Anda di halaman 1dari 13

PRE PLANNING RELAKSASI AUTOGENIK DAN GUIDED IMAGERY 5

JARI UNTUK MENURUNKAN TEKANAN DARAH PADA LANSIA DI


WILAYAH RW VIII KELURAHAN PUDAK PAYUNG SEMARANG

Disusun untuk memenuhi tugas Praktik Keperawatan Komunitas

Dosen Pembimbing:
Ns. Artika Nurrahima, S.Kp., M.Kep.
Ns. Rita Hadi Widyastuti, S.Kep., M.Kep., Sp. Kep. Kom

Disusun Oleh:

Hellen Marini
22020118210004

PROGRAM PENDIDIKAN PROFESI NERS ANGKATAN XXXII


DEPARTEMEN ILMU KEPERAWATAN
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS DIPONEGORO
SEMARANG
2018
A. LATAR BELAKANG

Hipertensi merupakan salah satu penyakit kardiovaskuler yang sering


terjadi pada masyarakat dan menjadi penyebab utama mortalitas dan
morbiditas di Indonesia. Seseorang dikatakan mengalami hipertensi atau
tekanan darah tinggi apabila terjadi peningkatan tekanan darah sistolik lebih
dari 140 mmHg dan tekanan darah diastolik lebih dari 90 mmHg pada dua kali
pengukuran dengan selang waktu lima menit dalam keadaan cukup
istirahat/tenang (Kemenkes RI, 2014). Peningkatan tekanan darah yang
berlangsung dalam jangka waktu lama (persisten) dapat menimbulkan
kerusakan pada ginjal (gagal ginjal), jantung (penyakit jantung koroner) dan
otak (menyebabkan stroke) bila tidak dideteksi secara dini dan mendapat
pengobatan yang memadai (Kornelieni, 2012).

Terdapat banyak penderita hipertensi dengan tekanan darah tidak terkontrol


dan jumlahnya terus meningkat. Beberapa masyarakat enggan untuk
melakukan pemeriksaan tekanan darah rutin dikarenakan tekanan darah tidak
menimbulkan gejala kesakitan yang signifikan sehingga sering
dikesampingkan oleh masyarakat. Pemeriksaan yang jarang dilakukan
membuat masyarakat tidak menyadari bahwa telah mengalami hipertensi
(Herwati, 2014). Upaya yang dapat dilakukan oleh masyarakat untuk menjaga
tekanan darah yang stabil dengan menjalani pola hidup yang sehat. Menjalani
pola hidup sehat telah banyak terbukti dapat menurunkan tekanan darah, dan
secara umum sangat menguntungkan dalam menurunkan risiko permasalahan
kardiovaskular. Pada pasien yang menderita hipertensi derajat 1, tanpa faktor
risiko kardiovaskular lain, maka strategi pola hidup sehat merupakan
tatalaksana tahap awal, yang harus dijalani setidaknya selama 4 – 6 bulan. Bila
setelah jangka waktu tersebut, tidak didapatkan penurunan tekanan darah yang
diharapkan atau didapatkan faktor risiko kardiovaskular yang lain, maka sangat
dianjurkan untuk memulai terapi farmakologi (Soenarta,dkk, 2015).
Manajemen stress merupakan salah satu terapi pilihan yang baik untuk
mengontrol tekanan darah pada penderita hipertensi. Kolaborasi relaksasi
autogenik dan guided imagery merupakah terapi yang terbukti efektif dapat
menurunkan tekanan darah pada penderita hipertensi. Teknik guided imagery
adalah merupakan imajinasi penyembuh yang efektif dalam mengurangi nyeri,
kecemasan, mempercepat penyembuhan serta membantu tubuh mengurangi
berbagai macam penyakit (Nasrullah 2018). Guided imagery telah dijadikan
terapi standar untuk mengurangi kecemasan dan dapat memberikan relaksasi
pada orang dewasa dan juga anak-anak. Selain itu juga dapat dipakai dalam
mengurangi nyeri kronis, nyeri akibat tindakan prosedural, susah tidur,
mencegah reaksi alergi, serta menurunkan tekanan darah (Snyder, 2006).
Relaksasi autogenik akan dapat membantu tubuh untuk membawa perintah
melalui autosugesti rileks sehingga dapat membuat pengendalian terhadap
pernafasan, tekanan darah, denyut jantung dan suhu tubuh. Imajinasi visual
dan mantra-mantra verbal akan membuat tubuh merasa hangat, berat dan santai
adalah merupakan standar latihan relaksasi autogenik (Varvogli, 2011).

Efektifitas dari terapi relaksasi autogenik dan guide imagery dari beberapa
penelitian sebelumnya menjadikan kelompok perlu untuk memberikan terapi
nonfarmakologi sebagai manajemen stress pada warga RW 08 dengan tekanan
darah tinggi. Hal lain yang mendukung yaitu beberapa penderita tidak pernah
melakukan manajemen stress sehingga dapat memicu peningkatan tekanan
darah. Terapi yang diberikan juga tidak membutuhkan banyak biaya dan dapat
dilakukan masyarakat secara mandiri di rumah sebagai manajemen stress.

B. TUJUAN
1. Setelah dilakukan relaksasi autogenik dan guide imagery diharapkan warga
penderita hipertensi dapat melakukan manajemen stress sebagai pengontrol
tekanan darah secara mandiri.
2. Terjadi penurunan tekanan darah pada lansia hipertensi, tekanan sistol
menurun ±10 mmHg dan tekanan diastol menurun ± 10 mmHg.
C. SASARAN
Praktik relaksasi autogenik dan guide imagery ditujukan kepada penderita
hipertensi di wilayah RW VIII, Kelurahan Pudak Payung, Semarang.

D. METODE
1. Pendidikan kesehatan
2. Demonstrasi dan praktik

E. WAKTU DAN TEMPAT


1. Hari/ tanggal : Sabtu, 2 Januari 2018
2. Waktu : 09.00 WIB - Selesai
3. Tempat : Lapangan wilayah RW VIII, Kelurahan Pudak
Payung, Semarang.

F. MEDIA
1. Speaker
2. Proyektor
3. Musik relaksasi
4. Tikar/kursi
5. Mic
G. PENGORGANISASIAN

Keterangan:
: Instruktur (Mahasiswa)

: Warga penderita hipertensi

: Mahasiswa

H. PELAKSANAAN KEGIATAN
Kegiatan
No Fase Kegiatan Waktu
Peserta
- Memberi salam
- Memperkenalkan diri
- Menjelaskan tentang
pengaruh stress pada
tekanan darah
- Menjelaskan
1 Pendahuluan pentingnya manajemen Mendengarkan 5 menit
stress pada tekanan
darah
- Menjelaskan manfaat
dari terapi relaksasi
autogenik dan guide
imagery.
Praktik
manajemen - Praktik relaksasi
stress dengan autogenik dan guide
2 Demonstrasi 30 menit
relaksasi imagery
autogenik dan
guide imagery
- Penderita hipertensi
dapat mengungkapkan
perasaannya setelah
praktik relaksasi
autogenik dan guide
imagery
Berbicara
3 Penutup (mengungkapan 5 menit
- Penderita hipertensi
perasaannya)
dapat menyebutkan
langkah-langkah dan
prinsip utama terapi
relaksasi autogenik dan
guide imagery

I. EVALUASI
1. Evaluasi Struktur:
a. Mahasiswa menyiapkan pre planning.
b. Mahasiswa kontrak waktu dan tempat dengan warga.
2. Evaluasi Proses:
a. Remaja RW VIII Kelurahan Pudak Payung dan mahasiswa datang
sesuai kontrak waktu.
b. Menjelaskan manfaat manajemen stress dengan relaksasi autogenik dan
guide imagery pada tekanan darah.
c. Praktik manajemen stress dengan relaksasi autogenik dan guide
imagery secara bersama antara mahasiswa dan warga penderita
hipertensi.

3. Evaluasi Hasil:
a. Penderita hipertensi dapat dapat mengungkapkan perasaannya kepada
mahasiswa terkait kegiatan manajemen stress dengan relaksasi
autogenik dan guide imagery.
b. Tekanan darah penderita hipertensi dapat menurun ±10 mmHg pada
sistol dan diastol.
J. MATERI PEMBUATAN MANAJEMEN STRESS DENGAN
RELAKSASI AUTOGENIK DAN GUIDE IMAGERY
a. Definisi Hipertensi
Definisi Hipertensi atau tekanan darah tinggi adalah peningkatan tekanan
darah sistolik lebih dari 140 mmHg dan tekanan darah diastolik lebih dari
90 mmHg pada dua kali pengukuran dengan selang waktu lima menit dalam
keadaan cukup istirahat/tenang.
Klasifikasi Hipertensi
Klasifikasi Sistolik Diastolik
Optimal < 120 dan < 80
Normal 120 – 129 dan/ atau 80 – 84

Normal tinggi 130 – 139 dan/ atau 84 – 89

Hipertensi 140 – 159 dan/ atau 90 – 99


derajat 1

Hipertensi 160 – 179 dan/ atau 100 - 109


derajat 2

Hipertensi = 180 dan/ atau = 110


derajat 3

Hipertensi = 140 dan < 90


sistolik
Terisolasi

b. Fisiologis relaksasi autogenik dan guide imagery


Relaksasi autogenik dapat membantu tubuh untuk membawa
perintah melalui autosugesti agar rileks sehingga dapat mengendalikan
pernafasan, tekanan darah, dan denyut jantung serta suhu tubuh. Imajinasi
visual dan mantra-mantra verbal yang akan membuat tubuh merasa hangat,
berat dan santai adalah merupakan standar latihan relaksasi autogenik
(Varvogli, 2011). Sensasi tenang, ringan dan hangat yang aka menyebar ke
seluruh tubuh adalah merupakan efek yang bisa dirasakan dari relaksasi
autogenik. Tubuh akan merasakan kehangatan, yang ini merupakan akibat
dari arteri perifer yang mengalami vasodilatasi. Sedangkan ketegangan otot
tubuh yang menurun aka mengakibatkan munculnya sensasi ringan.
Perubahan-perubahan yang terjadi selama maupun setelah pelaksaaan
relaksasi akan mempengaruhi kerja saraf otonom. Respon emosi dan
efekmenenangkan yang ditimbulkan oleh pelaksanaan relaksasi ini akan
mengubah fisiologi dominan simpatis menjadi dominan sistem
parasimpatis (Oberg, 2009).
Terapi guided imagery memberikan efek rileks dengan menurunkan
ketegangan otot sehingga nyeri dapat berkurang. Kondisi klien yang rileks,
secara alamiah akan memicu pengeluaran hormon endorfin. Hormon
endorfin merupakan hormon kebahagiaan yang dapat berfungsi sebagai
analgesik dari dalam tubuh terutama pada otak, spinaln dan traktus
gastrointestinal (Tamsuri, 2006).

c. Manfaat terapi
Teknik relaksasi dikatakan efektif apabila setiap individu dapat
merasakan perubahan pada respon fisiologis tubuh seperti penurunan
tekanan darah, penurunan ketegangan otot, denyut nadi menurun,
perubahan kadar lemak dalam tubuh, serta penurunan proses inflamasi.
Teknik relaksasi memiliki manfaat bagi pikiran kita, salah satunya untuk
meningkatkan gelombang alfa (α) di otak sehingga tercapailah keadaan
rileks, peningkatan konsentrasi serta peningkatan rasa bugar dalam tubuh
(Potter & Perry, 2005).
Teknik relaksasi autogenik membantu individu dalam mengalihkan
secara sadar perintah dari diri individu tersebut. Hal ini dapat membantu
melawan efek akibat stres yang berbahaya bagi tubuh. Teknik relaksasi
autogenik memiliki ide dasar yakni untuk mempelajari cara mengalihkan
pikiran berdasarkan anjuran sehingga individu dapat menyingkirkan respon
stres yang mengganggu pikiran (Nasrullah,2018).
Teknik guided imagery adalah merupakan imajinasi penyembuh
yang efektif dalam mengurangi nyeri, kecemasan, mempercepat
penyembuhan serta membantu tubuh mengurangi berbagai macam
penyakit. Guided imagery telah dijadikan terapi standar untuk mengurangi
kecemasan dan dapat memberikan relaksasi pada orang dewasa dan juga
anak-anak. Selain itu juga dapat dipakai dalam mengurangi nyeri kronis,
nyeri akibat tindakan prosedural, susah tidur, mencegah reaksi alergi, serta
menurunkan tekanan darah (Snyder, 2006).

d. Prosedur manajemen stress dengan relaksasi autogenik dan guide


imagery.
Relaksasi autogenik
Langkah-langkah Latihan Relaksasi Autogenik menurut Asmadi (2008)
dalam bukunya berjudul Teknik Prosedural Keperawatan : Konsep aplikasi
Kebutuhan Dasar klien menulis langkah-langkah pelaksanaan teknik
relaksasi autogenik sebagai berikut.
1. Persiapan sebelum memulai latihan
- Tubuh berbaring, kepala disanggah dengan bantal, dan mata terpejam
- Atur napas hingga napas menjadi lebih lentur
- Tarik napas sekuat-kuatnya lalu buang secara perlahan-lahan sambil
katakan dalam hati “ aku merasa damai dan tenang “
2. Langkah 1 : Merasakan berat
- Fokuskan perhatian pada lengan dan bayangkan kedua lengan terasa
berat. Selanjutnya, secara perlahan-lahan bayangkan kedua lengan
terasa kendur, ringan hingga terasa sangat ringan sekali sambil
katakan “ aku merasa damai dan tenang sepenuhnya”.
- Lakukan hal yang sama pada bahu, punggung, leher dan kaki
3. Langkah 2 : Merasakan kehangatan
- Bayangkan darah mengalir ke seluruh tubuh dan rasakan hangatnya
aliran darah, seperti merasakan minuman yang hangat, sambil
mengatakan dalam diri “aku merasa tenang dan hangat”
4. Langkah 3 : Merasakan denyut jantung
- Tempelkan tangan kanan pada dada kiri dan tangan kiri pada perut
- Bayangkan dan rasakan jantung berdenyut dengan teratur dan tenang
sambil katakan “jantungku berdenyut dengan teratur dan tenang”
- Ulangi 6 kali
- Katakan dalam hati “aku merasa damai dan tenang
5. Langkah 4 : Latihan pernapasan
- Posisi kedua tangan tidak berubah
- Katakan dalam diri “napasku longgar dan tenang”
- Ulangi 6 kali

Guide imagery.
1. Anjurkan klien untuk mengatur posisi senyaman mungkin
2. Mainkan musik relaksasi.
3. Instruksikan klien melakukan relaksasi nafas dalam terlabih dahulu
(kurang labih satu menit saja) dengan menutup mata.
4. Tuntun klien melakukan relaksasi lima jari dengan kalimat berikut
(langkah 4-13).
5. Bayangkan bahwa anda berada di suatu tempat yang paling indah yang
pernah anda kunjungi (sambil menyentuh ibu jari dan jari telunjuk).
Rasakan suasana dan udara yang ada di tempat tersebut, nikmati
keindahannya, dengarkan kicauan burung-burung yang bernyanyi
riang, ucapkan dalam hati “betapa merdunya.... betapa indahnya....
betapa mengasyikkannya... beradaa di tempat ini”.
6. Bayangkan bahwa di tempat itu orang-orang yang anda cintai berada di
samping anda (sambil menyentuhkan ujung jari tengah ke ujung ibu
jari). Nikmati kebahagian yang anda rasakan, ucapkan dalam hati
“betapa bahagianya saya saat ini”
7. Bayangkan bahwa orang yang anda cintai tersebut memberikan pujian
yang paling indah untuk anda (sambil menyentuhkan ujung jari manis
ke ujung ibu jari). Rasakan betapa bahagianya anda, nikmati
kebahagian itu sambil tersenyum. Katakan lagi dalam hati “betapa
bahagianya saya saat ini”.
8. Bayangkan bahwa orang yang adna cintai juga memberikan hadiah
yang anda damba-dambakan selama ini (sambil menyentuhkan ujung
jari kelingking dengan ujung ibu jari). Rasakan betapa bahagianya anda
saat ini... dan ucapkan lagi dalam hati sambil tersenyum “saya semakin
bahagia...saya sangat bahagia”.
Baiklah, saya akan memberikan anda waktu untuk beristirahat dan terus
menikmati kebahagian, ketengan dan kenyamanan tersebut selama 5
menit (tunggu sampai 5 menit).
Bagus sekali, kini anda benar-benar telah menikmati suasana rileks,
nyaman, tenag dan penuh kebahgiaan. Saatnya anda bangun dalam
kondisi yang sangat segar. Saya akan menghitung maju dari 1-. Pada
hitungan ketiga, anda akan terbangun dalam kondisi yang sangat segar,
lebih segar dari sebelumnya. Satu...dua...lebih segar dari
sbelumnya...tiga... bangu dan buka mata anda.
9. Bila klien ingin melanjutkan untuk tidur, biarkan klien beristirahat
sampai klien memutuskan sendiri utuk terbangun.
10. Matikan tape recorder
11. Tanyakan perasaan klien setelah melakukan relaksasi lima jari.
12. Dokumentasikan hasil intervensi pada catatan keperawatan klien.
DAFTAR PUSTAKA

Asmadi. (2008). Teknik prosuderal keperawatan konsep dan aplikasi


kebutuhan dasar klien. Jakarta: Salemba Medika.
Arieska Ann Soenarta. (2015). Pedoman Tatalaksana Hipertensi Pada
Penyakit Kardiovaskular. Jakarta: Perhimpunan Dokter Spesialis Kardiovaskular
Indonesia 2015.
Herwati, & Wiwi, S. (2014). Terkontrolnya Tekanan Darah
Penderitahipertensi Berdasarkanpola Diet Dan kebiasaanolahraga Dipadang tahun
2011. Jurnal Kesehatan Masyarakat, 8(1); 8-14.
Kementerian Kesehatan Rl.(2014). Hipertensi. Jakarta Selatan: Pusat Data
Dan Informasi.
Korneliani, K.,& Dida, M. (2012). Obesitas Dan Stress Dengan Kejadian
Hipertensi. Jurkemas 7 (2); 117-121.
Nasrullah, D., Eni, S., Fatin, L.B., Zenni, A. 2018. Penurunan Tekanan
Darah Dengan Relaksasi Autogenik Dan Guided Imagery Pada Pasien Hipertensi.
Jurnal Manajemen Kesehatan Yayasan RS.Dr.Soetomo, 4(2): 144-152.
Oberg, R.T.Garrod, E.F.van Dishoeck, H.Linnartz. (2009). Physicians'
health practices strongly influence patient health practices. J R Coll Physicians
Edinb, 39(4): 290–291.
Potter & Perry. (2005). Buku Ajar Fundamental Keperawatan Konsep,
Proses, dan Praktik. Edisi 4 volume 1. Jakarta: EGC.
Synder,M. & Lindquist, R (2006), Complementary/Alternative Therapies in
nursing (4th ed) New York Springer Publishing Company Penyakit.
Tamsuri, A. 2006. Konsep dan Penatalaksanaan Nyeri. Jakarta; EGC.
Varvogli Liza, C. Darviri. (2011). Stress Management Techniques:
evidence-based procedures that reduce stress and promote health. Health sciece
journal. April: p74-89.

Anda mungkin juga menyukai