Anda di halaman 1dari 35

PROPOSAL

PENGEMBANGAN PELAYANAN FISIOTERAPI DI PUSKESMAS

BAB I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang.
Pusat Kesehatan Masyarakat yang selanjutnya disebut Puskesmas adalah fasilitas
pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan upaya kesehatan masyarakat dan upaya
kesehatan perseorangan tingkat pertama, dengan lebih mengutamakan upaya promotif dan
preventif, untuk mencapai derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya di wilayah
kerjanya. Puskesmas sebagai penanggung jawab upaya kesehatan terdepan, kehadirannya di
masyarakat berfungsi sebagai penyelenggara upaya kesehatan masyarakat (UKM) tingkat
pertama dan penyelenggara upaya kesehatan perorangan (UKP) tingkat pertama. Upaya
kesehatan ini dilaksanakan secara terintegrasi dan berkesinambungan (Permenkes No.75
Tahun 2014).
Masalah kesehatan masyarakat ditandai dengan fenomena transisi epidemiologi dan
transisi demografi, yaitu meningkatnya penyakit tidak menular dan meningkatnya penyakit
degeneratif yang antara lain sebagai akibat peningkatan umur harapan hidup.Berbagai jenis
penyakit tidak menular tersebut antara lain disebabkan kecenderungan pola hidup yang serba
duduk (sedentary living),kurang gerak.
Fisioterapi sebagai pelayanan kesehatan penanggulangan gerak-fungsi tubuh,
diperlukan untuk mengatasi fenomena transisi epidemiologi-demografi, baik dalam bentuk
upaya kesehatan perorangan maupun upaya kesehatan masyarakat, dengan akses dan
cakupan layanan yang terjangkau oleh setiap penduduk. Berdasarkan Profil Kesehatan
Indonesia Tahun 2014 tercatat fisioterapis yang bekerja di Puskesmas berjumlah 599 yang
tersebar di 30 provinsi, sejalan dengan fenomena transisi epidemiologi-demografi, kebutuhan
fisioterapis cenderung meningkat. Pelayanan fisioterapi di Puskesmas memberikan
pelayanan kesehatan gerak dan fungsi tubuh kepada individu dan/atau kelompok, yang
bersifat umum dengan pengutamaan pelayanan promotif dan preventif tanpa mengabaikan
kuratif dan rehabilitatif.
Pelayanan fisioterapi UKM bersifat promotif dan preventif mencakup upaya
peningkatan kesehatan gerak fungsi tubuh, dan deteksi-intervensi dini dalam lingkup
kelompok dan masyarakat. Pelayanan fisioterapi UKP bersifat promotif, preventif, kuratif
dan rehabilitatif yang meliputi upaya peningkatan kesehatan gerak fungsi tubuh, dan deteksi-
intervensi dini dalam lingkup individu dan keluarga (PERMENKES No.65, Tahun 2015).
B. Peluang Pengembangan Pelayanan Fisioterapi di Puskesmas
Penyelenggaraan Puskesmas diatur dengan Peraturan Menteri Kesehatan Nomor75
Tahun 2014 tentang Pusat Kesehatan Masyarakat.Dalam peraturan tersebut dinyatakan:
1. Upaya kesehatan masyarakat tingkat pertama meliputi upaya kesehatan masyarakat
esensial dan upaya kesehatan masyarakat pengembangan. (pasal 36 ayat1)
2. Jenis tenaga kesehatan di Puskesmas paling sedikitterdiri atas: dokter atau dokter layanan
primer, dokter gigi, perawat, bidan, tenaga kesehatan masyarakat, tenaga kesehatan
lingkungan, ahli teknologi laboratorium medik, tenaga gizi dan tenaga kefarmasian
(Pasal 16).
3. Upaya kesehatan yang diselenggarakan oleh Puskesmas adalah : manajemen Puskesmas,
pelayanan kefarmasian, pelayanan keperawatan kesehatan masyarakat, dan pelayanan
laboratorium (Pasal 38).
4. Upaya kesehatan masyarakat pengembangan merupakan upaya kesehatan masyarakat
yang kegiatannya memerlukan upaya yang sifatnya inovatif dan/atau bersifat
ekstensifikasi dan intensifikasi pelayanan, disesuaikan dengan prioritas masalah
kesehatan, kekhususan wilayah kerja dan potensi sumber daya yang tersedia di masing-
masing Puskesmas.(pasal 36 ayat 4)
Melihat peluang tersebut diatas memungkinkan upaya kesehatan masyarakat pengembangan
sesuai kebutuhan termasuk pelayanan fisioterapi. Dengan demikian pemerintah
kabupaten/kota perlu membuat kebijakan tersendiri.
Ikatan Fisioterapi Indonesia sebagai organisasi profesi sesuai dengan peran
fungsinya, mengidentifikasi dan mengadvokasi penyelenggaraan pelayanan fisioterapi di
Puskesmas untuk menjangkau memeratakan pelayanan tersebut bagi seluruh warga Negara
Kesatuan Republik Indonesia.

C. Tujuan.
Menjadi acuanpengembangan penyelenggaraan pelayanan fisioterapi di Puskesmas
sebagai bentuk ekstensifikasi dan inovasi upaya kesehatan, agar tercapai derajat kesehatan
masyarakat yang setinggi-tingginya (Permenkes No.75 Tahun 2014, Pasal 36, ayat.4. )

D. Ruang Lingkup.
Proposal inimencakup perencanaan, penatalaksanaan, pencatatan dan pelaporan
pelayanan fisioterapi di Puskesmas.
E. Sasaran.
Pedoman ini diperlukan bagi pemangku penyelenggara pelayanan fisioterapi dan
Puskesmas, yaitu :
1. Fisioterapis
2. Kepala Puskesmas
3. Kepala Dinas Kesehatan kabupaten/ kota.
4. Pemerintah daerah.

F. Pedoman penyelenggaraan pelayanan fisioterapi di Puskesmas


Pedoman ini berisikan tentang tatacarapenyelenggaraan pelayanan fisioterapi di
Puskesmas yang meliputi :
1. Pengumpulan data kebutuhan pelayanan fisioterapi di masyarakatmelalui survei dan/atau
observasi terhadap populasi:
a. Penderita penyakit tidak menular,gangguan gerak-fungsi tubuh, degeneratif dan
disabilitas.
b. Usia lanjut beresiko menderita penyakit tidak menular, gangguan gerak-fungsi
tubuh, dan disabilitas.
c. Penduduk dengan pola hidup yang serba duduk (sedentary living),kurang
gerakberesikomenderita penyakit tidak menular, gangguan gerak-fungsi tubuh, dan
disabilitas.
d. Wanita hamil yangmengalami perubahan sikap tubuh, kelemahan otot dan rendahnya
tingkat kebugaran, beresiko kesulitan melahirkan.
e. Penderita penyakit kronis, infeksi saluran pernafasan atas, hipertensi, diabetes
mellitus, radang sendi.
2. Adanya temuan sebagian populasi tersebut di atas selayaknya diadakan pelayanan
fisioterapi, dengan rasio fisioterapis terhadap kasus per hari adalah 1 :8.
3. Penyediaan ruangan fisioterapi minimal tersedia satu ruangan dengan luas 3 X 3 meter
persegi, dengan pengembangan mengacu pada standar pelayanan fisioterapi (Permenkes
65 Tahun 2015).
4. Penyediaan jenis dan jumlah peralatan fisioterapi sepertiterlampir, dengan pengembangan
mengacu pada standar pelayanan fisioterapi (Permenkes 65 Tahun 2015).
5. Manajemen pelayanan fisioterapi sebagai manajemen pelayananpengembangan
Puskesmas (Permenkes 75 Tahun 2014).
6. Pencatatan dan pelaporan pelayanan fisioterapi di Puskesmas (terlampir).
G. Dasar Hukum
1. Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan.
2. Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2014 tentang Tenaga Kesehatan.
3. Peraturan Presiden Nomor72Tahun 2012tentangSistem Kesehatan Nasional.
4. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 80 Tahun 2013 tentang Penyelenggaraan
Pekerjaan dan Praktik Fisioterapis.
5. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor75 Tahun 2014tentang Pusat Kesehatan
Masyarakat
6. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 46 Tahun 2015 tentang Akreditasi Puskesmas,
Klinik Pratama, Tempat Praktik Mandiri Dokter, Dan Tempat Praktik Mandiri Dokter
Gigi.
7. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 65 Tahun 2015 tentang Standar Pelayanan
Fisioterapi.
BAB II. ANALISIS SITUASI.

A. Kebijakan Pusat Kesehatan Masyarakat.


Sesuai dengan Nawacita ke-5 meningkatkan kualitas hidup manusia Indonesia dan
ke-6 meningkatkan produktifitas dan daya saing,serta mengacu Rencana Pembangunan
Jangka Panjang Nasional Tahun 2005-2025 (RPJP-N), pembangunan kesehatan
diarahkanuntuk meningkatkan kesadaran, kemauan, dan kemampuan hidup sehat bagi setiap
orang agar peningkatan derajat kesehatan yang setinggi-tingginya dapat
terwujud.Pengelolaan dan penyelenggaraan pembangunan kesehatan dilakukandengan
memperhatikan nilai-nilai: prorakyat, inklusif, responsif, efektif, bersih (Sistim Kesehatan
Nasional /Peraturan Presiden No.72 Tahun.2012, Bab. V, No.131).
Penyelenggaraan pelayanan kesehatan masyarakat primer menjaditanggung jawab Dinas
Kesehatan Kabupaten/Kota yang pelaksanaanoperasionalnya dapat didelegasikan kepada
Puskesmas, dan/ataufasilitas pelayanan kesehatan primer lainnya yang diselenggarakanoleh
Pemerintah Pusat, Pemerintah Daerah dan/atau masyarakat.
Urusan kesehatan adalah urusan pemerintahan yangwajib diselenggarakan oleh pemerintahan
daerah provinsi danpemerintahan daerah kabupaten/kota, berkaitan denganpelayanan dasar.
Penyelenggaraan urusan kesehatan tersebutperlu berpedoman pada kebijakan yang
ditetapkan oleh MenteriKesehatan. Dalam kaitan ini peran Pemerintah menetapkankebijakan
yang digunakan sebagai acuan dalam penyelenggaraanurusan kesehatan di daerah.
Penyelenggaraan manajemen, informasi, dan regulasi kesehatan harusmampu menciptakan
daya tahan dan kesinambungan kinerja sistemmelalui inovasi/kreatifitas dalam menghadapi
perubahan dantantangan pembangunan kesehatan dengan lebih baik.
(Sistim Kesehatan Nasional/Perpres No. 72 Th 2012, Bab V, No. 179-182).
Pelayanan fisioterapi dalam lingkup pemeliharaan, peningkatan, pencegahan dan
penyembuhan penyakit, serta pemulihan kesehatan gerak-fungsi tubuh, dapat berperan dalam
meningkatkan derajat kesehatan setinggi-tingginya.

B. Peningkatan Populasi Penyakit Tidak Menular dan Pelayanan Fisioterapi.


Hasil Riskesdas 2013 menunjukkan peningkatan prevalensi penyakit tidak menular
bila dibanding tahun 2007, antara lain : hipertensi dari 7,6% menjadi 9,5%, stroke dari 8,3
per 1000 tahun 2007 menjadi 12,3 per 1000, DM dari 1,1% menjadi 2,1%, asma dari 4,0%
menjadi 4,5%, cedera dari 7,5% menjadi 8,2%. Ditemukan prevalensi penyakit-penyakit
sendi 24,7%, PPOK 3,7%, jantung koroner 1,5%, gagal jantung 0,3%, obesitas 26,6 %,
kurang akifitas fisik 26,1%, serta disabilitas 17%.
Meningkatnya berbagai jenis penyakit tidak menular tersebut dikenal sebagai
fenomena transisi epidemiologi-demografi, yang antara lain diakibatkan oleh kecenderungan
pola hidup yang serba duduk (sedentary living),kurang gerak. Keberhasilan pembangunan
diikuti dengan meningkatnya usia harapan hidup, dengan resiko penyakit
degeneratif.Fisioterapi sebagai upaya kesehatan penanggulangan gerak-fungsi tubuh,
diperlukan untuk mengatasi adanya fenomena transisi epidemiologi-demografi, dan penyakit
degeneratif.
Fisioterapi sebagai pelayanan pada individu dan populasi untuk mengembangkan,
memelihara dan memulihkan gerak-fungsi tubuh sepanjang rentang kehidupan. Pelayanan
dalam lingkup gerak-fungsi terancam oleh penuaan, cedera, penyakit atau faktor lingkungan.
Gerak-fungsi tubuh sebagai esensi untuk menjadi sehat (World Conederation for Physical
Therapy, Tahun 1995).Fisioterapis sebagai jenis tenaga kesehatan yang termasuk dalam
kelompok tenaga keterapian fisik (UU.No.36,Th.2014, Ps. 11).
Permenkes Nomor 80 Tahun 2013 mendefinisikan Fisioterapi adalah bentuk pelayanan
kesehatan yang ditujukan kepada individu dan/atau kelompok untuk mengembangkan,
memelihara dan memulihkan gerak dan fungsi tubuh sepanjang rentangkehidupan dengan
menggunakan penanganan secara manual, peningkatan gerak, peralatan (fisik,
elektroterapeutis dan mekanis) pelatihan fungsi, komunikasi (Pasal 1, Ayat 2).Fisioterapis
dapat menjalankan praktik pelayanan Fisioterapi secara mandiri atau bekerja di Fasilitas
Pelayanan Kesehatan(Pasal 6 ayat 1).
Fasilitas pelayanan kesehatan fisioterapi dibakukan dalam Permenkes Nomor 65 Tahun
2015 tentangStandar Pelayanan Fisioterapi.Fasilitas pelayanan kesehatan dimaksud berupa:
puskesmas, klinik, rumah sakit dan/atau praktik fisioterapi mandiri. Dalam menjalankan
Praktik, Fisioterapis memiliki kewenangan melakukan: asesmen fisioterapi yang meliputi
pemeriksaan dan evaluasi, diagnosis fisioterapi, perencanaan intervensi fisioterapi, intervensi
fisioterapi, dan evaluasi/re-evaluasi/re-assessmen/revisi. Dalam melakukan pelayanan
sebagaimana dimaksud pada ayat (1), fisioterapis dapat menerima pasien langsung atau
berdasarkan rujukan dari tenaga kesehatan lainnya. (Pasal 6, 11, 13 dan 16).
Sesuai peraturan diatas Fisioterapis adalah tenaga kesehatan profesional, berwenang
untuk melakukan pelayanan di berbagai bentuk fasilitas pelayanan kesehatan termasuk
Puskesmas, berkolaborasi dengan tenaga kesehatan lain dan/atau praktik mandiri, menerima
pasien langsung dan/atau rujukan tenaga kesehatan lain.
C. Puskesmas Berperan Mengadakan Upaya Kesehatan Pengembangan.
Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota adalah satuan kerja pemerintahan daerah
kabupaten/kota yang bertanggung jawab menyelenggarakan urusan pemerintahan dalam
bidang kesehatan di kabupaten/ kota.Upaya kesehatan masyarakat dapat berupa esensial dan
pengembangan. Upaya kesehatanpengembangan merupakan upaya kesehatan masyarakat
yang kegiatannya memerlukan upaya yang sifatnya inovatif dan/atau bersifat ekstensifikasi
dan intensifikasi pelayanan, disesuaikandengan prioritas masalah kesehatan, kekhususan
wilayah kerja danpotensi sumber daya yang tersedia di masing-masing Puskesmas.
Puskesmas melakukan upaya kesehatan perseorangan tingkat pertama dilaksanakan dalam
bentuk:rawat jalan, pelayanan gawat darurat, pelayanan satu hari (one day care), home care;
dan/atau rawat inap berdasarkan pertimbangan kebutuhan pelayanankesehatan. (Permenkes
No. 75 Th. 2014, Pasal 36, Ayat (3)-(5), Pasal 37, Ayat (1)).
Sesuai ketentuan tersebut pelayanan fisioterapi dapat diwujudkan sebagai upaya
kesehatan pengembangan, dibawah otoritas Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota.
Penyelenggaraan pelayanan fisioterapi di Puskesmas sebagai upayayang sifatnya inovatif
dan/atau bersifat ekstensifikasi dan intensifikasi pelayanan, pengadaan sumber daya nya
disesuaikan dengan prioritas dan daya dukung setempat.
Pelayanan fisioterapi merupakan bagian integral dari pelayanan kesehatan
diPuskesmas yang mencakup UKM dan UKP baik yang bersifat promotif-preventif maupun
kuratif-rehabilitatif. Pelayanan fisioterapi kesehatan masyarakat yang diharapkan
yaitupelayanan fisioterapi secara komprehensif dengan cakupan pelayanan sepanjangrentang
kehidupan manusia.Pelayanan fisioterapi di Puskesmas meliputi: (1) Upaya kesehatan
perseorangan,artinya pelayanan fisioterapi yang bersifat pribadi dengan tujuan
memperbaiki,menyembuhkan serta memulihkan gerak-fungsi tubuh seseorang
akibatpenyakit/gangguan/kelainan. Pelayanan fisioterapi ini dilakukan di dalam
gedungkhususnya di ruang fisioterapi dan ditujukan untuk pasien rawat jalan dan rawatinap
umum atau khusus serta home visite sebagai kelanjutan tindakan setelah rawat inap. (2)
Upaya kesehatankelompok/masyarakat, yaitu pelayanan yang bersifat publik dengan
tujuanmemelihara dan meningkatkan kesehatan kelompok/masyarakat, mencegah
gangguangerak dan keterbatasan fungsi tubuh akibat gaya hidup. Upaya promotif dan
preventiffisioterapi ini dilakukan di luar gedung Puskesmas yakni di sekolah-sekolah,
Posyandubayi, balita, bumil, Posyandu / Posbindu usia lanjut, panti
disabilitas,klub/kelompok geriatrik, olahraga, spa/pusat kebugaran, tempat kerja/industri
yang ada diwilayah kerja Puskesmas.
Penyelenggaraan kegiatan pelayanan fisioterapi di Puskesmas dilakukan
secaraterpadu dengan azas keterpaduan dengan lintas program dan lintas sektoral.Kerjasama
lintas program baik program-program dari upaya kesehatan esensial yaitupelayanan promosi
kesehatan; pelayanan kesehatan lingkungan; pelayanan kesehatanibu, anak, dan keluarga
berencana; pelayanan gizi; dan pelayanan pencegahan danpengendalian penyakit serta upaya
kesehatan pengembangan yaitu UKS, Kesehatanlanjut usia, kesehatan olahraga, dan lain-
lain. Kerjasama lintassektor dengan dinas kesehatan dan sosial, dinas pendidikan pemuda
dan olahraga,pihak pemerintah kelurahan/desa, kecamatan, kader kesehatan, tokoh agama
danmasyarakat, sekolah, pusat kebugaran, spa, panti, tempat kerja/industri.
BAB III. POKOK-POKOK KEGIATAN FISIOTERAPI PUSKESMAS

Pokok-pokok kegiatan fisioterapi di Puskesmas yaitu Pelayanan : (1) Fisioterapi di


PosyanduBayi-Balita, Ibu hamil (Bumil), Nifas; (2) Fisioterapi di Posyandu Lanjut usia atau
Pos Pembinaan Terpadu(Posbindu); (3)Fisioterapi Upaya kesehatan sekolah; (4) Fisioterapi
Home Care; (5) FisioterapiP3K/tanggap bencana; (6) Fisioterapi Upaya Kesehatan Kerja; (7)
Fisioterapi kesehatanolahraga; (8) Fisioterapi kuratif-restoratifdi Poli Fisioterapi Puskesmas;
(9) Fisioterapi Rehabilitasi BersumberdayaMasyarakat (RBM).
A. Fisioterapi di Posyandu Bayi-Balita, Bumil-Nifas
Pos Pelayanan Terpadu (Posyandu) merupakan salah satu bentuk upaya pelayanan
kesehatan yang dilaksanakan oleh, dari dan bersama masyarakat, untuk memberdayakan
dan memberikan kemudahan kepada masyarakat guna memperoleh pelayanan kesehatan
bagi ibu dan anak balita.
Sistem lima meja yaitu meja I pendaftaran oleh kader Posyandu, meja II penimbangan
dan pemantauan tumbuh kembang oleh kader Posyandu, meja III pengisian KMS atau
buku KIA oleh kader, meja IV Penyuluhan KIA termasuk tumbuh kembang, kelas ibu
hamil, pemberian kapsul vitamin A, tablet tambah darah, pemberian makanan tambahan,
meja V pelayanan dan konseling kesehatan oleh petugas kesehatan, imunisasi, KIA-KB
termasuk stimulasi, deteksi dan intervensi dini tumbuh kembang balita.
Peran fisioterapis disini yakni bekerjasama dengan pemegang program KIA, Promkes,
dalam merencanakan dan melaksanakan kegiatan pokok seperti penyuluhan, senam
hamil, senam nifas, senam bayi, deteksi dini kecacatan dan tumbuh kembang, intervensi
dini kecacatan dan tumbuh kembang.
Evidence Based fisioterapi Bayi-Balita, Bumil-Nifas.
Perubahan kondisi fisik dan psikologis ibu selama kehamilan akan mempengaruhi
pertumbuhan dan perkembangan janin. Perubahan yang terjadi selama kehamilan dapat
disikapi melalui latihan fisik yang baik, benar, teratur dan terukur sesuai dengan fase
kehamilan sampai menjelang persalinan dan selama masa nifas. Beberapa hasil penelitian
seperti yang JillDepledge, dkk.Women’s Health-American Physical Therapy Association
(SOWH)dimuat Research Reports Journal of the APTAVol 85 Issue12 Published
December 2005; membuktikan bahwa latihan fisik yang dilakukan selama kehamilan
dapat mengurangi kejadian persalinan lewat waktu dan memperbaiki skor APGAR.
Selain itu latihan fisik selama masa kehamilan diharapkan secara tidak langsung dapat
meningkatkan kuantitas dan kualitas pelayanan pemeriksaan antenatal sehingga cakupan
kunjungan antenatal dapat tercapai.
Terapi latihan fisik pada masa nifas untuk mempercepat pemulihan kondisi tubuh ibu
setelah melahirkan dan mengembalikan daya tahan jantungparu pada keadaan sebelum
hamil. Senam nifas dengan bentuk latihan ditujukan untuk pinggang bawah termasuk
melakukan gerak ekstensi pinggang, intensitas selama10-20 menit dilakukan segera
setelah persalinan (dalam 3 hari perawatan setelah persalinan normal), dilanjutkan dengan
latihan inti bersifat aerobik dengan jalan perlahan untuk jarak pendek selama 10-20
menit, frekuensi 3 kali seminggu. Latihan Kegel dapat dilakukan bersamaan atau diluar
latihan inti dan senam nifas.
Senam bayi merupakan bentuk permainan gerakan pada bayi, yang bertujuan untuk
merangsang pertumbuhan dan perkembangan, serta kemampuan pergerakan bayi secara
optimal. Selain itu untuk mengetahui jika terjadi perkembangan yang salah secara dini.
Ini merupakan tindakan antisipasi yang tepat untuk penanganan agar bayi tumbuh normal.
Senam bayi sangat penting karena ini merupakan salah satu usaha untuk
mengoptimalisasikan proses tumbuh kembang pada bayi. Segala aspek yang dibutuhkan
untuk tumbuh kembang bayi bisa tercapai dan terpenuhi.

B. Fisioterapi di Posyandu Lanjut usia atau Posbindu


Posyandu Lanjut usia atau Pos Pembinaan Terpadu Penyakit Tidak Menular (Posbindu
PTM) adalah wadah pelayanan kepada lansia atau kelompok resiko tinggidi masyarakat
dengan menitikberatkan pelayanan kesehatan promotif/preventif.
Fisioterapis berperan untuk mengatasi hal-hal yang berhubungan dengan gangguangerak
fungsional, aktivitas sehari-hari, aktivitas perawatan diri dan adaptasi denganlingkungan
sosial lansia. Teknologi fisioterapi yang dapat digunakan untukmenyelesaikan masalah
gerak dan fungsi pada lansia, misalnya (1) tes dan latihankeseimbangan baik statis
maupun dinamis, (2) latihan pencegahan osteoporosis, (3)latihan fisik untuk menjaga
kebugaran jasmani, (4) latihan fisik untuk menjagamobilitas dan postur, (5) teknik
mengangkat dan mengangkut, (6) teknik perlindungansendi, (7) teknik konservasi energi
(8) teknik peningkatan kekuatan otot danmemperbaiki koordinasi, (9) aksesibilitas
lingkungan dengan pembuatan teknologitepat guna. Fisioterapis berkolaborasi dengan
pemegang program:Lansia, PTM, Promkes, Tradisional Komplementer, Gizi, Perawatan
Kesehatan Masyarakat serta lintas sektor dengan kader,keluarga, tokoh agama dan
masyarakat dalam melaksanakan program diatas.

Evidence Based FisioterapiLanjut Usia.


Fisioterapis dapat mencegah dan menangani penyakit kronik serta kecacatanpada orang
lanjut usia melalui aktifitas dan terapi latihan. Berikut ini terdapatbeberapa informasi
yang menunjukan kontribusi fisioterapi dalam menjaga individuuntuk tetap aktif seiring
bertambahnya usia, khususnya peran fisioterapis dalammemelihara kondisi kesehatan
secara umum, mencegah dan menangani penyakitkardiovaskuler dan melawan masalah-
masalah persendian. Individu berusia lanjutyang terlibat dalam aktifitas fisik secara
teratur menunjukan peningkatankeseimbangan, kekuatan, koordinasi, kontrol motorik,
fleksibilitas dan daya tahan. Aktifitas fisik dapat menurunkan resiko jatuh sebagai
penyebab terbesar kecacatanpada usia lanjut. Penelitian dari Eriksson dkk, yang
melibatkan individu dengan resikopenyakit kardiovaskular setelah melakukan latihan
yang disupervisi oleh fisioterapis,sejalan dengan adanya konseling dari ahli gizi,
menunjukan perkembangan yangsignifikan pada tekanan darah, berat badan, kualitas
hidup dan indikator kesehatanlainnya. Begitu juga menurut Pate, jika setiap orang
berjalan dengan kecepatan 4,8-6,4kph (3-4 mph) di setiap hari, sekitar 30% kematian per
tahun akibat penyakitkardiovaskuler dapat dicegah. Hal ini ditunjang oleh penelitian Huf
yakni berjalan 4,8kph selama 5 jam/minggu dapat menurunkan resiko stroke sebanyak
46%dibandingkan dengan mereka yang tidak melakukan latihan. Latihan mempunyai
perandalam mencegah dan mengontrol diabetes, ini dibuktikan oleh penelitian
Fenicchiadkk yakni baik latihan dengan tahanan maupun aerobik efektif dalam
menurunkanintoleransi glukosa dan menurunkan resiko diabetes tipe 2. Hal ini didukung
olehpenelitian Dunstan dkk, dimana latihan dengan tahanan yang dilakukan
secaraprogresif dan dengan intensitas tinggi, dikombinasikan penurunan berat
badansedang, efektif dalam mengontrol tingkat gula darah pada pasien lanjut usia
yangmengidap diabetes tipe 2.

C. Fisioterapi Upaya Kesehatan Sekolah,


Keterpaduan fisioterapi dengan pemegang program UKS, Promkes, Kesling, Gizi,
kesehatan gigi dan kesehatan remaja serta pihak sekolah, meliputi: (1) Keterampilan
gerak fungsional, aksesibilitas tata ruang, penggunaan-kesesuaian alat bantu,berpindah
posisi, pengaturan posisi, deteksi dini kecacatan, uji dan peningkatan kebugaran jasmani;
dan kemampuan mengikuti pendidikan mencakup : gerak motorik kasar/ gerak visual-
spasial,pengaturan sikap dan posisi, persiapan tugas workshop, bermain dan rekreasi.
(2) Pelayanan Kesehatan, dalam bentuk; pendidikan kesehatan seperti pengelolaan
kondisi khusus (flat foot, scoliosis), praktik penanganan cedera olahraga akut secara
sederhana dengan metode protection, rest, ice, compress, elevation(PRICE), program
latihan fisik spesifik bagi penderita masalah fisik misal latihan khusus obesitas, senam
otak/latihan vitalisasi otak. (3) Pembinaan lingkungan; sarana prasarana untuk
beraktivitas fisik / olahraga yang sehat dan aman bagi anak sekolah, pembudayaan
peregangan antar jam pelajaran, adanya ruang poliklinik sekolah.

Evidence BasedFisioterapi UKS.


Seperti dalamRole of Physical Therapists in the Educational Model Ages 3-21, dari Area
Education Agency Iowa USA, 2014, pelayanan fisioterapi anak di sekolahan bertujuan
untuk mobilitas yang baik mencakup :functional mobility skills, architectural
accessibility, utilizing appropriate assistive devices, transfers, positioning; dan
kemampuan mengikuti pendidikan mencakup : gross motor/visual motor, positioning,
pre-vocational tasks, play and leisure activities.

D. Fisioterapi Home Care


Pasien sebagai kelanjutan rawat inap, keterpaduan fisioterapi dengan program Perkesmas,
Lansia, dan upaya penyembuhan,restorasi (ADL) dan rehabilitasi (kerja dan
bermasyarakat) lintas sektor, memberikan latihan mobilisasi seperti transfer dan ambulasi
dengan dan tanpa alat bantu jalan, terapi latihan atau terapi manual.
Memasyarakatkan dan memandirikan pelayanan fisioterapi home care perlu melibatkan
keluarga, pengasuh dan kelompok pendukung, fisioterapis melakukan komunikasi-
informasi-edukasi-konsultasi terkait tindakan fisioterapi mandiri, pencegahan faktor
resiko, pemakaian pemeliharaan alat bantu, modifikasi alat-perlengkapan-rekayasa
arsitektur sarana dan prasarana rumah tangga, kerja dan bermasyarakat.

Evidence based fisioterapi home care.


Terbukti meningkatkan kesadaran, pengetahuan, dan teknik asuhan fisioterapi pasien oleh
keluarga dan pendamping. Melakukan bantuan pada pasien dan keluarga untuk restorasi
gerak-fungsi tubuh, meningkatkankan kemampuan mobilitas, meredakan nyeri, mencegah
dan membatasi disabilitas permanen akibat cedera dan atau penyakit.Diunggah oleh
Adventist HealthCare Home Care Services, tersebar beberapa kota di USA, yang
mendapat Elite Award for 4th Straight Yearpada Januari 2016.

E. Fisioterapi P3K/tanggap bencana


Keterpaduan fisioterapis dengan dokter, perawat, apoteker-asisten apoteker, Puskesmas
keliling bersama-sama dalam kegiatan P3K maupun tanggap bencana.
Bagi masyarakat di daerah rawan bencana fisioterapis berperan mendesain perencanaan
evakuasi, pelatihan pengamanan diri, pertolongan pertama pada kecelakaan, pertolongan
bantuan hidup dasar, dan mengakses pelayanan keselamatan serta kesehatan lanjut.
Pada tahap tanggap darurat fisioterapis berperan mengorganisir sumber daya, melakukan,
melatih penyelamatan, evakuasi korban, dan meminimalisasi dampak bencana secara
aman, tepat, dan cepat, dengan keterampilan khusus pertolongan korban cidera fisik.
Pada tahap pasca bencana fisioterapis berperan melakukan, melatih penanganan korban
dengan gangguan (impairment), keterbatasan gerak, gangguan fungsi dan hambatan kerja
bermasyarakat.

Evedence Based Fisioterapi Tanggap Bencana.


Seperti dilaporkan dalam diskusi topik disarter management dalam World Confederation
for Physical Therapy Congres (WCPT)tahun 2011, bahwa fisioterapis berserta
mahasiswa fisioterapi beberapa kali terlibat dalam program panjang pada wilayah konflik
dan area bencana. Berkerja sama dengan berbagai tenaga profesional lain, melakukan :
penyelamatan, pengamanan, pertolongan pertama korban, menyembuhkan, memulihkan,
membangun kehidupan kembali dan meningkatkan kualitas hidup.

F. Fisioterapi Upaya Kesehatan Kerja


Dalam upaya peningkatan kesehatan, keselamatan dan produktivitas kerja, fisioterapis
berkolaborasilintas profesi dan lintas sektoral dengan tenaga kerja, pengusaha dan
pemerintah.
Pelayanan fisioterapi berperan pada tahap pra kerja, penempatan kerja dan persiapan
pensiun.Tahap pra kerja fisioterapis melakukan skrining dan pelatihan ketrampilan gerak
fungsional.Tahap penempatan kerja fisioterapis berperan mendesain dan melaksanakan
program kondisi serta perilaku kerja aman.Kondisi kerja aman adalah desain tata ruang,
tata alat kerja, dan alat pelindung diri.Advokasi penerapan ergonomi (penyerasian
manusia dengan mesin dan alat-alat kerja), modifikasi sarana, prasarana dan alat kerja
disesuaikan dengan kondisi fisik dan kemampuan gerak fungsi individu pekerja.Perilaku
kerja aman adalah sikap dan gerak tubuh, alur kerja, waktu kerja dan istirahat serta
pemulihan. Pendidikan dan penyuluhan kesehatan kerja, Perilaku Hidup Bersih dan Sehat
(PHBS) di tempat kerja, pemeliharaan kebugaran pekerja melalui kegiatan olahraga dan
pemeliharaan berat badan ideal.Pelayanan kuratif diberikan kepada pekerja yang sudah
memperlihatkan gangguan kesehatan /gejala dini dengan intervensi terapi dan mencegah
komplikasi. Pelayanan rehabilitatif pelatihan gerak fungsi pemulihan kesehatan,
pemberian alat bantu jalan agar tetap bekerja, dan advokasi perlindungan kerja/tempat
tinggal.Tahap persiapan pensiun, fisioterapis melatih dan melakukan metode - teknik
fisioterapi lansia, meliputi peningkatan fungsi fisik (mobilitas, keseimbangan, koordinasi
dan penguatan), menurunkan resiko jatuh, meningkatkan kesehatan jantung paru,
meningkatkan kualitas tidur, dan memperlambat demensia

Evidence Based Fisioterapi Kesehatan Kerja.


Jim McKillip dkk. dalam kelompok Therapeutic Associates Physical Therapy, sejak
tahun 1950an, memberikan pelayanan ergonomidi beberapa kota di USA, dengan
cakupan : identifikasi gangguan ergonomi (ergonomic hazards), tanda-gejala gangguan
ergonomi (ergonomic-related signs and symptoms), pencegahan dan mitigasi resiko
ergonomi (ergonomic risk mitigation and prevention), dan mengembangkan rancangan
sarana kerja (improve workstation setup).

G. Fisioterapi Kesehatan Olahraga


Fisioterapis berkolaborasi lintas profesi dan lintas sektor dengan dokter, pelatih olahraga,
fisioterapis olahraga, instruktur senam, guru olahraga. Fisioterapi melakukan upaya
promotif, preventif, kuratif dan upaya pemulihan cedera olahraga. Kegiatan yang dapat
dilakukan yaitu : (a) Pendataan kelompok / klub olahraga yang dibina; dengan sasaran
semua kelompok/klub olahraga yang ada di wilayah kerja Puskesmas (b) Penyuluhan
kesehatan olahraga kepada kelompok sasaran yang dibina yakni bumil, nifas, bayi, anak
sekolah, lansia. (c) pemeriksaan kesehatan kepada kelompok sasaran berupa tanda-tanda
vital, BB,TB, IMT, dan pemeriksaan laboratorium sederhana (GDP, as urat dan
kolesterol). (d) pelayanan kesehatan olahraga sebagai instruktur pada senam hamil, senam
nifas, senam bayi, senam otak, senam lansia dan senam-senam PTM. Khusus untuk
senam penyakit kronis / penyakit tidak menular (senam prolanis) menjalin kerjasama
lintas sektor dengan BPJS Kesehatan Cabang (e) pengukuran tingkat kebugaran (f)
konsultasi kesehatan olahraga, ini dilakukan setelah pelayanan senam hamil, senam nifas,
senam bayi, senam otak serta senam-senam PTM/Prolanis, tes kebugaran atau cedera
olahraga (g) menjadi anggota tim kesehatan pada kegiatan olahraga.
Evidence Based Fisioterapi Olahraga.
Dimuat dalam Journal Physical Therapy in Sport Volume 20 July 2016, by International
Federation Of Sports Physioterapy (IFSP), Inggris-Eropa, mencakup antara lain
diagnosis, penanganan dan pencegahan cedera. Adanya fisioterapis di KONI, PSSI sejak
tahun 1970, PBSI sejak 1997, adanya fisioterapis Indonesia di klub sepakbola Trengganu
City Football Club Malaysia .

H. FisioterapiKuratif – Restoratif.
Ditujukan untuk mempercepat proses penyembuhan, memperkecil gangguan,
keterbatasan dan ketidakmampuan gerak-fungsi tubuh, mencegah kecacatan, problem
nyeri, penyakit/kelainan tubuh (terutama penyakit tidak menular), dan penyakit radang
kronis.Fisioterapis melakukan pelayanan fisioterapi sesuai dengan
kewenangannyamelakukan asesmen, diagnosis fisioterapi, rencana intervensi, intervensi
serta evaluasi dan dokumentasi. Berkolaborasi dan bersinergi dengan tenaga kesehatan
lain, menerima pasien/klien rujukan dan tanpa rujukan. Intevensi tindakan fisioterapi
termasuk komunikasi-informasi-edukasi-konsultasi untuk upaya penyembuhan dan
kemampuan gerak-fungsi aktifitas hidup harian, interaksi dalam keluarga dan masyarakat.
Evidence Based Fisioterapi Kuratif-Restoratif.
Pemetaan pelayanan fisioterapi oleh Direktorat Bina Pelayanan Keperawatan pada 14 RS
Klas B,C, mendapatkan angka rerata 19,223 kunjunganFebruari-Maret 2011, Cenderung
meningkat sesuai fenomena transisi epidemiologi-demografi.

I. Fisioterapi Rehabilitasi Bersumberdaya Masyarakat (RBM).


Peran fisioterapi meningkatkan pengetahuan, ketrampilan, kesadaran masyarakat dengan
menggunakan seluruh potensi yang ada di masyarakat baik sumberdaya alam dan
sumberdaya manusianya dalam mengatasi penyandang disabilitas, termasuk pendekatan
lintas sektor, pemeritah setempat, tokoh masyarakat, tokoh agama, keluarga penca dalam
pembangunan kesehatan.
Evidence Based Fisioterapi RBM.
Lembaga swadaya rehabilitasi bersumberdaya masyarakat pertama di Indonesiaadalah
Pusat Pengembangan dan Pelatihan Rehabilitasi Bersumberdaya Masyarakat (PPRBM)
Solo, didirikan tahun 1978 oleh Dr. Handojo Tjandrakusuma selaku Direktur Akademi
Fisioterapi DepKes RI. Karya lembaga PPRBM dirintis melalui KKN mahasiswa Akfis
tahun 1974. Terbukti sukses untuk menjangkau dan melayani para penyandang cacat,
terutama anak-anak cacat, yang tinggal di desa-desa, yang jauh dari jangkauan pelayanan
institusi yang biasanya ada di kota.
BAB IV. KEBIJAKAN PENGEMBANGAN FISIOTERAPI DI PUSKESMAS

A. Pelayanan Fisioterapi : Upaya Kesehatan Pengembangan Puskesmas.


Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota adalah satuan kerja pemerintahan daerah
kabupaten/kota yang bertanggung jawab menyelenggarakan urusan pemerintahan dalam
bidang kesehatan di kabupaten/ kota. Berwenang menetapkan upaya
kesehatanpengembangan inovasi dan/atau bersifat ekstensifikasi dan intensifikasi pelayanan,
disesuaikandengan prioritas masalah kesehatan, kekhususan wilayah kerja danpotensi
sumber daya yang tersedia di masing-masing Puskesmas. Dengan kecenderungan
meningkatnya penyakit tidak menular, akibat kurang gerak, degeneratif usia lanjut, obesitas,
kecelakaan kerja, lalu lintas, cedera olahraga, dan penyakit kronis, diperlukan pelayanan
fisioterapi.
Pelayanan fisioterapi di Puskesmas perlu ditata berdasarkan deskripsi dancakupan
pelayanan yang ada melalui regulasi tentangPedoman Pelayanan Fisioterapi di
Puskesmas. Serta secara teknis perluketerlibatan dan dukungan dari Kepala Dinas
Kesehatan kabupaten/kota dankhususnya Kepala Puskesmas serta seluruh komponen
yang terkait (lintas program danlintas sektoral) bersinergi dan berintegrasi dalam
pelayanan kesehatan esensialmaupun pengembangan (khususnya fisioterapi) di
Puskesmas.
Hal ini sejalan dengan yang tersurat dalam Peraturan Presiden Nomor 72 Tahun 2012
Tentang Sistem Kesehatan Nasional.
B. Tatakelola Pelayanan Fisioterapi di Puskesmas.
Penetapan perintisan pelayanan fisioterapi di Puskesmas didahului dengan analisis
kebutuhan dan besarannya. Pada Bab I nomor C diatas tertulis 6 langkah : pengumpulan data
kasus untuk fisioterapi, perekrutan fisioterapis, penyediaan sarana, peralatan, manajemen,
pencatatan dan pelaporan pelayanan.
Tujuan utama tatakelola yaitu mewujudkan pelayanan fisioterapi di Puskesmas
secaraoptimal berdayaguna dan berhasil gunaSasaran : (a) terwujudnya pelayanan fisioterapi
kesehatan masyarakat baik UKM& UKP sesuai standar operasional pelayanan dan etika
profesi, (b) terwujudnyamanajemen Puskesmas khususnya pelayanan fisioterapi yang efektif
dan efisien dalammencapai pelayanan bermutu, praktis, terjangkau (c) terwujudnya sistem
informasipelayanan fisioterapi yang terintegrasi dengan sistem informasi kesehatan (SIK),
(d)terwujudnya jenjang kemitraan yang sinergis dengan berbagai program dan sektoryang
ada, (e) masuknya fisioterapis dalam jumlah minimal tenaga kesehatan sumberdaya manusia
Puskesmas yang bisa dihitung berdasarkan analisis beban kerja, denganmempertimbangkan
jumlah pelayanan yang diselenggarakan, jumlah penduduk dan persebarannya, karakteristik
wilayah kerja, luas wilayah kerja.

C. Rekomendasi Kepada Pemerintah


Keberadaan fisioterapis di Puskesmas merupakan upaya pembaharuan (inovasi)
dalam menunjang upaya kesehatan masyarakat maupun perorangan, serta sebagai “agen”
perubahan sehingga individu, keluarga dan atau kelompok masyarakat akan lebih sehat,
bugar dan produktif. Keberadaanpelayanan fisioterapi di Puskesmas berperan dalam
penghematan biaya kesehatan terutama pada tingkat promotif dan preventif serta akses
langsung pada kuratif, restoratif dan rehabilitatif.
Hal ini sejalan dengan yang tersurat dan tersirat dalam Peraturan Menteri Kesehatan Nomor
75 Tahun 2014 tentang Puskesmas.
Pejabat instansi Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota adalah satuan kerja pemerintahan
daerah kabupaten/kota, perlu merumuskan pengusulan pelayanan fisioterapi sebagai
pengembangan pelayanan kesehatan, yang bertujuan mendukung capaian program
Puskesmas khususnya terkait pengendalian penyakit tidak menular kaitannya dengan
problem gerak-fungsi tubuh, diperlukan penyusunan kebijakan JKN oleh pemerintah pusat
dengan mencakup pelayanan Fisioterapi didalamnya.
Pembinaan dan pengawasan termasuk akreditasi pelayanan Fisioterapi mengikuti
kebijakan yang ada di Puskesmas.
DAFTAR REFERENSI

ACSM’s, 2005 ; Guidelines For Exercise Testing and Prescription ; Seventhedition,Lippincott Williams
& Wilkins

Behrens, B.J. 1996 ; Physical Agents for the Physical Therapist Assistant ; Daviscompany, Philadelphia

Brook G, Brrayshaw E, Coldron Y., 2013 ; Physiotherapy in Women Health; dalamStuartPorter – Tidys
Physiotherapy, edisi 15, Butterwoth Heinemann

Cameron, M. 1999 ; Physical Agents in Rehabilitation ; W.B. Sauder com

Demuth Elisabeth, 2000 ; Senam Otak ; Pusat Latihan Yayasan Kesehatan GMIMTomohon, Sulawesi
Utara

Eman Friets, 2015 ; Model Pelayanan Fisioterapi di Puskesmas ; Temu Ilmiah TahunanFisioterapi ke 30
Makassar

Gaccione A., 2000 ; Geriatric Physical Therapy ; Second Edition, Mosby

Handojo Tjandrakusuma ; 1991 : Conceptual Framework of CBR and Some Strategic

Issues on It’s Implementation, PPRBM Prof. Dr. Soeharso – YPAC Pusat.

International Classification of Functioning, Disability and Health (ICF); dikutip


darihttp://www.handicapincifre.it/document/ICF.18.pdf

Kemenkes RI, 2010 ; Panduan Teknis Latihan Fisik Selama Kehamilan & Nifas; DirjenBina Kesehatan
Masyarakat

Kepmenkes RI No 376 Tahun 2007 Tentang Standar Profesi Fisioterapi

Marilyn Moffat, 2013 ; Movement for Health – Physiotherapy promotif and preventif ;World Physical
Therapy Day, dikutip dari http://www.wcpt.org/wptday
Permenkes No. 80 Tahun 2013 Tentang Penyelenggaraan Pekerjaan dan PraktikFisioterapis

Permenkes No. 75 Tahun 2014 Tentang Puskesmas

Pedoman Deteksi Dini Kecacatan Anak ; 2006 : Departemen Sosial RI ; DirektoratJenderal Pelayanan
Dan Rehabilitasi Sosial.

Petty Nicola, 2006 ; Neuromusculoskeletal Examination and Assessment ; Thirdedition, Elsevier


Churrchill Livingstone, New York.

Polden M and Mantle. J., 1997 ; Physiotherapy In Obstetrics and Gynaecology,Butterworth – Heinemann

Settles B, 2003 ; Special Area’s of Therapeutic Exercise in Women Health: Obstetric And Pelvic Floor,
dalam StuartPorter – Tidys Physiotherapy, edisi 13, ButterwothHeinemann

Shumway Cook, 2001 ; Motor Control Theory and Practical Applications ; secondedition, Lippicott,
Williams & Willkins

Sri Surini dan Budi Utomo, 2002 ; Fisioterapi Pada Lansia ; Penerbit Buku Kedokteran,EGC

Susan Edwards, 2002 ; Neurological Physiotherapy – A Problem Solving Approach;second edition,


Churchill Livingstone

Takarini Nawangsasi, 2014 ; Stimulasi perkembangan motorik dan kecerdasan anak;TITAFI Tangerang

WCPT, 2005, 2007 ; Position Statemen – WCPT Guidelines for Physical TherapistProfessional; London-
UK, retrieved from www.wcpt.org
Lampiran 1 Persyaratan Peralatan Puskesmas

Ruangan : Praktik Fisioterapi

Jumlah Minimum Barang


No. Jenis Barang Puskesmas Non Puskesmas Rawat
Rawat Inap Inap
I. Set pemeriksaan fisioterapi
1 Spignomanometer dewasa 1 buah 1 buah
2 Stetoskop 1 buah 1 buah
3 Termometer 1 buah 1 buah
4 Timbangan BB dewasa 1 buah 1 buah
5 Timbangan BB bayi 1 buah 1 buah
6 Pengukur tinggi badan 1 buah 1 buah
(microtoise)
7 Palu refleks dan tes sensasi 1 buah 1 buah
8 Goniometer 1 buah 1 buah
9 Midline (pengukur antropometri 1 buah 1 buah
tubuh)
10 Stop watch 1 buah 1 buah
11 Penlight 1 buah 1 buah

II. Bahan habis pakai

1 Alkohol Sesuai kebutuhan Sesuai kebutuhan


2 Tissue roll Sesuai kebutuhan Sesuai kebutuhan
3 Gel Ultrasound Sesuai kebutuhan Sesuai kebutuhan
4 Masker Sesuai kebutuhan Sesuai kebutuhan
5 Cairan handrub Sesuai kebutuhan Sesuai kebutuhan
6 Sabun handwash Sesuai kebutuhan Sesuai kebutuhan
7 Lotion Sesuai kebutuhan Sesuai kebutuhan
8 Taping Sesuai kebutuhan Sesuai kebutuhan

III. Perlengkapan tindakan

1 Tempat tidur 1 buah 1 buah


2 Bantal 1 buah 1 buah
3 Matras 80 cm x 200 cm 6 buah 6 buah
4 Matras 150cmx200cm 2 buah 2 buah
5 Sprei 1 buah 1 buah
6 Tirai Sekat 2 buah 2 buah
7 Jam/timer 1 buah 1 buah
8 Lemari alat 1 buah 1 buah
9 Kabel kombinasi 2 buah 2 buah
10 Infra Red 1 buah 1 buah
11 Nebulizer 1 buah 1 buah
12 Cold pack/hotpack 1 buah 1 buah
13 Ultrasound therapy 1 buah 1 buah
14 Physio ball 1 buah 1 buah
15 TENS 1 buah 1 buah
16 Cermin latihan 100cm x 200cm 1 buah 1 buah
17 Sepeda statis 1 buah 1 buah
18 Kruk adjustable 1 pasang 1 pasang

IV. Meubelair

1 Kursi kerja 2 3
2 Lemari arsip 1 1
3 Meja 1/2 biro 2 2

V. Pencatatan dan pelaporan

1 Buku register pelayanan di poli


fisioterapi Sesuai kebutuhan Sesuai kebutuhan
2 Buku register FT di posyandu
bayi/balita Sesuai kebutuhan -
3 Buku register FT di
posyandu/posbindu Sesuai kebutuhan -
4 Buku register FT di kesehatan
olah raga Sesuai kebutuhan -
5 Formulir rujukan FT Sesuai kebutuhan Sesuai kebutuhan
6 Formulir inform consernt Sesuai kebutuhan Sesuai kebutuhan
7 Map rekam medik FT (RMF) Sesuai kebutuhan Sesuai kebutuhan
Lampiran 2
SOP Fisioterapi
Puskesmas : Kebijakan Kepala Puskesmas
........ No. Dok : ............... No. Revisi : ....... Halaman : .....
Ditetapkan Oleh Kepala
Puskesmas ......
Pelayanan Fisioterapi
Tanggal Terbit : ........
Puskesmas ........
Nama
Nip

Pengertian 1. Fisioterapi adalah pelayanan kesehatan yang ditujukan kepada


individu dan atau kelompok untuk mengembangkan, memelihara
dan memulihkan gerak dan fungsi tubuh sepanjang daur
kehidupan dengan menggunakan penanganan secara manual,
peningkatan gerak, peralatan (fisik, elektroterapeutis dan
mekanis), pelatihan fungsi dan komunikasi
2. Fisioterapis adalah seseorang yang telah lulus pendidikan
fisioterapi sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang
berlaku
3. Profesionalisme fisioterapi ialah wawasan mencakup ilmu
pengetahuan teknologi, sumpah profesi, kode etik dan standar
praktek yang diakui/dikeluarkan oleh organisasi profesi
fisioterapi
4. Pasien rawat inap ialah pasien yang dirawat inap di Puskesmas
.....
5. Pasien rawat jalan ialah pasien yang datang berobat ke
Puskesmas ......
6. Pasien kunjungan rumah ialah pasien yang dikunjungi untuk
perawatan di rumah sebagai kelanjutan rawat inap
Tujuan Terlaksananya pelayanan fisioterapi profesional pada pasien yang
dirawat inap, rawat jalan dan kunjungan rumah di Puskesmas
......
Ruang Lingkup Kebijakan ini sebagai pedoman bagi pengelolaan dan pelayanan
fisioterapi di lingkungan Puskesmas .....
Kebijakan 1. Pelayanan fisioterapi dilaksanakan sesuai dengan visi, misi dan
tujuan Puskesmas, dan sesuai dengan profesionalisme fisioterapi
yang lazim
2. Pelayanan fisioterapi ditujukan kepada pasien rawat inap, rawat
jalan dan kunjungan rumah Puskesmas .......
3. Pengelolaan dan pengembangan pelayanan dan sumber daya
fisioterapi disesuaikan dengan kebutuhan pasien, kemampuan
Puskesmas dan berpedoman pada profesionalisme fisioterapi
4. Pengelolaan pelayanan fisioterapi dipimpin oleh seorang
fisioterapis yang kualifikasinya memadai sesuai dengan tugas
dan tanggung jawabnya

Puskesmas : Prosedur Rujukan Pasien Rawat Jalan


........ No. Dok : ............... No. Revisi : ....... Halaman : .....
Ditetapkan Oleh Kepala
Puskesmas ......
Pelayanan Fisioterapi
Tanggal Terbit : ........
Puskesmas ........
Nama
Nip

Pengertian Prosedur rujukan pasien rawat jalan adalah memuat tatacara pasien
rawat jalan untuk mendapatkan dan menyelesaikan pelayanan
fisioterapi di Puskesmas

Tujuan Terlaksananya pelayanan fisioterapi untuk pasien rawat jalan


dengan cepat, tepat, efisien dan professional

Ruang lingkup Prosedur ini pedoman bagi fisioterapis, dokter, perawat dan tenaga
kesehatan lain, dalam rangka rujukan masuk dan rujukan keluar
pasien fisioterapi di Puskesmas .......

Prosedur 1. Individu dan atau kelompok masyarakat merasakan problem dan


kebutuhan akan kesehatan gerak fungsional dirinya,
memeriksakan diri
a. dokter keluarga, lingkungan RS/Puskesmas, dokter manapun
juga
b. langsung ke ruang praktik fisioterapis
2. Pasien dengan membawa surat rujukan dokter mendaftar di
ruang praktik fisioterapis
3. Fisioterapis menerima dan melayani pasien sesuai dengan
kewenangan dan ketentuan institusi, dalam proses yang terbuka
dan melaporkan hasil evaluasi pelayanan sebagai rujukan balik
kepada dokter perujuk
4. Fisioterapis bekerja terintegrasi ,berkolaborasi dengan dokter,
perawat dan profesi lain dalam memberikan pelayanan pada
pasien
5. Fisioterapis mengevaluasi / reasesmen pasien
6. Fisioterapis merujuk balik ke dokter perujuk awal
7. Dokter menetapkan penghentian/lanjut pelayanan fisioterapi
8. Pasien melakukan penghentian/lanjut pelayanan fisioterapi pada
dirinya
9. Fisioterapis membuat dokumentasi dan administrasi pelayanan

Dokumen terkait 1. formulir rujukan pasien disediakan di r.poliklinik rawat jalan


2. formulir catatan proses dan tindakan fisioterapi di r. praktik
fisioterapi
3. Resume pelayanan Fisioterapi
4. formulir rujukan kembali di Ruang Praktik Fisioterapi
5. Lampiran diagram alir dan blok rujukan fisioterapi pasien rawat
jalan

Lampiran 3.1
Contoh Formulir Asesmen Pasien Fisioterapi

Logo Puskesmas.................................. Label Identitas Pasien


Puskesmas
Jl.......................................

ASESMEN

Tanggal: Jam:

A. Anamnese: ⃝ Autoanamnese ⃝ Heteroanamnese

1. Keluhan Utama

2. Riwayat Penyakit Sekarang

3. Riwayat Penyakit Dahulu dan Penyerta

B. Pemeriksaan Fisik

1. Tanda-tanda vital

Tanda Vital: Kemampuan Fungsional Gambar Lokalis

1. Tensi............mmHg 1. Tidur/bedrest/gendong Tunjukkan daerah yang bermasalah


2. Jalan Sendiri
2. Freq Nadi ..... x/mnt 3. Kursi Roda

3. Suhu: ............... 4. Alat Bantu: ............

5. Prothese: ................
4. Freq Nafas: ..x/mnt

6. Deformitas : ...........
5. Skor Nyeri: ...
7. Resiko Jatuh: .............

8. Lain-lain: ................

8. Lain-lain: ................

2. Pemeriksaan Khusus :

a. Pediatri:

b. Musculoskeletal:

c. Neuromuscular:

d. CardioPulmonal:

a. Integument:

3. Data Penunjang

a. Radiologi :

b. EMG :

c. Laboratorium:

a. lain-lain:

C. Kondisi Kesehatan (ICD-10) :

D. Diagnosis Fisioterapi:

E. Program/Rencana Terapi:
F. Intervensi:

Tanggal Intervensi Tempat / area yang diterapi

1.

2.

3.

4.

5.

F. Evaluasi

Tanggal: ........... Jam: ........

Tanda Tangan dan Nama Terang Fisioterapis

(.....................................................)

Contoh Formulir Telaah Sistemik Fisioterapi

Sistim kardio/pulmonal : Normal Tidak

Denyut nadi :

Respiratori Rate:

Tekanan darah:

Oedema :

Sistem Integumentary,
Gangguan integument :

Pemerataan warna kulit :

Plak (tekture) :

Sistim Muskuloskeletal,

Kesimetrisan,

Berdiri :

Duduk :

Spesifikasi aktifitas :

ROM umum :

Kekuatan umum :

Lainnya :

Tinggi Badan:

Berat Badan:

Sistim Neuromuskuler

Langkah :

Lokomotor :

Keseimbangan :
Fungsi motorik :

Komunikasi, Afektif, Kognisi, Cara belajar

Komunikasi :

Orientasi (orang, tempat, waktu) :

Emosi :

Hambatan belajar,

 Tidak ada
 Penglihatan
 Pendengaran
 Tidak mampu membaca
 Tidak dapat memahami apa yang dibaca
 Pemahaman bahasa
 Lain lain

Kebutuhan belajar,

 Proses Penyakit
 Keamanan
 Penggunaan alat bantu
 Aktifitas sehari hari
 Program Latihan
 Lain lain

Dengan apa pasien dapat belajar

 Gambar
 Membaca
 Mendengar
 Demonstrasi
 Lainnya
Tanggal: ........... Jam: ........

Tanda Tangan dan Nama Terang Fisioterapis

(.....................................................)
Lampiran 3.

Contoh FormulirIntervensi Dan Monitoring Fisioterapi

Nama/Umur/Jenis :

Alamat /Telp. :

Perkembangan Paraf
No. Tgl. Tindakan (S=Subyektif; O=Obyektif; Fisio
A=Asesmen; R=Rencana.) terapis

S:

O:

A:

R:
Lampiran 3.7

Formulir Catatan Klinis/Resume Fisioterapi

Tgl : . . . . . . . . . . . . . . .

Nama/Umur/Jenis :........................................

Alamat /Telp. :. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .

1. Dokter yang merujuk :. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .

Pemeriksaan Awal/Diagnosis:. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .

Tujuan rujukan ke fisioterapi :. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .

2. Kondisi awal,

Gejala/sindroma :. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .

. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .

Kondisi Kesehatan (ICD-10) : . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .

Status gangguan gerak fungsional/

Parameter / Pengukuran :. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .

Diagnosis fisioterapi :. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .

3. Kondisi akhir,

Gejala/sindroma :. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .

Status gangguan fungsional/

Parameter :. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .

Diagnosis fisioterapi :. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .

4. Hambatan keberhasilan :. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .

5. Rekomendasi tindak lanjut :. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .

Fisioterapis,

( ........................................ )
SIP :
LOGO
PUSKESMAS Lampiran 3.2Form rujukan masuk

Kepada Yth:
Bagian/ Ruang Fisioterapi Puskesmas …..
Dengan hormat,
Bersama ini kami kirimkan penderita :
Nama / Umur/Jenis : . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . /.. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .. . . . . . . . . . . .
Hasil Pemeriksaan : . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .. . . . . . . . . . . .
Diagnosis : . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .. . . . . . . . . . . . .
Tujuan/Harapan Rujukan : . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
Harapkiranya dapat diberikan pemeriksaan dan tindakan fisioterapi;
Atasnya diucapkan terima kasih
Puskesmas ....... , tempat, tgl. ......
Dokter Puskesmas

Dr. ……………..

Lampiran 3.3 Form Rujukan Keluar


LOGO
PUSKESMAS Tempat, tgl..........
Kepada Yth.
Ruang Praktik Fisioterapi . . . . . . . . . . . . . . . . .. . . . . . . . . . . . .

Dengan Hormat,
Kami kirim, penderita:
Nama / Umur/Jenis : . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . /.. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
Pemeriksaan Awal/Diagnosis :. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .. . . . . . . . . . . .. . . .

Telah dilakukan pemeriksaan dan tindakan fisioterapi:


• Kondisi Kesehatan (ICD-10) : . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
• Diagnosis Fisioterapi :. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .. . . . . . . . . . . .. . . . . . . . . . . .
• Pemeriksaan-Pengukuran :. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .. . . . . . . . . . . .. . . . . . . . . . . .
Metode/Teknik/Modalitas dg. Dosis (FITTR)
Metode/Teknik/Modalitas : . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .. . . . . . . . . . . .. . . . . . . . . . . .. . .
• Frekuensi :. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .. . . . . . . . . . . .. . . . . . . . . . . .. . . . .
• Intensitas :. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .. . . . . . . . . . . .. . . . . . . . . . . .. . . . .
• Tipe :. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .. . . . . . . . . . . .. . . . . . . . . . . .. . . . .
• Waktu/Durasi :. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .. . . . . . . . . . . .. . . . . . . . . . . .. . . . .
• Pengulangan :. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .. . . . . . . . . . . .. . . . . . . . . . . .. . . . .
• Terlaksana Seri : ........ . . . . . Tgl . . . . .. .. ... . . .. .s/d. . . . . . . . . . . .. . . . . . . . . . . .. . . . .
Evaluasi : ...................... . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .. . . . . . . . . . . .. . . . . . ..
. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .. . . . . . . . . . . .. . . . . . . .
. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .. . . . . . . . . . . .. . . . .. . .
Pengukuran : . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .. . . . . . . .
. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .. . . . . . . . . . . .. . . . . . .

Atas kepercayaan yang diberikan kepada fisioterapis, kami ucapkan terimakasih.


Hormat kami,

............
Fisioterapis

Lampiran 3.4

Contoh FormulirInformed Consent Pelayanan Fisioterapi

Yang bertanda tangan dibawah ini :


Nama : …………………………………………………………......

Umur/Jenis : ………...……………………………………………………

Alamat : ……………………………………………………………...

Telah menerima dan memahami informasi yang diberikan mencakup:


a. tata cara tindakan pelayanan fisioterapi.
b. tujuan tindakan pelayanan fisioterapi yang dilakukan.
c. alternatif tindakan lain.
d. risiko dan komplikasi yang mungkin terjadi.
e. prognosis terhadap tindakan yang dilakukan.

Dengan ini menyatakan sesungguhnya memberikan PERSETUJUAN/


PENOLAKAN, untuk dilakukan tindakan fisioterapi :

Terhadap : Diri sendiri/Suami /Istri/Anak/Ayah/Ibu/ ……

Nama/Umur/Jenis :…..…………………………………………………...........

Alamat :………………………………………………………..........

Ruangan/Kamar :...………………………………………………….............

No. Rekam Medik : ………………………………....…………….................

Jakarta, ……………………….

Fisioterapis, Yang membuat pernyataan,

(....….......................)(…………......................)
Lampiran 3.8

Contoh Formulir Keterangan Berobat Fisioterapi

Tanggal,.............................. . . . . .

Bersama ini saya terangkan bahwa :

Nama/Umur/Jenis : . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .

Hasil Pemeriksaan : . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .. . . . . . . . . . . . . .

Kondisi Kesehatan : . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .

Diagnosis Fisioterapi: . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .

Datang berobat sendiri / Atas rujukandari. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .

Perlu berobat/layanan fisioterapi . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .. . . . . . . . . . . . . . . . .

Selama . . . . . . . . . . . kali dari tanggal . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .. . . . . . . . . . . . .

Waktu . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .

Demikian harap menjadi periksa.

Yang membuat keterangan,

Fisioterapis : ............................................................... (Tandatangan)

Nama jelas : . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .

Nomor SIP :. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .

Anda mungkin juga menyukai