Entisols
Pengertian
Tanah Entisol adalah tanah-tanah dengan regolit dalam atau bumi tidak dengan
horison, kecuali mungkin lapis bajak. Beberapa Entisol, meskipun begitu mempunyai
horison plaggen, agrik atau horizon E (albik); beberapa mempunyai batuan beku yang
keras dekat permukaan Entisol dicirikan oleh bahan mineral tanah yang belum
membentuk horison pedogenik yang nyata. Mereka dicirikan oleh kenampakan yang
kurang muda dan tanpa horison genetik alamiah, atau juga mereka hanya mempunyai
horison-horison permulaan.
Proses Pembentukan
Proses pembentukan tanah entisol dibagi menjadi empat tahapan, antara lain :
Tahap I : Pelapukan dari bauan induk,
Tahap II : Batuan yang lapuk akan menjadi lebih lunak. Kemudianrekahan-
rekahan yang terbentuk pada batuan akan menjadi jalur masuknya air
dan sirkulasi udara. Sehingga, dengan proses-proses yang sama,
terjadilah pelapukan pada lapisan batuan yang lebih dalam.
Tahap III : lapisan tanah bagian atas mulai muncul tumbuh-tumbuhan perintis.
Akar tumbuhan ini membentuk rekahan pada lapisan-lapisan batuan
yang ditumbuhinya (mulai terjadi pelapukan Biologis). Sehingga
rekahan ini menjadi celah/ jalan untuk masuknya air dan sirkulasi
udara
Tahap IV : Pada tahapan ini lapisan humus dan akumulasi asam organik lainnya
semakin meningkat. Seperti proses yang dijelaskan pada tahap-tahap
sebelumnya, keadaan ini mempercepat terjadinya proses pelapukan yang
terjadi pada lapisan batuan yang lebih dalam lagi.
Proses pembentukan tanah Entisol dipengaruhi oleh factor-faktor berikut:
1. Iklim yang sangat kering, sehingga pelapukan dan reaksi-reaksi kimia berjalan
sangat lambat.
2. Erosi yang kuat, dapat menyebabkan bahan-bahan yang dierosikan lebih banyak
dari yang di bentuk melalui proses pembentukan tanah. Banyak terdapat dilereng-
lereng yang curam.
3. Pengendapan terus menerus, menyebabkan pemebentukan horizon lebih lambat
dari pengendapan. Terdapat misalnya di daerah dataran banjir di sekitar sungai,
delta, lembah-lembah, daerah sekitar gunung berapi, bukit-bukit pasir pantai.
4. Bahan induk yang sangat sukar dilapuk (inert), atau tidak permeable, sehingga air
sukar meresapdan reaksi-reaksi tidak berjalan.
5. Bahan induk yang tidak subur atau mengandung unsure-unsur beracun bagi
tanaman atau organisme lain. Diferensiasi oleh bahan organik tidak dapat terjadi.
6. Selalu jenuh air atau bergenang, menghambat perkembangan horizon.
7. Waktu yang singkat, belum memungkinkan perkembangan tanah.
1|
8. Perubahan yang dratis dari vegetasi. Kalau pohon-pohon cemara yang
mempengaruhi pembentukan tanah Spodosol (Podsol) diganti dengan tumbuhan
berdaun lebar, maka profil Spodsol dapat berubah menjadi Entisol dalam waktu
kurang dari satu abad (Hole, 1976) Beberapa macam proses pembentukan tanah
mungkin mulai berjalan, tetapi belum dapat menghasilkan horizon penciri horizon
tertentu yang dapat digolongkan ke dalam ordo tanah lain selain Entisol.
Karakteristik
Entisol mempunyai kejenuhan basa yang bervariasi, pH dari asam, netral sampai
alkalin, KTK juga bervariasi baik untuk horison A maupun C, mempunyai nisbah C/N <
20% di mana tanah yang mempunyai tekstur kasar berkadar bahan organik dan nitrogen
lebih rendah dibandingkan dengan tanah yang bertekstur lebih halus. Hal ini disebabkan
oleh kadar air yang lebih rendah dan kemungkinan oksidasi yang lebih baik dalam tanah
yang bertekstur kasar juga penambahan alamiah dari sisa bahan organik kurang daripada
tanah yang lebih halus. Meskipun tidak ada pencucian hara tanaman dan relatip subur,
untuk mendapatkan hasil tanaman yang tinggi biasanya membutuhkan pupuk N, P dan K
(Munir, 1996).
Pengelolaan
Potensi
Banyak tanah entisol yang digunakan untuk usaha pertanian, misalkan didasrah
endapan sungai atau daerah rawa-rawa pantai. Tanah entisol berasal dari bahan alluvium
umumnya merupakan tanah subur. Digunakan pula sebagai areal persawahan.
Memelihara tambak perikanan, bandeng, gurame cukup memberikan produksi.
Permasalahan
Pengawasan tata air termasuk perlindungan terhadap banjir, drainase dan irigasi.
Tekstur tanahnya sangat variebel, baik vertical maupun horisontal, jika banyak
mengandung lempung tanahnya sukar diolah dan menghambat drainase. Perbaikan
drainase didaerah rawa-rawa menyebabkan munculnya cat clay yang sangat masam
akibat oksidasi sulfida menjadi sulfat. Tanah yang berasal dari Bengawan Solo dan
sungai berasal dari pegunungan karst (gunung sewu) umumnya kekurangan unsur phosfor
dan Kalium.
Perbaikan
2|
B. Inceptisols
Pengertian
Inceptisol adalah tanah yang belum matang (immature) yang perkembangan profil
yang lebih lemah dibanding dengan tanah matang dan masih banyak menyerupai sifat
bahan induknya (Hardjowigeno,1993). tanah yang dapat memiliki epipedon okhrik dan
horison albik seperti yang dimiliki tanah entisol juga yang menpunyai beberapa sifat
penciri lain ( misalnya horison kambik) tetapi belum memenuhi syarat bagi ordo tanah
yang lain.
Pembentukan
Karakteristik
Inceptisol mempunyai karakteristik dari kombinasi sifat – sifat tersedianya air
untuk tanaman lebih dari setengah tahun atau lebih dari 3 bulan berturut – turut dalam
musim – musim kemarau, satu atau lebih horison pedogenik dengan sedikit akumulasi
bahan selain karbonat atau silikat amorf, tekstur lebih halus dari pasir geluhan dengan
beberapa mineral lapuk dan kemampuan manahan kation fraksi lempung ke dalam tanah
tidak dapat di ukur. Kisaran kadar C organik dan Kpk dalam tanah inceptisol sangat lebar
dan demikian juga kejenuhan basa. Inceptisol dapat terbentuk hampir di semua tempat
kecuali daerah kering mulai dari kutup sampai tropika. (Darmawijaya, 1990).
Tanah inceptisol memiliki kadar alumunium dan kadar zat besinya tinggi.
Keasaman yang terkandung pada tanah ini adalah 5-7 dengan tingkat kejenuhan 72 %,
oleh karena itu tanah ini memiliki tingkat keasaman sedang.
3|
4. Tekstur tanahnya gempur, memiliki ph 5-7
5. Memiliki bahan organik yang tinggi yaitu 10%-30%
6. Memiliki unsur hara yang sedang sampai tinggi
7. Produktivitas tanah sedang sampai tinggi.
Pengelolaan
Potensi
Pada dasarnya tanah ini dapat dimanfaatkan untuk usaha pertanian, yaitu melalui
teras siring atau dengan budidaya tanaman tahunan yang lebih kuat dalam mengikat
tanah. Tanaman pertanian dapat disisipkan dalam sela-sela tanaman tahunan. Potensi lain
adalah dengan memanfaatkan lahan ini untuk usaha penghijauan.
Permasalahan
Karena tanah alfisols termasuk tanah yang masih muda dan perkembangan tanah
belum lama, sehingga kandungan bahan organik dan unsur hara dalam tanah kurang
tersedia, maka solumnya dangkal (10-15 cm) dari permukaan dan di bawahnya
merupakan lapisan batuan. Rendahnya kedalaman solum menyebabkan perkembangan
akar terhambat sehingga tanaman kurang baik pertumbuhannya. Topografi daerah yang
miring menyebabkan rawan terhadap erosi dan tanah aluvial ini kemampuan untuk
mengikat air cukup rendah, sehingga saat kemarau terlihat kering atau tandus.
Perbaikan
4|
C. Alfisols
Pengertian
Tanah Alfisol adalah tanah yang berkembang di daerah hutan humid, di mana
perpindahan lempung menghasilkan horizon Bt, yang mengandung 20% atau lebih
daripada horizon A, dan tanahnya cukup mengalami pencucian dalam pelapukan.
Akumulasi liat dalam horizon organic b (Bt) dapat menyebabkan kapasitas tukar kation
horizon B maksimum pada sejumlah tanah. Reaksi tanah bervariasi antara masam hingga
netral (Foth, 1998). Alfisol dicirikan oleh horizon elluviasi dan illuviasi yang jelas.
Pembentukan
5|
mineral resisten seperti kuarsa menjadi lebih banyak di horizon A dan rasio SiO2/R2O3
menjadi lebih besar dari Bt.
5. Pengendapan argillan
Terjadinya pengendapanliat bersama seskuioksida dan bahan organic di horizon
Bt disebabkan oleh beberapa hal, yaitu:
a) Air perkolasi tidak cukup banyak sehingga tidak dapat meresap lebih jauh ke
dalam tanah.
b) Butir-butir tanah yang mengembang, menutup pori-pori tanah sehingga air
perkolasi lambat bergerak.
c) Penyaringan oleh pori-pori halus yang tersumbat.
d) Plokulasi liat bermuatan negatif oleh besi oksida yang bermuatan positif di
horizon Bt dan oleh kejenuhan basa yang lebih tinggi di bagian solum. Curah
hujan yang tinggi setelah kemarau panjang mendorong pembentukan Alfisol.
Pada beberapa jenis Alfisol, liat di horizon argilik terbentuk in situ dari
pelapukan bahan induk.
Alfisol ditemukan di banyak zone iklim, tetapi yang utama adalah di daerah
beriklim sedang yang bersifat humid atau ubhumid, dengan bahan induk relatif muda dan
stabil paling sedikit selama beberapa ribu tahun. Oleh karena itu Alfisol adalah tanah
yang relative muda, masih banyak mengandung mineral primer yang mudah lapuk,
mineral liat kristalin dan kaya unsur hara. Di daerah tropika ditemukan di tempat yang
lebih muda dari pada daerah-daerah Ultisol dan Oxisol, atau di tempat-tempat dengan
bahan induk mafic.
Alfisol ditemukan di daerah-daerah datar sampai berbukit. Proses pembentukan
alfisol di Iowa memerlukan waktu 5000 tahun (Arnold dan Riecken, 1964) karena
lambatnya proses akumulasi liat untuk membentuk hodison agrilik. Alfisol terbentuk di
bawah vegetasi hutan berdaun lebar (deciduous).
Pada tanah Alfisol, pH tanah rendah yaitu 30%) dan berbukit (kelerengan
15−30%), dengan luas masing-masing 51,30 juta ha dan 36,90 juta ha. Lahan kering
berlereng curam sangat peka terhadap erosi. Tanah yang termasuk ordo Oxisol
merupakan tanah tua sehingga mineral mudah lapuk tinggal sedikit.
Tanah ini juga didominasi oleh mineral liat kaolinit dan oksida-oksida besi dan
alumunium tinggi. Dapat dicirikan dengan oleh tingkat kemasaman yang tinggi, level
unsur-unsur Ca, K dan Mg rendah, Defisiensi unsur N, P, K, Ca dan Mg umum dijumpai
di lapang, kadar lengas dan kapasitas simpan lengas tanah rendah dan rentan terhadap
erosi.
6|
Kandungan liat tinggi tetapi tidak aktif sehingga kapasitas tukar kation (KTK)
rendah, yaitu kurang dari 16 me/100 g liat. Banyak mengandung oksida-oksida besi atau
oksida Al. Tanah ini juga didominasi oleh mineral liat kaolinit dan oksida-oksida besi dan
alumunium tinggi. Tanah ini menunjukkan batas-batas horison yang tidak jelas. Padanan
dengan sistem klasifikasi lama adalah termasuk tanah Latosol (Latosol Merah & Latosol
Merah Kuning), Lateritik, atau Podzolik Merah Kuning.
Pengelolaan
Potensi
Pada dasarnya tanah ini dapat dimanfaatkan untuk usaha pertanian. Tapi karena
mempunyai kemiringan yang ekstrim curam maka daerah ini hanya perlu di tanami
tanaman keras (tanaman keras) seperti pohon jati, pinus atau cemara untuk
mengantisipasi adanya erosi yang cukup berat.
Permasalahan
Tanah alfisols termasuk tanah yang masih muda dan perkembangan tanah belum
lama, sehingga kandungan bahan organik dan unsur hara dalam tanah kurang tersedia,
maka solumnya dangkal (10-15 cm) dari permukaan dan di bawahnya merupakan lapisan
batuan. Rendahnya kedalaman solum menyebabkan perkembangan akar terhambat
sehingga tanaman kurang baik pertumbuhannya. Topografi daerah ini yang ekstrim
curam menyebabkan rawan terhadap erosi karena tanah aluvial ini kemampuan untuk
mengikat air cukup rendah.
Perbaikan
Dalam mengatasi lajunya erosi di daerah ini dilakukan konservasi dengan
melakukan sistem pertanian agroforesty dengan menanam tanaman tahunan dengan
disisipi oleh tanaman pangan seperti tanaman legume (kacang-kacangan ) sebagai
tanaman penutup lahan sehingga erosi dapat ditekan. Dengan penambahan sisa organik
dapat meningkatkan kelengasan tanah karena sisa organik yang terdekomposisi menjadi
bahan organik mempunyai kemampuan menyerap air yang tinggi dan dapat menahan laju
erosi tanah karena air terserap oleh bahan organik.
D. Ultisols
Pengertian
Karakteristik
Tanah Ultisol memiliki kemasaman kurang dari 5,5 sesuai dengan sifat kimia,
komponen kimia tanah yang berperan terbesar dalam menentukan sifat dan ciri tanah
umumnya pada kesuburan tanah. Nilai pH yang mendekati minimun dapat ditemui
sampai pada kedalaman beberapa cm dari dari batuan yang utuh (belum melapuk).
Tanah-tanah ini kurang lapuk atau pada daerah-daerah yang kaya akan basa-basa dari air
tanah pH meningkat pada dan di bagian lebih bawah solum (Hakim,dkk. 1986)
Tanah Ultisol sering diidentikkan dengan tanah yang tidak subur, tetapi
sesungguhnya bisa dimanfaatkan untuk lahan pertanian potensial, asalkan dilakukan
pengelolaan yang memperhatikan kendala (constrain) yang ada pada Ultisol ternyata
dapat merupakan lahan potensial apabila iklimnya mendukung. Tanah Ultisol memiliki
tingkat kemasaman sekitar 5,5 (Munir, 1996).
E. Oksisols
Pengertian
9|
Tanah yang termasuk ordo Oxisol merupakan tanah tua sehingga mineral mudah
lapuk tinggal sedikit. Kandungan liat tinggi tetapi tidak aktif sehingga kapasitas tukar
kation (KTK) rendah, yaitu kurang dari 16 me/100 g liat. Banyak mengandung oksida-
oksida besi atau oksida Al. Berdasarkan pengamatan di lapang, tanah ini menunjukkan
batas-batas horison yang tidak jelas. Padanan dengan sistem klasifikasi lama adalah
termasuk tanah Latosol (Latosol Merah & Latosol Merah Kuning), Lateritik, atau
Podzolik Merah Kuning.
Pembentukan Tanah
Tanah oxsisol atau tanah latosol merah atau dapat juga dikenal dengan tanah
Ferrasols. Tanah ini termask tanah tua yang telah mengalamu proses pelapukan lebih
lanjut yaitu dicirikan dengan adanya horison oksik yang tebal. Pelapukan intensif dalam
waktu yang sangat panjang mengakibatkan pelindian basa dan silica, pelonggokan nisbi
sesquioksida (oksida besi dan aluminium) dan pembentukan lempung kaolinit (lempung
berkisi 1:1)
Proses pembentukan tanah yang utama pada oxisols adalah proses desilikasi dan
konsentrasi besi bebas dan kadang-kadang gibsit yang kemudian mempengaruhi jenis
mineral dominan pada tanah mineral mudah lapuk termasuk adalah terjadinya
dekomposisi hampir seluruh mineral mudah lapuk termasuk mineral liat 2:1, kecuali
mineral liat peralihan 2:1 – 2:2.
Tanah oxisol memiliki ciri-ciri sebagai berikut:
1. Warna tanahnya merah hingga kuning, sehingga sering disebut tanah merah.
2. Tanah latosol yang mempunyai sifat cepat mengeras bila tersing kap atau berada di udara
terbuka disebut tanah laterit.
3. kejenuhan basa kurang dari 50 %, umumnya mempunyai epipedon kambrik dan horison
kambik.
4. mengalami pencucian dan pelapukan lanjut, berbatas horizon baur, sehingga kandungan
mineral primer dan unsure hara rendah,
5. konsistensi gembur dengan stabilitas agregat kuat dan terjadi penumpukan relative
seskwioksida di dalam tanah akibat pencucian silikat.
6. Tanah dengan kadar liat lebih dari 60 %, remah sampai gumpal, gembur, warna tanah
seragam dengan dengan batas-batas horison yang kabur, solum dalam (lebih dari 150
cm).
Pengelolaan Tanah
Potensi
Jika dilihat dari kesuburan alami, tanah Oxisol yang telah mengalami pelapukan
lanjut di daerah kering, biasanya tidak digunakan dalam pengelolaan tanah untuk
10 |
pertanian jika tanah-tanah dari ordo lain masih tersedia dalam memenuhi kebutuhan
pangan. Meskipun secara kesuburan alaminya rendah, Oxisol merupakan cadangan tanah
yang banyak jumlahnya dan masih dapat dimanfaatkan untuk memenuhi kebutuhan
pangan manusia. Pemanfaatan Oxisol diantaranya untuk perladangan pertanian sub
sistem, penggembalaan dengan intensitas rendah dan perkebunan yang intensif seperti
perkebunan tebu, nanas, pisang, kopi serta beberapa Oxisol pada daerah basah.
Permasalahan
Tanah jenis oxisols merupakan salah satu jenis tanah yang penting dalam bidang
pertanian, tetapi keadaan kimiawinya sangat miskin, bukan saja karena kapasitas
pertukaran kation yang rendah melainkan juga karena kahat basa Ca, Mg, K, kuat
menyemat P dan persentase Al tertukarkan tinggi. Oleh karena itu, tanah ini memerlukan
pemupukan dan sering pula membutuhkan gamping dan beberapa unsir lain seperti Zn
dan S.
Perbaikan
Dalam pengelolaan tanah Oxisol adalah halus memperhatikan sejauh mana faktor-
faktor tersebut mempengaruhi tanah tersebut. Untuk tanah Oxisol di lokasi proses
pedogenesisnya adanya proses desilikasi sebagai akibat kondisi iklim Tuntang ini, seperti
yang telah dipaparkan di atas terlihat bahwa dengan kemiringan 2 % dan tingkatan erosi
ringan, namun proses desilikasi yang berpengaruh besar yng berakibat pencucian
mineral-mineral khususnya silika dan pembentukan plinthite sehingga unsur hara alami
yang ada secara berangsur-angsur ikut tercuci. Untuk itu dalam pengelolaannya untuk
perkebunan atau tegalan yaitu :
1. Agar erosi tetap dalam kategori ringan adalah permukaan tanah tertutup oleh
penutup tanah, seperti apa yang ada di lokasi Tuntang vegetasi yang sudah ada
seperti jati, mahoni, kelapa, dan durian sudah cukup baik untuk menjaga kondisi
permukaan tanah.
2. Sedangkan untuk perkebunan dan tegalan, dikarenakan kandungan unsur hara
alami pada umumnya tanah Oxisol adalah rendah maka perlu diperhatikan
pemasukan unsur hara dari luar. Hal itu sangat penting untuk peningkatan unsur
hara yang ada di dalam tanah.
Secara umum pengelolaan tanah di Tuntang sudah cukup baik hanya perlu
peningkatan vegetasi yang ada semisal jika untuk perkebunan yang intensif adalah
dengan tanaman tebu, nenas, pisang dan kopi. Dan juga penanaman tanaman keras seperti
11 |
jati dan mahoni bisa dikatakan tepat sebab tanaman seperti itu mempunyai sistem
perakaran yang baik dalam serta mempunyai siklus BO yang baik.
F. Vertisols
Pengertian
Tanah yang termasuk ordo Vertisol merupakan tanah dengan kandungan liat
tinggi (lebih dari 30%) di seluruh horison, mempunyai sifat mengembang dan mengkerut.
Kalau kering tanah mengkerut sehingga tanah pecah-pecah dan keras. Kalau basah
mengembang dan lengket. Padanan dengan sistem klasifikasi lama adalah termasuk tanah
Grumusol atau Margalit.
Pembentukan
Terbuat dari bahan yang dari dasar ke permukaan sering menimbulkan microrelief
dikenal sebagai gilgai. Vertisols biasanya terbentuk dari batuan yang sangat dasar seperti
basalt di iklim yang lembab musiman atau tidak menentu kekeringan dan banjir, atau
untuk drainase terhambat. Tergantung pada bahan induk dan iklim, mereka dapat berkisar
dari abu-abu atau merah untuk yang lebih dikenal dalam hitam (dikenal sebagai bumi
hitam di Australia, dan tanah kapas hitam di Afrika Timur).
Tanah Vertisol memiliki kapasitas tukar kation dan kejenuhan basa yang tinggi.
Reaksi tanah bervariasi dari asam lemah hingga alkaline lemah; nilai pH antara 6,0
sampai 8,0. pH tinggi (8,0-9,0) terjadi pada Vertisol dengan ESP yang tinggi (Munir,
1996).
Vertisol menggambarkan penyebaran tanah-tanah dengan tekstur liat dan mempunyai
warna gelap, pH yang relatif tinggi serta kapasitas tukar kation dan kejenuhan basa yang
juga relatif tinggi. Vertisol tersebar luas pada daratan dengan iklim tropis dan subtropis
(Munir, 1996).
Pengelolaan
Potensi
Prospek pemanfaatan vertisol relatif lebih sesuai jika dimanfaatkan sebagai areal
persawahan, hanya saja pembuatan jaringan irigasi harus dibuat terlebih dahulu jika
disekitarnya ada sumber air atau sungai. Dengan mengatur drainase, irigasi dan
pengelolaan tanah disertai pemupukan bahan organik untukmemperbaiki struktur tanh,
jenis tanah ini dapat memberikan hasil padi, jagung, kapas, kacang tanah dan tebu dan
bebarapa tanaman perdagangan dataran rendah yang cukup baik seperti singkong dan
pepaya.
Permasalahan
Vertisol merupakan tanah prospek pemanfaatannya cukup baik, akan tetapi yang
menjadi kendala adalah dalam hal pengelolaan tanahnya yang relatif cukup sulit. Tanah
ini bersifat lekat dan liat bila basah dan sangat keras dalam keadaan kering. Walaupun
demikian tekstur tanah sangat halus, derajat kerut yang nyata dan pengembungannya
yang merupakan ciri mereka menyebabkan mereka kurang sesuai untuk pertanaman
daripada daerah disekitarnya. Kalau mereka mengering sehabis hujan, waktu untuk
dibajak atau diolah sangat pendek. Untuk pengelolaannya tidak dapat dilaksanakan tepat
pada waktunya dan mereka terbataas pada penggunaan alat kecil, sederhana karena
hewan mereka tidak dapat menarik alat besar ditanah berat.Selain pengelolaan yang
berat, tanah ini miskin unsur hara N dan K, karena kedua unsur hara tersebut terjepit
dalam interlayer, yaitu merupakan ruang antara dua lembaran tetrahedral dengan
octahedral (2:1) yang mempunyai diameter sama dengan diameter N dan K, sehingga N
dan K akan terjepit didalamnya, akibatnya tanah ini menjadi kahat N dan K.
Perbaikan
Dalam pengolahan tanahnya yang relatif cukup sulit, maka harus diketahui
keadaan kelengasan tanah paa lapisan permukaan yang memungkinkan untuk dilakukan
pengolahan tanah, karena sifat fisik tanah vertisol yang jelas adalah konsistensi yang
13 |
keras, sehingga untuk mengolah tanah tidak dapat menggunakan cangkul. Penggunaan
traktor dan lain-lain peralatan mekanik memungkinkan untuk melakukan persiapan lahan
baik untuk pembibitan maupun penanaman.
G. Histosols
Pengertian
Pembentukan
Terbentuk dari sisa-sisa tumbuhan, sampah hutan, atau lumut yang cepat
membusuk yang terdekomposisi dan terendapkan dalam air. Kebanyakan selalu dalam
keadaan tergenang sepanjang tahun, atau telah didrainase oleh manusia. Histosol sama
halnya dengan tanah rawa, tanah organic dan gambut. Proses Pembentukan Tanah
gambut terbentuk karena laju akumulasi bahan organik melebihi proses mineralisasi yang
biasanya terjadi pada kondisi jenuh air yang hampir terus menerus sehingga sirkulasi
oksigen dalam tanah terhambat. Hal tersebut akan memperlambat proses dekomposisi
bahan organik dan akhirnya bahan organik itu akan menumpuk (Chotimah, 2002).
Karakteristik
Jenis tanah Histosol merupakan tanah yang sangat kaya bahan organik keadaan
kedalaman lebih dari 40 cm dari permukaan tanah. Umumnya tanah ini tergenang air
dalam waktu lama sedangkan didaerah yang ada drainase atau dikeringkan ketebalan
bahan organik akan mengalami penurunan (subsidence). Bahan organik didalam tanah
dibagi 3 macam berdasarkan tingkat kematangan yaitu fibrik, hemik dan saprik. Fibrik
14 |
merupakan bahan organik yang tingkat kematangannya rendah sampai paling rendah
(mentah) dimana bahan aslinya berupa sisa-sisa tumbuhan masih nampak jelas. Hemik
mempunyai tingkat kematangan sedang sampai setengah matang, sedangkan sapri tingkat
kematangan lanjut.
Pengelolaan
15 |
membagi perhatian antara kepentingan ekonomi dan kepentingan lingkungan, terutama
pada saat Indonesia berada dalam kondisi sangat membutuhkan investasi dan penggerak
roda pembangunan, meskipun pada saat yang sama Indonesia telah menyatakan untuk
mengadopsi konsep pembangunan berkelanjutan.
H. Andisols
Pengertian
Pembentukan Tanah
Proses pembentukan tanah yang utama pada andisol adalah proses pelapukan dan
transformasi (perubahan bentuk). Proses pemindahan bahan (translokasi) dan
penimbunan bahan-bahan tersebut di dalam solum sangat sedikit. Akumulasi bahan
organic dan terjadinya kompleks bahan organik dengan Al merupakan sifat khas pada
beberapa Andisol. Pelapukan mineral aliminium silikat primer telah berlanjut hanya
sampai pada pembentukan mineral “short range order” seperti alophan, imogolit, dan
ferihidrit.tingkat pelapukan seperti ini sering dikatakan sebagai tingkat peralihan antara
tanah vulkanik yang belum dilapuk dengan tanah vulkanik yang lebih melapuk.
Walaupun demikian pada keadaan lingkungan tertentu mineral-mineral “short range
order” cukup stabil sehingga tidak atau lambat sekali berubah menjadi mineral lain.
Karakteristik
Tanah andisol atau yang lebih dikenal dengan istilah andosol rata-rata berwarna
kehitaman. Tekstir dari tanah jenis andisol atau andosol beragam. Tanah ini bisa
berbentuk tanah liat dan tanah lempung yang teksturnya kasar. Zat yang terkandung
didalamnya sebagian besar adalah abu vulkanik dari letusan gunung. Tanah ini banyak
dijumpai di daerah-daerah yang berada dekat gunung berapi.
Tanah andisol mempunyai unsur hara yang cukup tinggi hasil dari abu vulkanik.
Tanah ini sangat subur sehingga tanah jenis ini baik untuk ditanami. Selain unsur hara,
tanah andisol memiliki kandungan zat-zat organic yang berada di lapisan tengah dan atas
sementara pada bagian tanah sangat sedikit unsure hara dan zat organiknya. Selain itu,
16 |
tanah ini mampu mengikat air dalam jumlah yang tinggi, kandungan karbonnyapun
sangat tinggi dibandingkan tanah yang lain.
Pengelolaan Tanah
Potensi
Tanah Andisols merupakan tanah yang cukup subur. Di Indonesia, tanah utama
yang banyak dimanfaatkan untuk perkebunan teh dan kopi, untuk tanaman holtikultura.
Tanah andisols ini juga berpotensi untuk tanaman semusim maupun tahunan selain itu
dapat untuk tanaman palawija dan padi ataupun untuk hutan lindung. Hal ini dikarenakan
Andisols merupakan tanah yang mengandung bahan organik cukup tinggi sehingga tanah
tersebut cukup baik dalam penyediaan nitrogen bagi tanaman.
Permasalahan yang paling menonjol pada tanah andisols adalah sifat kemampuan
menyerap dan menyimpan air yang tak pulih kembali seperti semula bila mengalamin
kekeringan. Hal ini disebabkan koloid amorf seperti abu vulkan dan bahan organic yang
mempunyai daya jerap air tinggi jika mengalami kekeringan sampai 15 atmosfir / lebih
film air yang terikat pada permukaan partikel akan menguap dan akan terjadi kontak
ikatan kimia antar partikel, sehingga tanah mengkerut dan bersifat irreversible, akibatnya
jika sudah mengalami kekeringan sulit untuk dibasahi kembali. Sehingga apabila
mengalami kekeringan rawan terhadap erosi air hujan.
Perbaikan
Untuk mengatasi masalah fiksasi P oleh alofan tersebut dapat dilakukan dengan
pemberian bahan organik segar yang berfungsi untuk menyediakan unsur hara yang
terdefisiensi tersebut bagi mikroorganisme, sehingga bahan-bahan organik akan
terdekomposisi menjadi asam-asam organik seperti asam humat yang akan berikatan
17 |
dengan Al bebas pada alofan menggantikan ion P yang terikat sehingga ion P akan
terlepas dan tersedia untuk diserap oleh akar tanaman bebas pada alofan menggantikan
ion P yang terikat sehingga ion P akan terlepas dan tersedia untuk diserap oleh akar
tanaman. Tanah Andisols tersusun dari partikel lepas sehingga tidak perlu diolah secara
berlebihan.
18 |