Anda di halaman 1dari 11

Makalah

Keperawatan Maternitas II
Asuhan Keperawatan Ibu Hamil Dengan Penyakit Jantung

Oleh :

Kelompok 5

Indra Putra 17061044


Maharany Ungkey 17061136
Janike Arista Bawinto 17061138

Universitas Katolik De La Salle Manado


Fakultas Keperawatan
2019
A. DEFINISI
Penyakit jantung adalah penyebab utama ketiga kematian pada wanita berusia
25 tahun sampai 44 tahun. Karena relatif sering terjadi pada wanita usia subur,
penyakit jantung mempersulit pada sekitar 1 persen kehamilan (Leveno, Kenneth J,
2009).
Kehamilan dengan penyakit jantung selalu saling mempengaruhi karena
kehamilan dapat memberatkan penyakit jantung yang dideritanya. Penyakit jantung
dapat mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan janin dalam rahim. Jantung
yang normal dapat menyesuaikan diri terhadap segala perubahan sistem jantung dan
pembuluh darah yang disebabkan oleh kehamilan, yaitu dorongan diafragma oleh
besarnya janin yang dikandungnya sehingga dapat mengubah posisi jantung dan
pembuluh darah sehingga terjadi perubahan dari kerja jantung.

Yang dapat mempengaruhi antara lain: (Manuaba, Ida Bagus Gde, 1998)
1. Pengaruh peningkatan hormone tubuh
2. Terjadi haemodelusi darah dengan puncaknya pada kehamilan 28 – 32 minggu
3. Kebutuhan janin untuk pertumbuhan dan perkembangan dalam rahim
4. Kembalinya darah setelah placenta lahir karena kontraksi rahim dan terhentinya
terhentinya peredaran darah placenta
5. Saat post partum sering terjadi infeksi.

B. ETIOLOGI
Etiologi kelainan jantung dapat berupa kelainan primer maupun sekunder.
 Kelainan Primer, kelainan primer dapat berupa kelainan kongenital, bentuk
kelainan katub, iskemik dan cardiomiopati.
 Kelainan Sekunder, kelainan sekunder berupa penyakit lain, seperti hipertensi,
anemia berat, hipervolumia, perbesaran rahim, dll.

Klasifikasi
 Klasifikasi asosiasi penyakit jantung New York pada ibu hamil:
 Kelas 1 : pasien tidak terbatas dalam kegiatan fisik. Kegiatan fisik biasa tidak
menyebabkan kelelahan yang tidak semestinya, Palpitasi, sesak nafas atau
nyeri angina.
 Kelas 2 : pasien sedikit terbatas kegiatan fisikya. Kegiatan fisik biasa
menyebabkan kelelahan, palpitasi, sesak nafas, atau nyeri angina.
 Kelas 3 : pasien jelas terbatas dalam kegiatan fisiknya. Kegiatan fisik yang
kurang dari biasa menyebabkan kelelahan, palpitasi, sesak nafas, atau nyeri
angina.
 Kelas 4 : pasien tidak mampu melakukan sembarangan kegiatan fisik tanpa
merasa tidak enak. Gejala-gejala insufisiensi jantung atau sindrom angina bisa
ada sekalipun dalam keadaan istirahat. Bila melakukan kegiatan fisik rasa
tidak enak bertambah berat.
 (Raybura, William F, 2001)

C. ANATOMI DAN FISIOLOGI

1. Atrium (Serambi)
Terdapat dua atrium pada jantung, yaitu :
- Atrium kiri (serambi kiri) berfungsi menerima darah dari paru-paru yang kaya
oksigen dan membawanya ke ventrikel kiri
- Atrium kanan (serambi kanan) berfungsi menerima darah dari seluruh tubuh
yang kaya akan CO2 kemudian membawanya ke ventrikel kanan.
2. Ventrikel (Bilik)
Ada 2 macam ventrikel yaitu :
- Ventrikel kiri berfungsi menerima darah dari atrium kiri dan membawanya ke
seluruh tubuh
- Ventrikel kanan berfungsi menerima darah dari atrium kanan dan
membawanya ke paru-paru
3. Aorta berfungsi untuk membawa darah yang mengandung O2 dari ventrikel kiri ke
seluruh tubuh
4. Arteri Pulmonalis berfungsi untuk mengganti CO2 dan uap air yang ada dalam darah
dengan O2
5. Katup Aorta berfungsi untuk mencegah darah mengalir kea rah yang salah
6. Vena Kava Inferior berfungsi membawa darah dari bagian bawah tubuh ke atrium
kanan jantung
7. Vena Kava Superior berfungsi untuk membawa kembali darah yang kaya CO2 dari
seluruh bagian atas ke jantung
8. Vena Pulmonalis berfungsi untuk membawa darah kaya O2 kembali ke jantung untuk
kemudian diedarkan ke seluruh tubuh
9. Katub Trikuspidalis berfungsi untuk memisahkan atrium kanan dan ventrikel kanan
dan membantu mengalirkan darah yang memiliki sedikit O2 dari atrium kanan ke
ventrikel kanan
10. Katup Mitral berfungsi untuk mencegah darah yang telah berada di ventrikel kiri
kembali ke atrium kiri

D. PATOFISIOLOGI
Pada saat kehamilan curah jantung meningkat hingga 30 sampai 50 persen.
Hampir separuh dari peningkatan total tersebut terjadi pada 8 minggu, dan maksimal
pada pertengahan kehamilan. Peningkatan dini curah jantung terjadi akibat
meningkatnya isi sekuncup disertai berkurangnya resistensi vaskuler dan penurunan
tekanan darah. Pada tahap kehamilan selanjutnya juga terjadi peningkatan denyut nadi
istirahat, dan isi sekuncup semakin meningkat, mungkin berkaitan dengan
meningkatnya pengisisan diastolic akibat meningkatnya volume darah.
Karena pada awal kehamilan terjadi perubahan hemodinamik yang signifikan,
wanita dengan disfungsi jantung yang berat dapat mengalami perburukan gagal
jantung sebelum pertengahan kehamilan. Pada wanita yang lain, gagal jantung terjadi
pada trimester ketiga saat hypervolemia normal pada kehamilan mencapai puncaknya.
Akan tetapi, pada sebagian besar kasus gagal jantung terjadi peripartum saat timbul
tambahan beban hemodinamik. Kondisi ini merupakan saat kemampuan fisiologis
jantung mengubah curah jantung secara cepat sering kesulitan menghadapi penyakit
jantung structural (Leveno, Kenneth J, 2009).

E. MANIFESTASI KLINIS
Gejala-gejala seperti kelelahan, dan sesak nafas ringan dan tanda-tanda klinik
seperti desah sistolik, suara jantung ketiga, dan edema bisa jadi tanda-tanda penyakit
jantung merupakan hal fisiologik selama kehamilan. Diperlukan pemeriksaan lebih
lanjut untuk menetapkan penyakit jantung jika ada sembarangan gejala dan tanda
berikut, sesak nafas yang cukup berat buat mengganggu kegiatan, ortopnea progresif,
sesak nafas malam hari yang paroksimal, nyeri dada seperti angina menyertai setiap
kegiatan fisik atau stress, emosional, desah sistolik yang lebih dari III, IV (diastolic,
prediastolik atau terus-menerus), pembesaran jantung yang nyata, aritmia berat,
sianosis, dan pelebaran ujung-ujung jari (clubbing) (Raybura, William F, 2001).
1. Cepat merasa lelah
2. Jantungnya berdebar-debar
3. Sesak nafas apalagi disertai sianosis (kebiruan)
4. Edema tungkai atau terasa berat pada kehamilan muda
5. Mengeluh tentang bertambah besarnya Rahim yang tidak sesuai
(Manuaba, Ida Bagus Gde, 1998).
1. Dyspnea atau ortopnea progresif
2. Batuk malam hari
3. Hemoptysis
4. Sinkop
5. Nyeri dada
6. Sianosis
7. Jari gada
8. Distensi menetap vena jugularis
9. Murmur sistolik derajat 3/3 atau lebih
10. Murmur diastolic
11. Kardiomegali
12. Aritmia persisten
13. Bunyi jantung kedua terpisah menetap
(Leveno, Kenneth J, 2009)

F. KOMPLIKASI
Penyakit jantung pada ibu hamil dapat mempengaruhi pertumbuhan dan
perkembangan janin dalam rahim dalam bentuk :
a. Dapat terjadi keguguran
b. Persalinan prematuritas atau berat lahir rendah
c. Kematian perinatal yang makin meningkat
d. Pertumbuhan dan perkembangan bayi mengalami hambatan intelegensia atau fisik
(Manuaba, Ida Bagus Gde, 1998).

G. PEMERIKSAAN PENUNJANG
EKG, untuk mengetahui kelainan irama dan gangguan konduksi, adanya
kardiomegali, tanda penyakit pericardium , iskemia atau infark, bisa ditemukan tanda-
tanda aritmia.
Pemeriksaan radiologi untuk mengetahui dehidrasi dalam kehamilan namun
jika memang diperlukan dapat dilakukan dengan memberikan pelindung di abdomen
dan pelvis.
1. Elektrokardiografi
Terdapat beberapa perubahan akibat kehamilan yang perlu
dipertimbangkan saat menginterpretasikan hasil pemeriksaan
elektrokardiografi. Sebagai contoh, karena pada kehamilan lanjut
diafragma terangkat, rata-rata terjadi deviasi 15 derajat sumbu kiri di
elektrokardiogram sedemikian rupa sehingga dapat ditemukan perubahan
ST ringan di sadapan inferior. Selain itu, kontraksi premature atrium dan
ventrikel relative sering terjadi. Kehamilan tidak mengubah temuan
voltase.
2. Ekokardiografi
Metode yang aman, cepat dan terpercaya untuk mengetahui fungsi dan
anatomi bilik, katup, dan pericardium. Luasnya penerapan ekokardiografi,
sebagian besar penyakit jantung selama kehamilan dapat diagnosis secara
noninvansif dan akurat. Sebagai perubahan normal yang dipicu oleh
kehamilan dan terlihat pada ekokardiografi adalah regurgitasi tricuspid dan
peningkatan signifikan ukuran atrium kiri dan luas potongan melintang
outflow ventrikel kiri .
Akan tetapi, sepanjang kehamilan dan masa nifas perlu diberikan perhatian khusus
terhadap pencegahan dan deteksi dini gagal jantung. Infeksi terbukti merupakan factor
penting yang memicu gagal jantung. Setiap pasien harus dianjurkan untuk
menghindari kontak dengan mereka yang mengidap infeksi saluran napas, termasuk
demam salesma, dan melaporkan setiap serta mengurangi risiko aritmia yang
mengancam jiwa. Wanita yang bersangkut harus diberi antibiotic profilaksis jika
terdapat regurgitasi, kerusakan katup, atau factor risiko lain. (Leveno, Kenneth J,
2009)

H. PENATALAKSANAAN
Pengobatan dan penatalaksanaan penyakit jantung dalam kehamilan tergantung
pada derajat fungsinya :
 Kelas I : tidak ada pengobatan tambahan yang dibutuhkan, penanganannya
biasa secara berobat jalan. Pasien harus beristirahat beberapa kali sehari untuk
mengurangi kerja jantung.
 Kelas II : biasanya tidak memerlukan terapi tambahan kurangi kerja fisik
terutama antara kehamilan 28 – 36 minggu
 Kelas III : memerlukan digitalisasi/ obat lainnya sebaiknya dirawat di rumah
sakit sejak kehamilam 28 – 30 minggu
 Kelas IV : harus dirawat di rumah sakit dan diberikan pengobatan bekerjasama
dnegan kardiologi
Penatalaksanaan harus melibatkan ahli kandungan, ahli jantung, ahli anestesi dan
ahli bedah jantung, hipertensi pulmonal dan sindrom marfan merupakan kontra
indikasi untuk hamil. Sebagian besar otot-otot kardiovaskuler dapat digunakan pada
kehamilan dengan mempertimbangkan potensi resiko terhadap ibu dan bayi. Indikasi
untuk operasi sama dnegan wanita yang tidak hamil. Jika ada indikasi untuk operasi
cardiopulmonary bypasss support harus dnegan aliran tinggi.
Kegagalan jantung harus ditangani secara agresif dengan istirahat baring, oksigen,
turniket (rotating tourniquets), digoksin (0,5 mg intravena selama 10 menit diikuti
dengan 0,25 mg intravena tiap 2- 4 jam sampai 2mg jika diperlukan), dan morfin (10 -
15 mg intravena tiap 2 – 4 jam). Takikardi ibu yang jelas harus diobati dengan
pemberian propranolol (0,2 – 0,5 mg intravena tiap 3 menit sampai denyut jantung
turun menjadi 110 kali per menit), digoksin, atau kardioversi (25 – 100 watt-detik).
Asosiasi jantung Amerika menganjurkan pemberian antibiotika pada pasien-
pasien hamil dengan penyakit katup jantung sebelum dilakukan bedah sesar atau
kateterisasi uretra, atau dalam persalinan melalui vagina yang berkomplikasi.
Pemakaian beta agonis untuk mengatasi partus premature adalah kontra indikasi pada
penderita dengan penyakit jantung yang jelas. Sulfas magnesikus dapat dipergunakan
dengan hati-hati, karena dengan dosis tinggi mungkin terjadi keracunan jantung.
(Raybura, William F, 2001)

I. PATOFLOW

J. ASUHAN KEPERAWATAN

Pengkajian

 Data Demografi: Nama, Umur, Pekerjaan, Alamat.


 Aktifasi dan istirahat
- Ketidakmampuan melakukan aktifitas normal
- Dispnea nocturnal karena pengerahan tenaga
 Sirkulasi
- Takikardia, palpitasi, disritmia
- Riwayat penyakit jantung congenital
- Perubahan poksisi dan diafragma ke atas dan ukuran jantung sebanding dengan uterus.
- Dapat mengalami pembesaran jantung dan murmur diastolic dan sistolik secara
kontinu.
- Peningkatan tekanan darah
- Clubbing dan sianosis
- Nadi mungkin menurun
- Dapat mengalami memar spontan, perdarahan lama, dan trobositopenia.
- Riwayat hipertensi kronis
 Eliminasi
- Menurunnya keluaran urine
 Makanan dan cairan
- Obesitas
- Mual dan muntah
 Malnutrisi
- Diabetes mellitus
- Dapat mengalami edema ekstrimitas bawah
 Nyeri dan rasa nyaman
- Dapat mengeluh nyeri dada dengan tanpa aktivitas
 Pernafasan
- Pernafasan mungkin kurang dari 14 x / menit
- Krekle - Dispnea
- Hemoptisis - Ortopnea
- Takipnea
 Riwayat K
Diagnose Keperawatan
1. Curah jantung, resiko tinggi terhadap dekompensasi fantor meliputi peningkatan
volume sirkulasi, distrimia, perubahan kontraktilitas miokardia, perubahan
inotsopik pada jantung.
2. Kelebihan volume cairan, resiko tinggi terhadap faktor resiko meliputi
peningkatan volume sirkulasi, perubahan pada fungsi ginjal, ketidakteraturan
diet.
3. Perfusi, perubahan resiko tinggi terhadap, utero plasenta. Faktor resiko meliputi
perubahan pada volume sirkulasi, pirao kanan ke kiri.

Intervensi

DX 1: Curah jantung, resiko tinggi terhadap dekompensasi fantor meliputi peningkatan


volume sirkulasi, distrimia, perubahan kontraktilitas miokardia, perubahan inotsopik
pada jantung.

Kriteria hasil:
1. Mengidentifikasi/mengadobsi perilaku untuk meminimalkan stressor dan
memaksimalkan fungsi jantung.
2. Mentoleransi tekanan dari peningkatan volume darah seuai indikasi sampai dengan
nadi dalam batas yang tepat secara individu.
3. Mendemonstrasikan sirkulasi plasenta yang adekuat.

Intervensi:
1. Pantau TTV klien
R/: Permulaan tahap dekompensasi karemteloran terhadap beban sirkulasi, infeksi atau
ansietas dapat terlihat pertama-tama dari perubahan yang membahayakan pada pola
tanda vital, berkenaan dengan peningkatan suhu, nadi pernapasan dan TD
2. Berikan informasi tentan perlunya istirahat yang adekuat
R/: Meminimalkan stress jantung dan menghemat energi, klien kelas IV memerlukan
tirah baring selama kehamilan.
3. Selidiki adanya keluhan nyeri dada dan palpitasi, anjurkan pembatasan kafein dengan
cepat.
R/: Klein dengan prolaps katup mitral dapat terjadi aritmia terlihat pada nyeri dada dan
palpitasi, pembatasan kafein dapat menurunkan frekuensi terjadinya.

DX 2: Kelebihan volume cairan, resiko tinggi terhadap faktor resiko meliputi peningkatan
volume sirkulasi, perubahan pada fungsi ginjal, ketidakteraturan diet.

Kriteria hasil:
1. Menunjukkan keseimbangan cairan yang stabil
2. Penambahan berat badan tepat

Intervensi:
1. Kaji faktor-faktor diet yang dapat mempercepat retensi cairan, berlebihan berikan
informasi sesuai kebutuhan.
R/: Diet yang tidak tepat khususnya defisiensi protein dan kelebiihan natrium,
meperberat retensi cairan.
2. Selidiki batuk yang tidak jelas
R/: Batuk tidak berhubungan dengan masalah pernapasan dapat menandakan
terjadinya gjk.
3. Kolaborasi, berikan diuretic (misal: klorotiazid, hidroklotiazid)
R/: Membantu menghilangkan tahanan cairan berlebihan pada tindakan konservatif
dari istirahat dan penuruan masukan natrium.

DX 3: Perfusi, perubahan resiko tinggi terhadap, utero plasenta. Faktor resiko meliputi
perubahan pada volume sirkulasi, pirao kanan ke kiri.

Kriteria Hasil:
1. Menunjukkan TD, GDA dan hitung sel darah putih
2. Mendemonstrasikan perfusi plasenta adekuat sesuai indikasi

Intervensi:
1. Perhatikan faktor-faktor individu dan status sebelum hamil.
R/: Adanya masalah jantung sebelumnya dipengaruhi oleh peningkatan kebutuhan
sirkulasi selama kehamilan dapat mengakibatkan kerusakan oksigenasi jaringan.
2. Kaji TD dan nadi.
R/: Takikardia (frekuensi jantung lebih besar) pada istirahat, peningkatan TD, dan
perubahan perilaku pada mendekati kegagalan jantung awal atau hipoksia.
3. Berikan informasi tentang penggunaan posisi tegak yang diubah selama tidur dan
istirahat.
R/:Memudahkan frekuensi pernapasan dengan menurunkan tekanan dari
pembesaran uterus pada difragma dan membantu meningkatkan diameter vertikel
untuk ekspansi paru.
Implementasi
DX 1: Curah jantung, resiko tinggi terhadap dekompensasi fantor meliputi peningkatan
volume sirkulasi, distrimia, perubahan kontraktilitas miokardia, perubahan inotsopik
pada jantung.

Implementasi:
1. Memantau TTV klien
2. Memberikan informasi tentan perlunya istirahat yang adekuat
3. Menyelidiki adanya keluhan nyeri dada dan palpitasi, anjurkan pembatasan kafein
dengan cepat.

DX 2: Kelebihan volume cairan, resiko tinggi terhadap faktor resiko meliputi peningkatan
volume sirkulasi, perubahan pada fungsi ginjal, ketidakteraturan diet.

Implementasi:
1. Mengkaji faktor-faktor diet yang dapat mempercepat retensi cairan, berlebihan berikan
informasi sesuai kebutuhan.
2. Menyelidiki batuk yang tidak jelas
3. Mengkolaborasi, berikan diuretic (misal: klorotiazid, hidroklotiazid)

DX 3: Perfusi, perubahan resiko tinggi terhadap, utero plasenta. Faktor resiko meliputi
perubahan pada volume sirkulasi, pirao kanan ke kiri.

Implementasi:
1. Memperhatikan faktor-faktor individu dan status sebelum hamil.
2. Mengkaji TD dan nadi.
3. Memberikan informasi tentang penggunaan posisi tegak yang diubah selama tidur dan
istirahat.

Evaluasi

DX 1: Curah jantung, resiko tinggi terhadap dekompensasi fantor meliputi peningkatan


volume sirkulasi, distrimia, perubahan kontraktilitas miokardia, perubahan inotsopik
pada jantung.
Evaluasi:
1. Menunjukkan maksimalnya fungsi jantung.
2. Tanda-tanda vital dalam batas normal.
3. Menunjukkan sirkulasi plasenta yang adekuat
4. Mengikuti proses medikasi yang tepat dan sesuai.
5. Tidak adanya nyeri dada dan palpitasi.

DX 2: Kelebihan volume cairan, resiko tinggi terhadap faktor resiko meliputi peningkatan
volume sirkulasi, perubahan pada fungsi ginjal, ketidakteraturan diet.
Evaluasi:
1. Menunjukkan keseimbangan cairan yang stabil
2. Menunjukkan penambahan berat badan tepat
3. Menunjukkan berkurangnya retensi cairan
4. Menunjukkan berkurangnya frekuensi batuk.
5. Mengikuti proses medikasi yang tepat.

DX 3: Perfusi, perubahan resiko tinggi terhadap, utero plasenta. Faktor resiko meliputi
perubahan pada volume sirkulasi, pirao kanan ke kiri.
Evaluasi:
1. Menunjukkan TD, GDA dan hitung sel darah putih yang dalam batas normal.
2. Menunjukkan perfusi plasenta adekuat sesuai indikasi
3. TTV dalam batas normal.

Anda mungkin juga menyukai