlet, anion radikal superoksida).

Terapi dimulai dengan konsentrasi ditranol yang amat rendah (0,05%),


selama pengobatan kandungan ditranol dapat dinaikkan sampai 1-3% Karena
kinerja rangsangan yang kuta, harus dihindari kontak dengan mukosa.
j. Retinoid
Yang dimaksud dengan retinoid adalah turunan vitamin A yang
terutama digunakan pada akne serta hyperkeratosis dan diskeratosis.
Asam vitamin A (Tretionin, Airol ®Roche,Epi-Aberel®,Eudyna®).
Senyawa ini bekerja menipiskan dan melonggarkan lapisan tanduk dan karena
itu bekerja mengikis ringan sel-sel permukaan. Efek ini terjadi karena
peningkatan kerja mitosis kulit serta pada saat bersamaan menghambat
produksi keratin. Karena keratolisis ini, komedo yang terbuka akan di dorong
sedangkan yang tertutup akan di buka.
Karena itu asam vitamain A di gunakan dalam sediaan konsentrasi 0,02-
0,1% untuk terapi akne vulgaris. Pada minggu-minggu pertama pengobatan
seringkali papula dan pustula terbentuk makin banyak karena perkembangan
radang komedo (yang dinamakan mematangnya akne), disamping itu juga
dapat timbul rangsangan pada kulit. Walaupun demikian kalua perlu dengan
memperkecil dosis pengobatan di teruskan secara konsekuen, karena tanda-
tanda ini beberapa waktu kemudian akan menghilang dan kulit terliha
beregenerasi.
Obat luar lainnya jangan digunakan bersamaan asam vitamin A dan
dengan demikian iritasi tambahan pada kulit misalnya akibat kerja cahaya
intensif, dapat dihindari.
Retinoid lainnya yaitu:
1) Isotretinoin (13-cis-asam retinoate,Roaccutan®) dan
2) Etretinate (Tigason®)
Berbeda dengan asam vitamin A yang hanya dapat digunakan secara
local, istretinoin dan etretinate dapat digunakan secara oral. Isotretinoin di
indikasikan terutama untuk bentuk akne yang berat (misalnya acne
conglobata), etretinate untuk psoriasis parah dan gangguan keratinisasi lainnya
(misalnya ichthyosis vulgaris). Pengaturan dosis perhari adalah 0,2-1 mg/kg
dengan memperhatikan kerja klinis serta apakah obat dapat diterima dengan
baik.
Karena efek sampingnya yang amat nesar, penggunaan kedua zat ini
hanya dilakukan setelah dilakukan pemeriksaan yang teliti. Efek samping yang
terjadi di samping radang bibir (cheilitis) yang hampir dipastikan selalu ada,
juga pruritis, deskuamasi pada telapak tangan dan kaki, rangsangan dan
pengeringan kulit serta mukosa dan pada sekitar 30% pasien diamati adanya
kerontokan rambut yang reversibel dan tergantung dosis yang digunakan.
Kadang-kadang dapat terjadi peningkatan kadar transaminase dalam serum
dan peningkatan kandungan lipid darah. Karena kemungkinan adanya efek
teratogen, maka selama menggunakan obat ini dan khusus bagi etretinat juga
sampai 2 tahun setelah pengobatan dihentikan, dianjurkan untuk tidak hamil.
k. Benzoil peroksida
Zat yang tepat lainnya untuk menangani akne adalah benzoilperoksida.
Preparat yang lazim (Aknefug –oxid®, Akneroxid®, OxyWoelm®,
PanOxyl®, Sanoxid®) mengandung zat ini dalam konsentrasi 5 atau 10%.
Dengan pembebasan oksigen, benzoilperoksida bekerja sebagai anti bakteri,
yang terutama mengenai bakteri anaerob termasuk Propionilbacterium acnes.
Disamping itu juga menimbulkan reaksi radang pada kutis dan sebagai
akibatnya terjadi akantonis (perluasan lapisan stratum spinosum) diikuti
dengan pembentukan sisik. Dengan ini seperti juga asam vitamin A, senyawa
ini bekerja komedolitik walaupun lebih lemah. Benzoilperoksida juga
menekan produksi keringat.
Benzoilperoksida yang diabsorpsi akan dibiotransformasikan menjadi
asam benzoat dan setelah mengalami konjugasi akan diekskresi sebagai asam
hipurat. Efek samping yang terjadi yaitu rasa gatal dan rasa terbakar pad akulit.
Kerja merangsang pembentukan tumor belum dapat dipastikan secara absolut.
Benzoilperoksida tidak boleh berkontak dengan mata atau mukosa.
l. Senyawa Pelindung Cahaya
Pelindung cahaya adalah perlindungan kulit (dan kalau perlu organisme
keseluruhan) terhadap kerusakan oleh penyinaran cahaya. Pada kulit yang
sehat, cahaya UV gelombang pendek dan sedang dapat menimbulkan
kerusakan kulit yang akut (dermatitis solaris), Sonnenbrand (terbakar
matahari). Ini dapat terjadi terutama oleh UV-B dengan jarak panjang
gelombang 280-320 nm. Pada beberapa dermatosis cahaya tertentu, di
samping UV-B ternyata UV-A berpanjang gelombang tinggi dan sinar tampak
juga merusak.

Senyawa tubuh sendiri (misalnya porfirin) dan senyawa yang asing


bagi tubuh (misalnya etakridin, merbromin, ter, minyak Hipericum
perforatum) dapat bekerja fotosensibilisasi. Kerusakan kronis akibat cahaya
(kerusakan sumasi cahaya) adalah kulit tua (cutis senilis), leukoplakia aktinik
serta basalioma dan karsinoma spinoseluler.
Perlindungan terhadap cahaya secara alamiah didapat dengan
pembentukan lapisan keratin yang banyak (hiperkeratosis) dan terutama oleh
pembentukan melanin di kulit. Perlindungan terhadap cahaya secara buatan
dapat dilakukan dengan pakaian serta penggunaan zat-zat yang menyerap
cahaya (senyawa pelindung cahaya), yang disebut juga filter cahaya.
Bergantung pada letak pita absorpsi dan puncak absorpsi dibedakan beberapa
jenis senyawa pelindung cahaya.
Penyaring UV-B Senyawa ini terdapat dalam sediaan pelindung
terhadap cahaya matahari yang umum digunakan. Tugasnya adalah menyerap
sebanyak mungkin sinar yang menimbulkan eritema, sehingga hanya eritema
ringan saja yang terjadi yang diperIukan untuk menimbulkan warna coklat
pada kulit sesuai dengan keinginan. Kerja pelindung cahaya ini dinyatakan
dalam apa yang disebut faktor pelindung cahaya. Faktor ini menunjukkan
berapa kali lebih lama kulit dengan sediaan pelindung ini dibandingkan dengan
kulit tanpa sediaan pelindung dapat berkontak dengan penyinaran sinar
matahari.
Penyaring spektrum luas Penyaring ini menyerap baik UV-A maupun
UV-B, diindikasikan untuk menghindari kerusakan kronis akibat cahaya serta
untuk fotodermatosis.Sebagai penyaring UV-B digunakan antara lain asam p-
aminobenzoat, turunan asam sinamat dan turunan benzimidazol, sebagai
penyaring spektrum luas digunakan turunan benzofenon. Diberikan beberapa
senyawa pelindung cahaya beserta absorpsi maksimumnya.

Anda mungkin juga menyukai