Chil 2
Chil 2
CHILLING INJURY
Kelompok II
UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR
2015
I. PENDAHULUAN
Tujuan dari praktikum ini adalah untuk mengetahui apa itu chilling injury dan perubahan
yang terjadi selama proses penyimpanan pada suhu rendah.
II. TINJAUAN PUSTAKA
Roti tawar adalah roti yang tidak ditambahkan rasa atau isi apapun, sehingga rasanya
tawar. Biasanya konsumen menambahkan sendiri isinya sesuai dengan keinginan dan selera
masing-masing. Bisa diolesi margarin, ditaburi cokelat mesis, diisi keju, diolesi selai buah,
diisi telur, daging, atau kombinasi dari berbagai bahan tersebut.
Roti adalah makanan yang terbuat dari tepung terigu, air, dan ragi yang pembuatannya
melalui tahap pengadonan, fermentasi (pengembangan), dan pemanggangan dalam oven.
Dilihat dari cara pengolahan akhirnya, roti dapat dibedakan menjadi tiga macam, yaitu roti
yang dikukus, dipanggang, dan yang digoreng. Bakpao adalah contoh roti yang dikukus.
Donat merupakan contoh roti yang digoreng. Sedangkan aneka roti tawar, roti manis, dan
baquette adalah roti yang dipanggang. Bahan-bahan pembuat roti antara lain tepung terigu, air,
garam dapur, gula, ragi roti, mentega, susu dan telur. Bahan- bahan pembuat roti tersebut
memenuhi nutrisi pangan yang dibutuhkan oleh tubuh kita
Persyaratan mutu roti tawar berdasarkan pada SNI No. 01-3840-1995
Penyimpanan pada suhu rendah akan menyebabkan kerusakan bahan pangan yang
disebut chilling injury. Penurunan suhu yang terlalu besar hanya dapat memperpanjang daya
simpan dalam beberapa hari saja. Suhu penyimpanan yang rendah sekali dilakukan terlalu
lama walaupun dapat mencegah proses pemasakan tetapi dapat menimbulkan kerusakan-
kerusakan, misalnya pengeriputan kulit, pelunakan jaringan, dan juga perubahan warna
(Anonim, 2011b).
Kegunaan suhu rendah pada tempat penyimpanan sebagian besar karena pengaruhnya
dalam menurunkan kerja (aktivitas) enzim-enzim respirasi dengan enzim lain pada jaringan
tumbuhan tingkat tinggi, bakteri, dan cendawan. Hubungan antara suhu dan respirasi serupa
dengan hubungan antara suhu dan reaksi kimiawi lainnya pada kisaran tertentu laju respirasi
meningkat dua atau tiga kali lipat dengan setiap kenaikan suhu 10°C sampai suhu diatas
panen, karena kerusakan itu menyebabkan banyak komoditi tidak mungkin disimpan pada
suhu yang sebenarnya dapat memperpanjang komodit itu dengan cukup lama. Kerusakan
kerusakan. Pengeriputan lebih jelas tampak pada buah-buahan, seperti jeruk nipis,
jeruk besar, mangga atau alpukat yang bagian paling luarnya lebih keras dan lebih tebal
daripada lapisan-lapisan yang berbatasan. Hal ini adalah salah satu penyebab
kerugian ekonomi yang besar bagi buah-buahan dan sayur-sayuran selama penyimpanan
rendah akan menyebabkan adanya kerusakan fisis seperti freezing injury maupun cilling
komoditi mempunyai ketahanan yang berbeda terhadap suatu suhu. Buah-buahan biasanya
disimpan pada suhu dingin (diatas 0oC) sedangkan ikan, udang dan sebagainya pada suhu
pembekuan (dibawah 0 C), suhu yang terlampau tinggi pada proses pengolahan juga
akan menyebabkan kerusakan pada komponen zat gizi seperti denaturasi protein,
pengolahan, sehingga diperoleh suatu penurunan jumlah bakteri pembusuk dan aktifitas
enzim, tetapi tidak merusak zat gizi bahan tersebut (Anonim, 2011b).
Menurut Anonim (2011b) usaha yang dilakukan untuk menghindari kerusakan dingin
adalah :
1. Pra-pengondisian suhu
2. Pengaturan kelembaban.
kerusakan, pengaruh itu dianggap terjadi akibat suhu yang pada buah-buah yang dalam
kantung plastik lebih tinggi daripada buah yang tidak dimasukkan kantung.
II.4 Tekstur
Perubahan tekstur yang terjadi pada buah yaitu dari keras menjadi lunak dan sangat
lunak selain akibat terjadinya proses kelayuan pada buah oleh traspirasi dan respirasi
juga yang berperan penting dalam kualitas jaringan tanaman adalah enzim
II.5 Aroma
Aroma terjadi karena adanya sintesis banyak senyawa organik yang bersifat mudah
menguap (volatile) selama fase pemasakan. Senyawa volatile yang terbentuk paling banyak
dan umum adalah etilen sebesar 50 –75% dari total karbon. Buah yang tergolong non
klimaterik juga menghasilkan volatile selama perkembangannya, namun tidak sebanyak buah
klimaterik. Senyawa volatile ini sangat penting bagi konsumen untuk menilai tingkat
kematangan dan kemasakan suatu komoditi panenan seperti buah (Anonim, 2011c).
II.6 Warna
Perubahan yang umum terjadi adalah hilangnya warna hijau. Pada buah klimaterik
kehilangan warna hijau sangat cepat setelah memasuki titik awal pemasakan. Beberapa buah
kualitas konsumsi (layak dikonsumsi). Perubahan pada buah-buahan dari hijau menjadi kuning
merah atau oranye disebabkan terjadinya pemecahan klorofil dan pembentukan karetenoid.
Hal tersebut biasanya terjadi pada buah jeruk dan mangga. Pada buah pisang, perubahan warna
terjadi karena klorofil tidak nampak dan terjadi sedikit pembentukan karoten (Anonim,
2011c).
keluar dari granula pati yang telah pecah (saat gelatinisasi) akibat penurunan suhu, membentuk
jaring-jaring mikrokristal dan mengendap. Beberapa molekul pati , khususnya amilosa yang
dapat terdispersi dalam air panas, meningkatkan granula-granula yang membengkak dan
masuk ke dalam cairan yang ada disekitarnya. Karena itu, pasta pati yang telah mengalami
gelatinasi terdiri dari granula-granula yang membengkak tersuspensi dalam air panas dan
molekul-molekul amilosa yang terdispersi dalam air. Molekul-molekul amilosa tersebut akan
terus terdispersi, asalkan pasta pati tersebut tetap dalam keadaan panas. Bila pasta itu
kemudian mendingin, energi kinetik tidak lagi cukup tinggi untuk melawan kecendrungan
satu sama lain serta berikatan dengan cabang amilopektin pada pinggir-pinggir luar granula.
Dengan demikian mereka menggabungkan butir pati yang membengkak itu menjadi semacam
Sineresis adalah keluarnya cairan dari gel pati yang dipotong atau disimpan lama. Pada
pati yang dipanaskan dan telah dingin kembali sebagian air masih berada di bagian luar
granula yang membengkak. Air ini mengadakan ikatan yang erat dengan molekul-molekul pati
pada permukaan butir-butir pati yang membengkak. Sebagian air pada pasta yang telah masak
tersebut berada dalam rongga-rongga jaringan yang terbentuk dari butir pati dan endapan
amilosa. Bila gel dipotong dengan pisau atau disimpan untuk beberapa hari, air tersebut dapat
Praktikum Biokimia Pasca Panen ini dilaksanakan pada hari Senin, tanggal 24
Maret 2015, pukul 08.00 – 11.00, bertempat di Laboratorium Kimia Analisa dan
Pengawasan Mutu Pangan, Program Studi Ilmu dan Teknologi Pangan, Jurusan Teknologi
- Refrigerator
- termometer
- Pisang hijau
- roti
- pisang kuning
- bawang
- tomat
- plastik
- kertas label
C. Prosedur Kerja
D. Parameter Pengamatan
- Warna
- Aroma
- Tekstur
- Kenampakan
IV.HASIL DAN PEMBAHASAN
IV.1 HASIL
Hasil pada praktikum ini dapat dilihat pada tabel berikut adalah
Hasil Pengamatan
Bahan Pengamatan
I II III IV V
Tidak
Kenampakan Segar Segar - Segar -- Tidak Segar
Segar
Kuning
Kuning Kuning Kuning kecoklatan
Warna Kuning
Pisang kecoklatan kecoklatan - kecoklatan -- dgn bintik
Kuning hitam
Aroma
Aroma Pisang Pisang Pisang Pisang Pisang
berkurang
Tekstur Keras Lunak Lunak Lunak - Lunak --
Sumber : Data primer aplikasi biokimia pasca panen,2015
Hasil Pengamatan
Bahan Pengamatan
I II III IV V
Kenampakan Segar Segar Segar Segar Segar
Putih Putih Putih Putih
Roti Warna Kuning
gading gading gading gading
tawar
Aroma Khas roti Khas roti Khas roti- Khas roti-- Khas roti---
Tekstur Lunak Lunak Lunak - Lunak -- Lunak ---
Sumber : Data primer aplikasi biokimia pasca panen,2015
Hasil Pengamatan
Bahan Pengamatan
I II III IV V
Kenampakan Segar Segar Segar Segar Segar
Merah Merah Merah Merah Merah
Warna
Bawang keunguan keunguan keunguan keunguan keunguan
merah Bawang Bawang Bawang Bawang Bawang
Aroma
merah merah merah merah - merah--
Tekstur Keras Keras Keras Keras Keras
Hasil Penga
Bahan Pengamatan Matan
I II III IV V
Kenampakan Segar Segar Segar Segar Segar
Warna Hijau hijau Hijau Hijau- Hijau--
Aroma
Tomat
Aroma Pisang Pisang Pisang Pisang Pisang
berkurang
Tekstur Keras Lunak Lunak Lunak - Lunak --
Sumber : Data primer aplikasi biokimia pasca panen,2015
Hasil Pengamatan
Bahan Pengamatan
I II III IV V
Kenampakan Segar Segar - Segar -- Tidak Segar Tidak Segar
Hijau
Hijau
Hijau kecoklatan
Warna Hijau Hijau kecoklatan
kecoklatan -- dgn bintik
Pisang -
hitam
hijau
Aroma
Aroma Pisang Pisang Pisang Pisang Pisang
berkurang
Tekstur Keras Lunak Lunak Lunak - Lunak --
Sumber : Data primer aplikasi biokimia pasca panen,2015
Tabel 13 hasil pengamatan kerusakan dingin pada buah Jeruk
Hasil Pengamatan
Bahan Pengamatan
I II III IV V
Kenampakan Segar Segar Segar - Segar-- Segar---
Hijau
Hijau Hijau Hijau Hijau
Kekuningan
Warna Kekuni Kekuni Kekuni Kekuni
dgn bintik
Jeruk Ngan ngan ngan- ngan --
hitam
Khas Khas jeruk Khas jeruk
Aroma Khas jeruk Khas jeruk-
jeruk --- ---
Tekstur Keras Keras Lunak Lunak - Lunak --
Sumber : Data primer aplikasi biokimia pasca panen,2015
IV.2 Pembahasan
Roti adalah roti yang tidak ditambahkan rasa atau isi apapun, sehingga rasanya tawar.
Roti tawar baik disimpan pada suhu sekitar 10oC sampai 15oC. Pada kisaran suhu ini
pertumbuhan mikroba menjadi terhambat sehingga roti dapat disimpan cukup lama. Jenis
Mikroba yang tumbuh dalam roti tawar adalah kapang. Hal ini sesuai dengan pernyataan
Babay (2013) yang menyatakan bahwa suhu penyimpanan optimum pada roti tawar adalah
10oC sampai 15oC. Pada kisaran suhu tersebut tidak terjadi metabolism pada mikroba.
Roti tidak termasuk jenis bahan klimakterik maupun non klimakterik. Karena roti
merupakan bahan pangan hasil olahan. Bahan klimakterik adalah jenis bahan pangan yang
dapat matang setelah dipanen. Jenis buah klimakterik adalah tomat dan pisang. Bahan pangan
nonklimakterik adalah bahan pangan yang tidak dapat matang setelah dipanen. Contohnya
adalah bawang dan jeruk. Bahan klimakterik dipengaruhi oleh adanya peningkatan aktivitas
respirasi dan etilen pada bahan pangan. Hal ini sesuai dengan pernyataan suhardiman (1997)
yang meyatakan bahwa aktivitas respirasi pascapanen bahan pangan digolongkan menjadi
Hasil yang diperoleh pada pengamatan aroma roti tawar yaitu pada hari pertama
terdapat aroma roti yang khas. pada hari kedua sampai ke empat, kekhasan aroma pada roti
berkurang. Pada hari kelima di refrigerator, aroma roti menjadi tengik hal ini disebabkan
karena adanya kerusakan pada lemak atau minyak yang terkandung pada roti. Rusaknya
kandungan lemak tersebut membuat roti menjadi tengik. Hal ini sesuai dengan pernyataan
babay (2013) yang menyatakan bahwa Kerusakan roti selama penyimpanan adalah kebusukan
dan ketengikan. Roti yang busuk ditandai dengan bau dan rasa yang tidak enak, remah makin
gelap dan lengket, kulit roti kemerah-merahan atau merah tua. Ketengikan pada roti
disebabkan oleh kerusakan lemak atau minyak sehingga menghasilkan rasa dan bau tidak enak
Hasil yang diperoleh pada pengamatan warna roti tawar. Pada hari pertama roti
berwana roti berwarna putih gading. Pada hari kedua sampai keempat roti tetap berwana putih
gading, namun intensitas warnanya berkurang dan mulai membentuk warna kuning. Pada hari
kelima di refrigerator, warna roti menjadi kuning. Perubahan warna ini disebabkan karena
adanya mikroba pembusuk pada roti. Mikroba tersebut merusak pati pada roti. Hal ini sesuai
dengan pernyataan babay (2013) yang menyatakan bahwa Roti termasuk makanan yang
mudah busuk dengan masa simpan 3-4 hari. Pembusukan roti disebabkan oleh rusaknya
protein dan pati, secara langsung pembusukan roti disebabkan oleh mikroorganisme
pembusuk.
Hasil yang diperoleh pada pengamatan tekstur roti tawar. Pada hari pertama roti
bertekstur keras. Pada hari selanjutnya, yaitu hari kedua sampai hari keempat roti mulai
mengalami perubahan tekstur yaitu mulai lunak. Dan pada hari kelima tekstur roti berubah
menjadi lunak. Perubahan tekstur ini diakibatkan adanya proses sineresis pada roti. Sineresis
adalah keluarnya cairan dari gel pati yang dipotong atau disimpan lama. Cairan yang keluar
dari pati membuat tekstur pada roti menjadi lunak. Hal ini sesuai dengan pernyataan winarno
(1957) yang menyatakan bahwa proses sineresis mempengaruhi tekstur pada bahan pangan.
V.KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Kesimpulan yang diperoleh dari praktikum kali ini yaitu :
1. Kerusakan chilling injury diakibakan oleh suhu yang terlalu rendah
2. Tanda-tanda kerusakan yang diakibatkan chilling injury yaitu terjadinya perubahan
warna, aroma, dan tekstur pada buah
B. Saran
Saran untuk praktikum selanjutnya adalah agar semua bahan praktikum dilakukan
pengukuran massa.
DAFTAR PUSTAKA
Abu Bakar Tawali dkk. 2004. Pengaruh suhu penyimpanan terhadap mutu buah-buahan impor
yang dipasarkan di sulawesi selatan. Universitas Hasanuddin.Makassar.
Anonim, 2011c. Perubahan Selama Pemasakan Buah. http://read images.intallitxt.com. Akses pada
tanggal 14 Maret 2015. Makassar
Rubatzky, V.E dan Mas Yamaguchi. 1998. Sayuran Dunia: Prinsip, Produksi dan Gizi Jilid 1.
ITB. Bandung