Anda di halaman 1dari 17

DAFTAR ISI

BAB I .............................................................................................................................................................. 2
PENDAHULUAN ............................................................................................................................................. 2
1.1 Latar Belakang..................................................................................................................................... 2
1.2 Tujuan Penelitian ................................................................................................................................ 4
1.3 Identifikasi Masalah ............................................................................................................................ 4
1.4 Rumusan Masalah ............................................................................................................................... 4
1.5 Batasan Masalah ................................................................................................................................. 4
1.6 Hipotesa Penelitian ............................................................................................................................. 5
1.7 Kerangka Berpikir ................................................................................................................................ 5
BAB II ............................................................................................................................................................. 6
KAJIAN PUSTAKA ........................................................................................................................................... 6
BAB III .......................................................................................................................................................... 14
METODOLOGI PENELITIAN.......................................................................................................................... 14
3.1 Rancangan Penelitian ....................................................................................................................... 14
3.2 Sumber Data..................................................................................................................................... 14
3.3 Variabel ............................................................................................................................................. 15
BAB IV.......................................................................................................................................................... 16
ANALISA ...................................................................................................................................................... 16
4.1 Observasi .......................................................................................................................................... 16
4.2 Kuesioner ............................................................................................. Error! Bookmark not defined.
BAB 5 ........................................................................................................................................................... 16
SARAN DAN REKOMENDASI DESAIN ........................................................................................................... 16
Daftar Pustaka............................................................................................................................................. 17

1
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Kualitas pendidikan di Indonesia semakin menurun dibuktikan dari semakin bertambahnya


angka pengangguran di- Indonesia bahkan semakin banyaknya angka kriminal yang dilakukan
oleh anak-anak dibawah umur.

Pendidikan harusnya dapat menjadi lembaga penunjang pembentukan karakter yang


dapat menghasilkan generasi- masa depan yang memajukan kehidupan Bangsa Indonesia.

Faktor pendukung pendidikan terdiri atas 2 faktor yakni internal (diri individu) dan
eksternal (kondisi sekolah). Makalah ini mengacu pada faktor eksternal yakni kondisi sekolah
yang akan mempengaruhi cara belajar individu sehingga dapat mengetahui permasalahan yang
membuat kualitas pendidikan terus menurun serta solusi atas masalah tersebut.

Lembaga pendidikan adalah suatu tempat atau wadah dimana proses pendidikan
berlangsung yang dilaksanakan dengan tujuan untuk mengubah tingkah laku seseorang ke arah
yang lebih baik melalui interaksi dengan lingkungan sekitar serta wawasan dan pengetahuan
yang diperoleh. Pendidikan di Indonesia diwajibkan 9 tahun di Indonesia yakni Sekolah Dasar (3
tahnun), Sekolah Menegah Pertama (3 tahun) dan Sekolah Menengah Atas (3 tahun). Wadah
lembaga pendidikan adalah sebuah sekolah yang menjadi tempat bagi siswa dan siswi dapat
berkumpul dan belajar bersama dengan bimbingan dan arahan dari guru, yaitu pengajar
mereka.

Sekolah berisi ruang-ruang kelas dan ruang-ruang penunjang lainnya. Dalam sebuah ruang
kelas berisi elemen-elemen pendukung yang mewadahi kegiatan belajar pada siswa dan siswi.
Proses belajar disekolah merupakan sebuah sistem pengajaran dari seorang guru kepada siswa
dan siswi. Proses belajar menjadi bagian penting dalam lembaga pendidikan, sehingga proses

2
belajar perlu dipastikan sesuai dengan tujuan awalnya yaitu menjadi lembaga yang bertujuan
mengubah tingkah laku seseorang kearah yang lebih baik melalui pelajaran yang diajarkan.

Faktor pendukung proses belajar terdiri dari 2 faktor yaitu faktor eksternal dan internal.
Faktor eksternal berasal dari diri individu itu sendiri yakni motivasi belajar yang membuat
stimulasi bagi dirinya sehingga mendorong individu untuk belajar. Yang kedua adalah faktor
eksternal yang berasal dari luar individu tersebut seperti penyediaan wadah untuk belajar yang
salah satunya adalah sekolah.

Keberadaan sekolah menjadi peran penting dalam menunjang kegiatan belajar. Sehingga
peran arsitek adalah agar bisa membangun wadah pendidikan yakni sekolah yang bisa
menstimulan individu sehingga kegiatan belajar menjadi maksimal dari faktor internal maupun
eksternal.

Keberadaan sekolah mendorong stimulasi dari individu, maksudnya adalah bahwa desain
sekolah teremaksud pola tempat duduk,besar ruang kelas, bentuk ruang kelas, tipologi ruang
kelas, pencahayaan, kebisingan dan lainya adalah yang membutuhkan peran arsitek yang dapat
mengkaitkannya dengan psikologi individu yng belajar.

Sehingga makalah ini akan membahas satu dari beberapa aspek yang tersebut diatas, yakni
pola tempat duduk dan melihat pengaruhnya dalam individu tersebut besikap sosial karena
dalam kegiatan belajar juga diperlukan sikap sosial yang aktif yang juga akan mendukung proses
belajar.

3
1.2 Tujuan Penelitian
Berikut merupakan tujuan dilakukannya penelitian ini :

1. Mengetahui pengaruh pola tempat duduk terhadap optimalisasi belajar.


2. Mengetahui pengaruh pola tempar duduk terhadap sikap sosial siswa dan siswi sekolah dasar.

1.3 Identifikasi Masalah


Berdasarkan latar belakang diatas dapat kita temukan beberapa permasalahan yaitu:

1. Minat belajar yang rendah memberi pengaruh nyata bagi siswa dan siswi karena menentukan
prestasi di sekolah yang bisa menjadi prediksi untuk masa depan siswa dan siswi
2. Moral, etika dan cara bersosialisasi anak-anak di Indonesia semakin menurun.

1.4 Rumusan Masalah


Berdasarkan permasalahan di atas maka dapat kita ambil rumusan masalah sebagai berikut:

1. Bagaimana pengaruh pola tempat duduk terhadap optimalisasi belajar ?


2. Bagaimana pengaruh pola tempat duduk terhadap sikap sosial ?
3. Bagaimana pola tempat duduk yang baik bagi optimalisasi belajar ?
4. Bagaimana pola tempat duduk yang tepat bagi pengembangan sikap sosial ?

1.5 Batasan Masalah


Berikut merupakan batasan masalah dari penelitian ini:

1. Siswa dan Siswi sekolah dasar (SD) karena sekolah dasar merupakan elemen pendidikan pertama
dan paling dasar bagi siswa dan siswi di Indonesia.
2. Data yang diambil berdasarkan ruang kelas kecil dengan murid yang banyak, ruang kelas kecil
dengan murid yang sedikit, ruang kelas besar dengan murid yang banyak dan ruang kelas kecil
dengan murid yang sedikit.

4
1.6 Hipotesa Penelitian
Berikut merupakan hipotesa penelitian ini:

1. Pola tempat duduk yang tepat akan memberi pengaruh baik yang akan optimalisasi belajar
seorang individu.
2. Data yang diambil berdasarkan 2 ruang kelas yang pola tempat duduknya berbeda.

1.7 Kerangka Berpikir

5
BAB II

KAJIAN PUSTAKA

2.1 Environmental Psychology For Design 2ND Edtion


Modes of Learning (Metode Pembelajaran)

Tujuan utama lingkungan belajar adalah untuk mendukung perolehan keterampilan baru
melalui tiga mode: visual, pendengaran dan kinestetik.

- Visual memproses intormasi dari apa yang mereka lihat dan pikirkan dalam bentuk
gambar
- Auditori memproses informasi dari apa yang didengar: mereka mendengarkan dengan
saksama dan akal melalui diskusi.
- Kinestetik memproses intormasi dengan mengalaminya, melakukan, dan menyentuh.
Mereka lebih cenderung untuk mencoba hal-hal dan memanipulasi mereka

Kebanyakan orang melalui tiga mode sampai tingkat tertentu; Namun, seseorang memiliki
mode pilihan yang dia gunakan lebih dari dua lainnya. Sekitar 35% secara visual, 25% secara
pendengar, dan 40% sisanya belajar menari secara tipikal (Ngee Ann Polytechnic, 2001).
Dengan memahami bagaimana orang belajar. Perancang dapat menyesuaikan lingkungan
untuk mengoptimalkan proses belajar tertentu (lihat Tabel 1.1)

Cara Belajar Cara Mengarah ke desain


Gunakan pengaturan tempat duduk setengah lingkaran, dan
Membaca dan Pendengaran sertakan fitur yang memfasilitasi diskusi kelompok kecil
mendengarkan seperti ceruk atau ceruk Pastikan kontrol kebisingan
mengganggu suara eksterior, namun mencakup sound
system untuk musik latar belakang rendah tanpa kata-kata.
Pastikan kontrol kebisingan mengganggu suara eksterior pada
Melihat foto akustik kelas yang tepat. Berikan multimedia. poster, lukisan,
atau melihat Penggelihatan dan gambar yang penting dan penetrasi visual menggunakan
demonstrasi cahaya alami, karena lampu neon mengganggu. Menahan diri
Film maupun dari penggunaan warna dinding yang menjemukan.
pameran
Berikan tempat duduk tambahan yang fleksibel untuk
Ikut serta dalam Kinestetik penempatan lantai tambahan di dalam "kursi jendela area
diskusi kelompok, karakter goyang, atau langkah lebar ke panggung
kecil di kelas
Campuran Menyediakan ruang laboratorium terbuka dan permukaan
Melihat secara antara kerja datar yang besar untuk membuat model dan
nyata pendengaran kesempatan belajar eksperimental untuk memudahkan siswa
penggelihatan bergerak di sekitar

6
dan kinestetik

Tabel 1.1 Design Strategies Based on Modes of Learning (Strategi Desain Berdasarkan Mode
Belajar)

Lingkungan belajar pertama yang akan dihadapi anak muda adalah pembibitan dan kamar
tidur mereka Penting untuk dipahami bahwa orang muda berkembang dengan sangat cepat
selama tahun-tahun pertama kehidupan mereka, dan sangat penting untuk menyediakan
individu dengan alat yang memadai dan tepat untuk membantu memfasilitasi perkembangan
tersebut (lihat Tabel 1.2)

Umur Ketajaman Visual Inisiatif Desain Benda


Satu Bulan Kontras Tinggi Hitam Putih Panda atau cetakan pintu dan
jendela
Empat Bulan Pemisahan Objek Mengambang di antara Ponsel atau Artikulasi langit-
dua objek. langit
Lima Bulan Perkembangan Susunan Warna Wallpaper / pola karpet

Tabel 1.2 Basic Design Considerations for Developmental Stages

Ambient Conditions (Kondisi lingkungan)

Lingkungan sekolah merupakan kualitas nonvisual yang memperngaruhi suasana hati


dan kenangan seseorang. Kualitas nonvisual tersebut meliputi warna, kebisingan,
pencahayan dan suhu. Warna dan kebisingan memiliki dampah khas pada seseorang dan
keramaian dapat menunjukan prilaku social dan psikologi. Ada beberapa orang merasa
terganggu pada saat, dia berada di dalam kerumunan dan menderung memisahkan diri dari
keranayan itu dan cenderung pendiam. Ruang pribadi memiliki zona private dimana zona itu
membatasi diri dari beberapa factor seperti daktor jenis kelamin, usia dan budaya. Penelitan
menunjukan bahwa kebutuhan ruang pribadi siswa meningkat seiring bertambahnya usia.
Pada Anak perempuan cenderung menggunakan zona ruang pribadi yang lebih kecil saat
mereka berinteraksi dengan individu yang tidak asing lagi, sedangkan laki-laki cenderung
lebih sensitif dan reaktif terhadap invasi ruang pribadi mereka.

Classrooms (Ruang Kelas)

Saat merancang ruang kelas, Harus pertimbangkan penggabungan cara pandang anak-anak
sehingga anak dapat menjaga kontak visual dengan pengasuhnya dari berbagai lokasi.
Membuat anak merasa lebih aman di lingkungan tersebut, sehingga mendorong
mengeksplor yang lebih besar. Tanpa hubungan visual ini, anak tersebut dapat mengatasi
risiko sehingga menyebabkan dia menarik diri dari cemas atau bosan, dan terlibat dalam
perilaku yang tidak diinginkan. Ruang penglihatan ini harus berada pada ketinggian yang
sama dengan ruang kelas dan memungkinkan akses visual bagi pengasuh dan anak-anak. Di

7
dalam ruang kelas, anak-anak membutuhkan banyak kesempatan untuk mengalami indra
peraba/ merasa sesuatu yang mencakup lingkungan lembut yang responsif terhadap
sentuhan. seperti karpet, pasir, kotoran, binatang berbulu, ayunan ayunan, tanah liat, cat,
dan air. Atribut jenis ini cenderung sesuai dengan kenyamanan dan membantu
menghilangkan stress. Selain itu, harus ada banyak ruang display untuk barang seperti
tanaman, ikan, dan burung. Kehadiran kehidupan, selain manusia, akan membantu orang
muda untuk merenungkan sifat lingkungan yang jauh lebih meyakinkan dari pada beberapa
boneka mainan berukuran kecil. Akhirnya, desainer akan ingin membuat ruangan yang
mengakomodasi organisasi logis dari item kelas umum untuk meningkatkan pemahaman
anak-anak tentang ruang.

Pada kebanyakan layout, lokasi ideal untuk area istirahat berada di sisi utara bangunan
tersebut cenderung lebih gelap dan dingin. Desainer juga harus mempertimbangkan warna
yang lebih gelap atau tidak menyala di daerah di mana aktivitas yang lebih tenang harus
dilakukan. Penggunaan palet warna yang tenang, lingkungan yang terkendali dan ruang yang
lebih gelap dan dingin akan membantu mengurangi tingkat stimulasi di dalam ruang dan
membantu anak untuk rileks.

Schools (Sekolah)
Sekolah merupakan lembaga yang dirancang untuk pengajaran siswa/murid di bawah
pengawasan guru. Dalam merancang bangunan sekolah dirancang untuk menerima sebanyak
mungkin udara segar dan sinar matahari langsung. Pada ruang kelas dengan sedikit jendela
menjadi normal, karena jendela dianggap sebagai sumber kelebihan panas dan gangguan.
Ini, bersamaan dengan fasilitas yang lebih besar, terutama di sekolah menengah, semua
namun mengurangi cahaya alami dan udara segar yang beredar di dalam ruang kelas.
Kecenderungan tren saat ini dalam desain sekolah telah beralih ke konsolidasi: sekolah yang
lebih besar dan terpusat yang mengakomodasi lebih banyak siswa. Tren ini terutama
didorong oleh biaya; Dengan hanya satu struktur, uang yang akan dikeluarkan untuk
mempertahankan beberapa bangunan bisa dialokasikan kembali ke pendidikan. Akibatnya,
lebih banyaknya siswa dari pada bangunan sekolah menengah dan menengah perkotaan
menyaingi beberapa universitas yang lebih besar: namun beberapa penelitian menunjukkan
bahwa apa yang tersimpan dalam sumber keuangan hilang dalam pengembangan sosial dan
biaya transportasi.

DESAIN FASILITAS

Ada beberapa pertimbangan pada saat merancang suatu kelas yang dapat
mempengaruhi pembelajara. Misalnya: pencahayan yang masuk didalam ruang kelas
dapat mempengaruhi oleh sinar matahari. Sinar matahari yang berlebih di dalam
kelas dapat menggagu aktifitas di dalam kelas, seperti pengelihatan di karena
bayangan yang masuk dan suhu di dalam ruang kelas yang berubah-ubah. Tidak

8
hanya sinar matahari kebisingan juga dapat menggangu aktifitas di dalam kelas
karena memecahkan konsentrasi siswa/murid pada saat pembelajaran berlangsung.

Circulation (Sirkulasi)

Sirkulasi pada lorong dan koridor bisa berfungsi ganda sebagai ruang belajar aktif. Jalur yang
dapat meningkatkan kesempatan untuk interaksi sosial positif dan menciptakan transisi
lembut antar ruang. Belokan dan tikungan juga dapat dikonfigurasi untuk menciptakan area
unik untuk dipelajari dan istirahat singkat bagi siswa. Dan harus sesuai dengan standar.
Koridor yang Panjang dapat di tambahkan beberapa penunjang seperti tempat duduk dan rak
buku. Bahan ini akan membantu menambahkan dimensi yang lebih ringan ke ruang yang
seringkali mencolok dan tidak mengesankan. Selain itu, area ini mungkin dirancang untuk
menyoroti berbagai karya siswa serta mengandung beragam dedaunan indoor dan struktur
bangunan;

Namun, kehati-hatian harus dilakukan agar tidak menimbulkan intimidasi. Komponen desain
bisa mencakup dinding yang mengembang untuk meminimalkan kedalaman meningkatkan
jarak pandang dengan cut-out (jendela) di dinding samping. Pertimbangkan untuk
memasukkan jendela yang terbuka di sepanjang koridor sehingga bisa dibuka saat cuaca baik
sehingga membuat kontak dengan alam bebas. Mengurangi batas-batas visual melalui
penciptaan ruang terbuka sebagian / tertutup sebagian dengan ruang tertutup yang saling
berdekatan. membantu mencegah masalah perilaku di sekolah. Ruang terbuka ini bersama
dengan sejumlah jendela yang lebih besar memungkinkan "pengawasan pasif" (para guru
dapat mengawasi murid-murid mereka dengan cara yang kurang mengganggu atau tidak
biasa), yang meningkatkan rasa komunitas dan mengurangi frekuensi perilaku negatif.

9
Classroom Design (Desain Kelas)

Ruang kelas berbentuk segi empat memiliki jarak pandang yang lebih interaktif. Saat
merancang ruang kelas harus mempertimbangkan beberapa factor yang dapat menunjuang
pada saat pembelajaran berlangsung. Tujuan untuk merancang ruang kelas harus menjadi
pengembangan lingkungan yang sesuai dengan usia dan inspirasi yang tidak terlalu banyak
atau kurang optimal. Namun, penting untuk diingat bahwa anak-anak tidak mengerti atau
menanggapi referensi spasial dengan cara yang sama seperti orang dewasa. Untuk contoh
lantai lorong yang panjang mungkin menunjukkan tempat untuk berjalan untuk orang
dewasa; Tapi bagi anak-anak itu adalah tempat yang tepat untuk berlatih lari, bersanding,
meluncur, atau membuat suara melengking lucu dengan sepatunya. daya tarik menciptakan
gema atau membuat suara deru keras saat berlari di permukaan yang keras sangat menarik
bagi kebanyakan anak. Demikian juga, dinding lebih rendah menunjukkan pembagian ruang
untuk orang dewasa; Tapi bagi anak-anak mereka sering terlihat sebagai sesuatu yang
dilompati, naik, atau tempat untuk melatih keterampilan menyeimbangkan seseorang. Untuk
menghindari perilaku yang tidak diinginkan atau berpotensi berbahaya, arsitek ruang harus
mempertimbangkan perspektif anak-anak pada saat merancang kelas.

Masa depan lingkungan belajar adalah lingkungan yang tampaknya berkembang hampir
secepat lingkungan perawatan kesehatan. kemajuan teknologi online mendorong cara baru
untuk menyampaikan informasi. Beberapa peneliti baru menganjurkan metode
pembelajaran visual dan pendengaran tradisional untuk ditempatkan secara online sehingga
waktu kelas dapat didedikasikan untuk kesempatan belajar kinestetik bersamaan dengan
diskusi kelompok. Dengan sekolah paradigma baru ini, dibutuhkan lebih banyak ruang studio
atau laboratorium untuk mengeksplorasi gagasan dan konsep. Dengan pembelajaran
partisipatif semacam ini, siswa akan memerlukan tempat di mana mereka dapat menyimpan
peralatan dan proyek pribadi dengan aman, serta ruang-ruang untuk kelompok individu,
kelompok kecil dan kelompok yang lebih besar Beberapa pusat pembelajaran yang lebih kecil
mungkin mencakup loteng atau ceruk kecil, sedangkan loteng yang lebih besar, sedangkan
kegiatan yang lebih besar mungkin terjadi di ruang kelas atau tempat kuliah yang diatur
secara tradisional.

Konfigurasi Kelas

Pada desain kelas, kelas di berbentuk persegi panjang agar guru dan murid mudah
berinteraksi dan guru menjadi fokus utama siswa/murid. Desain kelas di bagi menjadi dua:
desain kelas yang baik, kelas yang memiliki ruang yang luas dan plafon yang tinggi agar siswa
lebih fokus terhadap guru dan nyaman di dalam kelas. sedangkan desain kelas yang kurang
baik, kelas yang tidak dikarenakan suhu ruangan, kebisingan, atau cahaya yang tidak cukup
akan memberikan efek negative dalam pembelajaran siswa. Dinding merupakan elemen
didalam kelas kerana dapat dijadiakan elemen pembelajaran siswa dan murid pada saat di
dalam kelas. Gagasan untuk menggunakan dinding di kelas dengan cara ini memberi
perhatian pada materi pembelajaran baru sambil memperkuat materi yang telah dipelajari.

10
Gambar.1.1 Ruang kelas di SD N 08 PAGI

Dimana kelas tersebut menjadikan dinding sebagai salah satu cara pembelajran

Dengan cara memajang beberapa ornament patung dan lukisan.

2.4 Psikologi Pendidikan, Sri Esti Wuryani Djiwandono

Psikologi pendidikan adalah sebuah pengetahuan berdasarkan riset psikologi yang menyediakan
serangkaian sumber-sumber untuk membantu melaksanakan tugas-tugas seorang guru dalam
proses belajar mengajar secara efektif - barlow (syah, 1997/hal 12)

Tingkah laku mahasiswa

Seorang siswa bukan hanya dituntut untuk aktif dalam belajar dan membaca buku tetapi siswa
juga dituntun untuk aktif dalam berdiskusi karena kemampuan siswa untuk belajar sangat
berhubungan terhadap tahap-tahap perkembangan kognitif mereka ( piaget 1964).

Pengelolaan kelas adalah komponen penting dalam peran guru seperti mengatur kelas dan
membuat kerangka belajar ( lamberch 1989). Tugas guru sangat penting dalam mengatur
kurikulum belajar, tetapi pengaturan kelas juga sama pentingnya agar dapat bekerja secara
efisien dan mengatur masalah-masalah potensi siswa.

Dalam buku Good & Grows, 1975; McDonald & Rbas 1976 mengatakan bahwa guru-guru yang
mengatur kelas dengan baik juga cenderung untuk menghasilkan siswa yang lebih suka belajar.

Fungsi perencanaan adalah keputusan tentang fasilitas sekolah untuk siswa dengan tujuan
menentukan kebutuhan serta model pengajaran dan strategi mengajar yang paling cocok untuk
pencapaian kesuksesan. Fungsi pelaksanaan mengharuskan guru untuk melaksanakan
keputusan yang dibuat dalam tahap perencanaan, strategi mengajar, dan kegiaran belajar.

Fungsi dari evaluasi atau penilaian tentang kesesuaian tujuan yang dipilih yang sama dengan
pedoman strategi pengajaran terhadap tujuan dan akhir apakah siswa mengerti atau tidak

11
terhadap hal yang dimaksudkan oleh guru, dan perlukah unutk membuat strategi perencanaan
yang baru atau tidak.

Step :

Perencanaan pelaksanaan pengevalusian

Konsep – konsep asas psikologi salah satunya adalah keperluan murid seperti susunan tata
ruang.

Dalam tingkah laku banks & thompson (1995) juga mengatakan bahwa psikologi pendidikan
adalah kajian tentang perlakuan atau tingkah laku manusia dalam proses pelajaran dan
pembelajaran dalam bilik darjah

Tardif ( syah, 1997/hal 13) juga mengatakan bahwa psikologi pendidikan adalah sebuah bidang
studi yang berhubungan dengan penerapan pengetahuan tentang perilaku manusia untuk
usaha-usaha kependidikan.

karakter anak dalam keaktifan sangat berpengaruh terhadap lingkungan dan keluarganya

-keluarga merupakan bagian dari jalur pendidikan luar sekolah yang memberikan keyakinan
agama, nilai budaya, nilai-nilai moral, dan keterampilan"
( UU sistem pendidikan Nasional no. 2/1989)
- democritus adalah filsuf pertama yang menekankan bahwa besarnya pengaruh lingkungan dan
suasana keluarga terhadap kepribadian

karakter anak dibentuk oleh lingkungan dan juga keluarga itu adalah faktor yang paling besar
dalam menentukan karakteristik anak

2.5 Psikologi pendidikan – shahabuddin hashim, mahani razali, ramlah

Peningkatan anak-anak
Peringkat anak-anak pada umur 6 – 11 tahun. Pada usia tersebut keinginan terhadap sesuatu
dan menguasai adalah sebahagian daripada kehidupan sehari hari. Karena pada usia tersebut
begitu besar rasa untuk membuktikan kejayaan dalam bidang yang diminatinya sehingga
mereka dapat mengendalikan tubuh mereka dalam aktiviti bersosial.

Teori perkembangan menurut sigmund freud


Rasa yang terpendam dalam diri kanak-kanak akan mendorong tingkah laku seperti mengingat,
berfikir dan bertindak.Rasa pribadi dan perkembagan manusia salah satu peringkat tersebut
adalah peringkat super ego. Peringkat super ego tercipta karena adanya norma-norma, moral

12
dan nilai susila setempat atau dengan kata lain super ego tercipta akibat lingkungan anak. Super
Ego akan memahami dan menghayati dengan tegas tentang sesuatu tingkah laku yang boleh
atau tidak untuk dilakukan. Super ego akan menjadi sebahagian daripada personaliti seseorang.

Pendidikan adalah usaha untuk mendidik anak agar dapat meningkat ke taraf yang lebih maju.
Pendidikan tergantung dari masing-masing individu, tujuan dari pendidikan mengembangkan
semua potensi yang dimiliki oleh individu agar menjadi maksimal. (Perilaku organisme bersifat
kompleks)

Psikologi Pendidikan: Psikologi yang mempelajari penggunaan psikologi dalam masalah


pendidikan.

Witherington: psikologi pendidikan adalah studi yang sistematis terhadap proses-proses dan
faktor-faktor yang berhubungan dengan pendidikan. Sedangkan pendidikan adalah proses
pertumbuhan yang berlangsung yang berlangsung dari tindakan-tindakan belajar

Crow & Crow: memberikan gambaran dan penerapan tentang pengalaman-pengalaman


belajar seorang individu sejak dilahirkan s/d usia tua. Pendidikan Informal Didapat dari
belajar yang secara relative kurang atau tanpa disadari, yang berlangsung bebas menyertai
kehidupan sehari-hari.
Pendidikan Formal didapat dari belajar yang mempergunakan program terencana, biasanya
disebut pendidikan sekolah . Pokok persoalannya adalah keadaan - keadaan yang dapat
digunakan untuk mempelajari belajar.

dalam hal ini, keluarga dan lingkungan sangat berperan penting dalam karakteristik anak
sehingga dapat menciptkan kebiasaan anak yang cendrung diam , aktif , atau terlalu aktif. Maka
guru atau pelaku riset perlu cermat dalam melihat karakter dalam diri anak tersebut.

13
BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Rancangan Penelitian


Pada penelitian ini penulis mengunakan metode observasi dan wawancara. Melalui pendekatan
kualitatif, yaitu pendekatan secara primer menggunakan paradigma berdasarkan pengalaman individu
atau pandangan individu. Strategi pendekatan terebut adalah dalam bentuk penelitian yang berfokus
pada pola duduk dan makna sosiologis melalui observasi dan wawancara lalu dengan pertanyaan yang
mengacu pada standar psikologi aspek sosial individu, lalu akan dibandingkan dengan teori yang
berkaitan dengan kedua aspek tersebut dan selanjutnya akan diketahui faktor pendukung yang paling
berpengaruh terhadap aspek tersebut dan membuat kesimpulan.

3.2 Sumber Data


1. Penentuan variabel dilakukan dengan pengamatan langsung (observasi) dan penelitian dengan
mewawancarai Guru dan Siswa/Siswi sekolah dasar. Pengamatan untuk melihat sejauh mana
tingkat sosialisasi individu dan jawaban atas pertanyaan mengenai kriteria kelas yang berkaitan
dengan masalah penelitian yang mengacu kepada prestasi dan aspek sosial. Pengamatan akan
dilakukan kepada SD N 08 Pagi, petukangan utara atas kriteria yang sudah ditentukan.

14
3.3 Parameter
Orang yang berada di sekitar individu akan mempengaruhi sifat dari individu itu sendiri

Optimalisasi
Terpengaruhi sesuai keadaan sekitar individu tersebut yan dominan

15
BAB IV

ANALISA

4.1 Observasi

Objek peneleitian adalah SD 08 Pagi, Petukangan Utara

Macam-macam kelas tersebut dapat kita lihat pada foto berikut:

1. Ruan kelas dengan duduk sendiri


2. Ruang kelas dengan duduk bersebelaha

BAB 5

SARAN DAN REKOMENDASI DESAIN

(Rekomendasi design berupa luasan kelas dan jumlah murid yang baik untuk prestasi serta aspek sosial
siswa dan siswi sekolah dasar)

16
Daftar Pustaka

- Enviromental psychology for design dak kopec


- The logic of the space bill hillier
- Psikologi pendidikan,shahabuddin hashim, mahani razali, ramlah jantan
- Psikologi pendidikan,sri esti wuryani djiwandono
- PSIKOLOGI PENDIDIKAN : Arumi SavitriFatimaningrum, S. Psi.
- PSIKOLOGI PENDIDIKAN NANDANG BUDIMAN

17

Anda mungkin juga menyukai