Anda di halaman 1dari 16

PEDOMAN PPRA

RSIA NUN SURABAYA


2018
DAFTAR ISI
Halaman Judul.............................................................................................. i
Surat Keputusan RSIA NUN SURABAYA............................................... ii
Daftar Isi ...................................................................................................... iii
BAB I. Pendahuluan .............................................................................. 1 BAB II.
Gambaran Umum ......................................................................
BAB III. Visi, Misi Dan Nilai ..................................................................
3.1 Visi ............................................................................................ 3.2
Misi ........................................................................................... 3.3
Falsafah ..................................................................................... 3.4
Nilai............................................................................................
3.5 Tujuan RS .................................................................................
BAB IV. Bagan Organisasi PPRA RSIA NUN Surabaya.........
BAB V. Uraian Tugas..............................................................................
BAB VI. Tata Hubungan Kerja ................................................................
6.1 Jejaring Internal.........................................................................
6.2 Jejaring Eksternal ......................................................................
BAB VII. Pola Ketenagaan Dan Kualifikasi Personil ...............................
BAB VIII. Pertemuan (Rapat) .................................................................... BAB
IX. Pelaporan...................................................................................
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Resistensi terhadap antimikroba (disingkat: resistensi antimikroba, dalam


bahasa Inggris antimicrobial resistance,AMR) telah menjadi masalah kesehatan
yang mendunia, dengan berbagai dampak merugikan yang dapat menurunkan mutu
dan meningkatkan risiko pelayanan kesehatan khususnya biaya dan keselamatan
pasien.
Yang dimaksud dengan resistensi antimikroba adalah ketidak mampuan
antimikroba membunuh atau menghambat pertumbuhan mikroba sehingga
penggunaannya sebagai terapi penyakit infeksi menjadi tidak efektif lagi.
Meningkatnya masalah resistensi antimikroba terjadi akibat penggunaan
antimikroba yang tidak bijak dan bertanggung jawab dan penyebaran mikroba
resisten dari pasien ke lingkungannya karena tidak dilaksanakannya praktik
pengendalian dan pencegahan infeksi dengan baik. Dalam rangka mengendalikan
mikroba resisten di rumah sakit, perlu dikembangkan program pengendalian
resistensi antimikroba di rumah sakit Pengendalian resistensi antimikroba adalah
aktivitas yang ditujukan untuk mencegah dan/atau menurunkan adanya kejadian
mikroba resisten.
Dalam rangka pengendalian resistensi antimikroba secara luas baik di
fasilitas pelayanan kesehatan maupun di komunitas di tingkat nasional telah
dibentuk Komite Pengendalian Antimikroba yang selanjutnya disingkat KPRA oleh
Kementerian Kesehatan. Disamping itu telah ditetapkan program aksi nasional /
national action plans on antimicrobial resistance (NAPAMR) yang didukung oleh
WHO. Program pengendalian resistensi antimikroba (PPRA) merupakan upaya
pengendalian resistensi antimikroba secara terpadu dan paripurna di fasilitas
pelayanan kesehatan.
Implementasi program ini di rumah sakit dapat berjalan baik apabila
mendapat dukungan penuh dari pimpinan/direktur rumah sakit berupa penetapan
regulasi pengendalian resistensi antimikroba, pembentukan organisasi pengelola,
penyediaan fasilitas, sarana dan dukungan finansial untuk mendukung pelaksanaan
PPRA Penggunaan antimikroba secara bijak ialah penggunaan antimikroba yang
sesuai dengan penyakit infeksi dan penyebabnya dengan rejimen dosis optimal,
durasi pemberian optimal, efek samping dan dampak munculnya mikroba resisten
yang minimal pada pasien.
Oleh sebab itu diagnosis dan pemberian antimikroba harus disertai dengan
upaya menemukan penyebab infeksi dan kepekaan mikroba patogen terhadap
antimikroba. Penggunaan antimikroba secara bijak memerlukan regulasi dalam
penerapan dan pengendaliannya. Pimpinan rumah sakit harus membentuk komite
atau tim PPRA sesuai peraturan perundang-undangan sehingga PPRA dapat
dilakukan dengan baik

1.2 Tujuan Pedoman


1. Untuk meningkatkan pemahaman dan kesadaran seluruh staf, pasien dan
keluarga tentang masalah resistensi antimikroba
2. Untuk pengendalian penggunaan antibiotik di RS
3. Sebagai surveilans pola penggunaan antibiotik di RS
4. Sebagai surveilans pola resistensi antimikroba
5. Untuk forum kajian penyakit infeksi terintegrasi

1.3 Ruang Lingkup Pelayanan

1.4 Batasan Operasional

1.5 Landasan Hukum


PMK No. 8 ttg Pengendalian Resistensi Antimikroba di RS

BAB II

GAMBARAN UMUM RSIA NUN SURABAYA


Struktur organisasi RS Nur Ummi Numbi Surabaya dipimpin oleh Direksi
yang terdiri dari Direktur RS Nur Ummi Numbi, Wakil Direktur, Pelayanan Medis,
Penunjang Medis, Kadiv Keperawatan, Kadiv Keuangan, dan Umum. Struktur
organisasi RS Nur Ummi Numbi tidak menutup kemungkinan untuk terjadinya
perubahan sesuai dengan perkembangan dan kebutuhan organisasi RS Nur Ummi
Numbi.

Direksi wajib membuat rencana jangka panjang berupa Rencana Strategis 5


tahun yang memuat sasaran dan tujuan yang hendak dicapai dalam waktu 5 tahun.
Renstra sekurang-kurangnya memuat :

1. Evaluasi kinerja 5 tahun sebelumnya.


2. Posisi rumah sakit saat ini.
3. Asumsi yang digunakan dalam menyusun renstra
4. Penetapan sasaran, strategi dan program kerja 5 tahunan.

BAB III

FISI, MISI, FALSAFAH, NILAI, DAN TUJUAN

RSIA NUN SURABAYA

3.1 VISI
Mewujudkan rumah sakit ibu dan anak yang terkrmuka dan dipercaya oleh
masyarakat
3.2 MISI
1. Menciptakan budaya patien safety
2. Memberikan pelayanan prima kesehatan ibu dan anak secara terpadau dan
bermutu
3. Memberikan pelatiha dan pendidikan secara brkelanjutan
4. Mengembangkan ilmu pengetahuan

3.3 NILAI
1. Kejujuran
2. Tanggung jawab
3. Semangat
4. Disiplin
5. Kerjasama
6. Visioner
7. Keadilan
8. Peduli
9. Kebanggaan

3.4 TUJUAN RS
1. Keunggulan dalam mutu pelayanan
2. Keunggulan dalam teknologi tertentu
3. Sumber daya manusia professional, berkomitmen dan menjungjung tinggi
nilai-nilai spiritual
BAB IV
BAB V

STRUKTUR ORGANISASI PPRA RSIA NUN SURABAYA

KETUA TIM TB DOTS

SEKRETARIS

ANGGOTA

: 1. dr. Yolanda, Sp.PK


Ketua TIM PPRA
2. dr. Yusi Winarto (PJS)
Sekretaris : Fitrotin Najiza, A.Md.Kep
Anggota : 1. dr. Yusi Winarto (KFT)
2. Fitria Dwi A, S.Kep,Ns (PPI)
3. Roedi Irawan, SpA (Poli Anak)
4. dr. Edward Nurzali (Poli Umum)
5. dr. Endwin, SpOG (Poli SpOG)
6. Fitrotin N, A.Md.Kep (Keperawan)

BAB VI

UARAIAN TUGAS

6.1 Uraian Tugas


6.1.1 Ketua
a. membantu kepala/direktur rumah rakit dalam menetapkan kebijakan
tentang pengendalian resistensi antimikroba
b. membantu kepala/direktur rumah sakit dalam menetapkan kebijakan
umum dan panduan penggunaan antibiotik di rumah sakit;
c. membantu kepala/direktur rumah sakit dalam pelaksanaan program
pengendalian resistensi antimikroba
d. membantu kepala/direktur rumah sakit dalam mengawasi dan
mengevaluasi pelaksanaan program pengendalian resistensi
antimikoba
e. menyelenggarakan forum kajian kasus pengelolaan penyakit infeksi
terintegrasi
f. melakukan surveilans pola penggunaan antibiotik
g. melakukan surveilans pola mikroba penyebab infeksi dan
kepekaannya terhadap antibiotik
h. menyebarluaskan serta meningkatkan pemahaman dan kesadaran
tentang prinsip pengendalian resistensi antimikroba, penggunaan
antibiotik secara bijak, dan ketaatan terhadap pencegahan
pengendalian infeksi melalui kegiatan pendidikan dan pelatihan
i. mengembangkan penelitian di bidang pengendalian resistensi
antimikroba
j. melaporkan kegiatan program pengendalian resistensi antimikroba
kepada Direktur/Kepala rumah sakit.
k. melaporkan kegiatan

6.1.2 Sekretaris :
a. Melaksanakan kegiatan administrasi dan menginventarisir program kerja
PPRA
b. Bertanggungjawab terhadap pencatatan dan pelaporan semua kegiatan
PPRA
c. Membuat dan mensosialisasikan Uraian Tugas PPRA di rumah sakit
d. Bertanggungjawab terhadap penyediaan dan penyimpanan berkas rekam
medis
e. Bertanggungjawab terhadap pelaporan internal dan eksternal.

6.1.3 Anggota :
BAB VII
TATA HUBUNGAN KERJA

Hubungan kerja unit PPRA dengan unit-unit lainnya dibentuk sebagai suatu
jejaring internal dalam menangani penggunaan antimikroba di rumah sakit.
Koordinasi kegiatan dilaksanakan oleh tim PPRA rumah sakit.
No Jabatan Garis hubungan

1. Direksi Konsultasi pelaksanaan tugas

2. Ketua Tim Konsultasi dan koordinasi pelaksanaan tugas

3. Sekretaris Dukungan dan kerjasama dalam pelaksanaan

4. Anggota tim Dukungan dan kerjasama dalam pelaksanaan

POLA KETENAGAAN DAN KUALIFIKASI PERSONIL


KUALIFIKASI JUMLAH

NO NAMA JABATAN YANG


MASA
FORMAL SERTIFIKAT
KERJA DIPERLUKAN

1 dr. Yolanda, Ketua Dokter 1 Th ? 1


Sp.Pk / PPRA
2 Fitrotin, Sekretariat D3 / S1 1 Th ? 1
A.Md.Kep jurusan
PPRA medik

3 dr. Yusi Anggota D3 / S1 1 Th ? ?


Winarto jurusan
medik
Fitri
Anggraini,
S.Kep.Ns
BAB VIII
dr. Roedi
Irawan,
SpA.K
dr. Edward

dr. Edwin,
SpoG

Farmasi

KEGIATAN ORIENTASI RS

Lama
No. Materi Kegiatan Pembimbing
Orientasi

1. Orientasi umum meliputi: Mengikuti materi Sesuai dengan Manajer SDI


kelas orientasi umum
a. Struktur organisasi dan SDI
tata kerja RSIA NUN

b. Manajemen K3RS
RSIA NUN

c. KPRS

d. Manajemen sanitasi dan


lingkungan

e. Hak dan kewajiban


karyawan
BAB IX
2. Orientasi khusus 1. Pengenalan 2 minggu Ketua Tim
struktur
a. Pedoman organisasi unit organisasi PPRA
PPRA
2. Peran dan tugas
b. Pedoman pelayanan tim PPRA (uraian
PPRA tugas)
c. SPO dan akur kegiatan 3. Pengenalan
pelayanan PPRA pelayanan PPRA
d. Pencatatan dan 4. Sosialisasi SPO
pelaporan dan alur
pelayanan PPRA
e. Orientasi lingkungan
RSIA NUN 5. Pencatatan dan
pelaporan

6. Pengenalan RSIA
NUN

PERTEMUAN/ RAPAT

10.1 PENGERTIAN
Rapat merupakan suatu pertemuan yang terdiri dari beberapa orang yang
memiliki kepentingan dan tujuan yangsama untuk membicarakan atau memecahkan
suatu masalah tertentu.
Kegiatan rapatpun antara lain:
1. Pertemua rutin bulanan yang diselenggarakan satu bulan sekali, guna
membahas evaluasi kerja bulan berjalan, pembahasan masalah atau
kendalakendala, serta sosialisasi kebijakan terbaru di RSIA NUN
BAB X
2. Rapat Koordinasi yang diselenggarakan dengan mengundang unit terkait yang
berhubungan dengan kegiatan pelayanan klinik.

3. Pertemuan insidentil dilaksanakan sewaktu waktu jika diperlukan sifatnya


mendesak dan tidak terjadwal.

4. Rapat tahunan dilaksanakan akhir tahun guna membahas seluruh masalah yang
terjadi dalam satu tahun, kendala dalam pelayanan PPRA, dan untuk menjadi
laporan ke direktur RSIA NUN

PELAPORAN

Salah satu komponen penting dalam surveilans yaitu pencatatan dan


pelaporan dengan maksud mendapatkan data untuk diolah, dianalisis, diinterpretasi,
disajikan dan disebarluaskan untuk dimanfaatkan. Data yang dikumpulkan pada
kegiatan surveilans harus valid (akurat, lengkap, dan tepat waktu) sehingga
memudahkan dalam pengolahan dan analisis.
BAB XI

PENUTUP

Dengan tersusunnya Pedoman Pengorganisasian PPRA RSIA NUN


Surabaya ini, maka diharapkan dapat menjadi acuan dalam penyelengaraan
pengorganisasian Tim PPRA, sehingga terbentuk tim yang solid dan terorganisir
dan dapat bekerja secara optimal.
Hal-hal yang bersifat lebih teknis dan rinci akan disusun dalam bentuk
panduan dan SPO yang diperlukan sesuai dengan pokok kegiatan yang mendukung
pelaksanaan pelayanan pengobatan. Setiap petugas kesehatan di RSdiwajibkan
mengikuti pedoman ini secara utuh.
BAB XII
Bila di dalam pelaksanaannya terdapat perkembangan yang baru, maka tidak
menutup kemungkinan pedoman ini akan dilakukan perubahan dan penyesuaian
sesuai kebutuhan dan tuntutan.

Anda mungkin juga menyukai