Anda di halaman 1dari 11

HAK KEBEBASAN MENGELUARKAN PENDAPAT

DALAM PASAL 28E AYAT 3

Disusun Oleh :
Madania Firdhausa 31101700047
Regita Bella Ayunani 31101700069
Sofiyah Handayani 31101700081

FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI


UNIVERSITAS ISLAM SULTAN AGUNG SEMARANG
TAHUN 2018
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Negara Republik Indonesia merupakan negara hukum yang jelas memiliki
peraturan untuk melindungi hak – hak asasi setiap manusia. Kehadiran hak asasi
manusia pada dasarnya tidak diberikan oleh negara tempat manusia itu tinggal,
tetapi sesuai dengan hipotesis dari John Locke bahwa hak asasi manusia (HAM)
merupakan suatu kodrati yang dimiliki oleh setiap insan manusia sebagai mahluk
Tuhan yang Maha Esa sejak lahir yang wajib unutk dihargai dan dijunjung tinggi.
Salah satu hak asasi itu adalah yang diatur dalam pasal 28E ayat (3) yakni Setiap
orang berhak atas kebebasan berserikat, berkumpul, dan mengeluarkan pendapat.
Kebebasan berekspresi termasuk dalam kebebasan untuk berpendapat yang
merupakan hak paling mendasar dalam kehiduoan berbangsa dan bernegara.
Dalam Undang–Undang No.9 tahun 1998 tentang Kemerdekaan
Menyampaikan Pendapat di muka umum pasal 1 ayat (1) juga ditegaskan bahwa
kemerdekaan menyamoaikan pendapat adalah hak setiap warga negara untuk
menyampaikan pikiran secara lisan, tulisan, dan sebagainya secara bebas dan
bertanggung jawab sesuai dengan ketentuan ketentuan peraturan perundang–
undangan yang berlaku. Kebebasan untuk mengeluarkan pendapat dan pikiran di
hadapan umum dapat dilakukan dalam berbagai cara seperti melalui artikel, buku,
media massa, bahkan bisa secara langsung dengan lisan atau berdiskusi.
Dalam kehidupan yang semakin dewasa maka kebebasan mengemukakan
pendapat akan semakin dihormati dan dihargai asalkan sesuai dengan porsi yang
diatur dalam undang-undang yang berlaku. Banyak hal yang bisa dilakukan untuk
menerapkan dari pasal 28E ayat (3) ini apalagi di kalangan mahasiswa perguruan
tinggi yang mayoritas kehidupannya dalam perkuliahan sudah tidak lagi selalu di
berikan materi secara aktif oleh dosen tetapi juga aktif secara berdiskusi. Dari sistem
pembelajaran yang dilakukan secara diskusi atau lebih dikenal dengan PBL
(Problem Basic Learning) yang diselesaikan dengan metode SGD (Small Group
Disccusion) menjadikan mahasiswa untuk selalu mengeluarkan pendapatnya dan
pemikirannya secara lisan/langsung karena dalam sistem pembelajaran ini
mahasiswa diharapkan mampu menyelesaikan permasalahan dalam skenario sesuai
dengan apa yang mereka pahami dan pelajari masalahnya utnuk mencapai
penyelesaiannya, dengan ini maka bisa menerapkan hak dan kewajibannya sesuai
yang diatur dalam pasal 28E ayat (3) tersebut.
Meskipun sudah diterapkannya hak dan kewajiban sebagai warga negara
sesuai dengan pasal 28E ayat (3) namun pada kenyataan masih ada beberapa
mahasiswa yang kurang merasa percaya diri atau malu dalam mengemukakan
pendapatnya secara bebas dan aktif. Padahal dalam setiap group sudah ada ketua
yang berperan untuk menjadi penggerak dari setiap anggota dan diupayakan bahwa
ketua dalam SGD ini bisa berlaku adil karena setiap anggota haruslah bisa
menyampaikan pikiran dan pendapatnya agar ditemukan titik tengah atau pokok
permasalahan dan penyelesaiannya.

1.2 Rumusan Masalah


Berdasarkan latar belakang tersebut, maka yang manjadi rumusan masalah adalah :
1. Apa yang dimaksud dengan hak dan juga kewajiban warga negara?
2. Bagaimana cara untuk menghayati penerapan dari pasal 28E ayat (3)
khususnya di lingkup mahasiswa?
3. Faktor apa saja yang menjadi pendorong dan penghambat seseorang dalam
mengemukakan pendapatnya di muka umum?

1.3 Tujuan penelitian


Tujuan yang hendak dicapai dari penulisan makalah ini adalah :
1. Untuk mengetahui apa itu yang dimaksud dengan hak dan kewajiban warga
negara.
2. Untuk mengetahui cara untuk menghayati penerapan dari pasal 28E ayat (3)
dalam kehidupan mahasiswa.
3. Untuk mengetahui faktor yang menjadi pendorong dan juga penghambat
dalam mengemukakan pendapat.
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Hak dan Kewajiban Warga Negara


Hak adalah segala sesuatu yang harus di dapatkan oleh setiap orang yang
telah ada sejak lahir bahkan sebelum lahir. Di didalam kamus bahasa indonesia hak
memiliki pengertian tentang sesuatu hal yang benar, milik, kepunyaan,
kewenangan, kekuasaan untuk berbuat sesuatu (karena telah ditentukan oleh
undang-undang, aturan, dsb). Kekuasaan yang benar atas sesuatu atau untuk
menuntut sesuatu,derajat atau martabat. Hak pada umumnya didapat dengan cara
diperjuangkan melaului pertanggungjawaban atas kewajiban.
Contoh hak warga negara Indonesia :
 Setiap warga berhak mendapatkan perlindungan hukum
 Setiap warga negara berhak atas pekerjaan dan penghidupan yang layak
 Setiap warga negara memiliki kedudukan yang sama di mata hukum dan di
dalam pemerintahan
 Setiap warga negara bebas untuk memilih, memeluk dan menjalankan agama
dan kepercayaan masing-masing yang dipercayai
 Setiap warga negara berhak memperoleh pendidikan dan pengajaran
 Setiap warga negara berhak mempertahankan wilayah negara kesatuan
Indonesia atau NKRI dari serangan musuh
 Setiap warga negara meliki hak sama dalam kemerdekaan
berserikat,berkumpul mengeluarkan pendapat secara lisan dan tulisan sesuai
undang-undang yang berlaku.
Kewajiban adalah segala sesuatu yang dianggap sebagai suatu
keharusan/kewajiban untuk dilaksanakan oleh individu sebagai anggota warga
negara guna mendapatkan hak yang pantas untuk didapat. Kewajiban bisa kita
artikan sebagai Lianilitas (liability) adalah hutang yang harus dilunasi atau
pelayanan yang harus dilakukan pada masa datang pada pihak lain. Liabilitas
adalah kebalikan dari aset dalam hal ini “hak” yang merupakan sesuatu yang
dimiliki. Kewajiban pada umumnya mengarah pada suatu keharusan/kewajiban
bagi individu dalam melaksanakan peran sebagai anggota warga negara guna
mendapat pengakuan akan hak yang sesuai dengan pelaksanaan kewajiban tersebut.
Contoh kewajiban warga negara negara Indonesia :
 Setiap warga negara memiliki kewajiban untuk berperan serta dalam
membela mempertahankan kedaulatan negara Indonesia dari serangan musuh.
 Setiap warga negara wajib membayar pajak dan retribusi yang telah
ditetapkan oleh pemerintah pusat dan pemerintah daerah (pemda)
 Setiap warga negara wajib mentaati serta menjunjung tinggi dasar negara,
hukum dan pemerintah tanpa terkecuali, serta dijalankan dengan sebaik-
baiknya.
 Setiap warga negara berkewajiban taat,tunduk, dan patuh terhadap segala
hukum yang berlaku di wilayah negara Indonesia
 Setiap warga negara wajib turt serta dalam pembangunan untuk membangun
bangsa agar bangsa kita bisa berkembang dan maju ke arah yang lebih baik
Sebagaimana telah ditetapkan dalam UUD 1945 pada pasal 28, yang
menetapkan bahwa hak warga negara dan penduduk untuk berserikta dan
berkumpul, mengeluarkan pikiran dengan lisan maupun tulisan, dan
sebagainya,syarat-syarat akan diatur dalam undang-undang. Pasal ini
mencerminkan bahwa negara Indonesia bersifat demokrasi. Yang berarti seluruh
rakyat termasuk pejabat negara harus menjunjung bangsa Indonesia ini kepada
kehidupan yang lebih baik dan maju yaitu dengan menjalankan hak-hak dan
kewajiban dengan seimbang.
Hak dan kewajiban merupakan sesuatu yang tidak dapat dipisahkan.
Keduanya harus menyatu, maksudnya dikala hak-hak kita sebagai warga negara
telah didapatkan maka kita juga harus menunaikan kewajiban kita kepada negara
seperti : Membela negara, ikut andil dalam mengisi kemerdekaan ini dengan hal-hal
yang positif yang bisa memajukan bangsa ini.
Sedangkan warga negara adalah penduduk yang sepenuhnya dapat diatur oleh
pemerintahan negara tersebut dan mengakui pemerintahnya sendiri. Menurut kamus
besar bahasa indonesia (2002), warga negara adalah penduduk sebuah negara atau
bangsa berdasarkan keturunan, tempat kelahiran, dan sebagainya yang mempunyai
kewajiban dan hak penuh sebagai seorang warga negara itu.
Hak dan kewajiban merupakan suatu kesatuan yang tidak dapat dipisahkan
untuk mencapai keseimbangan antara hak dan kewajiban, yaitu dengan cara
mengetahui posisi diri kita sendiri, Sebagai seorang warga negara harus tahu hak
dan kewajibannya, seorang pejabat atau pemeintah pun harus tahu akan hak dan
kewajibannya, seperti yang sudah tercantum dalam hukum dan aturan yang
berlaku, jika hak dan kewajiban seimbang dan terpenuhi maka kehidupan
masyarakat akan aman sejahtera, Hak dan kewajiban di indonesia ini tidak akan
pernah seimbang, apabila masyarakat tidak bergerak untuk merubahnya, oleh
karena itu kita sebagai warga negara yang berdemokrasi harus mampu menegakkan
hukum dan berusaha untuk mendapatkan hak-hak dan tak lupa melaksanakan
kewajiban kita sebagai rakyat Indonesia.

2.2 Penerapan Pasal 28 E Ayat 3 dalam Kehidupan Mahasiswa


Mahasiswa adalah panggilan untuk orang yang sedang menjalani
pendidikan tinggi di suatu universitas atau perguruan tinggi. Mahasiwa termasuk
dalam kalangan pemuda yang menjadi harapan bangsa. Sebagai agent of change
mahasiswa berperan besar membawa perubahan dalam diri bangsa indonesia, untuk
itu diperlukan generasi yang bertanggung jawab dan berani dalam menemukakan
pendapat sebagai warga negara Indonesia.Sesuai dengan yang tercantum dalam
pasal 28 E ayat 3 mengenai mengemukakan pendapat : “ S e t i a p o r a n g b e r h a k
a t a s k e b e b a s a n berserikat, berkumpul, dan mengeluarkan pendapat”
Hal ini menunjukkan tiap-tiap individu memiliki kedudukan yang sama
dalam mengeluarkan pendapat. Manusia pada dasarnya merupakan makhluk sosial
yang tidak dapat hidup sendiri. Setiap manusia butuh untuk bersosialisasi dan
berkomunikasi dengan orang lain. Dalam hal ini diperlukan juga peran pemerintah
dalam menjamin kebebasan berserikat,berkumpul dan mengeluarkan pendapat
sangatlah dibutuhkan untuk menjamin hak asasi manusia sendiri.
Kebebasan berserikat dan berkumpul mengeluarkan pendapat memiliki
dampak yang sangat baik bagi berkembangnya kehidupan masyarakat negara kita.
Contoh kasus pelanggaran HAM berat tentang hak atas kebebasan berserikat,
berkumpul dan mengeluarkan pendapat adalah Tragedi Trisakti yang turut
dilakukan oleh mahasiswa. Tragedi tersebut terjadi pada tanggal 12 Mei 1998.
Tragedi dilatar belakangi oleh krisis finansial pada awal tahun 1998 dan masa
menuntut agar predisen Soeharto turun dari jabatannya. Demonstrasi di depan
gedung MPR/DPR diawali dengan mimbar bebas oleh civitas akademika
Universitas Trisakti. Massa pun membuat aksi damai, namun dihambat oleh
blokade dari aparat. Negosiasi pun dilakukan dan didapat keputusan bahwa
mahasiswa dan aparat sama-sama mundur. Massa pun mundur dan kembali ke
Universitas Trisakti, namun aparat maju dan mulai menembak dengan peluru ke
arah mahasiswa. Korban pun berjatuhan, dengan 4 orang meninggal dunia dan
belasan lainnya luka-luka.
Dari Tragedi Trisakti, terlihat jelas ada pelanggaran hak menyampaikan
pendapat. Para mahasiswa hanya melakukan mimbar bebas, namun diserang oleh
aparat keamanan. Selain itu, ada pula pelanggaran terhadap hak hidup, karena
terdapat 4 korban yang meninggal dunia. Padahal pada UUD 1945 pasal 28 A
dikatakan bahwa “setiap orang berhak untuk hidup serta berhak mempertahankan
hidup dan kehidupannya”.
Hak atas kebebasan berserikat, berkumpul dan mengeluarkan pendapat
penting untuk ditegakkan, karena bisa mempengaruhi kemajuan bangsa. Suatu
bangsa perlu banyak inovasi dan inspirasi untuk bisa memperbaiki keadaan. Inovasi
dan inspirasi tidak hanya berasal dari para pemimpin ataupun pihak luar, melainkan
bisa berasal dari rakyatnya. Dengan demikian, rakyat bisa aktif dalam penentuan
nasib bangsa kedepan.
Apabila kebebasan berserikat, berkumpul dan mengeluarkan pendapat dapat
direalisasikan, niscaya akan ada banyak masukkan dari rakyat, dan pemimpin juga
akan mengetahui apa saja yang menjadi kebutuhan rakyatnya. Dengan demikian
akan terjadi hubungan yang baik antara pemimpin dan rakyatnya, dan rakyatpun
akan senantiasa aktif bekerja sama dalam pembangunan suatu bangsa. Suasana
saling menghargai sesama manusia tersebut bisa mengurangi pelanggaran HAM,
terutama hak atas kebebasan berserikat, berkumpul, dan mengemukakan pendapat.
Suasana tersebut bisa terwujud dengan adanya sikap toleransi, rendah hati, tidak
memaksakan kehendak dan menerima keputusan kelompok dengan lapang dada.
Pelaksanaan pasal 28 E ayat 3 telah dilaksanakan di Universitas Islam
Sultan Agung di semarang di fakultas Kedokteran Gigi yang mana mahasiswa
dituntut untuk berani mengeluarkan pendapatnya baik dari progam internal dan
ekternal fakultas. Salah satunya ketika proses pembelajaran dilaksanakan sistem
pembelajaran yang dilakukan secara diskusi atau lebih dikenal dengan PBL
(Problem Basic Learning) yang diselesaikan dengan metode SGD (Small Group
Disccusion) menjadikan mahasiswa untuk selalu mengeluarkan pendapatnya dan
pemikirannya secara lisan/langsung karena dalam sistem pembelajaran ini
mahasiswa diharapkan mampu menyelesaikan permasalahan dalam skenario sesuai
dengan apa yang mereka pahami dan pelajari masalahnya utnuk mencapai
penyelesaiannya, dengan ini maka menerapkan hak dan kewajibannya dalam
mengemukakan pendapat sesuai yang diatur dalam pasal 28E ayat (3) tersebut.
Dimana dalam tutorial PBL (Program Basic Learning) yang berbasis
tuturial dalam SGD (Small Group Disccusion) dibagi menjadi beberapa kelompok
yang secara acak dibentuk terdiri dari 11 orang dan 1 dosen pembimbing yang akan
membina jalannya dan mengevaluasi proses belajar. Dimana 11 orang tersebut
dalam 1 kelompok akan menyelesaikan suatu masalah dari skenario dengan
problem dan kasus sebagai triggernya menggunak 7 jump step dengan mandiri dan
dosen pembimbing hanya menilai dan mengevaluasi jalannya pembelajaran saja.
Kelompok tersebut akan bekerja dan belajar bersama sepanjang sepanjang satu
modul akan diacak kembali pada pembelajaran modul selanjutnya.
Ketika proses pembelajaran mahasiswa yang aktif dan mengeluarkan
pendapat selalu dicatat dan dinilai sehingga, secara tidak langsung mahasiswa
dituntut untuk aktif dan bisa mengeluarkan pendapat. Karena, ketika mahasiswa
tersebut tidak ikut aktif dalam proses pembelajaran atau pasif maka, ia tidak akan
mendapatkan nilai dalam proses pembelajarannya. Maka, secara tidak langsung
mahasiswa yang tidak aktif dituntut untuk berani dan aktif dalam mengemukakan
pendapatnya.

Kelompok SGD Mahasiswa aktif Mahasiswa tidak aktif


SGD 2 9 2
SGD 3 8 3
SGD 6 9 2
Dari program tersebut, dapat diamati bahwa mahasiswa dapat lebih aktif
dan berusaha untuk mengemukakan pendapat dan efektif dalam mengembangkan
keberanian dari mahasiswa untuk mengemukakan pendapat di muka umum, atau
dalam hal ini adalah di Small Group Disccusion (SGD). Sehingga dapat efektif
untuk membentuk karakter mahasiswa yang aktif mengeluarkan pendapat dalam
proses pembelajaran.

2.3 Faktor Pendukung dan Penghambat Mengemukakan Pendapat


Faktor pendukung dalam mengemukakan pendapat
 Berasal dari dirinya sendiri untuk memiliki rasa berani dalam
menyampaikan aspirasi atau pendapatnya di muka umum
Faktor penghambat dalam mengemukakan pendapat :
 Diri sendiri yang malu dan kurangnya rasa keberanian dalam
menyampaikan aspirasi atau pendapat dimuka umum
 Dari luar karena ketidakmauan menerima aspirasi atau masukan dari luar
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Maksud dan tujuan pada pasal 28 E ayat 3 merupakan bagaimana negara
memberikan perlindungan dan menjamin kebebasan kepada setiap warga negara
untuk menyampaikan pendapat dimuka umum sebagai salah satu pelaksanaan
hak asasi manusia, namun perlu diringi dengan adanya tanggung jawab dari
setiap individu tersebut dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan
bernegara. Sehingga dapat tercipta suasana yang kodusif bagi perkembangan
partisipasi dan kreatifitas warga negara dalam keikutsertaannya
untuk mewujudkan suasana yang demokratis.
Namun kadang kala terdapat oknum-oknum yang menyalah gunakan
kebebasan tersebut untuk memperoleh keuntungan pribadi maupun kelompok.
Banyak contoh-contoh kasus yang telah membuktikan hal tersebut. Oleh karena
itu sebagai warga negara yang baik harus selalu mengawasi jalannya undang-
undang yang megatur tentang kebebasan berpendapat dimuka umum. Tidak
hanya dari sisi mesyarakat saja, pemerintah sebagai pemegang otoritas tertinggi
juga tidak boleh menutup mata. Pemerintah juga harus berperan aktif dalam
menjaga terlaksananya undang-undang dengan baik.
Undang-Undang pada hakikatnya tidak membatasi adanya kebebasan
mengeluarkan pendapat dimuka umum, akan tetapi Undang-Undang bermaksud
menjaga tertib sosial yang telah tercipta di masyarakat.
DAFTAR PUSTAKA

1. Herdiawanto, Heri dan Juwanta Hamdayana. 2010. “Cerdas, Kritis dan Aktif
Berwarganegara”. Jakarta : Erlangga.
2. Marlian, S. Marjuki. 2003. “Pendidikan Kewarganegaraan dan Hak Asasi
Manusia”. Yogyakarta : UII pres.

Anda mungkin juga menyukai