Malamnya, si A rewel tidak seperti biasanya. Tidak mau menyusu. Kejadian itu
berlangsung terus menerus hingga beberapa bulan lamanya. Tibalah waktunya si A
disapih, namun dia masih enggan makan. Sepanjang malam rewel tanpa sebab,
sehingga membuat badannya kurus kering. Sering sakit dan tidak lincah seperti
sebelumnya. Setelah periksa ke DSA (Dokter Spesialis Anak), sang Dokter pun
mengatakan tidak ada indikasi medis apapun.
Penyakit ‘Ain bukanlah penyakit medis, tetapi dapat mengganggu kesehatan orang
yang terkena ‘Ain. Yang paling rentan terkena penyakit ‘Ain adalah anak – anak dan
balita, karena mereka masih lemah dan belum bisa membentengi dirinya sendiri dari
pengaruh jahat di sekitarnya. Tidak menutup kemungkinan, akan menimpa orang
dewasa, ibu hamil, hewan, bahkan harta benda.
Dari Ilustrasi kasus di atas, terlihat jelas bahwa Ibu A tengah menceritakan tentang
kepintaran anaknya kepada Ibu B. Namun, kondisi anak Ibu B tidaklah lebih baik dari
Si A. Secara tersirat, Ibu B merasa iri dengan perkembangan Si A yang bagus. Dari
perbincangan inilah, panah hasad mengenai si A. Sehingga, menyebabkan
malamnya si A rewel. Padahal, dari lisannya meluncurkan pujian, namun disertai
rasa dengki, yang tentu saja, setan turut berperan dalam membidikkan panah ‘Ain,
hingga mengenai sasarannya.
Penyakit yang diderita anak-anak tidak semuanya bisa dideteksi dengan ilmu
kedokteran. Ada juga sebab syar’i yaitu penyakit ‘ain. Sebagaimana pernah terjadi di
zaman Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam. Beliau pernah melihat anak
perempuan di rumah Ummu Salamah istri beliau. Di wajah anak itu ada warna
kehitaman. Beliau kemudian berkata kepada Ummu Salamah,“Ruqyahlah dia, karena
dia terkena ‘ain.” (HR. Bukhari dan Muslim)
Ibnu Qoyyim rohimahulloh mengatakan bahwa penyakit ‘ain ada dua jenis, yaitu’ Ain
Insaniyah atau ‘ain yang disebabkan murni oleh pengaruh pandangan mata manusia
, dan ‘’Ain Jinniyah ‘ain yang disebabkan adanya campur tangan gangguan jin..
Dalam sebuah hadits yang dikeluarkan oleh Al-Bukhori dan Muslim serta yang
lainnya, diriwayatkan dari Ummu Salamah bahwa Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam
pernah melihat seorang budak wanita di rumahnya yang wajahnya terlihat kusam.
Beliau berkata, ”Ruqyah wanita ini, ia terkena ‘ain.”
Penyakit ‘ain itu benar-benar ada dan bukan khurafat yang dihubung-hubungkan
dengan pujian. Sebagaimana anggapan sebagian besar masyarakat Indonesia bahwa
pujian kepada seorang anak akan menyebabkan sakit. Jadi bukan pujian yang
menyebabkan dampak buruk bagi anak yang dipujinya, melainkan bermula dari
pandangan mata sang pemujinya, baik pujian itu karena ada rasa iri atau karena
benar-benar ada kekaguman.
Oleh karenanya, panah yang keluar dari mata adalah panah berupa ungkapan
tentang sifat seseorang, ia adalah racun lisan, buktinya adalah seorang yang buta
bisa menimpakan penyakit ‘ain kepada orang lain, dan Setan yang selalu mengintai
melahap ungkapan lisan yang tidak dibarengi dengan menyebut nama ALLAH
sehingga bisa berpengaruh pada jasad orang yang didengki dengan izin ALLAH jika
jasad tersebut tidak dibentengi (dengan Dzikir dan Wirid).
Namun terkadang pengaruh buruk ‘ain terjadi tanpa kesengajaan dari orang yang
memandang takjub terhadap sesuatu yang dilihatnya. Lebih dari itu pengaruh buruk
ini juga bisa terjadi dari orang yang hatinya bersih atau orang-orang yang sholih
sekalipun mereka tidak bermaksud menimpakan ‘ain kepada apa yang dilihatnya.
Hal ini pernah terjadi diantara para sahabat Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam,
padahal hati mereka terkenal bersih, tidak ada rasa iri atau dengki terhadap
sesamanya. Akan tetapi dengan izin Alloh dan takdirnya, pengaruh buruk ‘ain ini
dapat terjadi diantara mereka.
Ibnul Qayyim dalam Zaadul Ma’ad (4: 153) berkata,
وكثير من العائنين يؤثر في، بل قد يكون أعمى فيوصف له الشيء فتؤثر نفسه فيه وإن لم يره، ونفس العائن ل يتوقف تأثيرها على الرؤية
المعين بالوصف من غير رؤية
“’Ain bukan hanya lewat jalan melihat. Bahkan orang buta sekali pun bisa
membayangkan sesuatu lalu ia bisa memberikan pengaruh ‘ain meskipun ia tidak
melihat. Banyak kasus yang terjadi yang menunjukkan bahwa ‘ain bisa menimpa
seseorang hanya lewat khayalan tanpa melihat.”
Pada umumnya reaksi pengaruh pandangan mata ini lebih cepat terjadi kepada
orang-orang yang “kosong” dari dzikir kepada Allah swt. Allah berfirman di dalam
Alqur’an yang artinya: “Dan sesungguhnya orang-orang kafir itu benar-benar hampir
menggelincirkan kamu dengan pandangan mata mereka, tatkala mereka
mendengar Al-Qur’an dan mereka berkata : “Sesungguhnya ia (Muhammad) benar-
benar orang yang gila)”.” (QS. Al-Qalam : 51).
Imam Al-Qasthalani berkata : Apabila seseorang itu melihat sesuatu kepada orang
lain dengan penuh kekaguman (tanpa dibarengi dzikrullah) maka bisa terjadi suatu
bahaya kepada orang yang dipandangnya. Dan pandangan orang itu seperti panah
beracun yang siap untuk menikam korbannya!
8.) Basah pada kedua tangan dan kaki yang disertai dengan kesemutan, hati
bergetar, perasaan takut yang tidak normal, marah dan temperamental yang
berlebihan, sedih dan sempit di dalam dada.
3.) Tidak mau menyusu kepada ibunya tanpa sebab yang jelas
4.) Kondisi tubuh yang sangat kurus kering. Dari Jabir Radhiyallohu ‘anhu bahwa
Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam memberi rukhshoh (keringanan) bagi anak-
anak Ja’far memakai bacaan ruqyah dari sengatan ular. Beliau berkata kepada Asma’
binti Umais, ”Mengapa aku lihat badan anak-anak saudaraku ini kurus kering?
Apakah mereka kelaparan?” Asma’ menjawab : “Tidak, akan tetapi mereka tertimpa
‘Ain.” Kata beliau, ”Kalau begitu bacakan ruqyah bagi mereka!” (HR Muslim, Ahmad
dan Baihaqi).
2. Sebagaimana yang telah disebutkan oleh Imam Ibnul Qoyyim dalam Zadul Ma’ad
4/159, hendaknya para orang tua tidak menampakkan suatu kelebihan yang
menakjubkan yang dimiliki anak-anaknya yang dikhawatirkan akan mengundang
rasa iri atau kedengkian orang yang melihatnya. Lalu Ibnu qoyyim menukil atsar dari
Imam Baghowi bahwasanya pernah suatu ketika Utsman bin Affan Radhyallahu ‘anhu
melihat seorang anak kecil yang sangat elok rupanya lagi menawan, kemudian
Ustman berkata, “Tutupilah (jangan ditampakkan) lubang dagu (yang membuat
orang takjub) pada anak itu.” Maka keadaan seperti itu sangat dikhawatirkan akan
terjadinya pengaruh buruk ‘ain. Lebih-lebih kalau ada orang yang terkenal
mempunyai sifat iri dan dengki.
Upaya Apa Yang Harus Ditempuh Jika Anak Tertimpa Penyakit ‘Ain?
1.) Memandikan Pelaku ‘Ain
Jika telah diketahui pelaku ‘Ain-nya, maka perintahkanlah ia agar mandi kemudian
air yang dipakai mandi tersebut diambil dan disiramkan kepada orang yang terkena
‘Ain dari arah belakangnya.
Dari Umamah bin Sahl bin Hunaif, bahwasannya ayahnya telah menceritakan
kepadanya : Bahwa Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wasallam pergi bersamanya
menuju Makkah. Ketika sampai di satu celah bukit Kharar di daerah Juhfah, maka
Sahl bin Hunaif mandi. Ia adalah seorang yang yang berkulit sangat putih dan sangat
bagus. Maka ‘Amir bin Rabi’ah – kerabat Bani ‘Adi bin Ka’b – memandangnya ketika
ia sedang mandi. ‘Amir berkata : ‘Aku belum pernah melihat seperti sekarang, juga
tidak pernah melihat kulit wanita perawan bercadar’. Maka tiba-tiba Sahl jatuh
terguling (karena sakit. Maka datag Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wasallam dan
dikatakan kepada beliau : “Wahai Rasulullah, apa kira-kira yang terjadi pada Sahl ? Ia
(Sahl) tidak bisa mengangkat kepalanya dan sekarang ia belum juga sadar”.
Kemudian Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wasallam bertanya : “Apakah ada seseorang
yang kalian curigai ?”. Mereka berkata : “Amir bin Rabi’ah telah memandangnya”.
Kemudian Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wasallam memanggilnya lalu memarahinya
dan bersabda : ‘Mengapa salah seorang diantara kalian hendak membunuh
saudaranya ? Mengapa ketika kamu melihat sesuatu hal yang menakjubkanmu,
kamu tidak memberkahi ?”. Kemudian beliau berkata kepadanya : “Mandilah
untuknya !”. Kemudian ‘Amir mencuci mukanya, kedua tangannya, kedua sikunya,
kedua lututnya, jari-jari kedua kakinya, dan bagian dalam kainnya di dalam bejana.
Kemudian (air bekas mandi itu) disiramkan kepadanya (Sahl) oleh seseorang ke
kepalanya dan punggungnya dari arah belakangnya. Kemudian bejana tersebut
ditumpahkan isinya di belakangnya. Maka setelah hal itu dilakukan, Sahl kembali
bersama orang-orang dalam keadaan tidak kurang suatu apa (sehat kembali). ” (HR.
Ahmad, Malik, dan Nasa’i)
Bisa juga pelaku ‘Ain cukup berwudhu saja dan kemudian air bekas wudhunya
dipakai mandi oleh orang yang terkena ‘Ain.
2.) Meruqyahnya dan Meletakan tangan ke atas kepala penderita ‘Ain dengan
membaca :
ك بميسمم ام أليرقميي ل
ك س أليو لعييةن لحامسةد اك يليشفميي ل
ك ممين لشلر ككلل نليف ة بميسمم ام أليرقميي ل
ك ممين ككلل لشييةء يكيؤمذيي ل
“Dengan nama ALLAH, aku meruqyahmu dari setiap sesuatu yang menyakitimu dan
dari kejelekan setiap jiwa atau mata yang dengki. ALLAH-lah yang
menyembuhkanmu. Dengan nama ALLAH aku meruqyahmu.” (HR. Muslim)
ي لعييةن ك لوممين ككلل لداةء يليشفميي ل
ك لوممين لشلر لحامسةد إملذا لحلسلد لوممين لشلر مذ ي بميسمم ام يكيبمريي ل
4.) Membacakan pada air (dengan bacaan –bacaan ruqyah yang syar’i) disertai
tiupan, dan kemudian meminumkan pada penderita,dan sisanya disiramkan ke
tubuhnya. Hal itu pernah dilakukan Rasulullah shollallhu alaihi wa sallam kepada
Tsabit bin Qois. (HR. Abu Daud)
5.) Dibacakan (bacaan) pada minyak dan kemudian minyak itu dibalurkan. (HR
Ahmad). Jika bacaan itu dibacakan pada air zam-zam,maka yang demikian itu lebih
sempurna jika air zam-zam itu mudah diperoleh atau kalau tidak, boleh juga dengan
air hujan.
Rasullullah shallallahu alaihi wa sallam bersabda : “Jika salah seorang dari kalian
melihat sesuatu yang menakjubkan dari saudaranya, pada dirinya atau pada
hartanya, maka doakan keberkahan padanya, karena sesungguhnya penyakit ain itu
haq (benar). (HR Ahmad).
Di antara cara mendoakan keberkahan terhada apa yang dilihatnya adalah :
ك م
اك مفيمه اللمهكمم لبالر ل
اللمهكمم لبامريكلعللييمه
اللمهكمم لبامريكللهك
2. Hendaknya Mengucapkan :
Mengalungkan anak dengan Jimat, Penangkal Tolak Bala, dan lain sebagainya. Ini
juga termasuk perbuatan syirik dan hanya akan melemahkan si anak dan orang tua
karena berlindung pada sesuatu selain ALLAH Subhanahu wa Ta’ala. Dan sungguh,
amat dashyat ancaman bagi Pelaku Syirik. Yaitu Dosa Besar Menyekutukan ALLAH
dengan selainNya, serta tidak akan diampuni hingga Pelakunya benar – benar
bertaubat.
Apakah Memajang Foto Di Facebook Dapat Menyebabkan Penyakit ‘Ain?
Terkena ain tidak harus dengan cara melihat langsung korban ain. Namun bisa juga
terjadi dengan membayangkan atau mengkhayalkan apa yang disampaikan
kepadanya. Termasuk dengan melihat foto atau gambar korban ain tersebut.
”Jiwa orang yang menjadi penyebab ain bisa menimbulkan ain, tanpa harus dengan
melihat. Bahkan terkadang ada orang buta, kemudian diceritakan tentang sesuatu
kepadanya, lalu jiwanya bisa menimbulkan ain, meskipun dia tidak melihat sesuatu
itu. Dan ada banyak penyebab ain yang bisa menjadi sebab terjadinya ain, hanya
dengan cerita tanpa melihat langsung.” (Zadul Ma’ad, 4/149)
Setelah membawakan keterangan Ibnul Qooyim di atas, dalam Fatwa
Islam dinyatakan,
نسأل ا السلمة والعافية، وقد يسمع أوصافه فيصيبه بعينه، وبهذا يتبين أن العائن قد ينظر إلى صورة الشخص في الحقيقة أو في التلفاز
“Berdasarkan keterangan di atas, jelaslah bahwa penyebab ain bisa jadi ketika
melihat gambar seseorang atau melalui televisi, atau terkadang hanya mendengar
ciri-cirinya, kemudian orang itu terkena ain. Kita memohon keselamatan kepada
Allah.”
وهذا من الضعف، أو جاءه خير، ويظن أنه سيصاب بالعين كلما رزق نعمة، وننبه إلى أن بعض الناس يستسلم للوساوس والهواجس
ويداوم على، ويعتصم به، فعليه أن يتوكل على ربه، فإن المؤمن لديه من السلحة ما يتحصن بها من شر العين والحسد والسحر، والعجز
الذكر الواقي من تلك الشرور
”Kami ingatkan, sebagian orang telah menjadi korban was-was dan bisikan. Dia
selalu dihantui dengan perasaan seolah terkena ain ketika mendapat rizki atau
mendapat kabar baik. Semacam ini termasuk kelemahan mental. Karena setiap
mukmin memiliki senjata yang bisa dia gunakan untuk melindungi dari ain, hasan
dan sihir. Karena itu, selayaknya dia bertawakkal kepada Allah, memohon
perllindungan kepadanya, dan merutinkan dzikir sebagai benteng dari semua
kejahatan tersebut.” (Fatwa Islam, no. 122272)
Sebagai bentuk kehati – hatian, sebaiknya tidak memajang foto Bayi, anak – anak,
maupun Wanita di Facebook.
Sikap Terbaik Dalam Menyikapi Bahaya ‘Ain
Perlulah kita selalu mengingat, bahwa sekalipun kita mengetahui bahaya ‘ain
memiliki pengaruh besar dan berbahaya, namun tidaklah semua dapat terjadi
kecuali dengan ijin ALLAH Subhanahu wa Ta’ala. Dan kita sebagai orang Islam
tidaklah berlebihan dalam segala sesuatu. Termasuk dalam masalah ‘ain ini, maka
seseorang tidak boleh berlebihan dengan menganggap semua kejadian buruk
berasal dari ‘ain, dan juga tidak boleh seseorang menganggap remeh dengan tidak
mempercayai adanya pengaruh ‘ain sama sekali dengan menganggapnya tidak
masuk akal. Ini termasuk pengingkaran terhadap hadits-hadits shahih
Nabi shalallahu ‘alaihi wasallam. Sikap yang terbaik bagi seorang muslim adalah
berada di pertengahan, yaitu mempercayai pengaruh buruk ‘ain dengan tidak
berlebihan sesuai dengan apa yang dikabarkan Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi
wa sallam.
Wallahu a’lam bishawab