Anda di halaman 1dari 2

ANDI USMUSSAADAH P

70600116001

1. Mekanisme ginjal mengatur keseimbangan pH melalui peran sel interkatus tipe A dan tipe
B.
Sel interkalatus ditandai karena adanya konsentrasi enzim karbonat anhydrase yang tinggi dalam
sitoplasmanya. Enzim kabonat anhydrase tersebut akan membantu sel interkalatus untuk
mengubah CO2 & air menjadi H+ dan HCO3- dengan cepat.
 Tipe A
Sel interkalatus tipe A bekerja pada tubuh saat asidosis dengan cara mensekresikan H+ &
mereabsorpsi HCO3-. Ion dibentuk dari H2O dan CO2. Ion H+ akan dipompa meninggalkan sel
ke dalam lumen tubulus, sedangkan HCO3- direabsorpsi ke dalam ekstrasel. H+ dipompa keluar
dari sel interkalatus melalui H+-ATPase atau bisa juga melalui ATPase yang menukar satu H+
dengan satu K+.
 Tipe B
Untuk sel interkalatus tipe B bekerja pada saat tubuh seseorang mengalami alkalosis dengan
mensekresi HCO3- & mereabsorpsi H+. Ion HCO3- berpindah ke sel interkalatus melalui
penukar antiporter HCO3- - Cl-. Kemudian Ion H dibentuk dari H2O dan CO2. Ion H+
direabsorpsi melalui transport ke CES di sisi basolateral sel, & HCO3- disekresi ke lumen. Ion
HCO3- meninggalkan sel interkalatus melalui penukar antiporter HCO3- - Cl-.2

2. Alasan anak bayi mengompol pada siang dan juga malam hari
Kematangan seorang anak untuk dapat mengendalikan kandung kemih tergantung dari:
-
Kapasitas kandung kemih yang adekuat
-
Pengendalian sfingter eksternum kandung kemih secara sadar, untuk memulai dan
mengakhiri miksi
-
Pengendalian pusat miksi di otak untuk merangsang atau menghambat miksi pada
berbagai tingkat kapasitas kandung kemih.
Pada seorang bayi proses berkemih hanya diatur oleh respon spinal, sehingga ketika kandung
kemih seorang bayi menampung urin lebih dari normalnya (set point) makan akan merangsang
rseptor regangan.Perangsangan tersebut merangsan serat-serat aferen dari reseptor regang
membawa impuls ke medula spinalis akhirnya, melalui antarneuron merangsang saraf
parasimpatis pada kandung kemih & menghambat neuron motorik ke sfingter eksternus,
stimulasi saraf parasimpatis kandung kemih menyebabkan berkontraksi kandung kemih. Sfingter
uretra internum akan terbuka ketika kandung kemih mengalami regangan, ketika sfingter uretra
internum terbuka secara bersamaan sfingter uretra eksternum akan melemas. Akibatnya urin
akan terdorong untuk keluar sehingga proses berkemih dapat terjadi pada seorang bayi.

3.Proses mikturisi (volunteer dan involunteer)


-Involunteer
Secara involunteer refleks berkemih terpicu pada saat reseptor regang di dalam dinding kandung
kemih terangsang. Ketika kapasitas kandung kemih seseorang melampaui batas (set point) maka
kandung kemih akan mengalami peregangan sehinggah merangsang reseptor regangan pada
ANDI USMUSSAADAH P
70600116001

kandung kemih. Serat-serat aferen dari reseptor regang membawa impuls ke medula spinalis
akhirnya, melalui antarneuron merangsang saraf parasimpatis pada kandung kemih &
menghambat neuron motorik ke sfingter eksternus, stimulasi saraf parasimpatis kandung kemih
menyebabkan berkontraksi kandung kemih. Perubahan bentuk kandung kemih selama kontraksi
akan secara mekanis menarik terbuka sfingter internus. Kemudian Secara bersamaan, sfingter
eksternus melemas karena neuron-neuron motoriknya dihambat sehingga urin akan terdorong
keluar melalui uretra oleh gaya yang ditimbulkan dari kontraksi tersebut.
-Volunteer
Saat refleks miksi dimulai namun kurang sesuai untuk berkemih, maka yang bersangkutan dapat
dengan mencegah pengosongan kandung kemih dengan cara mengirimkan sinyal dari korteks
cerebri mengencangkan sfingter eksternus dan diafragma pelvis. Impuls eksitatorik volunter dari
korteks serebri mengalahkan sinyal inhibitorik refleks dari reseptor regang ke neuron-neuron
motorik yang terlibat sehingga otot-otot ini tetap berkontraksi dan tidak ada urin yang keluar.
Dari keinganan tersebut, korteks serebri akan memberikan respon positif kepada neuron motoric
ke sfingter eksternum sehingga sfingter tersebut akan tetap tertutup karena rangsanan dari neuron
motorik. Akibat dari proses diatas seseorang mampu menunda proses berkemihnya.

SUMBER

1. Hall, John E. Guyton and Hall Textbook of Medical Physiology 12th Edition. Philadelphia:
Saunders Elsevier; 2011.
2. Sherwood, Lauralee. Fisiologi Manusia dari Sel ke Sistem Edisi 6. Jakarta: EGC; 2011.

Anda mungkin juga menyukai