Anda di halaman 1dari 5

EFISIENSI IPAL UNTUK MENURUNKAN KADAR COD

(Chemical Oxygen Demand) DI RUMAH SAKIT WIJAYA KUSUMA


PURWOKERTO TAHUN 2016
Baehaqi Avefarizqa1), Suparmin 2)
Jurusan Kesehatan Lingkungan, Politeknik Kesehatan Kemenkes Semarang,
Jl. Raya Baturaden KM 12 Purwokerto, Indonesia

Abstrak

Rumah Sakit Wijaya Kusuma Purwokerto adalah rumah sakit tingkat III yang merupakan badan pelaksana
fungsi tekhnis kesehatan di Wilayah Korem yang saat ini telah dibuka untuk masyarakat umum dan mempunyai 150
tempat tidur yang setiap harinya rata – rata diisi oleh 120 pasien dengan angka BOR (Bed Occupancy Rate) 80%.
Hasil survey pendahuluan pada IPAL bulan November tahun 2015 terdapat permasalahan antara lain COD yang
melebihi batas yang ditentukan menurut Perda Jateng No.05 Tahun 2012. Penelitian ini bertujuan untuk
mengetahui efisiensi IPAL dalam menurunkan kadar COD di Rumah Sakit Wijaya Kusuma Purwokerto. Jenis
penelitian yang digunakan adalah deskriptif dengan metode observasional. Penelitian ini dilakukan dengan
mendeskripsikan proses pengolahan limbah cair di Rumah Sakit Wijaya Kusuma Purwokerto, melakukan
pengukuran parameter air limbah yang meliputi pH, Suhu, Debit, Kadar COD dan perhitungan efisiensi penurunan
COD. Hasil penelitian didapatkan proses pengolahan air limbah yang meliputi bak equalisasi, pretreatment dan
interceptor chamber, anoxic chamber, reactor utama, settling chamber. Hasil pengukuran parameter air limbah
menunjukan pengelolaan limbah cair di Rumah Sakit Wijaya Kusuma Purwokerto sudah termasuk dalam kategori
baik menurut Perda Jawa Tengah No.05 Tahun 2012 namun berdasarkan perhitungan efisiensi IPAL dalam
menurunkan kadar COD hanya mencapai 57,65%. Sebaiknya perlu dilakukan perawatan IPAL yang rutin dan
melakukan pemantauan parameter umum seperti pH, Suhu, dan debit setiap minggu, sehingga sistem IPAL dapat
berfungsi secara maksimal.

Kata Kunci : air limbah rumah sakit, air limbah, COD, Instalasi Pengolahan Air Limbah

I. PENDAHULUAN lingkungan perairan maupun air tanah yang


Pembangunan di bidang kesehatan meliputi : selanjutnya berdampak pada kesehatan masyarakat.
upaya kesehatan dan sumber dayanya yang dilakukan Air limbah merupakan bahan buangan yang
secara terpadu dan berkesinambungan dapat timbul karena adanya kehidupan manusia. Manusia
dirasakan oleh masyarakat secara optimal (Undang- sebagai mahluk individu maupun mahluk sosial.
undang No.36, 2009 - tentang Kesehatan). Manusia sebagai mahluk yang dominan dalam
Upaya pembangunan dalam bidang kesehatan terjadinya perubahan di berbagai aspek kehidupan
yang sangat di butuhkan oleh masyarakat adalah dan lingkungan dituntut untuk memenuhi berbagai
rumah sakit. Rumah sakit merupakan salah satu aspek kebutuhan hidupnya. Kebutuhan pokok
instansi atau hasil pembangunan yang merupakan manusia meliputi kebutuhan fisiologi, kebutuhan rasa
pelayanan kesehatan. Adanya pelayanan rumah sakit aman dan perlindungan, kebutuhan sosial, kebutuhan
tersebut, masyarakat dapat merasakan pelayanan pokok manusia secara kolektif maupun perseorangan.
kesehatan hasil dari pembangunan. Sebaliknya rumah Munculnya berbagai kegiatan manusia baik langsung
sakit juga dapat berperan sebagai sumber penularan maupun tidak langsung memerlukan adanya air (Udin
penyakit antara lain melalui limbah yang dihasilkan. Djabu dkk,1991).
Rumah sakit merupakan salah satu sarana Semakin meningkat pendirian rumah sakit di
pelayanan kesehatan dengan bidang preventif kota-kota besar berupaya untuk meningkatkan derajat
(pencegahan), kuratif (pengobatan), rehabilitatif kesehatan masyarakat. Sebagai akibat kualitas
maupun promotif sebagai upaya untuk memelihara effluent limbah rumah sakit tidak memenuhi syarat.
dan meningkatkan kesehatan masyarakat (Djaja, Limbah rumah sakit dapat mencemari lingkungan
2006). Produk samping yang dihasilkan dari semua penduduk disekitar rumah sakit dan dapat
kegiatan yang ada di rumah sakit adalah limbah. menimbulkan masalah kesehatan. Hal ini dikarenakan
Salah satu limbah yang dihasilkan oleh sebuah rumah dalam limbah rumah sakit mengandung berbagai
sakit adalah limbah cair. Berdasarkan kandungan jasad renik penyebab penyakit pada manusia seperti
polutan, limbah cair rumah sakit dapat digolongkan demam typoid, kholera, disentri dan hepatitis
dalam air limbah klinis dan air limbah non klinis sehingga limbah harus diolah sebelum dibuang ke
(Arifin, 2008). Jika tidak diolah dengan baik maka lingkungan (BAPPEDAL, 2004).
limbah tersebut dapat menimbulkan pencemaran Air limbah yang berasal dari limbah rumah sakit
1) merupakan salah satu sumber pencemaran air yang
Email : begelast@gmail.com
2)
Email : pakparmin@yahoo.com
Keslingmas Vol. 35 Hal. 152-277 September 2016 | 248
sangat potensial. Hal ini disebabkan karena air IPAL Untuk Menurunkan Kadar COD Di Rumah
limbah rumah sakit mengandung senyawa organik Sakit Wijaya Kusuma Purwokerto Tahun 2016.
yang cukup tinggi juga kemungkinan mengandung
senyawa – senyawa kimia lain serta mikro-organisme II. BAHAN DAN METODE
pathogen yang dapat menyebabkan penyakit terhadap Penelitian ini dilakukan pada bulan mei –
masyarakat di sekitarnya. Oleh karena potensi juli 2016 di Rumah Sakit Wijaya Kusuma
dampak air limbah rumah sakit terhadap kesehatan Purwokerto. Bahan yang digunakan adalah air limbah
masyarakat sangat besar, maka setiap rumah sakit yang dihasilkan Rumah Sakit Wijaya Kusuma dari
diharuskan mengolah air limbahnya sampai bagian influent dan effluent pada IPAL dengan
memenuhi persyaratan standar yang berlaku (Nusa maksud agar diketahui kadar COD yang ada didalam
Idaman, 1999). air limbah tersebut.
Pengolahan limbah rumah sakit yang merupakan Cara kerja
bagian dari upaya penyehatan lingkungan rumah sakit Dilakukan pengambilan sampel air limbah
juga mempunyai tujuan untuk melindungi masyarakat pada bagian inffluent IPAL sebanyak 100 ml
akan bahaya pencemaran lingkungan yang bersumber dilakukan sebanyak tiga kali dengan waktu
dari air limbah rumah sakit serta mencegah pengambilan yang berbeda yaitu pada pukul 07.00,
meningkatnya infeksi nosokomial di lingkungan 13.00, dan 19.00 begitu juga pada bagian effluent
rumah sakit, sebab telah diketahui bahwa limbah dilakukan pengambilan sampel yang sama. Kemudian
rumah sakit dapat mengandung potensi bahaya yang sampel tersebut dikirimkan ke laboratorium untuk di
bersifat infeksi, toksis dan radioaktif (Soejaga, 1995). periksa berapa banyak kadar COD yang terkandung
Mencegah agar tidak menimbulkan masalah yang pada air limbah tersebut. Selain pengambilan sampel
tidak diinginkan di atas maka perlu pengolahan dilakukan juga pengukuran parameter air limbah
terlebih dahulu sebelum dibuang ke lingkungan seperti pengukuran debit, suhu, pH air limbah yang
sekitarnya. Salah satu kasus yang pernah terjadi yang dapat mempengaruhi kadar COD.
disebabkan oleh limbah rumah sakit pada tahun 1996
seperti yang dilaporkan oleh lingkungan hidup DKI III.HASIL DAN PEMBAHASAN
bahwa ada 6 buah rumah sakit yang membuang Rumah Sakit Wijaya Kusuma Purwokerto
limbahnya ke kali Ciliwung dan kali Cipinang yang mempunyai jumlah tempat tidur 150TT yang setiap
dapat menimbulkan kemungkinan ancaman bahaya harinya rata – rata diisi oleh 120 pasien. Indikator
bagi masyarakat Jakarta yang memanfaatkan air yang pelayanan rumah sakit dapat dilihat dari angka BOR
tercemar. Berbagai bahan beracun yang terdapat (Bed Occupancy Rate) yaitu prosentase pemakaian
dalam air limbah rumah sakit ini termasuk tempat tidur pada satuan waktu tertentu (Depkes RI,
mikroorganisme yang pathogen, hal ini dapat 2005). Angka BOR untuk Rumah Sakit Wijaya
menimbulkan penyakit yang biasanya disebut Kusuma Purwokerto yaitu 80%.
infectious Disease (www.pdpersi.co.id, diakses, a. Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL) Rumah
2005). Sakit Wijaya Kusuma Purwokerto
Rumah sakit Wijaya Kusuma Purwokerto adalah 1. Bak Equalisasi
rumah sakit tingkat III yang merupakan badan Bak ini berfungsi sebagai tangki pengumpul,
pelaksanaan fungsi teknis kesehatan di Wilayah penyetabil debit dan screening limbah cair
Korem. Memiliki kapasitas tempat tidur 150TT yang antara benda yang mengapung termasuk
setiap harinya diisi oleh 120 pasien. Angka BOR minyak, lemak, kotoran padat, melayang dan
(Bed Occupancy Rate) di Rumah Sakit Wijaya terapung, tangki ini juga berfungsi untuk
Kusuma Purwokerto ini mencapai 80% pada tahun tangki netralisasi. Letak bak ini adalah
2015. Survey awal yang dilakukan, bahwa rumah sebelum Interceptor dengan bangunan batu
sakit ini memiliki IPAL yang baru saja mengalami bata dan beton bertulang yang tertanam
pembaharuan. Berdasarkan hasil wawancara didalam tanah. Kondisi air limbah yang berada
langsung dengan salah satu petugas pengelolahan di dalam bak ini masih berwarna coklat keruh
IPAL di Rumah Sakit Wijaya Kusuma Purwokerto, dan bau.
IPAL baru di perbarui pada bulan Februari tahun 2. Pretreatment dan Interceptor Chamber
2015 dan masih mempunyai permasalahan pada Digunakan untuk settling mekanis pertama
bagian akhir atau outlet-nya terutama pada kualitas yang diharapkan mampu mereduksi TDS juga
COD pada hasil pemeriksaan terahir yang dilakukan menjadi MBAS interceptor dan filter bagi
oleh Laboratorium Kesehatan Masyarakat Kabupaten kotoran yang bersifat padat dan koloid
Banyumas mencapai 167 mg/lt dan belum memenuhi berdimensi besar sehingga membantu reactor
nilai Baku Mutu air limbah yang diperbolehkan yaitu utama dalam mereduksi polutan, selain itu
80 mg/lt berdasarkan Peraturan Daerah Propinsi Jawa kandungan detergen juga di harapkan sebagian
Tengah No.5 Tahun 2012. besar bisa di arbsorbsi disini. Pembuatan bak
Berdasarkan latar belakang tersebut penulis Interceptor bisa menggunakan bahan baja anti
tertarik melakukan penelitian dengan judul Efisiensi karat, beton bertulang atau juga dapat
menggunakan bahan fiberglass reinforce

Keslingmas Vol. 35 Hal. 152-277 September 2016 | 249


plastic. Bak equalisasi yang berada di Rumah Kusuma Purwokerto masih memenuhi syarat
Sakit Wijaya Kususma Purwokerto ini terbuat yang ditentukan.
dari fiberglass reinforce plastic. 2. Pemeriksaan pH air limbah
3. Anoxic Chamber Berdasarkan hasil pengukuran pH air limbah
Anoxic Chamber merupakan proses didapatkan hasil sebagai berikut :
pengolahan air limbah secara biologi yang Tabel 4.4 : pH Air Limbah Pada IPAL Rumah
pertama kali dilakukan. Pada bagian ini akan Sakit Wijaya Kusuma Purwokerto.
terjadi kontak antara air limbah dengan Waktu pH
lumpur aktif hasil pengembalian dari proses No
Pengambilan Inffluent Effluent
sedimentasi sehingga terjadi proses 1. Pukul 07.00 6 6
penguraian limbah oleh mikroorganisme 2. Pukul 13.00 6 7
secara anoxic (minim oksigen). 3. Pukul 19.00 7 7
4. Reactor Utama Rata – rata 6.3 6.6
Reactor utama ini terjadi proses kontak antara Data hasil pengukuran pH air limbah, rata-rata
media bioball. Terdapat dua seksi pengolahan pH inffluent air limbah pada IPAL Rumah
limbah, pada seksi pertama dalam reactor ini Sakit Wijaya Kusuma Purwokerto adalah 6,3,
limbah diolah secara anaerob, sehingga bakteri sedangkan pada effluent 6,6. Berdasarkan
anaerob yang menempel pada media dapat PERDA Jawa Tengah Nomor 5 Tahun 2012,
mereduksi polutan melalui pembentukan bio pH air limbah untuk kegiatan rumah sakit
film pada biofilter yang dapat mereduksi adalah 6,0 – 9,0, sehingga pH air limbah pada
konsentrasi BOD, COD, TSS, total nitrogen IPAL Rumah Sakit Wijaya Kusuma masih
ataupun total phosphor, bahkan konsentrasi memenuhi syarat.
E.Coli pun dapat tereduksi. Seksi ke dua 3. Pemeriksaan Debit Aliran Air Limbah
dilakukan pengolahan secara aerob, air limbah Berdasarkan hasil pengukuran debit aliran air
juga akan di aerasi sehingga kandungan BOD limbah pada IPAL Rumah Sakit Wijaya
dan COD akan di degradasi secara optimal. Kusuma Purwokerto didapatkan hasil sebagai
Sistem ini juga menggunakan 2 unit blower berikut :
aerator dengan tipe diafragma yang bekerja Tabel 4.5 : Debit Aliran Air Limbah IPAL
bergantian tiap satu jam selama 24 jam untuk Rumah Sakit Wijaya Kusuma Purwokerto.
menginjeksi oksigen yang diharapkan dapat Waktu Debit (l/dt)
menurunkan BOD, COD, dan menaikan DO No
Pengambilan Inffluent Effluent
secara signifikan. 1. Pukul 07.00 0.183 0.166
5. Settling Chamber
2. Pukul 13.00 0.126 0.102
Settling Chamber yaitu suatu proses
3. Pukul 19.00 0.020 0.016
pengendapan terakhir setelah semua proses
Rata – rata 0.109 0.095
yang dilalui air limbah medis dan diharapkan
hasilnya akan memenuhi baku mutu yang Data hasil pengukuran debit air limbah pada
telah di tentukan yaitu menurut PERDA Jawa IPAL Rumah Sakit Wijaya Kusuma
Tengah Nomer 5 Tahun 2012 tentang Air Porwokerto, rata – rata air limbah pada
Limbah Rumah sakit. inffluent adalah 0.109 l/dt dan pada effluent
b. Hasil Pemeriksaan Parameter Kualitas Air adalah 0.095 l/dt. Berdasarkan pengukuran
Limbah Rumah Sakit Wijaya Kusuma Purwokerto debit yang di dapat, aliran air limbah
1. Pemeriksaan suhu air limbah bervariasi dari pengukuran pagi, siang, dan
Berdasarkan hasil pengukuran suhu air limbah pengukuran malam hari didapatkan hasil yang
didapatkan hasil sebagai berikut : berbeda.
Tabel 4.3 : Suhu Air Limbah Pada IPAL 4. Pemeriksaan Laboratorium Kadar COD
Rumah Sakit Wijaya Kusuma Purwokerto. Berdasarkan hasil pemeriksaan laboratorium
Kampus 7 Kesehatan Lingkungan Purwokerto
Waktu Suhu (oC)
No tentang kadar COD pada IPAL Rumah Sakit
Pengambilan Inffluent Effluent
Wijaya Kusuma Purwokerto didapatkan hasil
1. Pukul 07.00 27 27
sebagai berikut :
2. Pukul 13.00 27 27 Tabel 4.6 : Pemeriksaan Kadar COD Pada
3. Pukul 19.00 27 26 IPAL Rumah Sakit Wijaya Kusuma
Rata – rata 27 26.6 Purwokerto
Data hasil pengukuran suhu rata-rata air Waktu COD (mg/lt)
limbah adalah 26,6 oC. Berdasarkan PERDA No
Pengambilan Inffluent Effluent
Jawa Tengan Nomor 5 Tahun 2012, suhu
1. Pukul 07.00 148 100
maksimum air limbah untuk kegiatan rumah
2. Pukul 13.00 164 60
sakit adalah 30 oC, maka dari data pengukuran
3. Pukul 19.00 80 6
suhu air limbah di Rumah Sakit Wijaya
Data hasil pemeriksaan kadar COD air limbah
dapat dilihat pada tabel 4.6, kadar COD

Keslingmas Vol. 35 Hal. 152-277 September 2016 | 250


inffluent pada IPAL Rumah Sakit Wijaya 5. Settling Chamber, di sini dilakukan proses
Kusuma Purwokerto pada pukul 07.00 sebesar pengendapan terakhir setelah semua proses
148 mg/lt dan pada effluent 100 mg/lt, pada yang dilalui air limbah medis ini dan
pukul 13.00 kadar COD inffluent sebesar 164 diharapkan hasilnya akan memenuhi baku
mg/lt dan effluent sebesar 60 mg/lt, pada pukul mutu yang telah di tentukan.
19.00 kadar COD influent sebesar 80 dan b. Kadar COD (Chemical Oxygen Demand) pada air
effluent sebesar 6, sehingga untuk menentukan limbah Rumah Sakit Wijaya Kusuma Purwokerto
kadar COD air limbah dengan mencari titik sebelum dilakukan pengolahan melalui Instalasi
tertinggi air limbah dan juga dari proses Pengolahan Air Limbah (Iffluent) di dapatkan
kegiatan di rumah sakit itu paling tinggi yaitu hasil sebesar 148 mg/lt pada pagi hari, sebesar
pada pagi hari pukul 07.00 WIB. Berdasarkan 164 pada siang hari, dan sebesar 80 mg/lt pada
PERDA Jawa Tengah Nomor 5 Tahun 2012, malam hari.
kadar COD maksimum adalah 80 mg/lt, c. Kadar COD (Chemical Oxygen Demand) pada air
sehingga kadar COD pada IPAL Rumah Sakit limbah Rumah Sakit Wijaya Kusuma Purwokerto
Wijaya Kusuma Purwokerto tidak memenuhi setelah dilakukan pengolahan melalui Instalasi
syarat karena masih di atas ambang batas yang Pengolahan Air Limbah (Effluent) di dapatkan
ditetapkan dan jika dilihat dari efisiensinya hasil sebesar 100 mg/lt pada pagi hari, sebesar 60
IPAL Rumah Sakit Wijaya Kusuma mg/lt pada siang hari, dan sebesar 6 mg/lt pada
Purwokerto belum dapat dikatakan efisien. malam hari.
Secara teori, dapat dikatakan efisien apabila d. Berdasarkan hasil sampel kadar COD yang
persentase penurunan pada range 80% - 90% didapat, digunakan sampel tertinggi untuk
atau >90% (Cameron, wiliam dan Frank L. dibandingkan dengan baku mutu menurut Perda
Cros.Jr, 1976, h. 75), sedangkan dari hasil Jateng No.5 Tahun 2012 dan hasilnya tidak
perhitungan rata - rata efisiensi antara hasil memenuhi syarat yang ditentukan.
pemeriksaan sampel sebelum dan setelah e. Efisiensi IPAL Rumah Sakit Wijaya Kusuma
melewati tahap pengolahan pada IPAL Rumah Purwokerto dalam menurunkan kadar COD air
Sakit Wijaya Kusuma Purwokerto adalah limbah pada pukul 07.00 sebesar 32,43 %, pada
57,65%. pukul 13.00 sebesar 63,41 %, dan pada pukul
5. Hasil Uji Statistik 19.00 sebesar 92,5 %, sehingga diperoleh rata –
Dari hasil uji statistik dengan menggunakan rata sebesar 57,65 %.
uji t – test (pre – post) dengan menggunakan f. Hasil uji statistik menunjukkan bahwa terdapat
softweare SPSS, dengan level signifikan (α) 5 perbedaan antara kadar COD Inffluent dan kadar
% yang berarti dari 100 percobaan COD effluent dengan hasil sig. = 0.043 < α =
dimungkinkan mengalami kegagalan 5 kali, 0.05.
dari uji statistik diperoleh hasil bahwa sig. =
0.043 < α = 0.05, dengan demikian maka Ho DAFTAR PUSTAKA
di tolak sehingga dapat di simpulkan bahwa
ada perbedaan antara kadar COD Inffluent dan Alaerts, G dan Sri Sumetri Santika, 1987,
karad COD Effluent. Metode Penelitian Air, Surabaya :
Usaha Nasional
IV. KESIMPULAN
a. Tahap – tahap pengolahan limbah cair pada IPAL Anggi Nurbana, 2014, Tehnik
Rumah Sakit Wijaya Kusuma Purwokerto Menurunkan COD dan BOD,
meliputi : http//www.olah-air.com, Diakses
1. Bak Equalisasi, berfungsi sebagai tangki tanggal 11 Januari 2016.
pengumpul, penyetabil debit dan screening
limbah cair. Azrul Azwar, 1987, Pengantar Ilmu
2. Pretreatment dan Interceptor Chamber, Kesehatan Lingkungan, Jakarta :
digunakan untuk settling mekanis pertama PT Mutiara Sumber Widya
yang berfungsi mereduksi TDS juga menjadi
MBAS interceptor dan filter bagi kotoran BAPPEDAL 2004, Peraturan Daerah
yang bersifat padat dan koloid berdimensi Propinsi Jawa Tengah Nomer 10
besar. tahun 2004 tentang Baku Mutu Limbah Cair,
3. Anoxic Chamber, merupakan proses Semarang : BAPPEDAL
pengolahan air limbah secara biologi yang
pertama kali dilakukan. Depkes RI, 2009, Undang-Undang
4. Reactor Utama, sebagai tempat pengolahan Republik Indonesia Nomer 36 tahun
limbah utama dimana limbah dikontakkan 2009, Jakarta : Depkes RI
dengan media bifilter bioball.

Keslingmas Vol. 35 Hal. 152-277 September 2016 | 251


Nusa Idaman Said, 1999, Kesehatan Universitas Indonesia
Masyarakat dan Teknologi Suharsimi Arikunto, 1996, Prosedur
Peningkatan Kualitas Air, Penelitian Suatu Pendekatan
Jakarta : Direktorat Teknologi Praktek, Yogyakarta : Renika
Lingkungan Cipta

Soejaga, 1995, Kondisi Kesehatan Tri Cahyono, 2014, Pedoman Penulisan


Lingkungan Rumah Sakit Saat Ini Proposal Penelitian dan Karya
dan Kecenderungannya Dimasa Tulis Ilmiah, Purwokerto :
Datang, Surabaya Poltekkes Semarang JKL
Purwokerto
Soeparman dan Suparmin, 2002,
Pembuangan Tinja dan Limbah Udin Djabu dkk, 1990, Pedoman Bidang
Cair, Jakarta : Studi Pembuangan Tinja dan Air
EGC Penerbit Buku Kedokteran Limbah Pada Institusi Pendidikan
Sanitasi/ Kesehatan Lingkungan,
Sugiharto, 1987, Dasar – Dasar Jakarta : Depkes RI
Pengolahan Air Limbah, Jakarta :

Keslingmas Vol. 35 Hal. 152-277 September 2016 | 252

Anda mungkin juga menyukai