Anda di halaman 1dari 1

BATAS

Ia mengekor di belakangku dengan patuh. Wajahnya enggan ditengadahkan. Ia memilih


untuk terus menunduk memandangi kedua kakinya yang hari ini kembali dibingkai sepatu berwarna
hijau, warna kesukaannya. Aku diam-diam mencuri pandang padanya, meneliti ekspresinya dengan
seksama. Aku ingin tahu apa yang tengah membebani otaknya sehingga ia tak bersuara sejak tadi.

Aku menghentikan langkahku di tempat yang kami tuju. Ku genggam tangannya dengan
lembut untuk menarik perhatiannya.

“Kenapa berhenti?” tanyanya bingung. Aku hanya tersenyum geli sembari menunjuk papan
besar bertuliskan nama tempat yang kami datangi. Matanya mengikuti arah yang kutunjuk. Ia
seketika menunduk dan tersenyum malu. “Maaf,”ujarnya pelan.

Anda mungkin juga menyukai