1. KONSEP DASAR
A. Pengertian
Halusinasi adalah suatu keadaan dimana seseorang mengalami perubahan dalam jumlah
dan pola dari stimulasi yang mendekat yang diprakarsai secara internal atau eksternal
disertai dengan suatu pengurangan berlebihan-lebihan, distorsi atau kelainan berespon
terhadap setiap stimulus (Townsend, 1998). Halusinasi merupakan persepsi sensori yang
salah atau pengalaman persepsi sensori yang tidak terjadi dalam realitas (Videbeck, 2008).
Halusinasi merupakan pencerapan tanpa adanya rangsangan apapun pada panca-indera
seorang pasien, yang terjadi dalam keadaan sadar atau bangun, dasarnya mungkin organik,
fungsinal, psikotik ataupun histerik (Maramis, 1998). Halusinasi merupakan suatu persepsi
yang salah tanpa dijumpai dengan adanya rangsangan dari luar (Yosep, 2007). Berdasarkan
pengertian diatas dapat disimpulkan halusinasi merupakan persepsi klien melalui panca
indera tanpa ada stimulus atau rangsangan yang nyata.
B. Rentang Respons Neurobiologis
Respon perilaku klien dapat diidentifikasi sepanjang rentang respon yang berhubungan
dengan fungsi neurobiologis. Perilaku yang dapat diamati dan mungkin menunjukkan
adanya halusinasi disajikan dalam table berikut :
Dari bagan diatas bisa dilihat rentang respon neurobiologis bahwa respon adaptif sampai
maladaptif yaitu:
1. Respon adaptif
a) Pikiran logis
pendapat atau pertimbangan yang dapat diterima akal.
b) Persepsi akurat
Pandangan dari seseorang tentang suatu peristiwa secara cermat.
c) Emosi konsisten dengan pengalaman
Kemantapan perasaan jiwa sesuai dengan peristiwa yang pernah dialami.
d) Perilaku sesuai
Kegiatan individu atau sesuatu yang berkaitan dengan individu tersebut diwujudkan dalam
bentuk gerak atau ucapan yang tidak bertentangan dengan moral.
e) Hubungan sosial
Hubungan seseorang dengan orang lain dalam pergaulan di tengah-tengah masyarakat.
2. Respon transisi
a) Pikiran kadang menyimpang
Kegagalan dalam mengambil kesimpulan.
b) Ilusi
Persepsi atau respon yang salah terhadap stimulus sensori.
c) Reaksi emosi berlebihan atau berkurang
Emosi yang diekspresikan dengan sikap yang tidak sesuai.
d) Perilaku aneh atau tak lazim
Perilaku aneh yang tidak enak dipandang, membingungkan, kesukaran mengolah dan tidak
kenal orang lain.
e) Menarik diri
Perilaku menghindar dari orang lain.
3. Respon maladaptif
a) Gangguan pikiran atau waham
Keyakinan yang salah yang secara kokoh dipertahankan walau tidak diyakini oleh orang lain
dan bertentangan dengan realita sosial.
b) Halusinasi
Persepsi yang salah terhadap rangsang.
c) Ketidakmampuan untuk kontrol emosi
Ketidakmampuan atau menurunnya kemampuan untuk mengalami kesenangan,
kebahagiaan, keakraban dan kedekatan.
d) Ketidakteraturan perilaku
Ketidakselarasan antara perilaku dan gerakan yang ditimbulkan.
e) Isolasi sosial
Suatu keadaan kesepian yang dialami seseorang karena orang lain menyatakan sikap yang
negatif dan mengancam (Stuart, 2007).
C. Etiologi
Menurut Mary Durant Thomas (1991), Halusinasi dapat terjadi padaklien dengan gangguan
jiwa seperti skizoprenia, depresi atau keadaandelirium, demensia dan kondisi yang
berhubungan dengan penggunaanalkohol dan substansi lainnya. Halusinasi adapat juga
terjadi denganepilepsi, kondisi infeksi sistemik dengan gangguan metabolik. Halusinasi juga
dapat dialami sebagai efek samping dari berbagai pengobatan yangmeliputi anti depresi,
anti kolinergik, anti inflamasi dan antibiotik,sedangkan obat-obatan halusinogenik dapat
membuat terjadinya halusinasisama seperti pemberian obat diatas.
Halusinasi dapat juga terjadi pada saat keadaan individu normal yaitu pada individu yang
mengalami isolasi, perubahan sensorik seperti kebutaan, kurangnya pendengaran atau
adanya permasalahan pada pembicaraan. Penyebab halusinasi pendengaran secara
spesifik tidak diketahui namun banyak faktor yang mempengaruhinya seperti faktor biologis ,
psikologis , socialbudaya,dan stressor pencetusnya adalah stress lingkungan , biologis ,
pemicu masalah sumber-sumber koping dan mekanisme koping.
D. Tanda Dan Gejala
1. Menyeringai atau tertawa yang tidak sesuai.
2. Menggerakkan bibir tanpa menimbulkan suara.
3. Gerakan mata yang cepat.
4. Respon verbal yang lambat.
5. Menarik diri dari orang lain.
6. Tidak dapat membedakan yang nyata dan tidak nyata.
7. Ketidakmampuan untuk mengikuti petunjuk.
E. Mekanisme Koping
Perilaku yang mewakili upaya untuk melindungi diri sendiri dari pengalaman yang
menakutkan berhubungan dengan respons neurobiologis maladaptive meliputi :
1. Regresi berhubungan dengan masalah proses informasi dan upaya untuk mengatasi
ansietas, yang menyisakan sedikit energi untuk aktivitas hidup sehari-hari.
2. Projeksi sebagai upaya untuk menjelaskan kerancuan persepsi.
3. Menarik diri (Stuart, 2007)
F. Pengkajian
Penyebab halusinasi pendengaran secara spesifik belum diketahui, namun banyak faktor
yang mempengaruhinya seperti faktor biologis, psikologis, social budaya,dan stressor
pencetusnya adalah stress lingkungan, biologis, pemicu masalah dan mekanisme koping.
1. Faktor predisposisi :
Beberapa faktor predisposisi yang berkonstribusi pada respon munculnya neorobiologi
seperti halusinasi antara lain :
a).Biologis
Abnormalitas perkembangan sistem saraf yang berhubungan dengan respon neurobiologi
yang maladptif baru mulai dipahami, ini ditunjukkan oleh penelitian – penelitian yang
berikut :
1) Penelitian pencitraan otak sudah menunjukkan keterlibatan otak yang lebih luas dalam
perkembangan Skizoprenia. Lesi pada daerah frontal, temporal berhubungan dengan
perilaku psikotik. Pembesaran ventrikel dan penurunan massa kortikal menunjukkan atrofi
otak.
2) Beberapa zat kimia otak dikaitkan dengan skizofrenia. Hasil penelitian menunjukkan
hal-hal berikut :
a) Dopamin neurotransmiter yang berlebihan.
b) Ketidakseimbangan antara dopamin dan neurotransmiter lain, terutama serotonin.
c) Masalah-masalah pada sistem reseptor dopamin.
3) Penelitian pada keluarga yang melibatkan anak kembar dan anak yang diadopsi
menunjukkan peran genetik pada skizofrenia. Kembar identik yang dibesarkan secara
terpisah mempunyai angka kejadian skizofrenia yang lebih tinggi dari pada pasangan
saudara sekandung yang tidak identik. Penelitian terbaru memfokuskan pada pemetaan gen
dalam keluarga dengan insiden skizofrenia yang lebih tinggi pada keturunan pertama
dibandingkan dengan populasi secara umum.
Psikologis
Teori psikodinamika untuk terjadinya respon neurobiologis yang maladaptif belum didukung
oleh penelitian. Teori psikologis terdahulu menyalahkan keluarga sebagai penyabab
gangguan ini. Sehingga kepercayaan keluarga terhadap tenaga kesehatan jiwa profesional
menurun.
Sosial budaya
Stres yang menumpuk dapat menunjang awitan skizofrenia dan gangguan psikotik lain,
tetapi tidak diyakini sebagai penyabab utama gangguan jiwa (Stuart, 2007).
2. Faktor Presipitasi
Faktor presipitasi terjadinya gangguan halusinasi adalah:
Biologis
Gangguan dalam komunikasi dan putaran balik otak, yang mengatur proses informasi serta
abnormalitas pada mekanisme pintu masuk dalam otak yang mengakibatkan
ketidakmampuan untuk secara selektif menanggapi stimulus yang diterima oleh otak untuk
diinterpretasikan.
Stress lingkungan
Ambang toleransi terhadap stress yang ditentukan secara biologis berinteraksi dengan
stressor lingkungan untuk menentukan terjadinya gangguan perilaku.
Pemicu yang biasanya terdapat pada respon neurobiologis maladaptif yang berhubungan
dengan kesehatan, lingkungan, sikap, dan perilaku individu (Stuart, 2007).
1. Menurut Videbeck (2008) berdasarkan jenis dan karakteristik halusinasi antara lain :
Halusinasi pendengaran meliputi mendengar suara-suara, paling sering adalah suara
orang berbicara kepada klien atau membicarakan klien. Mungkin ada satu atau banyak
suara ; dapat berupa suara orang yang dikenal atau tidak dikenal. Halusinasi pendengaran
merupakan jenis halusinasi yang sering terjadi. Halusinasi perintah adalah suara-suara yang
menyuruh klien untuk mengambil tindakan, sering kali membahayakan diri sendiri atau
orang lain dan dianggap berbahaya.
Halusinasi penglihatan dapat mencakup melihat bayangan yang sebenarnya tidak
ada sama sekali, misalnya cahaya atau orang yang telah meninggal, atau mungkin sesuatu
yang bentuknya rusak, misalnya melihat monster padahal yang dilihat adalah perawat.
Halusinasi Penciuman meliputi mencium aroma atau bau padahal tidak ada. Bau
tersebut dapat berupa bau tertentu seperti urina atau feses, atau bau yang sifatnya lebih
umum, misalnya bau busuk atau bau tidak sedap.
Halusinasi pengecap mencakup rasa yang tetap ada dalam mulut, atau perasaan
bahwa makanan terasa seperti sesuatu yang lain. Rasa tersebut dapat berupa rasa logam
atau pahit.
Halusinasi peraba (taktil) mengacu pada sensasi seperti aliran listrik yang menjalar
keseluruh tubuh atau binatang kecil yang merayap dikulit.
Halusinasi kinestetik terjadi ketika klien tidak bergerak tetapi melaporkan sensasi
gerakan tubuh. Gerakan tubuh kadang kala yang tidak lazim, misalnya melayang keatas
tanah.
Halusinasi kenestetik meliputi laporan klien bahwa ia merasakan fungsi tubuh yang
biasanya tidak dapat dideteksi. Contohnya yaitu sensasi pembentukan urine atau impuls
yang ditransmisikan ke otak
4. Tingkat intensitas halusinasi ( Stuart & SundeeTahapn, 1998 ) :
1. a) Tahap I : Menyenangkan – Ansietas tingkat sedang.
1). Tingkat : Secara umum halusinasi bersifat menyenangkan.
2). Karakteristik
Orang yang berhalusinasi mengalami keadaan emosi seperti ansietas, kesepian, merasa
bersalah, dan takut serta mencoba untuk memusatkan pada penenangan pikiran untuk
mengurangi ansietas, individu mengetahui bahwa pikiran dan sensori yang dialami tersebut
dapat dikendalikan jika ansietasnya bisa diatasi ( Non Psikotik ).
3). Perilaku klien
a) Menyeringai atau tertawa yang tidak sesuai.
b) Menggerakkan bibirnya tanpa menimbulkan suara.
c) Gerakan mata yang cepat.
d) Respon verbal yang lamban.
e) Diam dan dipenuhi oleh sesuatu yang mengasyikkan.
b) Tahap II : Menyalahkan – Ansietas tingkat berat.
1). Tingkat : Secara umum halusinasi menjijikkan.
2). Karakteristik
Pengalaman sensori bersifat menjijikkan dan menakutkan, orang yang berhalusinasi mulai
merasa kehilangan kendali dan mungkin berusaha untuk menjauhkan dirinya dari sumber
yang dipersepsikan, individu mungkin merasa malu karena pengalaman sensorinya, dan
menarik diri dari orang lain ( Non Psikotik ).
3). Perilaku klien
a) Peningkatan sistem saraf otonom yang menunjukkan ansietas, missal peningkatan
tanda – tanda vital.
b) Penyempitan kemampuan konsentrasi.
c) Dipenuhi dengan pengalaman sensori dan mungkin kehilangan kemampuan untuk
membedakan antara halusinasi dengan realita
c) Tahap III : Mengendalikan – Ansietas tingkat berat
1). Tingkat Pengalaman sensori menjadi penguasa
2). Karakteristik
Orang yang berhalusinasi menyerah untuk melawan pengalaman halusinasi dan
membiarkan halusinasi menguasai dirinya, isi halusinasi dapat berupa permohonan, individu
mungkin mengalami kesepian jika pengalaman sensori tersebut berakhir (Psikotik ).
3). Perilaku klien
a) Lebih cenderung mengikuti petunjuk yang diberikan oleh halusinasinya dari pada
menolaknya.
b) Kesulitan dalam berhubungan dengan orang lain.
c) Rentang perhatian hanya beberapa menit.
d) Gejala fisik dari ansietas berat ( berkeringat, tremor, ketidakmampuan untuk mengikuti
petunjuk ).
d) Tahap IV : Menaklukkan – Ansietas tingkat panik
1). Tingkat Secara umum halusinasi menjadi lebih rumit dan saling terkait dengan delusi.
2). Karakteristik
Pengalaman sensori mungkin menakutkan jika individu tidak mengikuti perintah, halusinasi
bisa berlangsung dalam beberapa jam atau hari apabila tidak ada intervensi terapeutik
( Psikotik ).
3). Perilaku klien
a) Perilaku menyerang seperti panik.
b) Potensial melakukan bunuh diri.
c) Amuk, agitasi, menarik diri, dan katatonik.
d) Tidak mampu berespon terhadap lebih dari satu orang.
G. Masalah Keperawatan
Adapun masalah keperawatan yang mungkin muncul pada klien dengan gangguan sensori
persepsi halusinasi pendengaran antara lain :
1. Gangguan sensori/persepsi : Halusinasi pendengaran (Keliat, 2006).
2. Isolasi sosial : Menarik diri (Keliat, 2006).
3. Defisit perawatan diri : Mandi/kebersihan berhubungan dengan ketidakmampuan
dalam merawat diri
4. Perubahan proses pikir : Waham berhubungan dengan harga diri rendah kronis
5. Koping individu tidak efektif
H. Diagnosa Keperawatan :
1. Gangguan sensori/persepsi : Halusinasi pendengaran (Keliat, 2006).
2. Isolasi sosial : Menarik diri (Keliat, 2006).
3. Defisit perawatan diri : Mandi/kebersihan berhubungan dengan ketidakmampuan
dalam merawat diri
4. Perubahan proses pikir : Waham berhubungan dengan harga diri rendah kronis
5. Koping individu tidak efektif
I. PERENCANAAN TINDAKAN
ORIENTASI:
“Selamat pagi bapak Bagaimana perasaan bapak hari ini? Apakah suara-suaranya masih
muncul ? Apakah sudah dipakai dua cara yang telah kita latih ? Bagaimana hasilnya ?
Bagus ! Sesuai janji kita, hari ini kita akan belajar cara yang ketiga untuk mencegah
halusinasi yaitu melakukan kegiatan terjadwal. Mau di mana kita bicara? Baik kita duduk di
ruang tamu. Berapa lama kita bicara? Bagaimana kalau 30 menit? Baiklah.”
KERJA:
“Apa saja yang biasa bapak lakukan? Pagi-pagi apa kegiatannya, terus jam
berikutnya (terus ajak sampai didapatkan kegiatannya sampai malam). Wah banyak sekali
kegiatannya. Mari kita latih dua kegiatan hari ini (latih kegiatan tersebut). Bagus
sekali bapak bisa lakukan. Kegiatan ini dapat bapak lakukan untuk mencegah suara
tersebut muncul. Kegiatan yang lain akan kita latih lagi agar dari pagi sampai malam ada
kegiatan.
TERMINASI:
Evaluasi subjektif :
“Bagaimana perasaan bapak setelah kita bercakap-cakap cara yang ketiga untuk mencegah
suara-suara?
Evaluasi objektif :
Bagus sekali! Coba sebutkan 3 cara yang telah kita latih untuk mencegah suara-suara.
Bagus sekali.
Rencana tindak lanjut :
Mari kita masukkan dalam jadwal kegiatan harian bapak Coba lakukan sesuai jadwal ya!
(Saudara dapat melatih aktivitas yang lain pada pertemuan berikut sampai terpenuhi seluruh
aktivitas dari pagi sampai malam)
Kontrak :
Bagaimana kalau menjelang makan siang nanti, kita membahas cara minum obat yang baik
serta guna obat. Mau jam berapa? Bagaimana kalau jam 12.00 pagi?Di ruang makan ya!
Sampai jumpa.”
SP 4 Pasien: Melatih pasien menggunakan obat secara teratur
ORIENTASI :
“Selamat pagi bapak Bagaimana perasaan bapak hari ini? Apakah suara-suaranya masih
muncul ? Apakah sudah dipakai tiga cara yang telah kita latih ? Apakah jadwal kegiatannya
sudah dilaksanakan ? Apakah pagi ini sudah minum obat? Baik. Hari ini kita akan
mendiskusikan tentang obat-obatan yang bapak minum. Kita akan diskusi selama 20 menit
sambil menunggu makan siang. Di sini saja ya bapak?”
KERJA :
“bapak adakah bedanya setelah minum obat secara teratur. Apakah suara-suara
berkurang/hilang ? Minum obat sangat penting supaya suara-suara yang bapak dengar dan
mengganggu selama ini tidak muncul lagi. Berapa macam obat yang bapak
minum ? (Perawat menyiapkan obat pasien) Ini yang warna orange (CPZ) 3 kali sehari jam
7 pagi, jam 1 siang dan jam 7 malam gunanya untuk menghilangkan suara-suara. Ini yang
putih (THP)3 kali sehari jam nya sama gunanya untuk rileks dan tidak kaku. Sedangkan
yang merah jambu (HP) 3 kali sehari jam nya sama gunanya untuk pikiran biar tenang.
Kalau suara-suara sudah hilang obatnya tidak boleh diberhentikan. Nanti konsultasikan
dengan dokter, sebab kalau putus obat, bapak akan kambuh dan sulit untuk mengembalikan
ke keadaan semula. Kalau obat habis bapak bisa minta ke dokter untuk mendapatkan obat
lagi. bapak juga harus teliti saat menggunakan obat-obatan ini. Pastikan obatnya benar,
artinya bapak harus memastikan bahwa itu obat yang benar-benar punya bapak Jangan
keliru dengan obat milik orang lain. Baca nama kemasannya. Pastikan obat diminum pada
waktunya, dengan cara yang benar. Yaitu diminum sesudah makan dan tepat jamnya
bapak juga harus perhatikan berapa jumlah obat sekali minum, dan harus cukup minum 10
gelas per hari”.
TERMINASI :
Evaluasi subjektif :
“Bagaimana perasaan bapak setelah kita bercakap-cakap tentang obat? Sudah berapa cara
yang kita latih untuk mencegah suara-suara?
Evaluasi objektif :
Coba sebutkan! Bagus! (jika jawaban benar).
Rencana tindak lanjut :
Mari kita masukkan jadwal minum obatnya pada jadwal kegiatan bapak Jangan lupa pada
waktunya minta obat pada perawat atau pada keluarga kalau di rumah.
Kontrak :
Nah makanan sudah datang. Besok kita ketemu lagi untuk melihat manfaat 4 cara
mencegah suara yang telah kita bicarakan. Mau jam berapa? Bagaimana kalau jam 10.00.
sampai jumpa.”
1. Tindakan Keperawatan Kepada Keluarga
Tujuan:
1. Keluarga dapat terlibat dalam perawatan pasien baik di rumah sakit maupun di
rumah
2. Keluarga dapat menjadi sistem pendukung yang efektif untuk pasien.
Tindakan Keperawatan :
Keluarga merupakan faktor penting yang menentukan keberhasilan asuhan keperawatan
pada pasien dengan halusinasi. Dukungan keluarga selama pasien di rawat di rumah sakit
sangat dibutuhkan sehingga pasien termotivasi untuk sembuh. Demikian juga saat pasien
tidak lagi dirawat di rumah sakit (dirawat di rumah).Keluarga yang mendukung pasien secara
konsisten akan membuat pasien mampu mempertahankan program pengobatan secara
optimal. Namun demikian jika keluarga tidak mampu merawat pasien, pasien akan kambuh
bahkan untuk memulihkannya lagi akan sangat sulit. Untuk itu perawat harus memberikan
pendidikan kesehatan kepada keluarga agar keluarga mampu menjadi pendukung yang
efektif bagi pasien dengan halusinasi baik saat di rumah sakit maupun di rumah.
Tindakan keperawatan yang dapat diberikan untuk keluarga pasien halusinasi adalah:
1) Diskusikan masalah yang dihadapi keluarga dalam merawat pasien
2) Berikan pendidikan kesehatan tentang pengertian halusinasi, jenis halusinasi yang
dialami pasien, tanda dan gejala halusinasi, proses terjadinya halusinasi, dan cara merawat
pasien halusinasi.
3) Berikan kesempatan kepada keluarga untuk memperagakan cara merawat pasien
dengan halusinasi langsung di hadapan pasien
4) Beri pendidikan kesehatan kepada keluarga perawatan lanjutan pasien
SP 1 Keluarga : Pendidikan Kesehatan tentang pengertian halusinasi, jenis
halusinasi yang dialami pasien, tanda dan gejala halusinasi dan cara-cara merawat
pasien halusinasi.
ORIENTASI :
“Selamat pagi Bapak/Ibu!”“Saya naura perawat yang merawat Bapak”
“Bagaimana perasaan Ibu hari ini? Apa pendapat Ibu tentang Bapak?”
“Hari ini kita akan berdiskusi tentang apa masalah yang Bapak alami dan bantuan apa yang
Ibu bisa berikan.”
“Kita mau diskusi di mana? Bagaimana kalau di ruang tamu? Berapa lama waktu Ibu?
Bagaimana kalau 30 menit”
KERJA :
“Apa yang Ibu rasakan menjadi masalah dalam merawat bapak Apa yang Ibu lakukan?”
“Ya, gejala yang dialami oleh Bapak itu dinamakan halusinasi, yaitu mendengar atau melihat
sesuatu yang sebetulnya tidak ada bendanya.
”Tanda-tandanya bicara dan tertawa sendiri,atau marah-marah tanpa sebab”
“Jadi kalau anak Bapak/Ibu mengatakan mendengar suara-suara, sebenarnya suara itu
tidak ada.”
“Kalau Bapak mengatakan melihat bayangan-bayangan, sebenarnya bayangan itu tidak
ada.”
”Untuk itu kita diharapkan dapat membantunya dengan beberapa cara. Ada beberapa cara
untuk membantu ibu agar bisa mengendalikan halusinasi. Cara-cara tersebut antara lain:
Pertama, dihadapan Bapak, jangan membantah halusinasi atau menyokongnya. Katakan
saja Ibu percaya bahwa anak tersebut memang mendengar suara atau melihat bayangan,
tetapi Ibu sendiri tidak mendengar atau melihatnya”.
”Kedua, jangan biarkan Bapak melamun dan sendiri, karena kalau melamun halusinasi akan
muncul lagi. Upayakan ada orang mau bercakap-cakap dengannya. Buat kegiatan keluarga
seperti makan bersama, sholat bersama-sama. Tentang kegiatan, saya telah melatih Bapak
untuk membuat jadwal kegiatan sehari-hari. Tolong Ibu pantau pelaksanaannya, ya dan
berikan pujian jika dia lakukan!”
”Ketiga, bantu Bapak minum obat secara teratur. Jangan menghentikan obat tanpa
konsultasi. Terkait dengan obat ini, saya juga sudah melatih Bapak untuk minum obat
secara teratur. Jadi Ibu dapat mengingatkan kembali. Obatnya ada 3 macam, ini yang
orange namanya CPZ gunanya untuk menghilangkan suara-suara atau bayangan. Diminum
3 X sehari pada jam 7 pagi, jam 1 siang dan jam 7 malam. Yang putih namanya THP
gunanya membuat rileks, jam minumnya sama dengan CPZ tadi. Yang biru namanya HP
gunanya menenangkan cara berpikir, jam minumnya sama dengan CPZ. Obat perlu selalu
diminum untuk mencegah kekambuhan”
”Terakhir, bila ada tanda-tanda halusinasi mulai muncul, putus halusinasi Bapak dengan
cara menepuk punggung Bapak. Kemudian suruhlah Bapak menghardik suara tersebut.
Bapak sudah saya ajarkan cara menghardik halusinasi”.
”Sekarang, mari kita latihan memutus halusinasi Bapak. Sambil menepuk punggung Bapak,
katakan: bapak, sedang apa kamu?Kamu ingat kan apa yang diajarkan perawat bila suara-
suara itu datang? Ya..Usir suara itu, bapak Tutup telinga kamu dan katakan pada suara itu
”saya tidak mau dengar”. Ucapkan berulang-ulang, pak”
”Sekarang coba Ibu praktekkan cara yang barusan saya ajarkan”
”Bagus Bu”
TERMINASI :
Evaluasi subjektif :
“Bagaimana perasaan Ibu setelah kita berdiskusi dan latihan memutuskan halusinasi
Bapak?”
Evaluasi objektif :
“Sekarang coba Ibu sebutkan kembali tiga cara merawat bapak?”
”Bagus sekali Bu.
Rencana tindak lanjut :
Bagaimana kalau dua hari lagi kita bertemu untuk mempraktekkan cara memutus
halusinasi langsung dihadapan Bapak?”
Kontrak :
”Jam berapa kita bertemu?”dimana kita mau bertemu ?”
Baik, sampai Jumpa. Selamat pagi
Directorat Kesehatan Jiwa, Dit. Jen Yan. Kes. Dep. Kes R.I. Keperawatan Jiwa. Teori dan
Tindakan Keperawatan Jiwa, Jakarta, 2000
Keliat Budi, Anna, Peran Serta Keluarga Dalam Perawatan Klien Gangguan Jiwa, EGC,
Jakarta, 1995
Keliat Budi Anna, dkk, Proses Keperawatan Jiwa, EGC, Jakarta, 1987
Stuart & Sunden, Pocket Guide to Psychiatric Nursing, EGC, Jakarta, 1998