Anda di halaman 1dari 25

I.

Tujuan

 Memahami kelakuan momen tahanan pada balok


 Mengukur momen lenturan pada penampang normal pada balok yang dibebani

dan menguji kesesuainnya dengan teori

II. Teori

Pertimbangkan sebuah balok yang bertumpu pada perletakan A & B dan

menerima beban P. Bila balok dipotong pada penampang vertikal xx, dan supaya

bagiannya harus berada pada keseimbangan. Abaikan beban balok sendiri, setiap

kelebihan beban melalui yang terjadi di A utnuk menjaga keseimbangan harus

dipindahkan ke bagian B melalui potongan xx. Dan sebaliknya. Juga gaya di A akibat
B harus sebanding dan berlawanan arah dari gaya B akibat A.

Bila hanya terdapat gaya vertikal dan berada pada bidang balok, maka tidak akan

ada reaksi-reaksi horizontal, maka keseimbangan akan memenuhi kondisi-kondisi:

1. Keseimbangan vertikal

2. Keseimbangan momen

Kondisi di atas digunakan untuk keseluruhan balok untuk menghitung reaksi di A &
B.

Momen Lentur

Untuk keseimbangan momen, ambil absis pada potongan xx kemudian menentukan

persamaan momen dengan menggunakan perjanjian tanda pada balok bagian A.

M x = R A .a
Dan pada balok bagian B

M x = [R A . b] – [P (b-1)]

Dapat dibuktikan dengan mudah bahwa momen tersebut memiliki nilai yang sama

dengan mensubstitusi untuk R B dan P.I sebagai berikut:

M x = [-b (P – R B )] + [P.I]

= R A .a

Teori Tambahan :

Gaya putar yang terjadi diujung struktur maupun di sepanjang bidang struktur, dengan
lambang yang digunakan adalah M. Momen Lentur dapat dihitung dengan persamaan
keseimbangan yaitu Ʃ V = 0 dan Ʃ M = 0.

III. Peralatan

1) 1 – HST.9a Rangkaian batang momen lentur

2) 3 – HST.905 Penggantung beban

3) 2 – HST.906 Tempat kedudukan

4) 1 – HST.907 Balok besi parallel

5) 1 – HST.908 Sifat datar gelembung udara

IV. Cara Kerja

a. Percobaan 1 : Beban Langsung

1. Memasang balok pada tempat kedudukan. Lalu pastikan balok sudah lurus

dengan menggunakan water pass. Tetap menjaga kelurusan balok

2. Mengukur jarak dari perletakan ke potongan


3. Meletakkan penggantung beban pada jarak 10 cm dari A

4. Mencatat pembacaan awal alat ukur sebelum diberi beban

5. Meletakkan beban langsung sebesar 5 N pada jarak 10 cm dari A. Lalu,

mencatat pembacaan akhir alat ukur

6. Mengulangi percobaan dengan besar beban dan letak beban dari A sebagai

berikut

P=5N x = 10 cm dari A

P = 10 N x = 20 cm dari A

P = 15 N x = 40 cm dari A

P = 20 N x = 60 cm dari A

P = 25 N x = 75 cm dari A

b. Percobaan 2 : Garis Pengaruh

1. Memasang balok pada tempat kedudukan. Lalu pastikan balok sudah lurus

dengan menggunakan water pass. Tetap menjaga kelurusan balok

2. Mengukur jarak dari perletakan ke potongan

3. Meletakkan penggantung beban pada jarak 10 cm dari A

4. Mencatat pembacaan awal alat ukur sebelum diberi beban

5. Meletakkan beban langsung sebesar 10 N pada jarak 10 cm dari A. Lalu,

mencatat pembacaan akhir alat ukur

6. Mengulangi percobaan dengan beban yang sama pada titik 10, 20, 30, 40, 50,

60, 70, 80 cm dari A.


c. Percobaan 3 : Beban Tak Langsung

1. Memasang balok pada tempat kedudukan. Lalu pastikan balok sudah lurus

dengan menggunakan water pass. Tetap menjaga kelurusan balok

2. Mengukur jarak dari perletakan ke potongan

3. Meletakkan balok beban tak langsung ke atas balok

4. Meletakkan penggantung beban pada jarak 10 cm dari A

5. Mencatat pembacaan awal alat ukur sebelum diberi beban

6. Meletakkan beban tak langsung pada titik yang diminta.

7. Mencatat pembacaan akhir alat ukur.

8. Mengulangi langkah percobaan dengan meletakkan beban yaitu

P=5N x = 15 cm dari A

P = 10 N x = 30 cm dari A

P = 15 N x = 45 cm dari A

P = 20 N x = 60 cm dari A

P = 25 N x = 75 cm dari A

V. Pengamatan dan Pengolahan Data

M Percobaan

Jarak Neraca = 12 cm

a. Beban Langsung
M Percobaan = 0,12 . (Selisih Rata-Rata)

Dial Selisih Rata-Rata (Load- M


No X (m) P (N) Awal & Load-Unload)
Awal Load Unload percobaan
1 0,15 5 13 15 13 2 0,24
2 0,3 10 14 27,5 14 13,5 1,62
3 0,45 15 15 28,5 15 13,5 1,62
4 0,6 20 14 26 14 12 1,44
5 0,75 25 14 21 14 7 0,84

b. Garis Pengaruh
M Percobaan = 0,12 . (Selisih Rata-Rata)

Dial Selisih Rata-Rata


N M
X (m) P (N) (Load-Awal & percobaan
o Awal Load Unload Load-Unload)
1 0,1 10 14 16,5 14 2,5 0,3
2 0,2 10 14,5 22 15 7,25 0,87
3 0,3 10 14,5 27 15 12,25 1,47
4 0,4 10 14,5 24 15 9,25 1,11
5 0,5 10 14,5 22 15,5 7 0,84
6 0,6 10 14,5 20 15 5,25 0,63
7 0,7 10 14,5 17 14,5 2,5 0,3
8 0,8 10 14 14,5 14 0,5 0,06

c. Beban Tak Langsung


M Percobaan = 0,12 . (Selisih Rata-Rata)

Dial Selisih Rata-Rata


M
No X (m) P (N) (Load-Awal &
Awal Load Unload percobaan
Load-Unload)
1 0,15 5 17,5 20 18 2,25 0,27
2 0,3 10 18,5 29 20 9,75 1,17
3 0,45 15 18,5 33 19 14,25 1,71
4 0,6 20 18 31,5 16,5 14,25 1,71
5 0,75 25 18 25 19 6,5 0,78
M Teori

𝑙−𝑥
VA = 𝑃
𝑙

𝑥
VB = 𝑙 .P

a. Beban Langsung

 X = 15 cm; P = 5 N; Lihat kanan Potongan

𝑥 0,15
VB = 𝑙 .P = . 5 = 0,833 𝑁
0,9

M = VB . 0,61
= 0,833 . 0,61
= 0,50813 N

 X = 30 cm; P = 10 N; Lihat Kiri Potongan


ƩMB = 0
(VA . 0,9 ) – P (0,9 – 0,3) = 0
0,9 VA = 0,6P
0,6 .10
VA = 0,9

VA = 6,66 N

M = VA . 0,29

= 6,66 . 0,29
= 1,9314 N

 X = 45 cm; P = 15 N; Lihat Kiri Potongan

Ʃ MB = 0

(VA . 0,9) – 15(0,9-0,45) = 0

0,9 VA – 6,75 = 0

0,9 VA = 6,75

VA = 7,5

M = VA . 0,29

= 7,5 . 0,29

= 2,175 N

 X = 60 cm; P = 20 N; Lihat Kiri Potongan

ƩMB = 0

(VA . 0,9) – 20 ( 0,9-0,6 ) = 0

0,9 VA – 6 = 0

0,9 VA = 6

VA = 6,66 N

M = VA . 0,29

= 6,66 . 0,29

= 1,9314 N

 X = 75 cm; P = 25 N; Lihat Kiri Potongan


ƩMB = 0
0,9VA – 25 ( 0,15 ) = 0
0,9VA = 3,75
VA = 4,16 N
M = VA . 0,29

= 4,16 . 0,29

= 1,2064 N

Perbandingan Momen Praktikum dan Momen Teori

Mteori −Mpraktikum
Kesalahan Relatif = | | x100%
Mteori

Momen Momen Kesalahan


x
P (N) Prakt. Teori relatif
(cm)
(Nm) (Nm) (%)

15 5 0,24 0,50813 52,76 %


30 10 1,62 1,9314 16,12 %
45 15 1,62 2,175 25,51 %
60 20 1,44 1,9314 25,44 %
75 25 0,84 1,2064 30,37 %

Kesalahan Relatif Rata-rata = 30,04 %

2.5

1.5
Momen Prakt. (Nm)

1 Momen Teori (Nm)

0.5

0
0 20 40 60 80
b. Garis Pengaruh

x P
I-I

RA
RB

29 cm 61 cm

Segmen AB (0 < x < 0,9)


∑ 𝑀𝐴 = 0
−𝑅𝐵 (0,9) + 𝑃(𝑥) = 0
−𝑅𝐵 (0,9) + 10𝑥 = 0
0,9 𝑅𝐵 = 10𝑥
10𝑥
𝑅𝐵 =
0,9

∑ 𝑀𝐵 = 0
𝑅𝐴 (0,9) − 𝑃(0,9 − 𝑥) = 0
𝑅𝐴 (0,9) − 10(0,9 − 𝑥) = 0
0,9 𝑅𝐴 = 9 − 10𝑥
9 − 10𝑥
𝑅𝐴 =
0,9

a. x = 0,1 m
M = Rb . 0,61
10 .0,1
= . 0,61
0,9

= 0,677 N

b. x= 0,2 m
M = Rb . 0,61
10 .0,2
= . 0,61
0,9
= 1,355 N

c. x = 0,3 m
M = Ra . 0,29
9−10𝑥
= . 0,29
0,9
9−3
= . 0,29
0,9

= 1,93 N

d. x = 0,4 m
M = Ra . 0,29
9−10𝑥
= . 0,29
0,9
9−4
= . 0,29
0,9

= 1,61 N

e. x = 0,5 m
M = Ra . 0,29
9−10𝑥
= . 0,29
0,9
9−5
= . 0,29
0,9

= 1,28 N
f. x = 0,6 m
M = Ra . 0,29
9−10𝑥
= . 0,29
0,9
9−6
= . 0,29
0,9

=0,96 N

g. x = 0,7 m
M = Ra . 0,29
9−10𝑥
= . 0,29
0,9
9−7
= . 0,29
0,9

= 0,644 N
h. x = 0,8 m
M = Ra . 0,29
9−10𝑥
= . 0,29
0,9
9−8
= . 0,29
0,9

= 0,322 N

Perbandingan Momen Percobaan dan Momen Praktikum

Momen Momen Kesalahan


x
P (N) Prakt. Teori relatif
(cm)
(Nm) (Nm) (%)

10 10 0,3 0,677 55,68%


20 10 0,87 1,355 35,79%
30 10 1,47 1,93 23,83%
40 10 1,11 1,61 31,05%
50 10 0,84 1,28 34,37%
60 10 0,63 0,96 34,37%
70 10 0,3 0,644 53,41%
80 10 0,06 0,322 81,36%

Kesalahan Relatif Rata – rata = 43,7325 %


2.5

1.5
Momen Prakt. (Nm)

1 Momen Teori (Nm)

0.5

0
0 20 40 60 80 100
c. Beban Tak Langsung

 X = 0,15 m; P = 5 N

∑ 𝑀𝐵 = 0

𝑅𝐴 (0,9) − 2,5 (0,65) − 2,5(0,85) = 0


𝑅𝐴 (0,9) = 3,75
𝑅𝐴 = 4,16 𝑁

∑𝑉 = 0

𝑅𝐴 + 𝑅𝐵 = 5
4,16 + 𝑅𝐵 = 5
𝑅𝐵 = 0,84 N

M = RBx 0,61 = 0,5124 Nm

 X = 30 cm; P = 10 N

∑ 𝑀𝐵 = 0

𝑅𝐴 (0,9) − 2,5 (0,65) − 7,5(0,45) = 0


𝑅𝐴 (0,9) = 5
𝑅𝐴 = 5,55 𝑁

∑𝑉 = 0

𝑅𝐴 + 𝑅𝐵 = 5
5,55 + 𝑅𝐵 = 5
𝑅𝐵 = -0,55 N
M = RAx 0,29 = 1,6095 Nm

 X = 45 cm; P = 15 N

∑ 𝑀𝐵 = 0

𝑅𝐴 (0,9) − 15(0,45) = 0
𝑅𝐴 (0,9) = 6,75
𝑅𝐴 = 7,5 𝑁

∑𝑉 = 0

𝑅𝐴 + 𝑅𝐵 = 5
7,5 + 𝑅𝐵 = 5
𝑅𝐵 =- 2,5 N

M = RA x 0,29 = 2,175Nm

 X = 60 cm; P = 20 N

∑ 𝑀𝐵 = 0

𝑅𝐴 (0,9) − 5 (0,45) − 15(0,25) = 0


𝑅𝐴 (0,9) = 6
𝑅𝐴 = 6,66 𝑁

∑𝑉 = 0

𝑅𝐴 + 𝑅𝐵 = 5
6,66 + 𝑅𝐵 = 5
𝑅𝐵 = -1,66 N

M = RA x 0,29 = 1,9314 Nm

 X = 75 cm; P = 25 N

∑ 𝑀𝐵 = 0

𝑅𝐴 (0,9) − 12,5 (0,25) − 12,5(0,05) = 0


𝑅𝐴 (0,9) = 3,75
𝑅𝐴 = 4,16 𝑁

∑𝑉 = 0

𝑅𝐴 + 𝑅𝐵 = 5
4,16 + 𝑅𝐵 = 5
𝑅𝐵 = 0,84 N

M = RA x 0,29 = 1,2064 Nm

Perbandingan Momen Praktikum dan Momen Teori

Momen Momen Kesalahan


x
P (N) Prakt. Teori relatif
(cm)
(Nm) (Nm) (%)

15 5 0,27 0,5124 47,30%


30 10 1,17 1,6095 27,30%
45 15 1,71 2,175 21,37%
60 20 1,71 1,9314 11,46%
75 25 0,78 1,2064 35,34%

Kesalahan Relatif Rata – rata = 28,554

2.5

1.5
Momen Prakt. (Nm)
1 Momen Teori (Nm)

0.5

0
0 20 40 60 80
IV. Analisa Praktikum
1. Analisa Percobaan
Pada praktikum modul B Mekanika Solid yang berjudul Momen Lentur Pada
Balok-Balok memiliki tujuan untuk memahami kelakukan momen tahanan pada balok
dan juga untuk mengukur momen lenturan pada penampang normal pada balok yang
dibebani dan menguji kesesuaiannya dengan teori.

Untuk memenuhi tujuan diatas, percobaan dibagi kedalam 3 bagian. Bagian


pertama adalah mencari momen dengan beban langsung, bagian kedua mencari
momen dengan Garis Pengaruh, dan yang ketiga adalah dengan beban tak langsung.
Ketiga bagian percobaan ini akan menghasilkan 3 buah perbandingan antara hasil
Momen Percobaan dengan Momen Teori.

Adapun peralatan yang digunakan dalam percobaan ini adalah Rangkaian


batang momen lentur, Penggantung beban, Tempat kedudukan, balok besi paralel,
waterpass yang digunakan untuk menentukan agar balok lurus, dan juga sebuah
penggaris.

Setelah itu, praktikan memulai percobaan dengan menyambungkan kedua


balok ( sebagai potongan ) , lalu praktikan meletakkan balok besi paralel diatas
perletakkan yang sudah tersedia, lalu mengaturnya sedemikian rupa agar kondisi
balok tegak lurus terhadap sumbu y. Langkah selanjutnya adalah praktikan
mengumpulkan data dari alat-alat yang digunakan, salah satunya adalah menghitung
panjang dari balok tersebut. Adapun panjang balok besi yang kami dapatkan adalah
sebesar 90 cm, dan data lainnya merupakan jarak dari tiap titik ke potongan yaitu
Jarak titik A ke potongan adalah 29 cm dan jarak dari titik B ke potongan adalah
sebesar 61 cm. Tidak lupa juga praktikan menghitung jarak balok terhadap neraca
pembaca beban yang panjangnya digunakan untuk mendapatkan nilai momen
percobaan dengan cara mengalikannya dengan selisih beban pada kondisi sebelum
diberi beban dan sesudah diberi beban, jarak balok terhadap neraca adalah 12 cm,
yang dihitung tegak lurus dari balok menggunakan penggaris.

Setelah mendapatkan data-data tersebut, praktikan memulai percobaan dari


bagian I yaitu menggunakan beban langsung. Langkah yang praktikan lakukan setelah
meletakkan balok diatas perletakkan dan meluruskannya adalah meletakkan
penggantung beban yang dibebani beban 5 N pada jarak 10 cm dari titik A, setelah itu
praktikan menghitung selisih berat setelah diletakkan beban dengan berat sebelum
diletakkan beban. Tujuannya adalah agar nilai momen lentur percobaan bisa
didapatkan dengan cara yang sudah dituliskan sebelumnya. Tidak berhenti sampai
disitu, praktikan melanjutkan perhitungan dengan variasi jarak dan beban seperti yang
tertera pada prosedur, variasi yang dilakukan adalah sebagai berikut :

P=5N x = 15 cm dari A

P = 10 N x = 30 cm dari A

P = 15 N x = 45 cm dari A

P = 20 N x = 60 cm dari A

P = 25 N x = 75 cm dari A

Setelah praktikan mendapatkan data-data dari variasi diatas, praktikan melanjutkan


praktikum bagian selanjutnya.

Percobaan bagian kedua adalah Garis Pengaruh, langkah awal yang dilakukan
sama seperti bagian I, yaitu meletakkan balok diatas perletakkan yang sudah tersedia.
Namun, yang membedakkannya dengan bagian I adalah beban yang digunakan
konstan, yaitu sebesar 10 N, variasi pada percobaan ini adalah variasi jarak, karena
dianggap suatu beban sedang berjalan pada suatu garis lurus.

Variasi Jarak :

X = 10 cm

X = 20 cm

X = 30 cm

X = 40 cm

X = 50 cm

X = 60 cm

X = 70 cm

X = 80 cm
Untuk mendapatkan momen praktikan melakukan pembacaan pada alat ukur ( selisih
akhir dan awal ) lalu dikalikan dengan jarak balok ke alat ukur ( 12 cm ).

Percobaan bagian terakhir adalah percobaan yang menggunakan beban tidak


langsung. Langkah awalnya sama seperti bagian-bagian lain, yaitu meletakkan ablok
pada perletakkan dan menjaga kestabilannya agar lurus. Lalu praktikan meletakkan
balok beban tak langsung diatas balok pertama tadi. Balok beban tak langsung terdiri
dari 4 segmen yang masing-masing segmennya berjarak 20 cm. Praktikan meletakkan
balok tak langsung ditengah-tengah balok utama dengan jarak 5 cm dari titik A dan 5
cm dari titik B. Selanjutnya, praktikan meletakkan beban yang bervariasi pada jarak
yang berbeda sesuai prosedur, adapun variasi jarak dan bebannya adalah sebagai
berikut :

P=5N x = 15 cm dari A

P = 10 N x = 30 cm dari A

P = 15 N x = 45 cm dari A

P = 20 N x = 60 cm dari A

P = 25 N x = 75 cm dari A

Untuk mendapatkan data Momen lentur percobaan, praktikan menghitung selisih


beban sebelum dibebani dan setelah dibebani pada neraca ukur lalu dikalikan dengan
jarak balok ke alat ukur, yaitu 12 cm.

2. Analisa Hasil dan Grafik

Untuk memenuhi tujuan dari praktikum ini, praktikan mengumpulkan data-


data yang dapat digunakan untuk mencari momen lentur dari batang. Dengan
menjalankan prosedur seperti diatas maka praktikan mendapatkan data-data sebagai
berikut ini :

- Panjang Balok
- Jarak Perletakan ke Potongan
- Selisih beban yang terbaca pada alat ukur
- Jarak balok ke alat ukur
Digunakan untuk mencari nilai Momen Percobaan dengan cara
mengalikan jarak balok ke alat ukur dengan selisih beban yang terbaca
pada alat ukur tersebut.

Setelah mendapatkan seluruh data Momen Percobaan, praktikan menghitung


nilai Momen Teori menggunakan cara-cara dan rumus yang sesuai dengan prosedur.
Kedua hasil tersebut, yaitu nilai momen praktikum dan momen teori akan
dibandingkan dalam suatu grafik, sehingga praktikan mendapatkan persentase
Kesalahan Relatif untuk bisa menyimpulkan hasil dari praktikum modul B Mekanikia
Solid ini. Adapun rumus yang digunakan untuk mencari kesalahan relatif adalah
sebagai berikut :

Berikut ini adalah penjelasan lebih lanjut mengenai perhitungan M teori.


Awalnya praktikan mencari besarnya perletakan berdasarkan lokasi dan besar beban
yang bekerja. Setelah mendapatkan reaksi perletakkan dari masing-masing kondisi (
Va dan Vb ) praktikan dapat menghitung besar momen, yaitu dengan cara meninjau
sisi kiri atau kanan potongan. Lalu mengalikan setiap gaya yang ada dengan jarak
menuju ke potongan tersebut.

Dari praktikum ini, praktikan mendapatkan 3 perbandingan antara Momen


Teori dan Momen Percobaan dari percobaan Beban Langsung, Garis Pengaruh, dan
juga Beban Tak Langsung.

Pada percobaan beban langsung, praktikan mendapatkan hasil sebagai berikut:

Momen Momen Kesalahan


x
P (N) Prakt. Teori relatif
(cm)
(Nm) (Nm) (%)

15 5 0,24 0,50813 52,76 %


30 10 1,62 1,9314 16,12 %
45 15 1,62 2,175 25,51 %
60 20 1,44 1,9314 25,44 %
75 25 0,84 1,2064 30,37 %
2.5

1.5
Momen Prakt. (Nm)

1 Momen Teori (Nm)

0.5

0
0 20 40 60 80

Dari grafik diatas kita dapat melihat bahwa nilai momen teori lebih tinggi dari
nilai momen praktikum. Grafik diatas juga menunjukkan bahwa pada jarak 45 cm,
momen praktikum tidak menunjukkan nilai maksimum ( puncak ), seharusnya pada
jarak 45 cm menunjukkan nilai tertinggi seperti pada grafik momen teori.

Pada percobaan garis pengaruh, praktikan mendapatkan hasil sebagai berikut


ini :

Momen Momen Kesalahan


x
P (N) Prakt. Teori relatif
(cm)
(Nm) (Nm) (%)

10 10 0,3 0,677 55,68%


20 10 0,87 1,355 35,79%
30 10 1,47 1,93 23,83%
40 10 1,11 1,61 31,05%
50 10 0,84 1,28 34,37%
60 10 0,63 0,96 34,37%
70 10 0,3 0,644 53,41%
80 10 0,06 0,322 81,36%
2.5

1.5
Momen Prakt. (Nm)

1 Momen Teori (Nm)

0.5

0
0 20 40 60 80 100

Berbeda dengan hasil yang praktikan dapatkan pada percobaan beban langsung, pada
praktikum garis pengaruh, momen praktikum dan momen teori menunjukkan tren
garis yang mirip. Grafik tersebut juga menunjukkan bahwa nilai momen teori jauh
lebih tinggi dari nilai momen praktikum. Kedua hasil ini menunjukkan nilai tertinggi
disaat beban diletakkan pada jarak 29 cm. Tentunya adanya kesalahan disaat
praktikum menyebabkan data praktikum yang kurang akurat, sehingga nilai momen
teori lebih tinggi.

Pada percobaan tak langsung, praktikan mendapatkan hasil sebagai berikut :

Momen Momen Kesalahan


x
P (N) Prakt. Teori relatif
(cm)
(Nm) (Nm) (%)

15 5 0,27 0,5124 47,30%


30 10 1,17 1,6095 27,30%
45 15 1,71 2,175 21,37%
60 20 1,71 1,9314 11,46%
75 25 0,78 1,2064 35,34%
2.5

1.5
Momen Prakt. (Nm)

1 Momen Teori (Nm)

0.5

0
0 20 40 60 80

Hasil pada praktikum beban tak langsung juga menunjukkan bentuk grafik antara
momen praktikum dan momen teori yang mirip. Walaupun lagi-lagi nilai momen teori
jauh lebih tinggi dari nilai momen praktikum yang menunjukkan bahwa adanya
beberapa kesalahan yang terjadi disaat praktikum sehingga data yang praktikan
dapatkan kurang akurat. Nilai tertinggi pada nilai praktikum dan nilai teori adalah
pada jarak 45 cm.

3. Analisa Kesalahan
Hasil yang praktikan dapatkan saat praktikum tidak sesuai dengan hasil teori yang
mungkin disebabkan oleh beberapa faktor berikut :
- Kurang teliti saat membaca alat ukur.
Disaat praktikum mungkin beban diangkat dan diletakkan berulang-ulang
sehingga pembacaan alat ukur tidak presisi.
- Tidak mengkalibrasi alat ukur
- Selisih berat alat ukur pada kondisi awal (sebelum diberi beban) dengan
sesudah diberi beban dan selisih berat antara kondisi alat ukur saat diberi
beban dengan setelah beban dilepaskan tidak semuanya sama. Seharusnya
alat ukur menunjukkan selisih yang sama.
- Balok yang belum sepenuhnya tegak lurus terhadap sumbu y.
- Peletakkan beban yang tidak presisi, sehingga lokasinya tidak sesuai
dengan prosedur yang ada.
4. Kesimpulan
a. Beban yang diletakkan diatas balok menyebabkan balok melendut dan
memiliki nilai momen lentur.
b. Variasi jarak dan variasi beban menyebabkan besar momen lentur juga
bervariasi. Pada beban langsung dan tak langsung, momen lentur akan terus
naik sampai jarak 45 cm, yaitu titik tengah dari balok, setelah itu nilai momen
lentur akan turun. Sedangkan, Momen lentur pada garis pengaruh akan terus
naik sampai pada potongan xx, sedangkan pada jarak setelah 30 cm momen
lentur akan mulai menurun.
 Pada beban langsung, grafik teori terus naik sedangkan grafik praktikum
menunjukkan bahwa titik tertinggi terjadi saat beban diletakkan pada jarak
45 cm. Adanya perbedaan grafik antara momen teori dan momen
praktikum disebabkan oleh adanya beberapa kesalahan yang dilakukan
oleh praktikan.
 Pada garis pengaruh, tren menunjukkan grafik yang terus naik sampai pada
titik tertinggi yaitu disaat beban diletakkan pada jarak 29 cm. Setelah
melewati 29 cm grafik akan turun.
 Pada beban tak langsung, grafik akan terus naik seiring bertambahnya
beban sampai pada jarak 45 cm ( titik tertinggi ), lalu setelah 45 cm grafik
akan turun.

c. Adanya kesalahan saat praktikum membuat nilai momen praktikum masih


jauh dibawah nilai momen teori.

d. Nilai praktikum dan nilai teori yang berbeda ditunjukkan oleh besar nilai
kesalahan relatif.
 Beban Langsung

Kesalahan
x
P (N) relatif
(cm)
(%)

15 5 52,76%
30 10 16,12%
45 15 25,51%
60 20 25,44%
75 25 30,37%

 Garis Pengaruh

Kesalahan
x
P (N) relatif
(cm)
(%)

10 10 55,68%
20 10 35,79%
30 10 23,83%
40 10 31,05%
50 10 34,37%
60 10 34,37%
70 10 53,41%
80 10 81,36%

 Beban Tak Langsung

Kesalahan
x (cm) P (N) relatif
(%)

15 5 47,30%
30 10 27,30%
45 15 21,37%
60 20 11,46%
75 25 35,34%

V. Referensi
Pedoman Praktikum Mekanika Benda Padat, Laboratorium Struktur dan Material,
Departeman Teknik Sipil, Fakultas Teknik Universitas Indonesia : Depok.
VI. Lampiran

Anda mungkin juga menyukai