1. Pendahuluan
Kelangsungan kehidupan manusia sangat bergantung pada bagaimana cara mereka
berpindah tempat atau sistem tranportasinya, dengan kata lain manusia sangat tergantung
pada jalan. Jalan pada dasarnya hanyalah seberkas jejak-jejak yang telah atau sering
dilewati oleh manusia untuk memenuhi kebutuhan mereka, hal tersebut terjadi pada saat
zaman pra sejarah. Seiring dengan perkembangan kebudayaan dan peradaban manusia,
manusia membutuhkan “jalan” yang lebih praktis dan pasti. Perkembangan jalan yang
asalnya hanya seberkas jejak-jejak yang sering dilewati, berangsur-angsur berkembang
menjadi jalan raya modern seperti yang kita kenal sekarang ini.
Pada zaman purbakala, gerakan berpindah-pindah hanya dilakukan di wilayah yang
sempit dan berpusat disekitar sungai, danau, rawa-rawa, dan semak belukar untuk
memperoleh air dan bahan makanan. Karena kebutuhan yang cukup tinggi, maka manusia
membuat jalan yang paling sedikit rintangannya.
Dewasa ini perkembangan pembangunan jalan raya di Indonesia terbilang cukup
mengagumkan, hal ini dissebabkan karena hasrat untuk mempertahankan kelangsungan
kehidupan mereka. Dengan hasrat seperti itulah masyarakat membutuhkan sarana yang
praktis dan cepat untuk memenuhi kebutuhan mereka, seperti rumah tinggal, pekerjaan,
makan, dan minum.
2. Perkembangan Jalan
Perkembangan jalan di dunia ini disesuaikan dengan perkembangan manusia.
Peradaban, kebudayaan, dan kebutuhan yang meningkat untuk melangsungkan kehidupan
mereka, membuat mereka membutuhkan jalan yang sedikit rintangannya. Bagaimana
perkembangan jalan dari zaman purba sampai sekarang? Perkembangan jalan diawali
dengan jalan purbakala sampai sekarang kita mengenal yang namanya jalan modern.
a. Jalan Purbakala
Jalan purbakala adalah jalur jalan yang sempit dan dilalui satu orang. Karena
sering dilalui maka pada jalur jalan yang sempit tersebut terdapat bekas jejak atau
jalan jejak yang berfungsi sebagai penuntun arah.
b. Jalan Semi-Modern
Jalan semi-modern adalah jalur jalan yang lapisan jalannya sudah mengalami
perkerasan, namun mulia mempertimbangkan nilai ekonomis.
c. Jalan Modern
Jalan modern adalah jalur jalan yang permukaan jalannya sudah mengalami
perkerasan dan sudah memiliki nilai aman, nyaman, dan ekonomis. Dikatakan jalan
modern jika telah sesuai kualitasnya dengan lembaga yang ada yaitu AASHO.
Pada saat yang bersamaan, tepatnya pada tahun 1815, pria Skotlandia, John
London McAdam (1756-1836) memperkenalkan konstruksi perkerasan jalan dengan
prinsip Tumpang tindih menggunakan batu-batu pecah. Konstruksi ini terdiri dari gradasi
ukuran tumpukan batuan, yang berada di dasar perkerasan adalah batu dengan ukuran yang
terbesar berukuran 3 inch dan batu dengan ukuran terkecil berada di permukaan
perkerasan. McAdam juga membuat permukaan jalan lebih tinggi dari lingkungan
sekelilingnya, sehingga air dapat mengalir dan tidak merusak permukaan jalan.
Keunggulan perkerasan jalan metode iniadalah dapat dibuat dengan bantuan dengan mesin
sehingga metode ini dianggap sangat berhasil. Kedua metode perkerasan tersebut
selanjutnya lazim digunakan bersamaan pada sebuah konstruksi jalan raya. Oleh karena
itu, kemudian dikenal metode perkerasan jalan Telford-Macadam seperti tersebut di atas.
Kata Macadam berasal dari nama McAdam.
Pada tahun 1830 pemerintahan penjajah India Belanda menjalankan siasat tanam
paksa, dimana rakyat Indonesia dipaksa untuk mengolah lahan pertaniannya agar
menghasilkan kenis-jenis komoditi yang mereka perlukan sebagai bahan ekspor dan
kebutuhan bangsanya. Disini jaringan jalan dipergunakan yaitu untuk mengangkut hasil-
hasil bumi dari daerah pedalaman ke dermaga serta untuk mempermudah penguasaan atas
rakyat. Selain itu, pada tahun tersebut dibangun juga jalur kereta api dan infrastruktur
lainnya.
Pada tahun 1973 pemerintah Indonesia membangun jalan tol untuk pertama kalinya,
yaitu jalan tol Jagorawi. Jalan tol ini menghubungkan Jakarta - Bogor - Ciawi. Jalan ini
dibangun dengan biaya 350 juta perkilometer pada kurs waktu itu. Jalan tol sepanjang
lebih kurang 60 km ini diresmikan Presiden Soeharto pada tanggal 9 Maret 1978. Saat
diresmikan jalan tol tersebut baru ruas Jakarta - Citeureup dengan karyawan 200 orang.
Jalan tol Jagorawi merupakan jalan tol pertama yang didanai APBN dari pinjaman luar
negeri, kemudian pengelolaannya diberikan kepada PT. Jasa Marga sebagai modal awal
perusahaan tersebut dan merupakan penyertaan pemerintah. Jalan tol Jagorawi dikelola
A1
B1
B2
C
Keterangan:
A : Lapisan Penutup/Aspalan
A1 : Lapisan Penutup (Surface)
A2 : Lapisan Pengikat (Binder)
B : Perkerasan
B1 : Perkerasan Atas (Base)
B2 : Perkerasan Bawah (Sub- Base)
C : Tanah Dasar (Sub -Grade)
Referensi
Siregar, M. L. (2010). Fungsi dan Peranan Jalan Klasifikasi Jalan. Kuliah II Mata Ajaran
Teknik Jalan Raya. Depok: Departemen Teknik Sipil, FTUI.
Soedarsono. (1993). Sejarah dan Fungsi Jalan. Dalam Soedarsono, Konstruksi Jalan Raya
(hal. 1-9). Jakarta: Badan Penerbit Departemen Pekerjaan Umum.
Toer, P. A. (2005). Dari Lentera Dipantara. Dalam P. A. Toer, Jalan Raya Pos, Jalan
Daendels (hal. 5). Jakarta: Lentera Dipantara.
Wikipedia, T. (2010, Desember 28). History of Road Transport: New construction methods in
the 18th and 19th centuries. Dipetik Februari 11, 2010, dari Wikipedia:
http://en.wikipedia.org/wiki/History_of_road_transport
Wikipedia, T. (2009, November 12). Klasifikasi Jalan. Dipetik Februari 5, 2010, dari
Wikipedia: http://en.wikipedia.org/wiki/Klasifikasi_jalan
Wikipedia, T. (2010, Februari 7). Road: Construction. Dipetik Februari 11, 2010, dari
Wikipedia: http://en.wikipedia.org/wiki/Road