Anda di halaman 1dari 13

“FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERILAKU

PERNIKAHAN DINI PADA PASANGAN USIA SUBUR”

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Menurut Undang-Undang Nomor 1 tahun 1974 pasal 1 bahwa:
"Perkawinan merupakan ikatan lahir dan batin antara seorang wanita dengan
seorang pria sebagai suami istri dengan tujuan membentuk keluarga (rumah
tangga) yang bahagia dan kekal berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa.”
Berdasarkan Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2010, pernikahan dini
dan eksperimentasi seksual pada usia dini merupakan masalah yang terjadi di
Indonesia. Masalah ini harus diselesaikan dengan pengembangan program
khusus untuk kaum muda dalam hal kesehatan, pendidikan dan pendidikan
seksual. Dalam melakukan pelatihan bagi para profesional kesehatan,
kejujuran dan transparansi pada masalah orang dewasa muda yang penting
dan dapat membantu sistem perawatan medis, serta fungsi promosi kesehatan
Kementerian Kesehatan untuk lebih selaras dengan kebutuhan remaja dan
dewasa muda, terutama perempuan dengan kebutuhan khusus. (Riskesdas
2010)
Menurut Menkes, data Riskesdas 2010 menunjukkan bahwa perempuan
muda di Indonesia dengan usia 10-14 tahun menikah pada tahun 2010
sebanyak 0.2 persen. Meskipun proporsi kecil, namun hal ini menunjukkan
bahwa lebih dari 22.000 wanita muda berusia 10-14 tahun di Indonesia sudah
menikah. Jumlah dari perempuan muda berusia 15-19 yang menikah lebih
besar jika dibandingkan dengan laki-laki muda berusia 15-19 tahun, yaitu
11,7 persen dibandingkan dengan 1,6 persen. Selain itu, diantara kelompok
umur perempuan 20-24 tahun - lebih dari 56,2 persen sudah menikah.
Salah satu keputusan Konggres Ulama Perempuan Indonesia (KUPI)
2017 di Cirebon, Jawa Barat adalah penghapusan pernikahan anak.

1
Penghapusan pernikahan anak atau pernikahan usia dini diperlukan karena
lebih banyak menimbulkan kemudharatan. Konggres yang berakhir pada
tanggal 27 April 2017 tersebut mendesak perubahan batas usia minimal
pernikahan anak perempuan. Usia minimal seorang perempuan boleh
menikah adalah 18 tahun bukan 16 tahun sebagaimana ditegaskan dalam UU
Perkawinan. Perempuan berumur 16 tahun masih sangat riskan untuk
menikah.
Berdasarkan tingginya angka kejadian perilaku pernikahan dini pada
remaja putri dan banyaknya factor yang mempengaruhi sehingga penulis
tertarik untuk mengambil judul “Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Perilaku
Pernikahan Dini Pada Pasangan Usia Subur”.

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas maka yang menjadi rumusan
masalahnya adalah : apa saja factor yang mempengaruhi perilaku pernikahan
dini pada pasangan usia subur?

C. Tujuan Penelitian
a. Tujuan Umum
Untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku
pernikahan dini pada pasangan usia subur.
b. Tujuan Khusus
1. Untuk mengetahui pengaruh pendidikan terhadap perilaku
pernikahan dini pada pasangan usia subur.
2. Untuk mengetahui pengaruh lingkungan social terhadap perilaku
pernikahan dini pada pasangan usia subur.
3. Untuk mengetahui pengaruh minat terhadap perilaku pernikahan
dini pada pasangan usia subur.
4. Untuk mengetahui pengaruh budaya terhadap perilaku pernikahan
dini pada pasangan usia subur.

2
5. Untuk mengetahui pengaruh agama terhadap perilaku pernikahan
dini pada pasangan usia subur.

D. Lingkup Penelitian
Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui factor-faktor yang
mempengaruhi perilaku pernikahan dini pada pasangan usia subur. Banyak
faktor yang mempengaruhi perilaku remaja usia subur terhadap pernikahan
dini , tetapi penulis membatasinya pada variable-variabel tertentu, yaitu :
1. Variabel Independen
a. Faktor internal, terdiri dari pengetahuan dan pendidikan
b.Faktor eksternal, terdiri dari kebutuhan keluarga, nilai keagamaan, dan
budaya
2. Variabel Dependen
Yaitu sikap dan perilaku remaja terhadap pernikahan dini.

3
BAB II

TINJAUAN TEORI

A. Remaja
a. Definisi Remaja
Menurut psikologi, remaja adalah suatu periode transisi dari masa
awal anak anak hingga masa awal dewasa, yang dimasuki pada usia kira
kira 10 hingga 12 tahun dan berakhir pada usia 18 tahun hingga 22 tahun.
Masa remaja bermula pada perubahan fisik yang cepat, pertambahan berat
dan tinggi badan yang dramatis, perubahan bentuk tubuh, dan
perkembangan karakteristik seksual seperti pembesaran buah dada,
perkembangan pinggang dan kumis, dan dalamnya suara. Pada
perkembangan ini, pencapaian kemandirian dan identitas sangat menonjol
(pemikiran semakin logis, abstrak, dan idealistis) dan semakin banyak
menghabiskan waktu di luar keluarga.

b. Ciri-ciri Remaja
Seseorang anak dikatakan remaja apabila telah mengalami haid
pertama bagi wanita dan bagi laki-laki ditandai dengan mimpi basah.
Menurut ahli, rentang usia remaja diantranya:
Menurut Aristoteles sebagaimana dikutip oleh Suryabrata (1984)
meninjau perkembangan anak bukan hanya fase mulai remaja saja, akan
tetapi sejak ia lahir hingga masa remaja, ia membagi menjadi tiga
fase:
1. Fase pertama dari 0-7,0 masa anak kecil.
2. Fase kedua dari 7,0-14,0 masa belajar sekolah
3. Fase ketiga dari 14,0-21,0, masa remaja atau pubertas (peralihan masa
anak menjadi masa remaja).

4
Berkaitan dengan rentang usia remaja di atas, Singgih D. Gunarso
memberikan ciri-ciri masa remaja sebagai berikut:
1. Mengalami kegelisahan dalam hidupnya
2. Adanya pertentangan dengan orang dewasa
3. Keinginan untuk mencoba hal yang belum diketahuinya
4. Keinginan mencoba fungsi organ tubuhnya
5. Suka mengkhayal dan berfantasi tentang pretasi dan karier (Gunarso
dan Gunarso, 1989)
6. Mulai muncul sifat-sifat khas anak laki-laki dan anak perempuan.

c. Perkembangan Fisik dan Perubahan Seksual Remaja Putri

Pubertas merupakan proses perubahan menuju kematangan fisik dan


seksual, sehingga pada fase ini si anak siap untuk menjalankan fungsi
reproduksinya. Masa pubertas seorang anak sangat bervariasi, biasanya
dimulai pada usia 9 -14 tahun dan prosesnya rata-rata berakhir pada usia
15-17 tahun.Masa pubertas biasanya berlangsung selama 4 tahun. Pada
akhir proses, anak perempuan akan mencapai kematangan organ
reproduksinya. Dengan adanya pubertas, seorang anak yang semula
aseksual akan menjadi mahluk seksual.
Saat pubertas, hormon akan mulai membuat perubahan besar pada
tubuh anak perempuan yang biasanya berlangsung setidaknya selama 4
tahun.

Berikut adalah perubahan-perubahan fisik yang terjadi saat pubertas:


 Struktur vulva menjadi lebih besar dan lebih jelas, warnanyapun
mengalami perubahan.
 Pada anak perempuan pra remaja, vulva berada lebih maju
dibandingkan pada wanita dewasa. Saat berdiri, presentase labia
majora dan pudenda sumbing akan tampak lebih besar.

5
 Selama pubertas, mons pubis membesar, mendorong bagian depan
labioa majora menjauh dari tulang kemlauan dan jadi tepat menghadap
ke bawah saat berdiri. Jumlah lemak tubuh mempengaruhi perubahan
tersebut.
 Payudara akan tumbuh membesar dan berbentuk seperti payudara
wanita dewasa. Pertumbuhan ini dimulai dengan terbentuknya
gundukan lembut tepat di bawah aerola yang akan terasa
sakit terutama jika ditekan. Gundukan kecil ini bisa tumbuh di salah
satu atau di kedua belah payudara sekaligus.
 Adanya pertumbuhan rambut pubis yang dimulai di labia majora yang
kemudian menyebar ke mons pubis dan kadang-kadang hingga ke paha
bagian dalam dan perineum.
 Adanya pertumbuhan rambut pada bagian ketiak.
 Pertumbuhan tinggi badan akan tampak jelas karena adanya ledakan
pertumbuhan akibat pengaruh hormon.
 Perkembangan otot paha yang lebih besar di belakang tulang paha
dibandingkan di bagian depannya.
 Pelebaran pinggul, rata-rata pinggang lebih rendah pada rasio pinggul
dibandingkan pria dewasa.
 Ukuran tangan dan kaki lebih kecil dibanding pria.
 Wajah lebih bulat.
 Hormon estrogen membuat kulit menjadi semakin halus, lembut dan
vaskular lebih tebal.
 Suara semakin halus.
 Pinggang lebih kecil daripada pria.
 Adanya peningkatan sekresi kelenjar minyak dan keringat yang
seringkali menyebabkan jerawat dan bau badan.
 Perubahan distribusi berat badan dan lemak. Timbunan dan cadangan
lemak berpusat terutama di sekitar bokong, paha dan pinggul.
 Periode menstruasi akan dimulai. Biasanya pada masa ini ledakan
pertumbuhan badan akan mulai melambat. Siklus menstruasi rata-rata

6
bermula saat seorang anak berusia 11 atau 14 tahun. Namun pada
beberapa anak, siklus ini mulai lebih cepat, yakni usia 9 tahun, bahkan
ada juga yang sangat lambat yakni usia 18 tahun.

B. Pernikahan Dini
a. Definisi Pernikahan Dini
Pernikahan dini adalah pernikahan yang dilakukan sebelum
mempelai berusia 18 tahun. Selain memiliki risiko dalam kesehatan
perempuan, pernikahan dini juga memicu munculnya kekerasan seksual
dan pelanggaran hak asasi manusia. Hal ini bertolak belakang dengan
undang-undang Republik Indonesia No. 1 tahun 1974 pasal 6.

b. Faktor yang Mempengaruhi Perilaku Pernikahan Dini

Menurut (Noorkasiani, 2009) faktor-faktor yang menyebabkan


terjadinya perkawinan usia muda di Indonesia adalah

1. Faktor individu
a. Perkembangan fisik, mental, dan sosial yang dialami seseorang.
Makin cepat perkembangan tersebut dialami, makin cepat pula
berlangsungnya perkawinan sehingga mendorong terjadinya
perkawinan pada usia muda.
b. Tingkat pendidikan yang dimiliki oleh remaja.
Makin rendah tingkat pendidikan, makin mendorong
berlangsungnya perkawinan usia muda.
c. Sikap dan hubungan dengan orang tua.
Perkawinan usia muda dapat berlangsung karena adanya sikap patuh
dan atau menentang yang dilakukan remaja terhadap perintah orang
tua. Hubungan dengan orang tua menentukan terjadinya perkawinan
usia muda. Dalam kehidupan sehari-hari sering ditemukan
perkawinan remaja karena ingin melepaskan diri dari pengaruh
lingkungan orang tua.

7
d. Sebagai jalan keluar untuk lari dari berbagai kesulitan yang
dihadapi, termasuk kesulitan ekonomi.
Tidak jarang ditemukan perkawinan yang berlangsung dalam usia
sangat muda, diantaranya disebabkan karena remaja menginginkan
status ekonomi yang lebih tinggi.
2. Faktor keluarga
Peran orang tua dalam menentukan perkawinan anak-anak mereka
dipengaruhi oleh faktor-faktor berikut :
a. Sosial ekonomi keluarga
Akibat beban ekonomi yang dialami, orang tua mempunyai
keinginan untuk mengawinkan anak gadisnya. Perkawinan tersebut
akan memperoleh dua keuntungan, yaitu tanggung jawab terhadap
anak gadisnya menjadi tanggung jawab suami atau keluarga suami
dan adanya tambahan tenaga kerja di keluarga, yaitu menantu yang
dengan sukarela membantu keluarga istrinya.
b. Tingkat pendidikan keluarga
Makin rendah tingkat pendidikan keluarga, makin sering
ditemukan perkawinan diusia muda. Peran tingkat pendidikan
berhubungan erat dengan pemahaman keluarga tentang kehidupan
berkeluarga.
c. Kepercayaan dan atau adat istiadat yang berlaku dalam keluarga
Kepercayaan dan adat istiadat yang berlaku dalam keluarga juga
menentukan terjadinya perkawinan diusia muda. Sering ditemukan
orang tua mengawinkan anak mereka dalam usia yang sangat muda
karena keinginan untuk meningkatkan status sosial keluarga,
mempererat hubungan antar keluarga, dan atau untuk menjaga
garis keturunan keluarga.
d. Kemampuan yang dimiliki keluarga dalam menghadapi masalah
remaja
Jika keluarga kurang memiliki pilihan dalam menghadapi atau
mengatasi masalah remaja, (misal : anak gadisnya melakukan

8
perbuatan zina), anak gadis tersebut dinikahkan sebagai jalan
keluarnya. Tindakan ini dilakukan untuk menghadapi rasa malu
atau rasa bersalah.
3. Faktor masyarakat lingkungan
a. Adat istiadat
Terdapat anggapan di berbagai daerah di Indonesia bahwa anak
gadis yang telah dewasa, tetapi belum berkeluarga, akan dipandang
“aib” bagi keluarganya. Upaya orang tua untuk mengatasi hal
tersebut ialah menikahkan anak gadis yang dimilikinya secepat
mungkin sehingga mendorong terjadinya perkawinan usia muda.
b. Pandangan dan kepercayaan
Pandangan dan kepercayaan yang salah pada masyarakat dapat
pula mendorong terjadinya perkawinan di usia muda. Contoh
pandangan yang salah dan dipercayai oleh masyarakat, yaitu
anggapan bahwa kedewasaan seseorang dinilai dari status
perkawinan, status janda lebih baik daripada perawan tua dan
kejantanan seseorang dinilai dari seringnya melakukan perkawinan.
Interpretasi yang salah terhadap ajaran agama juga dapat
menyebabkan terjadinya perkawinan usia muda, misalnya sebagian
besar masyarakat juga pemuka agama menganggap bahwa akil
baliq ialah ketika seorang anak mendapatkan haid pertama, berarti
anak wanita tersebut dapat dinikahkan, padahal akil baliq
sesungguhnya terjadi setelah seorang anak wanita melampaui masa
remaja.
c. Penyalahgunaan wewenang atau kekuasaan
Sering ditemukan perkawinan usia muda karena beberapa pemuka
masyarakat tertentu menyalahgunakan wewenang atau kekuasaan
yang dimilikinya, yaitu dengan mempergunakan kedudukannya
untuk kawin lagi dan lebih memilih menikahi wanita yang masih
muda, bukan dengan wanita yang telah berusia lanjut.
d. Tingkat pendidikan masyarakat

9
Perkawinan usia muda dipengaruhi pula oleh tingkat pendidikan
masyarakat secara keseluruhan. Masyarakat yang tingkat
pendidikannya amat rendah cenderung mengawinkan anaknya
dalam usia yang masih muda
e. Tingkat ekonomi masyarakat
Masyarakat yang tingkat ekonominya kurang memuaskan, sering
memilih perkawinan sebagai jalan keluar dalam mengatasi
kesulitan ekonomi.
f. Tingkat kesehatan penduduk
Jika suatu daerah memiliki tingkat kesehatan yang belum
memuaskan dengan masih tingginya angka kematian, sering pula
ditemukan perkawinan usia muda di daerah tersebut.
g. Perubahan nilai
Akibat pengaruh modernisasi, terjadi perubahan nilai, yaitu
semakin bebasnya hubungan antara pria dan wanita.
h. Media massa
Gencarnya ekspos seks di media massa menyebabkan remaja
modern kian permisif terhadap seks.
i. Peraturan perundang-undangan
Peran peraturan perundang-undangan dalam perkawinan usia muda
cukup besar. Jika peraturan perundang-undangan masih
membenarkan perkawinan usia muda, akan terus ditemukan
perkawinan usia muda.
c. Dampak Pernikahan Dini

Dampak yang terjadi karena pernikahan usia muda menurut (Kumalasari,


2012) yaitu :

1. Kesehatan perempuan
a. Alat reproduksi belum siap menerima kehamilan sehingga dapat
menimbulkan berbagai komplikasi
b. Kehamilan dini dan kurang terpenuhinya gizi bagi dirinya sendiri

10
c. Resiko anemia dan meningkatnya angka kejadian depresi
d. Beresiko pada kematian usia dini
e. Meningkatkan angka kematian ibu (AKI)
f. Studi epidemiologi kanker serviks : resiko meningkat lebih dari 10
kali bila jumlah mitra seks 6/ lebih atau bila berhubungan seks
pertama dibawah usia 15 tahun
g. Semakin muda perempuan memiliki anak pertama, semakin rentan
terkena serviks
h. Resiko terkena penyakit menular seksual
i. Kehilangan kesempatan mengembangkan diri
2. Kualitas anak
a. Bayi berat lahir rendah (BBLR) sangat tinggi, adanya kebutuhan
nutrisi yang harus lebih banyak untuk kehamilannya dan kebutuhan
pertumbuhan ibu sendiri
b. Bayi-bayi yang dilahirkan dari ibu yang berusia dibawah 18 tahun
rata-rata lebih kecil dan bayi dengan BBLR memiliki kemungkinan
5-30 kali lebih tinggi untuk meninggal
3. Keharmonisan keluarga dan perceraian
a. Banyaknya pernikahan usia muda berbanding lurus dengan
tingginya angka perceraian
b. Ego remaja yang masih tinggi
c. Banyaknya kasus perceraian merupakan dampak dari mudanya usia
pasangan bercerai ketika memutuskan untuk menikah
d. Perselingkuhan
e. Ketidakcocokan hubungan dengan orang tua maupun mertua
f. Psikologis yang belum matang, sehingga cenderung labil dan
emosional
g. Kurang mampu untuk bersosialisasi dan adaptasi

d. Upaya Pencegahan Pernikahan Dini


a) Undang-undang perkawinan

11
b) Bimbingan kepada remaja dan kejelasan tentang sex education
c) Memberikan penyuluhan kepada orang tua dan masyarakat
d) Bekerja sama dengan tokoh agama dan masyarakat
e) Model desa percontahan kedewasaan usia perkawinan
f) Pendewasaan usia kehamilan dengan penggunaan kontrasepsi
g) Bimbingan psikologis
h) Dukungan keluarga
i) Peningkatan kesehatan

e. Kerangka Teori
Bagan 1

FAKTOR
PENDORONG
(Predisposisi)

1. Pendidikan
2. Lingkungan Sosial
3. Minat
4. Adat Kebiasaan/Budaya
5. Pemahaman Agama

Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi


Perilaku Pernikahan Dini Pada Pasangan
FAKTOR PENDUKUNG
(Enabling) Usia Subur

1. Sosial Ekonomi

FAKTOR PENDORONG
(Reinforcing)

1. Media Massa

12
BAB III

KERANGKA KONSEP

Bagan 2

Variabel Independen Variabel Dependen

FAKTOR PENDORONG
(Predisposisi)

1. Pendidikan Pernikahan Dini


2. Lingkungan Sosial
3. Minat
4. Adat Kebiasaan/Budaya
5. Pemahaman Agama

13

Anda mungkin juga menyukai