Anda di halaman 1dari 17

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Sehubungan dengan globalisasi dan berkembangnya teknologi informasi
telah mengakibatkan kaburnya batas-batas antar negara (baik secara politik,
ekonomi, maupun sosial), masalah nasionalisme dan patriotisme tidak lagi
dapat dilihat sebagai masalah sederhana yang dapat dilihat dari satu perspektif
saja. Dalam dunia yang oleh sebagian orang disifatkan sebagai dunia yang
semakin borderless, banyak pengamat yang mulai mempertanyakan kembali
pengertian negara beserta aspek-aspeknya. Masalah pembangunan
nasionalisme dan patriotisme di Indonesia saat ini tengah menghadapi
tantangan yang berat, maka perlu dimulai upaya-upaya untuk kembali
mengangkat tema tentang pembangunan nasionalisme dan patriotisme.
Apalagi di sisi lain, pembahasan atau diskusi tentang nasionalisme dan
patriotisme di Indonesia justru kurang berkembang (atau mungkin memang
kurang dikembangkan).
Indonesia merupakan laboratorium sosial yang sangat kaya karena
pluralitasnya, baik dari aspek ras dan etnis, bahasa, agama dan lainnya. Itu pun
ditambah status geografis sebagai negara maritim yang terdiri dari setidaknya
13.000 pulau. Bahwa pluralitas disatu pihak adalah aset bangsa jika dikelola
secara tepat, dipihak lain ia juga membawa bibit ancaman disintegrasi.
Karakter pluralistik itu hanya suatu pressing factor dalam realitas ikatan
negara. Di tengah situasi bangsa Indonesia yang seperti itu, nasionalisme
sangat di butuhkan untuk menjaga Negara Kesatuan Republik Indonesia.
Oleh karena itu, kami berusaha merangkum sedemikian rupa dan mencoba
membedah apa saja yang seharusnya dilakukan sebagai wujud dari sikap
Nasionalisme dan Patrotisme dan mengapa hal ini menjadi sangat penting
dalam mewujudkan Bangsa Indonesia yang sedang mengalami krisis
Nasionalisme dan Patriotisme khususnya di kalangan remaja Indonesia.

1
1.2 Rumusan Masalah
1.2.1 Bagaimana nasionalisme para pemuda di Indonesia zaman sekarang?
1.2.2 Bagaimana nasionalisme remaja dari kalangan pelajar atau mahasiswa?
1.2.3 Strategi apa saja yang dapat dilakukan untuk menguatkan rasa
nasionalisme dan patriotisme di era global?
1.2.4 Bagaimana cara membangkitkan rasa nasionalisme dengan menghargai
keragaman?
1.2.5 Apa pengaruh globalisasi terhadap nilai-nilai nasionalisme ?
1.2.6 Apa yang harus kita lakukan agar nasionalisme di Indonesia tidak kian
memudar?
1.3 Tujuan
1.3.1 Untuk mengetahui bagaimana rasa nasionalisme pada zaman sekarang
1.3.2 Untuk mengetahui bagaimana rasa nasionalisme remaja dikalangan pelajar
atau mahasiswa
1.3.3 Untuk mengetahui strategi apa saja yang dapat dilakukan untuk
menguatkan rasa nasionalisme dan patriotisme di era global
1.3.4 Untuk mengetahui cara membangkitkan rasa nasionalisme dengan
menghargai keragaman
1.3.5 Mengetahui pengaruh globalisasi terhadap nilai-nilai nasionalisme
1.3.6 Untuk mengetahui apa yang harus kita lakukan agar nasionalisme di
Indonesia tidak memudar

2
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Nasionalisme Para Pemuda Indonesia


A. Nasionalisme

Nasionalisme berasal dari kata nation yang berarti bangsa. Menurut


Kamus Besar Bahasa Indonesia (Ali dkk., 1994:89), kata bangsa memiliki arti: (1)
kesatuan orang yang bersamaan asal keturunan, adat, bahasa, dan sejarahnya serta
pemerintahan sendiri; (2) golongan manusia, binatang, atau tumbuh-tumbuhan
yang mempunyai asal-usul yang sama dan sifat khas yang sama atau bersamaan;
dan (3)kumpulan manusia yang biasanya terikat karena kesatuan bahasa dan
kebudayaan dalam arti umum, dan yang biasanya menempati wilayah tertentu di
muka bumi. Beberapa makna kata bangsa diatas menunjukkan arti bahwa bangsa
adalah kesatuan yang timbul dari kesamaan keturunan, budaya, pemerintahan, dan
tempat. Pengertian ini berkaitan dengan arti kata suku yang dalam kamus yang
sama diartikan sebagai golongan orang-orang (keluarga) yang seturunan;
golongan bangsa sebagai bagian dari bangsa yang besar (ibid, 1994:970).

B. Patriotisme

Patriotisme berasal dari kata Patriot, yang artinya adalah pecinta dan
pembela tanah air. Sedangkan patriotisme maksudnya adalah semangat cinta tanah
air. Pengertian patriotisme adalah sikap untuk selalu mencintai atau membela
tanah air, seorang pejuang sejati, pejuang bangsa yang mempunyai semangat,
sikap dan perilaku cinta tanah air, dimana ia sudi mengorbankan segala-galanya
bahkan jiwa sekalipun demi kemajuan, kejayaan dan kemakmuran tanah air.

Patriotisme atau kepahlawanan adalah watak untuk berkorban guna


sesuatu tugas besar dan cita-cita besar sebagai perluasan dari “Pahlawan adalah ia
yang berkorban untuk tugas besar dan cita-cita besar. Kepahlawanan bukan
monopolinya seseorang atau segolongan tetapi kepahlawanan adalah suatu

3
perhiasan watak, yang setiap rakyat kita dapat memiliki, asal ia bersedia
berkorban untuk sesuatu tugas besar atau untuk untuk sesuatu cita-cita besar.

Setiap memasuki bulan Oktober, kita akan selalu diingatkan oleh sebuah
peristwa bersejarah dalam perjalanan bangsa ini. Peristiwa tersebut kita kenal
sebagai Sumpah Pemuda 28 Oktober 1928. Sebagai bangsa beradab, tentu kita
tidak ingin momentum bersejarah ini terlewatkan begitu saja. Seharusnya ada
makna yang bisa diambil dari peristiwa besar ini. Salah satu makna paling
menonjol dari peristiwa Sumpah Pemuda ini adalah menguatnya semangat
nasionalisme di kalangan pemuda saat itu.

Semangat nasionalisme telah mengilhami pemuda pada masa itu, hingga


mereka mampu menjadi pilar penting dan berada pada garda terdepan dalam
merintis perjuangan kemerdekan bangsa Indonesia. Menarik untuk
mempertanyakan bagaimana pula dengan semangat nasionalisme dan kepeloporan
pemuda hari ini? Pertanyaan ini acap kali muncul di tengah keprihatinan berbagai
kalangan yang mengkhawatirkan semakin lemahnya eksistensi dan posisi politik
pemuda masa kini, terutama dalam mengemban misi kebangsaan.

Nasionalisme pemuda nasionalisme merupakan suatu kehendak untuk


bersatu sebagai bangsa. Kehendak ini tumbuh karena didorong kesadaran akan
adanya riwayat atau pengalaman hidup yang sama dan dijalani bersama. Demikian
pengertian yang diberikan oleh Ernest Renan yang sering disebut sebagai bapak
nasionalisme.

Peristiwa kongres pemuda tanggal 28 Oktober 1928 yang kemudian kita


peringati sebagai Sumpah Pemuda adalah manifestasi tumbuhnya kesadaran
nasional (nasionalisme) dalam perjuangan menghadapi kolonialisme dan
imperialisme Belanda waktu itu. Langkah ini menjadi semacam titik balik dari
pola perlawanan sebelumnya yang lebih bersifat lokal. Tidak bisa dipungkiri
bahwa tumbuhnya kesadaran tersebut secara nasional tidak bisa dilepaskan dari
kontribusi pemuda pada masa tersebut dengan idealisme dan paradigma barunya.

4
Demikianlah seterusnya, sejarah panjang bangsa ini mencatat konstribusi
yang diberikan kaum muda di setiap persimpangan sejarah. Hingga wajar jika
banyak pengamat sejarah yang menyatakan bahwa sejarah suatu bangsa
sesungguhnya adalah sejarah kaum muda. Pemuda hadir pada titik persimpangan
sejarah dan memberi arah bagi perjalanan bangsa ini. Sekadar menjadi catatan,
perjuangan kaum muda di panggung sejarah juga terjadi di hampir seluruh
belahan dunia.

Sejarah mereka adalah sejarah perlawanan dan pembelaan. Seperti ada


benang merah bahwa gerakan pemuda biasanya lahir dari kondisi yang dihadapi
masyarakat yang sudah tidak sesuai lagi dengan cita-cita negara dan harapan
masyarakatnya. Mereka merespons berbagai situasi dan kondisi tersebut atas dasar
kesadaran moral, tanggung jawab intelektual, pengabdian sosial, dan kepedulian
politik. Tidak jarang pula ditemukan bahwa situasi global sering menjadi faktor
yang memicu dan mematangkan kekuatan aksi mereka.

Semangat zaman Lantas muncul pertanyaan bagaimana dengan pemuda


masa kini? Bagaimana kita menakar nasionalisme mereka saat ini? Bagaimana
pula kita memaknai peran, posisi dan kontribusi politik generasi yang sekarang ini
lebih dikenal sebagai generasi anak nongkrong itu dalam panggung sejarah
perubahan?

Louis Gottschalk dalam bukunya yang berjudul Mengerti Sejarah,


memperkenalkan istilah zeigest yang biasa diartikan sebagai semangat zaman.
Setiap zaman, diidentifikasi memiliki karakteristiknya sendiri. Ada tiga unsur
yang mempengaruhi karakteristik semangat zaman. Pertama, ia bisa didesain oleh
manusia sebagai pelaku atau tokoh sejarah. Kedua, semangat zamanlah yang
membentuk manusia.

Ketiga, semangat zaman lahir dari sturuktur politik dan kebijakan negara.
Dalam sejarah perjalanan bangsa yang menempatkan sosok kaum muda sebagai
instrumen perubahan, peran politik kaum muda setidaknya dipengaruhi oleh tiga

5
faktor yaitu: mainstream isu yang berkembang, kepandaian menerjemahkan
semangat zaman, dan ketepatan merumuskan strategi perjuangannya.

Pemuda Indonesia dalam sejarahan cukup memainkan perannya dalam


'mendesain' setiap peristiwa besar perubahan bangsa ini, bahkan sekaligus menjadi
aktor utama dalam peristiwa perubahan tersebut. Dalam hal ini bisa katakan
bahwa pemuda telah memiliki daya responsivitas yang tinggi dalam
menerjemahkan semangat zamannya masing-masing. Namun di sisi lain,
kenyataan memilukan yang juga sering mengemuka di setiap panggung sejarah
perubahan adalah bahwa kaum muda seperti kurang memiliki energi untuk
mengarahkan perubahan serta kurang memiliki kesiapan kompetensi untuk
mengisi perubahan tersebut.

Di situlah letak tantangan yang harus dihadapi oleh kaum muda saat ini
dihadapkan pada berbagai persoalan, baik di tingkat lokal seperti korupsi,
kemiskinan, pengangguran, kemandirian dan lain-lain maupun di tingkat global
seperti isu-isu lingkungan hidup, pemanasan global, terorisme, dan sebagainya. Itu
semua tentu saja tidak bisa diselesaikan oleh para pemuda yang hanya bisa
bernostalgia dan beromantisme mengenang masa yang telah berlalu.

Setiap perubahan perlu energi besar yang lahir dari jiwa yang senantiasa
menggelora khas anak muda, cerminan dari hati yang bersih serta nurani yang
senantiasa berkobar. Jadi bukan munculnya generasi anak nongkrong yang jadi
persoalan. Namun, intinya adalah ketika sensitivitas krisis dari generasi muda
terus melemah serta kepeduliannya terhadap persoalan-persoalan besar telah
terkikis, maka tunggulah saat di mana pemuda akan semakin menepi dan
terpinggirkan dari panggung sejarah peradaban.

Zaman mungkin boleh berubah, semangat zaman yang menyertainya pun


mungkin saja berbeda. Tetapi sekali lagi, akan selalu ada cahaya di ujung lorong
yang gelap jika tetap ada sekelompok pemuda di setiap zaman yang tidak
kehilangan sensitivitas dan kepeduliannya. Dua hal ini merupakan substansi dari

6
nasionalisme yang dapat dipakai sebagai syarat minimal guna menakar
nasionalisme kaum muda di setiap zaman.

2.2 Nasionalisme Remaja dari Kalangan Pelajar atau Mahasiswa


Keberanian dan patriotisme generasi muda masa lalu, khususnya pelajar dan
mahasiswa dalam hal bela bangsa tidak bisa dianggap remeh. Berkat cucuran
darah merekalah, negeri ini bebas dari penindasan penjajahan. Namun generasi
anak muda zaman sekarang sering dituduh larut dalam euforia kemerdekaan yang
makin melunturkan semangat patriotisme.

Dalam catatan sejarah, peran serta pemuda selalu hadir dalam setiap fase-fase
perjuangan. Pada saat kebangkitan nasionalisme Indonesia misalnya, muncul
gerakan Boedi Oetomo tahun 1908. Meskipun gerakan ini hanya mencakup
masyarakat Jawa saja, namun gebrakannya tetap menjadi inspirasi bagi
tumbuhnya rasa kebangsaan. Dalam gerakan ini, sejumlah mahasiswa kedokteran
Stovia, Jakarta, yang sudah muak terhadap para penjajah, bangkit membentuk
organisasi yang membela kaum papa, dengan memberikan pelayanan kesehatan
bagi rakyat yang hidupnya menderita.

Pada tahun 1928, sekali lagi pelajar-pelajar Indonesia yang tengah menimba
ilmu di dalam maupun luar negeri seperti Soepomo, Hatta, Sutan Syahrir dan
Soekarno terus aktif menyuarakan tuntutan kemerdekaan bagi negerinya, lewat
organisasi-organisasi yang tumbuh di awal abad 20. karena gerakannya itu,
mereka menjadi penghuni langganan penjara-penjara pemerintah kolonial.

Mereka bergerak menyatukan kesadaran pemuda-pemuda yang sudah


terkotak-kotak ke dalam organisasi kedaerahan seperti; Jong Java, Jong Sumatera,
Jong Ambon dan sebagainya, untuk bangkit bersama membentuk satu bangsa,
satu Negara dan satu bahasa bernama: Indonesia.

Demikian pula pada saat berjuang merebut kemerdekaan, peran nyata para
pemuda pelajar dan mahasiswa sungguh luar biasa keberaniannya. Sehingga

7
Indonesia mencapai pintu gerbang kemerdekaan. Sebuah momentum yang sangat
dicita-citakan oleh seluruh bangsa Indonesia.

Bahkan setelah merdeka, Indonesia sekali lagi dihadapkan pada sebuah


konflik para elit yang cenderung memecah belah kesatuan nasional, tahun 1966.
Pada saat yang genting seperti ini, kembali pemuda pelajar dan mahasiswa turun
ke jalan menuntut TNI bertindak tegas terhadap anasir-anasir yang merusak
tatanan kehidupan bernegara. Sehingga terjadilah pengalihan pemerintahan dari
Orde Lama ke Orde Baru.

Jadi kalau kita bicara perjuangan generasi muda, pelajar dan mahasiswa tempo
dulu, nampak terlihat sebuah semangat nasionalisme dan jiwa patriotisme yang
demikian membara. Mereka begitu tegas, gagah dan berani mengorbankan seluruh
jiwa dan raganya untuk mengangkat martabat bangsa.

Generasi muda sekarang hidup dalam kondisi yang kondusif, aman dan tidak
ada peperangan lagi. Karena itulah generasi muda sekarang umumnya hanya
santai-santai menikmati hidup, dengan berbagai fasilitas yang sudah tersedia.

Demikian pula dalam bidang pendidikan, kesempatannya sangat besar dan terbuka
lebar. meskipun tidak semuanya memanfaatkan kesempatan ini dengan sungguh-
sungguh, bahkan sedikit sekali. Akibatnya fasilitas dan kesempatan yang
disediakan dengan baik itu jadi mubazir. Apalagi bagi anak dari kalangan elit
yang bergelimangan duit, semuanya selalu diukur dengan duit. Semua urusan
dianggapnya mudah dengan duit, dengan sogok sana, sogok sini. Bahkan saking
banyaknya limpahan materi itu, sebagaian dari mereka malah menghambur-
hamburkan untuk sesuatu yang tidak ada manfaatnya sama sekali seperti; dugem,
narkoba, mabuk-mabukan dan berbagai bentuk pemborosan lainnya.

Ada juga generasi muda yang masih gemar tawuran dengan sesama.
Pemuda dengan pemuda, pelajar dengan pelajar, mahasiswa dengan mahasiswa
atau kombinasi antar ketiganya. Mahasiswa dengan masyarakat, pelajar dengan
mahasiswa dan seterusnya. Tindakan ini bukan saja membahayakan keselamatan

8
umum, tapi juga dapat menimbulkan disintegrasi bangsa, pembelah rasa
kebangsaan. Inilah potret buram generasi muda Indonesia masa kini yang terus
terjadi hingga sekarang.

Namun demikian, kita tahu, tidak semuanya buram seperti itu, masih ada
sebagian genrasi muda Indonesia yang benar-benar cemerlang. Mereka adalah
orang-orang yang pandai memanfaatkan dengan baik fasilitas dan kesempatan
yang dimilikinya. Sehingga tumbuh menjadi pemuda yang berprestasi.

Merekalah pemuda Indonesia yang mampu “bicara” di pentas dunia, baik


dalam bidang olah raga, kesenian dan bahkan dalam bidang ilmu pengetahuan.
Mereka layak disebut sebagai patriot bangsa masa kini, yang kerap
mengharumkan nama bangsa di dunia internasional.

Disamping itu, ada juga generasi muda Indonesia yang berprestasi dalam
berbagai bidang, namun sepi dari perhatian publik. Mereka adalah pelajar-pelajar
yang aktif di organisasi-organisasi sekolah, PMR, Pramuka, Paskibra dan
sejumlah kegiatan lainnya. Yang pasti kegiatannya tidak menimbulkan masalah
bagi masyarakat dan Negara. Mereka juga patut dicatat sebagai patriot-patriot
bangsa yang mampu mengisi kemerdekaan dengan karya nyata yang positif guna
kemakmuran bersama.

Jadi, setiap pemuda, pelajar dan mahasiswa dengan segala kelebihan dan
keistimewaannya sangat diharapkan dapat mewujudkan cita-cita nasional menuju
bangsa yang bermartabat dan berdaulat. Tentunya pemuda yang dimaksud adalah
mereka-mereka yang mempunyai jiwa nasionalisme, patriotisme, didukung
dengan komitmen moral dan karya nyata.

Semangat sumpah pemuda yang pernah dideklarasikan oleh pemuda masa


lalu mestinya bisa direaktualisasi sekarang ini. Karena tidak dapat dipungkiri
bahwa masalah pembangunan dan kedaulatan Indonesia tidak terlepas dari campur
tangan para pemudanya. Karena itu sosok pemuda diharapkan dapat berperan aktif
dalam pembangunan karakter bangsa dan Negara, tidak jauh dari sosok para

9
pemuda pendahulunya. Hanya saja konteks peran aktif itu mungkin bisa menjadi
berbeda dan lebih beragam di zaman sekarang ini.

2.3 Strategi yang Dapat Dilakukan Untuk Menguatkan Rasa Nasionalisme


dan Patriotisme Di Era Global.

Semangat nasionalisme dan patriotisme sangat diperlukan dalam


pembangunan bangsa agar setiap elemen bangsa bekerja dan berjuang keras
mencapai jati diri dan kepercayaan diri sebagai sebuah bangsa yang bermartabat.
Jati diri dan kepercayaan diri sebagai sebuah bangsa ini merupakan modal
yangkuat dalam menghadapi berbagai tantangan dan hambatan di masa
depan.Penguatan semangat nasionalisme dan patriotisme dalam konteks
globalisasi saatini harus lebih dititikberatkan pada elemen-elemen strategis dalam
percaturan global. Oleh karena itu, strategi yang dapat dilakukan antara lain:

1. Penguatan peran lembaga-lembaga sosial kemasyarakatan dalam


ikutmembangun semangat nasionalisme dan patriotisme, terutama di
kalangan generasi muda. Sebagai contoh: Gerakan Pramuka. Generasi muda
adalah elemen strategis di masa depan. Mereka sepertinya menyadari bahwa
dalam eraglobalisasi, generasi muda dapat berperan sebagai subjek maupun
objek.

2. Penguatan semangat nasionalisme dan patriotisme pada masyarakat yang


tinggal di wilayah-wilayah yang dalam perspektif kepentingan nasional
dinilai strategis

3. Penguatan semangat nasionalisme dan patriotisme pada masyarakat yang


hidup di daerah rawan pangan (miskin), rawan konflik, dan rawan bencana
alam.

4. Peningkatan apresiasi terhadap anggota atau kelompok masyarakat yang


berusaha melestarikan dan mengembangkan kekayaan budaya bangsa.

10
Demikian pula dengan anggota atau kelompok masyarakat yang berhasil
mencapai prestasi yang membanggakan di dunia internasional.

Peningkatan peran Pemerintah dan masyarakat RI dalam ikut berperan aktif


dalam penyelesaian berbagai persoalan regional dan internasional, seperti:
penyelesaian konflik, kesehatan, lingkungan hidup, dan lain-lain.

2.4 Membangkitkan Rasa Nasionalisme dengan Menghargai Keragaman

Di Republik Indonesia kita ini tidak mengenal adanya perbedaan etnis,


siapakah dia dan dari rumpun manakah dia berasal yang jelas itulah Indonesia,
yang melalui Kongres Pemuda Tahun 1928 di Jakarta diikat dengan semangat
Sumpah Pemuda. Ber Tanah Air yang Satu, Tanah Air Indonesia. Berbangsa yang
Satu, Bangsa Indonesia. Dan Berbahasa yang Satu, Bahasa Indonesia.

Berangkat hal itu semua, marilah kita selalu berpegang kepada semangat ber-
Bhinneka Tunggal Ika yang merupakan semboyan pemersatu bangsa sejak dulu.
Hilangkan pikiran-pikiran baru yang rusak dan tidak bertanggung jawab atas
upayauntuk melakukan suatu pergeseran makna rasa kebersamaan dalam
Kerangka Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI). Semua harus sadar
bahwa ketika hak azasi seseorang yang terlahir dan berasal-usul dari wilayah
negeri yang terbentang dari Sabang hingga Merauke ini juga memiliki hak dan
kewajiban serta tanggung jawab yang sama atas bangsa dan negaranya. Oleh
karena perlunya kita menghargai keragamanan, tentunya dimanapun terjadinya
pesta demokrasi baik di pusat atau di daerah, hendaknya menjadi ajang aspirasi
yang paling demokratis tanpa dibayangi atau dihantui serta diracuni dengan
pikiran-pikiran sempit darisebagian atau sekelompok orang tertentu yang hendak
memudarkan semangat Nasionalisme dalam konteks berbangsa dan bernegara.

Dengan memegang semangat nasionalisme yang tinggi atau menghargai


sebuah keragaman seperti yang dimaksudkan di atas, maka pada akhirnya nanti

11
masyarakat sebagai pemegang kedaulatan tertinggi benar-benar akan menikmati
pesta demokrasi ini secara lansung, umum, bebas dan rahasia serta jujur dan adil
sesuai dengan yang diamanatkan dalam Undang-Undang Dasar 1945 dan
Pancasila.

2.5 Pengaruh globalisasi terhadap nilai-nilai nasionalisme

Kehadiran globalisasi tentunya membawa pengaruh bagi kehidupan suatu


negara termasuk Indonesia. Pengaruh tersebut meliputi dua sisi, yakni pengaruh
positif dan pengaruh negatif. Pengaruh globalisasi juga merasuk dalam berbagai
bidang kehidupan, termasuk kehidupan politik, ekonomi, ideologi, sosial
budayadan lain sebagainya. Hal ini tentunya akan mempengaruhi nilai-nilai
nasionalisme terhadap bangsa. Globalisasi berlangsung di semua bidang
kehidupan seperti bidang ideologi, politik, ekonomi, sosial budaya, pertahanan
keamanan dan lain- lain.Teknologi informasi dan komunikasi merupakan faktor
pendukung utama dalam globalisasi. Dewasa ini, perkembangan teknologi begitu
cepat sehingga segalain formasi dengan berbagai bentuk dan kepentingan dapat
tersebar luas ke seluruh dunia. Oleh karena itu globalisasi tidak dapat kita hindari
kehadirannya.

a. Pengaruh positif

Dilihat dari globalisasi politik, pemerintahan dijalankan secara terbuka dan


demokratis. Karena pemerintahan merupakan bagian dari suatu negara,
jika pemerintahan djalankan secara jujur, bersih dan dinamis tentunya
akan mendapat tanggapan positif dari rakyat. Tanggapan positif tersebut
berupa rasa nasionalisme terhadap negara menjadi meningkat. Dari aspek
globalisasi ekonomi, terbukanya pasar internasional, meningkatkan
kesempatan kerja dan meningkatkan devisa negara. Semakin terbukanya
pasar internasional ini akan membuka peluang besar kerja sama dalam
sektor perekonomian nasional. Dengan adanya hal tersebut akan semakin

12
meningkatkan kehidupan ekonomi bangsa guna menunjang kehidupan
nasional bangsa dan Negara.

Pengaruh adanya globalisasi dalam sektor sosial budaya, kita dapat


meniru pola berpikir yang baik. Seperti membangun etos kerja yang tinggi
dan disiplin,serta meniru Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (Iptek) dari
bangsa lain yang sudahmaju untuk meningkatkan kemajuan bangsa. Pada
akhirnya, akan membawakemajuan bangsa serta mempertebal rasa
nasionalisme kita terhadap bangsa.

b. Pengaruh negatif
Selain berdampak positif, munculnya globalisasi juga berdampak
negatif yang tak kalah pentingnya untuk diperhatikan. Globalisasi mampu
meyakinkan masyarakat Indonesia bahwa liberalisme dapat membawa
kemajuan dan kemakmuran. Sehingga tidak menutup kemungkinan
berubah arah dari ideologi Pancasila ke ideologi liberalisme. Jika hal
tesebut terjadi akibatnya rasa nasionalisme bangsa akan hilang.
Munculnya globalisasi juga berdampak pada aspek ekonomi.
Yakni, semakin hilangnya rasa cinta terhadap produk dalam negeri. Sebab,
sudah semakin banyaknya produk luar negeri seperti Mc Donald, Coca-
Cola, Pizza Hut, dan sebagainya, yang membanjiri dunia pasar di
Indonesia. Dengan hilangnya rasa cinta terhadap produk dalam negeri
menunjukan gejala berkurangnya rasa nasionalisme masyarakat kita
terhadap bangsa Indonesia. Mayarakat kita, khususnya anak muda, banyak
yang lupa mengenai identitas diri sebagai bangsa Indonesia. Karena gaya
hidupnya cenderung meniru budaya barat yang oleh masyarakat dunia
dianggap sebagai kiblat. Selain itu, globalisasi juga mengakibatkan adanya
kesenjangan sosialyang tajam antara orang kaya dan miskin. Ini
disebabkan karena adanya persaingan bebas dalam globalisasi ekonomi.
Pengaruh-pengaruh di atas memang tidak secara langsung
berdampak terhadap nasionalisme. Akan tetapi, secara keseluruhan dapat
menimbulkan rasanasionalisme terhadap bangsa menjadi berkurang atau

13
bahkan hilang. Sebab,globalisasi mampu membuka cakrawala masyarakat
secara global. Apapun yangada di luar negeri dianggap baik serta mampu
memberi aspirasi kepada masyarakatkita untuk diterapkan di negara kita.
Berdasarkan analisa dan uraian di atas, pengaruh negatif globalisasi lebih
banyak daripada pengaruh positifnya. Olehkarena itu, diperlukan langkah
untuk mengantisipasi pengaruh negatif globalisasiterhadap nilai
nasionalisme.

2.6 Nasionalisme Indonesia yang Kian Memudar

Nasionalisme Indonesia, yakni sebuah penegasan akan identitas diri versus


kolonialisme-imperialisme. Kesadaran sebagai bangsa yang adalah hasil
konstruksiatau bentukan mengandung kelemahan internal yang serius ketika
kolonialisme dan imperialisme tidak lagi menjadi sebuah ancaman. Karena itu,
nasionalisme kita akan ikut lenyap jika kita berhenti mengkonstruksi atau
membentuknya tanpa harus menyebutnya sebagai sebuah nasionalisme baru.

Pertama, beberapa pengalaman kolektif seharusnya menjadi “roh baru”


pembangkit semangat nasionalisme Indonesia. Kedua, negara Indonesia sangat
plural. Identifikasi sebuah kelompok etnis atau agama pada identitas kolektif
sebagai bangsa hanya mungkin terjadi kalau negara mengakui, menerima,
menghormati, dan menjamin hak hidup mereka.

Masyarakat akan merasa lebih aman dan diterima dalam kelompok etnis atau
agamanya ketika negara gagal menjamin kebebasan beragama termasuk
kebebasan beribadah dan mendirikan rumah ibadah, persamaan di hadapan
hukum,hak mendapatkan pendidikan yang murah dan berkualitas, hak
memperoleh pekerjaan dan penghidupan yang layak, dan sebagainya.

Nasionalisme bisa dipraktikkan dalam sebuah sistem pemerintahan sosialis,


komunis, ultranasionalis, etnis, atau liberal-demokratis. Masyarakat Indonesia
yang sangat plural ini akan menjadi ancaman serius bagi nasionalisme jika negara

14
kebangsaan yang kita bangun bersifat sosialis, ultranasionalis ala nazisme Jerman
dan fasisme Italia, atau komunis. Alasannya sederhana, hak individu akan
kebebasan, otonomi dan kesetaraan (equality) dalam masyarakat dirampas oleh
negara dalam sistem pemerintahan sosialis, komunis, dan ultranasionalis
(IanAdams, 1995: 82).

Tantangan bagi nasionalisme Indonesia ke depan adalah bagaimana kita


mewujudkan sebuah negara kebangsaan yang bersifat liberal-demokratis di mana
hak-hak dasar setiap warga negara diakui, dihormati, dan dijamin, di mana hokum
ditegakkan secara pasti dan adil, di mana negara mewujudkan kesejahteraan
umum, dan sebagainya. Itulah alasan dasar tekad para pemuda 78 tahun yang lalu,
yakni menjadi satu Indonesia demi mewujudkan masyarakat yang adil dan
makmur.

15
BAB III

PENUTUP

3.1 Simpulan

Rasa Nasionalisme di Indonesia telah ada dari jaman perjuangan melawan


para penjajah hanya tahun demi tahun mengalami penipisan karena adanya
banyak faktor yang mempengaruhinya. Diantaranya faktor perekonomian yang
mana menimbulkan banyak masalah pengangguran, kemiskinan danlain-lain. Rasa
Nasionalisme itu harus kita pupuk ulang agar tidak hilang ditelan masa. Negara
Indonesia sendiri menganut Nasionalisme Pancasila yang mana dalam
Nasionalisme ini kita tidak hanya mencintai Bangsa dan Negara Indonesia sendiri
tapi juga menghormati Negara dan bangsa lainnya.

Nasionalisme Indonesia adalah sebuah nasionalisme bentukan, sebuah


kesadaran akan identitas bangsa sebagai hasil konstruksi karena pengalaman
penderitaan dan diskriminasi oleh bangsa kolonial Belanda. Itulah nasionalisme
Indonesia, yakni sebuah penegasan akan identitas diri versus kolonialisme-
imperialisme.

Patriotisme adalah sikap Untuk selalu mencintai atau membela tanah


air,seorang pejuang sejati, pejuang bangsa yang mempunyai semangat, sikap dan
perilaku cinta tanah air, dimana ia sudi mengorbankan segala-galanya bahkan jiwa
sekalipun demi kemajuan, kejayaan dan kemakmuran tanah air.

Penguatan semangat nasionalisme dan patriotisme dalam konteks


globalisasi saat ini harus lebih dititikberatkan pada elemen-elemen strategis dalam
percaturan global.Nasionalisme diprediksikan akan lenyap sejalan dengan
semakin sebuah negara menjadi modern.Tantangan bagi nasionalisme Indonesia
ke depan adalah bagaimana kita mewujudkan sebuah negara kebangsaan yang
bersifat liberal-demokratis dimana hak-hak dasar setiap warga negara diakui,
dihormati, dan dijamin, dimana hukum ditegakkan secara pasti dan adil, di mana
negara mewujudkan kesejahteraan umum, dan sebagainya.

16
DAFTAR PUSTAKA

Fahd Reza Abdullah’s Blog. Landasan Teori Tentang Nasionalisme

Febi’s Blog. Manfaat Sikap Patriotisme dalam Pendidikan

Jamli, Edison dkk. Kewarganegaraan. 2005. Jakarta: Bumi Akasara

https://www.google.co.id/makalah+tentang+membangun+kembali+semangat+nasionali
sme+generasimuda+indonesia

https://www.patikab.go.id/v2/id/2014/08/18/membangkitkan-rasa-nasionalisme-
generasi-muda-indonesia/

17

Anda mungkin juga menyukai