PRODUKSI BIBIT
TANAMAN ILES-ILES (Amorphophallus muelleri Blume) DENGAN
TEKNIK KULTUR JARINGAN
Oleh :
2019
DAFTAR ISI
PENDAHULUAN 1
Latar Belakang 1
Tujuan 2
TINJAUAN PUSTAKA 2
Botani Amorphophallus muelleri Blume 2
Budidaya Tanaman Iles-Iles 3
Kultur Jaringan Tanaman Iles-Iles 3
Zat Pengatur Tumbuh 3
METODE 4
Bahan dan Alat 4
Prosedur Percobaan 4
Sterilisasi Alat dan Media 4
Pembuatan Media 4
Penanaman 5
Pengakaran 5
Aklimatisasi 6
LAMPIRAN 7
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Iles-iles memiliki nama latin Amorphophallus muelleri Blume merupakan tanaman
tahunan yang dapat hidup di daerah tropis. Iles-iles memiliki serat yang tinggi dan kadar
kolesterol yang rendah, dan yang paling penting iles-iles memiliki kadar glukomanan
yang tinggi yaitu sekitar 40% bahkan lebih. Glukomanan merupakan suatu senyawa
polisakarida dari jenis hemiselulosa yang apabila dicampur air dingin dapat membentuk
massa kental yang lekat sedangkan dengan senyawa tertentu seperti soda, dapat
membentuk lapisan kering yang sangat tipis. Berdasarkan sifat tersebut, maka di Jepang,
tepungnya dimanfaatkan sebagai bahan pembuat konyaku (sejenis tahu) dan shirataki
(sejenis mi) atau sebagai pengganti agar-agar dan gelatin. Iles-iles juga banyak digunakan
sebagai bahan perekat kertas, tekstil, cat, bahan negatif film, bahan isolasi, pita seluloid
dan bahan kosmetika dalam dunia industri. Iles-iles sebagai sumber pangan fungsional
dan dapat digunakan sebagai bahan herbal. Glukomanan dapat mengontrol kadar lipida
dan gula darah pada penderita diabetes melitus tipe 2, mencegah dan menghambat kanker,
dan mengurangi obesitas.
Potensi iles-iles untuk dikembangkan sebagai bahan baku industri tentu berdampak
pada peningkatan jumlah permintaan iles-iles, terutama di pasar global. Industri
glukomanan belum berkembang baik di Indonesia karena teknologi yang belum
memadai. Indonesia hanya mengekspor tepung kasar iles-iles atau dried chips ke Jepang
atau Cina sekitar 300 ton/tahun setara US$ 0.3 juta. Manfaat dan peluang ekspor tanaman
iles-iles yang tinggi harus diberdayakan dengan cara meningkatkan produksi iles-iles.
Maka dari itu diperlukan pembudidayaan secara luas, intensif dan berkelanjutan.
Iles-iles mampu beregenerasi melalui organ vegetatifnya seperti umbi atau
potongan umbi, bulbil, dan secara generatif dengan bijinya. Sampai saat ini produksi iles-
iles masih terbatas pada metode konvensional dengan menggunakan umbi atau bulbil
yang memerlukan waktu cukup lama, sebab untuk mendapatkan umbi iles-iles dengan
kadar glukomanan yang tinggi terlebih dahulu harus melalui tiga siklus hidup. Satu siklus
hidup iles-iles terdiri dari waktu semai 1.5 sampai 2 bulan, pertumbuhan dalam polybag
1.5 sampai 2 bulan, tumbuh di lapangan pertama 5 sampai 6 bulan. Kemudian mengalami
masa dorman pertama 4 bulan, setelah itu akan masuk siklus hidup kedua selama 5 sampai
6 bulan dan dorman kedua selama 4 bulan, kemudian siklus hidup ketiga yaitu tumbuh
kembali selama 5 sampai 6 bulan, dan mengalami dorman ketiga selama 4 bulan.
Pembungaan sampai buah masak memerlukan waktu 8 sampai 9 bulan. Siklus hidup iles-
iles sampai menghasilkan umbi memerlukan waktu sekitar 34 sampai 42 bulan,
sedangkan bahan tanam dari bulbil dihasilkan dalam waktu lebih cepat yaitu sekitar 10
bulan namun persentase tumbuhnya relatif rendah yaitu hanya 60% dari jumlah bulbil
yang tersedia. Tanaman iles-iles yang diperbanyak dengan bulbil juga memerlukan waktu
sekitar 4 tahun sampai menghasilkan umbi siap panen. Perbanyakan bibit secara
konvensional yang memerlukan waktu lama sangat menghambat produksi iles-iles,
sehingga diperlukan alternatif lain untuk mendapatkan bibit atau bahan tanam iles-iles
salah satunya adalah melalui teknik kultur jaringan.
Pengaruh zat pengatur tumbuh dalam kultur in vitro sangat kompleks terhadap
kemampuan regenerasi eksplan tanaman dan sangat berkaitan dengan kondisi fisiologi.
Keseimbangan antara auksin dan sitokinin sangat diperlukan untuk memperoleh hasil
yang optimal bagi pembentukan tunas dan akar. Hasil yang optimal pada kultur in vitro
iles-iles ini dapat diperoleh jika kebutuhan haranya terpenuhi, seperti penggunaan jenis,
2
konsentrasi serta keseimbangan ZPT yang tepat. Sitokinin seperti thidiazuron (TDZ),
benzylaminopurin (BAP) dan kinetin (KIN) sangat efektif dalam mendukung
pembentukan dan penggandaan tunas in vitro. Sehingga untuk memperbanyak bibit iles-
iles kemungkinan besarnya dapat digunakan ZPT jenis sitoknin, meskipun sebenarnya
ZPT juga dihasilkan secara alami oleh tumbuhan yang disebut sitokinin endogen.
Tujuan
Proposal ini dibuat bertujuan untuk memproduksi bibit tanaman iles-iles dalam
skala industri dengan menggunakan teknik kultur jaringan.
TINJAUAN PUSTAKA
Gambar 1. Bagian tanaman iles-iles. (a) Bunga, (b) Bulbil, dan (c) Umbi
Tanaman iles-iles mempunyai tipe daun majemuk menjari, bentuk daun merupakan
bangun dari daun yang disebut helaian daun. Bentuk anak daun elips, bertepi rata dan
berujung meruncing. Tangkai pada tanaman memiliki peran yang sangat penting yaitu
sebagai pembentuk pola percabangan yang menentukan luasan bidang fotosintesis.
Warna tangkai pada tanaman yang diamati memiliki warna yang beragam yaitu hijau dan
hijau tua. Selain itu, serbuk sarinya steril maka dari itu teknik yang mungkin digunakan
untuk memperbaiki genetik tanaman ini hanya melalui mutasi, poliploidi dan hibridisasi
somatik atau rekayasa genetika.
3
yang pertama kali ditemukan. Kinetin tersebut digunakan dalam media tanam untuk
tembakau dan ternyata dapat merangsang pembelahan dan diferensiasi sel. Sitokinin
berperan dalam berbagai proses fisiologi tanaman terutama mempengaruhi pembelahan
sel. Sitokinin dapat mempengaruhi proses pembelahan sel menjadi lebih cepat atau
lambat dipengaruhi juga oleh penambahan fitohormon lain, seperti auksin. 6-Benzyl
Adenine (BA) merupakan sitokinin yang memiliki struktur yang serupa dengan Kinetin,
sehingga sangat aktif dalam mendorong pembelahan sel.
METODE
Alat-alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah autoklaf untuk mensterilkan
alat dan media, autoklaf untuk mensterilkan botol kultur dan alat, pembakar spiritus
digunakan untuk mensterilkan alat saat akan digunakan untuk menanam, hot plate and
magnetic stirrer sebagai tungku pemanas listrik dan pengaduk magnetik dalam
pembuatan media, Laminar Air Flow Cabinet sebagai ruang penanaman eksplan dan
botol kultur sebagai tempat eksplan.
Prosedur Percobaan
Sterilisasi Alat dan Media
Sterilisasi alat dan media kultur harus dilakukan. Gelas (cawan petri, botol kultur,
pipet), pinset, gunting, dan scalpel dibungkus rapat dengan kertas tebal agar selalu dalam
keadaan steril. Semua alat harus disterilisasi terlebih dahulu dengan menggunakan
autoklaf pada suhu 121oC dan tekanan 0.1 bar selama 1 jam.
Pembuatan Media
Pembuatan media dilakukan pada tahap awal. Media yang dibuat yaitu, media MS
yang ditambahkan sitokinin sesuai dosis untuk perlakuan. Pembuatan media MS
dilakukan dengan memipet larutan stok media dasar MS sebanyak 20 ml/L larutan stok
A, 20 ml/L stok B, 5 ml/L stok C, 5 ml/L stok D, 5 ml/L stok E, dan 10 ml/L stok F, 10
ml/L vitamin, dan myo-inositol 10 ml/L, serta ditambahkan gula 30 gr/L, dan kinetin 0,5
mg/L dengan pH 5,8. Media ditambahkan zat pengatur tumbuh jenis sitokinin.
Menambahkan pemadat berupa agar sebanyak 7 g/L, lalu dipanaskan sampai mendidih,
kemudian menuangkan larutan ke dalam botol kultur dan tutup rapat. Tahapan terakhir
5
adalah memasukan botol tersebut ke dalam autoklaf untuk sterilisasi dengan tekanan 0.1
bar dan suhu 121oC selama 20 menit. Hal yang paling penting dalam penelitian adalah
menambahkan zat pengatur tumbuh yang sesuai untuk mendapatkan jumlah tunas terbaik
dan terbanyak. Media yang telah disterilisasi disimpan di dalam tempat yang sejuk dan
dibiarkan selama satu minggu. Hal ini bertujuan untuk mengetahui ada atau tidaknya
kontaminan di dalam media sebelum dimasukan eksplan.
Penanaman
Sterilisasi lingkungan kerja dilakukan dengan cara membersihkan lantai serta
menyemprotkan ruangan dengan alkohol 70% dan membatasi jumlah orang yang masuk
ke dalam ruangan. Kotak tanam (Laminar Air Flow Cabinet) disterilisasi terlebih dahulu
sebelum digunakan untuk mematikan kontaminan dengan penyemprotan alkohol 70%.
Peralatan yang dipakai saat menanam harus dicelupkan ke alkohol 70% dan dibakar
menggunakan api bunsen terlebih dahulu.
Eksplan yang digunakan yaitu tunas yang tumbuh pada bulbil dari tanaman iles
iles (Amorphophallus muelleri Blume). Bahan tanam yang telah disiapkan harus terlebih
dahulu disterilisasi. Sterilisasi dilakukan dengan merendam tunas pada larutan Agrept dan
dithane 4 gr/l selama 24 jam, kegiatan ini dilakukan di luar Laminar Air Flow Cabinet.
Setelah itu kegiatan dilakukan di dalam LAFC, tunas dicelupkan ke dalam alkohol 96 %
selama 5 menit, lalu dicelupkan ke dalam larutan kloroks 50% selama 30 menit, larutan
kloroks 15% selama 15 menit, dan larutan kloroks 5% 5 menit. Tunas umbi yang sudah
bebas dari hama penyakit ini, kemudian ditumbuhkan pada media MS yang telah
disiapkan beberapa hari sebelumnya. Eksplan yang sudah steril kemudian disubkultur
untuk perbanyakan bahan tanam yang akan ditanam pada media MS yang mengandung
ZPT. Penanaman eksplan dilakukan dengan memotong tunas pada eksplan sekitar 1-2
cm, kemudian ditanam sebanyak dua eksplan per botol kultur sesuai perlakuan. Eksplan
yang ditanam disimpan dalam ruang kultur dan disusun pada rak kultur dengan
penyinaran selama 24 jam setiap hari. Intensitas cahaya yang diterima botol kultur sekitar
1000 lux dengan suhu ruang 25-28 C.
Pengakaran
Sekitar 12 minggu setelah disubkultur ke media yang mengandung ZPT, maka
tunas yang sudah mencapai tinggi 5 cm atau lebih akan dipindahtanam ke media MS tanpa
ZPT. Hal ini dilakukan untuk menginduksi pertumbuhan akar.
6
Aklimatisasi
Aklimatisasi merupakan proses pemindahan eksplan dari in vitro ke lapang. Planlet
iles-iles yang sudah tinggi dan berakar dapat terlebih dahulu dibersihkan dari sisa-sisa
agar dan dicuci bersih dengan air sampai agar tidak bersisa. Selanjutnya akar planlet
dioleskan dengan Rootone agar cepat membentuk akar baru yang lebih kokoh. Setelah itu
planlet ditanam dalam pot plastik berisi media aklimatisasi yaitu
tanah+kompos+cocopeat dengan perbandingan 1:1:1 yang telah disiram sampai jenuh.
Setiap pot disungkup dengan kantung plastic transparan yang telah dilubangi selama 2
minggu sampai muncul daun baru. Pot-pot tersebut selanjutnya ditempatkan dalam kamar
kaca.
7