Anda di halaman 1dari 13

ETIK DAN LEGAL DALAM MANAJEMEN KEPERAWATAN

ETIKA KEPERAWATAN
A. Pengertian
Etika adalah ilmu tentang kesusilaan yang menentukan bagaimana sepatutnya
manusia hidup di dalam masyarakat yang menyangkut aturan-aturan atau prinsip-prinsip
yang menentukan tingkah laku yang benar, yaitu : a) baik dan buruk, b) kewajiban dan
tanggung jawab (Ismani,2001).
Etika keperawatan adalah norma-norma yang dianut perawat dalam bertingkah
laku dengan pasien, keluarga, kolega, atau tenaga kesehatan lainnya di suatu pelayanan
keperawatan yang bersifat profesional. Perilaku etik akan dibentuk oleh nilai-nilai dari
pasien, perawat dan interaksi sosial dalam lingkungan. Menurut Lin et al, (2013)
menyatakan bahwa salah satu cara melaksanakan etika profesi keperawatan adalah
dengan menjaga privasi klien dan meningkatkan kepuasan klien terhadap layanan asuhan
keperawatan. Pendekatan lingkungan yang dilakukan adalah dengan memberikan privasi
dan kenyamanan klien pada saat dirumah sakit.

1. MENGATUR
HUBUNGAN
ANTARA PERAWAT
DAN PASIEN

2. PROFESI
KEPERAWATAN
MEMILIKI KONTRAK
SOSIAL DENGAN
MASYARAKAT

B. Prinsip-Prinsip dalam Etika Keperawatan


1. Autonomi
Autonomi berarti kemampuan untuk menentukan sendiri atau mengatur diri sendiri,
berarti menghargai manusia sehingga harapannya perawat memperlakukan mereka
sebagai seseorang yang mempunyai harga diri dan martabat serta mampu menentukan
sesuatu bagi dirinya.
Contoh tindakan yang tidak memperhatikan otonomi adalah :
- Melakukan sesuatu bagi klien tanpa mereka diberi tahu sebelumnya.
- Melakukan sesuatu tanpa member informasi relevan yang penting diketahui klien
dalam membuat suatu pilihan
- Memberitahukan klien bahwa keadaannya baik, padahal terdapat gangguan atau
penyimpangan
- Tidak memberikan informasi yang lengkap walaupun klien menghentikan
informasi tersebut
- Memaksa klien member informasi tentang hal-hal yang mereka susah tidak
bersedia menjelaskannya.
2. Beneficience
Merupakan prinsip untuk melakukan yang baik dan tidak merugikan pasien atau tidak
menimbulkan bahaya bagi pasien.
Contoh perawatan yang menasehati klien tentang program latihan untuk memperbaiki
kesehatan secara umum, tetapi tidak seharusnya melakukannya apabila klien dalam
keadaan resiko serangan jantung.
3. Justice
Merupakan prinsip untuk bertindak adil bagi semua individu, setiap individu mendapat
perlakuan dan tindakan yang sama. Tindakan yang sama tidak selalu identik tetapi
dalam hal ini persamaan berarti mempunyai kontribusi yang relatif sama untuk
kebaikan hidup seseorang.
Contoh : seorang perawat sedang bertugas sendirian disuatu unit RS kemudian ada
seorang klien yang baru masuk bersaman dengan klien yang memerlukan bantuan
perawat tersebut. Agar perawat tidak menghindar dari satu klien, klien yang lainnya
maka perawat seharusnya dapat mempertimbangkan faktor-faktor dalam situasi
tersebut, kemudian bertindak berdasarkan pada prinsip keadilan.
4. Veracity
Merupakan prinsip moral dimana kita mempunyai suatu kewajiban untuk mengatakan
yang sebenarnya atau tidak membohongi orang lain / pasien. Kewajiban untuk
mengatakan yang sebenarnya didasarkan atau penghargaan terhadap otonomi
seseorang dan mereka berhak untuk diberi tahu tentang hal yang sebenarnya.
Contoh: Ny. M seorang wanita lansia dengan usia 68 tahun, dirawat di RS dengan
berbagai macam fraktur karena kecelakaan mobil. Suaminya yang juga ada dalam
kecelakaan tersebut masuk kerumah sakit yang sama dan meninggal. Ny. M bertanya
berkali-kali kepada perawat tentang keadaan suaminya. Dokter ahli bedah berpesan
kepada perawatnya untuk tidak mengatakan kematian suami Ny. M kepada Ny. M
perawat tidak diberi alasan apapun untuk petunjuk tersebut dan mengatakan
keprihatinannyan kepada perawat kepala ruangan, yang mengatakan bahwa intruksi
harus diikuti. Perawat dalam hal ini dihadapkan oleh konflik kejujuran.
5. Menepati janji (Fidelity)
Prinsip fidelity dibutuhkan individu untuk menghargai janji dan komitmennya terhadap
orang lain. Perawat setia pada komitmennya dan menepati janji serta menyimpan
rahasia klien. Kesetiaan, menggambarkan kepatuhan perawat terhadap kode etik yang
menyatakan bahwa tanggung jawab dasar dari perawat adalah untuk meningkatkan
kesehatan, mencegah penyakit, memulihkan kesehatan dan meminimalkan
penderitaan.
6. Kerahasiaan (Confidentiality)
Aturan dalam prinsip kerahasiaan adalah menjaga privasi (informasi) klien. Segala
sesuatu yang terdapat dalam dokumen catatan kesehatan klien hanya boleh dibaca
dalam rangka pengobatan klien. Tidak ada seorang pun dapat memperoleh informasi
tersebut kecuali jika diijinkan oleh klien dengan bukti persetujuan. Diskusi tentang
klien diluar area pelayanan, menyampaikan pada teman atau keluarga tentang klien
dengan tenaga kesehatan lain harus dihindari.
7. Tidak merugikan (Nonmaleficience)
Prinsip ini berarti tidak menimbulkan bahaya/cedera fisik dan psikologis pada klien.
Johnson (1989) menyatakan bahwa prinsip untuk tidak melukai orang lain berbeda dan
lebih keras daripada prinsip untuk melakukan yang baik.
Contoh: Seorang klien yang mempunyai kepercayaan bahwa pemberian transfuse
darah bertentangan dengan keyakinannya, mengalami pendarahan hebat akibat
penyakit hati yang kronis. Sebelum kondisi klien bertambah berat, klien sudah
memberikan pernyataan tertulis kepada dokter bahwa ia tak mau dilakukan transfuse
darah. Pada suatu saat, ketika kondisi klien bertambah buruk dan terjadilah
pendarahan hebat, dokter seharusnya mengintruksikan untuk memberikan transfuse
darah. Dalam hal ini, akhirnya transfuse darah tidak diberikan karena prinsip
Beneficience walaupun sebenarnya pada saat bersamaan terjadi penyalahgunaan
prinsip maleficience.
8. Akuntabilitas (accountability) akuntabilitas merupakan standar yang pasti bahwa
tindakan seorang professional dapat dinilai dalam situasi yang tidak jelas atau tanpa
terkecuali. Contoh perawat bertanggung jawab terhadap diri sendiri, profesi, klien,
sesame karyawan dan masyarakat. Jika salah member dosis obat pada klien perawat
tersebut dapat digugat oleh klien yang menerima obat, oleh dokter yang memberi
tugas delegatif, dan masyarakat yang menuntut kemampuan professional. (Potter &
perry, 2005)

C. Faktor Faktor Yang Mempengaruhi Pengambilan Keputusan Etis


1. Faktor Internal
Faktor internal dari diri manajer sangat mempengaruhi proses pengambilan
keputusan. Faktor internal tersebut meliputi: keadaan emosional dan fisik, personal
karakteristik, kultural, sosial, latar belakang filosofi, pengalaman masa lalu, minat,
pengetahuan dan sikap pengambilan keputusan yang dimiliki.
2. Faktor Eksternal
Faktor eksternal termasuk kondisi dan lingkungan waktu. Suatu nilai yang
berpengaruh pada semua aspek dalam pengambilan keputusan adalah pernyataan
masalah, bagaimana evaluasi itu dapat dilaksanakan. Nilai ditentukan oleh salah
satu kultural, sosial, latar belakang, filosofi, sosial dan kultural.

D. Kode Etik Keperawatan Indonesia


a. Perawat dan Klien
1) Perawat dalam memberikan pelayanan keperawatan menghargai harkat dan
martabat manusia, keunikan klien dan tidak terpengaruh oleh pertimbangan
kebangsaan, kesukuan, warna kulit, umur, jenis kelamin, aliran politik dan
agama yang dianut serta kedudukan sosial.
2) Perawat dalam memberikan pelayanan keperawatan senantiasa memelihara
suasana lingkungan yang menghormati nilai-nilai budaya, adat istiadat dan
kelangsungan hidup beragama klien.
3) Tanggung jawab utama perawat adalah kepada mereka yang membutuhkan
asuhan keperawatan.
4) Perawat wajib merahasiakan segala sesuatu yang dikehendaki sehubungan
dengan tugas yang dipercayakan kepadanya kecuali jika diperlukan oleh yang
berwenang sesuai dengan ketentuan hukum yang berlaku.
b. Perawat dan Profesi
1) Perawat mempunyai peran utama dalam menentukan standar pendidikan dan
pelayanan keperawatan serta menerapkannya dalam kegiatan pelayanan dan
pendidikan keperawatan
2) Perawat berperan aktif dalam berbagai kegiatan pengembangan profesi
keperawatan

E. Isu Etik Dalam Praktik Keperawatan


Beberapa isu keperawatan yang ada diantaranya:
1. Isu-isu Etika Biomedis
Isu etika biomedis menyangkut persepsi dan perilaku profesional terhadap
hidup dan kesehatan manusia dari sejak sebelum kelahiran, pada saat-saat sejak
lahir, selama pertumbuhan, jika terjadi penyakit atau cidera, menjadi tua, sampai
saat-saat menjelang akhir hidup, kematian dan malah beberapa waktu setelah itu.
Sebenarnya pengertian etika biomedis dalam hal ini masih perlu dipilah lagi dalam
isu-isu etika biomedis atau bioetika yang lahir sebagai dampak revolusi biomedis
sejak tahun 1960-an, yang antara lain berakibat masalah dan dilema baru sama
sekali bagi para dokter dalam menjalankan propesinya.
2. Isu-isu Bioetika
Beberapa contoh yang dapat dikemukakan tentang isu etika biomedis dalam
arti pertama (bioetika) adalah antara lain terkait dengan: kegiatan rekayasa
genetik,teknologi reproduksi,eksperimen medis, donasi dan transpalasi organ,
penggantian kelamin, eutanasia, isu-isu pada akhir hidup, kloning terapeutik dan
kloning repraduktif. Sesuai dengan definisi di atas tentang bioetika oleh
International Association of Bioethics ,kegiatan-kegiatan di atas dalam pelayanan
kesehatan dan ilmu-ilmu biologi tidak hanya menimbulkan isu-isu etika,tapi juga
isu-isu sosial, hukum, agama, politik, pemerintahan, ekonomi, kependudukan,
lingkungan hidup, dan mungikin juga isu-isu di bidang lain.
3. Isu-isu Etika Medis
Seperti sudah disinggung diatas, masalah etika medis tradisional dalam
pelayanan medis dirumah sakit kita lebih banyak dikaitkan dengan kemungkinan
terjadinya malpraktek. Padahal, etika disini terutama diartikan kewajiban dan
tanggung jawab institusional rumah sakit. Kewajiban dan tanggung jawab itu dapat
berdasar pada ketentuan hukum (Perdata, Pidana, atau Tata Usaha Negara) atau
pada norma-norma etika.
4. Isu Keperawatan Pelaksanaan Kolaborasi Perawat dengan Dokter
Kolaborasi merupakan istilah umum yang sering digunakan untuk
menggambarkan suatu hubungan kerja sama yang dilakukan pihak tertentu. Sekian
banyak pengertian dikemukakan dengan sudut pandang beragam namun didasari
prinsip yang sama yaitu mengenai kebersamaan, kerja sama, berbagi tugas,
kesetaraan, tanggung jawab dan tanggung gugat. Namun demikian kolaborasi sulit
didefinisikan untuk menggambarkan apa yang sebenarnya yang menjadi esensi dari
kegiatan ini. Seperti yang dikemukakan National Joint Practice Commision (1977)
yang dikutip Siegler dan Whitney (2000) bahwa tidak ada definisi yang mampu
menjelaskan sekian ragam variasi dan kompleknya kolaborasi dalam kontek
perawatan kesehatan. Apapun bentuk dan tempatnya, kolaborasi meliputi suatu
pertukaran pandangan atau ide yang memberikan perspektif kepada seluruh
kolaborator. Efektifitas hubungan kolaborasi profesional membutuhkan mutual
respek baik setuju atau ketidaksetujuan yang dicapai dalam interaksi tersebut.
Partnership kolaborasi merupakan usaha yang baik sebab mereka menghasilkan
outcome yang lebih baik bagi pasien dalam mecapai upaya penyembuhan dan
memperbaiki kualitas hidup.

F. Pemecahan Masalah Etik


1. Identifikasi masalah etik
Ini berarti mengklasifikasi masalah dilihat dari nilai-nilai, konflik dan hati
nurani. Perawat juga harus mengkaji keterlibatannya terhadap masalah etika yang
timbul dan mengkaji parameter waktu untuk protes pembuatan keputusan. Tahap ini
akan memberikan jawaban pada perawat terhadap pernyataan: Hal apakah yang
membuat tindakan benar adalah benar. Nilai-nilai diklasifikasi dan peran perawat
dalam situasi yang terjadi diidentifikasi.
2. Kumpulkan fakta-fakta
Perawat harus mengumpulkan data tambahan. Informasi yang dikumpul-kan
dalam tahap ini meliputi: orang-orang yang dekat dengan pasien yang terlibat
dalam membuat keputusan bagi pasien, harapan/keinginan dari pasien dan orang
yang terlibat dalam pembuatan keputusan. Perawat kemudian membuat laporan
tertulis kisah dari konflik yang terjadi. Perawat harus mengindentifikasi semua
pilihan atau alternatif secara terbuka kepada pembuat keputusan. Semua tindakan
yang memung-kinkan harus terjadi termasuk hasil yang mungkin diperoleh beserta
dampaknya. Tahap ini memberikan jawaban: Jenis tindakan apa yang benar?
3. Evaluasi tindakan alternatif dari berbagai perspektif etik
Perawat harus memikirkan masalah etis secara berkesinambungan. Ini berarti
perawat mempertimbangkan nilai-nilai dasar manusia yang pen-ting bagi individu,
nilai-nilai dasar manusia yang menjadi pusat dari masalah, dan prinsip-prinsip etis
yang dapat dikaitkan dengan masalah. Tahap ini menjawab pertanyaan: Bagaimana
aturan-aturan tertentu diterapkan pada situasi tertentu?
4. Buat keputusan dan uji cobakan
Pembuat keputusan harus membuat keputusan. Ini berarti bahwa pem-buat
keputusan memilih tindakan yang menurut keputusan mereka paling tepat. Tahap
ini menjawab pertanyaan etika: Apa yang harus dilaku-kan pada situasi tertentu?
5. Bertindak dan kemudia refleksikan pada keputusan tersebut
Tahap akhir adalah melakukan tindakan dan mengkaji keputusan dan hasil.

G. Dilema Etik di ICU


- Kondisi klien menyebabkan tidak mampu mengambil keputusan
- Penggunaan alat berteknologi tinggi dan kondisi klien yang kritis sehingga kurang
berkomunikasi dengan klien dan keluarga serta kurang memberikan pendidikan
kesehatan
- Penjagaan mutu asuhan kepeawatan yang belum optimal
- Keputusan menghentikan pengunaan ventilator
- Konflik dengan sejawat atau tim kesehatan lainnya
a. Perawat ICU minimal harus mampu:
1) Membebaskan jalan nafas
2) Memberikan Nafas buatan
3) Pijat jantung luar
4) Memberikan therapi oksigen dan nebulizer
5) Melakukan Suction
6) Memasang IV Line
7) Memasang Respirator
8) Monitoring EKG
9) Mengenal aritmia yang berbahaya
10) Memberikan obat obat darurat
11) Melakukan DC Shock

b. Karakteristik Perawat ICU


- Memberikan asuhan keperawatan mengacu pada standar keperawatan ICU
dengan konsisten
- Menghormati sesama sejawat dan tim lainnya
- Mengintegrasikan kemampuan ilmiah dan keterampilan yang diikuti nilai etik
dan legal
- Berespon secara terus menerus dengan perubahan lingkungan
- Mendemontrasikan kemampuan keterampilan klinis yang tinggi
- Menerapkan keterampilan komunikasi secara efektif
- Menginterprestasikan analisa situasi yang komplek
- Mengembangkan pendidikan kesehatan untuk pasien dan keluarga
- Berfikir kritis, Challenging
- Mengembangkan pengetahuan dan penelitian, Visionary, Inovatif
ASPEK LEGAL DALAM PRAKTIK KEPERAWATAN

A. Pengertian
Legal dalam keperawatan adalah sah menurut hukum yang berlaku dan sudah terjamin
dalam praktek keperawatan. Setiap aturan yang berlaku untuk seorang perawat Indonesia
dalam melaksanakan tugas atau fungsi perawat adalah kode etik perawat nasional
Indonesia, dimana seorang perawat selalu berpegang teguh terhadap kode etik sehingga
kejadian pelanggaran etik dapat dihindarkan, (Praptianingsih, 2006).

B. Prinsip-Prinsip Legal
Dalam praktik keperawatan terdapat 4 hal yang termasuk di dalam prinsip - prinsip legal,
yaitu :
1. Malpraktik
Malpraktik adalah praktek kedokteran/keperawatan yang salah atau tidak
sesuai dengan standar profesi atau standar prosedur operasional. Malpraktik yaitu
kelalaian dari tenaga kesehatan dalam menerapkan keterampilan dan pengetahuannya
di dalam memberikan pelayanan pengobatan dan perawatan terhadap seorang pasien
yang lazim diterapkan dalam mengobati dan merawat orang yang sakit atau terluka
a. Kategori malpraktik
1) Kriminal Malpraktik
Apabila perbuatan tersebut merupakan kesengajaan, kelalaian, kecerobohan.
Pertanggungjawaban di depan hukum adalah bersifat personal/individu.
Contoh :
Kesengajaan : Melakukan euthanasia tanpa indikasi medis (pasal 344
KUHP), melakukan aborsi tanpa indikasi medis (pasal 299 KUHP)
Kecerobohan : Melakukan tindakan medis tanpa persetujuan pasien
(informed consent)
Kelalaian : Kurang hati-hati mengakibatkan luka, cacat, meninggalnya
pasien dan ketinggalan klem di dalam perut saat melakukan operasi
2) Civil Malpraktik
- Tidak melakukan apa yang menurut kesepakatannya wajib dilakukan
- Melakukan apa yang menurut kesepakatannya wajib dilakukan tetapi
terlambat melakukannya.
- Melakukan apa yang menurut kesepakatannya wajib dilakukan tetapi
tidak sempurna melakukannya
- Pertanggungjawaban dapat bersifat individual atau dialihkan ke pihak
lain berdasarkan principle of vicarius liabilit
- Rumah sakit/sarana kesehatan dapat bertangunggung gugat atas
kesalahan yang dilakukan karyawannya (tenaga kesehatan) selama
tenaga kesehatan tersebut dalam rangka melaksanakan tugas
kewajibannya
b. Administratif Malpraktik
1) Tenaga kesehatan telah melanggar hukum administrasi
Contoh : tentang persyaratan bagi tenaga keperawatan untuk menjalankan
profesinya ( SIK, SIP), batas kewenangan serta kewajiban tenaga
keperawatan
2) Tindakan yang termasuk dalam malpraktik :
- Kesalahan diagnosa
- Penyuapan
- Penyalahgunaan alat-alat kesehatan
- Pemberian dosis obat yang salah
- Salah dalam pemberian obat kepada pasien
- Alat-alat yang tidak memenuhi standart kesehatan atau tidak steril
- Kesalahan prosedur operasi
c. Dampak yang terjadi akibat malpraktik
- Merugikan pasien terutama pada fisiknya dapat menimbulkan kecacatan
yang permanen
- Bagi petugas kesehatan mengalami gangguan psikologisnya, karena merasa
bersalah
- Dari segi hukum dapat dijerat hukum pidana
- Dari segi sosial dapat dikucilkan oleh masyarakat
- Dari segi agama mendapat dosa
- Dari etika keperawatan, melanggar kode etik keperawatan
d. Elemen elemen pertanggung jawaban hukum (principle of vicarius liability)
Yang harus ditetapkan untuk membuktikan bahwa malpraktek atau kelalaian
telah terjadi:
1) Kewajiban (duty)
a. Memberikan asuhan keperawatan yang profesional yang sesuai
dengan SOP
b. Meminta persetujuan setiap tindakan yang akan dilakukan oleh
perawatan
c. Mencatat semua tindakan keperawatan secara akurat

2) Tidak melaksanakan kewajiban (breach of the duty)


Pelanggaran terjadi sehubungan dengan kewajiban, artinya menyimpang
dari apa yang seharusnya dilakukan menurut standar profesinya.
Contoh :
- Gagal dalam mencatat dan melaporkan apa yang telah dikaji dari
pasien
- Gagal dalam memenuhi standar keperawatan yang ditetapkan sebagai
kebijakan rumah sakit
- Gagal dalam melaksanakan dan mendokumentasikan tindakan yang
telah diberikan kepada pasien
3) Sebab-akibat (proximate cause)
Pelanggaran terhadap kewajibannya menyebabkan cedera pada klien.
Contoh: Cedera yang terjadi secara langsung berhubungan dengan
pelanggaran terhadap kewajiban perawat terhadap pasien dalam
menggunakan cara pengaman yang tepat yang menyebabkan klien jatuh
dan menyebabkan fraktur
4) Injury (Cedera)
Tenaga kesehatan yang menyebabkan pasien cedera dapat dituntut secara
hukum

2. Kelalaian
Kelalaian dapat bersifat ketidaksengajaan, kurang teliti, kurang hati-hati, acuh
tak acuh, sembrono, dan tidak perduli terhadap kepentingan orang lain Kelalaian
bukan suatu pelanggaran hukum atau kejahatan, jika kelalaian tidak sampai
membawa kerugian atau cedera kepada orang lain dan orang tersebut menerimanya
Kelalaian yang mengakibatkan kerugian materi, mencelakakan dan sampai
merenggut nyawa orang dinamakan kelalaian berat
a. Pertanggunggugatan Dan Pertanggungjawaban
1) Pertanggungguugatan
Pertanggunggugatan yaitu suatu tindak gugatan apabila terjadi suatu kasus
tertentu.
Contoh: Ketika dokter memberi instruksi kepada perawat untuk
memberikan obat kepada pasien tetapi ternyata obat yang diberikan itu
salah, dan mengakibatkan penyakit pasien bertambah parah dan merenggut
nyawa pihak keluarga dapat menggugat dokter atau perawat tersebut.

2) Pertanggungjawaban
Pertanggungjawaban yaitu suatu konsekuensi yang harus diterima seseorang
atas perbuatannya.
Contoh : Jika ada kesalahan atau kelalaian yang dilakukan oleh tenaga
kesehatan dan tidak bisa diterima oleh keluarga pasien maka tenaga
kesehatan bertanggung jawab atas kelalaian dan kesalahannya.
b. Situasi Yang Harus Dihindari Perawat
1) Kelalaian
2) Pencurian
3) Fitnah (pernyataan palsu dan merugikan pasien baik secara verbal maupun
tertulis)
4) Penyerangan / pemukulan
5) Pelanggaran privasi (kerahasiaan pasien)
6) Penganiayaan (melanggar prinsip etik tidak melakukan sesuatu yang
membahayakan pasien)

C. Perlindungan Hukum Dalam Prakik Keperawatan


Ada beberapa alasan mengapa Undang-Undang Praktik Keperawatan dibutuhkan.
Pertama, alasan filosofi. Perawat telah memberikan konstribusi besar dalam peningkatan
derajat kesehatan. Perawat berperan dalam memberikan pelayanan kesehatan mulai dari
pelayanan pemerintah dan swasta, dari perkotaan hingga pelosok desa terpencil dan
perbatasan. Tetapi pengabdian tersebut pada kenyataannya belum diimbangi dengan
pemberian perlindungan hukum, bahkan cenderung menjadi objek hukum. Perawat juga
memiliki kompetensi keilmuan, sikap rasional, etis dan profesional, semangat pengabdian
yang tinggi, berdisiplin, kreatif, terampil, berbudi luhur dan dapat memegang teguh etika
profesi. Disamping itu, Undang-Undang ini memiliki tujuan, lingkup profesi yang jelas,
kemutlakan profesi, kepentingan bersama berbagai pihak (masyarakat, profesi, pemerintah
dan pihak terkait lainnya), keterwakilan yang seimbang, optimalisasi profesi, fleksibilitas,
efisiensi dan keselarasan.
Berikut beberapa undang undang tentang praktek keperawatan :
1. Undang-undang nomor 38 tahun 2013 tentang praktek keperawatan
2. PERMENKES RI nomor 40 tahun 2017 tentang pengembangan jenjang karir
profesional perawat klinis, menimbang :
a. Bahwa pengembangan tenaga kesehatan diarahkan untuk meningkatkan mutu dan
karir tenaga kesehatan yang salah satunya diberikan oleh perawat
b. Bahwa diperlukan suatu mekanisme dalam upaya meningkatkan profesionalisme
perawat melalui penataan jenjang karir perawat;
c. Bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a dan huruf
b, perlu membentuk Peraturan Menteri Kesehatan tentang Pengembangan Jenjang
Karir Profesional Perawat Klinis.
3. PERMENKES RI nomor 18 tahun 2017 tentang penyelenggaraan uji kompetensi
jabatan fungsional kesehatan
4. PERATURAN PEMERINTAH Nomor 93 tahun 2015 tentang Rumah Sakit
Pendidikan
5. PERMENKES Nomor 27 tahun 2017 tentang pedoman Pencegahan dan pengendalian
infeksi di fasilitas pelayanan kesehatan
6. PERMENKES No 11 tahun 2017 tentang keselamatan pasien
a. Bahwa dalam rangka meningkatkan mutu dan keselamatan pasien di fasilitas
pelayanan kesehatan, Menteri membentuk Komite Nasional Keselamatan Pasien
untuk meningkatkan keselamatan pasien di fasilitas pelayanan kesehatan.
b. Bahwa Pengaturan Keselamatan Pasien bertujuan untuk meningkatkan mutu
pelayanan fasilitas pelayanan kesehatan melalui penerapan manajemen risiko
dalam seluruh aspek pelayanan yang disediakan oleh fasilitas pelayanan kesehatan.
c. Bahwa setiap fasilitas pelayanan kesehatan harus meyelenggarakan keselamatan
pasien. Penyelenggaraan keselematan pasien dilakukan melalui pembentukan
sistem pelayanan yang menerapkan standar keselamatan pasien, sasaran
keselamatan pasien dan tujuh langkah keselamatan pasien.
7. PERMENKES No 34 ahun 2017 tentang akreditasi Rumah Sakit
8. PERMENKES HK.02.02/MENKES/148/I/2010 tentang Izin dan Penyelenggaraan
Prraktik Perawat
DAFTAR PUSTAKA

Ismani, Nila. 2001. Etika Keperawatan. Jakarta : Widya Medika

Lin, Yen Ko, dkk. 2013. Building An Ethical Environment Improves Patient Privacy And
Satisfaction In The Crowded Emergency Department. BMC Medical Ethics. 14 (1),
1-8

Potter, P. A, Perry. 2005. Buku Ajar Fundamental Keperawatan : Konsep, Proses, dan Praktik.
Edisi 4. Volume 2. Alih Bahasa : Renata Komalasari,dkk. Jakarta: EGC

Praptianingsih, S. 2006. Kedudukan Hukum Perawat Dalam Upaya Pelayanan Kesehatan di


Rumah Sakit. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada

Anda mungkin juga menyukai