Anda di halaman 1dari 23

PENA BERSAHAJA, TUANGKAN DIALOG BATIN.

1. Rembulan
masih ada cahaya bulan.
langit masih terang, cukup indah.
rembulan merayu untuk tersenyum dengan santun.
bersama cahayanya yang begitu anggun.

2. Rindu Bermimpi
lepaskan rindu bersama pulangnya senja ke pangkuan malam.
biarkan rindu menjelajah mimpi malam ini.
setidaknya, jika belum bertemu kembali.
izinkanlah pertemuan itu terwujud dalam mimpi.

3. Lelah dan Letih 1


riuh penuh rentah raga bernyawa dalam pertikaian lelah dan letih.
malam ini dengan senyap kubakar kelelahan dan keletihan.
setidaknya mampu menakuti kecemasan oleh kemalasan esok pagi.
tebas belenggu penghalang, setidaknya ketangguhan menguatkan.

4. Lelah dan Letih 2


tubuh ambruk diserang letih, letih menitih hari.
persekutuan lelah membantai sudah, setelah dilelahkan oleh waktu.
esok pagi kembali berseri, rutinitas setiap hari.
hayati karunia yang tiada henti mengalir, sadari berkah-berkah yang menyapa.
rasa itu adalah pertanda untuk orang yang berfikir.

5. Sepertiga Malam
sepertiga malam kedua.
melantunkan bahasa penuh cinta.
menggetarkan qolbu disebidang dada.
lalu merasuk hingga ke sum-sum.
menjemput seruan tuhannya.
untuk bersujud dihadapan damainya cinta.

6. Puasa
puasa matiraga teguhkan jiwa.
bukan sekadar menyiksa raga, menahan lapar dahaga.
puasamu sia-sia atau menjadi ladang pahala adalah hakNya.

jangan menghakimi hakekat puasa sesamamu.


jangan merasa bangga bisa menumpuk pahala karena menjalankan puasa, binatang pun
bisa.

ular berpuasa sebelum mengganti kulitnya.


namun dia tetap hina karena tak berubah tabiatnya.
berbeda dengan ulat yang menghayati puasanya.
hikmah puasanya sempurna.
dia mengalami metamorfosa menjadi kupu-kupu indah mempesona.
terbang melintasi mega-mega, menari bahagia menuju surga.

semoga hakekat puasa kita bermakna.


meneguhkan jiwa mulia.
cintai sesama sesuai kehendakNya.

7. Seperti Yang Tak Berakal


matahari tak pernah lelah, membakar daun-daun untuk berbunga.
hujan tak pernah marah, ditinggalkan rintiknya.
angina selalu pasrah, kearah timur-barat, laut-darat.
mereka punya nurani, untuk dikasihi oleh makhluknya.
meski terkadang keluh kesah sering mereka dapatkan tapi tak pernah lelah menumbuhkan.
“seharusnya kita seperti mereka yang tak berakal” kata langit pada trotoar.
terdiam di samping traffic light sambil mengunyah harapan.

8. Pembangunan
melindas apa saja.
meratakannya dengan tanah.
segala yang tumbuh dari tanah.
hingga kembali lebur dengannya.

garang gerigi mengganyang.


menyikat apa yang ada di hadapan.
angkuh, terus berjalan.
tak ada yang luput kala datang.

lalu tak ada, tak tertinggal jejak hidup selintas berlalu.


hanya remah hijau yang tiba-tiba layu.
dan akar-akar yang tercerabut.

9. Asa
teguh setegar sang awan.
tak terbakar oleh sang mentari.
memeluk hangatnya binar sang rembulan.
menyuling hakikat kehidupan.

10. Rona
pagi kali ini melukis dinding sanubari.
angin yang sejuk bersauh membawa kerinduan.
temaram nyaman bersembunyi lagi.
menatap hidup berpelangi aneka kesan.

sayup kicau burung lepas tak terikat.


guguh jiwa-jiwa berpalung indah.
bekal kesempurnaan yang dirindu.
dalam pilihan kekekalan langkah diayun.

bermimpi tak apa karena itu karunia.


gelap sesungguhnya terang.
bukankah mata yang terpejam dibelai kesan?

jangan berhenti pada langkah.


teruslah meretas esensi tersembunyi.
karena kita perindu kedamaian.

11. Gadis Ayu


gadis ayu berwajah ayu.
tersenyum manis membawa teduh.
senyumnya merona bibirnya tak banyak bicara.
tunduk pandangan matanya kala berjumpa.

12. Ramadhan Sampai Bertemu Kembali


bagaimana aku harus menatap dan membiarkan kau berlalu.
jika aku mampu merayu pada-Mu.
aku ingin waktu yang tersisa bisa ku lewati bersamamu, selalu.
jika aku punya hak, aku ingin berkehendak.
agar kau tak pernah beranjak.

aku ingin selalu menyambut datangmu.


dengan senyum bahagia di setiap masa dan bisa mengantarmu meski dengan berurai air
mata.

akankah aku bisa merasakan dan menatapmu kembali?


sebab aku sadar, tak ada yang menjamin.
apakah aku masih bisa bernafas hingga esok hari?

ramadhan.
kau akan pergi, semoga kita bertemu kembali.

13. Hari Raya Idul Fitri


bilamana sejuta ucap berlalu, meninggalkan sebongkah ambigu.
maafkanku sahabat, maaf.

berlumur lumpur hatiku keruh, berbilang waktu berpacu.


mohonku sahabat, maaf.

tiada sempurna diri menata, pongah jiwa melupa.


maafkanku sahabat, maaf.

helai daun kering bertebaran, ditiup angin berguguran.


begitulah pintaku, padamu.

mohon maaf lahir dan batin.


taqabbalallahu minna wa minkum, shiyamana wa shiyamakum, barakallahu fiikum.

14. Sungkem
ibu-bapa.
aku bersimpuh di kakimu atas semua khilaf yang ada padaku.
baktiku hanya seujung kuku.
aku tak akan sanggup balas pengorbananmu.

ibu-bapa.
sering ku lukai hatimu, yang ku buat setiap waktu.
ku ingin surga itu dengan doa dan ridhomu.

ibu-bapa.
tak ada harta yang dapat mengganti.
semua yang kau beri pada anakmu ini.
disetiap air mata dan doa, ada harapan agar anakmu bahagia.

15. Melodi Malam


detak jam, degup jantung, deru nafas, desah lelah.
decit sunyi, dengkur kalbu, desau asa, denting mimpi.
menangkup irama, tiga dua satu, hitung mundur, sejajar waktu, menua gelap, diujung
senyap, terlelap.

16. Alam Mengindahkan Karya


semilir angin yang membelai seluruh jiwa, gemericik air ciptakan hening di alam.
saat kata-kata mulai terucap rasa turut tersurut, apakah alam mau mendengarnya ketika
nyanyian hati telah kau suguhkan.
mencium aroma kopi, ia datang, ia mendengarnya dan ia menerima kita sebagai pewaris
kata.
semua berbaris disini mengindahkan karya dan alampun menyapa kita, ketika kita
menyampaikan tentang rasa bersyukur.

17. Hujan Merindu


siang kali ini melukis dinding sanubari.
angin yang sejuk bersauh membawa kerinduan.
temaram nyaman bersembunyi lagi.
menatap hidup berpelangi aneka kesan.

hujan siang ini adalah bulir-bulir air membawa rindu awan yang tersampaikan kepada tanah.
rumput basah, jalanan masih terlihat genangan air, masih terasa dingin.

18. Taman Langit


ini tentang ujung senja yang kau kemas dengan tinta semerah saga.
meremas hati hingga tak berwujud lagi.
jiwapun melayang terbang menuju istana bintang, yang juga ku namai semesta nuranimu.
kau sambut hangat dan rebah di antara ranumnya senyuman dan di balik langit mengintip
sedang rembulan menatap.

lihatlah, bintang telah bertaburan menyempurnakan pertemuan kita ini dan awanpun
berarak menepi lalu terbitlah pelangi.
tampak dirimu tenang, melangkah ke arah pelukan berjalan anggun melampaui kembang
dan kunang-kunang hingga tatapan tak henti mengamati.

berguguranlah gugusan awan setelah terguyur butiran hujan yang tak mengenal bilangan
kata jatuh, sebab tulusmu telah menyentuh hingga palung terdalam yang setiap lapisannya
menumbuhkan benih-benih kasih.
dan malam ini kunang-kunang menghiasi taman-taman langit menaburi wewangian rindu
yang terbalas sudah di lapangnya dadamu.
kini izinkanlah aku menjadi pemilik singgasana langit hatimu yang tak kenal kata runtuh
meski bilangan waktu merenggutnya.

19. Jiwa Muda


disini kita menetap, dikota yang berjuluk kota cerdas, modern dan religius.
teruntuk jiwa muda, jangan kotori kota kita dengan tulisan-tulisan tak bermakna, goresan-
goresan dinding tanpa arti kata.
jiwa muda, jangan nodai kota kita dengan tauran antar sesama yang menumpahkan darah
dengan sia-sia.

kebebasan berekspresi memang hal yang manusiawi, namun berekpresi dengan seni itulah
yang patut dihargai.
jiwa muda, sadari dan pahamilah hidup cuma sekali, jangan menua tanpa arti, berilah cerita
indah untuk sesama.

jika memang kita mencintainya, mari kita sama-sama menjaganya.


kita adalah kawula muda penerus harapan kota, demi anak cucu kita semua.
20. Pencapaian
mengais kesadaran di belantara tak berpagar.
semangkok kesadaran belumlah cukup penuhi dahaga.

mengasah bilah nurani hati setajam sembilu.


angankan piranti penuhi syarat mutlaknya.
lampaui batas kemampuan gapai kualitas.

sejatinya kesatria pasrah tak putus harapan.


wujudujian yang berhakikat kasih sayang.

jari suci menengok ceruk nurani.


lembutnya kirana meretas ke dalam kalbu.
menata ruang hati menggapai cakrawala.
tegarnya hati diukir menebar berkah.
menutup pintu keraguan merengkuh kepastian.

hati mengeras bersimpuh mendayu sukma.


singgasana patuh tak tergoyah.
gerahnya tidak menjatuhkan tuannya.
keteguhan jasmani rohani menggapai hak mahkotanya.

21. Menua
gugur daun kering berserakan di tanah layu.
ranting telah merapuh batang pun rubuh.
tak lagi nyaring suara tua.
diri ringkih langkah tertatih.
dipangkal rambut yang memutih.
melupa senja di gurat dahi.
gigi susu telah lama mati.
tanggal berganti, menua.
22. Ibu
Sembilan bulan sepuluh hari.
Tanpa merasa terbebabni.
Engkau terus menjaga serta menyayangi, demi si buah hati.

Untuk melahirkan, nyawapun dipertaruhkan.


Tak peduli apa yang terjadi nanti, agar si buah hati selamat di dunia ini.
Perjuanganmu tak mampu terbayangkan.

Belum berhenti perjuanganmu.


Kau limpahkan kasih sayangmu demi untuk membesarkanku.

Sungguh kasih sepanjang jalan ibu.


Tak akan mampu membalas kasih sayangmu.
Aku hanya mampu berdoa untukmu, serta selalu berusaha menjadi anak yang berbakti
padamu.

23. Pemulung Usang


manusia hebat dengan berbagai kekurangan.
dengan mimpi-mimpi mulia.
investor masa terbaik untuk putra-putrinya.
sempurna akan harapan, harapan perubahan hidup.

menempuh jalanan kering-basah mengelupas asa.


tubuh bergetar ringkih menahan perih.
tetap berkeliling meski harus bergulat pening.

tak pernah ada resah dan keluh yang bersembunyi dibalik senyum usang.

membiarkan waktu siangnya terbakar oleh mentari.


menjadikan waktu malamnya sebagai tantangan untuk terus berjuang.
melewatkan keindahan bintang dan terlelap di penghujung pagi.
beralaskan kardus, ia melepas beban hanya untuk hitungan jam saja.

saat kilau fajar menyengat muka kusam.


bebannya kembali menarik paksa katup mata yang masih sayup.
mungkin ini terlalu pagi untuk orang-orang biasa.
namun tidak denganya, yang harus mengulang rutinitas dengan karung usangnya.
mungkinkah sama dengan surga yang ku punya.

tangan seharusnya lembut penuh kasih sayang.


menjadi kasar dinegeri yang sudah timpang.
peluh kami hasil membanting tulang.
demi sepiring nasi dapat terhidang.

24. Rutinitas
pagi adalah harapan.
bagi sebagian orang menjadi waktu bergegas untuk berangkat kerja.
bagi sebagian lagi adalah saat menarik selimut lebih rapat.
nyaris tersisa segelintir orang saja yang menyambut pagi sebagai satu lagi kesempatan untuk
hidup.

25. Kupu-Kupu
kupu-kupu terbang bebas terjaga selalu.
hinggap diantara aneka bunga, nektar dan beristirahat diatas kelopaknya.

kupu-kupu kepakkan sayap, menyapa bunga yang gembira serta mengajaknya bercanda.
kupu-kupu tiada pernah merasa sendu, berkeliling mengitari bunga berwarna dan
menghirup aroma keindahan.

cemas, cemas kenapa?


tengah berharap, berharap apa?
pertemuan, dengan siapa?
kupu-kupu, kup-kupu?
sebab aku bunga, bunga?
sejak kamu kupu-kupu, aku menjadi bunga.

26. Batik
tergores lembut bersama canting aneka ragam budaya.
mampu membentuk arah mencerminkan suatu bangsa.
segala mimpi, asa, semboyan menyatu dengan warna apik dan lucu.
punya ciri sejati negeri.
harumnya di bawah sinar matahari.

betapa bangganya, memiliki batik sebagai karya mendunia.


meski banyak ragam dan warna tak serupa, semboyan bhinneka tunggal ika.
tetap terjaga kedamaian, semua menyatu dengan indahnya corak dan hasrat.

27. Album Kita


selalu ada kisah juga cerita, tertata rapi tersimpan.
dari setiap lembarnya, lukisan setiap peristiwa.
tentang segala kisah kita.

tidak ada yang sia-sia dari sebuah usaha.


setiap langkah adalah pernik indah di relung hati.

saat usia kelak tak lagi muda dan berkurangnya usia.


biarkan album ini sebagai pengingat.
asal netra ini dapat melihat.

biarkan semua tersimpan menjadi sebuah kenangan.


tentang aku, kamu, kita yang mengisi hari-hari hidup.
28. Peluh
setidaknya peluh tak mengeluh.
meski rasa lelah makin bergemuruh.
meminang asa ditempat kumuh pakaian lusuh.
menantang sadis dunia dengan umur sepuluh.

sejenak masih saja ku lirik surga.


meski hanya sekedar tuk manjakan mata.
menerka nikmat didalamnya.
mungkinkah sama dengan surga yang ku punya.

tangan seharusnya lembut penuh kasih sayang.


menjadi kasar dinegeri yang sudah timpang.
peluh kami hasil membanting tulang.
demi sepiring nasi dapat terhidang.

29. Bunga Melati


bunga melati, wangi alam surgaloka.
tumbuh syahdu putih merayu.
hijau daun bagai relaksasi, putih bungan bagai mutiara suci.
kau teramat indah, biar indah merangkai pada tangkai.
tumbuhlah jujur dan sederhana.
jadilah melati yang putih tulus.
tidak perlu menjadi mawar untuk cantik.

kemewahan tak perlu dituliskan, melainkan dirasakan keindahannya.


seperti kurasakan nafasmu lewat desiran angin yang membelai daun kepada tangkai.

kelembutan, hingga menari bersama sukma.


jangan mudah mati.
jangan mudah menyerah.
jangan mudah kering menjadi tanah.

bunga melati dalam genggaman, dalam mahligai cinta.

30. November Rain


malam ini hujan menyapa dengan rintiknya yang amat merdu.
selalu suka hujan.
basahnya, rintiknya dan derasnya serta hembusan angin yang mengikutinya.
ia selalu riang menyapa yang merindukannya.

hujan selalu membuat dan merasa berarti.


bahwa setiap kali ia jatuh tak ada lelah dalam benaknya.
bahwa setiap kali ia jatuh tak ada putus asa dalam dirinya.
sebab ia selalu yakin sederas apapun ia jatuh.
sehebat apapun angin mengikuti langkahnya.
bumi tetap merindukan hadirnya.
mengapa dinginnya membuat aksara menjadi kaku?

31. LDR (Lama Dilanda Rindu)


disini, di kota sejuta cerita.
kita tunda cinta hangat, kita jeda riuh senda gurau.
hanya sementara, sementara saja.

biarkan rindu berbuat sesuka hatinya.


ia menghujam mata, ia menghantam hati.
kemudian melepaskan harapan.
lusa, kita bertemu saat rindu sudah pada puncaknya.

angan-angan, kita minum teh bersama-sama.


didepan rumah yang sederhana, ditemani suasana desa yang sahaja.
lalu tertawa dalam haru bahagia.

kita simpan dulu kebersamaan.


sementara saja, hanya sementara.
ketika waktu dan jarak mampu beranjak membawa cinta dan rindu tebal.
jari kita bersentuhan hingga lengkung senyum berbinar, bersanding dalam pelukan dan
tatapan.

32. Phytagoras
jika a kuadrat ditambah b kuadrat sama dengan c kuadrat .
terbentuk segitiga dengan sudut sembilan puluh derajat.
maka kita harusnya saling terikat, masing-masing tak saling berkhianat.

akan terbentuk pula sudut siku.


maka kita tak perlu berseteru, masing-masing tahu apa yang di mau.

dua garis membentuk garis miring.


maka kita tak perlu saling berpaling , saling terjalin bagaikan jaring, saling terjaga tak bikin
pusing.

ahhhhh...
rumus matematika menghasilkan cinta.
aku dan kamu jadinya kita.

33. Kau
waktu dan ruang telah kutemukan.
pada pendakian terjal yang semula tak mampu, mulai bisa menemukan tujuan.
ketika puncak perjalanan adalah kau yang bersemayam.
semula adalah harapan, yang terlukis di angan-angan.
sebab yang tak pernah paham.
pada siapa dan bagaimana, jika semua ini hanyalah igauan.
kau adalah kehidupan, saat wajah-wajah merunduk meratapi kegagalan.
dirimulah, laksana rembulan yang begitu sejuk menatap, merobek ilusi ketika tak lagi mampu
mengeja bintang.

di seruas jari-jari yang kualun saat munajat, kau sengaja kucipta di setiap hela nafas dan do'a.
bukan lagi haru karena merindu, namun inilah bentuk syukur.
karenaku, telah menemukanmu.

34. Merindu
menghitung hari, hari berganti.
pagi ini, hujan asa menambah genangan rindu di altar jiwa.
namun mentari senantiasa mendekap hangat.
menepis sisa gigil yang masih melekat.
permadani hijau pun memanjakan netra.
seakan berkata "tenang, semua ada waktunya".

35. Memorandum of Understanding


walaupun peluh berbulir, mengalir.
tak akan ku peduli.
berangkat pagi hari, pulang malam hari.
diantara garang terik mentari, hujan membasahi.
panas dan hujan teman sejati.

walaupun lebur sampai hancur.


tak akan menyerah, biarpun berdarah darah.
mencengkram raga hingga tak berdaya, semangat tetap menggelora.

merangkak, berdiri tegak, merunduk, membungkuk.


kerja keras dengan satu asa untuk suatu masa, bahtera.
pengendalian diri, ego dan ambisi.
meredam diri, ego dan ambisi dengan cinta sejati.
36. Offline
sebuah malam yang pening, keresahan berserakan. memutar jarum jam ke kanan, melepas
lelah serta nyeri setelah meladang seharian. waktu itu relatif, menyiasati waktu agar lebih
efektif.

37. Hari-Hari Berarti


hari-hari berarti, di musim yang tengah mengalir.
ritme hujan turun, dengarkanlah.
kan terdengar alunan harmoni mengalir syahdu.
hujani hati agar cinta tumbuh subur dalam diri.

merasakan hari yang begitu panjang.


ketika hari-hari kian makin sibuk.
saat lelah, namun tak dapat mengatupkan kelopak.
jiwa ini melintasi kota, lantas beranjak dari kota pertama kita bertemu.

begitu dalam mencinta, lagi begitu mengakar.


senyumanmu masih terkenang.
hadir selalu seakan tak mau hilang, akan selalu tersimpan.
simpan saja rinduku-rindumu sampai kita bertemu menuai rindu.

38. Sepeda Onthel


sebut saja onthel, sepeda tua klasik.
kring... kring...
pedal dikayuh menjemput asa.
terlihat tua tapi tak pernah lelah.
bertahan di tengah kota, tertatih memutar roda.
taklukkan bentang jarak, lika-liku jalan.
tak gentarkan kayuh, tak surutkan laju.
terus melaju tanpa rapuh tergerus waktu.
demi secercah asa di masa depan.
memberi arti sebuah kesederhanaan.
memberi arti sebuah kehidupan.
dimana setiap hidup, harus bekerja keras.

39. Ibukota Jakarta


jakarta adalah ibukota.
pejalan kaki bergerak diantara pedagang-pedagang trotoar.
pengendara bergerak diantara kemacetan-kemacetan jalan.
keduanya terlihat semrawut.

jakarta terlalu sibuk.


masing-masing punya urusan, masing-masing bawa persoalan.
di jakarta mengutak-atik angka-angka nasib dan memutar nasib angka-angka.

udaranya adalah nafas yang lelah.


disitu mengalir, air mata ibukota.

40. Tahun Politik


rakyat terdengar hanya saat pemilu, diabaikan setelah kampanye berlalu.
janji-janji mudah, harapan-harapan murah.

rakyat tidak menuntut wakil rakyat yang sempurna, hanya meminta mereka konsisten antara
visi dan misinya.
menjaga amanah rakyat dengan serius, jangan partai saja yang diurus, jangan sampai wakil
rakyat dicap pendusta terus.

cemaslah pada rakyat yang merasa muak, demokrasi yang sedang terancam retak.
demokrasi, defisit kepercayaan dari rakyat sendiri.
rakyat memilih lebih bijak agar tidak terus diinjak.
jadikan pemilu pilihan sendiri, bukan sekedar birokrasi.
41. Larut Dalam Rindu
malam semakin larut, perlahan putaran roda terayun tuk menapaki kota sejuta asmara.
malam semakin dingin, dengan ditemani sedikit embun tak menyurutkan semangat.
biarkan saja rindu membeku, mencair saat bertemu.

42. Lelahku Karenamu


sebait puisi kembali tertulis di meja kerja.
aku sedang mempersiapkan lelah yang berkah untuk seorang kamu yang pada sepertiga
malam kuhamburkan ucap do'a kepadaNya.
lelahku adalah karenamu dan kamu pula obatnya.
harapan semakin nyata saat kita menjalin cinta dan bahagia.
bergulir hari, minggu, bulan, berganti tahun, mencintaimu belum kutemukan cara berhenti.
aku cinta, aku rindu, aku mampu.

43. Kereta Api Commuter Line Jakarta


kereta api, setiap hari orang-orang balapan lari dengan seni melipat diri memenuhi gerbong
besi.
tetapi hari ini hari baik, kereta datang dan penumpang teratur masuk dengan tenang tanpa
berdesak-desakan.
langit cerah indah di balik jendela.

44. Pendakian Gunung Ciremai


sangat lelah menapakkan kaki.
kram-kram kaki terobati.
saat rentangkan di puncak gunung ciremai.
tak kuasa memandang, tak kuasa menilik.
indah cahaya pancaran surya, membentang membelah embun beku.
melihat kebawah, sedikit, kabut dan putih, aku kecil.

pena tak bertinta, tak bisa menulis, kering tak bermakna.


45. Anugerah Terindah
di riak tawamu, terdengar senandung.
terlihat jelas di mata, warna-warna indahmu.

ada rupa warna yang memberi senandung hari-hari.


rupa cerita yang hadir menghiasi hidup, rupa perjalanan yang menghentakkan pengembara.
kau adalah rupa keindahan dan berujar anugerah terindah yang kumiliki.

hadirmu dengan segenap kekurangan dan kelebihan.


kesempurnaan bukanlah pada setiap penggal kelebihan yang kita punya, tapi menyadari
kekurangan untuk saling melengkapi.
bahwa bumi adalah tempat untuk belajar bersama, membuat kita menjadi semakin berirama.

penyempurna jiwa selalu datang dari seseorang yang telah Allah gariskan, maka kau telah
menyempurnakannya.
tentang keluh yang kau hapus dengan kesyukuran, tentang ego yang kau kubur dengan
pandangan kebersamaan, tentang luapan emosi yang kau redam dengan seribu ekspresi tak
berbahasa, tentang ketidaklurusan yang kau hilangkan hanya dengan senyuman.

terpisah jarak antara kita, saat kau di sisi membuatku sadar, bahwa kehadiran adalah
pelengkap jiwa.
tetaplah menjadi romansa indah tentang kebersamaan dan penyemangat hidup yang selalu
akan mampu memberi warna.
kulihat jelas bahwa hati, anugerah terindah yang kumiliki.

46. Hujan Temu


di guyur gerimis, ingin hujan.
di guyur hujan, takut basah.
di beri sepucuk rindu, ingin temu.
hujan, satu kalimat paling sabar dan tabah saat menerima ujian dan pujian.
dijadikan topik paling romantis para puitis.
47. Hening Malam Yang Syahdu
merendahkan dan berserah diri.
bersujud bersimpuh membawa harapan, menadah tangan membawa keinginan.

gelaran sajadah dalam hening malam, keindahan, kenyamanan, kedamaian yang amat
syahdu.
pada pikiran, pada jiwa, pada raga.

hanya ada satu dalam hati, kalbu, dan cinta.


hanya mendekat pada yang satu, yang berwajah tepat di titik pandang hidup.

48. Keindahan Yang Harmoni


keindahan terjadi karena keselarasan perbedaan.
keteraturan tatanan, susunan yang seimbang, menjadi satu kesatuan yang padu dan utuh.
masing-masing saling mengisi sehingga tercipta harmoni.

49. Menatap Langit Yang Sama


malam ini melebur jarak.
membuang semua jeda.
menapaki tanah yang sama.
tanpa jarak dan waktu sebagai pemisah.

menyingkap langit, menyaksikan fenomenanya, indah luar biasa.


kekuasaan tak terbatas dan karena juga ingin melihat sejarah di netramu.
dimana ketulusan yang dimiliki lumpuhkan pesona-pesona dengan sejuk kasih.
kita menatap langit yang sama.

50. Tidak Ada Yang Kekal


dari segala nyala, semua bakal padam dan kembali mendekap gelap malam.
api bercinta dengan lilin, menjadikannya luluh dan cair.
api unggun marah menelan hutan dan berserak jadi abu.

dan tahukah kau bila hitam bisa hidup.


tanpa sumber daya, tanpa segala tenaga.
sedangkan surya yang kau tatap setiap subuh.
pasti akan mati dan hilang arti, jadi ketiadaan adalah kekal.

namu kau harus tau bilamana isi dan kosong ia adalah suatu hal yang sejatinya sama.
dan waktu yang bermula pada akhir dan berakhir pada awal.
seperti mengitari trotoar bundar yang sempurna bentuknya.

51. Tersenyumlah
seulas senyum dari bibir anggun seperti bulan sabit.
bibir terkunci, melihat eloknya paras yang terbayang dalam heningnya malam.
memancarkan kekaguman akan indahnya paras .
tersenyumlah selalu, agar menjadi sebuah puisi pelengkap ku.

52. Menyinari Kegelapan


cahaya bersinar di sela gelap, begitu terang.
ceritakan betapa ia sudah menjadi penerang bagi nyawa yang hidup.
lantas, dengan adanya cahaya, gelap tidak akan menyimpan ketakutan.

53. Belantara Hutan


pohon-pohon rindang menyejukkan, terasa merasuki kalbu.
rebahkan hati dan pikiran di belantara ini merajut damai dan indah.

hutan, nikmati dengan tenang.


segalanya harus dilestarikan, jangan merubah ekosistem yang terpatri.
54. Berkarya dan Berdoa
berkarya itu adalah dialog batin ketika yang tak bisa diucapkan kepada tutur dan
diungkapkan kita bisa untuk menuliskannya, tuangkanlah.
dan ketika segundah resah dan gelisah pada nada-nada kehidupan yang tak mampu kita
jawab kita bisa untuk lantunkannya seperti doa, berserahlah.

55. Bersyukur
penghayatan hakikat syukur akan menghantarkan pada makna dan nikmat akan manisnya
kerendahan hati.
dimana kita dapat menyadari dengan sepenuhnya bahwa arus karunia yang menghampiri
bukan dikarenakan oleh ketangguhan pribadi, namun rahmat dari illahi.
jika menghitung-hitung nikmat illahi, tak ada yang dapat menandingi.
Bersyukur adalah cara terbaik agar merasa cukup bahkan ketika kekurangan.
Jangan berharap lebih sebelum berusaha lebih.

56. Alunan Alam


terlahir sebebas alam, tanpa belenggu, tanpa ikatan.
Dari alam kita belajar, bebas tak kenal paksaan.

Aku ingin tumbuh sebebas rumput, bagai ilalang bambu merumpun.


Aku ingin terbang sebebas angina, menggoda daun sejukkan hari.
Aku ingin melayang sebebas langit, sekali mendung sekali cerah.
Aku ingin berhembus sebebas nafas, tak pernah putus menyambung nyawa.

57. Romansa Kopi


Kopi, kamu tidak mempan lagi.
Membuatku terjaga lebih lama.
Karena aku telah terbiasa, menjadi yang biasa menghabiskanmu sejak lama.
Sehingga hamper-hampir aku hafal rasa dan aroma ini.
Pena Bersahaja

M Faisal Kba

Anda mungkin juga menyukai