Anda di halaman 1dari 19

ESZY CELINA ASMI

1606826962
IKGK-4 (SKENARIO-5)
 KATA KUNCI
- Wanita 35 tahun ingin memperbaiki gigi
depannya yang berlubang.
- Gigi 22 karies, non-vital, berubah warna, tidak
nyeri.
- Radiografi saat perawatan saluran akar tampak
gigi 22 radiolusen berbatas tegas dengan
diameter: 2cm.
- Palpasi: terdapat benjolan pada muccobuccal  SASARAN BELAJAR
fold regio 22, keras, nyeri tekan (-) - Definisi dari kista
- Pasien memiliki riwayat sakit kuning dan maag. - Karakteristik kista
- Perempuan (anak pasien) 1.5 tahun. - Etiopathogenesis dari kista
- Benjolan kebiruan. - Klasifikasi kista
 RUMUSAN MASALAH - Prosedur diagnosis dari kista
- Apa definisi dari kista? - Penatalaksaan dari kista
- Bagaimana karakteristik kista? - Pengaruh konsumsi obat terhadap komplikasi ke
- Bagaimana etiopathogenesis dari kista? organ hati dan gastrointestinal
- Apa saja klasifikasi kista? (pakai klasifikasi yang - Macam-macam penyakit hepatitis
terbaru) - Penatalaksanaan pasien yang akan ditindaki jika
- Bagaimana prosedur diagnosis dari kista? memiliki penyakit hepatitis dan gastrointestinal
- Bagaimana penatalaksaan dari kista?
- Bagaimana pengaruh konsumsi obat terhadap
komplikasi ke organ hati dan gastrointestinal?
- Apa saja macam-macam penyakit hepatitis?
- Bagaimana penatalaksanaan pasien yang akan
ditindaki jika memiliki penyakit hepatitis dan
gastrointestinal?
 ANALISIS MASALAH

SKENARIO-5 ESZY CELINA ASMI 1


 REFERENSI
1. Scully
2. Cawson
3. Regezi

_________________________________________________________________________________________________
KISTA
DEFINISI
Kista merupakan rongga patologi yang memiliki muatan  Inflammatory cyst paling umum dan muncul serta
liquid, semi-liquid, atau gas tidak terdapat pus dan bisa berkaitan dengan gigi non-vital
ada/tidak ada lapisan pada epitelium.  Secara keseluruhan dominan pada laki-laki dan
NOTE : pada mandibula 3 kali lebih berpegaruh
 Kebanyakan kista pada rahang muncul dari dibandingkan maksila.
epitelium odontogenic. Kista tersebut relative  Kebanyakan kista odontogenic jinak, namun pada
merupakan lesi yang umum (kebanyakan kedaan tertentu tumor atau sel skuamosa
inflammatory cyst 55%), dentigerous cyst (22%), karsinima dapat tumbuh di dalamnya.
atau odontogenic keratocyst (keratocystic
odontogenic tumours 19%).
KARAKTERISTIK
 Radiolusensi berbatas jelas dan halus  Terkadang cukup besar untuk menyebabkan fraktur
 Cairan dapat diaspirasi dan kista berdinding tipis patologis
dapat bertransiluminasi  Membentuk pembengkakan yang dapat di tekan
 Pertumbuhan lambat (memindahkan gigi rather dan fluktuasi jika meluas ke dalam jaringan lunak
than menyerap gigi)  Terlihat kebiruan ketika dekat dengan permukaan
 Asymthomatic, kecuali terinfeksi dan adanya mukosa
temuan radiografis
ETIOLOGI DAN PATHOGENESIS
Epitel yang berkaitan dengan tiap odontogenic cyst Terdapat 2 fase :
berasal dari salah satu sumber berikut : 1. Cyst Initiation
o Benih gigi Hasilnya berupa proliferasi lapisan epitel dan
o Pengurangan epitel enamel dari mahkota gigi pembentukan kavitas kecil.
o Epitel rest of Malassez, sisa dari pembungkus o Inisiasi pembentukan kista biasanya berasal
hertwig dari epitel
o Sisa lamina gigi Namun, stimulus yang menginisiasi tidak
o Lapisan basal epitel oral diketahui
CYST FORMATION Faktor yang terlibat :

2 SKENARIO-5 ESZY CELINA ASMI


o Proliferasi lapisan epitel Pada lendir yang mengeluarkan kista,
o Akumulasi cairan pada kavitas kista akumulasi jumlah lendir akan meningkat
o Resorpsi tulang o Peningkatan area permukaan sac dan jika
2. Cyst Enlargement diabatsi epitel, epitel akan berproliferasi
Setelah tahap inisiasi, kista lanjut berkembang dan o Jaringan lunak disekitarnya berpindah tempat
membesar. o Resorpsi pada tulang sekitar ketika kista
Mekanisme yang terlibat : berkembang di dalam tulang
o Peningkatan volume isian
KLASIFIKASI
Klasifikasi Kista Odontogenik erdasarkan WHO tahun
2013

DEVELOPMENTAL ORIGIN
1. DENTIGEROUS CYST (FOLICULLAR CYST)
Merupakan kista odontogenic kedua yang paling umum.
Berkembang di dalam dental folikel normal yang berada
di sekitar gigi yang belum erupsi, atau berasal dari
degenerasi stellate reticulum, atau merupakan
akumulasi dari cairan diantara lapisan reduced enamel
epithelium (lapisan biasanya terdiri dari epitel berlapis
ETIOPATHOGENESIS
bertingkat).
Dentigerous cyst berkembang dari proliferasi sisa organ
Menurut cawson, kista ini melekat pada area leher gigi,
enamel atau pengurangan epitelium enamel.
menghalangi gigi tersebut erupsi dan dapat
Pembesaran kista ini berhubungan dengan peningkatan
memindahkan gigi ke jarak yang cukup jauh.
osmotalitas cairan kista dan pelepasan faktor resorpsi
tulang.

SKENARIO-5 ESZY CELINA ASMI 3


Ukuran kista berkisar beberapa mm hingga cm hal ini
dapat mengkompromis integritas tulang rahang dan
membuat wajah menjadi asimetris. Pada mandibula,
CLINICAL FEATURES
keterkaitan radiolusensi dapat melebar kea rah superior
 Dua kali lebih umum pada laki-laki
dari area M3 ke dalam ramus atau kea rah anterior dan
 Tidak umum pada anak-anak, namun sering
inferior sepanjang mandibula. Pada maksila, kista
ditemukan pada pasien berusia antara 20-50 tahun
dentigerous berhubungan dengan regio kaninus,
 Uncomplicated dentigerous cyst tidak
melebar ke dalam sinus maksila atau dasar orbital.
menyebabkan gejala hingga pembengkakan terlihat
Resorpsi akar pada gigi yang erupsi di sekitarnya juga
 Infeksi pada dentigerous cyst dapat menyebabkan
dapat terlihat.
gejala sakit yang biasa dan pembengkakan
GAMBARAN HISTOPATOLOGI
dipercepat
Secara mikroskopik, dentigerous cyst terbentuk dari
 Sering ditemukan pada area gigi yang tidak erupsi
dinding jaringa ikat fibrosa dan dibatasi oleh epitel
(M3 mandibula, M3 maksila, dan C maksila) 
skuamosa bertingkat. Pada uninflamed dentigerous
indikasi paling umum dari pembentukan
cyst, lapisan epitel tidak terkeratinasi dan cenderung
dentigerous cyst
sekitar empat hingga enam lapisan sel.
 Dapat tumbuh ke ukuran yang besar, kadang dapat
menyebabkan pembesaran tulang kortikal, namun
jarang mencapai ukuran yang menyebabkan pasien
mengalami fraktur patologis
 Dapat memindahkan gigi yang berkaitan dengan
kista tersebut
 Terkadang menyebabkan resorpsi pada akar gigi
yang berdekatan
GAMBARAN RADIOGRAF
Secara radiograf, dentigerous cyst digambarkan dengan
unilocular radiolusen dengan lapisan luar yang
berkaitan dengan mahkota gigi yang tidak erupsi. Gigi
yang tidak erupsi sering mengalami perpindahan letak.

4 SKENARIO-5 ESZY CELINA ASMI


berkembang dari basal cell off-shoots atau hamartoma
dari epitel gingiva di atasnya.
ETIOPATHOGENESIS
KCOT berkembang dari sisa-sisa dental lamina pada gigi
rahang ataa maupun rahang bawah. Namun, asal usul
kista ini dari ekstensi sel basal epitel oral atasnya juga
telah disarankan.
Faktor yang dapat terlibat pada pathogenesis KCOT
meliputi nilai proliferasi yang tinggi, overexpression dari
proteon antiapoptotic Bcl-2 dan beberapa faktor
pertumbuhan, dan pngeluaran MMPs2 dan 9.

DIAGNOSIS
Dinilai dari pemeriksaan klinis dan radiograf. Ketika
jarak folikel > 5 mm dari mahkota, kemungkinan kista
sudah muncul. Namun, odontogenic keratocyst dan
ameloblastoma dapat terlihat seperti kista follicular.
Aspirasi dapat membantu untuk membedakan lesi.
DIAGNOSIS BANDING
Harus meliputi; odontogenic keratocyst,
ameloblastoma, dan other odontogenic tumors lainnya.
Perubahan ameloblastik dari lapisan dentigenrous cyst
juga merupakan DD.
CLINICAL FEATURES
TREATMENT
Marsupialization agar gigi dapat erupsi atau
enucleation dengan pencabutan gigi yang terlibat.
*jarang sel skuamosa karsinoma atau ameloblastoma
muncul di dalam dentigerous cyst.
2. ODONTOGENIC KERATOCYST
Merupakan kista yang jarang terjadi namun sangat
berbahaya. Dapat berasosiasi dengan sel basal naevoid
sindrom karsinoma.
KCOT kebanyakan berkembang daripada gigi, yang GAMBARAN RADIOGRAF
timbul dari lamina atau sisa-sisa gigi, sementara Keratocyst menunjukkan area radiolusen yang jelas,
beberapa, terutama pada mandibula posterior, kurang lebih bulat dengan batas berkerut atau

SKENARIO-5 ESZY CELINA ASMI 5


multiloculated dan menstmulasi ameloblastoma.
Dinding tulang tampak berbatas tajam. Kadang,
keratocyst dapat terbungkus pada gigi yang tidak erupsi
dan dapat dibedakan secara radiografi dari kista
dentigerous. Akar pada gigi tetangga berpindah

Histopatologi lapisan keratocyst


 Lapisan epitel semuanya tebal  di regezi tipis??
 Batas bawah epitel datar
 Lapisan basal didefinisikan dengan jelas pada tall
cells parakeratinised cysts
 Lapisan tipis eosinofilik dari prekeratin pada
parakeratinised cysts
 Lapisan kista biasanya memiliki tampilan
karakteristik dari epitell regular squamosa
terkeratinase bertingkat
 Lapisan kista biasanya banyak terlipat (Gbr. 7.26)
 Lapisan epitel melekat lemah pada dinding fibrosa
 Pembentukan ortokeratin yang melimpah dan sel
granular yang terdefinisi dengan baik
 lapisan dalam kista orthokeratinised (Gbr. 7.27)
 Dinding berserat tipis
 Sel-sel inflamasi biasanya tidak ada atau sedikit

GAMBARAN HISTOPATOLOGI
 Umumnya, berjumlah 6-10 lapisan sel tebal
 Lapisan basal menunjukan karakteristik pola
palisade dengan inti terpolarisasi dan nuklei dengan
diameter yang seragam.

6 SKENARIO-5 ESZY CELINA ASMI


lateral akar gigi  gingival cysts pada orang dewasa
secara histogenetik dan patologi mirip dengan ini
Botryoid odontogenic cysts : Merupakan variasi
(namun jarang daripada) kista lateral periodontal.
Biasanya mempengaruhi P mandibula ke regio C pada
orang dewasa di atas 50 tahun. Secara mikroskopik,
biasanya multilocular dengan fine fibrous septa.
Lapisannya berisi epitel pipih non-keratin interspersed
dengan jelas, sel yang mengandung glikogen dan
proliferasi sporadic budlike menonjol ke dalam kista.
DIAGNOSIS Treatment, harus dilakukan enucleated atau
conservatively excised karena mudah kambuh lagi.
ETIOPATHOGENESIS
Asal-usul kista berhubungan dengan proliferasi sisa
dental lamina. LPC secara patologis berkaitan dengan
kista gingiva pada orang dewasa: pertama-tama diyakini
muncul dari sisa-sisa lamina gigi di dalam tulang, dan
yang terakhir dari sisa-sisa lamina gigi dalam jaringan
lunak antara epitel oral dan periosteum (sisa Serres).
Hubungan yang deka tantara dua wujud tersebut
DIAGNOSIS BANDING
didukung dengan kemiripan distribusi pada area yang
Ketika kista berasosiasi dengan gigi, beberapa keadaan
menganding konsentrasi sisa dental lamina yang tinggi
mungkin dapat dipertimbangkan seperti :
dan histologi yang serupa.
Dentigenerous cyst, ameloblastoma, odontogenic
CLINICAL FEATURES
myxoma, adenomatoid odontogenic tumor, dan
ameloblastic fibroma.
Non-odontogenik tumor : pusat sel raksasa granuloma,
traumatic bone cyst, dan aneurysmal bone.
TREATMENT
Surgical excision dengan kuretase peripheral osseous
atau ostectomy  metode paling disarankan
Marsupialization agar kista mengalami shrinkage diikuti
dengan enucleation sebagai alternative perawatan.
3. LATERAL PERIODONTAL AND BOTRYOID
ODONTOGENIC CYST
Lateral periodontal cysts : Merupakan perkembangan
kista non-keratin yang terjadi berdekatan atau pada

SKENARIO-5 ESZY CELINA ASMI 7


GAMBARAN RADIOGRAF berproliferasi menjadi bentuk yang kecil, keratinized
cysts. Pada banyak kasus, kista ini dapat sembuh sendiri
dan berdegenerasi, dan mereka terlibat atau pecah ke
dalam rongga mulut dalam beberapa minggu hingga
beberapa bulan.
Menurut Cawson
Dental lamina cyst of newborn
 Lebih dari 80% pada bayi baru lahir memiliki nodul
kecil atau kista pada gingiva, disebabkan oleh
proliferasi dari sisa epitel serres. Banyak kasus
GAMBARAN HISTOPATOLOGI
sembuh secara spontan
Dilapisi oleh epitel non-keratin yang tipis. Kelompok-
 Kista dapat muncul dari epitel non-odontogenik
kelompok sel epitel yang kaya glikogen, jernih dapat
disepanjang midpalatine raphe. Kista ini dapat
dicatat dalam penebalan nodular pada lapisan kista.
membesar hingga terlihat pembengkakan
berwarna krem dengan diameter beberapa mm,
tapi sembuh sendiri dalam hitungan bulan.

DIAGNOSIS BANDING
Gingival cysts yang meliputi gingival mucocele,
fordyce’s granules, parulis, dan mungkin tumor
peripheral odontogenic.
Gingival Cysts of Adults
TREATMENT
Sangat jarang terjadi. Kista ini terbentuk pada sekitar
Eksisi lokal kista periodontal gingiva dan lateral
usia 40 tahun. Secara klinis bentuk pembengkakan
umumnya bersifat kuratif. Variasi multilocular,, kista
dome-shape dengan diameter kurang dari 1 cm dan
odontogenik botryoid, berpotensi tinggi untuk kambuh
kadang mengikis tulang dibawahnya. Kista ini dilapisi
kembali. Oleh karena itu, tindak lanjut disarankan untuk
oleh epitel squamosa bertingkat yang sangat tipis,
kista odontogenik multilokular yang dirawat
datar, dan berisi cairan atau lapisan keratin. Tidak
4. GINGIVAL CYST
terulang kembali setelah dilakukan enucleation.
Gingival cysts pada bayi baru lahir dikenal sebagai
dental lamina cysts of the newborn (Bohn’s nodules).
Biasanya terlihat sebagai multiple nodul di sepanjang
alveolar ridge pada neonates. Dipercaya sebagai
fragmen pada dental lamina yang tersisa di dalam
alveolar ridge mukosa setelah pembentukan gigi
8 SKENARIO-5 ESZY CELINA ASMI
Secara radiograf terlihat multilocateds. Pada kasus yang
unilocular radiolusensi ditandai diawal. Lesi yang
menunjukan ukuran lebar yang beragam, dari < 1 cm
hingga melibatkan mandibula di kedua sisi. Margin
radiografik jelas dan sklerotik dan scallope. Gigi dapat
berpindah, akar resorpsi ditandai pada beberapa kasus.
Lesi yang lebih agresif menunjukan batas peripheral
yang tidak jelas.
GAMBARAN HISTOPATOLOGI
Dilapisi oleh epitel squamosa bertingkat bland

TREATMENT
Perawatan tidak dibutuhkan karena hampir semua GAMBARAN HISTOPATOLOGI

terjadi secara spontan atau pecah sebelum pasien  Secara histologi, kista multilocular yang dilapisi oleh

berusia 3 bulan. epitel non-keratin dengan penebalan focal dimana

5. GLANDULAR ODONTOGENIC CYST sel epitel dianggap swirled appearance.

Salah satu kista yang jarang dengan banyak kemiripan  Lapisan epitel mengandung sel kubus, sering

dengan botryoid odontogenic cysts namun terdapat dengan silia pada permukaan lumina.

genangan mucin dan sel mucous untuk jumlah yang  Sel mucous dikelompokan pada lapisan kisat

bervariasi di dalam epitel. Biasanya juga multilocular disepanjang genangan mucin.

dan memiliki kecenderungan untuk berulang yang


tinggi.
CLINICAL FEATURES
Biasanya muncul pada anterior mandibula tapi ga sakit,
pertumbuhan bengkak lambat dan besar, multilokasi,
gambaran radiolusensi jelas. Kista ini berisi sel mucous
dan strukturnya seperti saluran yang dapat menyerupai
central mucoepidermoid carcinoma.
Biasanya terjadi pada orang dewasa.
GAMBARAN RADIOGRAF

SKENARIO-5 ESZY CELINA ASMI 9


TREATMENT
Lesi dapat dianggap aggresif secara lokal, karena itum
perawatan dengan pembedahan harus berdasarkan
tigkat klnis dan radiograf penyakit.
Tulang sehat yang memadai tetap berada di luar batas
lesi kistik, kuretase perifer atau eksisi marginal adalah
tepat.
Long-term follow-up penting diberikan pada keadaan
penyakit yang agresif dan yang tingkat berulangnya
(sekitar 25%).
6. CALCIFYING ODONTOGENIC CYST
Merupakan perkembangan lesi odontogenic yang
kadang memperlihatkan pengulangan. Variasi slid
dekenal dengan odontogenic ghost cell tumor yang
diyakini berpotensial menunjukan tingkah yang lebih
agresif. GAMBARAN HISTOPATOLOGI

ETIOPATHOGENESIS  Lapisan sel epitel (mengandung tonofilamen,

Berasal dari sisa epitel odontogenic di dalam gingiva desmosomes, dan hemi-desmosomes), dimana

atau di dalam mandibla dan maksila. Ghost cell pleomorphic dan mengandung nuklei abnormal

keratinization, karakteristik mikroskopik kistanya juga  Amyloid dengan karakteristik green birefringence

didefinisasikan sebagi lesi cutaneous (calcifying dengan congo red stain; positive fluorescence

epithelioma of Malherbe” atau pilomatrixoma. Pada dengan thioflavine T

rahang, ghost cell dapat terlihat pada tumor  Massa konsentrik jaringan terkalsifikasi  sering

odontogenic lain, meliputi idintomas, ameloblastik berkaitan dekat dengan sel epitel

fibro-odontomas, dan ameloblastik fibromas.


CLINICAL FEATURES
 Tidak ada usia, gender, dan lokasi khusus
 Pola radiograf bercampur lucent
GAMBARAN RADIOGRAF
Terlihat sebagai unilocular atau multilocular radiolusen
dengan diskret serta batas margin yang tegas. Di dalam
radiolusen dapat tersebar, kalsifikasi berukuran tidak
teratur.

10 SKENARIO-5 ESZY CELINA ASMI


TREATMENT
Karena tingkah laku biologis lesi tidak dapat diprediksi,
perawatan biasanya lebih agresif daripada simple
kuretase. Pasien harus diawasa dalam perawatannya
karena pengulangan tidak umum terjadi.

7. ORTHOKERATINIZED ODONTOGENIC CYST

INFLAMMATORY ORIGIN
1. RADICULAR CYST
Kista berkaitan dengan apeks gigi non-vital, kadang kista
radicular berkembang pada lateral akar dimana
stimulus merupakan reaksi infamasi yang timbul dari
nekrotik pulpa di kanal akar lateral.
LOKASI :

- Pulpa non-vital terinfeksi

- PSA yang gagal

- Akar yang fraktur dan terdapat perforasi


DIAGNOSIS BANDING
Pada stage awal pembentukan, COC punya sedikit atau - Akar yang dipertahankan

bahkan tidak memiliki mineralisasi, dan kemudian ETIOPATHOGENESIS

terlihat radiolusen. DD : dentigenerous cyst, KCOT, dan


ameloblastoma
Pada stage akhir, ketika pencampuran radiolusen dan
radiopak terlihat, DD : adenomatoid odontogenic
tumor, a partially mineralized odontoma, calcifying
ephitelial odontogenic tumor, dan ameloblastic fibro-
odontoma.

SKENARIO-5 ESZY CELINA ASMI 11


GAMBARAN HISTOPATOLOGI

- Kista periapical dilapisi oleh epitel squamosa


bertingkat non-keratin yang tebal

- Periapical kista dilapisi epitel skuamosa berlapis


yang tidak berkeratin dengan ketebalan yang
bervariasi.

- Terjadi transmigrasi sel inflamasi meuju epitel


dimana PMN terbanyak diikuti beberapa limfosit.
CLINICAL FEATURES - Terkadang dapat ditemukan hyaline bodies atau
Rushton bodies di dalam epithelial lining,
dikarakteristikkan dengan bentuk hairpin atau
sedikit melengkung, laminasi konsentris, dan
mineralisasi basophil

GAMBARAN RADIOGRAF

- Sulit dibedakan dengan granuloma periapikal

- Radiolusensi bulat atau oval dengan batas


radiopaque menyambung dengan lamina dura gigi
yang bersangkutan

- Biasanya ukuran kista tidak melebihi 1,5 cm


DIAGNOSIS BANDING
- Kista yang terinfeksi memiliki outline berkabut
Secara radiografik, DD  periapical granuloma. Kadang
- Kista yang sudah lama dapat menyebabkan resorbsi
developmental odontogenic cysts, odontogenic tumors,
akar gigi tetangga
giant cell lesions, metastatic disease, and primary
osseous tumors juga mirip. Namun, berkaitan dengan
gigi yang vital.
TREATMENT

12 SKENARIO-5 ESZY CELINA ASMI


Ekstrasi gigi yang non-vital dan kuretasi pada zona 2. COLLATERAL INFLAMMATORY CYST
apical. Alternatif lain, PSA dengan apiciectomy dan
direct curettage pada lesi.

PROSEDUR DIAGNOSIS

PENATALAKSANAAN
ENUCLEATION
INDIKASI
 Merupakan perawatan pilihan untuk mengangkat
kista pada rahang
 Indikasi untuk segala jenis kista pada rahang yang
dapat diangkat tanpa perlu merusak struktur di
sekitarnya
KEUNTUNGAN
 Pemeriksaan patologis kista secara keseluruhan
dapat dilakukan
 Proses enucleation itu sendiri sudah merupakan
perawatan lesi sehingga pasien tidak perlu
melakukan perawatan untuk rongga marsupial
dengan irigasi terus menerus
 Ketika flap akses mucoperiosteal sudah sembuh,
pasien tidak perlu lagi terganggu dengan rongga
kista
KERUGIAN
 Dapat membahayakan jaringan normal
 Dapat terjadi fraktur rahang
 Dapat terjadi devilatisasi gigi
ENUCLEATION AFTER MARSUPIALIZATION
 Gigi impaksi yang diharapkan dapat diselamatkan
INDIKASI
harus diangkat
 Indikasi sama dengan indikasi marsupialisasi.
TEKNIK
Beberapa indikasi tambahan,
Enukleasi melalui soket gigi dapat dilakukan dengan
o Kavitas kista sulit dibersihkan oleh pasien
menggunakan kuret untuk kista yang kecil
o Dokter gigi dapat melakukan pemeriksaan
seluruh lesi secara histologis
KEUNTUNGAN
 Keuntungan sama dengan keuntungan
marsupialisasi dan enukleasi.

SKENARIO-5 ESZY CELINA ASMI 13


 Marsupialisasi, prosedur mudah dan tidak melukai  Kuretase lebih destruktif pada tulang yang
struktur vital yang bersebelahan bersebelahan dan jaringan lainnya
o Enukleasi, lesi yang utuh dapat dilakukan  Saraf-saraf pada pulpa dapat terangkat bila
pemeriksaan histologis kuretase dilakukan dekat ujung akar
o Penebalan lapisan kista sehingga enukleasi  Dapat merusak neurovascular yang bersebelahan
sekunder lebih mudah dilakukan KERUGIAN
KERUGIAN  Kuretase lebih destruktif pada tulang yang
 Sama dengan kerugian marsupialisasi, yaitu pada bersebelahan dan jaringan lainnya
awalnya tidak seluruh kista diangkat untuk  Saraf-saraf pada pulpa dapat terangkat bila
pemeriksaan patologis. kuretase dilakukan dekat ujung akar
TEKNIK  Dapat merusak neurovascular yang bersebelahan
 Pertama, lakukan marsupialisasi, lalu terjadi TEKNIK
penyembuhan tulang  Setelah kista dilakukan enukleasi dan diangkat,
 Setelah ukuran kista berkurang, lakukan enukleasi kavitas tulang diperiksa kedekatannya dengan
sebagai perawatan definitive. struktur yang bersebelahan
 Insisi berbentuk elips yang sepenuhnya mengeliingi  Gunakan kuret yang tajam atau bur tulang dengan
akses, hingga ke tulang. Lalu lepaskan kista dari irigasi steril untuk membuang 1-2mm lapisan
akses, tulang di sekeliling kavitas kista
 Setelah enukleasi selesai, jaringan lunak mulut  Bersihkan kavitas lalu lakukan penutupan
harus ditutup di atas defek bila memungkinkan.
MARSUPIALIZATION
 Bila penutupan luka seluruhnya tidak dapat
Marsupialisasi adalah pembuatan akses pada dinding
dilakukan, lakukan packing kavitas dengan strip
kista, mengeluarkan isi dari kista, dan mempertahankan
gauze yang mengandung antibiotic.
kontinuitas antara kista dan rongga mulut, sinus
 Packing harus diganti beberapa kali dengan
maksila, atau nasal cavity.
pembersihan kavitas oral sampai epitel telah
INDIKASI
menutupi luka.
 Amount of tissue injury, Bila kista terletak dekat
ENUCLEATION WITH CURETTAGE
dengan struktur vital, maka teknik enukleasi dapat
INDIKASI
mengorbankan jaringan yang sebenarnya tidak
 Pengangkatan odontogenic keratocyst. Hal ini
perlu dikorbankan.
memerlukan pendekatan yang lebih agresif, karena
 Surgical access, bila akses pada seluruh bagian kista
odontogenic keratocyst bersifat agresif secara klinis
sulit, bagian dari dinding kista dapat tertinggal,
dan memiliki kemungkinan rekurensi yang tinggi.
sehingga dapat terjadi rekurensi, maka sebaiknya
 Kista rekuren
digunakan teknik marsupialisasi.
KEUNTUNGAN
 Assistance in eruption of teeth
 Bila enukleasi meninggalkan sisa-sisa epitel,
 Size of cyst, pada kista yang sangat besar, terdapat
kuretase dapat membuangnya dan mengurangi
risiko fraktur rahang saat dilakukan enukleasi. Lebih
kemungkinan rekurensi.

14 SKENARIO-5 ESZY CELINA ASMI


baik melakukan marsupialisasi dan menunda  Tidak melukai struktur vital yang dapat terluka bila
enukleasi hingga bone fill cukup. enukleasi langsung dilakukan
KEUNTUNGAN
 Prosedur mudah dan sederhana
KERUGIAN
 Jaringan patologis ditinggalkan in situ tanpa pemeriksaan histologis menyeluruh.
 Pasien tidak nyaman
TEKNIK

PENGARUH KONSUMSI OBAT TERHADAP KOMPLIKASI PENYAKIT


Modifikasi untuk pasien yang mengidap gangguan  Aspirin dan indometasin harus dihindari karna bisa
dalam hati : menyebabkan pendarahan di gastro atau peptic
 Dosis local anastesi untuk pasien yang menderita ulser.
kerusakan hati pun biasanya lebih rendah  Analgesia yang dipakai biasanya acetaminophen
dibanding pasien normal dan umumnya lebih dipilih atau codein dalam penggunaan dosis dibawah dosis
articaine atau prilocaine dibanding lidocaine. biasanya.
 Karena pada pasien dengan kerusakan hati  Antibiotik bisa digunakan dengan dosis yang
biasanya metabolisme obatnya terganggu dan normal untuk penicillin, cafalexin, cefazolin dan
penurunan sintesis protein maka harus berhati-hati imipenem.
dalam pemilihan obat-obatan analgesic,
antimikroba dan CNS active drugs

SKENARIO-5 ESZY CELINA ASMI 15


HEPATITIS

Menurut Scully, hepatitis ada istilah untuk inflamasi MACAM-MACAM


pada hepar yang dapat dihasilkan akibat obat-obatan,
HEPATITIS A
racun dan, terutama, dan berbagai infeksi.
Disebabkan oleh HAV dan merupakan penyakit serius
Viral Hepatitis
yang jarang. Endemik diseluruh dunia dimana kondisi
Merupakan hal yang penting sejak agen dapat
sosialekonomi dan kehidupan yang buruk pada suatu
bertransisi di dalam cairan tubuh pada perawatan
daerah, infeksi (akibat imunitas) umum terjadi pada
kesehatan dan pengaturan lainnya.
anak-anak.
Dental Aspect
Pada keadaan akut pasien tidak mungkin melakukan
perawatan dental. Tidak ada risiko penularan pada
pasien Hepatitis A jika prosedur perawatan dental
dilakukan dengan benar.

HEPATITIS B

Hepatitis B dan C paling relevan terhadap perawatan Disebabkan oleh virus Hepatitis B dan merupakan

kesehatan. penyakit yang serius. Penyakit ini dapat menyebabkan


infeksi jangka panjang, cirrhosis (scarring) of liver,
16 SKENARIO-5 ESZY CELINA ASMI
kanker hati, gagal hati, dan kadang hepatitis fulminan HCV dapat berkaitan dengan oral features (sicca
dan kematian. syndrome, non-Hodgkin lymphoma, dan pada beberapa
Infeksi Hepatitis B endemic di seluruh dunia terutama populasi lichen planus). Infeksi Hepatitis C kronis dan
pada negara yang kondisi sosial-ekonominya buruk. sicca syndrome dapat berkaitan dengan HLA DQB1*02
(ini apaan yak?)

HEPATITIS D
HDV atau delta agent merupakan virus pembawa yang
belum sempurna di dalam partikel Hepatitis B dan akan
hanya bereplika pada HBsAg. Karena itu tidak ada HDV
tanpa infeksi HBV. HDV menyebar secara parental,
utamanya karena hypodemik jarum Bersama. HDV telah
bertransmisi ke pasien dan staff kesehatan.
Dental Aspect
Sama seperti pada Hepatitis B

HEPATITIS E
Utamanya menyebar via faecal-oral route dan
menyebabkan epidemic besar di India, Asia tenggara,
CIS, dan Afrika. HEV menyebabkan penyakit serupa
pada Hepatitis A namun pada wanita hamil memiliki
angka kematian yang tinggi (hingga 40%).
HEV tidak diketahui bertransmisi selama di kedokteran
gigi.

HEPATITIS C HEPATITIS G
Dapat koinfeksi beberapa pasien yang terinfeksi HCV
HVC diidentifikasi dari hepatitis pasca-transfusi non-A
non-B (NANBH). Kini peringkat kedua hanya pada atau HBV. Sekitar 1,5% donor darah sehat di AS

pecandu alcohol yang menyebabkan penyakit hati di terinfeksi HGV dan prevalensi tinggi pada pengguna
narkoba suntikan.
negara maju dan bertanggung jawab untuk banyak virus
hepatitis sporadis, terutama pada penyalahguna obat Infeksi virus Hepatitis G, jika menghasilkan hepatitis
klinis, cenderung kurang parah dibandingkan hepatitis C
intravena, di antaranya prevalensinya meningkat.
Dental Aspect tetapi diikuti oleh infeksi persisten pada 15-30%. HGV

Hepatitis C bertransmisi ke pasien dan staf di fasilitas tampaknya merespons interferon-alfa. HGV tidak
diketahui ditransmisikan selama kedokteran gigi. Virus
kesehatan. HCV dapat ditemukan di daliba dan infeksi
diikuti oleh gigitan manusia. HCV bertransmisi pada GB C terkait dengan HGV.

sekitar 10% cedera jarum suntik.


PENATALAKSANAAN

SKENARIO-5 ESZY CELINA ASMI 17


18 SKENARIO-5 ESZY CELINA ASMI
CATATAN DK-2

SKENARIO-5 ESZY CELINA ASMI 19

Anda mungkin juga menyukai