Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah “Business Ethics & Good Governance”
Dosen Pengampu:
Prof. Dr. Hapzi Ali, Ir, MM, CMA,MPM
Oleh:
2019
Personal ethics and business ethics
Arti etika dapat dibedakan dari sisi praktis dan refleksi. Etika sebagai praktis yaitu sejauhmana
nilai-nilai dan norma-norma moral diterapkan dan dilaksanakan dalam berbagai aktivitas dan
kegiatan sehari hari atau dapat juga di artikan sebagai apa yang dilakukan sesuai dengan nilai
dan moral. Etika sebagai praktis berarti moral atau moralitas: apa yang harus dilakukan, tidak
boleh dilakukan , pantas dilakukan dan sebagainya. Etika sebagai refleksi adalah pemikiran
moral, dimana kita berfikir tentang apa yang dilakukan lebih spesifik yang harus dilakukan
atau tidak boleh dilakukan. Etika sebagai refleksi menyoroti dan menilai baik buruknya
perilaku orang.
Etika adalah cabang ilmu falsafat yang mempelajari baik buruknya perilaku manusia ( selaku
orang yang menjalankan aktivitas bisnis di perusahaan). Etika bisnis dapat dijalankan pada tiga
tingkat yaitu makro, meso dan mikro. Pada tingkat makro, etika bisnis mempelajari aspek-
aspek moral dari system ekonomi sebagai keseluruhan. Pada tingkat madya (meso), etika bisnis
menyelidiki masalah etis di bidang organisasi dalam hal ini perusahaan, dan stakeholder yang
berkaitan langsung dengan aktivitas bisnis di perusahaan seperti lembaga konsumen, pemasok
(supplier), investor, pemerintah, lembaga sosial seperti sarikat pekerja, dan sebagainya.
Sedangkakan pada tingkat mikro, etika bisnis difokuskan pada individu dalam hubungannya
dengan ekonomi dan bisnis.
Etika berfungsi menggugah kesadaran moral pelaku bisnis untuk berbisnis secara baik dan etis
didasari nilai-nilai luhur yang bermanfaat bagi konsumen, masyarakat dan demi menjaga nama
baik bisnis sendiri dalam jangka panjang. Etika bisnis menjadi acuan bagi pebisnis untuk
berbisnis tanpa merugikan konsumen, buruh, karyawan, dan masyarakat luas.
3. Kode etik
Kode etik ini menyangkut kebijakan etis perusahaan berhubungan dengan kesulitas
yang bisa timbul (dan mungkin dimasa lampau pernah timbul), seperti konflik
kepentingan, hubungan dengan pesaing dan pemasok, menerima hadiah, sumbangan
kepada partai politik dan sebagainya.
Morality and law
Perbedaan diatas pertama kali dikemukakan oleh Emanuel Kant. Batasan perbedaan tersebut
jangan dilihat terlalu tajam, karena hukum tidak semata-mata (mutlak) memperhatikan
tindakan-tindakan lahiriah saja, demikian pula moral tidak hanya memperhatikan perilaku
batiniah saja.
Penjelasan bahwa hukum menghukum mereka yang melakukan delik hanya apabila
perbuatannya itu dapat dipertanggung jawabkan, yaitu kalau ada kesalahan. Itupun masih
dibedakan ada kesenjangan atau kelalaian atau tidak. Demikian pula hukum memberikan akibat
pada perbuatan yang dilakukan dengan iktikat baik atau tidak.
a. Profesi di bidang hukum harus dihayati sebagai suatu pelayanan tanpa pamrih (dis
intrestedness) yaitu pertimbangan yang diambil adalah kepentingan klien dan
kepentingan umum.
b. Bukan kepentingan pribadi dari pengemban profesi, jika hal ini diabaikan maka
pelaksanaan profesi akan mengarah kepada kemanfaatan yang menjurus kepada
penyalahgunaan profesi sehingga akhirnya merugikan kliennya.
c. Pelayanan profesi dengan mendahulukan kepentingan klien, yang mengacu pada
kepentingan atau nilai-nilai luhur sebagai manusia yang membatasi sikap dan tindakan.
d. pengemban profesi harus berorientasi pada masyarakat secara keseluruhan.
e. pengemban profesi harus mengembangkan semangat solidaritas sesama rekan
seprofesi.
Etika dalam organisasi atau etika manajemen perhatiannya meliputi tiga hal yaitu :
a. Hubungan organisasi atau perusahaan dengan karyawan,
b. Hubungan karyawan dengan organisasi,
c. Hubungan organisasi dengan pihak luar.
DAFTAR PUSTAKA
Saat ini Saya bekerja di Direktorat Jenderal Pajak yang merupakan salah satu direktorat jenderal di
bawah Kementerian Keuangan. Dalam menerapkan prinsip Good Governance, Direktorat Jenderal
Pajak ikut menerapkan nilai-nilai Kementerian Keuangan. Nilai-nilai Kementerian Keuangan terdiri
dari lima nilai yaitu:
1. INTEGRITAS : Berpikir, berkata, berperilaku dan bertindak dengan baik dan benar
serta memegang teguh kode etik dan prinsip-prinsip moral
2. PROFESIONALISME : Bekerja tuntas dan akurat atas dasar kompetensi terbaik dengan
penuh tanggung jawab dan komitmen yang tinggi
3. SINERGI : Membangun dan memastikan hubungan kerjasama internal yang produktif
serta kemitraan yang harmonis dengan para pemangku kepentingan, untuk
menghasilkan karya yang bermanfaat dan berkualitas
4. PELAYANAN : Memberikan layanan yang memenuhi kepuasan pemangku kepentingan
yang dilakukan dengan sepenuh hati, transparan, cepat, akurat dan aman
5. KESEMPURNAAN : Senantiasa melakukan upaya perbaikan di segala bidang untuk
menjadi dan memberikan yang terbaik
Selain menerapkan nilai-nilai Kementerian Keuangan Pegawai DJP juga wajib mematuhi kode etik
pegawai DJP. Kode etik DJP terdiri dari Kewajiban dan Larangan.
Referensi :
https://www.kemenkeu.go.id
http://www.pajak.go.id