Anda di halaman 1dari 13

MAKALAH KOMUNIKASI DALAM KEPERAWATAN II

KOMUNIKASI TERAPEUTIK IGD

Disusun Oleh :

Fitria Kanda Putri (032016039)

Nden Ayu Pratiwi (032016040)

Retno Anesti (032016041)

Nenda Nurfenda (032016042)

Denis Kurnia Sudjana (032016043)

Mayang Arlita Afandi (032016044)

Rai Rendra Mahardika (032016052)

Wika Puspikasari (032016071)

S1 KEPERAWATAN
Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan ‘AISYIYAH BANDUNG
2017/2018
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa. Atas berkat
rahmat dan hidayah-Nya pulalah makalah ini dapat diselesaikan dengan baik yang
berjudul Komunikasi Trapeutik IGD.

Tujuan dari pembuatan makalah ini adalah untuk memenuhi tugas mata
kuliah Komunikasi dalam Keperawatan II.

Kami menyadari makalah ini masih jauh dari sempurna. Oleh karena itu,
kami mengharapkan kritik dan saran untuk perbaikan makalah ini pada masa yang
akan datang. Demikian semoga dengan adanya penulisan makalah ini bermanfaat
bagi kami khususnya dan pembaca umumnya.

Bandung, 23 Februari 2018

Kelompok 3

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR................................................................................................................ i
BAB I ................................................................................................................................ 1
PENDAHULUAN ............................................................................................................... 1
1.1 Latar Belakang .............................................................................................................. 1
1.2 Rumusan Masalah ........................................................................................................ 1
1.2 Tujuan.......................................................................................................................... 1
BAB II ............................................................................................................................... 2
PEMBAHASAN ................................................................................................................. 2
2.1 Pengertian Gawat Darurat ............................................................................................ 2
2.2 Konsep Keperawatan Darurat ....................................................................................... 2
2.3 Standar Praktik Keperawatan Gawat Darurat............................................................... 3
2.5 Tujuan Komunikasi Pada Gawat Darurat ...................................................................... 6
BAB III .................................................................................................................................. 8
PENUTUP ............................................................................................................................. 8
3.1 Kesimpulan ................................................................................................................ 8
3.2 Saran ......................................................................................................................... 8
Daftar Pustaka..................................................................................................................... 9

ii
iii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Menurut As Hornby (1974) trapeutik adalah merupakan kata sifat yang
dihubungkan dengan seni dan penyembuhan. Disini dapat diartikan bahwa
trapeutik adalah segala sesuatu yang memfasilitasi proses penyembuhan.
Mampu trapeutik berarti seseorang mampu melakukan atau
mengkomunikasikan perkataan, perbuatan, atau ekspresi yang memfasilitasi
proses penyembuhan. Gawat darurat adalah aplikasi proses keperawatan untuk
pasien dari segala usia, yang membutuhkan stabilisasi dan atau resusitasi
untuk berbagai penyakit yang cedera.
Keperawatan gawat darurat menurut definisi adalah asuhan perawatan
yang diberikan pada individu dari seluruh rentang usia yang mengalami
gangguan masalah kesehatan yang bersifat aktual atau berpotensi mengalami
gangguan, baik fisik atau emosional, yang memerlukan intervensi lebih lanjut.

1.2 Rumusan Masalah


1. Apa pengertian dari gawat darurat?
2. Apa saja konsep dasar keperawatan gawat darurat?
3. Apa yang dimaksud dengan standar praktik keperawatan gawat
darurat?
4. Bagaimana peran dan fungsi perawat gawat darurat?
5. Apa tujuan komunikasi pada gawat darurat?
6. Bagaimana teknik komunikasi pada gawat darurat?

1.2 Tujuan
1. Dapat mengerti pengertian dari gawat darurat.
2. Memahami konsep dasar keperawatan gawat darurat.
3. Memahami tentang standar praktik keperawatan gawat darurat.
4. Dapat mengetahui peran dan fungsi perawat gawat darurat.
5. Mengerti tujuan yang dilakukan komunikasi gawat darurat.
6. Dapat melakukan komunikasi pada gawat darurat secara benar.

1
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Gawat Darurat


Gawat darurat adalah suatu keadaan yang terjadinya mendadak
mengakibatkan seseorang atau banyak orang memerlukan penanganan atau
pertolongan segera dalam arti pertolongan secara cermat, tepat dan cepat.

2.2 Konsep Keperawatan Darurat


Konsep gawat darurat (Emergency Nursing) secara internasional telah
dikenal sebagai spesialis dalam keperawatan, hal ini terkait dengan adanya
pengakuan publik terhadap stuktur pengetahuan dan keterampilan yang sifatnya
khusus, yang diperlukan untuk mendukung praktik keperawatan diarea gawat
darurat.

a) Setting Praktik Keperawatan Gawat Darurat.


1. Unit gawat darurat dirumah sakit
2. Militer
3. Urgent care center
4. Klinik kesehatan
5. Pelayanan rawat jalan
6. Sekolah dan universitas
7. Perusahaan atau industri
8. Lembaga permasyarakatan
9. Klinik kesehatan kerja
10. Unit pengambilan keputusan klinis

b) Lingkungan Praktik Keperawatan Gawat Darurat


1. Situasi yang tidak direncanakan yang memerlukan intervensi atau
tindakan segera.
2. Alokasi sumber daya yang terbatas.
3. Diperlukan perawatan segera, dirasakan oleh pasien atau orang lain

2
3

4. Variabel diografis
5. Jumlah pasien tidak dapat di prediksi
6. Belum diketahui tingkat keparahan pasien, urgensi dan diagnosis.
7. Keragaman budaya.

2.3 Standar Praktik Keperawatan Gawat Darurat


Berikut ini adalah standar praktik keperawatan gawat darurat, yaitu
pernyataan otoritatif yang dikembangkan oleh persatuan perawat gawat darurat di
Amerika, dan sekarang sudah menjadi wadah untuk persatuan gawat daruirat
secara global. Standar praktik tersebut (1) Mencerminkan nilai-nilai dan prioritas
untuk perawat darurat, (2) memberikan arahan untuk praktik keperawatan dawat
darurat profesional dan (3) memberikan kerangka kerja untuk evaluasi praktik
keperawatan gawat darurat.

1. Perawat gawat darurat memulai pengkajian (assesment) yang akurat dan


pengkajian berkelanjutan dari kondisi fisik, psikologis, dan permasalahan
sosial pasien yang datang ke setting perawatan gawat darurat.
2. Perawat gawat darurat melakukan analisis data hasil pengkajian, untuk
mengidentifikasi masalah pasien.
3. Perawat gawat darurat mengidentifikasi kriteria hasil (outcome) perawatan
individual yang diharapkan untuk pasien gawat darurat, berdasarkan pada
pengkajian, identifikasi masalah dan keragaman budaya (cultural
diversity).
4. Perawat gawat darurat menyusun rencana perawatan untuk pasien gawat
darurat berdasarkan pengkajian masalah pasien, dan kriteria hasil yang
diharapkan.
5. Perawat gawat darurat mengiplementasikan rencana perawatan
berdasarkan pengkajian, masalah pasien, dan kriteria hasil yang
diharapkan.
6. Perawat gawat darurat mengevaluasi dan memodifikasi rencana perawatan
berdasarkan observasi respon pasien dan pencapaian kriteria hasil yang
diharapkan.
4

7. Perawat gawa darurat mengevaluasi kualitas dan efektivitas praktik


keperawatan gawat darurat.
8. Perawat gawat darurat mematuhi standar praktik keperawatan gawat
darurat yang telah ditetapkan, termasuk perilaku yang menjadi ciri status
profesional.
9. Perawat gawat darurat mengakui kebutuhan belajar mandiri (self-learning)
dan bertanggungjawab untuk memaksimalkan pengembangan profesional
dan praktik keperawatan gawat darurat yang optimal.
10. Perawat gawat darurat terlibat dalam kegiatan dan perilaku yang menjadi
ciri profesional.
11. Perawat gawat darurat memberikan pelayanan perawatan berdasarkan
konsep filosofis dan etika. Konsep konsep ini mencakup penghargaan bagi
kehidupan; menghormati harkat martabat manusia, keberhargaan,
otonomi, penghargaan terhadap sifat manusia sebagai individual yang
unik, dan menghargai nilai dan kepercayaan orang lain.
12. Perawat gawat darurat membangun komunikasian yang terbuka dan tepat
waktu dengan pasien gawat darurat, orang lain yang signifikan bagi
pasien, dan dengan profesi kesehatan lainnya melalui kolaborasi
profesional.
13. Perawat gawat darurat mengakui, nuilai-nilai, dan menggunakan hasil
temuan penelitian dan peningkatan kualitas untuk meningkatkan praktik
keperawatan gawat darurat.
14. Perawat gawat darurat bekerja sama dengan profesi kesehatan lainnya
untuk memberikan pelayanan perawatan yang berfokus pada pasien, aman,
efisien, dan konsistensi dengan penggunaan sumber daya yang minat biaya
(cost-effective).
5

2.4 Peran Dan Fungsi Perawat Gawat Darurat

Keperawatan gawat darurat adalah pelayanan keperawatan yang berada


pada area khusus atau spealis dalam keperawatan yang memiliki peran dan fungsi
sebagai berikut :

1. Pemberi pelayan kesehatan (direct care provider) keperawatan langsung


pada klien dan keluarga yang mengalami masalah kesehatan karena sakit
akut, kritis dan labil, cedera. Serta memberikan pelayanan
kesehatan/perawatan langsung pada keluarga, kelompok pasien dan
masyarakat yang membutuhkan karena mengalami masalah kesehatan
tersebut karena berbagi sebab.
2. Manager klinis (leader ship); perawat gawat darurat dapat berperan
sebagai administrator atau manager klinik/unit gawat darurat yang bekerja
untuk meningkatkan pelayanan kesehatan gawat darurat.
3. Sebagai pendidik pendidik (edukator); perawat gawat darurat berperan
sebagai pembimbing klinik pada peserta didik keperawatan dan; dalam
upaya peningkatan kesehatan dan pencegahan cedera atau injuri melalui
program pendidikan kesehatan kepada masyarakat.
4. Peneliti (research); perawat gawat darurat berperan sebagai peneliti di area
kesehatan terkait pelayanan gawat darurat.
5. Praktik kolaboratif (collaborative practice); berperan untuk membangun
koalisi antara profesi dan melakukan praktik kolaboratif untuk
mengoptimalkan hasil dan pelayanan klinis yang diberikan.

Dalam menjalankan peran dan fungsi, perawat gawat darurat di indonesia


dapat berperan di unit kegawatan atau dimasyarakat. Pengembangan sistem
penanggualangan gawat darurat terpadu (SPGDT) yang merupakan sistem
terpadu dari penanganan gawat darurat ditujukan untuk meningkatkan kualitas
pelayanan gawat darurat di indonesia. SPGDT dimulai sejak penanganan
kasus dilokasi kejadian, komunikasi gawat darurat, kesiapan transfortasi gawat
darurat dan kesiapan penanganan di instalasi pelayanan kesehatan, penguatan
6

pelayanan keperawatan gawat darurat dimasyarakat merupakan salah satu


faktor kunci penunjang keberhasilan sistem SPGDT. Perawat gawat darurat
dalam SPGDT dalam ditempatkan pada pra hospital yaitu di pelayanan primer
atau juga sebagai perawat gawat darurat ambulance gawat darurat. Perawat
gawat darurat yang kompeten dan terampil, serta ditempatkan ditengan
masyarakat akan dapat meningkatkan pengetahuan masyarakat akan
penanganan kegawat daruratan dan membuat respons penanggulangan kondisi
gawat darurat semakin cepat dan tepat.

2.5 Tujuan Komunikasi Pada Gawat Darurat


Fungsi komusikasi terapeutik adalah untuk mendorong dan menganjurkan
kerjasama antara perawat dan klien melalui hubungan perawat dan klien. Perawat
berusaha mengungkapkan perasaan, mengidentifikasi dan mengkaji masalah serta
mengevaluasi tindakan yang dilakukan dalam perawatan. (purwanto, 1994).

Tujuan komusikasi terapeutik pada klien gawat darurat menciptakan


kepercayaan antara perawat dengan klien yang mengalami kondisi kritis atau
gawat darurat dalam melakukan tindakan, sehingga klien cepat tertolong dan tidak
terjadi hal yang fatal.

2.6 Teknik Komunikasi Pada Gawat Darurat

a. Mendengarkan

perawat harus berusaha untuk mendengarkan informasi yang disampaikan


oleh klien dengan penuh empati dan perhatian. Ini dapat ditunjukan dengan
memandang ke arah klien selama berbicara, menjaga kontak pandangan yang
menunjukan keingin tahuan, dan menganggukan kepala pada saat berbicara
tentang hal yang dirasakan penting atau memerlukan umpan balik. Tekhnik
dimaksudkan untuk memberikan rasa aman kepadaklien dalam mengungkapkan
perasaan dan menjaga kestabilan emosi klien.

b. Menunjukan penerimaa
7

Menerima belum berarti menyetujui, melainkan bersedia untuk


mendegarkan orang lain tanpa menunjukan sikap ragu atau penolakan. Dalam hal
ini sebaiknya perawat tidak menunjukan ekspresi yang menunjukan
ketidaksetujuan atau penolakan. Selama klien berbicara sebaiknya perawat tidak
menyela atau membantah. Untuk menunjukan sikap penerimaan sebaiknya
perawat menganggukan kepala dalam merespon pembicaraan klien.

c. Mengulang pernyataan klien

Dengan mengulang pernyataan klien, perawat memberikan umpan balik


sehingga klien mengetahui bahwa pesannya mendapat respon dan berharap
komunikasi dapat berlanjut. Mengulang pokok pikiran klien menunjukan indikasi
bahwa perawat mengikuti pembicaraan klien.

d. Klarifikasi

Apabila terjadi kesalahpahaman, perawat perlu memberhentikan


pembicaraan untuk meminta penjelasan dengan menyamakan pengertian. Ini
berkaitan dengan pentingnya informasi dalam memberikan pelayanan
keperawatan. Klarifikasi diperlukan untuk memperoleh kejelasan dan kesamaan
ide, perasaan, dan persepsi.

e. Menyampaikan hasil pengamatan

Perawat perlu menyampaikan hasil pengamatan terhadap klien untuk


mengetahui bahwa pesan dapat tersampaikan dengan baik. Perawat menjelaskan
pesan yang didapat dari isyarat non verbal yang dilakukan oleh klien. Dengan
demikian akan menjadikan klien berkomunikasi dengan lebih baik dan terfokus
pada permasalahan yang sedang dibicarakan.
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Komunikasi yang dilakukan kepada pasien yang dalam kondisi gawat
darurat yaitu dengan komunikasi seperti komunikasi trapeutik lain, tetapi dalam
hal ini yang lebih diutamakan dalam mengatasi gawat darurat adalah tindakan
yang akan diberikan kepada pasien harus lebih cepat dan tepat.

3.2 Saran
Meskipun yang diutamakan tindakan gawat darurat, perawat harus tetap
melakukan komunikasi pada pasien, maupun dengan keluarga pasien yang ada.

8
7

Daftar Pustaka
Nurjannah, Intan Sari. 2005. Komunikasi Keperawatan. Yogjakarta: Gang Pandu
156 Sarirejo, Maguoharjo

Sheehy. 2013. Keperawatan Gawat Darurat dan Bencana. Jakarta: Elsevier

Anda mungkin juga menyukai