Anda di halaman 1dari 18

A.

Entisols
 Pengertian

Tanah Entisol adalah tanah-tanah dengan regolit dalam atau bumi tidak dengan
horison, kecuali mungkin lapis bajak. Beberapa Entisol, meskipun begitu mempunyai
horison plaggen, agrik atau horizon E (albik); beberapa mempunyai batuan beku yang
keras dekat permukaan Entisol dicirikan oleh bahan mineral tanah yang belum
membentuk horison pedogenik yang nyata. Mereka dicirikan oleh kenampakan yang
kurang muda dan tanpa horison genetik alamiah, atau juga mereka hanya mempunyai
horison-horison permulaan.
 Proses Pembentukan
Proses pembentukan tanah entisol dibagi menjadi empat tahapan, antara lain :
Tahap I : Pelapukan dari bauan induk,
Tahap II : Batuan yang lapuk akan menjadi lebih lunak. Kemudianrekahan-
rekahan yang terbentuk pada batuan akan menjadi jalur masuknya air
dan sirkulasi udara. Sehingga, dengan proses-proses yang sama,
terjadilah pelapukan pada lapisan batuan yang lebih dalam.
Tahap III : lapisan tanah bagian atas mulai muncul tumbuh-tumbuhan perintis.
Akar tumbuhan ini membentuk rekahan pada lapisan-lapisan batuan
yang ditumbuhinya (mulai terjadi pelapukan Biologis). Sehingga
rekahan ini menjadi celah/ jalan untuk masuknya air dan sirkulasi
udara
Tahap IV : Pada tahapan ini lapisan humus dan akumulasi asam organik lainnya
semakin meningkat. Seperti proses yang dijelaskan pada tahap-tahap
sebelumnya, keadaan ini mempercepat terjadinya proses pelapukan yang
terjadi pada lapisan batuan yang lebih dalam lagi.
Proses pembentukan tanah Entisol dipengaruhi oleh factor-faktor berikut:

1. Iklim yang sangat kering, sehingga pelapukan dan reaksi-reaksi kimia berjalan
sangat lambat.
2. Erosi yang kuat, dapat menyebabkan bahan-bahan yang dierosikan lebih banyak
dari yang di bentuk melalui proses pembentukan tanah. Banyak terdapat dilereng-
lereng yang curam.
3. Pengendapan terus menerus, menyebabkan pemebentukan horizon lebih lambat
dari pengendapan. Terdapat misalnya di daerah dataran banjir di sekitar sungai,
delta, lembah-lembah, daerah sekitar gunung berapi, bukit-bukit pasir pantai.
4. Bahan induk yang sangat sukar dilapuk (inert), atau tidak permeable, sehingga air
sukar meresapdan reaksi-reaksi tidak berjalan.
5. Bahan induk yang tidak subur atau mengandung unsure-unsur beracun bagi
tanaman atau organisme lain. Diferensiasi oleh bahan organik tidak dapat terjadi.
6. Selalu jenuh air atau bergenang, menghambat perkembangan horizon.
7. Waktu yang singkat, belum memungkinkan perkembangan tanah.
1|
8. Perubahan yang dratis dari vegetasi. Kalau pohon-pohon cemara yang
mempengaruhi pembentukan tanah Spodosol (Podsol) diganti dengan tumbuhan
berdaun lebar, maka profil Spodsol dapat berubah menjadi Entisol dalam waktu
kurang dari satu abad (Hole, 1976) Beberapa macam proses pembentukan tanah
mungkin mulai berjalan, tetapi belum dapat menghasilkan horizon penciri horizon
tertentu yang dapat digolongkan ke dalam ordo tanah lain selain Entisol.
 Karakteristik

Entisol mempunyai kejenuhan basa yang bervariasi, pH dari asam, netral sampai
alkalin, KTK juga bervariasi baik untuk horison A maupun C, mempunyai nisbah C/N <
20% di mana tanah yang mempunyai tekstur kasar berkadar bahan organik dan nitrogen
lebih rendah dibandingkan dengan tanah yang bertekstur lebih halus. Hal ini disebabkan
oleh kadar air yang lebih rendah dan kemungkinan oksidasi yang lebih baik dalam tanah
yang bertekstur kasar juga penambahan alamiah dari sisa bahan organik kurang daripada
tanah yang lebih halus. Meskipun tidak ada pencucian hara tanaman dan relatip subur,
untuk mendapatkan hasil tanaman yang tinggi biasanya membutuhkan pupuk N, P dan K
(Munir, 1996).
 Pengelolaan
Potensi

Banyak tanah entisol yang digunakan untuk usaha pertanian, misalkan didasrah
endapan sungai atau daerah rawa-rawa pantai. Tanah entisol berasal dari bahan alluvium
umumnya merupakan tanah subur. Digunakan pula sebagai areal persawahan.
Memelihara tambak perikanan, bandeng, gurame cukup memberikan produksi.
Permasalahan

Pengawasan tata air termasuk perlindungan terhadap banjir, drainase dan irigasi.
Tekstur tanahnya sangat variebel, baik vertical maupun horisontal, jika banyak
mengandung lempung tanahnya sukar diolah dan menghambat drainase. Perbaikan
drainase didaerah rawa-rawa menyebabkan munculnya cat clay yang sangat masam
akibat oksidasi sulfida menjadi sulfat. Tanah yang berasal dari Bengawan Solo dan
sungai berasal dari pegunungan karst (gunung sewu) umumnya kekurangan unsur phosfor
dan Kalium.
Perbaikan

Entisol didaerah basah yang mendapatkan bahan alluvium dimanfaatkan secara


intensif oleh masyarakat sebagai kawasan budidaya padi sawah. Intensitas pengelolaan
termasuk tinggi, karena hampir setiap tahun dimanfaatkan untuk budidaya pertanian
dengan pola tanam. Padi-padi atau padi – palawija – bero. Dan dapat pula digunakan
untuk tambak.

2|
B. Inceptisols
 Pengertian

Inceptisol adalah tanah yang belum matang (immature) yang perkembangan profil
yang lebih lemah dibanding dengan tanah matang dan masih banyak menyerupai sifat
bahan induknya (Hardjowigeno,1993). tanah yang dapat memiliki epipedon okhrik dan
horison albik seperti yang dimiliki tanah entisol juga yang menpunyai beberapa sifat
penciri lain ( misalnya horison kambik) tetapi belum memenuhi syarat bagi ordo tanah
yang lain.

 Pembentukan

Beberapa factor yang mempengaruhi pembentukan Inceptisol adalah:


1. Bahan induk yang sangat resisten.
2. Posisi dalam landscape yang ekstrim yaitu daerah curam atau lembah.
3. Permukaan geomorfologi yang muda, sehingga pembentukan tanah belum lanjut.
Tidak ada proses pedogenik yang dominan kecuali leaching, meskipun mungkin
semua proses pedogenetik adalah aktif. Di lembah-lembah yang selalu tergenang air
terjadi proses gleisasi sehingga terbentuk tanah dengan khroma rendah.
Di tempat dengan bahan induk resisten, proses pembentukan liat terhambat. Bahan induk
pasir kuarsa memungkinkan pembentukan hodison spodik melalui proses podsolisasi.

 Karakteristik
Inceptisol mempunyai karakteristik dari kombinasi sifat – sifat tersedianya air
untuk tanaman lebih dari setengah tahun atau lebih dari 3 bulan berturut – turut dalam
musim – musim kemarau, satu atau lebih horison pedogenik dengan sedikit akumulasi
bahan selain karbonat atau silikat amorf, tekstur lebih halus dari pasir geluhan dengan
beberapa mineral lapuk dan kemampuan manahan kation fraksi lempung ke dalam tanah
tidak dapat di ukur. Kisaran kadar C organik dan Kpk dalam tanah inceptisol sangat lebar
dan demikian juga kejenuhan basa. Inceptisol dapat terbentuk hampir di semua tempat
kecuali daerah kering mulai dari kutup sampai tropika. (Darmawijaya, 1990).

Tanah inceptisol memiliki kadar alumunium dan kadar zat besinya tinggi.
Keasaman yang terkandung pada tanah ini adalah 5-7 dengan tingkat kejenuhan 72 %,
oleh karena itu tanah ini memiliki tingkat keasaman sedang.

Karakteristik tanah inceptisol adalah sebagai berikut :


1. Memiliki solum tanah agak tebal yaitu 1-2 meter
2. Warnanya hitam atau kelabu sampai coklta tua
3. Teksturnya debu, lempung debu, bahkan lempung

3|
4. Tekstur tanahnya gempur, memiliki ph 5-7
5. Memiliki bahan organik yang tinggi yaitu 10%-30%
6. Memiliki unsur hara yang sedang sampai tinggi
7. Produktivitas tanah sedang sampai tinggi.

 Pengelolaan
Potensi

Pada dasarnya tanah ini dapat dimanfaatkan untuk usaha pertanian, yaitu melalui
teras siring atau dengan budidaya tanaman tahunan yang lebih kuat dalam mengikat
tanah. Tanaman pertanian dapat disisipkan dalam sela-sela tanaman tahunan. Potensi lain
adalah dengan memanfaatkan lahan ini untuk usaha penghijauan.
Permasalahan

Karena tanah alfisols termasuk tanah yang masih muda dan perkembangan tanah
belum lama, sehingga kandungan bahan organik dan unsur hara dalam tanah kurang
tersedia, maka solumnya dangkal (10-15 cm) dari permukaan dan di bawahnya
merupakan lapisan batuan. Rendahnya kedalaman solum menyebabkan perkembangan
akar terhambat sehingga tanaman kurang baik pertumbuhannya. Topografi daerah yang
miring menyebabkan rawan terhadap erosi dan tanah aluvial ini kemampuan untuk
mengikat air cukup rendah, sehingga saat kemarau terlihat kering atau tandus.
Perbaikan

Dalam mengatasi erosi dilakukan dengan penanaman tanaman tahunan atau


tanaman hutan (agroforestri). Juga dapat dilakukan dengan pembuatan teras siring atau
usaha konservasi lain sehingga bahaya erosi dapat ditekan. Dengan penambahan sisa
organik dapat meningkatkan kelengasan tanah karena sisa organik yang terdekomposisi
menjadi bahan organik mempunyai kemampuan menyerap air yang tinggi dan dapat
menahan laju erosi tanah karena air terserap oleh bahan organik.
Penambahan sisa organik juga dapat mempercepat pelapukan bahan mineral
dalam komplek atau komplek pertukaran karena penambahan bahan organik sepereti
pemberian pupuk kandang atau pupuk hijau dapat menambah keanekaragaman
mikroorganisme Sistem PPT mengklasifikasikan tanah ini dalam golongan tanah tanpa
perkembangan profil, dan masuk dalam kumpulan tanah horison C-organik. Karena
mempunyai litik atau faktor pembatas batuan, maka masuk dalam jenis tanah Lithosol.
Lithosol ini merupakan Lithosol yang lain sehingga masuk dalam macam tanah Lithosol
eutrik.

4|
C. Alfisols
 Pengertian

Tanah Alfisol adalah tanah yang berkembang di daerah hutan humid, di mana
perpindahan lempung menghasilkan horizon Bt, yang mengandung 20% atau lebih
daripada horizon A, dan tanahnya cukup mengalami pencucian dalam pelapukan.
Akumulasi liat dalam horizon organic b (Bt) dapat menyebabkan kapasitas tukar kation
horizon B maksimum pada sejumlah tanah. Reaksi tanah bervariasi antara masam hingga
netral (Foth, 1998). Alfisol dicirikan oleh horizon elluviasi dan illuviasi yang jelas.

 Pembentukan

Proses pembentukan Alfisol melalui urutan sebagai berikut:


1. Pencucian karbonat
Pencucuian karbonat dan braunifikasi merupakan prasyarat untuk pembentukan
Alfisol. Kalsium Karbonat (dan bikarbonat) merupakan flocculant yang kuat sehingga
dalam pembentukan Alfisol, karbonat perlu dicuci lebih dulu agar plasma menjadi lebih
mudah bergerak bersama dengan perkolasi. Dengan pencucian karbonat ini tanah menjadi
lebih masa, kadanag-kadang sampai mencapai pH 4,5.
2. Pencucian besi
Besi sebagai flocculant dengan kekuatan sedang mengalamai pencucuian setelah
karbonat, dan diendapkan di horizon B, sehingga warna tanah menjadi coklat
(braunification).
3. Pembentukan epipedon okhrik (horison A1)
Bahan organik tidak tercampur terlalu dalam dengan bahan mineral, karena akar-
akar halus tanaman hutan tidak terlalu banayak masuk ke dalam tanah seperti padang
rumput. Bahan organik yang terdapat di permukaan tanah dicamur dengan bahan mineral
oleh cacing atau hewan-hewan lain, pada kedalaman 2 – 10 cm, sehingga terbentuk
lapisan mull (horizon A1). Proses biocycling unsure hara dan basa-basa dari subsoil ke
horizon O dan A1 merupakan proses yang penting untuk tanah Udalf. Hal ini dapat
menyebabkan reaksi tanah di subsoil menjadi masam (pH 4,8 – 5,8).
4. Pembentukan horizon albik
Beberapa jenis ALfisol memiliki horizon E yang jelas berwarna pucat yang
disebut horizon albik. Horizon ini terbentuk sebagai akibat pencucian liat dan bahan
organic, sedang proses mineralisasi sedikit sekali terjadi. Pecucian liat terjadi secara
mekanik (lessivage) bersama air perkolasi. Horizon albik kadang-kadang juga
mengandung cukup banyak bahan organic tetapi tidak berwarna (Wilde, 1950). Mineral-

5|
mineral resisten seperti kuarsa menjadi lebih banyak di horizon A dan rasio SiO2/R2O3
menjadi lebih besar dari Bt.

5. Pengendapan argillan
Terjadinya pengendapanliat bersama seskuioksida dan bahan organic di horizon
Bt disebabkan oleh beberapa hal, yaitu:
a) Air perkolasi tidak cukup banyak sehingga tidak dapat meresap lebih jauh ke
dalam tanah.
b) Butir-butir tanah yang mengembang, menutup pori-pori tanah sehingga air
perkolasi lambat bergerak.
c) Penyaringan oleh pori-pori halus yang tersumbat.
d) Plokulasi liat bermuatan negatif oleh besi oksida yang bermuatan positif di
horizon Bt dan oleh kejenuhan basa yang lebih tinggi di bagian solum. Curah
hujan yang tinggi setelah kemarau panjang mendorong pembentukan Alfisol.
Pada beberapa jenis Alfisol, liat di horizon argilik terbentuk in situ dari
pelapukan bahan induk.

Alfisol ditemukan di banyak zone iklim, tetapi yang utama adalah di daerah
beriklim sedang yang bersifat humid atau ubhumid, dengan bahan induk relatif muda dan
stabil paling sedikit selama beberapa ribu tahun. Oleh karena itu Alfisol adalah tanah
yang relative muda, masih banyak mengandung mineral primer yang mudah lapuk,
mineral liat kristalin dan kaya unsur hara. Di daerah tropika ditemukan di tempat yang
lebih muda dari pada daerah-daerah Ultisol dan Oxisol, atau di tempat-tempat dengan
bahan induk mafic.
Alfisol ditemukan di daerah-daerah datar sampai berbukit. Proses pembentukan
alfisol di Iowa memerlukan waktu 5000 tahun (Arnold dan Riecken, 1964) karena
lambatnya proses akumulasi liat untuk membentuk hodison agrilik. Alfisol terbentuk di
bawah vegetasi hutan berdaun lebar (deciduous).

Pada tanah Alfisol, pH tanah rendah yaitu 30%) dan berbukit (kelerengan
15−30%), dengan luas masing-masing 51,30 juta ha dan 36,90 juta ha. Lahan kering
berlereng curam sangat peka terhadap erosi. Tanah yang termasuk ordo Oxisol
merupakan tanah tua sehingga mineral mudah lapuk tinggal sedikit.
Tanah ini juga didominasi oleh mineral liat kaolinit dan oksida-oksida besi dan
alumunium tinggi. Dapat dicirikan dengan oleh tingkat kemasaman yang tinggi, level
unsur-unsur Ca, K dan Mg rendah, Defisiensi unsur N, P, K, Ca dan Mg umum dijumpai
di lapang, kadar lengas dan kapasitas simpan lengas tanah rendah dan rentan terhadap
erosi.

6|
Kandungan liat tinggi tetapi tidak aktif sehingga kapasitas tukar kation (KTK)
rendah, yaitu kurang dari 16 me/100 g liat. Banyak mengandung oksida-oksida besi atau
oksida Al. Tanah ini juga didominasi oleh mineral liat kaolinit dan oksida-oksida besi dan
alumunium tinggi. Tanah ini menunjukkan batas-batas horison yang tidak jelas. Padanan
dengan sistem klasifikasi lama adalah termasuk tanah Latosol (Latosol Merah & Latosol
Merah Kuning), Lateritik, atau Podzolik Merah Kuning.

 Pengelolaan
Potensi

Pada dasarnya tanah ini dapat dimanfaatkan untuk usaha pertanian. Tapi karena
mempunyai kemiringan yang ekstrim curam maka daerah ini hanya perlu di tanami
tanaman keras (tanaman keras) seperti pohon jati, pinus atau cemara untuk
mengantisipasi adanya erosi yang cukup berat.
Permasalahan

Tanah alfisols termasuk tanah yang masih muda dan perkembangan tanah belum
lama, sehingga kandungan bahan organik dan unsur hara dalam tanah kurang tersedia,
maka solumnya dangkal (10-15 cm) dari permukaan dan di bawahnya merupakan lapisan
batuan. Rendahnya kedalaman solum menyebabkan perkembangan akar terhambat
sehingga tanaman kurang baik pertumbuhannya. Topografi daerah ini yang ekstrim
curam menyebabkan rawan terhadap erosi karena tanah aluvial ini kemampuan untuk
mengikat air cukup rendah.
Perbaikan
Dalam mengatasi lajunya erosi di daerah ini dilakukan konservasi dengan
melakukan sistem pertanian agroforesty dengan menanam tanaman tahunan dengan
disisipi oleh tanaman pangan seperti tanaman legume (kacang-kacangan ) sebagai
tanaman penutup lahan sehingga erosi dapat ditekan. Dengan penambahan sisa organik
dapat meningkatkan kelengasan tanah karena sisa organik yang terdekomposisi menjadi
bahan organik mempunyai kemampuan menyerap air yang tinggi dan dapat menahan laju
erosi tanah karena air terserap oleh bahan organik.

D. Ultisols
 Pengertian

Tanah yang termasuk ordo Ultisol merupakan tanah-tanah yang terjadi


penimbunan liat di horison bawah, bersifat masam, kejenuhan basa pada kedalaman 180
cm dari permukaan tanah kurang dari 35%. Padanan dengan sistem klasifikasi lama
adalah termasuk tanah Podzolik Merah Kuning, Latosol, dan Hidromorf Kelabu.
7|
 Pembentukan

Proses pembentukan tanah Ultisol meliputi beberapa proses sebagai berikut :


1. Pencucuian yang ekstensif terhadap basa-basa merupakan prasyarat. Pencucian
berjalan sangat lanjut sehingga tanah bereaksi masam, dan kejenuhan basa rendah
sampai di lapisan bawah tanah (1,8 m dari permukaan).
2. Karena suhu yang cukup panas (lebih dari 8˚C) dan pencucian yang kuat dalam
waktu yang cukup lama, akibatnya adalah terjadi pelapukan yang kuat terhadap
mineral mudah lapuk, dan terjadi pembentukan mineral liat sekunder dan oksida-
oksida. Mineral liat yang terbentuk biasanya didominasi oleh kaolinit, dan gibsit.
3. Lessivage (pencucian liat), menghasilkan horison albik dilapisan atas (eluviasi), dan
horison argilik dilapisan bawah (iluviasi). Sebagian liat di horison argilik merupakan
hasil pembentukan setempat (in situ) dari bahan induk.Di daerah tropika horison E
mempunyai tekstur lebih halus mengandung bahan organik dan besi lebih tinggi
daripada di daerah iklim sedang. Bersamaan dengan proses lessivage tersebut terjadi
pula proses podsolisasi dimana sekuioksida (terutama besi) dipindahkan dari horison
albik ke horison argilik.
4. Biocycling, Meskipun terjadi pencucian intensif tetapi jumlah basa-basa di
permukaan tanah cukup tinggi dan menurun dengan kedalaman. Hal ini disebabkan
karena proses Biocycling basa-basa tersebut oleh vegetasi yang ada di situ.
5. Pembentukan plinthite dan fragipan. Plinthite dan fragipan bukan sifat yang
menentukan tetapi sering ditemukan pada Ultisol. Biasanya ditemukan pada subsoil
di daerah tua.
Plinthite : Terlihat sebagai karatan berwarna merah terang. Karatan ini terbentuk
karena proses reduksi dan oksidasi berganti-ganti. Kalau muncul di permukaan
menjadi keras irreversibie dan disebut laterit. Karatan merah yang tidak mengeras
kalau kering berlebihan bukanlah plithit.
Plinthite ditemukan mulai kedalaman yang dipengaruhi oleh fluktuasi air tanah.
Hanya plinthite yang dapat menghambat drainase yang dalam Taksonomi Tanah
(yaitu mengandung 10-15 persen volume atau lebih plinthite = Plinthaquult).
Fragipan : Pada Ultisol drainase buruk, seperti halnya plinthite, fragipan
menghambat gerakan air dalam tanah. Proses pembentukan fragipan masih belum
jelas.
6. Perubahan horison umbrik menjadi mollik
Ultisol dengan epipedon umbrik (Umbraquult) dapat berubah menjadi epidedon
mollik akibat pengapuran. Walaupun demikian klasifikasi tanah tidak berubah
selama lapisan-lapisan yang lebih dalam mempunyai kejenuhan basa rendah. Control
Sectiori untuk kejenuhan basa ditetapkan pada kedalaman 1,25 m dari permukaan
horison argilik atau 1,80 m dari permukaan tanah (kejenuhan basa kurang dari 35%).
Hal ini disebabkan untuk menunjukan adanya pencucian yang intensif dan agar
klasifikasi tanah tidak berubah akibat pengelolaan tanah.
8|
Faktor-faktor Pembentukan Tanah
Faktor-faktor pembentuk tanah yang banyak mempengaruhi pembentukan Ultisol adalah
1. Bahan induk : Bahan induk tua, misalnya batuan liat, atau batuan volkanik
masam.
2. Iklim : Harus cukup panas (warm) dan basah (humid), di daerah iklim
sedang dengan suhu tanah rata-rata lebih dari 8˚C, sampai di daerah tropika.
3. Vegetasi : di daerah iklim sedang di didominasi oleh pinus. Di Indonesia
vegetasi hutan tropika.
4. Relief : Berombak sampai berbukit
5. Umur : Tua

 Karakteristik

Tanah Ultisol memiliki kemasaman kurang dari 5,5 sesuai dengan sifat kimia,
komponen kimia tanah yang berperan terbesar dalam menentukan sifat dan ciri tanah
umumnya pada kesuburan tanah. Nilai pH yang mendekati minimun dapat ditemui
sampai pada kedalaman beberapa cm dari dari batuan yang utuh (belum melapuk).
Tanah-tanah ini kurang lapuk atau pada daerah-daerah yang kaya akan basa-basa dari air
tanah pH meningkat pada dan di bagian lebih bawah solum (Hakim,dkk. 1986)

Tanah Ultisol sering diidentikkan dengan tanah yang tidak subur, tetapi
sesungguhnya bisa dimanfaatkan untuk lahan pertanian potensial, asalkan dilakukan
pengelolaan yang memperhatikan kendala (constrain) yang ada pada Ultisol ternyata
dapat merupakan lahan potensial apabila iklimnya mendukung. Tanah Ultisol memiliki
tingkat kemasaman sekitar 5,5 (Munir, 1996).

Untuk meningkatkan produktivitas Ultisol, dapat dilakukan melalui pemberian


kapur, pemupukan, penambahan bahan organik, penanaman tanah adaptif, penerapan
tekhnik budidaya tanaman lorong (atau tumpang sari), terasering, drainase dan
pengolahan tanah yang seminim mungkin. Pengapuran yang dimaksudkan untuk
mempengaruhi sifat fisik tanah, sifat kimia dan kegiatan jasad renik tanah. Pengapuran
pada Ultisol di daerah beriklim humid basah seperti di Indonesia tidak perlu mencapai pH
tanah 6,5 (netral), tetapi sampai pada pH 5,5 sudah dianggap baik sebab yang terpenting
adalah bagaimana meniadakan pengaruh meracun dari aluminium dan penyediaan hara
kalsium bagi pertumbuhan tanaman (Hakim,dkk, 1986).

E. Oksisols
 Pengertian

9|
Tanah yang termasuk ordo Oxisol merupakan tanah tua sehingga mineral mudah
lapuk tinggal sedikit. Kandungan liat tinggi tetapi tidak aktif sehingga kapasitas tukar
kation (KTK) rendah, yaitu kurang dari 16 me/100 g liat. Banyak mengandung oksida-
oksida besi atau oksida Al. Berdasarkan pengamatan di lapang, tanah ini menunjukkan
batas-batas horison yang tidak jelas. Padanan dengan sistem klasifikasi lama adalah
termasuk tanah Latosol (Latosol Merah & Latosol Merah Kuning), Lateritik, atau
Podzolik Merah Kuning.

 Pembentukan Tanah
Tanah oxsisol atau tanah latosol merah atau dapat juga dikenal dengan tanah
Ferrasols. Tanah ini termask tanah tua yang telah mengalamu proses pelapukan lebih
lanjut yaitu dicirikan dengan adanya horison oksik yang tebal. Pelapukan intensif dalam
waktu yang sangat panjang mengakibatkan pelindian basa dan silica, pelonggokan nisbi
sesquioksida (oksida besi dan aluminium) dan pembentukan lempung kaolinit (lempung
berkisi 1:1)

Proses pembentukan tanah yang utama pada oxisols adalah proses desilikasi dan
konsentrasi besi bebas dan kadang-kadang gibsit yang kemudian mempengaruhi jenis
mineral dominan pada tanah mineral mudah lapuk termasuk adalah terjadinya
dekomposisi hampir seluruh mineral mudah lapuk termasuk mineral liat 2:1, kecuali
mineral liat peralihan 2:1 – 2:2.
Tanah oxisol memiliki ciri-ciri sebagai berikut:

1. Warna tanahnya merah hingga kuning, sehingga sering disebut tanah merah.
2. Tanah latosol yang mempunyai sifat cepat mengeras bila tersing kap atau berada di udara
terbuka disebut tanah laterit.
3. kejenuhan basa kurang dari 50 %, umumnya mempunyai epipedon kambrik dan horison
kambik.
4. mengalami pencucian dan pelapukan lanjut, berbatas horizon baur, sehingga kandungan
mineral primer dan unsure hara rendah,
5. konsistensi gembur dengan stabilitas agregat kuat dan terjadi penumpukan relative
seskwioksida di dalam tanah akibat pencucian silikat.
6. Tanah dengan kadar liat lebih dari 60 %, remah sampai gumpal, gembur, warna tanah
seragam dengan dengan batas-batas horison yang kabur, solum dalam (lebih dari 150
cm).

 Pengelolaan Tanah
Potensi

Jika dilihat dari kesuburan alami, tanah Oxisol yang telah mengalami pelapukan
lanjut di daerah kering, biasanya tidak digunakan dalam pengelolaan tanah untuk
10 |
pertanian jika tanah-tanah dari ordo lain masih tersedia dalam memenuhi kebutuhan
pangan. Meskipun secara kesuburan alaminya rendah, Oxisol merupakan cadangan tanah
yang banyak jumlahnya dan masih dapat dimanfaatkan untuk memenuhi kebutuhan
pangan manusia. Pemanfaatan Oxisol diantaranya untuk perladangan pertanian sub
sistem, penggembalaan dengan intensitas rendah dan perkebunan yang intensif seperti
perkebunan tebu, nanas, pisang, kopi serta beberapa Oxisol pada daerah basah.

Permasalahan

Tanah jenis oxisols merupakan salah satu jenis tanah yang penting dalam bidang
pertanian, tetapi keadaan kimiawinya sangat miskin, bukan saja karena kapasitas
pertukaran kation yang rendah melainkan juga karena kahat basa Ca, Mg, K, kuat
menyemat P dan persentase Al tertukarkan tinggi. Oleh karena itu, tanah ini memerlukan
pemupukan dan sering pula membutuhkan gamping dan beberapa unsir lain seperti Zn
dan S.
Perbaikan

Dalam pengelolaan tanah Oxisol adalah halus memperhatikan sejauh mana faktor-
faktor tersebut mempengaruhi tanah tersebut. Untuk tanah Oxisol di lokasi proses
pedogenesisnya adanya proses desilikasi sebagai akibat kondisi iklim Tuntang ini, seperti
yang telah dipaparkan di atas terlihat bahwa dengan kemiringan 2 % dan tingkatan erosi
ringan, namun proses desilikasi yang berpengaruh besar yng berakibat pencucian
mineral-mineral khususnya silika dan pembentukan plinthite sehingga unsur hara alami
yang ada secara berangsur-angsur ikut tercuci. Untuk itu dalam pengelolaannya untuk
perkebunan atau tegalan yaitu :

1. Agar erosi tetap dalam kategori ringan adalah permukaan tanah tertutup oleh
penutup tanah, seperti apa yang ada di lokasi Tuntang vegetasi yang sudah ada
seperti jati, mahoni, kelapa, dan durian sudah cukup baik untuk menjaga kondisi
permukaan tanah.
2. Sedangkan untuk perkebunan dan tegalan, dikarenakan kandungan unsur hara
alami pada umumnya tanah Oxisol adalah rendah maka perlu diperhatikan
pemasukan unsur hara dari luar. Hal itu sangat penting untuk peningkatan unsur
hara yang ada di dalam tanah.

Secara umum pengelolaan tanah di Tuntang sudah cukup baik hanya perlu
peningkatan vegetasi yang ada semisal jika untuk perkebunan yang intensif adalah
dengan tanaman tebu, nenas, pisang dan kopi. Dan juga penanaman tanaman keras seperti

11 |
jati dan mahoni bisa dikatakan tepat sebab tanaman seperti itu mempunyai sistem
perakaran yang baik dalam serta mempunyai siklus BO yang baik.

F. Vertisols
 Pengertian

Tanah yang termasuk ordo Vertisol merupakan tanah dengan kandungan liat
tinggi (lebih dari 30%) di seluruh horison, mempunyai sifat mengembang dan mengkerut.
Kalau kering tanah mengkerut sehingga tanah pecah-pecah dan keras. Kalau basah
mengembang dan lengket. Padanan dengan sistem klasifikasi lama adalah termasuk tanah
Grumusol atau Margalit.
 Pembentukan

Terbuat dari bahan yang dari dasar ke permukaan sering menimbulkan microrelief
dikenal sebagai gilgai. Vertisols biasanya terbentuk dari batuan yang sangat dasar seperti
basalt di iklim yang lembab musiman atau tidak menentu kekeringan dan banjir, atau
untuk drainase terhambat. Tergantung pada bahan induk dan iklim, mereka dapat berkisar
dari abu-abu atau merah untuk yang lebih dikenal dalam hitam (dikenal sebagai bumi
hitam di Australia, dan tanah kapas hitam di Afrika Timur).

Vertisols yang ditemukan antara 50 ° N dan 45 ° S khatulistiwa. area utama di


mana vertisols yang dominan adalah timur Australia (khususnya pedalaman Queensland
dan New South Wales), Dataran Tinggi Deccan India, dan bagian selatan Sudan,
Ethiopia, Kenya, dan Chad (yang Gezira), dan Sungai Parana rendah di Amerika Selatan .
daerah-daerah lain dimana vertisols yang dominan termasuk Texas selatan dan Meksiko
yang berdekatan, timur laut Nigeria, Thrace, dan bagian dari Cina timur. Vegetasi alami
vertisols adalah padang rumput, savana, atau hutan berumput.
 Karakteristik

Tanah Vertisol memiliki kapasitas tukar kation dan kejenuhan basa yang tinggi.
Reaksi tanah bervariasi dari asam lemah hingga alkaline lemah; nilai pH antara 6,0
sampai 8,0. pH tinggi (8,0-9,0) terjadi pada Vertisol dengan ESP yang tinggi (Munir,
1996).
Vertisol menggambarkan penyebaran tanah-tanah dengan tekstur liat dan mempunyai
warna gelap, pH yang relatif tinggi serta kapasitas tukar kation dan kejenuhan basa yang
juga relatif tinggi. Vertisol tersebar luas pada daratan dengan iklim tropis dan subtropis
(Munir, 1996).

Dalam perkembangan klasifikasi ordo Vertisol, pH tanah dan pengaruhnya tidak


cukup mendapat perhatian. Walaupun hampir semua tanah dalam ordo ini mempunyai pH
yang tinggi, pada daerah-daerah tropis dan subtropis umumnya dijumpai Vertisol dengan
12 |
pH yang rendah. Dalam menilai potensi Vertisol untuk pertanian hendaknya diketahui
bahwa hubungan pH dengan Al terakstraksi berbeda disbanding dengan ordo lainnya. pH
dapat tukar nampaknya lebih tepat digunakan dalam menentukan nilai pH Vertisol
masam dibanding dengan kelompok masam dari ordo-ordo lainnya. Perbedaan tersebut
akan mempunyai implikasi dalam penggunaan tanah ini untuk pertumbuhan tanaman.
Batas batas antara antara kelompok masam dan tidak masam berkisar pada pH 4,5 dan
sekitar 5 dalam air (Lopulisa, 2004).

 Pengelolaan
Potensi

Prospek pemanfaatan vertisol relatif lebih sesuai jika dimanfaatkan sebagai areal
persawahan, hanya saja pembuatan jaringan irigasi harus dibuat terlebih dahulu jika
disekitarnya ada sumber air atau sungai. Dengan mengatur drainase, irigasi dan
pengelolaan tanah disertai pemupukan bahan organik untukmemperbaiki struktur tanh,
jenis tanah ini dapat memberikan hasil padi, jagung, kapas, kacang tanah dan tebu dan
bebarapa tanaman perdagangan dataran rendah yang cukup baik seperti singkong dan
pepaya.
Permasalahan

Vertisol merupakan tanah prospek pemanfaatannya cukup baik, akan tetapi yang
menjadi kendala adalah dalam hal pengelolaan tanahnya yang relatif cukup sulit. Tanah
ini bersifat lekat dan liat bila basah dan sangat keras dalam keadaan kering. Walaupun
demikian tekstur tanah sangat halus, derajat kerut yang nyata dan pengembungannya
yang merupakan ciri mereka menyebabkan mereka kurang sesuai untuk pertanaman
daripada daerah disekitarnya. Kalau mereka mengering sehabis hujan, waktu untuk
dibajak atau diolah sangat pendek. Untuk pengelolaannya tidak dapat dilaksanakan tepat
pada waktunya dan mereka terbataas pada penggunaan alat kecil, sederhana karena
hewan mereka tidak dapat menarik alat besar ditanah berat.Selain pengelolaan yang
berat, tanah ini miskin unsur hara N dan K, karena kedua unsur hara tersebut terjepit
dalam interlayer, yaitu merupakan ruang antara dua lembaran tetrahedral dengan
octahedral (2:1) yang mempunyai diameter sama dengan diameter N dan K, sehingga N
dan K akan terjepit didalamnya, akibatnya tanah ini menjadi kahat N dan K.
Perbaikan

Dalam pengolahan tanahnya yang relatif cukup sulit, maka harus diketahui
keadaan kelengasan tanah paa lapisan permukaan yang memungkinkan untuk dilakukan
pengolahan tanah, karena sifat fisik tanah vertisol yang jelas adalah konsistensi yang
13 |
keras, sehingga untuk mengolah tanah tidak dapat menggunakan cangkul. Penggunaan
traktor dan lain-lain peralatan mekanik memungkinkan untuk melakukan persiapan lahan
baik untuk pembibitan maupun penanaman.

G. Histosols
 Pengertian

Tanah yang termasuk ordo Histosol merupakan tanah-tanah dengan kandungan


bahan organik lebih dari 20% (untuk tanah bertekstur pasir) atau lebih dari 30% (untuk
tanah bertekstur liat). Lapisan yang mengandung bahan organik tinggi tersebut tebalnya
lebih dari 40 cm. Kata Histos berarti jaringan tanaman. Padanan dengan sistem klasifikasi
lama adalah termasuk tanah Organik atau Organosol.
Ciri-ciri :
1. Memiliki epipedon histik, yaitu epipedon yang mengandung bahan organik
sedemikian banyaknya, sehingga tidak mengalami perkembangan profil ke arah
terbentuknya horison-horison yang berbeda.
2. Warna coklat kelam sampai hitam, berkadar air tinggi dan bereaksi asam (pH3-5)

 Pembentukan
Terbentuk dari sisa-sisa tumbuhan, sampah hutan, atau lumut yang cepat
membusuk yang terdekomposisi dan terendapkan dalam air. Kebanyakan selalu dalam
keadaan tergenang sepanjang tahun, atau telah didrainase oleh manusia. Histosol sama
halnya dengan tanah rawa, tanah organic dan gambut. Proses Pembentukan Tanah
gambut terbentuk karena laju akumulasi bahan organik melebihi proses mineralisasi yang
biasanya terjadi pada kondisi jenuh air yang hampir terus menerus sehingga sirkulasi
oksigen dalam tanah terhambat. Hal tersebut akan memperlambat proses dekomposisi
bahan organik dan akhirnya bahan organik itu akan menumpuk (Chotimah, 2002).

Histosol mempunyai kadar bahan organic sangat tinggi sampai kedalaman 80 cm


(32 inches) kebanyakan adalah gambut (peat) yang tersusun atas sisa tanaman yang
sedikit banyak terdekomposisi dan menyimpan air. Tanah histosol biasa terbentuk di
daerah rawa atau di dataran rendah yang tergenang air, dan mengandung banyak bahan
organik, dengan relief agak darat atau bukan di daerah yang curam, tanah histosol
terbentuk pada iklim tropis hingga panas.

 Karakteristik

Jenis tanah Histosol merupakan tanah yang sangat kaya bahan organik keadaan
kedalaman lebih dari 40 cm dari permukaan tanah. Umumnya tanah ini tergenang air
dalam waktu lama sedangkan didaerah yang ada drainase atau dikeringkan ketebalan
bahan organik akan mengalami penurunan (subsidence). Bahan organik didalam tanah
dibagi 3 macam berdasarkan tingkat kematangan yaitu fibrik, hemik dan saprik. Fibrik

14 |
merupakan bahan organik yang tingkat kematangannya rendah sampai paling rendah
(mentah) dimana bahan aslinya berupa sisa-sisa tumbuhan masih nampak jelas. Hemik
mempunyai tingkat kematangan sedang sampai setengah matang, sedangkan sapri tingkat
kematangan lanjut.

Tanah gambut di Indonesia pada umunya mempunyai reaksi kemasaman tanah


(pH) yang rendah, yaitu antara 3,0 – 5,0 (Hardjowigeno, 1996). Tanah gambut memiliki
berat isi yang rendah berkisar antara 0,05 – 0,25 gcm-3, semakin lemah tingkat
dekomposisinya semakin rendah berat isi (BD), sehingga daya topang terhadap bebadan
diatasnya seperpti tanmana, banguanan irigasi, jalan, dan mesin-mesin pertanian adalah
rendah. Gambut yang sudah direklamasi akan lebih padat dengan berat isi antara 0,1 – 0,4
gcm-3 (Subagyono et al., 1997). Porositas tanah tinggi, penyusutan volume tanah gambut
(irreversible) sehingga mudah terbakar, dan apabila tergenang akan mengembang dan
hanyut terbawa arus. Menurut Subagjo (2002). Karena terbentuk dalam air tanah histosol
jarang dijumpai hewan, namun lebih banyak berupa serat-serat tanaman yang berasal dari
tanaman yang sudah hancur.

 Pengelolaan

Di negara-negara bagian sebelah utara, tanah Histosol ini digunakan untuk


menghasilkan bawang, seledri, mint, kentang, kol, kranberi, wortel, dan tanaman umbi
lainnya. Sedangkan di Indonesia sendiri tanah histosol digunakan untuk menghasilkan
nenas dan lidah buaya.
Selama dekade terakhir ini banyak areal lahan gambut yang telah dibuka untuk
berbagai kepentingan, utamanya untuk kegiatan pertanian dan perkebunan. Dalam skala
yang lebih kecil, kegiatan pertanian dilaksanakan melalui program penempatan
transmigran di wilayah lahan gambut, khususnya di Sumatra dan Kalimantan, sementara
dalam skala yang lebih besar, pembukaan lahan gambut ditujukan untuk mengambil
tegakan kayu diatasnya serta untuk keperluan pengembangan perkebunan, terutama
Kelapa sawit.
Tidak sedikit kegiatan pembukaan tersebut lebih dilatarbelakangi oleh
kepentingan ekonomi jangka pendek dan mengalahkan pertimbangan lingkungan yang
bernuansa kepentingan jangka panjang untuk lebih banyak masyarakat, sehingga yang
kemudian dihasilkan adalah sejumlah kegagalan dan kerugian bagi negara dan
masyarakat, tetapi mendatangkan keuntungan besar bagi pengembang yang dihasilkan
dari ekstraksi tegakan kayu diatasnya. Tak kurang upaya pemerintah maupun pihak
lainnya untuk mengurangi dampak buruk jangka panjang dari pengembangan di lahan
gambut, termasuk yang terkait dengan isu perubahan lingkungan.
Namun pada saat yang sama, tak kurang pula kebijakan pemerintah yang diiringi
dengan ketidakberdayaan penegakan hukum dan ketidakpedulian masyarakat yang
kemudian memacu kerusakan dalam jangka panjang.Memang tidak selalu mudah untuk

15 |
membagi perhatian antara kepentingan ekonomi dan kepentingan lingkungan, terutama
pada saat Indonesia berada dalam kondisi sangat membutuhkan investasi dan penggerak
roda pembangunan, meskipun pada saat yang sama Indonesia telah menyatakan untuk
mengadopsi konsep pembangunan berkelanjutan.

H. Andisols
 Pengertian

Tanah yang termasuk ordo Aridisol merupakan tanah-tanah yang mempunyai


kelembapan tanah arid (sangat kering). Mempunyai epipedon ochrik, kadang-kadang
dengan horison penciri lain. Padanan dengan klasifikasi lama adalah termasuk Desert
Soil.

 Pembentukan Tanah
Proses pembentukan tanah yang utama pada andisol adalah proses pelapukan dan
transformasi (perubahan bentuk). Proses pemindahan bahan (translokasi) dan
penimbunan bahan-bahan tersebut di dalam solum sangat sedikit. Akumulasi bahan
organic dan terjadinya kompleks bahan organik dengan Al merupakan sifat khas pada
beberapa Andisol. Pelapukan mineral aliminium silikat primer telah berlanjut hanya
sampai pada pembentukan mineral “short range order” seperti alophan, imogolit, dan
ferihidrit.tingkat pelapukan seperti ini sering dikatakan sebagai tingkat peralihan antara
tanah vulkanik yang belum dilapuk dengan tanah vulkanik yang lebih melapuk.
Walaupun demikian pada keadaan lingkungan tertentu mineral-mineral “short range
order” cukup stabil sehingga tidak atau lambat sekali berubah menjadi mineral lain.

 Karakteristik
Tanah andisol atau yang lebih dikenal dengan istilah andosol rata-rata berwarna
kehitaman. Tekstir dari tanah jenis andisol atau andosol beragam. Tanah ini bisa
berbentuk tanah liat dan tanah lempung yang teksturnya kasar. Zat yang terkandung
didalamnya sebagian besar adalah abu vulkanik dari letusan gunung. Tanah ini banyak
dijumpai di daerah-daerah yang berada dekat gunung berapi.
Tanah andisol mempunyai unsur hara yang cukup tinggi hasil dari abu vulkanik.
Tanah ini sangat subur sehingga tanah jenis ini baik untuk ditanami. Selain unsur hara,
tanah andisol memiliki kandungan zat-zat organic yang berada di lapisan tengah dan atas
sementara pada bagian tanah sangat sedikit unsure hara dan zat organiknya. Selain itu,
16 |
tanah ini mampu mengikat air dalam jumlah yang tinggi, kandungan karbonnyapun
sangat tinggi dibandingkan tanah yang lain.

 Pengelolaan Tanah
Potensi

Tanah Andisols merupakan tanah yang cukup subur. Di Indonesia, tanah utama
yang banyak dimanfaatkan untuk perkebunan teh dan kopi, untuk tanaman holtikultura.
Tanah andisols ini juga berpotensi untuk tanaman semusim maupun tahunan selain itu
dapat untuk tanaman palawija dan padi ataupun untuk hutan lindung. Hal ini dikarenakan
Andisols merupakan tanah yang mengandung bahan organik cukup tinggi sehingga tanah
tersebut cukup baik dalam penyediaan nitrogen bagi tanaman.

Andisols pada hakikatnya merupakan tanah subur khususnya yang mempunyai


kejenuhan basa agak rendah sampai tinggi, Tanah andisols mempunyai aerasi dan
porositas tinggi sehingga tanaman mudah berpenetrasi ke dalam tanah dan unsur-unsur
hara berupa kation-kation basa dan nitrogen cukup tersedia bagi tanaman. Andisols pada
umumnya tersusun dari bahan-bahan atau partikel lepas sehingga mempunyai
permeabilitas dan aerasi cukup tinggi, ketahanan penetrasinya cukup rendah maka
seharusnya pengolahan tanah untuk budidaya pertanian tidak diperlukan lagi.
Permasalahan

Permasalahan yang paling menonjol pada tanah andisols adalah sifat kemampuan
menyerap dan menyimpan air yang tak pulih kembali seperti semula bila mengalamin
kekeringan. Hal ini disebabkan koloid amorf seperti abu vulkan dan bahan organic yang
mempunyai daya jerap air tinggi jika mengalami kekeringan sampai 15 atmosfir / lebih
film air yang terikat pada permukaan partikel akan menguap dan akan terjadi kontak
ikatan kimia antar partikel, sehingga tanah mengkerut dan bersifat irreversible, akibatnya
jika sudah mengalami kekeringan sulit untuk dibasahi kembali. Sehingga apabila
mengalami kekeringan rawan terhadap erosi air hujan.
Perbaikan

Pengelolaan tanah andisols dilakukan dengan pengapuran dengan dosis yang


cukup. Pada tanah andisols yang berada di daerah lereng banyak dimanfaatkan untuk
menanam tanaman tahunan yang memiliki perakaran kuat untuk mengikat air. Unsur P di
dalam tanah andisols sebenarnya tersedia dalam jumlah yang banyak, tetapi unsur P
tersebut terfiksasi oleh alofan sehingga unsur P tidak dapat diserap oleh akar tanaman.

Untuk mengatasi masalah fiksasi P oleh alofan tersebut dapat dilakukan dengan
pemberian bahan organik segar yang berfungsi untuk menyediakan unsur hara yang
terdefisiensi tersebut bagi mikroorganisme, sehingga bahan-bahan organik akan
terdekomposisi menjadi asam-asam organik seperti asam humat yang akan berikatan
17 |
dengan Al bebas pada alofan menggantikan ion P yang terikat sehingga ion P akan
terlepas dan tersedia untuk diserap oleh akar tanaman bebas pada alofan menggantikan
ion P yang terikat sehingga ion P akan terlepas dan tersedia untuk diserap oleh akar
tanaman. Tanah Andisols tersusun dari partikel lepas sehingga tidak perlu diolah secara
berlebihan.

Alternatif lain adalah penambahan mikrobia tanah yaitu mikoriza sehingga


ketersediaan P meningkat.Tanah Andisols tersusun dari partikel lepas sehingga tidak
perlu diolah secara berlebihan. Alternatif lain adalah penambahan mikrobia tanah yaitu
mikoriza sehingga ketersediaan P meningkat.

18 |

Anda mungkin juga menyukai

  • LKPP - Nomor 15 Tahun 2018 Ringkasan
    LKPP - Nomor 15 Tahun 2018 Ringkasan
    Dokumen13 halaman
    LKPP - Nomor 15 Tahun 2018 Ringkasan
    Enggar Shafira Agriska
    Belum ada peringkat
  • Agro ENG
    Agro ENG
    Dokumen1 halaman
    Agro ENG
    Enggar Shafira Agriska
    Belum ada peringkat
  • Korelasi Sampel Minyak
    Korelasi Sampel Minyak
    Dokumen25 halaman
    Korelasi Sampel Minyak
    Enggar Shafira Agriska
    Belum ada peringkat
  • Indonesia Financial Market Recovery Signs in 2H20
    Indonesia Financial Market Recovery Signs in 2H20
    Dokumen35 halaman
    Indonesia Financial Market Recovery Signs in 2H20
    Enggar Shafira Agriska
    Belum ada peringkat
  • Agro ENG
    Agro ENG
    Dokumen18 halaman
    Agro ENG
    Enggar Shafira Agriska
    Belum ada peringkat
  • Sejarah
    Sejarah
    Dokumen2 halaman
    Sejarah
    Enggar Shafira Agriska
    Belum ada peringkat
  • Artikel Div. Pendidikan
    Artikel Div. Pendidikan
    Dokumen2 halaman
    Artikel Div. Pendidikan
    Enggar Shafira Agriska
    Belum ada peringkat
  • Korelasi Sampel Minyak
    Korelasi Sampel Minyak
    Dokumen25 halaman
    Korelasi Sampel Minyak
    Enggar Shafira Agriska
    Belum ada peringkat
  • Korelasi Sampel Minyak
    Korelasi Sampel Minyak
    Dokumen25 halaman
    Korelasi Sampel Minyak
    Enggar Shafira Agriska
    Belum ada peringkat
  • Petro Bakar
    Petro Bakar
    Dokumen15 halaman
    Petro Bakar
    Enggar Shafira Agriska
    Belum ada peringkat
  • Term of Reference 2014
    Term of Reference 2014
    Dokumen33 halaman
    Term of Reference 2014
    Enggar Shafira Agriska
    Belum ada peringkat
  • Absenisi Kulum
    Absenisi Kulum
    Dokumen6 halaman
    Absenisi Kulum
    Enggar Shafira Agriska
    Belum ada peringkat
  • Mctag
    Mctag
    Dokumen4 halaman
    Mctag
    Enggar Shafira Agriska
    Belum ada peringkat
  • Referat Print
    Referat Print
    Dokumen41 halaman
    Referat Print
    Enggar Shafira Agriska
    Belum ada peringkat
  • Absen
    Absen
    Dokumen2 halaman
    Absen
    Enggar Shafira Agriska
    Belum ada peringkat
  • Pembayaran PDL Pengurus SM
    Pembayaran PDL Pengurus SM
    Dokumen2 halaman
    Pembayaran PDL Pengurus SM
    Enggar Shafira Agriska
    Belum ada peringkat
  • Absenisi Kulum
    Absenisi Kulum
    Dokumen6 halaman
    Absenisi Kulum
    Enggar Shafira Agriska
    Belum ada peringkat
  • Tugas Endmin
    Tugas Endmin
    Dokumen1 halaman
    Tugas Endmin
    Enggar Shafira Agriska
    Belum ada peringkat
  • Form Penilaian Proses Memasak
    Form Penilaian Proses Memasak
    Dokumen4 halaman
    Form Penilaian Proses Memasak
    Enggar Shafira Agriska
    Belum ada peringkat
  • Cover Enggar Donni
    Cover Enggar Donni
    Dokumen2 halaman
    Cover Enggar Donni
    Enggar Shafira Agriska
    Belum ada peringkat
  • Rundown Acara Kunjungan Industri Kamojang 2015
    Rundown Acara Kunjungan Industri Kamojang 2015
    Dokumen1 halaman
    Rundown Acara Kunjungan Industri Kamojang 2015
    Enggar Shafira Agriska
    Belum ada peringkat
  • Nearo Dispen
    Nearo Dispen
    Dokumen2 halaman
    Nearo Dispen
    Enggar Shafira Agriska
    Belum ada peringkat
  • Strat
    Strat
    Dokumen2 halaman
    Strat
    anggi_212
    Belum ada peringkat
  • Pendahuluan Karbo
    Pendahuluan Karbo
    Dokumen3 halaman
    Pendahuluan Karbo
    Enggar Shafira Agriska
    Belum ada peringkat
  • Mctag
    Mctag
    Dokumen4 halaman
    Mctag
    Enggar Shafira Agriska
    Belum ada peringkat
  • Cover Agro
    Cover Agro
    Dokumen4 halaman
    Cover Agro
    Enggar Shafira Agriska
    Belum ada peringkat
  • COVER Praktikum
    COVER Praktikum
    Dokumen2 halaman
    COVER Praktikum
    Enggar Shafira Agriska
    Belum ada peringkat
  • Agrogeologi
    Agrogeologi
    Dokumen14 halaman
    Agrogeologi
    Enggar Shafira Agriska
    Belum ada peringkat
  • PEMBATAS
    PEMBATAS
    Dokumen7 halaman
    PEMBATAS
    Enggar Shafira Agriska
    Belum ada peringkat