Anda di halaman 1dari 20

LAPORAN PENDAHULUAN CHF

A. PENDAHULUAN

1. Latar Belakang

Saat ini Congestive Hearth Failure (CHF) atau yang biasa disebut gagal jantung
kongestif merupakan satu-satunya penyakit kardiovaskuler yang terus meningkat
insiden dan prevalensinya. Risiko kematian akibat gagal jantung berkisar antara 5-
10% pertahun pada gagal jantung ringan yang akan meningkat menjadi 30-40%
pada gagal jantung berat. Selain itu, gagal jantung merupakan penyakit yang paling
sering memerlukan perawatan ulang di rumah sakit (readmission) meskipun
pengobatan rawat jalan telah diberikan secara optimal (R. Miftah Suryadipraja).

CHF adalah ketidakmampuan jantung untuk memompa darah ke seluruh tubuh


(Ebbersole, Hess, 1998). Risiko CHF akan meningkat pada orang lanjut usia(lansia)
karena penurunan fungsi ventrikel akibat penuaan. CHF ini dapat menjadi kronik
apabila disertai dengan penyakit-penyakit seperti: hipertensi, penyakit katub
jantung, kardiomiopati, dan lain-lain. CHF juga dapat menjadi kondisi akut dan
berkembang secara tiba-tiba pada miokard infark.

CHF merupakan penyebab tersering lansia dirawat di rumah sakit (Miller,1997).


Sekitar 3000 penduduk Amerika menderita CHF. Pada umumnya CHF diderita
lansia yang berusia 50 tahun, Insiden ini akan terus bertambah setiap tahun pada
lansia berusia di atas 50 tahun (Aronow et al,1998). Menurut penelitian, sebagian
besar lansia yang dididiagnosis CHF tidak dapat hidup lebih dari 5 tahun
(Ebbersole, Hess,1998).

B. TINJAUAN TEORI

1
1. Pengertian

Gagal jantung, sering disebut juga gagal jantung kongestif, adalah ketidakmampuan
jantung untuk memompa aadarah yang adekuat untuk memnuhi kebutuhan jaringan
akan oksigen dan nutrisi. Istilah gagal jantung kongestif paling sering digunakan
kalau terjadi gagal jantung sisi kiri dan sisi kanan. ( Brunner & Syddarth, 2002 )

Gagal jantung adalah suatu keadaan patofisiologis berupa kelainan fungsi jantung
sehingga jantung tidak mampu memompa darah untuk memnuhi kebutuhan
etabolisme jaringan dan / atau kemampuannya hanya ada kalau disertai peninggian
volume diastolik secara abnormal. (Arif Mansjoer, 2001)

Gagal jantung Kongsetif adalah ketidakmampuan jantung untuk memompa darah


dalam jumlah yang cukup untuk memenuhi kebutuhan jaringan terhadap oksigen
dan nutrient dikarenakan adanya kelainan fungsi jantung yang berakibat jantung
gagal memompa darah untuk memenuhi kebutuhan metabolisme jaringan dan atau
kemampuannya hanya ada kalau disertai peninggian tekanan pengisian ventrikel
kiri (Smeltzer & Bare, 2001).

Etiologi

o Kelainan otot jantung

Gagal jantung sering terjadi pada penderita kelainan otot jantung,


disebabkan menurunnya kontraktilitas jantung. Kondisi yang mendasari
penyebab kelainan fungsi otot jantung mencakup ateroslerosis koroner,
hipertensi arterial dan penyakit degeneratif atau inflamasi

o Aterosklerosis koroner mengakibatkan disfungsi miokardium


karena terganggunya aliran darah ke otot jantung. Terjadi hipoksia dan
asidosis (akibat penumpukan asam laktat). Infark miokardium (kematian sel
jantung) biasanya mendahului terjadinya gagal jantung. Peradangan dan
penyakit miokardium degeneratif berhubungan dengan gagal jantung karena

2
kondisi yang secara langsung merusak serabut jantung menyebabkan
kontraktilitas menurun.

o Hipertensi Sistemik atau pulmunal (peningkatan after load)


meningkatkan beban kerja jantung dan pada gilirannya mengakibatkan
hipertrofi serabut otot jantung.

o Peradangan dan penyakit myocardium degeneratif, berhubungan


dengan gagal jantung karena kondisi ini secara langsung merusak serabut
jantung, menyebabkan kontraktilitas menurun.

o Penyakit jantung lain, terjadi sebagai akibat penyakit jantung


yang sebenarnya, yang secara langsung mempengaruhi jantung. Mekanisme
biasanya terlibat mencakup gangguan aliran darah yang masuk jantung
(stenosis katub semiluner), ketidakmampuan jantung untuk mengisi darah
(tamponade, pericardium, perikarditif konstriktif atau stenosis AV),
peningkatan mendadak after load

o Faktor sistemik

Terdapat sejumlah besar factor yang berperan dalam perkembangan dan


beratnya gagal jantung. Meningkatnya laju metabolisme (missal : demam,
tirotoksikosis). Hipoksia dan anemi juga dapat menurunkan suplai oksigen
ke jantung. Asidosis respiratorik atau metabolic dan abnormalita elektronik
dapat menurunkan kontraktilitas jantung.

Grade gagal jantung menurut New York Heart Association, terbagi dalam 4
kelainan fungsional :

I. Timbul sesak pada aktifitas fisik berat

II. Timbul sesak pada aktifitas fisik sedang

III. Timbul sesak pada aktifitas fisik ringan

IV. Timbul sesak pada aktifitas fisik sangat ringan / istirahat

3
3. Faktor predisposisi

• Kelebihan Na dalam makanan


• Kelebihan intake cairan
• Tidak patuh minum obat
• Iatrogenic volume overload
• Aritmia : flutter, aritmia ventrikel
• Obat-obatan: alkohol, antagonis kalsium, beta bloker
• Sepsis, hiper/hipotiroid, anemia, gagal ginjal, defisiensi vitamin B, emboli
paru.

Setiap penyakit yang mempengaruhi jantung dan sirkulasi darah dapat


menyebabkan gagal jantung.

Beberapa penyakit dapat mengenai otot jantung dan mempengaruhi kemampuannya


untuk berkontraksi dan memompa darah.

Penyebab paling sering adalah penyakit arteri koroner, yang menyebabkan


berkurangnya aliran darah ke otot jantung dan bisa menyebabkan suatu serangan
jantung.

Kerusakan otot jantung bisa disebabkan oleh:

• Miokarditis (infeksi otot jantung karena bakteri, virus atau mikroorganisme


lainnya)
• Diabetes
• Kelenjar tiroid yang terlalu aktif
• Kegemukan (obesitas).

4
Penyakit katup jantung bisa menyumbat aliran darah diantara ruang-ruang jantung
atau diantara jantung dan arteri utama. Selain itu, kebocoran katup jantung bisa
menyebabkan darah mengalir balik ke tempat asalnya. Keadaan ini akan
meningkatkan beban kerja otot jantung, yang pada akhirnya bisa melemahkan
kekuatan kontraksi jantung.

Penyakit lainnya secara primer menyerang sistem konduksi listrik jantung dan
menyebabkan denyut jantung yang lambat, cepat atau tidak teratur, sehingga tidak
mampu memompa darah secara efektif.

Jika jantung harus bekerja ekstra keras untuk jangka waktu yang lama, maka otot-
ototnya akan membesar; sama halnya dengan yang terjadi pada otot lengan setelah
beberapa bulan melakukan latihan beban. Pada awalnya, pembesaran ini
memungkinkan jantung untuk berkontraksi lebih kuat; tetapi akhirnya jantung yang
membesar bisa menyebabkan berkurangnya kemampuan memompa jantung dan
terjadilah gagal jantung.

Tekanan darah tinggi (hipertensi) bisa menyebabkan jantung bekerja lebih berat.

Jantung juga bekerja lebih berat jika harus mendorong darah melalui jalan keluar
yang menyempit (biasanya penyempitan katup aorta).

Penyebab yang lain adalah kekakuan pada perikardium (lapisan tipis dan transparan
yang menutupi jantung). Kekakuan ini menghalangi pengembangan jantung yang
maksimal sehingga pengisian jantung juga menjadi tidak maksimal.

Penyebab lain yang lebih jarang adalah penyakit pada bagian tubuh yang lain, yang
menyebabkan meningkatnya kebutuhan akan oksigen dan zat-zat makanan,
sehingga jatung yang normalpun tidak mampu memenuhi peningkatan kebutuhan
tersebut dan terjadilah gagal jantung.

5
Penyebab gagal jantung bervariasi di seluruh dunia karena penyakit yang terjadipun
tidak sama di setiap negara. Misalnya di negara tropis sejenis parasit tertentu bisa
bersemayam di otot jantung dan menyebabkan gagal jantung pada usia yang jauh
lebih muda.

4. Patofisiologi

Jantung yang normal dapat berespon terhadap peningkatan kebutuhan

metabolisme dengan menggunakan mekanisme kompensasi yang bervariasi

untuk mempertahankan kardiak output, yaitu meliputi :

Respon system saraf simpatis terhadap barroreseptor atau kemoreseptor

b. Pengencangan dan pelebaran otot


jantung untuk menyesuaikan terhadap peningkatan volume

Vaskontriksi arterirenal dan aktivasi system rennin angiotensin

d. Respon terhadap serum sodium dan


regulasi ADH dan reabsorbsi terhadap cairan

Kegagalan mekanisme kompensasi dapat dipercepat oleh adanya volume


darah sirkulasi yang dipompakan untuk melawan peningkatan resistensi
vaskuler oleh pengencangan jantung. Kecepatan jantung memperpendek waktu
pengisian ventrikel dari arteri coronaria. Menurunnya COP dan menyebabkan
oksigenasi yang tidak adekuat ke miokardium. Peningkatan dinding akibat
dilatasi menyebabkan peningkatan tuntutan oksigen dan pembesaran jantung
(hipertrophi) terutama pada jantung iskemik atau kerusakan yang menyebabkan
kegagalan mekanisme pemompaan.

6
5. Tanda dan Gejala

Tanda dominan :

Meningkatnya volume intravaskuler

Kongestif jaringan akibat tekanan arteri dan vena meningkat akibat penurunan

curah jantung. Manifestasi kongesti berbeda tergantung pada kegagalan

ventrikel mana yang terjadi.

Gagal Jantung Kiri :

Kongesti paru menonjol pada gagal ventrikel kiri karena ventrikel kiri tak
mampu memompa darah yang dating dari paru. Manifestasi klinis yang terjadi
yaitu :

o Dispnea, Terjadi akibat penimbunan cairan dalam alveoli


dan mengganggu pertukaran gas. Dapat terjadi ortopnoe. Beberapa pasien
dapat mengalami ortopnoe pada malam hari yang dinamakan Paroksimal
Nokturnal Dispnea (PND)

o Batuk

o Mudah lelah, Terjadi karena curah jantung yang kurang


yang menghambat jaringan dan sirkulasi normal dan oksigen serta
menurunnya pembuangan sisa hasil katabolisme. Juga terjadi

o karena meningkatnya energi yang digunakan untuk


bernafas dan insomnia yang terjadi karena distress pernafasan dan batuk

o Kegelisahan atau kecemasan, Terjadi karena akibat


gangguan oksigenasi jaringan, stress akibat kesakitan bernafas dan
pengetahuan bahwa jantung tidak berfungsi dengan baik

7
Gagal jantung Kanan :

o Kongestif jaringan perifer dan visceral

o Oedema ekstremitas bawah (oedema dependen), biasanya


oedema pitting, penambahan BB.

o Hepatomegali dan nyeri tekan pada kuadran kanan atas


abdomen terjadi akibat pembesaran vena hepar

o Anoreksia dan mual, terjadi akibat pembesaran vena dan


statis vena dalam rongga abdomen

o Nokturia

o Kelemahan

6. Pemeriksaan penunjang

o Foto torax dapat mengungkapkan adanya pembesaran jantung,


oedema atau efusi pleura yang menegaskan diagnosa CHF

o EKG dapat mengungkapkan adanya tachicardi, hipertrofi bilik


jantung dan iskemi (jika disebabkan AMI), Ekokardiogram

o Pemeriksaan Lab meliputi : Elektrolit serum yang mengungkapkan


kadar natrium yang rendah sehingga hasil hemodelusi darah dari adanya
kelebihan retensi air, K, Na, Cl, Ureum, gula darah

8
7. Pathway

Disfungsi miocard beban sistol kebutuhan metabolisme

Kontraktilitas preload beban kerja jantung

Hambatan pengosongan ventrikel

Beban jantung

Gagal jantung kongestif

Gagal pompa ventrikel

Forward failuer back ward failure

Curah jantung ( COP) Tekanan vena pulmo

Suplai drh kejaringan renal flow tekanan kapiler paru

Nutrisi & O2 sel pelepasan RAA edema paru

Metabolisme sel retensi Na & air Gg. Pertukaran gas

Lemah & letih edema

Intoleransi aktifitas kelebihan volume cairan

9
8. Pengkajian

1. Pengkajian Primer

a. Airway :

batuk dengan atau tanpa sputum, penggunaan bantuan otot pernafasan, oksigen, dll

b. Breathing :

Dispnea saat aktifitas, tidur sambil duduk atau dengan beberapa bantal

c. Circulation :

Riwayat HT IM akut, GJK sebelumnya, penyakit katub jantung, anemia, syok dll.
Tekanan darah, nadi, frekuensi jantung, irama jantung, nadi apical, bunyi jantung
S3, gallop, nadi perifer berkurang, perubahan dalam denyutan nadi juguralis, warna
kulit, kebiruan punggung, kuku pucat atau sianosis, hepar ada pembesaran, bunyi
nafas krakles atau ronchi, oedema

2. Pengkajian Sekunder

o Aktifitas/istirahat

Keletihan, insomnia, nyeri dada dengan aktifitas, gelisah, dispnea saat istirahat atau
aktifitas, perubahan status mental, tanda vital berubah saat beraktifitas.

o Integritas ego : Ansietas, stress, marah, takut dan mudah tersinggung

o Eliminasi

Gejala penurunan berkemih, urin berwarna pekat, berkemih pada malam hari,
diare / konstipasi

o Makanan/cairan

Kehilangan nafsu makan, mual, muntah, penambahan BB signifikan.


Pembengkakan ekstremitas bawah, diit tinggi garam penggunaan diuretic distensi
abdomen, oedema umum, dll

10
o Hygiene : Keletihan selama aktifitas perawatan
diri, penampilan kurang.

o Neurosensori

Kelemahan, pusing, lethargi, perubahan perilaku dan mudah tersinggung.

o Nyeri/kenyamanan

Nyeri dada akut- kronik, nyeri abdomen, sakit pada otot, gelisah

o Interaksi social : penurunan aktifitas yang biasa


dilakukan

9. Diagnosa keperawatan yang mungkin muncul

1. Diagnosa keperawatan : Curah Jantung, Menurun

Mungkin dihubungkan dengan :

- Perubahan Kontraktilitas miokardial/perubahan inotropik

- Perbahan frekuaensi, irama, konduksi listrik

- Perubahan struktural (mis, kelainan katup, aneurisme ventrikular)

2. Diagnosa keperawatan : Intoleran aktivitas

Mungkin dihubungkan dengan :

- Ketidakseimbangan antara suplai oksigen / kebutuhan

- Kelebihan Kelemahan umum

- Tirah baring lama / imobilisasi

3. Diagnosa keperawatan : Kelebihan volume cairan

Mungkin dihubungkan dengan :

11
- Menurunnya laju filtrasi glomerulus ( menurunnya curah jantung)/
meningkatnya produksi ADH dan retensi natrium / air

4. Diagnosa keperawatan : pertukaran gas, kerusakan, resiko tinggi

Mungkin dihubungkan dengan :

- Perubahan membran kapiler – alveolus

5. Diagnosa keperawatan : integritas kulit, kerusakan, resiko tinggi terhadap

Mungkin dihubungkan dengan :

- Tirah baring lama

- Edema, penurunan perfusi jaringan

6. Diagnosa keperawatan : kurang pengetahuan (kebutuhan belajar),


menegenai kondisi, program pengobatan

Mungkin dihubungkan dengan :

- Kurang pemahaman / kesalahan persepsi tentang hubungan fungsi


jantung / penyakit / gagal.

12
10. Renacana Asuhan Keperawatan

1. Diagnosa keperawatan : Curah Jantung, Menurun

Mungkin dihubungkan dengan :

- Perubahan Kontraktilitas miokardial/perubahan inotropik

- Perbahan frekuaensi, irama, konduksi listrik

- Perubahan struktural (mis, kelainan katup, aneurisme ventrikular)

Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama ....X 24 jam masalah


gangguan curah jantung dapat teratasi

Kriteria :

- Menunjukan tanda vital dalam batas yang dapat diterima

- Ikut serta dalamaktivitas yang mengurangi beban kerja jantung

TINDAKAN / INTERVENSI RASIONAL


Mandiri
- Auskultasi nadi apikal : kaji - Biasanya terjadi takikardi (meskipun
frekuensi, irama jantun pada saat istirahat) untuk
mengkonpensasi penurunan
kontraktilitas ventrikuler
- Catat bunyi jantung - S1 dan S2 mungkin lemah karena
menurunnya kerja pompa. Irama
galop umum (S3 dan S4) dihasilkan
sebagai aliran darah ke dalam
serambi yang distensi.
- Palpasi Nadi perifer - Penurunan curah jantung dapat
menunjukan menurunnya nadi radial,
popliteal, dorsalis pedis dan
postibial.
- Pantau TD - Pada GJK dini, sedang atau kronis
TD dapat meningkat sehubungan

13
dengan SVR.
- Kaji kulit terhadap pucat dan - Pucat menunjukan menurunnya
sianosis perfusi perifer sekunder terhadap
tidak adekuatnya curah jantung
- Menurunkan statis vena dan dapat
- Tinggikan kaki, hindari tekanan menurunkan insiden trombus /
pada bawah lutut. Dorong olahraga pembentukan embolus.
aktif/pasif.
- Meningkatkan sediaan oksigen untuk
Kolaborasi kebutuhan miokard untuk melawan
- Berikan oksigen tambahan efek hipoksia / iskemia.
dengan kanula nasal / masker sesuai - Banyaknya obat dapat
indikasi digunakan untuk meningkatkan
volume sekuncup, memperbaiki
- Berikan obat sesuai indikasi kontraktilitas, dan menurunkan
kongesti.

2. Diagnosa keperawatan : Intoleran aktivitas

Mungkin dihubungkan dengan :

- Ketidakseimbangan antara suplai oksigen / kebutuhan

- Kelebihan Kelemahan umum

- Tirah baring lama / imobilisasi

Tujuan :

Terjadi peningkatan toleransi pada klien setelah dilaksanakan tindakan


keperawatan.

Kriteria :

Frekuensi jantung 60-100 X/mnt, TD 120/80 mmHg

14
TINDAKAN / INTERVENSI RASIONAL
Mandiri
- Periksa tanda vital sebelum dan - Hipotensi ortostatik dapat terjadi
sesudah aktivitas dengan aktivitas karena efek obat
( vasodilasi), perpindahan cairan
( diuretik ) atau pengaruh fungsi
jantung.
- Catat respon kardiopulmonal - Penurunan / ketidakmampuan
terhadap aktivitas, catata takikardi, miokardium untuk meningkatkan
disritmik, dispnea, berkeringat, pucat volume sekuncup selama aktivitas,
dapat menyebabkan peningkatan
segera pada frekuensi jantung.
- Kaji penyebab kelemahan - Kelemahan adalah efek samping
contoh pengobatan, nyeri, obat beberapa obat. Nyeri dan program
penuh stress juga memerlukan energi
dan menyebabkan kelemahan.
- Dapat menunjukan peningkatan
- Evaluasi peningkatan dekompensasi jantung daripada
intoleransi aktivitas kelebihan aktivitas..
- Pemenuhan kebutuhan perawatan diri
pasien tanpa mempengaruhi stress
- Berikan bantuan dalam miokard/kebutuhan oksigen
aktivitas perawatan dirisesuai indikasi berlebihan.

3. Diagnosa keperawatan : Kelebihan volume cairan

Mungkin dihubungkan dengan :

- Menurunnya laju filtrasi glomerulus ( menurunnya curah jantung)/


meningkatnya produksi ADH dan retensi natrium / air

Tujuan :

Keseimbangan volume cairan dapat dipertahankan selama dilakukan tindakan


keperawatan selama di rawat di RS

15
Kriteria :

Mempertahankan keseimbangan cairan seperti dibuktikan oleh tekanan darah dalam


batas normal, tidak ada distensi vena perifer/vena dan oedema dependen.

TINDAKAN / INTERVENSI RASIONAL


Mandiri
- Pantau haluaran urine, catat - Haluaran urine mungkin sedikit dan
jumlah dan warna pekat karena penurunan perfusi
ginjal.
- Pantau / hitung keseimbangan - Terapi diuretik dapat dapat
pemasukan dan pengeluaran selama 24 disebabkan oleh kehilangan cairan
jam tiba-tiba/kelebihan meskipun edema /
asites masih ada.
- Posisi terlentang meningkatkan
- Pertahankan duduk atau tirah filtrasi ginjal dan menurunkan
baring dengan posisi semifowler selama produksi ADH sehingga
fase akut. meningkatkan diuresis.
- Kelebihan volume cairan sering
- Auskultasi bunyi nafas menimbulkan kongesti paru.

- Penurunan motilitas gaster dapat


- Berikan makanan yang mudah berefek merugikan pada digestif dan
dicerna, porsi kecil tapi sering. absorpsi. Makan sedikit dan sering
meningkatkan digesti / mencegah
ketidaknyamanan abdomen.

Kolaborasi
- Pemberian obat sesuai - Meningkatkan laju aliran urine dan
indikasi : diuretik dapat menghambat reabsorpsi
natrium/klorrida pada tubulus ginjal.

16
4. Diagnosa keperawatan : pertukaran gas, kerusakan, resiko tinggi

Mungkin dihubungkan dengan :

- Perubahan membran kapiler – alveolus

TINDAKAN / INTERVENSI RASIONAL


Mandiri
- Auskultasi bunyi nafas - Menyatakan adanya kongesti paru /
pengumpulan sekret menunjukan
kebutuhan untuk intervensi lanjut..
- Anjurkan pasien batuk efektif, - Membersihkan jalan nafas dan
napas dalam memudahkan aliran oksigen
- Dorong perubahan posisi sering - Membantu mencegah atelektasis dan
pneumonia.
- Pertahankan duduk di kursi / - Menueunkan konsumsi oksigen /
tirah baring dengan kepala tempat tidur kebutuhan dan meningkatkan
tinggi 20-30 derajat, posisi semi fowler. inflamasi paru maksimal.
Sokong bantal dengan bantal.

Kolaborasi

- Berikan oksigen tambahan - Meningkatkan konsentrasi oksigen


sesuai indikasi alveolar, yang dapat memperbaiki /
menurunkan hipoksemia jaringan.

5. Diagnosa keperawatan : integritas kulit, kerusakan, resiko tinggi terhadap

Mungkin dihubungkan dengan :

- Tirah baring lama

- Edema, penurunan perfusi jaringan

17
TINDAKAN / INTERVENSI RASIONAL
Mandiri
- Lihat kulit, catat penonjolan - Kulit beresiko karena gangguan
tulang, adanya edema, area sirkulasinya sirkulasi perifer, imobilisasi fisik,
terganggu/pigmentasi, atau dan gangguan status nutrisi.
kegemukan/kururs
- Ubah posisi sering di tempat - Memperbaiki sirkulasi
tidur / kursi - Terlalu kering atau lembab merusak
- Berikan perawatan kulit kulit dan mempercepat kerusakan.

6. Diagnosa keperawatan : kurang pengetahuan (kebutuhan belajar), menegenai


kondisi, program pengobatan

Mungkin dihubungkan dengan :

- Kurang pemahaman / kesalahan persepsi tentang hubungan fungsi


jantung / penyakit / gagal.
TINDAKAN / INTERVENSI RASIONAL
Mandiri
- Diskusikan fungsi jantung - Pengetahuan proses penyakit dan
normal. Meliputi informasi sehubungan harapan dapat memudahkan ketaatan
dengan perbedaan pasien dari fungsi pada program pengobatan
normal. Jelaskan perbedaan antara
serangan jantung dan GJK. .
- Kuatkan rasional pengobatan - Pasien percaya bahwa pengubahan
program pascapulang dibolehkan bila
merasa baik dan bebas gejala atau
merasa lebih sehat yang dapat
menigkatkan resiko eksaserbasi
gejala. Pemahaman program, obat,
dan pembatasan dapat meningkatkan
kerjasama untuk mengontrol gejala.
- Diskusikan obat, tujuan dan - Pemahaman kebutuhan terapeutik
efek samping. Berikan instruksi verbal dan pentingnya upaya pelaporan efek
dan tertulis samping dapat mencegah terjadinya
komplikasi obat.

18
- Anjurkan makan diet pada pagi - Memberikan waktu adekuat untuk
hari efek obat sebelum waktu tidur untuk
mencegah/membatasi mengehentikan
tidur.
- Pemantauan sendiri meningkatkan
- bHa ulang tanda/gejala yang tanggung jawab pasien dalam
memerlukan perhatian medik cepat, oemeliharaan kesehatan dan alat
edema, napas pendek, peningkatan mencegah komplikasi, contoh edema
kelelahan, batuk, hemoptisis, demam paru, pneumonia.

19
DAFTAR PUSTAKA

1. Doengoes, Marilyn C, Rencana Asuhan Keperawatan: Pedoman untuk


perencanaan dan pendokumentasian perawatan pasien, Edisi 3 Jakarta: EGC,
2000
2. Hudak, Gallo, Keperawatan Kritis: Pendekatan Holistik, Edisi IV, Jakarta,
EGC: 1997
3. Mansjoer, A. Kapita Selekta kedokteran. Edisi Ketiga Jilid 1, Media, 2000
4. Price, Sylvia, Patofisiologi: Konsep Klinis Proses – Proses Penyakit, Edisi
4, Jakarta: EGC, 1999
5. Smeltzer, Bare, Buku Ajar keperawatan Medical Bedah, Bruner & Suddart,
Edisi 8, Jakarta, EGC, 2002

20

Anda mungkin juga menyukai