Anda di halaman 1dari 12

Bahaya Penyakit ‘Ain (Pengaruh Pandangan

Mata Dengki atau Takjub)


 01/01/2016Updated: 02/01/2016 05:41:02
 AuthorMaryam Imran
3
Akhwatmuslimah.com – Ibu A : “Ini loh, anak saya belum genap dua tahun paling
pintar diantara teman – teman sebayanya. Sudah bisa lari – lari, udah pinter
ngomong, makannya lahap, makanya badannya montok. Duh, senengnya…”
Ibu B : “Baguslah, iya Si A emang pinter ya? Anak saya malah baru bisa jalan lebih
dari 15 bulan. Makannya juga susah banget nih…”

Malamnya, si A rewel tidak seperti biasanya. Tidak mau menyusu. Kejadian itu
berlangsung terus menerus hingga beberapa bulan lamanya. Tibalah waktunya si A
disapih, namun dia masih enggan makan. Sepanjang malam rewel tanpa sebab,
sehingga membuat badannya kurus kering. Sering sakit dan tidak lincah seperti
sebelumnya. Setelah periksa ke DSA (Dokter Spesialis Anak), sang Dokter pun
mengatakan tidak ada indikasi medis apapun.

Apa itu Penyakit ‘Ain?


Secara harfiah, penyakit ‘Ain itu diambil dari kata ‘ana-Ya’inu (bahasa Arab) artinya
apabila ia menatapnya dengan matanya. Asalnya dari kekaguman orang yang
melihat sesuatu, kemudian diikuti oleh jiwanya yang keji, kemudian menggunakan
tatapan matanya itu untuk menyampaikan racun jiwanya kepada orang yang
dipandangnya. Sehingga, apa yang dilihat oleh hati yang hasad dapat
membahayakan orang lain.

Penyakit ‘Ain bukanlah penyakit medis, tetapi dapat mengganggu kesehatan orang
yang terkena ‘Ain. Yang paling rentan terkena penyakit ‘Ain adalah anak – anak dan
balita, karena mereka masih lemah dan belum bisa membentengi dirinya sendiri dari
pengaruh jahat di sekitarnya. Tidak menutup kemungkinan, akan menimpa orang
dewasa, ibu hamil, hewan, bahkan harta benda.

Dari Ilustrasi kasus di atas, terlihat jelas bahwa Ibu A tengah menceritakan tentang
kepintaran anaknya kepada Ibu B. Namun, kondisi anak Ibu B tidaklah lebih baik dari
Si A. Secara tersirat, Ibu B merasa iri dengan perkembangan Si A yang bagus. Dari
perbincangan inilah, panah hasad mengenai si A. Sehingga, menyebabkan
malamnya si A rewel. Padahal, dari lisannya meluncurkan pujian, namun disertai
rasa dengki, yang tentu saja, setan turut berperan dalam membidikkan panah ‘Ain,
hingga mengenai sasarannya.

Penyakit yang diderita anak-anak tidak semuanya bisa dideteksi dengan ilmu
kedokteran. Ada juga sebab syar’i yaitu penyakit ‘ain. Sebagaimana pernah terjadi di
zaman Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam. Beliau pernah melihat anak
perempuan di rumah Ummu Salamah istri beliau. Di wajah anak itu ada warna
kehitaman. Beliau kemudian berkata kepada Ummu Salamah,“Ruqyahlah dia, karena
dia terkena ‘ain.” (HR. Bukhari dan Muslim)

Ibnu Qoyyim rohimahulloh mengatakan bahwa penyakit ‘ain ada dua jenis, yaitu’ Ain
Insaniyah atau ‘ain yang disebabkan murni oleh pengaruh pandangan mata manusia
, dan ‘’Ain Jinniyah ‘ain yang disebabkan adanya campur tangan gangguan jin..
Dalam sebuah hadits yang dikeluarkan oleh Al-Bukhori dan Muslim serta yang
lainnya, diriwayatkan dari Ummu Salamah bahwa Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam
pernah melihat seorang budak wanita di rumahnya yang wajahnya terlihat kusam.
Beliau berkata, ”Ruqyah wanita ini, ia terkena ‘ain.”

Apakah Penyakit ‘Ain Benar Adanya?


Secara hakiki Penyakit ‘Ain itu benar adanya. Dari Ibnu Abbas Radhyallahu
‘anhumma, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “’Ain itu benar adanya,
andaikan ada sesuatu yang dapat mendahului taqdir maka ‘ain akan
mendahuluinya, dan apabila kalian diminta untuk mandi maka mandilah.” (HR.
Muslim).
“Al-‘Ain adalah benar yang didatangkan oleh syaitan, dan oleh kehasadan anak
adam.” (Imam Ahmad)

Penyakit ‘ain itu benar-benar ada dan bukan khurafat yang dihubung-hubungkan
dengan pujian. Sebagaimana anggapan sebagian besar masyarakat Indonesia bahwa
pujian kepada seorang anak akan menyebabkan sakit. Jadi bukan pujian yang
menyebabkan dampak buruk bagi anak yang dipujinya, melainkan bermula dari
pandangan mata sang pemujinya, baik pujian itu karena ada rasa iri atau karena
benar-benar ada kekaguman.

Bagaimana Cara Kerja Penyakit ‘Ain?


Ibnu Hajar berkata : “Sebagian orang merasa bingung, mereka bertanya:
‘Bagaimanakah cara kerja ‘ain sehingga bisa memudharatkan orang dari jarak yang
jauh?’. Sudah banyak sekali orang yang tertimpa sakit dan kekuatannya melemah
hanya karena pandangan mata, semua itu terjadi karena ALLAH menciptakan di
dalam unsur ruh suatu kekuatan yang bisa memberikan pengaruh, dan karena
pengaruh tersebut sangat berkaitan dengan mata maka pengaruh yang
ditimbulkannya disebut al-ain (mata), sebenarnya bukan mata yang memberikan
pengaruh akan tetapi yang sebenarnya terjadi adalah pengaruh ruh, maka
pandangan yang keluar melalui mata seorang (yang hasad atau kagum) adalah
panah maknawi yang jika mengenai suatu jasad yang tidak berperisai maka panah
tersebut akan mempengaruhi badan dan jika tidak berpengaruh berarti ia tidak
mengenai sasarannya akan tetapi kembali kepada pemiliknya, persis sama dengan
panah biasa”.Ilustrasi.

Oleh karenanya, panah yang keluar dari mata adalah panah berupa ungkapan
tentang sifat seseorang, ia adalah racun lisan, buktinya adalah seorang yang buta
bisa menimpakan penyakit ‘ain kepada orang lain, dan Setan yang selalu mengintai
melahap ungkapan lisan yang tidak dibarengi dengan menyebut nama ALLAH
sehingga bisa berpengaruh pada jasad orang yang didengki dengan izin ALLAH jika
jasad tersebut tidak dibentengi (dengan Dzikir dan Wirid).

Ibnu Qoyyim rohimahulloh mengatakan bahwa terkadang seseorang bisa


mengarahkan ‘ain kepada dirinya sendiri. Pelakunya termasuk jenis manusia yang
paling jahat.
Ibnu Jauzi berkata : “Pandangan baik yang bercampur dengan hasad, iri, dengki dan
kejelekan lainnya terjadi karena orang yang memandang tersebut memiliki tabiat
dan perilaku yang jelek, laksana sesuatu yang beracun (yang mulai mengalir di
dalam tubuh).”

Namun terkadang pengaruh buruk ‘ain terjadi tanpa kesengajaan dari orang yang
memandang takjub terhadap sesuatu yang dilihatnya. Lebih dari itu pengaruh buruk
ini juga bisa terjadi dari orang yang hatinya bersih atau orang-orang yang sholih
sekalipun mereka tidak bermaksud menimpakan ‘ain kepada apa yang dilihatnya.
Hal ini pernah terjadi diantara para sahabat Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam,
padahal hati mereka terkenal bersih, tidak ada rasa iri atau dengki terhadap
sesamanya. Akan tetapi dengan izin Alloh dan takdirnya, pengaruh buruk ‘ain ini
dapat terjadi diantara mereka.
Ibnul Qayyim dalam Zaadul Ma’ad (4: 153) berkata,
‫ وكثير من العائنين يؤثر في‬، ‫ بل قد يكون أعمى فيوصف له الشيء فتؤثر نفسه فيه وإن لم يره‬، ‫ونفس العائن ل يتوقف تأثيرها على الرؤية‬
‫المعين بالوصف من غير رؤية‬
“’Ain bukan hanya lewat jalan melihat. Bahkan orang buta sekali pun bisa
membayangkan sesuatu lalu ia bisa memberikan pengaruh ‘ain meskipun ia tidak
melihat. Banyak kasus yang terjadi yang menunjukkan bahwa ‘ain bisa menimpa
seseorang hanya lewat khayalan tanpa melihat.”

Pada umumnya reaksi pengaruh pandangan mata ini lebih cepat terjadi kepada
orang-orang yang “kosong” dari dzikir kepada Allah swt. Allah berfirman di dalam
Alqur’an yang artinya: “Dan sesungguhnya orang-orang kafir itu benar-benar hampir
menggelincirkan kamu dengan pandangan mata mereka, tatkala mereka
mendengar Al-Qur’an dan mereka berkata : “Sesungguhnya ia (Muhammad) benar-
benar orang yang gila)”.” (QS. Al-Qalam : 51).
Imam Al-Qasthalani berkata : Apabila seseorang itu melihat sesuatu kepada orang
lain dengan penuh kekaguman (tanpa dibarengi dzikrullah) maka bisa terjadi suatu
bahaya kepada orang yang dipandangnya. Dan pandangan orang itu seperti panah
beracun yang siap untuk menikam korbannya!

Bagaimana Cara Mengetahui Seseorang Terkena ‘Ain?


A. Pada Orang Dewasa Yang sehat Jasmani
1.) Kepala pusing

2.) Wajah yang menguning

3.) Banyak berkeringat

4.) Banyak Kencing

5.) Sering ingin muntah dan menguap

6.) Sedikit tidur atau banyak tidur

7.) Tidak mempunyai nafsu makan

8.) Basah pada kedua tangan dan kaki yang disertai dengan kesemutan, hati
bergetar, perasaan takut yang tidak normal, marah dan temperamental yang
berlebihan, sedih dan sempit di dalam dada.

9.) Nyeri pada bagian punggung dan antar kedua pundak

10.) Tidak bisa tidur pada waktu malam


Tanda – tanda di atas terkadang ada baik semua maupun sebagian, tergantung pada
kekuatan ‘ain tersebut dan banyaknya orang yang menyebabkan penyakit ‘ain,
sebagaimana tanda – tanda ini juga terdapat pada orang yang tidak terkena
penyakit ‘ain atau karena orang tersebut dijangkiti penyakit medis pada anggota
badan atau jiwanya.

B. Pada Bayi, Balita dan Anak – anak


1.) Tangisan yang tidak wajar yang tidak kunjung hentiAisyah Radhiyallahu ‘anha
berkata : “Suatu ketika Nabi masuk (rumahnya) kemudian mendengar bayi sedang
menangis. Beliau berkata,”Mengapa bayi kalian menangis? Mengapa tidak kalian
bacakan ruqyah – ruqyah (supaya sembuh) dari penyakit ‘ain?) (Shahihul jami’ 988
n0.5662)
2.) Kejang-kejang tanpa sebab yang jelas

3.) Tidak mau menyusu kepada ibunya tanpa sebab yang jelas

4.) Kondisi tubuh yang sangat kurus kering. Dari Jabir Radhiyallohu ‘anhu bahwa
Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam memberi rukhshoh (keringanan) bagi anak-
anak Ja’far memakai bacaan ruqyah dari sengatan ular. Beliau berkata kepada Asma’
binti Umais, ”Mengapa aku lihat badan anak-anak saudaraku ini kurus kering?
Apakah mereka kelaparan?” Asma’ menjawab : “Tidak, akan tetapi mereka tertimpa
‘Ain.” Kata beliau, ”Kalau begitu bacakan ruqyah bagi mereka!” (HR Muslim, Ahmad
dan Baihaqi).

Perbedaan ‘Ain dengan Sihir


1. Bahwa pengaruh ain lebih berbahaya dari sihir
2. Kasus sihir ada expirednya sedangkan ‘ain tidak
3. Kasus sihir sengaja dimaksudkan untuk mencelakakan, sedangkan al-‘ain tidak
dimaksudkan untuk mencelakai bahkan bisa timbul dari ayah/ibunya sendiri
4. Sihir tidak dilakukan kecuali oleh orang JAHAT… sedangkan al-‘Ain bisa melesat
dari mata orang yang SHALEH
5. Karena sangat bahayanya al-‘Ain sampai-sampaiRasulullah bersabda :
‫أكثر من يموت من امتي بعد قضاء ا و قدره بالعين‬
“Kebanyakan yang mati pada ummatku setelah qadha dan qadarnya Allah adalah
karena pengaruh pandangan mata jahat.” (HR. Bukhari)
Indikasi Penyakit karena ‘ain menurut ‘ulama’
1. Rasa sakit yang berpindah – pindah di badan
2. Sebagian besar penyakit kanker/tumor/benjolan
3. Penyakit asma
4. Lumpuh mendadak
5. Mandul
6. Diabetes
7. Tekanan darah tidak stabil
8. Datang bulan tidak teratur
9. Beberapa penyakit dalam seperti usus
10. Beberapa penyakit kejiwaan, seperti sempit hati, was-was, linglung, dsb
Ciri-ciri seseorang yang sudah terkena ‘ain
* Kepala pusing
* Rasa sakit kepala yang berpindah-pindah
* Warna wajah kekuning-kuningan, kadang kemerah-merahan bercampur hitam
* Banyak keluar keringat
* Sering buang air kecil
* Sering ingin muntah
* Tidak ada nafsu makan
* Kedua tangan dan kaki sering berkeringat disertai kesemutan
* Kesemutan
* Rasa panas / dingin di beberapa bagian tubuh
* Jantung berdebar
* Rasa sakit yg berpindah-pindah atau nyeri pada bagian. bawah punggung dan
bahu
* Rasa sedih
* Dada sesak
* Berkeringat di malam hari
* Rasa takut yang berlebihan
* Temperamental
* Sering cegukan
* Sering menguap dan Mendesah
* Menyendiri dan suka mengurung diri
* Rasa lemas dan malas
* Rasa ingin tidur terus atau sedikit tidur
* Susah tidur malam
* Badan kurus/susah gemuk
* Ada masalah kesehatan tanpa penyebab yang jelas dan sulit diobati secara medis
* Gatal-gatal pada kulit
* Anak tiba-tiba sering rewel sulit diatur
(Sumber diambil dari kitab “Min asbaabi daf’i al-bala’ karya syaikh Abdullah bin
Muhammad As Sadhan dan “Al Ma’iin Fii ‘Ilaaj As Sihr Wal Mass Wal ‘Ain karya syaikh
Abu ‘Azzam Musa)
Bagaimana Upaya Orang Tua Agar Anak Terhindar Dari Penyakit ‘Ain?
1. Hendaklah orang tua membiasakan diri mereka membentengi anak-anaknya dari
bahaya ‘ain dengan ruqyah-ruqyah (bacaan-bacaan) yang diajarkan dalam Islam.
Diriwayatkan dari Ibnu Abbas bahwa Nabi shallallahu allaihi wa sallam memohon
perlindungan ALLAH untuk Hasan dan Husain dengan doa :
‫طاةن لولهاممةة لوممين ككلل لعييةن للممةة‬
‫ام المتامممة ممين ككلل لشيي ل‬ ‫أكمعيكذككلما بملكلملما م‬
‫ت م‬

“U’idzukuma bi kalimaatillaahit taammati min kulli syaithonin wa haamatin wa min


kulli ‘ainin laamatin.”
“Aku berlindung kepada ALLAH untuk kalian berdua dengan kalimat – kalimat ALLAH
yang sempurna dari segala syaitan, binatang yang berbisa dan pandangan mata
yang jahat.” (HR. Abu Daud)

2. Sebagaimana yang telah disebutkan oleh Imam Ibnul Qoyyim dalam Zadul Ma’ad
4/159, hendaknya para orang tua tidak menampakkan suatu kelebihan yang
menakjubkan yang dimiliki anak-anaknya yang dikhawatirkan akan mengundang
rasa iri atau kedengkian orang yang melihatnya. Lalu Ibnu qoyyim menukil atsar dari
Imam Baghowi bahwasanya pernah suatu ketika Utsman bin Affan Radhyallahu ‘anhu
melihat seorang anak kecil yang sangat elok rupanya lagi menawan, kemudian
Ustman berkata, “Tutupilah (jangan ditampakkan) lubang dagu (yang membuat
orang takjub) pada anak itu.” Maka keadaan seperti itu sangat dikhawatirkan akan
terjadinya pengaruh buruk ‘ain. Lebih-lebih kalau ada orang yang terkenal
mempunyai sifat iri dan dengki.

3. Hendaklah para orang tua tidak berlebihan menceritakan kelebihan – kelebihan


atau kebaikan – kebaikan anaknya yang tidak dimiliki anak-anak lain, sehingga
mengundang rasa iri dan dengki siapa saja yang mendengarnya, kemudian berusaha
melihatnya, hingga ALLAH menakdirkan terjadinya pengaruh buruk ‘Ain tersebut.

Upaya Apa Yang Harus Ditempuh Jika Anak Tertimpa Penyakit ‘Ain?
1.) Memandikan Pelaku ‘Ain

Jika telah diketahui pelaku ‘Ain-nya, maka perintahkanlah ia agar mandi kemudian
air yang dipakai mandi tersebut diambil dan disiramkan kepada orang yang terkena
‘Ain dari arah belakangnya.
Dari Umamah bin Sahl bin Hunaif, bahwasannya ayahnya telah menceritakan
kepadanya : Bahwa Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wasallam pergi bersamanya
menuju Makkah. Ketika sampai di satu celah bukit Kharar di daerah Juhfah, maka
Sahl bin Hunaif mandi. Ia adalah seorang yang yang berkulit sangat putih dan sangat
bagus. Maka ‘Amir bin Rabi’ah – kerabat Bani ‘Adi bin Ka’b – memandangnya ketika
ia sedang mandi. ‘Amir berkata : ‘Aku belum pernah melihat seperti sekarang, juga
tidak pernah melihat kulit wanita perawan bercadar’. Maka tiba-tiba Sahl jatuh
terguling (karena sakit. Maka datag Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wasallam dan
dikatakan kepada beliau : “Wahai Rasulullah, apa kira-kira yang terjadi pada Sahl ? Ia
(Sahl) tidak bisa mengangkat kepalanya dan sekarang ia belum juga sadar”.
Kemudian Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wasallam bertanya : “Apakah ada seseorang
yang kalian curigai ?”. Mereka berkata : “Amir bin Rabi’ah telah memandangnya”.
Kemudian Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wasallam memanggilnya lalu memarahinya
dan bersabda : ‘Mengapa salah seorang diantara kalian hendak membunuh
saudaranya ? Mengapa ketika kamu melihat sesuatu hal yang menakjubkanmu,
kamu tidak memberkahi ?”. Kemudian beliau berkata kepadanya : “Mandilah
untuknya !”. Kemudian ‘Amir mencuci mukanya, kedua tangannya, kedua sikunya,
kedua lututnya, jari-jari kedua kakinya, dan bagian dalam kainnya di dalam bejana.
Kemudian (air bekas mandi itu) disiramkan kepadanya (Sahl) oleh seseorang ke
kepalanya dan punggungnya dari arah belakangnya. Kemudian bejana tersebut
ditumpahkan isinya di belakangnya. Maka setelah hal itu dilakukan, Sahl kembali
bersama orang-orang dalam keadaan tidak kurang suatu apa (sehat kembali). ” (HR.
Ahmad, Malik, dan Nasa’i)

Bisa juga pelaku ‘Ain cukup berwudhu saja dan kemudian air bekas wudhunya
dipakai mandi oleh orang yang terkena ‘Ain.

Dari ‘Aisyah radliyallaahu ‘anhu ia berkata : “Orang yang melakukan ‘Ain


diperintahkan agar berwudlu kemudian orang yang terkena ‘Ain mandi dari air
(bekas wudlu tadi).” (HR. Abu Dawud)
At-Tirmidzi menjelaskan : ”Pelaku ‘ain diperintahkan untuk mandi dengan
menggunakan air dalam baskom. Lalu meletakkan telapak tangannya di mulut dan
berkumur-kumur, lalu disemburkan ke dalam baskom tersebut. Baru setelah itu
membasuh wajahnya dengan air dalam baskom tersebut, lalu memasukkan tangan
kirinya dan mengguyurkan air ke lutut kanannya dengan air baskom tersebut.
Kemudian memasukkan tangan kanannya dan menyiramkan air baskom itu ke lutut
kirinya. Baru kemudian membasuh tubuh di balik kain, namun baskom itu tidak usah
diletakkan di atas tanah atau lantai. Setelah itu sisa air diguyurkan ke kepala orang
yang terkena ‘ain dari arah belakang satu kali guyuran.

2.) Meruqyahnya dan Meletakan tangan ke atas kepala penderita ‘Ain dengan
membaca :

‫ك بميسمم ام أليرقميي ل‬
‫ك‬ ‫س أليو لعييةن لحامسةد اك يليشفميي ل‬
‫ك ممين لشلر ككلل نليف ة‬ ‫بميسمم ام أليرقميي ل‬
‫ك ممين ككلل لشييةء يكيؤمذيي ل‬

“Dengan nama ALLAH, aku meruqyahmu dari setiap sesuatu yang menyakitimu dan
dari kejelekan setiap jiwa atau mata yang dengki. ALLAH-lah yang
menyembuhkanmu. Dengan nama ALLAH aku meruqyahmu.” (HR. Muslim)
‫ي لعييةن‬ ‫ك لوممين ككلل لداةء يليشفميي ل‬
‫ك لوممين لشلر لحامسةد إملذا لحلسلد لوممين لشلر مذ ي‬ ‫بميسمم ام يكيبمريي ل‬

“Dengan nama ALLAH, mudah-mudahan Dia membebaskanmu, dari setiap penyakit,


mudah-mudahan Dia akan menyembuhkanmu, melindungimu dari kejahatan orang
dengki jika dia mendengki dan dari kejahatan setiap orang yang mempunyai ‘Ain
(mata dengki)” (HR. Muslim)
3.) Meletakkan tangan di bagian atas yang sakit dan meruqyah dengan QS. Al-
Ikhlash, Al-Falaq, dan An-Naas, Ayat Kursi, bagian penutup surat al – Baqarah (dua
ayat terakhir), serta mendo’akan dengan do’a ruqyah yang syar’i.

4.) Membacakan pada air (dengan bacaan –bacaan ruqyah yang syar’i) disertai
tiupan, dan kemudian meminumkan pada penderita,dan sisanya disiramkan ke
tubuhnya. Hal itu pernah dilakukan Rasulullah shollallhu alaihi wa sallam kepada
Tsabit bin Qois. (HR. Abu Daud)

5.) Dibacakan (bacaan) pada minyak dan kemudian minyak itu dibalurkan. (HR
Ahmad). Jika bacaan itu dibacakan pada air zam-zam,maka yang demikian itu lebih
sempurna jika air zam-zam itu mudah diperoleh atau kalau tidak, boleh juga dengan
air hujan.

Sunnah – Sunnah Ketika Memandang Takjub Terhadap Sesuatu


1. Mendoakan keberkahan kepada apa yang dilihatnya

Dari Amir bin Robi’ah Radhiyallahu ‘anhu :

Rasullullah shallallahu alaihi wa sallam bersabda : “Jika salah seorang dari kalian
melihat sesuatu yang menakjubkan dari saudaranya, pada dirinya atau pada
hartanya, maka doakan keberkahan padanya, karena sesungguhnya penyakit ain itu
haq (benar). (HR Ahmad).
Di antara cara mendoakan keberkahan terhada apa yang dilihatnya adalah :

‫ك م‬
‫اك مفيمه‬ ‫اللمهكمم لبالر ل‬

“Ya ALLAH Semoga ALLAH memberikan berkah padanya”

‫اللمهكمم لبامريكلعللييمه‬

“Ya ALLAH berkahilah atasnya”

‫اللمهكمم لبامريكللهك‬

“Ya ALLAH Berkahilah Baginya ”

2. Hendaknya Mengucapkan :

‫اك لل قكموةل إممل مباملم‬


‫لما لشالء م‬

“Sungguh atas kehendak ALLAH – lah semua ini terwujud”

Kesalahan – kesalahan Orang Tua Ketika Anak Tertimpa ‘Ain


Meletakkan gunting di bawah bantal si bayi dengan keyakinan itu akan menjaganya.
Sungguh ini termasuk kesyirikan karena menggantungkan sesuatu pada yang tidak
dapat memberi manfaat atau menolak bahaya.

Mengalungkan anak dengan Jimat, Penangkal Tolak Bala, dan lain sebagainya. Ini
juga termasuk perbuatan syirik dan hanya akan melemahkan si anak dan orang tua
karena berlindung pada sesuatu selain ALLAH Subhanahu wa Ta’ala. Dan sungguh,
amat dashyat ancaman bagi Pelaku Syirik. Yaitu Dosa Besar Menyekutukan ALLAH
dengan selainNya, serta tidak akan diampuni hingga Pelakunya benar – benar
bertaubat.
Apakah Memajang Foto Di Facebook Dapat Menyebabkan Penyakit ‘Ain?
Terkena ain tidak harus dengan cara melihat langsung korban ain. Namun bisa juga
terjadi dengan membayangkan atau mengkhayalkan apa yang disampaikan
kepadanya. Termasuk dengan melihat foto atau gambar korban ain tersebut.

Ibnul Qoyim rahimahullah mengatakan,


‫ وكثير من العائنين يؤثر في‬، ‫ بل قد يكون أعمى فيوصف له الشيء فتؤثر نفسه فيه وإن لم يره‬، ‫ونفس العائن ل يتوقف تأثيرها على الرؤية‬
‫المعين بالوصف من غير رؤية‬

”Jiwa orang yang menjadi penyebab ain bisa menimbulkan ain, tanpa harus dengan
melihat. Bahkan terkadang ada orang buta, kemudian diceritakan tentang sesuatu
kepadanya, lalu jiwanya bisa menimbulkan ain, meskipun dia tidak melihat sesuatu
itu. Dan ada banyak penyebab ain yang bisa menjadi sebab terjadinya ain, hanya
dengan cerita tanpa melihat langsung.” (Zadul Ma’ad, 4/149)
Setelah membawakan keterangan Ibnul Qooyim di atas, dalam Fatwa
Islam dinyatakan,
‫ نسأل ا السلمة والعافية‬، ‫ وقد يسمع أوصافه فيصيبه بعينه‬، ‫وبهذا يتبين أن العائن قد ينظر إلى صورة الشخص في الحقيقة أو في التلفاز‬

“Berdasarkan keterangan di atas, jelaslah bahwa penyebab ain bisa jadi ketika
melihat gambar seseorang atau melalui televisi, atau terkadang hanya mendengar
ciri-cirinya, kemudian orang itu terkena ain. Kita memohon keselamatan kepada
Allah.”

Kemudian beliau mengingatkan,

‫ وهذا من الضعف‬، ‫ أو جاءه خير‬، ‫ ويظن أنه سيصاب بالعين كلما رزق نعمة‬، ‫وننبه إلى أن بعض الناس يستسلم للوساوس والهواجس‬
‫ ويداوم على‬، ‫ ويعتصم به‬، ‫ فعليه أن يتوكل على ربه‬، ‫ فإن المؤمن لديه من السلحة ما يتحصن بها من شر العين والحسد والسحر‬، ‫والعجز‬
‫الذكر الواقي من تلك الشرور‬

”Kami ingatkan, sebagian orang telah menjadi korban was-was dan bisikan. Dia
selalu dihantui dengan perasaan seolah terkena ain ketika mendapat rizki atau
mendapat kabar baik. Semacam ini termasuk kelemahan mental. Karena setiap
mukmin memiliki senjata yang bisa dia gunakan untuk melindungi dari ain, hasan
dan sihir. Karena itu, selayaknya dia bertawakkal kepada Allah, memohon
perllindungan kepadanya, dan merutinkan dzikir sebagai benteng dari semua
kejahatan tersebut.” (Fatwa Islam, no. 122272)
Sebagai bentuk kehati – hatian, sebaiknya tidak memajang foto Bayi, anak – anak,
maupun Wanita di Facebook.
Sikap Terbaik Dalam Menyikapi Bahaya ‘Ain
Perlulah kita selalu mengingat, bahwa sekalipun kita mengetahui bahaya ‘ain
memiliki pengaruh besar dan berbahaya, namun tidaklah semua dapat terjadi
kecuali dengan ijin ALLAH Subhanahu wa Ta’ala. Dan kita sebagai orang Islam
tidaklah berlebihan dalam segala sesuatu. Termasuk dalam masalah ‘ain ini, maka
seseorang tidak boleh berlebihan dengan menganggap semua kejadian buruk
berasal dari ‘ain, dan juga tidak boleh seseorang menganggap remeh dengan tidak
mempercayai adanya pengaruh ‘ain sama sekali dengan menganggapnya tidak
masuk akal. Ini termasuk pengingkaran terhadap hadits-hadits shahih
Nabi shalallahu ‘alaihi wasallam. Sikap yang terbaik bagi seorang muslim adalah
berada di pertengahan, yaitu mempercayai pengaruh buruk ‘ain dengan tidak
berlebihan sesuai dengan apa yang dikabarkan Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi
wa sallam.
Wallahu a’lam bishawab

Anda mungkin juga menyukai