Anda di halaman 1dari 64

TEKNI

K
LINGK
UNGAN
UNLAM
2015
#kesling #kesehatan #lingkungan
#unlam #2015 #prodi #teklink
#teknik
LANJUT KE KONTEN
 BERANDA
 ABOUT

KESEHATAN LINGKUNGAN
AMDAL DAN ANALISIS DAMPAK
KESEHATAN LINGKUNGAN
DOSEN PEMBIMBING : DR.
QOMARIYATUS
SHOLIHAH,DIPL.HYP,ST,M.KES
NIP. 19780420 200501 2 002
KESEHATAN LINGKUNGAN

AMDAL DAN ANALISIS DAMPAK KESEHATAN LINGKUNGAN


Oleh:
DWI INDAH LESTARI H1E111201
RIZKI NOOR BAYHAQY H1E111043
M. AKMAL HAKIM H1E111207
KARTIKA ARRUM W. H1E111060
FATH MUHAMMAD H1E111037
M. IRFAN ALMADANI H1E111039

PROGRAM STUDI S-1 TEKNIK LINGKUNGAN


FAKULTAS TEKNIK

UNIVERSITAS LAMBUNG
MANGKURAT
BANJARBARU
2015
KATA PENGANTAR

Puji Syukur Kami Panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas berkat dan
pertolongan-Nya sehingga penyusunan makalah mengenai “AMDAL dan
Analisis Dampak Kesehatan Lingkungan” ini dapat terselesaikan.

Terima kasih yang sebesar-besarnya kami sampaikan kepada:


1. Kedua orang tua dan keluarga yang telah memberikan doa dan
dukungan dalam pengerjaan makalah ini.
2. Bapak Dr. Ing Yulian Firman Arifin, ST. MT selaku Dekan III
Fakultas Teknik Universitas Lambung Mangkurat.
3. Bapak Dr. Ir Syahril Taufiq, M.Sc Eng selaku Dekan I Fakultas
Teknik Universitas Lambung Mangkurat.
4. Bapak Ir. H. Rusliansyah , M.Si selaku Dekan II Fakultas Teknik
Universitas Lambung Mangkurat.
5. Bapak Nurhakim, ST. MT selaku Dekan III Fakultas Teknik
Universitas Lambung Mangkurat.
6. Bapak Dr. Rony Ridwan, MT selaku Kepala Prodi Teknik
Lingkungan Fakultas Teknik Universitas Lambung Mangkurat.
7. Ucapan Terima Kasih kepada Ibu Dr. Qomariyatus
Sholilah,Amd.Hyp, ST., M.Kes selaku dosen mata kuliah kesehatan
lingkungan.
8. Teman-teman yang mendukung dalam menyelesaian makalah ini.
9. Semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan makalah ini.

Dalam penyusunan makalah ini tentu banyak sekali kekurang baik dari segi
isi maupun penulisan, jadi besar harapan Kami atas kritik dan saran yang
bersifat membangun dari para pembaca sehingga dapat menjadi suatu
masukan untuk kesempurnaan tugas-tugas berikutnya. Semoga makalah ini
bermanfaat bagi pembaca.

Banjarbaru, April 2015

Penyusun

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR
…………………………………………………………… i

DAFTAR ISI
…………………………………………………………………….. ii
BAB 1 PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


………………………………………………………………. 1 1.2 Tujuan
Penulisan………………………………………………………..……. 2

BAB 2 TINJAUAN

2.1 Tinjauan Empiris


……………………………………………………………. 3

2.2 Tinjauan Teoritis


…………………………………………………………….. 7

BAB 3 HASIL DAN PEMBAHASAN

3.1 Pembahasan
………………………………………………………………… 33

3.2 Hasil
………………………………………………………………………… 40

BAB 4 PENUTUP

4.1 Kesimpulan
………………………………………………………………… 47

4.2 Saran
……………………………………………………………………….. 48

DAFTAR PUSTAKA
…………………………………………………………………………… 49
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pada hakekatnya pembangunan adalah kegiatan memanfaatkan sumberdaya


alam untuk mencapai tujuan tertentu. Apabila pemanfaatan sumberdaya alam
dilaksanakan secara besar-besaran, maka akan terjadi perubahan ekosistem
yang mendasar. Agar pembangunan tidak menyebabkan menurunnya
kemampuan lingkungan yang disebabkan karena sumber daya yang terkuras
habis dan terjadinya dampak negatif, maka sejak tahun 1982 telah diciptakan
suatu perencanaan dengan mempertimbangkan lingkungan. Hal ini kemudian
digariskan dalam Peraturan Pemerintah No. 29 Tahun 1986 tentang Analisis
Mengenai Dampak Lingkungan Hidup (AMDAL). Peraturan Pemerintah ini
kemudian diganti dan disempurnakan oleh Peraturan Pemerintah No. 51
Tahun 1993 dan terakhir Peraturan Pemerintah No.27 Tahun 1999 tentang
Analisis Mengenai Dampak Lingkungan Hidup (AMDAL).

AMDAL ( Analisis Mengenai Damfak Lingkungan ) sendiri merupakan


kajian dampak besar dan penting terhadap lingkungan hidup, dibuat pada
tahap perencanaan, dan digunakan untuk pengambilan keputusan. Aspek
yang dikaji dalam proses AMDAL yaitu : aspek fisik-kimia, ekologi, sosial-
ekonomi, sosial-budaya, dan kesehatan masyarakat sebagai pelengkap studi
kelayakan suatu rencana usaha dan/kegiatan. Secara Umum AMDAL adalah
kajian mengenai dampak besar dan penting untuk pengambilan keputusan
suatu usaha dan/atau kegiatan yang direncanakan pada lingkungan hidup
yang diperlukan bagi proses pengambilan keputusan tentang penyelenggaraan
usaha dan/atau kegiatan

Analisis mengenai dampak lingkungan telah banyak dilakukan di Indonesia


dan Negara lain. Pengalaman menunjukkan, Amdal tidak selalu memberikan
hasil yang kita harapkan sebagai alat perencanaan.Bahkan tidak jarang
terjadi, Amdal hanyalah merupakan dokumen formal saja, yaitu sekedar
untuk memenuhi ketentuan dalam undang undang.Setelah laporan Amdal
didiskusikan dan disetujui, laporan tersebut tersebut disimpan dan tidak
digunakan lagi.Laporan tersebut tidak mempunyai pengaruh terhadap
perencanaan dan pelaksanaan proyek selanjutnya.Hal ini terjadi juga di
Negara yang telah maju, bahkan di Amerika Serikat yang merupakan negara
pelopor Amdal.
Manfaat amdal yaitu AMDAL bermanfaat untuk menjamin suatu usaha atau
kegiatan pembangunan agar layak secara lingkungan. Dengan AMDAL,
suatu rencana usaha dan/atau kegiatan pembangunan diharapkan dapat
meminimalkan kemungkinan dampak negatif terhadap lingkungan hidup, dan
mengembangkan dampak positif, sehingga sumber daya alam dapat
dimanfaatkan secara berkelanjutan (sustainable).

1.2 Tujuan

1. Untuk mengetahui AMDAL dan analisis dampak kesehatan


lingkungan.
2. Untuk mengetahui apa manfaat AMDAL.
3. Untuk mengetahui apa manfaat analisis dampak kesehatan
lingkungan.
BAB II
TINJAUAN

2.1 Tinjauan Empiris

Analisis Dampak Lingkungan dalam istilah asing disebut


dengan Enviromental Impact Analysis; Enviromental Impact Statement;
Enviromental Impact Assessment; atau Enviromental Impact and
Statement.Istilah Amdal tidak saja berkaitan dengan istilah tehnis akan tetapi
juga aspek hukum dan aspek administratif. Semua istilah tersebut menunjuk
pada pengertian bahwa setiap rencana aktivitas manusia, khususnya dalam
kerangka pembangunan yang selalu membawa dampak dan perubahan
terhadap lingkungan perlu dikaji terlebih dahulu dengan seksama.
Berdasarkan kajian ini, akan dapat diidentifikasi dampak-dampak yang
timbul, baik yang bermanfaat maupun yang merugikan bagi kehidupan
manusia. Kajian tersebut dapat dilakukan dengan melihat rencana suatu
kegiatan. (Siahaan, 2004 )
Diketahuinya rencana kegiatan merupakan hal yang sangat penting, sebab
apabila rencana tidak diketahui, maka dampak yang mungkin timbul dari
kegiatan tersebut tidak dapat diperkirakan.Garisdasar (base line) ialah
keadaan lingkungan tanpa adanya proyek (aktivitas).Fungsi garis dasar di sini
ialah keadaan acuan untuk mengukur dampak.Dampak dalam sistem Amdal
dikaitkan dengan dua jenis batasan. Pertama, perbedaan antara kondisi
lingkungan sebelum pembangunan, batasan kedua yakni perbedaan antara
kondisi lingkungan yang diperkirakan akan ada tanpa adanya pembangunan
dan yang diperkirakan akan adanya(hadirnya) pembangunan tersebut.
Batasan yang sama juga diberlakukan pada dampak lingkungan terhadap
pembangunan. (Siahaan, 2004 )

Salah satu instrumen kebijaksanaan lingkungan yaitu Analisis Mengenai


Dampak Lingkungan sebagaimana yang dimaksud dalam Pasal 22 angka (1)
Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan
Pengelolaan Lingkungan Hidup di atas, merupakan proses yang meliputi
penyusunan berbagai dokumen. Dokumen-dokumen itu berupa kerangka
acuan, analisis dampak lingkungan, rencana pengelolaan lingkungan hidup
dan rencana pemantauan lingkungan hidup bagi kegiatan usaha yang
dilakukan. Analisis mengenai dampak lingkungan hidup juga merupakan
salah satu alat bagi pengambil keputusan untuk mempertimbangkan akibat
yang mungkin ditimbulkan oleh suatu rencana usaha dan atau kegiatan
terhadap lingkungan hidup guna mempersiapkan langkah untuk
menanggulangi dampak negatif dan mengembangkan dampak positif.
Penanggulangan dampak negatif dan pengembangan dampak positif itu
merupakan konsekwensi dan kewajiban setiap orang untuk memelihara
kelestarian fungsi lingkungan hidup serta mencegah dan menanggulangi
pencemaran dan perusakan lingkungan. (Siahaan, 2004 )
Amdal sebagai instrumen dalam perencanaan pembangunan disebutkan
dalam Pasal 4 angka (1) Peraturan Pemerintah Nomor 27 Tahun 2009 tentang
Izin Lingkungan. Amdal disusun oleh Pemrakarsa pada tahap perencanaan
suatu Usaha dan/atau Kegiatan.Amdal merupakan instrumen untuk
merencanakan tindakan preventif terhadap pencemaran dan kerusakan
lingkungan hidup yang mungkin ditimbulkan dari aktivitas
pembangunan.Mengingat fungsinya sebagai salah satu instrumen dalam
perencanaan Usaha dan/atau Kegiatan, penyusunan Amdal tidak dilakukan
setelah Usaha dan/atau Kegiatan dilaksanakan.Penyusunan Amdal yang
dimaksud dalam ayat ini dilakukan pada tahap studi kelayakan atau desain
detail rekayasa. (Siahaan, 2004 )
Amdal merupakan bagian dari sistem perencanaan, Amdal seharusnya dapat
memberikan landasan bagi pengelolaan lingkungan. Sebagai “scientific
prediction”, Amdal memberikan gambaran yang jelas secara ilmiah tentang
analisis kegiatan dan dampak yang mungkin akan timbul oleh sebuah
kegiatan. Amdal seharusnya ditempatkan pada posisi yang strategis dalam
upaya memberikan perlindungan preventif dalam perizinan suatu kegiatan
yang berwawasan lingkungan. (Siahaan, 2004 )

Analisis Mengenai Dampak Lingkungan hidup dimasukkan ke dalam proses


perencanaan suatu usaha dan/atau kegiatan, maka pengambil keputusan akan
memperoleh pandangan yang lebih luas dan mendalam mengenai berbagai
aspek usaha dan/atau kegiatan tersebut, sehingga dapat diambil keputusan
yang optimal dari berbagai alternatif yang tersedia. Keputusan yang optimal
tersebut dapat diartikan sebagai keputusan yang berwawasan lingkungan,
karena telah memperhatikan aspek positif dan negatif suatu kegiatan usaha.
Pembangunan suatu wilayah merupakan hal tidak dapat dihindarkan.Sebagai
upaya agar pembangunan tersebut mengikuti konsep pembangunan
berkelanjutan dan mengikuti konsep daya dukung terhadap lingkungan maka
diperlukan suatu perencanaan yang matang. (Otto, 2001)

Hasil dari analisis mengenai dampak lingkungan dapat memberikan pedoman


agar perencanaan pembangunan harus mencapai tujuan sosial dan ekonomi
dengan tetap memperhatikan keseimbangan dinamis dengan lingkungan.
Perencanaan pembangunan yang ideal adalah yang tidak hanya mampu
mengakomodasi kepentingan dan kebutuhan masyarakat tetapi juga mampu
memadukan berbagai nilai dan berbagai kepentingan yang terlibat (Otto,
2001)

Di Amerika Serikat AMDAL merupakan keharusan untuk rencana


kebijaksanaan dan undang-undang yang diperkirakan akan mempunyai
dampak penting terhadap lingkungan (National Enviromental Policy Act,
1969). Di dalam Undang Undang Nomor 4 Tahun 1982 tentang Pokok Pokok
Pengelolaan Lingkungan Hidup, hal ini tidak dinyatakan secara eksplisit,
namun istilah rencana yang tertera dalam Pasal 16 Undang Undang itu dapat
juga diinterpretasikan sebagai kegiatan perumusan undang-undang dan
kebijakan. Metode untuk melakukan Amdal bagi perencanaan kebijaksanaan
dan undang undang atau produk hukum lainnya belum banyak
berkembang.Metode yang banyak berkembang ialah Amdal untuk proyek.
Analisis mengenai dampak lingkungan telah banyak dilakukan di Indonesia
dan Negara lain. Pengalaman menunjukkan, Amdal tidak selalu memberikan
hasil yang kita harapkan sebagai alat perencanaan.Bahkan tidak jarang
terjadi, Amdal hanyalah merupakan dokumen formal saja, yaitu sekedar
untuk memenuhi ketentuan dalam undang undang.Setelah laporan Amdal
didiskusikan dan disetujui, laporan tersebut tersebut disimpan dan tidak
digunakan lagi.Laporan tersebut tidak mempunyai pengaruh terhadap
perencanaan dan pelaksanaan proyek selanjutnya.Hal ini terjadi juga di
Negara yang telah maju, bahkan di Amerika Serikat yang merupakan negara
pelopor Amdal. (Setiadi, 2005)

Amdal sebagai Alat Pengelolaan Lingkungan

Hasil dari analisis mengenai dampak lingkungan juga dapat digunakan


sebagai pedoman untuk pengelolaan lingkungan yang meliputi upaya
pencegahan, pengendalian dan pemantauan lingkungan.Upaya pencegahan
artinya Amdal digunakan untuk mengantisipasi dampak yang kemungkinan
muncul akibat aktivitas/kegiatan.Dengan dapat diprediksinya dampak
tersebut, maka dampak negatif dapat dihindari dan dampat positif
dapat dimaksimalkan.Amdal sebagai alat pengendali artinya masalah atau
dampak dapat dikendalikan dan diminimalisir, misalnya dengan pemberian
pembatasan seperti sanksi.Amdal sebagai sarana pemantauan maksudnya
sebagai alat kontrol dan koreksi terhadap pelaksanaan dan operasi proyek.
Dengan kata lain, pemantauan ini merupakan alat pengelolaan lingkungan
untuk menyempurnakan perencanaan program dan pembaharuan program
dikemudian hari agar tujuan pengelolaan lingkungan tercapai.

Pasal 36 angka (1) Undang Undang Nomor 32 Tahun 2009 tentang


Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup menyebutkan setiap usaha
dan/atau kegiatan yang wajib memiliki amdal atau UKL-UPL wajib memiliki
Izin Lingkungan. Izin Lingkungan tersebut tidak akan dikeluarkan apabila
tidak ada keputusan kelayakan lingkungan dari Komisi Penilai Amdal yang
menilai dokumen atau kajian mengenai dampak penting yang diajukan oleh
pemrakarsa. Suatu usaha dan/atau kegiatan sebelum mulai dilakukan wajib
mempunyai kajian mengenai dampak besar dan penting yang akan timbul
apabila usaha dan/atau kegiatan itu dilakukan. Hasil dari kajian tersebut
kemudian disertakan dalam perizinan usaha dan/atau kegiatan tersebut.
Apabila hasil kajian tersebut tidak disertakan maka izin usaha dan/atau
kegiatan itu tidak akan keluar, karena kajian tersebut merupakan syarat yang
harus dipenuhi dalam perizinan suatu usaha dan/atau kegiatan yang
membawa dampak bagi lingkungan.

Fungsi AMDAL

Dilihat dari fungsi AMDAL yang sangat menjaga rencana usaha dan/atau
kegiatan usaha sehingga tidak merusak lingkungan, maka terlihat begitu
besar Manfaat AMDAL. Manfaat AMDAL antara lain sebagai berikut..

1. Manfaat AMDAL bagi Pemerintah


 Mencegah dari pencemaran dan kerusakan lingkungan.
 Menghindarkan konflik dengan masyarakat.
 Menjaga agar pembangunan sesuai terhadap prinsip pembangunan
berkelanjutan.
 Perwujudan tanggung jawab pemerintah dalam pengelolaan lingkungan
hidup.
2. Manfaat AMDAL bagi Pemrakarsa.
 Menjamin adanya keberlangsungan usaha.
 Menjadi referensi untuk peminjaman kredit.
 Interaksi saling menguntungkan dengan masyarakat sekitar untuk bukti
ketaatan hukum.
3. Manfaat AMDAL bagi Masyarakat
 Mengetahui sejak dari awal dampak dari suatu kegiatan.
 Melaksanakan dan menjalankan kontrol.
 Terlibat pada proses pengambilan keputusan.

2.2 Tinjauan Teoritis

ANALISIS DAMPAK KESEHATAN LINGKUNGAN (ADKL) Prof.


Mukono

PERLUNYA ADKL DIJADIKAN PROGRAM KESEHATAN

Sumber daya manusia merupakan salah satu faktor penentu dalam upaya
meningkatkan kualitas hidup masyarakat. Untuk meningkatkan kualitas
sumber daya manusia diperlukan tingkat kesehatan manusia yang optimal.
Oleh sebab itu untuk menjamin kualitas sumber daya manusia dalam segi
kesehatan agar mampu berkompetisi diperlukan suatu perencanaan program
kesehatan dan perlindungan hukum yang memadai.

Perlindungan terhadap lingkungan hidup dari rencana usaha kegiatan


ditetapkan melalui UU No. 23 tahun 1997 tentang pengelolaan lingkungan
hidup. Hal ini tercermin bahwa setiap rencana usaha/kegiatan yang
mempunyai dampak penting wajib dilengkapi dengan suatu AMDAL. Di
dalam Undang-undang lingkungan hidup dan pedoman pelaksanaannya
secara jelas belum nampak ketentuan perundangan terhadap analisis dampak
pada kesehatan masyarakat/ kesehatan lingkungan.

Telah diketahui bahwa derajat kesehatan individu/masyarakat tergantung


kepada kondisi “Host” (individu), ”agent” (penyebab penyakit), dan
“environment” (lingkungan). Dengan demikian apabila terjadi perubahan
lingkungan menjadi jelas disekitar manusia, maka akan terjadi pula
perubahan pada kondisi kesehatan masyarakat dan kesehatan lingkungan
masyarakat tersebut. Dengan demikian maka studi analisis mengenai dampak
lingkungan yang idealnya melindungi masyarakat, memasukkan pula metode
analisis dampak kesehatan lingkungan (ADKL). (WHO – Ditjen PPM & PL,
2005)
Perlunya ADKL pada perlindungan terhadap lingkungan hidup dari rencana
usaha/kegiatan dijelaskan pula oleh organisasi kesehatan dunia (WHO).
Pertemuan WHO pada tahun 1987 di Copenhagen yang bertema “Health and
Safety Component of Environmental Inpact Assessment” menyatakan bahwa
perlunya model Analisis Dampak Kesehatan Lingkungan(“Environmental
Health Inpact Assessment/EHIA”) untuk memadukan program analisis
kesehatan dengan analisis dampak lingkungan yang lebih menekankan
komponen kesehatan.
Majelis Kesehatan Sedunia (“World Health Assembly”) pada tahun 1981
mencanangkan strategi sehat untuk semua di tahun 2000. Pada tahun 1986,
strategi tersebut diteruskan dengan “Ottawa Charter” yang merupakan hasil
keputusan dari : “International Conference on Health
Promotion”.Pandangan WHO tersebut dapat disebut sebagai konsep baru
kesehatan masyarakat. Konsep tersebut menyatakan bahwa :

“Keadaan yang mendasar dan sumber untuk kesehtan adalah keadaan damai,
pemukiman, pangan, pendidikan, pendapatan, ekosistem yang seimbang,
sumber daya alam yang meningkat pemanfaatannya, keadilan sosial dan
pemerataan aspek kehidupan. (WHO – Ditjen PPM & PL, 2005)

Apabila dicermati, konsep oleh WHO tersebut mengutamakan


padapencegahan penyakit. Konsep pencegahan penyakit akan memberikan
implikasi prediksi dan analisis tentang dampak negatif kegiatan
pembangunan terhadap kesehatan. Pada saat itu, badan dunia tersebut
menyatakan bahwa komponen kesehatan lingkungan sering diabaikan dalam
proses analisis dampak lingkungan. Dengan keadaan tersebut, WHO
menekankan tentang perlunya penelitian dampak kesehatan lingkungan pada
proyek pembangunan.

Pada tahun 1986, kelompok kerja WHO memantapkan empat prinsip dasar
yang berhubungan dengan analisis dampak lingkungan, yaitu :

1) Kesehatan masyarakat yang terkena dampak pembangunan merupakan


salah satu pertimbangan penting dan mendasar dalam menyusun
perencanaan, kebijakan dan pelaksanaan proyek pembangunan.

2) Dampak kesehatan masyarakat yang mungkin timbul sebagai akibat dari


pelaksanaan program pembangunan harus lebih mendapat perhatian.
3) Analisis dampak lingkungan (ANDAL) harus dapat memberikan informasi
yang tepat tentang dampak kesehatan dari pembangunan sebuah proyek.

4) Informasi lengkap perihal dampak kesehatan tersebut harus disampaikan


kepada masyarakat.

2. KONSEP KETERPADUAN ANALISIS DAMPAK KESEHATAN


LINGKUNGAN

Untuk menelaah kedua konsep yaitu Analisis Dampak Lingkungan dan


Analisis Dampak Kesehatan Lingkungan diperlukan rincian kerangka dasar
model dari kedua konsep tersebut.

Menurut Brown dan Mc. Donald (1988) kerangka dasar dari Analisis
Dampak Lingkungan adalah sebagai berikut :

Bagan I

Kerangka Dasar Analisis Dampak Lingkungan

: rincian tentang kondisi lingkungan pada saat ini d


Pengumpulan data dasar mendatang untuk bahan masukan perencanaan pem
: identifikasi dampak yang mungkin timbul dan pem
Identifikasi dampak dampak untuk analisis yang lebih rinci, dengan cara
Prediksi : melakukan prakiraan besarnya perubahan yang
: pentingnya perubahan yang terjadi untuk tingkat
khususnya beberapa hal yang berhubungan dengan
Evaluasi di bidang sosial ekonomi.
: mengurangi dampak negatip dan memaksimalka
Mitigasi positip.
: menyebarluaskan macam, kualitas dan kuantitas
Komunikasi mungkin terjadi kepada masyarakat dan lembaga ter
: melakukan pengukuran dan memberikan umpan
Pemantauan dampak pembangunan.

Sumber : (D. G. Mc Donald, 1988)


Bagan II

Model Analisis Dampak Kesehatan Lingkungan

Rincian Analisis Dampak Kesehatan Lingkungan, adalah analisis :a.dampak seca


terhadap parameter lingkunganb.dampak tidak langsung terhadap parameter
lingkunganc.parameter lingkungan yang berhubungan dengan kesehatand.adanya
pemaparan

e.adanya peningkatan populasi berisiko tinggi

f.dampak kesehatan (angka kesakitan dan kematian)

Sumber : (D. G. Mc Donald, 1988)

Pada bagan I dan bagan II tampak ada kalimaat yang isi dan maknanya
mengandung kesesuaian

Pada tahap analisis dampak kesehatan lingkungan langsung dan tidak


langsung seperti yang tertulis dalam ad a dan ad b (bagan II) ada kesesuaian
dengan tahap pengumpulan data dasar seperti yang tertulis pada bagan I.
Sedangkan identitas parameter lingkungan seperti yang tertulis dalam ad c
(bagan II) ada kesesuaian dengan proses identifikasi dampak pada bagan I,
yaitu proses identifikasi dampak lingkungan yang berhubungan dengan
kesehatan lingkungan. Selanjutnya proses analisis adanya peningkatan
pemaparan pada ad d (bagan II), merupakan komponen analisis pemaparan
pada masyarakat yang terkandung di dalam seluruh proses analisis dampak
kesehatan lingkungan.

Prakiraan adanya peningkatan pemaparan tergantung dari metode yang


digunakan misalnya dengan metode bagan alir. Sedangkan prakiraan tentang
adanya peningkatan populasi risiko tinggi (“high risk”) digunakan misalnya
dengan metode “risk analysis”. Prakiraan tentang tingkat morbiditas dan
mortalitas, perlu data bidang kesehatan dari Rumah Sakit/Puskesmas dan hal
ini sering terabaikan dalam proses analisis dampak lingkungan.
Pada bagan I dan II nampak kedua model tersebut baik analisis dampak
lingkungan dan analisis dampak kesehatan lingkungan penekanannya masih
terbatas pada “environmental illness” (sakit karena faktor lingkungan) dan
belum banyak menjamah permasalahan ”quality of life” (kualitas hidup).
Dengan demikian maka proses analisis yang baik harus melibatkan analisis
dampak kesehatan lingkungan secara menyeluruh termasuk komponen sosial-
ekonomi-kesehatan. (D. G. Mc Donald, 1988)

Komponen yang berhubungan dengan faktor fisik, kimia, biologi, sosial-


ekonomi-kesehatan adalah sebagai berikut :

1. Kualitas lingkungan fisik, kimia dan biologi termasuk kualitas udara,


air, kebisingan dll.
2. Kualitas diet, sebagai sumber informasi adalah ilmu gizi dan
kedokteran.
3. Kualitas penyakit dan kesehatan jiwa, harus bersumber dari ilmu
kedokteran, biologi, psikiatri dan psikologi.
4. Kualitas pekerjaan dan jaringan masyarakat bermuara pada disiplin
ekonomi, sosiologi, dan antropologi.
5. Kualitas pemukiman dan aksesibilitas bersumber pada ilmu geografi,
perencanaan dan arsitektur.
3. BERBAGAI KEGIATAN DENGAN ISSUE POKOK DAMPAK

KESEHATAN

Berbagai kegiatan yang menimbulkan dampak penting terhadap kesehatan


lingkungan antara lain :

1. Kegiatan bidang kesehatan

Kegiatan bidang ini berpotensi memiliki dampak terhadap kesehatan antara


lain berasal dari Rumah Sakit baik Rumah Sakit Umum maupun Rumah Sakit
Spesialistik. Sumber pencemar dari kegiatan ini antara lain sisa operasi dan
buangan limbah terinfeksi yang dapat menularkan penyakit melalui kuman
parasit atau vektor. Kegiatan lainnya seperti laboratorium klinik,
mikrobiologi kesehatan, industri farmasi, industri makanan kesehatan dan
alat-alat kesehatan.
2. Kegiatan bidang industri

Kegiatan bidang industri sering merupakan sumber masalah gangguan


terhadap kesehatan lingkungan. Kegiatan bidang industri, dipengaruhi oleh
beberapa faktor lain, jenis produk, bahan baku, proses maupun jenis limbah
sendiri. Dengan demikian, kegiatan bidang industri akan mengeluarkan
limbah cair, limbah gas/partikel dan limbah padat.

Menurut World Health Organization, World Bank dan United Nations


Enviromental Program kelompok industri yang berpotensi menimbulkan
bahaya terhadap kesehatan adalah sebagai berikut :

a)Industri Pertanian, Kehutanan, dan Makanan

Kegiatan industri ini memiliki potensi dampak terhadap kesehatan


masyarakat, karena mengeluarkan limbah dari bahan-bahan kimia dalam
proses produksinya. Disamping itu juga kemungkinan adanya parasit dan
mikroba pada limbah industri makanan.

b)Industri Ekstraksi Mineral (tidak termasuk hidrokarbon)

Penambangan ini memungkinkan berkembangnya vektor dan parasit pada


lubang bekas galian (“quary”) yang tergenang air, sehingga menimbulkan
bahaya terhadap kesehatan masyarakat.

c)Industri Logam

Kegiatan industri ini meliputi besi, metalurgi non-besi, pengerjaan logam


yang mengeluarkan bahan kimia lainnya. Limbah berpengaruh secara kronis
terhadap kesehatan masyarakat.

d)Industri Energi

Jenis industri ini dapat dilihat pada kegiatan Pertambangan dan Energi. Dapat
mengeluarkan limbah cair, gas, suhu panas (meningkatkan suhu air laut).

e)Pengolahan hasil Mineral bukan Logam


Kegiatan industri ini meliputi antara lain bahan konstruksi, keramik, gelas,
dan asbestos. Pengaruh industri ini adalah gangguan terhadap pernafasan
secara kronis.

f)Industri kimia dan idustri yang terkait

Macam industri ini sangat beragam dari industri bukan bangunan, fotografi
sampai biosida. Limbah yang dihasilkan merupakan bahan kimia berbahaya
dan beracun (BBB) yang dapat menimbulkan dampak kronis maupun akut.

g)Industri barang logam, Rekayasa dan Kendaraan

Limbah industri ini mengandung logam berat maupun bahan kimia lainnya
yang menimbulkan bahaya terhadap kesehatan.

h)Industri Tekstil, Kulit, Timber dan Barang Kayu

Limbah industri ini mengandung bahan kimia yang potensial berpengaruh


terhadap perairan dan kesehatan masyarakat/lingkungan.

i)Industri Kertas dan Produknya, Percetakan dan Penerbitan

Limbah industri ini menimbulkan gangguan pernapasan terhadap pekerja


maupun gangguan terhadap kesehatan masyarakat dan lingkungan.

j)Pelayanan Medis, Sanitasi dan Laboratorium Kesehatan

Kegiatan kelompok ini masuk dalam bidang kesehatan. Mengeluarkan limbah


medis dan limbah kimia yang mengganggu kesehatan masyarakat dan
lingkungan.

k)Komersial dan Tempat Umum

Pengaruh yang ditimbulkan antara lain berkembangnya vektor atau parasit


pada limbah padat yang mudah membusuk antara lain kegiatan pasar dan
restoran.
3. Kegiatan Pertambangan dan Energi

a)Pertambangan Minyak dan Gas

Penambangan minyak dan gas mempunyai potensi dampak penting terhadap


kesehatan masyarakat/lingkungan. Menghasilkan limbah gas yang dapat
menurunkan kualitas udara dan limbah cair yang dapat menurunkan kualitas
perairan, serta sangat potensial menimbulkan resiko bagi kesehatan
masyarakat dan lingkungan.

Limbah proses yang mengandung logam berat akan menyebabkan gangguan


kesehatan karena akumulasinya di dalam tubuh melalui makanan.

b)Penambangan Logam, Mineral dan Bahan Radio Aktif

Penambangan logam dan prosesnya akan menimbulkan limbah yang


membawa serta logam berat. Limbah ini akan terakumulasi pada rantai
makanan yang berbahaya bagi kehidupan manusia.

Disisi lain bekas galian/penambangan yang berupa kolam-kolam


penambangan apabila terisi air sangat potensial sebagai habitat vektor yang
dapat menularkan penyakit, antara lain : Malaria dan Demam Berdarah
Dengue.

c)Pembangkit Tenaga Listrik

1) Tenaga Panas Bumi

Pengambilan tenaga panas bumi berpotensi untuk menimbulkan gas beracun


yang dapat mengganggu kesehatan masyarakat

2) Bahan Baku Minyak dan Batu Bara

Penggunaan bahan baku dari bahan fosil (Migas dan batu bara) sangat
potensial menyebabkan pencemaran udara berupa limbah emisi gas seperti
CO, SO2 dan partikel yang sangat potensial menimbulkan dampak terhadap
kesehatan masyarakat.
d)Tenaga Nuklir

Pembangkit tenaga nuklir mempunyai potensial untuk mengeluarkan limbah


radioaktif yang akan menimbulkan dampak penting terhadap kesehatan
masyarakat secara luas.

4. Kegiatan Transmigrasi

a)Cetak Sawah

Pembukaan hutan untuk areal persawahan merupakan areal yang potensial


sebagai media/habitat vektor. Habitat vektor ini potensial menimbulkan
dampak penting terhadap kesehatan dan dapat terjadi secara periodik setiap
tahun/setiap musim.

b)Pemindahan Penduduk

Pemindahan penduduk dari daerah asal ketempat yang baru, di dalam


interaksinya sangat potensial sebagai pembawa penyakit/penularan penyakit.
Penularan penyakit ini tidak tergantung dari jumlah manusia yang
menularkan tetapi ditentukan oleh sumber penularan dari salah satu
kelompok masyarakat dan lama waktu penyakit tersebut berjangkit. Potensi
dampak ini sangat penting terhadap kesehatan masyarakat.

5. Kegiatan Pariwisata

Aktivitas pariwisata secara tidak langsung memiliki potensi terhadap


penularan dan penyebaran penyakit. Interaksi wisatawan lokal maupun dari
mancanegara, dari suatu daerah ke daerah lain, merupakan sumber dampak
penting bagi kesehatan masyarakat baik melalui vektor maupun penularan
penyakit secara langsung.

6. Kegiatan Riset dan Teknologi

Pengembangan bidang riset dan teknologi yang menggunakan bahan-bahan


kimia, radioaktif, maupun mikroba serta mahluk hidup lainnya. Mempunyai
dampak yang sangat potensial terhadap kesehatan. Sebagai contoh adalah
laboratorium biotek/farmasi dikhawatirkan akan menimbulkan resistensi
terhadap penyakit atau timbulnya strain baru.

7. Penggunaan Tenaga Atom

Penggunaan tenaga atom/radioisotop sangat potensial/menimbulkan dampak


penting terhadap kesehatan dan lingkungan. Paparan radiasi terhadap tubuh
manusia dapat secara langsung atau melalui organisme lain yang
terkontaminasi oleh limbah radioaktif. Semua kegiatan yang memakai bahan
radioisotop, pengawasan keselamatannya dilakukan oleh Badan Tenaga
Atom Nasional (BATAN).

8. Pekerjaan Umum
9. Pengairan

1) Pembangunan dam Irigasi

Pembangunan untuk irigasi sangat potensial untuk perkembangbiakan vektor


dan penyakit yang berkaitan dengan Water Born Disease. Sebagai contoh
adalah penyakit kaki gajah, malaria dan penyakit muntah-berak.

2) Cetak Sawah

Cetak sawah sangat potensial terhadap perkembangan penyakit yang


berkaitan dengan karakter Water Born Disease (Penyakit disentri, tifus dan
muntah-berak).

2) Cetak Sawah

Cetak sawah sangat potensial terhadap perkembangan penyakit yang


berkaitan dengan karakter Water Born Disease (Penyakit disentri, tifus dan
muntah-berak).
1. Cipta Karya

Pembangunan perumahan sangat potensial untuk perkembangbiakan vektor.


Tingkat penularan penyakit akan bertambah karena bertambahnya frekuensi
interaksi antar masyarakat penghuni perumahan.
1. Bina Marga

Pembangunan jalan sebagai sarana transportasi perlu perhatian berhubung


kaitannya dengan penularan penyakit dari wilayah satu terhadap wilayah lain.

9. Pertahanan dan Keamanan

Departemen Hankam memiliki industri strategis untuk persenjataan yang


berkaitan dengan unsur fisik-kimia, maupun biologis yang termasuk bahan
berbahaya beracun. Bahan tersebut sangat potensial sebagai sumber dampak
penting terhadap kesehatan masyarakat dan lingkungan. (Nurdin, 1981)

Sumber perubahan dapat berupa kegiatan manusia, seperti pabrik, transpotasi,


pemukiman dan dapat pula berupa peristiwa alamiah seperti gunung berapi
dan reaksi kimia alamiah yang terjadi di atmosfer. Komponen lingkungan
yang selalu berinteraksi dengan manusia dan seringkali mengalami
perubahan akibat adanya kegiatan manusia yang berupa proyek/kegiatan
adalah : air, udara, makanan, vektor/binatang penular penyakit, dan manusia
itu sendiri. Perubahan dari unsur tersebut akan mengandung suatu risiko
penyakit. Risiko penyakit akan timbul karena menumpang
pada “vehicle” air, udara, makanan, binatang penular penyakit (vektor) dan
bahkan manusia sendiri. Dengan demikian dalam konsep kesehatan
lingkungan, status kesehatan masyarakat merupakan resultantedari hasil
hubungan interaksi antara masyarakat dengan berbagai komponen lingkungan
seperti air, udara, makanan, vektor/binatang penular penyakit, tanah, dan
manusia itu sendiri yang mengandung berbagai penyebab sakit seperti faktor
fisik, kimia dan biologi.
Masyarakat yang mempunyai risiko tinggi untuk menderita penyakit akibat
dari faktor sumber, perlu dilakukan pengukuran spesimen tubuh manusia.
Hasil pengukuran tersebut sebagai tanda biologis (“biological marker”) yang
dapat dianggap sebagai bio-indikator. Sebagai contoh tanda biologis adalah
pengukuran merkuri pada kuku, rambut, serta timbal di dalam darah. Apabila
kadar logam berat tersebut melebihi nilai ambang batas, maka merupakan
bio-indikator bahwa manusia tersebut keracunan merkuri atau timbal.
Apabila sudah terjadi kelainan penyakit, dapat dihitung secara epidemiologis.
Prevalensi dari berbagai penyakit akibat interaksi antara masyarakat dengan
sumber penyebab penyakit. (Nurdin, 1981)

4. METODE ANALISIS DAMPAK KESEHATAN LINGKUNGAN

1) Metode pengumpulan data

Pengumpulan data rona lingkungan awal dari aspek potensi kesehatan harus
mengikuti paradigma kesehatan lingkungan.

Rona lingkungan awal dapat berfungsi sebagai dasar prakiraan


dampak(“basic prediction of impact”) yang mencakup informasi sebagai
berikut :
1. a) Potensi daya dukung(“Carrying Capacity”)lingkungan
2. b) Potensi kerawanan/kesehatan masyarakat
3. c) Informasi kelentingan

Ketentuan Pengumpulan Data

Faktor yang diperhatikan dalam pengumpulan data dalah :

1. a) Penetapan parameter kunci dan batas wilayah studi.

Parameter kunci (parameter utama) merupakan faktor penting dalam


menetapkan batas wilayah studi, yaitu seberapa luas dampak akan menyebar.
Batas wilayah studi dari suatu rencana kegiatan akan memudahkan dalam
menetapkan parameter penunjang.

1. b) Penentuan letak dan jumlah sampel

Penentuan letak sampel harus memperhatikan aspek keseluruhan sistem yang


dikaitkan dengan sumber dampak. Sedangkan penentuan jumlah sampel
harus berpedoman pada azas keterwakilan dari unit sistem yang tercakup
dalam ruang batas studi.

1. c) Intensitas pengambilan sampel


Harus memperhatikan faktor lingkungan yang berpengaruh terhadap perilaku
parameter kunci maupun penunjang.

Faktor lingkungan tersebut, antar lain : perubahan musim dan penyinaran,


perubahan suhu dan kelembaban, topografi, geografi serta sistem
pembuangan limbah.

1. d) Jangka waktu pemeriksaan sampel

Dengan memperhatikan ciri parameter, perlu ditentukan kapan dan berapa


lama batas waktu bagi parameter kimia/biologi/kesehatan harus cepat
diperiksa/dianalisis agar supaya tidak kadaluwarsa.

1. e) Sistem pengawetan dan fiksasi sampel

Bagi parameter yang tidak memungkinkan untuk secepatnya dianalisis dalam


laboratorium, perlu perlindungan sampel yaitu dengan pengawetan/fiksasi
atau menjaga pada suhu tertentu agar sampel tidak rusak.

1. f) Kalibrasi instrumen

Kalibrasi instrumen dilakukan agar kepekaan instrumen dipertahankan


sehingga validitas hasil analisis dapat optimal. (Boughey, 1973)

2) Metode dan Teknis Analisis

1. Kualitas Ambien

Dalam ADKL metode untuk kualitas ambien mencakup beberapa macam,


yaitu :

1. Kualitas air ketiganya dianalisis parameter fisik kimia


2. Kualitas udara dengan metode analisis spesifik sesuai dengan
3. Kualitas tanah macam parameternya
4. Vektor dan Parasit. Dianalisis sesuai dengan parameter
vektor/parasit/mikroba/bakteri dengan metode analisis dan alat sesuai
dengan macam parameter vektor/parasit/mikroba/bakteri.
5. Makanan dan Gizi.

Dianalisis sesuai dengan parameter makanan/gizi dengan metode pengamatan


yang disesuaikan dengan parameternya. (Boughey, 1973)

1. Kualitas Kesehatan Manusia


Untuk mendeteksi kualitas kesehatan manusia/masyarakat, dipakai metode
yang tidak invasif (tidak menyakiti). Macam metode tersebut adalah :

1) Metode pemantauan perilaku paparan.

Sebagai contoh : pemasangan “film budge” dan “alpha cellulose pads”.

2) Metode pengukuran bio-indikator/petanda biologis.

Sebagai contoh : pengukuran kadar timbal dalam darah.

3) Metode pengukuran/identifikasi kasus.

Dengan cara penentuan dampak kesehatan yang berupa gejala penyakit dan
hasil deteksi yang memakai alat teknik diagnostik.

1. Metode Analisis

Dilakukan untuk menganalisis data yang mengkaitkan hubungan variabel


dengan menggunakan pendekatan epidemiologi. Beberapa metode analisis
epidemiologi yang sering dipakai adalah :

1) Proporsi atau “Rate”

Ditunjukkan oleh perbandingan antara jumlah kasus dengan jumlah orang


yang berisiko dalam populasi.

2) Angka Prevalensi
Perbandingan antara jumlah kasus penyakit dengan jumlah populasi pada
waktu tertentu.

3) Angka Insidensi

Perbandingan antara jumlah kasus baru dari penyakit dengan jumlah manusia
yang mempunyai risiko dalam populasi pada periode waktu. (Nurdin, 1981)

5. INTERPRETASI HASIL ANALISIS

Untuk melakukan interpretasi suatu hasil analisis laboratorium, diperlukan


syarat sebagai berikut :

1. a) Sistem pengambilan sampel yang benar


2. b) Cara pewadahan dan pengawetan yang memenuhi syarat
3. c) Waktu pengiriman sampel ke laboratorium yang optimal
4. d) Kaitan hasil analisis dan kondisi lingkungan tempat pengambilan
sampel harus proporsional
5. e) Pengumpulan secara akurat informasi lingkungan yang
berhubungan dengan geologi, vegetasi dan aktivitas manusia yang
dapat mempengaruhi parameter kualitas kesehatan lingkungan.
(Nurdin, 1981)
7. PRAKIRAAN DAMPAK KESEHATAN LINGKUNGAN

Sistem yang dipakai untuk menentukan prakiraan dampak dari parameter


lingkungan terhadap kesehatan masyarakat/ kesehatan lingkungan adalah
pendekatan model dan menggunakan “profesional judgement”. Pada ADKL
dikenal dua jenis prakiraan dampak, yaitu :

– Prakiraan dampak pada parameter ambien.

– Prakiraan dampak pada kesehatan manusia.

1. Prakiraan dampak pada parameter ambien


2. Kualitas Udara
3. Sumber tidak bergerak
Untuk menentukan prakiraan besarnya risiko terhadap
masyarakat“population at risk” dari sebaran emisi gas atau partikel yang
keluar dari cerobong pabrik, dipakai model Gauss. Dengan model Gauss,
dapat diketahui prakiraan kadar gas atau partikel di udara ambien dengan
jarak tertentu dari cerobong pabrik.
1. Sumber bergerak
Untuk menentukan prakiraan besarnya risiko terhadap
masyarakat“population at risk” dari sebaran pencemaran emisi yang berasal
dari kegiatan transportasi dipakai dengan model Sutton. Dengan
model Sutton, dapat diketahui prakiraan kadar gas atau partikel di udara
ambien dengan jarak tertentu dari knalpot atau pusat transportasi.
2. Kebisingan

Prakiraan untuk kebisingan dapat diukur memakai model tertentu dengan


menggunakan data yang berasal dari sumber bergerak dan sumber tidak
bergerak.

3. Kualitas air
Pencemaran badan air dan prakiraan pengaruhnya bagi kesehatan manusia,
dibedakan atas sumber pencemaran yang merusak (“degradable”) dan yang
kurang merusak (“non degradable”).
1. Sumber pencemar yang merusak(“degradable”)

Sifat racunnya mengganggu secara langsung.

Pendekatan untuk prakiraan luasnya persebaran dampak dipakai


model Gulerdan Dobbins, yaitu : “Biological oxigen Demand” (BOD)
dan “Disolved Oxygen” (DO).
1. Sumber pencemar yang kurang merusak(“non degradable”)

Mempunyai sifat organik dan an-organik. Prakiraan persebaran dampak


dalam badan air, ditentukan oleh faktor sifat dan lama waktu akumulatif, sifat
non-degradatif serta hidrodinamika badan air.

4. Perubahan habitat, vektor dan agen


Prakiraan dampak yang disebabkan oleh perubahan habitat, perkembangan
vektor, dan macam parasit atau mikroba (sebagai agen penyakit) sulit
ditunjukkan dengan model. Dengan demikian prakiraan dapat didasarkan
pada fenomena perubahan sebagai berikut :

1. Terjadinya perubahan habitat


2. Memungkinkan timbulnya vektor
3. Memungkinkan interaksi agen penyakit
4. Adanya sumber penyakit menular. (Mills, 1995)
1. Prakiraan Dampak pada Kesehatan Manusia

Prakiraan dampak zat toksis yang masuk kedalam tubuh manusia akan
memberikan efek akut atau kronis dan dipengaruhi oleh :

1.Jenis zat kimia

2.Jalur pemasukan (“Route of exposure”)

3.Dosis

4.Rata-rata dosis yang masuk (“dose rate”)


5.Waktu pemaparan (“fraction of lifetime exposure”)

6.Jenis kelamin

7.Proses biokinetik di dalam tubuh, yang terdiri dari absorbsi, distribusi,


penimbunan, biotransformasi dan waktu eliminasi dari organ

8.Mekanisme keracunan.

Kerangka Teoritis

1. Pembangunan dan Lingkungan Hidup

Peningkatan usaha pembangunan sejalan dengan peningkatan penggunaan


sumber daya untuk menyokong pembangunan dan timbulnya permasalahan-
permasalahan dalam lingkungan hidup manusia. Pembangunan ini
merupakan proses dinamis yang terjadi pada salah satu bagian dalam
ekosistem yang akan mempengaruhi seluruh bagian. Kita tahu bahwa pada
era pembangunan dewasa ini, sumber daya bumi harus dikembangkan
semaksimal mungkin secara bijaksana dengan cara-cara yang baik dan
seefisien mungkin. Dalam pembangunan, sumber alam merupakan
komponen yang penting karena sumber alam ini memberikan kebutuhan asasi
bagi kehidupan. Dalam penggunaan sumber alam tadi hendaknya
keseimbangan ekosistem tetap terpelihara. Acapkali meningkatnya kebutuhan
proyek pembangunan, keseimbangan ini bisa terganggu, yang kadang-kadang
bisa membahayakan kehidupan umat. Kerugian-kerugian dan perubahan-
perubahan terhadap lingkungan perlu diperhitungkan, dengan keuntungan
yang diperkirakan akan diperoleh dari suatu proyek pembangunan. Itulah
sebabnya dalam setiap usaha pembangunan, ongkos-ongkos sosial untuk
menjaga kelestarian lingkungan perlu diperhitungkan. Sedapat mungkin tidak
memberatkan kepentingan umum masyarakat sebagai konsumen hasil
pembangunan tersebut.

Beberapa hal yang dapat dipertimbangkan dalam mengambil keputusan-


keputusan demikian, antara lain adalah kualitas dan kuantitas sumber daya
alam yang diketahui dan diperlukan; akibat-akibat dari pengambilan sumber
kekayaan alam termasuk kekayaan hayati dan habisnya deposito kekayaan
alam tersebut. Bagaimana cara pengelolaannya, apakah secara tradisional
atau memakai teknologi modern, termasuk pembiayaannya dan pengaruh
proyek pada lingkungan, terhadap mem buruknya lingkungan serta
kemungkinan menghentikan pengrusakan lingkungan dan menghitung biaya-
biaya serta alternatif lainnya.

Hal-hal tersebut di atas hanya merupakan sebagian dari daftar persoalan, atau
pertanyaan yang harus dipertimbangkan bertalian dengan setiap proyek
pembangunan. Juga sekedar menggambarkan masalah lingkungan yang
masih harus dirumuskan kedalam pertanyaan-pertanyaan konkrit yang harus
dijawab. Setelah ditemukan jawaban-jawaban yang pasti atas pertanyaan-
pertanyaan tadi, maka disusun pedoman-pedoman kerja yang jelas bagi
pelbagai kegiatan pembangunan baik berupa industri atau bidang lain yang
memperhatikan faktor perlindungan lingkungan hidup. (Rohmad, 2001)
Maka dalam rangka pembangunan dan pemanfaatan sumber-sumber alam
yang dapat diperbaharui, hendaknya selalu diingat dan diperhatikan hal-hal
sebagai berikut:
Generasi yang akan datang harus tetap mewarisi suatu alam yang masih
penuh sumber kemakmuran untuk dapat memberi kehidupan kepada mereka.
Tetap adanya keseimbangan dinamis diantara unsur-unsur yang terdapat di
alam.
Dalam penggalian sumber-sumber alam harus tetap dijamin adanya
pelestarian alam, artinya pengambilan hasil tidak sampai merusak terjadinya
autoregenerasi dari sumber alam tersebut.

Perencanaan kehidupan manusia hendaknya tetap dengan lingkungan dan


terciptanya kepuasan baik fisik, ekonomi, sosial, maupun kebutuhan spiritual.
Selain itu, dalam perencanaan dan pelaksanaan proyek pembangunan dan
penggalian sumber daya alam untuk kehidupan harus disertai dengan:
Strategi pembangunan yang sadar akan permasalahan lingkungan hidup,
dengan dampak ekologi yang sekecil-kecilnya. (Rohmad, 2001)

Suatu politik lingkungan se-Indonesia yang bertujuan mewujudkan


persyaratan kehidupan masyarakat Indonesia yang lebih baik untuk puluhan
tahun yang akan datang (kalau mungkin untuk selamanya).

Eksploitasi sumber hayati didasarkan tujuan kelanggengan atau kelestarian


lingkungan dengan prinsip memanen hasil tidak akan menghancurkan daya
autoregenerasinya.
Perencanaan pembangunan dalam rangka memenuhi kebutuhan penghidupan,
hendaknya dengan tujuan mencapai suatu keseimbangan dinamis dengan
lingkungan hingga memberikan keuntungan secara fisik, ekonomi, dan sosial
spiritual.
Usahakan agar sebagian hasil pembangunan dapat dipergunakan untuk
memperbaiki kerusakan lingkungan akibat proyek pembangunan tadi, dalam
rangka menjaga kelestraian lingkungan.

Pemakaian sumber alam yang tidak dapat diganti, harus sehemat dan
seefisien mungkin. (Rohmad, 2001)

2. 2. Pembangunan Berwawasan Lingkungan


Lingkungan hidup Indonesia sebagai suatu ekosistem terdiri dari berbagai
daerah, masing-masing sebagai subsistem yang meliputi aspek sosial budaya,
ekonomi dan fisik, dengan corak ragam yang berbeda antara subsistem yang
satu dengan yang lain, dan dengan daya dukung lingkungan yang berlainan.
Pembinaan dan pengembangan yang didasarkan pada keadaan daya dukung
lingkungan akan meningkatkan keselarasan dan keseimbangan subsistem
yang juga berarti meningkatkan ketahanan subsistem.

Menurut Emil Salim, secara umum lingkungan hidup diartikan sebagai segala
benda, kondisi, keadaan, dan pengaruh yang terdapat dalam ruangan yang
kita tempati, dan mempengaruhi hal yang hidup termasuk kehidupan
manusia. Sedangkan Soedjono mengartikan lingkungan hidup sebagai
lingkungan hidup fisik atau jasmani yang mencakup dan meliputi semua
unsur dan faktor fisik jasmaniah yang terdapat dalam alam.

Pengertian pembangunan berwawasan lingkungan menurut Pasal 1 butir 13


Undang-Undang No.23Tahun 1997 adalah upaya sadar dan berencana
menggunakan dan mengelola sumber daya secara bijaksana dalam
pembangunan yang berkesinambungan untuk meningkatkan mutu hidup.

Mengacu pada The World Commission on Environmental and Development


menyatakan bahwa pembangunan berwawasan lingkungan adalah proses
pembangunan yang dapat memenuhi kebutuhan generasi masa sekarang
tanpa mengesampingkan atau mengorbankan kemampuan generasi
mendatang dalam memenuhi kebutuhannya. Selanjutnya Holdren dan Erlich
dalam Zul Endria(2003) menyebutkan tentang pembangunan berkelanjutan
dengan terpeliharanya Total Natural Capital Stock pada tingkat yang sama
atau kalau bisa lebih tinggi dibandingkan dengan keadaan sekarang.

Pembangunan berkelanjutan yang dikonsep oleh Stren, While, dan Whitney


sebagai suatu interaksi antara tiga sistem: sistem biologis dan sumberdaya,
sistem ekonomi, dan sistem sosial, yang dikenal dengan konsep trilogi
keberlanjutan: ekologi-ekonomi-sosial. Konsep keberlanjutan tersebut
menjadi semakin sulit dilaksanakan terutama di Negara berkembang.

Menurut Hariyadi sebagaimana dikutip oleh Zul Endria (2003),


pembangunan berwawasan lingkungan memerlukan tatanan agar sumber
daya alam dapat secara berlanjut menunjang pembangunan, pada masa kini
dan mendatang, generasi demi generasi dan khususnya dalam meningkatkan
kualitas hidup manusia Indonesia. Prinsip pembangunan berkelanjutan
mencakup pemikiran aspek lingkungan hidup sedini mungkin dan pada setiap
tahapan pembangunan yang memperhitungkan daya dukung lingkungan dan
pembangunan di bawah nilai ambang batas.
Sejak dilaksanakannya Konferensi Stockholm 1972, masalah-masalah
lingkungan hidup mendapat perhatian secara luas dari berbagai bangsa.
Sebelumnya, sekitar tahun 1950-an masalah-masalah lingkungan hidup hanya
mendapat perhatian dari kalangan ilmuwan. Sejak saat itu berbagai himbauan
dilontarkan oleh pakar dari berbagai disiplin ilmu tentang adanya bahaya
yang mengancam kehidupan, yang disebabkan oleh pencemaran dan
perusakan lingkungan hidup. (Drs. Setiadi Sukiswo, 2005).

Masalah lingkungan pada dasarnya timbul karena:

1. Dinamika penduduk
2. Pemanfaatan dan pengelolaan sumber daya yang kurang bijaksana.
3. Kurang terkendalinya pemanfaatan akan ilmu pengetahuan dan
teknologi maju
4. Dampak negatif yang sering timbul dari kemajuan ekonomi yang
seharusnya positif.
5. Benturan tata ruang.

Dengan adanya Stockholm Declaration, perkembangan hukum lingkungan


memperoleh dorongan yang kuat. Keuntungan yang tidak sedikit adalah
mulai tumbuhnya kesatuan pengertian dan bahasa diantara para ahli hukum
dengan menggunakan Stockholm Declaration sebagai referensi bersama.
Perkembangan baru dalam pengembangan kebijaksanaan lingkungan hidup
didorong oleh hasil kerja World Commission on the Environment and
Development (WCED).
WCED mendekati masalah lingkungan dan pembangunan dari enam sudut
pandang, yaitu:

Keterkaitan (interdependency) Sifat perusakan yang kait mengkait

(interdependent) diperlukan pendekatan lintas sektoral antar negara.


Berkelanjutan (sustainability)

Berbagai pengembangan sektoral memerlukan sumber daya alam yang harus


dilestarikan kemampuannya untuk menunjang proses pembangunan secara
berkelanjutan. Untuk itu perlu dikembangkan pula kebijaksanaan
pembangunan berkelanjutan dengan wawasan lingkungan.

Pemerataan (equity)

Desakan kemiskinan bisa mengakibatkan eksploitasi sumber daya alam


secara berlebihan, untuk perlu diusahakan kesempatan merata untuk
memperoleh sumber daya alam bagi pemenuhan kebutuhan pokok. Sekuriti
dan risiko lingkungan (security and environmental risk).

Cara – cara pembangunan tanpa memperhitungkan dampak negatif kepada


lingkungan turut memperbesar risiko lingkungan. Hal ini perlu ditanggapi
dalam pembangunan berwawasan lingkungan.

Pendidikan dan komunikasi (education and communication)

Penduduk dan komunikasi berwawasan lingkungan dibutuhkan untuk


ditingkatkan di berbagai tingkatan penduduk dan lapisan masyarakat.

Kerjasama internasional (international cooperation) Pola kerjasama


internasional dipengaruhi oleh pendekatan pengembangan sektoral,
sedangkan pertimbangan lingkungan kurang diperhitungkan. Karena itu perlu
dikembangkan pula kerjasama yang lebih mampu menanggapi pembangunan
yang berwawasan lingkungan.
Untuk menganalisis berbagai kendala yang dihadapi dalam pembangunan
yang berwawasan lingkungan, maka dapat digunakan keenam segi
penglihatan tersebut di atas, masalah-masalah tersebut misalnya adalah
sebagai berikut; (1) perspektif kependudukan, pembangunan ekonomi,
teknologi dan lingkungan; (2) pengembangan energi berwawasan lingkungan,
termasuk masalah CO2, polusi udara, hujan asam, kayu bakar, dan konversi
sumber energi yang bisa diperbaharui dan lain-lain; (3) pengembangan
industri berwawasan lingkungan, termasuk di dalamnya masalah pencemaran
kimia, pengelolaan limbah dan daur ulang; (4) pengembangan pertanian
berwawasan lingkungan, termasuk erosi lahan, diversifikasi, hilangnya lahan
pertanian, terdesaknya “habitat wildlife”, (5) kehutanan, pertanian dan
lingkungan, termasuk hutan tropis dan diversitas biologi; (6) hubungan
ekonomi internasional dan lingkungan, termasuk di sini bantuan ekonomi,
kebijaksanaan moneter, kebijaksanaan perdagangan, dan internasional
externalities; dan (7) kerjasama internasional.

Selanjutnya dalam World Summit on Sustainable Development (WSSD)


yang diselenggarakan di Johannesburg, Afrika Selatan tanggal 26 Agustus –
4 September 2002 ditegaskan kembali kesepakatan untuk mendukung
pembangunan berkelanjutan (Sustainable Development) dengan menetapkan
“The Johannesburg Declaration on Sustainable Development” yang terdiri
atas: From our Origins to the Future From Stockholm to Rio de Janeiro to
Johannesburg The Challenge we Face Our Commitment to Sustainable
Development Making it Happen!

Sebagai tindak lanjut ditetapkan pula World Summit Sustainable


Development, Plan of Implementation yang mengedepankan integrasi tiga
komponen pembangunan berkelanjutan yaitu pembangunan ekonomi,
pembangunan sosial dan perlindungan lingkungan sebagai tiga pilar
kekuatan. Pada Konferensi Nasional Pembangunan Berkelanjutan yang
dilaksanakan di Yogjakarta tanggal 21 Januari 2004, Kesepakatan Nasional
dan Rencana Tindak Pembangunan Berkelanjutan diterima oleh Presiden RI
dan menjadi dasar semua pihak untuk melaksanakannya. (Drs. Setiadi
Sukiswo, 2005)

Dalam kaitannya dengan hal di atas, menurut Emil Salim terdapat lima pokok
ikhtiar yang perlu dikembangkan dengan sungguh-sungguh untuk
melaksanakan pembangunan yang berwawasan lingkungan, yaitu:
Menumbuhkan sikap kerja berdasarkan kesadaran saling membutuhkan
antara satu dengan yang lain. Hakikat lingkungan hidup adalah memuat
hubungan saling kait mengkait dan hubungan saling membutuhkan antara
satu sektor dengan sektor lainnya, antara satu negara dengan negara lain,
bahkan antara generasi sekarang dengan generasi mendatang. Oleh karena itu
diperlukan sikap kerjasama dengan semangat solidaritas.
Kemampuan menyerasikan kebutuhan dengan kemampuan sumber alam
dalam menghasilkan barang dan jasa. Kebutuhan manusia yang terus
menerus meningkat perlu dikendalikan untuk disesuaikan dengan pola
penggunaan sumber alam secara bijaksana.

Mengembangkan sumber daya manusia agar mampu menanggapi tantangan


pembangunan tanpa merusak lingkungan. Mengembangkan kesadaran
lingkungan di kalangan masyarakat sehingga tumbuh menjadi kesadaran
berbuat. Menumbuhkan lembaga – lembaga swadaya masyarakat yang dapat
mendayagunakan dirinya untuk menggalakkan partisipasi masyarakat dalam
mencapai tujuan pengelolaan lingkungan hidup. (Drs. Setiadi Sukiswo,
2005)

4. Pengembangan Sistem Pembangunan Berkelanjutan.

Pembangunan berkelanjutan merupakan suatu standar yang tidak hanya


melindungi lingkungan tetapi juga penting bagi kebijakan lingkungan sebaik
mungkin. Adapun ciri-ciri pembanguan yang berkelanjutan meliputi:
Menjaga kelangsungan hidup manusia dengan cara melestarikan fungsi dan
kemampuan ekosistem yang mendukungnya, secara langsung maupun tidak
langsung. Memanfaatkan sumber daya alam secara optimal dalam arti
memanfaatkan sumber daya alam sebanyak alam dan teknologi pengelolaan
mampu menghasilkannya secara lestari. Memberi kesempatan kepada sektor
dan kegiatan lainnya di daerah untuk berkembang bersama-sama baik dalam
kurun waktu yang sama maupun kurun waktu yang berbeda secara
berkelanjutan.
Meningkatkan dan melestarikan kemampuan dan fungsi ekosistem untuk
memasok sumber daya alam, melindungi serta mendukung kehidupan secara
terus menerus. (Drs. Setiadi Sukiswo, 2005).

Menggunakan prosedur dan tata cara yang memperhatikan kelestarian fngsi


dan kemampuan ekosistem untuk mendukung kehidupan baik sekarang
maupun masa yang akan datang. Dalam upaya mendukung tujuan
pembangunan yang berkelanjutan telah dilakukan upaya-upaya memasukkan
unsur lingkungan dalam memperhitungkan kelayakan suatu pembangunan.
Unsur-unsur lingkungan yang menjadi satu paket dengan kegiatan
pembangunan yang berkelanjutan akan lebih menjamin kelestarian
lingkungan hidup dan mempertahankan dan/atau memperbaiki daya dukung
lingkungannya. Pengelolaan sumber daya alam dan lingkungan hidup
merupakan bagian dari setiap kegiatan yang berkaitan, baik secara sektoral
maupun regional. Kegiatan itu akan dilaksanakan melalui pembentukan suatu
sistem tata laksana dan tata cara yang dapat memantapkan kerjasama antar
berbagai lembaga. Salah satu lembaga yang dapat dikembangkan untuk
meningkatkan keterpaduan antar sektor dalam pembangunan yang
berkelanjutan ini adalah prosedur AMDAL yang merupakan sistem terpadu
antar sektor yang membimbing dan menilai serta menyerasikan tindak lanjut
dari hasil AMDAL suatu kegiatan di lokasi tertentu. Penyelamatan dan
pengelolaan lingkungan hidup serta proses pembangunan berkelanjutan pada
umumnya merupakan suatu proses pembaruan yang memerlukan wawasan,
sikap dan prilaku yang baru yang didukung oleh nilai-nilai dan kaidah-
kaidah. Wawasan ini dapat diperkaya lagi dengan kearifan tradisional
mengenai lingkungan hidup dan keserasian lingkungan hidup dengan
kependudukan. Peran serta masyarakat dalam pembangunan amat penting
pengaruhnya dalam upaya meningkatkan daya guna dan hasil guna
pembangunan yang berkaitan dengan pengelolaan lingkungan hidup. Sumber
daya alam menjadi milik bersama akan lebih terpelihara kelestariannya
apabila seluruh masyarakat memahami dan memeliharanya. (Drs. Setiadi
Sukiswo, 2005)

5. Prinsip -prinsip Pembangunan Berkelanjutan

Pembangunan dilakukan oleh setiap negara, baik negara maju maupun negara
berkembang dengan maksud untuk menyejahterakan warganya. Tetapi yang
menjadi keprihatinan sekarang adalah adanya desakan semakin keras untuk
melanjutkan pola pembangunan konvensional., terutama di negara
berkembang disebabkan oleh pertambahan penduduk yang semakin banyak
dan keinginan mengatasi kemiskinan yang cukup parah. Untuk
mempertahankan fungsi keberlanjutan dalam meningkatkan kualitas hidup
manusia, maka ada beberapa prinsip kehidupan yang berkelanjutan yang
seharusnya diadopsi ke dalam pembangunan. Imam Supardi merinci prinsip
tersebut sebagai berikut: Menghormati dan memelihara komunitas kehidupan
prinsip ini mencerminkan kewajiban untuk peduli kepada orang lain dan
kepada bentuk-bentuk kehidupan lain, sekarang dan di masa datang.
Memperbaiki kualitas hidup manusia
tujuan pembangunan yang sesungguhnya adalah memperbanyak mutu hidup
manusia. Ini sebuah proses yang memungkinkan manusia menyadari potensi
mereka, membangun rasa percaya diri mereka dan masuk kekehidupan yang
bermanfaat dan berkecukupan. Melestarikan daya hidup dan keanekaragaman
bumi.

Prinsip ini menuntut kita untuk:

 melestarikan sistem-sistem penunjang kehidupan


 melestarikan keanekaragaman hayati
 menjamin agar penggunaan sumber daya yang dapat diperbaharui
berkelanjutan.

Sumber daya yang tak terbarukan adalah bahan-bahan yang tidak dapat
digunakan secara berkelanjutan. Tetapi umur mereka dapat diperpanjang
dengan cara daur ulang, penghematan, atau dengan gaya pembuatan suatu
produk pengganti bahan-bahan tersebut. Berusaha untuk tidak melampaui
kapasitas daya dukung bumi.
Kapasitas daya dukung ekosistem bumi mempunyai batas-batas tertentu.
Sampai tingkat tertentu ekosistem bumi dan biosfer masih tahan bertahan
terhadap gangguan atau beban tanpa mengalami kerusakan yang
membahayakan. Mengubah sikap dan gaya hidup orang perorang guna
menerapkan etika baru untuk hidup berkelanjutan, kita harus mengkaji ulang
tata nilai masyarakat dan mengubah sikap mereka. Masyarakat harus
memperkenalkan nilai-nilai yang mendukung etika baru ini dan
meninggalkan nilai-nilai yang tidak sesuai dengan falsafah hidup
berkelanjutan. Mendukung kreatifitas masyarakat untuk memlihara
lingkungan sendiri. Menyediakan kerangka kerja nasional untuk memadukan
upaya pembangunan pelestarian. Dalam hal ini diperlukan suatu program
nasional yang dimaksudkan untuk menciptakan kehidupan yang
berkelanjutan. (Drs. Setiadi Sukiswo, 2005).

Menciptakan kerjasama global. Untuk mencapai keberlanjutan yang global,


maka harus ada kerja sama yang kuat dari semua negara. Tingkat
pembangunan di setiap negara tidak sama. Negara-negara yang
penghasilannya rendah harus dibantu agar bisa membangun secara
berkelanjutan.
Kesembilan prinsip diatas, sebetulnya bukan merupakan hal yang baru.
Prinsip-prinsip tersebut mencerminkan pernyataan-pernyataan yang telah
sering muncul dalam berbagai pemberitaan mengenai perlunya persamaan
hak, pembangunan yang berkelanjutan, dan pelestarian alam. Selanjutnya
Sudharto P. Hadi mengemukakan empat prinsip pembangunan berkelanjutan,
yaitu:
1. Pemenuhan kebutuhan dasar baik materi maupun non-materi.
Pemenuhan kebutuhan materi sangat penting karena kemiskinan dipandang
baik sebagai penyebab maupun hasil dari penurunan kualitas lingkungan.
Kerusakan lingkungan menyebabkan timbulnya kemiskinan dan penurunan
kualitas hidup, karena masyarakat tidak lagi memiliki sumber daya alam yang
bisa dijadikan aset untuk menopang kehidupan. Kebutuhan non-materi yang
dicerminkan dalam suasana keterbukaan, bebas dari rasa tertekan, demokratis
yang merupakan syarat penting bagi masyarakat untuk bisa mengambil
bagian dalam pengambilan keputusan yang mempengaruhi kehidupan
mereka. Keikutsertaan masyarakat akan mampu meningkatkan kualitas
keputusan, karena sesungguhnya masyarakat adalah para pakar lokal dalam
arti lebih memahami kondisi dan karakter lingkungan di sekitar tempat
tinggal mereka.adanya kesempatan menyampaikan pendapat akan
menumbuhkan perasaan sebagai part of process.

2. Pemeliharaan lingkungan.

Berkaitan dengan pemeliharaan lingkungan, ada dua prinsip penting yaitu


prinsip konservasi dan mengurangi konsumsi. Pemeliharaan lingkungan
hidup sebenarnya sangat terkait dengan prinsip pemenuhan kebutuhan
manusia. Bahkan jika kerusakan sudah sedemikian parah akan mengancam
eksistensi manusia itu sendiri. Tidak berlebihan jika dikatakan bahwa
penyebab pencemaran dan kerusakan lingkungan adalah salah satu bentuk
pelanggaran hak asasi manusia (HAM). Oleh karena itu konservasi
dimaksudkan untuk perlindungan lingkungan. Sedangkan prinsip mengurangi
konsumsi bermakna ganda. Pertama, mengurangi konsumsi ditujukan pada
negara maju sehubungan dengan pola konsumsi energi yang besar yang
menyebabkan terjadinya polusi dan penurunan kualitas lingkungan. Kedua,
perubahan pola konsumsi merupakan seruan yang ditujukan kepada siapa saja
(sebagai individu) baik di negara maju maupun di negara berkembang agar
mengurangi beban bumi.

3. Keadilan sosial.
Berkaitan dengan keadilan, prinsip keadilan masa kini menunjukkan perlunya
pemerataan dalam prinsip pembangunan. Kadilan masa kini berdimensi luas
termasuk di dalamnya pengalokasian sumber dayaalam antara daerah dan
pusat. Sedangkan keadilan masa depan berarti perlunya solidaritas antar
generasi. Hal ini menunjukkan perlunya pengakuan akan adanya keterbatasan
(limitations) sumber daya alam yang harus diatur penggunaannya agar tidak
mengorbankan kepentingan generasi yang akan datang.
4. Penentuan nasib sendiri.

Penentuan nasib sendiri meliputi prinsip terwujudnya masyarakat mandiri


dan partisipatori demokrasi. Masyarakat mandiri (self relient community)
adalah masyarakat yang mampu mengambil keputusan sendiri atas hal-hal
yang berkaitan dengan nasib dan masa depannya. Hal ini termasuk penentuan
alokasi sumber-sumber daya alam. Sedangkan prinsip partisipatori demokrasi
adalah adanya keterbukaan dan transparansi. Dengan memberikan
kesempatan bagi masyarakat untuk mengambil bagian dalam setiap proses
pengambilan keputusan yang menyangkut nasib mereka maka masyarakat
akan merasa menjadi bagian dari proses sehingga tumbuh rasa memiliki dan
pada gilirannya bisa memperoleh manfaat atas perubahan yang terjadi di
sekitar mereka.
Prinsip-prinsip pembangunan berkelanjutan di atas, akan bisa terwujud jika
didukung oleh pemerintahan yang baik (good governance). Dari uraian
tentang prinsip-prinsip pembangunan berklanjutan di atas, nampak bahwa
konsep ini menghendaki suatu transformasi dalam pola kehidupan dan
kelembagaan.
Jika interpretasi tentang pembangunan berkelanjutan termasuk mengurangi
konsumsi dari negara-negara industri, maka agendanya akan meliputi
perubahan perilaku dan gaya hidup. Dalam hal ini berkaitan dengan
bagaimana mendorong konsumsi barang-barang non material dan jasa
daripada energi dan barang-barang konsumtif. (Aziz Budianta, 2011).

BAB III
PEMBAHASAN DAN HASIL

3.1 Pembahasan
Sejak Tahun 1982 pada Konferensi Bumi di Rio de Jeneiro, pembangunan
berkelanjutan menjadi tema umum pembangunan di seluruh negara-negara di
dunia. Pembangunan berkelanjutan memadukan tiga pilar pembangunan yaitu
bidang ekonomi, sosial budaya dan lingkungan hidup secara proporsioanal.
Salah satu kegiatan yang berkaitan dengan pilar lingkungan hidup adalah
melaksanakan kegiatan Analisis mengenai dampak lingkungan (AMDAL)
atau Environmental Impact Assessment (EIA).

Kegiatan Analisis mengenai dampak lingkungan (AMDAL) merupakan


kegiatan untuk menilai suatu kegiatan yang akan dilaksanakan tidak
berdampak merugikan lingkungan (flora, fauna, tanah, air, tataguna lahan,
ekonomi, sosial, budaya, kesehatan masyarakat dan komponen lingkungan
lainnya. Kegiatan AMDAL ini merupakan kegiatan yang sangat penting dan
strategis dalam pengelolaan sumberdaya dan lingkungan dan merupakan
bagian penting dalam pembangunan berwawasan lingkungan.

Dalam Peraturan Pemerintah Nomor 27 Tahun 1999 tentang “Analisis


Mengenai Dampak Lingkungan Hidup” disebutkan Analisis Mengenai
Dampak Lingkungan (AMDAL) adalah kajian mengenai dampak besar dan
penting suatu usaha dan/atau kegiatan yang direncanakan pada lingkungan
hidup yang diperlukan bagi proses pengambilan keputusan tentang
penyelenggaraan usaha dan/atau kegiatan. Di Indonesia. AMDAL ini dibuat
saat perencanaan suatu proyek yang diperkirakan akan memberikan pengaruh
terhadap lingkungan hidup di sekitarnya. Yang dimaksud lingkungan hidup
di sini adalah aspek fisik–kimia, ekologi, sosial–ekonomi, sosial-budaya,
dan kesehatan masyarakat.

Analisis mengenai dampak lingkungan (AMDAL) adalah kajian mengenai


dampak besar dan penting suatu usaha dan/atau kegiatan yang direncanakan
pada lingkungan hidup, yang diperlukan bagi proses pengambilan keputusan
tentang penyelanggaraan usaha dan/atau kegiatan.

Sejak tahun delapan puluhan, kegiatan AMDAL ini dilaksanakan oleh Pusat
Studi Lingkungan beberapa perguruan tinggi negeri dan beberapa konsultan
yang menggunakan tenaga ahli dari perguruan tinggi.
Walaupun sudah dilaksanakan sejak tahun delapan puluhan, kegiatan
AMDAL yang dilaksanakan oleh Pusat Studi Lingkungan masih mengalami
berbagai kendala dan masalah sehingga mulai tidak optimal, sehingga harus
didiskusikan berbagai upaya untuk mengoptimalkan peran Pusat Studi
Lingkungan dalam Penyelenggaraan AMDAL.

Landasan hukum pelaksanaan AMDAL adalah :

1. Undang-undang nomor 23 tahun 1997 tentang pengelolaan


lingkungan hidup,
2. Peraturan pemerintah nomor 27 tahun 1999 tentang analisis mengenai
dampak lingkungan (AMDAL),
3. Peraturan pemerintah nomor 41 tahun 1999 tentang pengendalian
pencemaran udara,
4. Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup nomor 02 tahun 2000
tentang panduan penilaian dokumen AMDAL,
5. Keputusan Kepala Badan Pengendalian Dampak Lingkungan nomor
08 tahun 2000 tentang keterlibatan masyarakat dan keterbukaan
informasi dalam proses AMDAL
6. Peraturan pemerintah nomor 82 tahun 2001 tentang pengelolaan
kualitas air dan pengendalian pencemaran air,
7. Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup nomor 08 tahun 2006
tentang pedoman penyusunan AMDAL,
8. Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup nomor 11 tahun 2006
tentang jenis rencana usaha dan atau kegiatan yang wajib dilengkapi
AMDAL,

Dalam Undang-undang Nomor 32 Tahun 2009, tentang Perlindungan Dan


Pengelolaan Lingkungan Hidup, diuraikan secara lengkap mengenai Analisis
Mengenai Dampak lingkungan sebagai berikut :

1. Pengertian Amdal : Analisis mengenai dampak lingkungan hidup,


yang selanjutnya disebut Amdal, adalah kajian mengenai dampak
penting suatu usaha dan/atau kegiatan yang direncanakan pada
lingkungan hidup yang diperlukan bagi proses pengambilan
keputusan tentang penyelenggaraan usaha dan/atau kegiatan.(Pasal 1
butir 11)
2. Pasal-pasal yang memuat secara lengkap, disajikan pada tulisan di
bawah

Pasal 22

 Setiap usaha dan/atau kegiatan yang berdampak penting terhadap


lingkungan hidup wajib memiliki amdal.
 Dampak penting ditentukan berdasarkan kriteria:
1. besarnya jumlah penduduk yang akan terkena dampak rencana
usaha dan/atau kegiatan;
2. luas wilayah penyebaran dampak;
3. intensitas dan lamanya dampak berlangsung;
4. banyaknya komponen lingkungan hidup lain yang akan terkena
dampak;
5. sifat kumulatif dampak;
6. berbalik atau tidak berbaliknya dampak; dan/atau
7. kriteria lain sesuai dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan
teknologi.
Pasal 23
 Kriteria usaha dan/atau kegiatan yang berdampak penting yang
wajib dilengkapi dengan amdal terdiri atas:
1. pengubahan bentuk lahan dan bentang alam;
2. eksploitasi sumber daya alam, baik yang terbarukan maupun
yang tidak terbarukan;
3. proses dan kegiatan yang secara potensial dapat menimbulkan
pencemaran dan/atau kerusakan lingkungan hidup serta
pemborosan dan kemerosotan sumber daya alam dalam
pemanfaatannya;
4. proses dan kegiatan yang hasilnya dapat mempengaruhi
lingkungan alam, lingkungan buatan, serta lingkungan sosial dan
budaya;
5. proses dan kegiatan yang hasilnya akan mempengaruhi
pelestarian kawasan konservasi sumber daya alam dan/atau
perlindungan cagar budaya;
6. introduksi jenis tumbuh-tumbuhan, hewan, dan jasad renik;
7. pembuatan dan penggunaan bahan hayati dan nonhayati;
8. kegiatan yang mempunyai risiko tinggi dan/atau mempengaruhi
pertahanan negara; dan/atau
9. penerapan teknologi yang diperkirakan mempunyai potensi
besar untuk mempengaruhi lingkungan hidup.
 Ketentuan lebih lanjut mengenai jenis usaha dan/atau kegiatan
yang wajib dilengkapi dengan amdal sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) diatur dengan peraturan Menteri.
Pasal 24
Dokumen amdal sebagaimana dimaksud dalam Pasal 22 merupakan
dasar penetapan keputusan kelayakan lingkungan hidup.
Pasal 25
Dokumen amdal memuat:
1. pengkajian mengenai dampak rencana usaha dan/atau kegiatan;
2. evaluasi kegiatan di sekitar lokasi rencana usaha dan/atau
kegiatan;
3. saran masukan serta tanggapan masyarakat terhadap rencana
usaha dan/atau kegiatan;
4. prakiraan terhadap besaran dampak serta sifat penting dampak
yang terjadi jika rencana usaha dan/atau kegiatan tersebut
dilaksanakan;
5. evaluasi secara holistik terhadap dampak yang terjadi untuk
menentukan kelayakan atau ketidaklayakan lingkungan hidup;
dan
6. rencana pengelolaan dan pemantauan lingkungan hidup.
Pasal 26
 Dokumen amdal sebagaimana dimaksud dalam Pasal 22 disusun oleh
pemrakarsa dengan melibatkan masyarakat.
 Pelibatan masyarakat harus dilakukan berdasarkan prinsip pemberian
informasi yang transparan dan lengkap serta diberitahukan sebelum
kegiatan dilaksanakan.
 Masyarakat sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi:
1. yang terkena dampak;
2. pemerhati lingkungan hidup; dan/atau
3. yang terpengaruh atas segala bentuk keputusan dalam proses
amdal.
 Masyarakat sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat mengajukan
keberatan terhadap dokumen amdal.
Pasal 27

Dalam menyusun dokumen amdal, pemrakarsa sebagaimana dimaksud dalam


Pasal 26 ayat (1) dapat meminta bantuan kepada pihak lain.

Pasal 28

 Penyusun amdal sebagaimana dimaksud dalam Pasal 26 ayat (1) dan


Pasal 27 wajib memiliki sertifikat kompetensi penyusun amdal.
 Kriteria untuk memperoleh sertifikat kompetensi penyusun amdal
sebagaimana dimasud pada ayat (1) meliputi:
1. penguasaan metodologi penyusunan amdal;
2. kemampuan melakukan pelingkupan, prakiraan, dan evaluasi dampak
serta pengambilan keputusan; dan
3. kemampuan menyusun rencana pengelolaan dan pemantauan
lingkungan hidup.
 Sertifikat kompetensi penyusun amdal sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) diterbitkan oleh lembaga sertifikasi kompetensi
penyusun amdal yang ditetapkan oleh Menteri sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan.
 Ketentuan lebih lanjut mengenai sertifikasi dan kriteria
kompetensi penyusun amdal diatur dengan peraturan Menteri.

Pasal 29

Dokumen amdal dinilai oleh Komisi Penilai Amdal yang dibentuk oleh
Menteri, gubernur, atau bupati/walikota sesuai dengan kewenangannya.

Pasal 30

 Keanggotaan Komisi Penilai Amdal sebagaimana dimaksud dalam


Pasal 29 terdiri atas wakil dari unsur:
1. instansi lingkungan hidup;
2. instansi teknis terkait;
3. pakar di bidang pengetahuan yang terkait dengan jenis usaha dan/atau
kegiatan yang sedang dikaji;
4. pakar di bidang pengetahuan yang terkait dengan dampak yang
timbul dari suatu usaha dan/atau kegiatan yang sedang dikaji;
5. wakil dari masyarakat yang berpotensi terkena dampak; dan
6. organisasi lingkungan hidup.
 Anggota Komisi Penilai Amdal sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
wajib memiliki lisensi dari Menteri.
 Dalam melaksanakan tugasnya, Komisi Penilai Amdal dibantu oleh tim
teknis yang terdiri atas pakar independen yang melakukan kajian
teknis dan sekretariat yang dibentuk untuk itu.
 Pakar independen dan sekretariat sebagaimana dimaksud pada ayat (3)
ditetapkan oleh Menteri, gubernur, atau bupati/walikota sesuai
dengan kewenangannya.

Pasal 31

Berdasarkan hasil penilaian Komisi Penilai Amdal, Menteri, gubernur, atau


bupati/walikota menetapkan keputusan kelayakan atau ketidaklayakan
lingkungan hidup sesuai dengan kewenangannya.

Pasal 32

 Pemerintah dan pemerintah daerah membantu penyusunan amdal bagi


usaha dan/atau kegiatan golongan ekonomi lemah yang berdampak
penting terhadap lingkungan hidup.
 Bantuan penyusunan amdal sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
berupa fasilitasi, biaya, dan/atau penyusunan amdal.
 Kriteria mengenai usaha dan/atau kegiatan golongan ekonomi lemah
diatur dengan peraturan perundang-undangan

Pasal 33

Ketentuan lebih lanjut mengenai amdal sebagaimana dimaksud dalam Pasal


22 sampai dengan Pasal 32 diatur dalam peraturan pemerintah.

Dalam penyelenggaraan AMDAL ada tiga aktivitas utama yang harus


dilakukan, yaitu :
1. Kegiatan Pelatihan Kompetensi AMDAL,
2. Kegiatan Penyusunan Dokumen AMDAL
3. Kegiatan Penilaian Dokumen AMDAL

Kegiatan Pelatihan Kompetensi AMDAL adalah pelatihan yang bertujuan


untuk meningkatkan kompetensi personil di bidang pelaksanaan studi
penyusunan dokumen AMDAL. Kegiatan pelatihan ini dilaksanakan oleh
Lembaga Pelatihan Kompetensi (LPK). Lembaga pelatihan ini juga
melakukan pelatihan untuk meningkatkan kompetensi personil di bidang
penilaian dokumen AMDAL.

Kegiatan Penyusunan Dokumen AMDAL adalah kegiatan studi untuk


melakukan analisis dampak lingkungan suatu usaha dan/atau kegiatan yang
direncanakan pada lingkungan hidup. Kegiatan ini dilaksanakan oleh
Lembaga Penyedia Jasa Penyusun Dokumen AMDAL.

Kegiatan Penilai Dokumen AMDAL adalah kegiatan yang dilakukan oleh


Lembaga Pengendali Dampak Lingkungan di tingkat Pusat dilaksanakan oleh
Kantor Menteri Negara Lingkungan Hidup, di tingkat propinsi dilaksanakan
oleh Badan Pengendali Lingkungan Propinsi dan di tingkat kabupaten/kota,
dilaksanakan oleh Badan Pengendali Lingkungan Kabupaten/Kota atau
Dinas/Instansi yang mengurusi masalah lingkungan.

Dokumen AMDAL terdiri dari :

1. Dokumen Kerangka Acuan Analisis Dampak Lingkungan Hidup


(KA-ANDAL)
2. Dokumen Analisis Dampak Lingkungan Hidup (ANDAL)
3. Dokumen Rencana Pengelolaan Lingkungan Hidup (RKL)
4. Dokumen Rencana Pemantauan Lingkungan Hidup (RPL)

AMDAL digunakan untuk:

1. Bahan bagi perencanaan pembangunan wilayah


2. Membantu proses pengambilan keputusan tentang kelayakan
lingkungan hidup dari rencana usaha dan/atau kegiatan
3. Memberi masukan untuk penyusunan disain rinci teknis dari rencana
usaha dan/atau kegiatan
4. Memberi masukan untuk penyusunan rencana pengelolaan dan
pemantauan lingkungan hidup
5. Memberi informasi bagi masyarakat atas dampak yang ditimbulkan
dari suatu rencana usaha dan atau kegiatan

Pihak-pihak yang terlibat dalam proses AMDAL adalah:

1. Komisi Penilai AMDAL, komisi yang bertugas menilai dokumen


AMDAL
2. Pemrakarsa, orang atau badan hukum yang bertanggungjawab atas
suatu rencana usaha dan/atau kegiatan yang akan dilaksanakan, dan
3. Masyarakat yang berkepentingan yaitu masyarakat yang terpengaruh
atas segala bentuk keputusan dalam proses AMDAL.

Dari pengalaman dan diskusi-diskuis yang telah dilaksanakan, terasa masih


banyak masalah yang dihadapi dalam pelaksanaan AMDAL di Indonesia.
Masalah tersebut, antara lain :

1. Pelaksanaan AMDAL pada suatu proyek pembangunan ”masih”


dianggap sebagai ”upaya” memperlancar proses perizinan.
2. Keterlibatan masyarakat dalam proses pelaksanaan AMDAL masih
sangat terbatas
3. Masih sangat banyak Konsultan Pelaksana AMDAL yang belum
profesional, apalagi konsultan yang non perguruan tinggi.
4. Anggauta Tim Penilai Dokumen AMDAL belum memiliki
kemampuan yang memadai untuk menjadi Tim Penilai Dokumen
AMDAL.
5. Pemrakarsa belum memahami dan menghayati pentingnya dan
kegunaan AMDAL.
6. Biaya yang disiapkan untuk melaksanakan AMDAL jumlahnya tidak
jelas karena belum ada ketentuan persentase besarnya biaya
pelaksana AMDAL
7. Biaya pelaksanaan AMDAL dibayarkan langsung oleh Pemrakarsa
kepada Konsultan Pelaksana AMDAL, sehingga mengurangi
independensi Konsultan Penilai AMDAL
8. Belum dimasukkannya masalah ”tanggap darurat” sebagai salah
bagian penting dalam dokumen AMDAL
9. Prosedur persetujuan dokumen AMDAL masih memerlukan waktu
yang sangat lama
10. Pelaksanaan peraturan perundangan yang berkaitan dengan
pelaksanaan AMDAL masih perlu disempurnakan

Masalah yang dihadapi :

1. Adanya KEPRES 80 yang membatasi PPLH/PSL menjadi Konsultan


Pelaksana AMDAL.
2. Belum adanya jaringan kerjasama antara PPLH/PSL dalam
pelaksanaan AMDAL
3. Masih banyaknya Konsultan Swasta yang menggunakan tenaga
dosen PNS sebagai Ketua Tim dan atau Anggauta Tim pelaksana
AMDAL
4. Alokasi dana perguruan tinggi ke PPLH/PSL sangat kecil dan
terbatas.
5. Sarana dan prasarana untuk melaksanakan AMDAL yang masih
belum memadai’

Untuk mengatasi berbagai masalah dan kendala, maka perlu dilakukan


berbagai upaya untuk mengoptimalkan peran Pusat Studi Lingkungan. Upaya
yang perlu dilakukan, antara lain,

1. Mengusahakan agar pemerintah melakukan revisi KEPRES 80,


sehingga PPLH/PSL mendapat kesempatan yang sama dengan
konsultan pelaksana AMDAL non perguruan tinggi.
2. Mengusahakan agar pemerintah menyederhanakan prosedur
persetujuan AMDAL
3. Mengusahakan agar pemerintah melakukan akreditasi konsultan
pelaksana AMDAL
4. Membuat jaringan kerjasama antara PPLH/PSL dalam pelaksanaan
AMDAL
5. Mengusahakan agar PPLH/PSL mendapat alokasi dana yang cukup
besar dari perguruan tinggi masing-masing
HUBUNGAN AMDAL TERHADAP KESEHATAN LINGKUNGAN
AMDAL (Analisis Mengenai Dampak Lingkungan) adalah kajian mengenai
dampak besar dan penting suatu usaha dan/atau kegiatan yang direncanakan
pada lingkungan hidup yang diperlukan bagi proses pengambilan keputusan
tentang penyelenggaraan usaha dan/atau kegiatan (UU No. 23 Tahun 1997
Psl 1 ayat (21)

ADKL (Analisis Dampak Kesehatan Lingkungan) merupakan suatu


pendekatan dalam kajian kesehatan masyarakat pada sumber dampak, media
Lingkungan, populasi terpajan dan dampak kesehatan yang meliputi kegiatan
identifikasi, pemantauan, dan penilaian secara cermat terhadap parameter
lingkungan, karakteristik masyarakat, kondisi sanitasi lingkungan, status gizi,
dan sumber daya kesehatan yang berhubungan potensi besarnya risiko
kesehatan (Kepmenkes No.872/MENKES/SK/VIII/1997).

Perlunya ADKL dijadikan program kesehatan Konsepsi ADKL pada


dasarnya merupakan model pendekatan guna mengkaji dan atau menelaah
secara mendalam untuk mengenal, memahami, dan meprediksi kondisi dan
karakteristik lingkungan yang berpotensi terhadap timbulnya risiko
kesehatan, mengembangkan tatalaksana pemecahan dan pengelolaan masalah
serta upaya mitigasinya yang dilaksanakan terhadap sumber perubahan,
media lingkungan, masyarakat terpajan dan dampak kesehatan yang terjadi.

Dengan demikian penerapan ADKL dapat dilakukan guna : menelaah


rencana usaha atau kegiatan dalam tahapan pelaksanaan atau pengelolaan
kegiatan serta untuk melakukan penilaian guna menyusun atau
mengembangkan upaya pemantauan maupun pengelolaan guna mencegah,
mengurangi atau mengelola dampak kesehatan masyarakat akibat suatu usaha
atau kegiatan pembangunan.

Penerapan ADKL dapat dikembangkan dalam dua hal pokok yaitu sebagai :

1. Kajian aspek kesehatan masyarakat dalam rencana usaha atau


kegiatan pembangunan baik yang wajib menyusun studi AMDAL,
meliputi dokumen : Kerangka Acuan (KA ANDAL), Analisis
Dampak Lingkungan (ANDAL), Rencana Pengelolaan Lingkungan
(RKL) dan Rencana Pemantauan Lingkungan (RPL) atau yang tidak
wajib menyusun studi AMDAL, meliputi dokumen RKL dan RPL.
2. Kajian aspek kesehatan masyarakat dan atau kesehatan lingkungan
dalam rangka pengelolaan kualitas lingkungan hidup yang terkait erat
dengan masalah kesehatan masyarakat.

Konsep keterpaduan ADKL

1. ADKL merupakan salah satu tugas pokok instansi kesehatan dalam


konteks pencemaran lingkungan. ADKL tidak saja dirancang untuk
mengevaluasi dampak kesehatan, tetapi juga untuk mengidentifikasi
populasi yang memerlukan studi atau tindakan kesehatan masyarakat.
Berdasarkan Kep.Menkes Nomor : 872/MENKES/SK/VIII/1997
telaah ADKL sebagai pendekatan kajian aspek kesehatan meliputi
Parameter lingkungan yang diperkirakan terkena dampak rencana
pembangunan dan berpengaruh terhadap kesehatan.
2. Proses dan potensi terjadinya pemajanan
3. Potensi besarnya risiko penyakit (angka kesakitan dan angka
kematian
4. Karakteristik penduduk yang berisiko
5. Sumber daya kesehatan

Telaah tersebut di atas dilakukan dengan pengukuran pada :


a. Sumber dampak atau sumber perubahan (emisi)
b. Media lingkungan (ambien) sebelum kontak dengan manusia
c. Penduduk terpajan (biomaker)
d. Potensi dampak kesehatan

Konsep ADKL mengacu pada Paradigma Kesehatan Lingkungan, yang


mencakup 4 simpul pengamatan dinamika perubahan komponen lingkungan
yang berpotensi timbulnya dampak kesehatan masyarakat, yaitu (Ditjend PL,
2002:2-2) ;

1. Simpul1(sumbernya)
Pengamatan, pengukuran, dan pengendalian sumber pencemar : emisi
untuk pencemaran udara (mobil, industri, pembangkit listrik dan lain-
lain), sumber penyakit menular (penderita TB, pendrita DBD,
penderita malaria, dll). Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam simpul
1 antara lain adalah :
2. Jenis dan volume kegiatan yang dilakukan di lokasi
3. Lamanya kegiatan di lokasi
4. Bahaya fisik yang ada di lokasi
5. Perubahan-perubahan yang dilakukan baik dalam ukuran maupun
bentuk
6. Kegiatan penanggulangan yang direncanakan dan yang telah
dikerjakan.
7. Laporan pelaksanaan pengendalian mutu
8. Simpul 2 (media lingkungan)

Pengamatan, pengukuran, dan pengendalian bila komponen lingkungan


tersebut sudah berada di sekitar manusia seperti konsentrasi parameter
pencemaran di udara, kadar kandungan residu pestisida dalam sayur mayur,
bakteri E coli dalam air minum, dll). Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam
simpul 2 antara lain :

1. Riwayat latar belakang


a) Deskripsi lokasi
b) Rona geografik lokal
c) Situasi lokasi dalam kaitannya dengan masyarakat
d) Gambar visual ruang (RUTR, peta topografi, peta udara)
e) Lamanya pencemar telah ada di lokasi
f) Perubahan yang dilakukan, baik dalam ukuran maupun bentuk
g) Kegiatan pembersihan yang direncanakan dan yang telah
dikerjakan
2. Kepedulian kesehatan masyarakat
a) Keluhan terhadap lingkungan yang kotor dan tercemar
b) Gangguan kesehatan ringan maupun berat dan tindakan yang telah
dilakukan untuk mengatasinya baik oleh masyarakat maupun
pemerintah
3. Penduduk
a) Demografi (jumlah & sifat penduduk)
b) Sosio-psikologi
4. Penggunaan lahan dan sumber daya alam
a) Akses terhadap lokasi dan akses terhadap media tercemar
b) Daerah industri
c) Daerah pemukiman
d) Daerah rekreasi
e) Daerah produksi makanan
f) Penggunaan air pemrukaan
g) Penggunaan air tanah
h) Sarana pemancingan
5. Pencemaran lingkungan
a) Konsentrasi bahan kimia
b) Inventarisasi B3 (bahan berbahaya & beracun) yang terlepaskan
6. Jalur penyebaran pencemar di lingkungan
a) Topografi
b) Jenis tanah dan lokasi
c) Permukaan tanah penutup
d) Curah hujan tahunan
e) Kondisi suhu
f) Faktor lain : kecepatan angin
g) Komposisi hidrogeologi dan struktur
h) Lokasi badan air permukaan dan penggunaan badan air
7. Simpul 3 (tubuh manusia)

Pengamatan dan pengukuran kadar parameter bahan pencemar di dalam


tubuh manusia (dalam darah, urine, rambut, lemak, jaringan, sputum). Hal-
hal yang perlu Diperhatikan dalam hal ini adalah :

1. Fitrah Pemanjaan

Fitrah pemajanan perlu dicatat secara detil spesifik untuk menjamin


teramatinya adanya asosiasi dan memungkinkan untuk dilakukan inferensi
aetologik spesifik. Variabel harus spesifik sehingga dapat dipisah-pisahkan
ke dalam tingkat klasifikasi pemajanan.

2. Dosis

Dosis dapat diukur dalam dosis total atau dalam kecepatan pemajanan atau
pemajanan kumulatif. Dosis perlu dinyatakan sehubungan dengan terjadinya
pemajanan pada subyek, apakah dosis ambient dalam interval waktu pendek
atau lama.
3. Waktu

Setiap pemajanan perlu dijelaskan kapan pemajanan itu terjadi dan kama
akhirnya terhenti dan bagaimana pemajanan itu tersebar selama periode itu
(periodic kontinyu bervariasi)

Dosis representif dan waktu pemanjaan. Dosis representatif umumnya


diwakili oleh tiga macam yaitu pemjanan puncak, pemajanan kumulatif, dan
pemajanan rata-rata.

1. Simpul 4 (dampak Kesehatan)

Pengamatan, pengukuran, dan pengendalian prealensi penyakit menular dan


tidak menular yang ada pada kelompok masyarakat (keracunan, kanker paru,
kanker kulit, penderita penyakit menular, dll). Data terbaik dampak kesehatan
adalah community base, berdasarkan survai, dapat juga dengan data sekunder
dari Dinas Kesehatan, Rumah sakit ataupun Puskesmas. Data tersebut berupa
: rekam medis, data kesakitan & kematian, pencatatan kanker dan penyakit
lain, statistik kelahiran dan data surveilans.

BAB IV
PENUTUP

4.1 Kesimpulan.

1. Perlindungan terhadap lingkungan hidup dari rencana usaha kegiatan


ditetapkan melalui UU No. 23 tahun 1997 tentang pengelolaan
lingkungan hidup. Hal ini tercermin bahwa setiap rencana
usaha/kegiatan yang mempunyai dampak penting wajib dilengkapi
dengan suatu AMDAL. Di dalam Undang-undang lingkungan hidup
dan pedoman pelaksanaannya secara jelas belum nampak ketentuan
perundangan terhadap analisis dampak pada kesehatan masyarakat/
kesehatan lingkungan.
2. Telah diketahui bahwa derajat kesehatan individu/masyarakat
tergantung kepada kondisi “Host” (individu), ”agent” (penyebab
penyakit), dan “environment” (lingkungan). Faktor lingkungan
merupakan unsur penentu terjadinya sakit/sehat pada masyarakat.
Dengan demikian apabila terjadi perubahan lingkungan menjadi jelas
disekitar manusia, maka akan terjadi pula perubahan pada kondisi
kesehatan masyarakat dan kesehatan lingkungan masyarakat tersebut.
Dengan demikian maka studi analisis mengenai dampak lingkungan
yang idealnya melindungi masyarakat, memasukkan pula metode
analisis dampak kesehatan lingkungan (ADKL)
3. Perlunya ADKL pada perlindungan terhadap lingkungan hidup dari
rencana usaha/kegiatan dijelaskan pula oleh organisasi kesehatan
dunia (WHO). Pertemuan WHO pada tahun 1987 di Copenhagen
yang bertema “Health and Safety Component of Environmental
Inpact Assessment” menyatakan bahwa perlunya model Analisis
Dampak Kesehatan Lingkungan (“Environmental Health Inpact
Assessment/EHIA”) untuk memadukan program analisis kesehatan
dengan analisis dampak lingkungan yang lebih menekankan
komponen kesehatan.
4. Majelis Kesehatan Sedunia (“World Health Assembly”) pada tahun
1981 mencanangkan strategi sehat untuk semua di tahun 2000. Pada
tahun 1986, strategi tersebut diteruskan dengan “Ottawa
Charter” yang merupakan hasil keputusan dari : “International
Conference on Health Promotion”.
5. Pandangan WHO tersebut dapat disebut sebagai konsep baru
kesehatan masyarakat. Konsep tersebut menyatakan bahwa :
“Keadaan yang mendasar dan sumber untuk kesehtan adalah keadaan
damai, pemukiman, pangan, pendidikan, pendapatan, ekosistem yang
seimbang, sumber daya alam yang meningkat pemanfaatannya,
keadilan sosial dan pemerataan aspek kehidupan”.

4.2 Saran

1. Dari pihak pemerintah sebagai penanggung jawab dalam pengawasan


dan pemantauan proyek haruslah lebih kritis dalam menilai suatu
masalah dan laporan AMDAL untuk menganalisis kesehatan
Lingkungan, karena hal itu akan mempengaruhi terhadap masyarakat
banyak.
2. Pengadaan tambahan wawasan dan pengetahuan pada masyarakat
sekitar tentang perlu peraturan wajib AMDAL, UKL-Upl, SPPL, dan
Audit sehingga dengan tahunya akan wajib AMDAL maka mereka
akan berusaha untuk mencari cara dalam menghindari bahaya
tersebut, secara tidak langsung hal ini akan mengurangi beban
penanggung jawab proyek dalam pengelolaan lingkungan.
3. Membarikan banyak informasi dan masukkan bagi instansi maupun
lembaga pendidikan dalam upaya peningkatan pemberdaya manusia
agar dapat berperan dan mengawasi proses emplementasi AMDAL
sebagai instrumen pengelolaan lingkungan hidup.
4. Menambang dan memperluas pengetahuan masrayakat tentang
prosedur dan pernan AMDAL dalam pengelolaan lingkungan hidup
5. sebagai pemerintah khsusmya instansi hendaknya lebih memberikan
masukan kepada pihak terkait dalam prosedur AMDAL lebih tepat
dan efektif sehingga manfaat AMDAL sebagai instrumen
pengelolaan lingkungan hidup dapat di percaya.

DAFTAR PUSTAKA
Achmadi, U.F., 2005. Pengaruh Pembangunan Terhadap Masalah
Kesehatan
Masyarakat & Metode Analisis Dampak Kesehatan Lingkungan, Departemen
Kesehatan Republik Indonesia, Jakarta.

Adrian Sutedi, 2010, Hukum Perizinan Dalam Sektor Pelayanan Publik,


Sinar Grafika, Jakarta.

Aziz Budianta, d. (2011). Perencanaan Pengembangan Wilayah.


Boughey, A. S. (1973). Readings in Man, the Enviroment, and Human
Ecology. N.Y. : MacMillan Pub Cd, Inc, 1-3.
1. G. Mc Donald, D. J. (1988). The combined effects of pH and trace
metals on fish ionoregulation. In: Acid Series. Society for
Experimental Biology Seminar. Cambridge: Cambridge University
Press.
Drs. Setiadi Sukiswo, M. (2005). Model Pendekatan Prakiraan Dampak
Lingkungan. Purwokerto: Diklat AMDAL Aspek Kesehatan Masyarakat.
Fandeli, C (1995), “Analisis Mengenai Dampak Lingkungan Prinsip Dasar
dan Pemapanannya Dalam Pembangunan”, edisi revisi, ed. Martopo, S,
Liberty, Yogyakarta.
Mills, C. (1995). An Introduction to Acid Rock Drainage. Seminar on Acid
Rock Drainage at Cordilleran Roundup Vancouver. B.C.
Moh. Erwin, 2011, Hukum Lingkungan Dalam Sistem Kebijaksanaan
Pembangunan Lingkungan Hidup, Refika Aditama, Bandung.
Nurdin, H. (1981). Struktur dan Persebaran Penduduk dalam Dasar-Dasar
Demografi. Jakarta: Lembaga Demografi Fakultas Ekonomi Universitas
Indonesia.

Otto Soemarwoto, 2001, Analisis Mengenai Dampak Lingkungan, Gajah


Mada University Press, Yogyakarta.

1. Hadi, Sudarto., 1997, Aspek Sosial AMDAL. Gadjah Mada University


Press, Yogyakarta.
Raharjo, Mursid, 2007, Memahami AMDAL. Graha Ilmu, Yogyakarta.
Rohmad, S. (2001). Penyusunan Kerangka Acuan. Jakarta: Pusdiklat Depkes
RI.
Siahaan, N. H. (2004 ). Hukum Lingkungan dan Ekologi Pembangunan Edisi
kedua . Jakarta : Erlangga.
Soemarwoto, Otto, 1996. Analisis Mengenai Dampak Lingkungan. Bandung:
Gajah Mada University Pres.
Soemarwoto, O (2004), Ekologi, Lingkungan Hidup dan Pembangunan, Ed.
Ke 10, Djambatan, Jakarta.
Soemarwoto, O (1989), Analisis Dampak Lingkungan, Cet. Ke 2, Gadjah
Mada University Press, Yogyakarta.
Sudarmanto, Hani, 2001, emantauan dan Evaluasi Pengelolaan
Lingkungan, Pusat Penelitian Lingkunngan Hidup Lembaga Penelitian
Universitas Airlangga. Surabaya.
Sukandarrumidi, 1997. Manajemen Lingkungan dan AMDAL. UGM,
Yogyakarta.
Sutrisno, Endang, 2008, Budaya Hukum Masyarakat Dalam melidungi
Pencemaran Lingkungan. Swagati Press. Cirebon .
Wardhana, W.A (2004), “Dampak Pencemaran Lingkungan”, edisi revisi,
Andi , Yogyakarta
WHO – Ditjen PPM & PL. (2005). Materi teknis langkah-langkah
operasional ADKL. Jakarta : Direktorat PL
WHO Inter-Healt. (1990 ). A Program Against The Disease of Life
Style.World Healt Forum, vol. 11
1. Apa yang dimaksud dengan AMDAL ? Jelaskan !
2. Apa saja aspek yang dikaji dalam proses AMDAL ?
3. Sebutkan dan jelaskan manfaat dari AMDAL ?
4. Sebutkan empat prinsip dasar yang berhubungan dengan analisis
dampak lingkungan menurut kelompok kerja WHO ?
5. Sebutkan simpul pengamatan dinamika perubahan komponen
lingkungan yang berpotensi timbul nya dampak kesehatan
masyarakat?

Jawab:

1) Metode pengumpulan data

Pengumpulan data rona lingkungan awal dari aspek potensi kesehatan harus
mengikuti paradigma kesehatan lingkungan.

Rona lingkungan awal dapat berfungsi sebagai dasar prakiraan


dampak (“basic prediction of impact”) yang mencakup informasi sebagai
berikut :
1. a) Potensi daya dukung(“Carrying Capacity”)lingkungan
2. b) Potensi kerawanan/kesehatan masyarakat
3. c) Informasi kelentingan
6. Apa yang dimaksuddenganADKL ?Jelaskan !

Jawab:

1. Kualitas Udara
2. Sumber tidak bergerak
Untuk menentukan prakiraan besarnya risiko terhadap
masyarakat“population at risk” dari sebaran emisi gas atau partikel yang
keluar dari cerobong pabrik, dipakai model Gauss.
2. Kebisingan

Prakiraan untuk kebisingan dapat diukur memakai model tertentu dengan


menggunakan data yang berasal dari sumber bergerak dan sumber tidak
bergerak.
3. Kualitas air
Pencemaran badan air dan prakiraan pengaruhnya bagi kesehatan manusia,
dibedakan atas sumber pencemaran yang merusak (“degradable”) dan yang
kurang merusak (“non degradable”).

4. Perubahan habitat, vektordanagen

Prakiraan dampak yang disebabkan oleh perubahan habitat, perkembangan


vektor, dan macam parasit atau mikroba (sebagai agen penyakit) sulit
ditunjukkan dengan model.

7. Sebutkanpihak – pihak yang terlibatdalam proses AMDAL ?

Jawab:

1. Pemenuhan kebutuhan dasar baik materi maupun non-materi.


Pemenuhan kebutuhan materi sangat penting karena kemiskinan
dipandang baik sebagai penyebab maupun hasil dari penurunan
kualitas lingkungan. Kerusakan lingkungan menyebabkan timbulnya
kemiskinan dan penurunan kualitas hidup, karena masyarakat tidak
lagi memiliki sumber daya alam yang bisa dijadikan aset untuk
menopang kehidupan.
2.

Berkaitan dengan pemeliharaan lingkungan, ada dua prinsip penting yaitu


prinsip konservasi dan mengurangi konsumsi. Pemeliharaan lingkungan
hidup sebenarnya sangat terkait dengan prinsip pemenuhan kebutuhan
manusia.

3. Keadilan sosial.

Berkaitan dengan keadilan, prinsip keadilan masa kini menunjukkan perlunya


pemerataan dalam prinsip pembangunan. Kadilan masa kini berdimensi luas
termasuk di dalamnya pengalokasian sumber daya alam antara daerah dan
pusat. Sedangkan keadilan masa depan berarti perlunya solidaritas antar
generasi.
4. Penentuan nasib sendiri.

Penentuan nasib sendiri meliputi prinsip terwujudnya masyarakat mandiri


dan partisi patori demokrasi. Masyarakat mandiri (self relient community)
adalah masyarakat yang mampu mengambil keputusan sendiri atas hal-hal
yang berkaitan dengan nasib dan masa depannya.

8. Sebutkan yang
menjadilandasanmetodeanalisisdampakkesehatanlingkungan?
9. Sebutkandanjelaskan yang menjadiprakiraandampakpada parameter
ambient ?
10. Sebutkandanjelaskanprinsippembangunanberkelanjutan yang
dikemukakanolehSudharto P. Hadi ?
INDEKS
B
Brown dan Mc Donald (1988) , 10
Badan Tenaga Atom Nasional (BATAN) , 15
biological marker 17
basic prediction of impact 17
C
Carrying Capacity 18
D
Ditjend PL, 2002:2-2 , 43
dose rate 2
E
Environmental illness 11
Enviromental Impact Analysis ,3
Enviromental Impact Statement; 3
Enviromental Impact Assessment;3
Environmental Health Inpact Assessment/EHIA 8
F
fraction of lifetime exposure 22
“film budge” dan “alpha cellulose pads”.19
H
habitat wildlife 26
M
model Gulerdan Dobbins 21
morbiditas 11
mortalitas 11
Model Sutton 21
N
National Enviromental Policy Act, 1969 ,5

O
Ottawa Charter 8
P
population at risk 20
R
Route of exposure 22
risk analysis 11
S
Stren, While, dan Whitney , 24
Sudharto P. Hadi , 29
T
Total Natural Capital Stock 24
V
“vehicle” 17
W
World Summit on Sustainable Development (WSSD) , 26
WHO, (1987), 10
Water Born Disease 15
Z
Zul Endria(2003) , 24

ADVERTISEMENT
REPORT THIS AD

REPORT THIS AD

BERBAGI INI



TERKAIT
Tugas Makalah Mata Kuliah Kesehatan Lingkungan Manajemen Pengelolaan Air Limbah
Dan Tinja DOSEN PEMBIMBING : Dr. Qomariyatus Sholihah,Dipl.hyp,ST,M.Kes NIP.
19780420 200501 2 002
versi dokumen klik disini KELOMPOK 5_Manajemen Pengelolaan Air Limbah Dan Tinja
dalam "dokumen"

MAKALAH KESEHATAN LINGKUNGAN PARADIGMA DAN EPIDEMIOLOGI


KESEHATAN LINGKUNGAN Kelompok 2 DOSEN PEMBIMBING : Dr. Qomariyatus
Sholihah,Dipl.hyp,ST,M.Kes NIP. 19780420 200501 2 002
dalam "dokumen"

MAKALAH KESEHATAN LINGKUNGAN PERKOTAAN DAN PEMUKIMAN


DOSEN PEMBIMBING : Dr. Qomariyatus Sholihah,Dipl.hyp,ST,M.Kes NIP. 19780420
200501 2 002
MAKALAH KESEHATAN LINGKUNGAN PERKOTAAN DAN PEMUKIMAN DI SUSUN
OLEH DINI AMALIA H1E114005 NUR
AISYAH FARINA H1E114023 RIAN YAITSAR
CHANIAGO H1E114027 SITI AZIZAH
H1E114055 UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT FAKULTAS TEKNIK PROGRAM
STUDI TEKNIK LINGKUNGAN BANJARBARU 2015 KATA PENGANTAR Puji syukur
kami panjatkan kehadirat Allah SWT. Karena limpahan rahmat,…
dalam "dokumen"
JUNI 12, 2015 BY TEKLINKUNLAMMENINGGALKAN KOMENTAR
NAVIGASI POS
RADIASI LINGKUNGAN DOSEN PEMBIMBING : DR. QOMARIYATUS
SHOLIHAH,DIPL.HYP,ST,M.KES NIP. 19780420 200501 2 002
MAKALAH KESEHATAN LINGKUNGAN PARADIGMA DAN EPIDEMIOLOGI
KESEHATAN LINGKUNGAN KELOMPOK 2 DOSEN PEMBIMBING : DR.
QOMARIYATUS SHOLIHAH,DIPL.HYP,ST,M.KES NIP. 19780420 200501 2 002

TINGGALKAN BALASAN

Cari untuk:
TULISAN TERAKHIR
 MAKALAH KESEHATAN LINGKUNGAN PARADIGMA DAN EPIDEMIOLOGI
KESEHATAN LINGKUNGAN Kelompok 2 DOSEN PEMBIMBING : Dr. Qomariyatus
Sholihah,Dipl.hyp,ST,M.Kes NIP. 19780420 200501 2 002
 KESEHATAN LINGKUNGAN AMDAL DAN ANALISIS DAMPAK KESEHATAN
LINGKUNGAN DOSEN PEMBIMBING : Dr. Qomariyatus Sholihah,Dipl.hyp,ST,M.Kes
NIP. 19780420 200501 2 002
 RADIASI LINGKUNGAN DOSEN PEMBIMBING : Dr. Qomariyatus
Sholihah,Dipl.hyp,ST,M.Kes NIP. 19780420 200501 2 002
 MAKALAH KESEHATAN LINGKUNGAN KESEHATAN LINGKUNGAN
DISASTER (BENCANA) DOSEN PEMBIMBING : Dr. Qomariyatus
Sholihah,Dipl.hyp,ST,M.Kes NIP. 19780420 200501 2 002
 MAKALAH KESEHATAN LINGKUNGAN PERKOTAAN DAN PEMUKIMAN
DOSEN PEMBIMBING : Dr. Qomariyatus Sholihah,Dipl.hyp,ST,M.Kes NIP. 19780420
200501 2 002
KOMENTAR TERBARU

teklinkunlam pada MAKALAH KESEHATAN LINGKUNGAN


P…

ARSIP
 Juni 2015
KATEGORI
 dokumen
META
 Daftar
 Masuk
 RSS Entri
 RSS Komentar
 WordPress.com
REPORT THIS AD

Cari untuk:
TULISAN TERAKHIR
 MAKALAH KESEHATAN LINGKUNGAN PARADIGMA DAN EPIDEMIOLOGI
KESEHATAN LINGKUNGAN Kelompok 2 DOSEN PEMBIMBING : Dr. Qomariyatus
Sholihah,Dipl.hyp,ST,M.Kes NIP. 19780420 200501 2 002
 KESEHATAN LINGKUNGAN AMDAL DAN ANALISIS DAMPAK KESEHATAN
LINGKUNGAN DOSEN PEMBIMBING : Dr. Qomariyatus Sholihah,Dipl.hyp,ST,M.Kes
NIP. 19780420 200501 2 002
 RADIASI LINGKUNGAN DOSEN PEMBIMBING : Dr. Qomariyatus
Sholihah,Dipl.hyp,ST,M.Kes NIP. 19780420 200501 2 002
 MAKALAH KESEHATAN LINGKUNGAN KESEHATAN LINGKUNGAN
DISASTER (BENCANA) DOSEN PEMBIMBING : Dr. Qomariyatus
Sholihah,Dipl.hyp,ST,M.Kes NIP. 19780420 200501 2 002
 MAKALAH KESEHATAN LINGKUNGAN PERKOTAAN DAN PEMUKIMAN
DOSEN PEMBIMBING : Dr. Qomariyatus Sholihah,Dipl.hyp,ST,M.Kes NIP. 19780420
200501 2 002
KOMENTAR TERBARU

teklinkunlam pada MAKALAH KESEHATAN LINGKUNGAN


P…

ARSIP
 Juni 2015
KATEGORI
 dokumen
META
 Daftar
 Masuk
 RSS Entri
 RSS Komentar
 WordPress.com
Buat situs web atau blog gratis di WordPress.com. Tema: Snaps oleh Graph Paper Press.
Tutup dan terima
Privasi & Cookie: Situs ini menggunakan cookie. Dengan melanjutkan menggunakan situs
web ini, Anda setuju dengan penggunaan mereka.
Untuk mengetahui lebih lanjut, termasuk cara mengontrol cookie, lihat di sini: Kebijakan Cookie
 Ikuti

Anda mungkin juga menyukai