Anda di halaman 1dari 20

EKSPERIMEN DIFRAKSI FRAUNHOFER DENGAN LASER HeNe

LAPORAN EKSPERIMEN FISIKA 1

Oleh :
Nama : Dwi Marta Ardiyanti
NIM : 161810201069
Kelompok : A11
Tanggal Eksperimen : 24 September 2018
Nama Asisten :

LABORATORIUM FISIKA MODERN DAN OPTOELEKTRONIKA


JURUSAN FISIKA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS JEMBER
2018
BAB 1. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Ekperimen difraksi fraunhofer dengan laser HeNe dilakukan bertujuan untuk
menentukan pola difraksi fraunhofer yang dihasilkan oleh celah tunggal, celah
ganda, dan celah banyak dengan variasi lebar celah dan jarak antar celah (d).
Cahaya memiliki peran yang sangat penting dalam kehidupan sehari-hari. Cahaya
dapat diperlakukan sama dengan gelombang elektromagnetik pada konsep fisika.
Cahaya dapat melintas pada medium hampa maupun medium tidak hampa.
Kecepatan cahaya yang melintas pada medium tidak hampa lebih kecil
dibandingkan dengan cahaya yang melintas pada medium hampa. Pada ekperimen
difraksi, cahaya yang digunakan berasal dari laser HeNe. Difraksi berdasarkan
jumlah celah yang digunakan terbagi menjadi dua jenis, yaitu difraksi celah
tunggal dan difraksi celah ganda. Berdasarkan jarak yang digunakan, difraksi
terbagi menjadi dua yaitu difraksi Fresnel dan difraksi Fraunhofer.
Difraksi merupakan proses interferensi gelombang dengan dirinya sendiri
dan menghasilkan daerah penguatan dan pelemahan. Difraksi dapat diartikan
sebagai pembelokan cahaya oleh celah sempit. Difraksi dapat diamati apabila
gelombang terdistorsi oleh penghalang yang memiliki dimensi yang sama dengan
panjang gelombangnya. Difraksi ditentukan oleh lebar celah, jarak antar celah,
dan panjang gelombang. Frekuensi berbanding terbalik dengan panjang
gelombang. Gelombang yang memiliki frekuensi kecil dan panjang gelombang
besar akan lebih mudah untuk terdifraksi dibandingkan dengan gelombang yang
memiliki panjang gelombang lebih pendek. Difraksi Fraunhofer menggunakan
sinar datang yang dinggap sejajar dan dilewatkan pada celah tertentu kemudian
diamati dengan jarak yang cukup jauh sehingga sinar yang diterima atau
terdifraksi akan sejajar.
Alat-alat yang diperlukan untuk melakukan eksperimen difraksi Fraunhofer
diantaranya adalah sumber laser He-Ne dengan panjang gelombang 𝜆 =
632,8 nm, bangku laser, celah tunggal, celah ganda, celah tiga, empat, dan lima
dengan berbagai ukuran, serta mistar ukur. Peralatan disusun sesuai dengan desain
percobaan dengan laser He-Ne diletakkan pada ujung optik. Celah diletakkan
sejauh 10 cm didepan laser. Jarak antar celah dan layar diatur sejauh (L) dan
simpangan (y) diukur untuk titik maksimum dan minimumnya. Pola difraksi yang
terbentuk diamati. Eksperimen diulangi dengan mengubah letak celah untuk
eksperimen celah tunggal

1.2 Rumusan Masalah


Rumusan masalah yang dapat ditarik dari eksperimen tentang difraksi
Fraunhofer adalah sebagai berikut:
1. Bagaimana pengaruh dari lebar celah terhadap pola difraksi celah tunggal
dan celah ganda ?
2. Bagaimana pengaruh perubahan jarak antar celah terhadap pola difraksi
pada celah ganda dan celah banyak?
3. Bagaimana kesesuaian hasil yang didapat secara eksperimen dengan
literatur?

1.3 Tujuan Eksperimen


Tujuan dari dilakukannya eksperimen tentang difraksi Fraunhofer adalah
sebagai berikut:
1. Mengetahui pengaruh dari lebar celah terhadap pola difraksi yang terbentuk
pada celah tunggal dan celah ganda
2. Mengetahui pengaruh perubahan jarakantar celah terhada pola difraksi yang
terbentu pada celah ganda
3. Mengetahui kesesuaian hasil yang didapat secara eksperimen dengan
literatur.

1.4 Manfaat Eksperimen


Manfaat dari dilakukannya eksperimen tentang difraksi Fraunhofer banyak
ditemukan dalam kehidupan sehari-hari. Aplikasi yang sering dijumpai
diantaranya yaitu pada penentuan batas untuk resolusi kamera, teleskop, atau
mikroskop. Resolusi dalam dunia fotografi sangat berpengaruh pada hasil foto.
Semakin besar resolusi sebuat foto atau gambar maka hasil yang diperoleh
semakin tajam dan bagus. Menurut Rayleigh Criterion mengenai daya pemisah
pada efek difraksi, munculnya efek yang lebih baik berpengaruh pada ketajaman
dari gambar yang diperoleh. Aperture berperan dalam ketajaman sebuah
gambar/foto, dengan aperture yang sesuai dengan keadaan difraksi maka akan
diperoleh gambar dengan ketajaman yang baik.
BAB 2. DASAR TEORI

2.1 Laser
Light Amplification by Stimulated Emission of Radiation atau yang sering
disebut dengan Laser adalah penguatan cahaya melalui radiasi emisi yang
terstimulasi. Laser merupakan mekanisme suatu alat yang memancarkan
gelombang elektromagnetik dalam bentuk cahaya dan tidak dapat dilihat dengan
mata normal. Laser memancarkan cahaya tunggal dan memancarkan foton dalam
pancaran koheren. Gelombang cahaya dari laser memiliki sifat monokromatis dan
koherensi tinggi sering kali dimanfaatkan dalam pengukuran fisika yang
menggunakan interferometer (Halliday dan Resnick, 2010).
Laser adalah sumber cahaya koheren monokromatik yang amat lurus. Cara
kerja dari laser yaitu mencakup optika dan elektronika. Laser digolongkan dalam
bidang elektronika kuantum. Laser merupakan perkembangan dari MASER, huruf
M merupakan singkatan dari Microwave yang memiliki arti yaitu gelombang
mikro. Perbedaan dari laser dan maser hanya terletak pada panjang gelombang.
Laser bekerja pada spektrum inframerah sampai ultraviolet, sedangkan maser
memiliki panjang gelombang lebih panjang 5cm. Laser yang memancarkan sinar
tampak disebut dengan laser optik (Pikatan,1991).
Sinar laser berbeda dengan sinar cahaya biasa. Laser memiliki ciri
memancarkan sinar pada satu arah saja (linear), memiliki intensitas yang tinggi,
kemonokromatisan yang hampir sempurna, dan memiliki tingkat koherensi yang
tinggi. Bahan yang digunakan dalam laser dapat berupa benda padat, cair (kimia),
dan berupa gas. Salah santu contoh dari laser yang menggunakan bahan gas
adalah laser helium neon (Laser He-Ne).
Menurut Pikatan (1991) menyatakan bahwa prinsip kerja dari laser yaitu
dengan cara memompa laser. Pemompaan laser adalah proses dimana atom-atom
naik dari tingat bawah ke tingkatan atas. Terdapat tiga jenis dasar yang umum
digunakan, yaitu laser yang dipompa secara optis, laser yang dipompa secara
elektris, dan laser semikonduktor.
Salah satu contoh dari laser yang dipompa secara optis yaitu laser ruby yang
diciptakan pada bulan Juli 1960 oleh Theodore H. Maiman di Hughes Research
laboratories. Laser ruby dihasilkan dari transisi atom dari tingkat mestabil ke
tingkat atas dengan panjang gelombang 6920°𝐴 dan 6943°𝐴. Pemompaan optis
dilakukan dengan cara menempatkan batang ruby kedalam tabung cahaya dan laju
yang sangat cepat dibandingkan dengan selang waktunya sehingga terjadi inversi
populasi. Setelah terjadi inversi populasi maka ion-ion Cr akan memancarkan foto
dengan energi yang sama dan sefase yang disebut dengan laser.

Gambar 2.1 Diagram Tingkat Energi Kristal Ruby


(Sumber : Pikatan, 1991)

Laser yang dipompa secara elektris yaitu dipompa dengan cara lucutan
listrik yang diletakkan diantara dua buah elektroda. Sistem dari laser ini terdiri
dari satu atau lebih jenis gas. Laser gas mampu memancarkan radiasi dengan
spektrum gas ultraviolet sampe dengan inframerah. Salah satu contoh dari laser
yang dippompa secara elektris adalah laser helium neon (Laser He-Ne). Laser
helium neon (Laser He-Ne) berada pada spektrum berwarna merah dengan
panjang gelombang 6328°𝐴. Laser helium neon (Laser He-Ne) merupakan laser
gas pertama yang diciptakan oleh Ali Javan dkk. dari Bell Laboratories pad tahun
1961. Beberapa tingkatan energi yang dimiliki oleh atom neon hampir sama
dengan tingkatan energi yang dimiliki oleh atom helium sehingga kedua jenis
atom akan mengalami tumbukan. Setelah terjadi tumbukan, atom helium akan
kembali ke tingkatan dasar yaitu 1S0 karena konfigurasi elektron terluarnya adalah
1 s2. Tekanan pada atom He lebih besar 10 kali dibandingkan dengan atom Ne
sehingga mampu mempertahankan inversi populasi secara terus menerus dan laser
yang dihasilkan bersifat kontinu. Laser kontinu memeliki peranan pada transimisi
komunikasi, musik dan gambar-gambar pada televisi. Efisiensi dari laser He-Ne
sangat rendah yaitu 1% dengan keluaran berorde miliwatt (mW).

Gambar 2.2 Diagram Tingkat Energi He dan Ne


(Sumber : Pikatan, 1991)

Gambar 2.3 Sistem Laser Gas


(Sumber : Pikatan, 1991)

Laser semikonduktor disebut juga dengan laser injeksi. Hal ini dikarenakan
pemompaannya dilakukan dengan cara injeksi arus listrik lewat sambungan PN
semikonduktornya. Laser semikonduktor merupakan laser dioda biasa dengan bias
maju. Laser semikonduktor pertama kali diciptakan oleh R.H Rediker dkk. dari
Lincoln Laboratories, M.I Nathan dkk. dari Yorktown Heights, dan R.N Hall dkk.
dari General Electric Research Laboratories pada tahun 1962. Diode yang
digunakan dalam laser semikonduktor adalah galium arsenina-flosfida GaAsP
(sinar tampak warna merah). Keunggulan dari laser semikonduktor yaitu dari segi
ukurannya (0,1 x 0,1 x 1,25 mm), dan fleksibilitas energi bahan-bahan yag
dipakai.

2.2 Difraksi Fraunhofer


Difraksi adalah pembelokan atau penyebaran gelombang tersebut melintasi
atau mengelilingi sebuah penghalang. Gejala difraksi terjadi ketika suatu
gelombang terdistorsi oleh sebuah penghalang yang memiliki dimensi sebanding
dengan panjang gelombang dari gelombang yang datang. Apabila ukuran
penghalang hampir sama dengan ukuran panjang gelombang dari sebuah
gelombang yang datang maka pola difraksi yang terbentuk akan tampak semakin
jelas. Penghalang tersebut dapat berupa celah sempit, celah tunggal, celah ganda,
celah lingkaran, ataupun celah persegi (Alonso dan Finn, 1992).
Difraksi merupakan peristiwa pembelokan gelombang baik gelombang
mekanik maupun gelombang elektromagnetik. Hasil pola gelombang dari suatu
peristiwa difraksi dapat dihitung dengan memperlakukan setiap titik pada muka
gelombang asal sebagai sumber titik. Difraksi dibagi menjadi dua macam, yaitu
difraksi Fresnell dan difraksi Fraunhofer. Difraksi Fresnell terjadi apabila suatu
sumber titik gelombang datang sangat jauh dari celah dan pola difraksi diamati
dengan jarak yang sangat dekat dengan celah. Difraksi Fraunhofer merupakan
pola difraksi yang terjadi pada suatu gelombang pada jarak yang jauh. Difraksi
Fraunhofer terjadi apabila sinar-sinar yang terdifraksi dianggap sejajar (plane
wave) dimana sumber cahaya terletak jauh dari celah difraksi (Tippler, 1996).
2.3 Difraksi Fraunhofer Celah Tunggal
P1

𝜃
d P

Celah L Layar

Gambar 2.4 Analisa Pola Difraksi


(Sumber : Serway, 1985)

Menurut Serway (1985) menyatakan bahwa difraksi cahaya diperoleh


apabila berkas cahaya dilewatkan melalui celah tunggal sehingga berkas cahaya
tersebut akan dibelokkan (dilenturkan, didifraksikan, disebarkan). Berkas cahaya
tersebut kemudian akan berinterferensi disuatu titik P pada layar sehingga
diperoleh distribusi intensitas sesuai pola difraksi Fraunhofer. Berdasarkan
gambar 2.4, lebar celah dinyatakan dengan d , jarak celah ke titik P (layar) sejauh
L, jarak dari terang pusat ke terang pertama (P1) adalah y, dan sudut 𝜃
𝑦
diasumsikan sangat kecil sin 𝜃 ≈ tan 𝜃 ≈ 𝐿 . Maka distribusi intensitasnya

dinyatakan sebagai berikut :


sin 𝛽 2
𝐼 = 𝐼𝑜 ( ) ... (2.1)
𝛽

Dimana
𝜋
𝛽 = 𝜆 sin 𝜃

𝐼0 = Intensitas Cahaya Maksimum

Intensitas minimum akan terjadi apabila :


𝑛
𝑦𝑛 = 𝜆𝐿 ...(2.2)
𝑑
Intensitas Maksimum akan terjadi apabila :
𝜆𝛽 𝐿
𝑦𝑛 = ( 𝜋 ) ...(2.3)
𝑑

Dimana :
𝑦𝑛 = lebar Pita
λ = Panjang Gelombang
L = Jarak antara celah dan layar
d = Lebar Celah
Pola difraksi terdiri dari pita gelap dan pita terang (fringe). 85% daya
dalam sinar yang ditransmisikan berada dalam pita terang yang memiliki lebar
berbading terbalik dengan lebar celah. Semakin kecil lebar celah, maka semakin
lebar pola difraksi yang terbentuk (Serway, 1985).

2.4 Difraksi Fraunhoufer Celah Ganda dan Celah banyak

Gambar 2.5 Pola Difraksi Celah Ganda


(Sumber : Pedrotti, 1993)

Menurut Pedrotti (1993), menyatakan bahwa cahaya sumber pada celah


ganda dilewatkan pada dua buah celah yang terpisah secara paralel. Pola dari
difraksi cahayanya bergantung pada perbandingan ukuran panjang gelombang
dengan lebar celah yang dilewati dan juga jarak pemisahan celah pertama dan
celah kedua. Difraksi celah ganda juga disebut dengan gabungan gejala difraksi
dan interferensi celah ganda. Distribusi intensitas pada difraksi fraunhoufer celah
ganda dapat dinyatakan sebagai berikut :
sin 𝛼 2
𝐼 = 𝐼𝑚 (𝑐𝑜𝑠 2 𝛽) [ ] ... (2.4)
𝛼
𝑑 sin 𝛼 𝑚𝜆 𝑑
= → =𝑚 ... (2.5)
𝑎 sin 𝛼 𝜆 𝑎
𝜋𝑑
𝛽= sin 𝜃 ... (2.6)
𝜆

Dimana
I : Distribusi Intensitas
Im = Distribusi intesitas maksimum/minimum
d = jarak antar elah
a = lebar celah
BAB 3. METODE PENELITIAN

Metode penelitian adalah sebuah langkah-langkah atau metode yang


digunakan dalam melakukan sebuah eksperimen untuk memudahkan praktikan
agar mendapatkan hasil yang sesuai dengan literatur. Beberapa hal yang terdapat
dalam metode penelitian diantaranya adalah rangcangan penelitian, jenis dan
sumber data, definisi operasional variabel, metode analisis data, dan kerangka
pemecahan masalah.

3.1 Rancangan Penelitian


Secara garis besar, skema dari rancangan penelitian ditampilkan dalam
bentuk diagram alir sebagai berikut :

Identifikasi

Kajian Pustaka

Variabel Penelitian

Kegiatan Eksperimen

Data

Analisis

Kesimpulan

Gambar 3.1 Diagram Alir Rancangan Penelitian


3.2 Jenis dan Sumber Data
Eksperimen tentang difraksi Fraunhofer dengan laser He-Ne bersifat
kuantitatif. Data yang diperoleh diantaranya adalah jarak celah ke layar (L), lebar
celah (d), simpangan dari terang pusat ke pita gelap/terang (y), sudut (𝜃). Data
yang diperoleh berdasarkan eksperimen celah tunggal, celah ganda, dan celah
banyak dari difraksi Fraunhofer. Semakin banyak pengulangan yang dilakukan ,
maka akan diperoleh data yang bervariasi dan ketelitian sebuah data.
3.3 Definisi Operasional Variabel
Operasional variabel dalam suatu eksperimen dibagi menjadi 3, diantaranya
adalah sebagai berikut ?
3.3.1 Variabel Bebas
Variabel bebas merupakan variabel menyebabkan timbulnya variabel
lainnya. Variabel bebas biasanya merupakan variabel yang akan diamati, diteliti
maupun dimanipulasi. Variabel bebas dalam eksperimen ini adalah Jarak celah ke
layar (L) dan jarak sumber cahaya ke celah.
3.3.2 Variabel Terikat
Variabel terikat merupakan variabel yang muncul karena mengalami
perubahan akibat manipulasi dari variabel bebas. Variabel terikat dari eksperimen
ini adalah posisi sudut (𝜃), simpangan y (min) dan simpangan y (maks).
3.3.3 Variabel Kontrol
Variabel yang ketiga yaitu variabel kontrol, merupakan variabel yang
dikendalikan atau dibuat konstan sehingga pengaruh variabel bebas terhadap
variabel terikat tidak dipengaruhi faktor luar yang tidak diteliti. Variabel kontrol
dalam eksperimen ini adalah lebar celah (d).

3.4 Metode Analisis Data


Metode analisis data dari eksperimen difraksi Fraunhofer dengan laser He-
Ne adalah sebagai berikut :
3.4.1 Tabel Pengamatan
Tabel 3.1 Tabel Data Difraksi Celah Tunggal
Celah d (m) Orde y maks (m) y min (m) 𝜃
A M1
M2
M3
M4
B M1
M2
M3
M4
C M1
M2
M3
M4

Tabel 3.2 Tabel Data Difraksi Celah Ganda


Celah d (m) f(m) Orde y maks (m) y min (m) 𝜃
A M1
M2
M3
M4
B M1
M2
M3
M4
C M1
M2
M3
M4
Tabel 3.2 Tabel Data Difraksi Celah Banyak
Celah d (m) f(m) n Orde y maks (m) y min (m) 𝜃
A M1
M2
M3
M4
B M1
M2
M3
M4
C M1
M2
M3
M4

3.4.2 Ralat
1. Sudut Difraksi
𝑌
𝜃 = 𝑎𝑟𝑐 tan (𝐿 ) (3.1)

2. Sudut 𝛼
𝜋
𝛼= 𝑑 sin 𝜃 (3.2)
𝜆

3. Sudut 𝛽
𝜋
𝛽= 𝜆
𝑓 sin 𝜃 (3.3)

4. Intensitas Celah Tunggal


𝐼 𝑠𝑖𝑛2 𝛼
= (3.4)
𝐼0 𝛼2

5. Intensitas Celah Ganda


𝐼 𝑠𝑖𝑛2 𝛼
= 4 𝑐𝑜𝑠 2 𝛽 (3.5)
𝐼0 𝛼2
3.4.3 Grafik

I/I0

Gambar 3.2 Hubungan I/I0 dengan 𝜃 pada Celah Tunggal, Celah Banyak, dan
Celah Ganda

3.5 Kerangka Pemecahan Masalah


3.5.1 Waktu dan Tempat Ekperimen
Eksperimen Difraksi Fraunhofer dengan Laser HeNe dilakukan pada hari Senin,
tanggal 24 September 2018 pukul 15.10 – 17.50 WIB dan bertempat di
Laboratorium Fisika Modern dan Optoelektronika, Fakultas Matematika dan Ilmu
Pengetahuan Alam, Universitas Jember.

3.5.2 Prosedur Eksperimen


3.5.2.1 Alat dan Bahan
Alat dan bahan yang digunakan dalam Eksperimen difraksi Fraunhofer
adalah sebagai berikut :
1. Sumber laser HeNe (𝜆 = 632,8 nm) , sebagai sumbe cahaya
elektromagnetik yang digunakan dalam eksperimen.
2. Bangku Laser, digunakan sebagai landasan laser dalam eksperimen.
3. Celah tunggal berbagai ukuran, sebagai objek yang akan digunakan untuk
menentukan simpangan difraksi Fraunhofer.
4. Celah ganda berbagai ukuran, sebagai objek yang akan digunakan untuk
menentukan simpangan difraksi Fraunhofer.
5. Celah tiga, empat, dan lima berbagai ukuran, sebagai objek yang akan
digunakan untuk menentukan simpangan difraksi Fraunhofer
6. Mistar ukur, digunakan untuk mengukur lebar celah dan jarak celah ke
layar.

3.5.2.2 Tata Laksana Eksperimen


Tata laksana eksperimen yang dilakukan dalam eksperimen difraksi
Fraunhofer dengan laser HeNe seperti pada gambar dibawah ini:

Gambar 3.3 Susunan Eksperimen Difraksi Fraunhofer dengan Laser He-Ne


(Sumber : Tim Penyusun, 2018)

3.5.3 Langkah Kerja


3.5.3.1 Celah Tunggal
1. Peralatan disusun seperti pada gambar 3.2
2. Sumber laser He-Ne diposisikan pada ujung bangku optic, celah tunggal
diletakkan pada holder dan posisikan sekitar 10 cm didepan laser.
3. Jarak L diatur cukup jauh (misalnya 2 meter) sehingga simpangan y dapat
diukur. Pola difraksi digambat. Ada berapa titik minimum pada pola difraksi
tersebut. Jelaskan? Ukur berapa lebar maksimum pusat!
4. Simpangan y diukur untuk titik-titik maksimum dan titik-titik minimum.
Berilah label orde pada tiap-tiap titik tersebut.
5. Setengah lebar maksimum pusat diukur sebagai 𝑦0 , kemudian ditentukan
𝑦
𝜃0 = 𝑡𝑎𝑛 −1 ( 𝐿0 )

6. Celah dipindahkan sehingga berkas laser melewati celah kedua.


7. Langkah 3, 4 dan 5 diulangi.
8. Simpangan y diukur untuk titik-titik maksimum dan titik-titik minimum.
Berilah label orde pada tiap-tiap titik tersebut.

3.5.3.2 Celah Ganda


1. Seperti gambar 3.2, celah ganda diletakkan untuk menggantikan posisi celah
tunggal.
2. Sumber laser He-Ne diposisikan pada ujung bangku optic, celah tunggal
diletakkan pada holder dan posisikan sekitar 10 cm didepan laser.
3. Jarak L diatur cukup jauh (misalnya 2 meter) sehingga simpangan y dapat
diukur. Pola difraksi digambat. Ada berapa titik minimum pada pola difraksi
tersebut. Jelaskan? Ukur berapa lebar maksimum pusat!
4. Simpangan y diukur untuk titik-titik maksimum dan titik-titik minimum.
Berilah label orde pada tiap-tiap titik tersebut.

3.5.3.3 Celah Banyak


1. Seperti gambar 3.2, celah banyak (tiga, empa, dan lima) diletakkan untuk
menggantikan posisi celah tunggal.
2. Sumber laser He-Ne diposisikan pada ujung bangku optic, celah tunggal
diletakkan pada holder dan posisikan sekitar 10 cm didepan laser.
3. Jarak L diatur cukup jauh (misalnya 2 meter) sehingga simpangan y dapat
diukur. Pola difraksi digambat. Ada berapa titik minimum pada pola difraksi
tersebut. Jelaskan? Ukur berapa lebar maksimum pusat!
4. Simpangan y diukur untuk titik-titik maksimum dan titik-titik minimum.
Berilah label orde pada tiap-tiap titik tersebut.
3.5.4 Diagram Alir
Eksperimen Dimulai

Peralatan Disiapkan

Laser HeNe diletakkan pada bangku optik

Celah diletakkan pada Holder

Pola difraksi diamati

Jarak L diatur

Simpangan y diukur

Posisi sudut 𝜃ditentukan

Gambar 3.4 Diagram Alir Eksperimen Difraksi Fraunhofer dengan Laser HeNe pada Celah
Tunggal, Celah Ganda, dan Celah Banyak
DAFTAR PUSTAKA

Alonso,M. & Finn, E. 1992. Dasar-Dasar Fisika Universitas Jilid 2 Edisi 2,


Terjemahan : L. Prasetyp & Ir. K. Hadi. Jakarta : Erlangga.
Halliday., Resnick. 2010. Fisika Dasar Edisi 7 Jilid 2. Jakata : Erlangga
Pedrotti, F. L. dan Pedrotti, L.S. 1993. Introduction to Optics : Second Edition.
New York : Prentice-Hall Internasional, Inc.
Pikatan, Sugata. 1991. Laser. Kristal(4): 5-10. Juni 1991. FT. Ubaya.
Serway, R. A. 1985. Physics fot Scientist & Engineers Second Edition. New York:
Saunders College Publishing.
Tim Penyusun. 2018. Buku Panduan Praktikum (Lab Manual) Eksperimen Fisika
I (MAF 1519). Jember : Universitas Jember Fakultas Matematika dan Ilmu
Pengetahuan Alam.
Tippler, Paul A. 1996. Fisika untuk Sains da Teknik Edisi Ketiga Jilid 2. Jakarta :
Erlangga.

Anda mungkin juga menyukai