Anda di halaman 1dari 20

LAPORAN PRAKTIKUM

COMPACTION

KELOMPOK R 1

Andrew Fernando 1606904421

Milania Rahim 1606830751

Shafira Larasati 1606904320

TanggalPraktikum : 24 Februari 2018

Asisten : Hamid

Nilai :

Paraf :

LABORATORIUM MEKANIKA TANAH


DEPARTEMEN TEKNIK SIPIL
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS INDONESIA
DEPOK 2018
1. PENDAHULUAN
1.1. Maksud danTujuanPercobaan
Mencari nilai kerapatan kering (γ dry) maksimum pada kadar air optimum
(Wopt) dari suatu sampel tanah yang dipadatkan

1.2. Alat dan Bahan :


Alat :
a. Mould, lengkap dengan collar dan base plate
b. Hammer seberat 5,5 lbs, dengan tinggi jatuh 12 inch
c. Hydraulic extruder
d. Pelat baja pemotong
e. Gelas ukur
f. Wadah untuk mencampur tanah dengan air
g. Pelat besi/penggaris untuk mengukur tinggi tanah
h. Timbangan
i. Oven
j. Can
k. Sendok semen untuk mengambil tanah ke wadah
l. Jangka sorong

Bahan :

a. Sampel tanah lolos saringan no. 4 ASTM sebanyak 4 kantong @ 2kg


1.3. Teori dan Rumus yang Dipakai
Compaction(pemadatantanah) adalah suatu proses dimana pori-pori
tanah diperkecil dan kandungan udara dikeluarkan secara mekanis. Suatu
pemadatan tanah adalah juga merupakan usaha(energi) yang dilakukan pada
massa tanah. Suatu pemadatan (Compactive Effort = CE) yang dilakukan tersebut
adalah fungsi dari variabel-variabel berikut:

𝑊. 𝐻. 𝐿 . 𝐵
CE= 𝑉

dengan :

CE = Compactive Effort (lb/ft2)
W = berat hammer (lb)

H = tinggi jatuh (inch)
L = jumlah layer

B = jumlah pukulan per-layer
V = volume tanah (ft3)

Pemadatan tanah yang dilakukan di laboratorium pada umumnya terdiri


dari dua macam, yaitu:
1. Standard Proctor - AASHTO T 99 (ASTM D 698)
2. Modified Proctor - AASHTO T 180 (ASTM D 1557)
Perbedaan mengenai dua metode tersebut dirangkum pada tabel di
bawah ini:

Tabel Perbandingan metode Standard Proctor - AASHTO T 99 (ASTM D 698)


dengan Modified Proctor - AASHTO T 180 (ASTM D 1557)
AASHTO T 99 AASHTO T 180
Test Identification
ASTM D 698 ASTM D 1557
Diameter mould (inch) 4 6 4 6
Berat hammer (lb) 5.5 5.5 10 10
Tinggi jatuh hammer
12 12 18 18
(inch)
Jumlah layer 3 3 5 5
Jumlah pukulan per-layer 25 56 25 56
C.E (lb/ft2) 12.375 12.375 56.25 56.25
Ukuran butiran maksimum
No. 4 (3/4”) No. 4 (3/4”) No. 4 (3/4”) No. 4 (3/4”)
yang lolos

Kepadatan tanah bergantung pada kadar airnya. Untuk membuat suatu


hubungan tersebut dibuat beberapa contoh tanah minimal empat contoh dengan
kadar air yang berbeda-beda, dengan perbedaan kurang lebih 4% antara setiap
sampel. Dari percobaan tersebut kemudian dibuat grafik yang menggambarkan
hubungan antara kepadatan dan kadar air, sehingga dari grafik tersebut diperoleh
γdrymaksimum pada kadar air optimumnya. Dengan demikian dapat disimpulkan
bahwa suatu tanah yang dipadatkan dengan kadar air tanah lebih dari Woptakan
diperoleh nilai kepadatan yang lebih kecil dari γdrymaksimum.

Dalam pengaplikasiannya dalam dunia teknik sipil, dynamic compaction


digunakan untuk meningkatkan kepadatan tanah ketika keadaan di bawah
permukaan tanah membuat metode lainnya tidak bisa digunakan. Proses
pemadatan ini adalah dengan menjatuhkan beban berat berulang kali ke tanah
dengan jarak jatuh yang sama.Berat beban yang digunakan dan tinggi jatuh
menentukan jumlah pemadatan yang terjadi.Pemadatan dilakukan untuk
memperbaiki beberapa sifat tanah, antara lain:
1. Menaikkan kuat geser = menaikkan nilai  dan c yang bertujuan untuk
memperkuat tanah.
2. Mengurangi kompresibilitas = mengurangi penurunan oleh beban.
3. Mengurangi permeabilitas = mengurangi nilai k.
4. Mengurangi sifat kembang-susut tanah.
Pada pemadatan, yang dapat berkurang hanya udara. Makin basah
tanah,makin mudah dipadatkan karena air berfungsi sebagai pelumas agar butir-
butir air mudah merapat, tetapi kadar air yang berlebihan akan mengurangi hasil
pemadatanyang dapat dicapai. Tanah yang kenyang air tidak dapat dipadatkan.
Pemadatan pada tanah granuler atau pasir penanganannya paling
mudah.Sifat tanah pasir adalah kuat geser dan permeabilitasnya tinggi.Perubahan
volumesedikit setelah dipadatkan.
Tanah lanau bersifat cukup stabil dan kuat geser cukup tinggi.Lanau
sangatsulit dipadatkan bila basah karena permeabilitasnya rendah.Perubahan
volumesedikit setelah dipadatkan.Tanah lempung padat mempunyai permeabilitas
rendah sehingga air sulitmengalir keluar dari rongga lempung. Butiran sulit
merapat satu sama lain. Tanahlempung tidak dapat dipadatkan dengan baik pada
waktu sangat basah/jenuh.

Teori Tambahan
Pada pembuatan timbunan tanah untuk jalan raya dan tanah, dan banyak struktur
lainnya, tanah yang merenggang harus dipadatkan untuk meningkatkan kekuatan
tanah, sehingga dengan demikian meningkatkan daya dukung pondasi diatasnya.
Pemadatan juga dapat mengurangi besarnya penurunan tanah yang tidak
diinginkan dan meningkatkan kemantapan lereng timbunan.
Menentukan Kadar Air
𝑊𝑤𝑎𝑡𝑒𝑟
𝑊= × 100%
𝑊𝑑𝑟𝑦

𝑊 = 𝑊𝑑𝑟𝑦 (1 + 𝑊)
𝑊
𝑤𝑒𝑡
𝑊𝑑𝑟𝑦 = (1+𝑊)

dengan:
W = kadar air
Wwater = berat air (gram)
Wdry = berat tanah kering (gram)
Wwet = berat tanah basah (gram)

Menentukan Penambahan Volume Air


𝑊𝑥 −𝑊0
𝑉𝑎𝑑𝑑 = × 𝑊
1+𝑊0

dengan:
Vadd = volume air yang akan ditambahkan
Wx = kadar air yang akan dibuat
W0 = kadar air awal
W = berat sampel tanah (gram)

Menentukan Nilai γwet dan γdry


𝑊𝑤𝑒𝑡
𝛾𝑤𝑒𝑡 =
𝑉
𝛾𝑤𝑒𝑡
𝛾𝑑𝑟𝑦 =
(1 + 𝑊)
dengan:
wet = berat isi tanah dalam keadaan basah (gram/cm3)
Wwet = berat tanah basah (gram)
V = volume sampel tanah yang telah dipadatkan (cm3)
dry = berat isi tanah dalam keadaan kering (gram/cm3)
Wdry = berat tanah kering (gram)
W = kadar air

Menghitung Nilai Zero Air Void Line (ZAV-Line)


ZAV-line adalah garis yang menggambarkan hubungan antara berat isi kering
dengan kadar air dalam kondisi derajat kejenuhan (Sr) 100%.
𝐺𝑠 . 𝛾𝑤𝑎𝑡𝑒𝑟
𝑍𝐴𝑉 =
1 + (𝑊. 𝐺𝑠 )/𝑆𝑟
dengan:
Gs = nilai specific gravity
water = berat jenis air (1 gran/cm3)
W = kadar air
Sr = derajat kejenuhan

Menghitung Nilai Compaction Effort (CE)


𝑊. 𝐻. 𝐿 . 𝐵
CE= 𝑉

dengan :

CE = Compactive Effort (lb/ft2)
W = berat hammer (lb)

H = tinggi jatuh (inch)
L = jumlah layer

B = jumlah pukulan per-layer
V = volume tanah (ft3)

2. PRAKTIKUM
2.1. PersiapanPraktikum
a) Menyiapkan 6 kantong sampel tanah masing-masing 2 kg, lolos saringan No. 4
ASTM
b) Mencampur seluruh sampel dalam kantong dengan rata dalam satu wadah, nilai
kadar air awal dalam hal ini dianggap sama (homogen)
c) Mengambil sebagian sampel yang dianggap mewakili nilai kadar air seluruhnya,
dan mencari nilai kadar air sampel tersebut
d) Mengembalikan sampel ke kantongnya masing-masing
e) Sehari kemudian setelah kadar air diketahui, menambahkan air ke dalam masing-
masing kantong agar mencapai kadar air yang berbeda-beda
f) Memasukkan contoh tanah ke dalam kantong plastik dan dibiarkan selama 18-24
jam(diperam) agar campuran air merata

2.2. Jalannya Percobaan


a) Menyiapkan mould, collar, dan base plate
b) Menimbang dan mengukur dimensi mould untuk mengetahui volume tanah hasil
pemadatan
c) Memasukkan tanah ke dalam mould, dengan memmperkirakan jumlahnya
sedemikian rupa sehingga setelah dipadatkan tingginya mencapai 1/3 tinggi
mould (karena total lapisan pemadatan sebanyak 3 lapis)
d) Menumbuk setiap lapisan 25 kali secara merata dengan hammer seberat 5.5 lb
dan tinggi jatuh 12 inch(Standard AASHTO)
e) Sebelum memasukan tanah untuk lapisan ketiga, praktikan menambahkan collar
supaya tanah dapat ditampung lebih dari volume mould. Lalu kembali menumbuk
untuk lapisan ketiga.
f) Membuka collar setelah pemadatan lapis ketiga selesai– meratakan kelebihan
tanah pada mould dengan pelat pemotong. Praktikan disini menggunakan benang
kawat untuk memotong kelebihan tanah.
g) Menimbang tanah beserta mould
h) Mengeluarkan contoh tanah dari mould dengan bantuan extruder
i) Memotong tanah menjadi 3 bagian (atas, tengah, dan bawah) untuk diperiksa
kadar airnya, dengan demikian akan diperoleh kadar air rata-rata dari contoh
tanah setelah dipadatkan

2.3. Perbandingan dengan ASTM


Percobaan ini dilakukan sesuai Standard Proctor - AASHTO T 99 (ASTM D
698)

3. Pengolahan Data

3.1 Data pengamatan dan pengolahan

Water Content Determination


Sample No. 1 2 3 4 5 6
Moisture Can No.
Weight of Can + Wet Soil
(gr) 262,8 189,2 172,9 183,19 205 214,1
Weight of Can + Dry Soil
(gr) 200 142,3 129,4 134 146,7 151
Weight of Water (gr) 62,8 46,9 43,5 49,19 58,3 63,1
Weight of Can (gr) 25 19,2 18,2 17 19,6 19,7
Weight of Dry Soil (gr) 175 123,1 111,2 117 127,1 131,3
Water Content (%) 35,88571429 38,0991064 39,118705 42,042735 45,8693942 48,0578827

Density Determination
Assumed Water Content
(%) 34,875 37,375 39,875 42,375 44,875 47,375
Water Content (%) 35,88571429 38,0991064 39,118705 42,042735 45,8693942 48,0578827
Weight of Soil + Mould
(gr) 3190 3280 3300 3340 2990 3010
Weight of Mould (gr) 1717,5 1717,5 1670 1670 1394,1 1394,1
Weight of Soil In Mold
(gr) 1472,5 1562,5 1630 1670 1595,9 1615,9
Wet Density (gr/cm^3) 1,521172311 1,61414719 1,7481648 1,79106455 1,71595578 1,73746034
Dry Density (gr/cm^3) 1,119449767 1,16883246 1,25659939 1,26093359 1,17636451 1,17350073
3.2. Perhitungan

 Menentukan Hubungan W - dry 


Dimensi mould 1

D = 10,23 cm
Tinggi = 11,64 cm
Berat = 1,4 kg = 1400 gram
𝜋 𝑑2 ℎ 3,14 𝑥 10,232 𝑥 11,64
Volume = = = 956,255 cm3
4 4

Dimensi mould 2

D = 10,08 cm
Tinggi = 11, 69 cm
Berat = 1,67 kg = 1670 gram
𝜋 𝑑2 ℎ 3,14 𝑥 10,082 𝑥 11,69
Volume = = = = 932,406 cm3
4 4

Dimensi mould 3

D = 10,24 cm
Tinggi = 11, 765 cm
Berat = 1,72 kg = 1720 gram
𝜋 𝑑2 ℎ 3,14 𝑥 10,242 𝑥11,765
Volume = = = = 968,414 cm3
4 4

 Menentukan kadar air sebelum pemadatan

𝑾𝒘𝒂𝒕𝒆𝒓 𝟑𝟖𝟗,𝟔−𝟑𝟎𝟐,𝟗
W= 𝒙 𝟏𝟎𝟎 % = 𝒙 𝟏𝟎𝟎% = 30,42 %
𝑾𝒅𝒓𝒚 𝟑𝟎𝟐,𝟗−𝟏𝟕,𝟗

Kadar air awal adalah 30,42%

 Menghitung penambahan volume air untuk Compaction


Wo = 30,42 %
Wasumsi (Wx) = 32,92 % ; 35,42% ; 37,92% ; 42,42% ;42,92% % ; 45,42%
W tanah (w) = 2000 gram
𝑾𝒙−𝑾𝒐
Vadd = 𝒙 𝟐𝟎𝟎𝟎 𝒈𝒓𝒂𝒎
𝟏+𝑾𝒐
Dengan menggunakan rumus di atas, praktikan dapat menentukan berapa
volumer air yang harus ditambahkan untuk mencapai kadar air yang diinginkan.
Berikut ini adalah hasil dari perhitungan.

Vadd
Sample Wo % Wx (%)
(mL)
1 32,92 38,36
2 35,42 76,67
3 37,92 115,01
30,42
4 42,42 153,3
5 42,92 191,68
6 45,42 230,02

 Menentukan kadar air setelah pemadatan (water content)


 Sampel 1
Wcan = 25 gr

Wwet soil + can = 262,8 gr

Wdry soil + can = 200 gr

Wwater = 62,8 gr
Wdry soil = 175 gr
𝑾𝒘𝒂𝒕𝒆𝒓 𝟔𝟐,𝟖
W= 𝒙 𝟏𝟎𝟎 % = 𝒙 𝟏𝟎𝟎 % = 35,88 %
𝑾𝒅𝒓𝒚 𝟏𝟕𝟓

 Sampel 2
Wcan = 19,2 gr

Wwet soil + can = 189,2 gr

Wdry soil + can = 142,3 gr

Wwater = 46,9 gr
Wdry soil = 123,1 gr
𝑾𝒘𝒂𝒕𝒆𝒓 𝟒𝟔,𝟗
W= 𝒙 𝟏𝟎𝟎 % = 𝒙 𝟏𝟎𝟎 % = 38,09 %
𝑾𝒅𝒓𝒚 𝟏𝟐𝟑,𝟏

 Sampel 3
Wcan = 18,2 gr

Wwet soil + can = 172,9 gr

Wdry soil + can = 129,4 gr

Wwater = 43,5 gr
Wdry soil = 111,2 gr
𝑾𝒘𝒂𝒕𝒆𝒓 𝟒𝟑,𝟓
W= 𝒙 𝟏𝟎𝟎 % = 𝒙 𝟏𝟎𝟎 % = 39,11 %
𝑾𝒅𝒓𝒚 𝟏𝟏𝟏,𝟐

 Sampel 4
Wcan = 17 gr

Wwet soil + can = 183,19 gr

Wdry soil + can = 134 gr

Wwater = 49,19 gr
Wdry soil = 117 gr
𝑾𝒘𝒂𝒕𝒆𝒓 𝟒𝟗,𝟏𝟗
W= 𝒙 𝟏𝟎𝟎 % = 𝒙 𝟏𝟎𝟎 % = 42,04 %
𝑾𝒅𝒓𝒚 𝟏𝟏𝟕

 Sampel 5
Wcan = 19,6 gr

Wwet soil + can = 205 gr

Wdry soil + can = 146,7 gr

Wwater = 58,3 gr
Wdry soil = 127,1 gr
𝑾𝒘𝒂𝒕𝒆𝒓 𝟓𝟖,𝟑
W= 𝒙 𝟏𝟎𝟎 % = 𝒙 𝟏𝟎𝟎 % = 45,86 %
𝑾𝒅𝒓𝒚 𝟏𝟐𝟕,𝟏

 Sampel 6
Wcan = 19,7 gr

Wwet soil + can = 214,1 gr

Wdry soil + can = 151 gr

Wwater = 63,1 gr
Wdry soil = 131,3 gr
𝑾𝒘𝒂𝒕𝒆𝒓 𝟔𝟑,𝟏
W= 𝒙 𝟏𝟎𝟎 % = 𝒙 𝟏𝟎𝟎 % = 48,05 %
𝑾𝒅𝒓𝒚 𝟏𝟑𝟏,𝟑

 Menentukan kerapatan tanah kering (𝛾𝑑𝑟𝑦)


 Sampel 1 (mold 3)
W = 0.35885
Wsoil + mould = 3190 gr
Wmould = 1717,5 gr
Wsoil = 1472,5 gr
V = 968,414 cm3
𝑊 𝑠𝑜𝑖𝑙 1472,5
𝛾wet = = =1,5205 gr/cm3
𝑉 968,414
𝛾wet 1,5205
𝛾dry = = = 1,11896 gr/cm3
1+𝑊 1+0,35885

 Sampel 2 (mold 3)
W = 0,38099
Wsoil + mould = 3280 gr
Wmould = 1717,5 gr
Wsoil = 1562,5 gr

V = 968,414 cm3
𝑊 𝑠𝑜𝑖𝑙 1562,5
𝛾wet = = =1,61346 gr/cm3
𝑉 968,414
𝛾wet 1,61346
𝛾dry = = = 1,16833 gr/cm3
1+𝑊 1+0.38099

 Sampel 3 (mold 2)
W = 0.39118
Wsoil + mould = 3300 gr
Wmould = 1670 gr
Wsoil = 1630 gr

V = 932,406 cm3
𝑊 𝑠𝑜𝑖𝑙 1630
𝛾wet = = =1,74816 gr/cm3
𝑉 932,406
𝛾wet 1.74816
𝛾dry = = = 1,25660 gr/cm3
1+𝑊 1+0.39118

 Sampel 4 (mould 2)
W = 0.42042
Wsoil + mould = 3340 gr
Wmould = 1670 gr
Wsoil = 1670 gr

V = 932,406 cm3
𝑊 𝑠𝑜𝑖𝑙 1670
𝛾wet = = = 1,79106 gr/cm3
𝑉 932,406
𝛾wet 1.79106
𝛾dry = = = 1,26093 gr/cm3
1+𝑊 1+0,42042

 Sampel 5 (mold 1)
W = 0.45869
Wsoil + mould = 2990 gr
Wmould = 1394,1 gr
Wsoil = 1595,9 gr

V = 956,255 cm3
𝑊 𝑠𝑜𝑖𝑙 1595,9
𝛾wet = = = 1,66890 gr/cm3
𝑉 956,255
𝛾wet 1.66890
𝛾dry = = = 1,14410 gr/cm3
1+𝑊 1+0.45869

 Sampel 6 (mold 1)
W = 0.48057
Wsoil + mould = 3010 gr
Wmould = 1394,1 gr
Wsoil = 1615,9 gr

V = 956,255 cm3
𝑊 𝑠𝑜𝑖𝑙 1615,9
𝛾wet = = =1,68982 gr/cm3
𝑉 956,255
𝛾wet 1.68982
𝛾dry = = = 1,14133 gr/cm3
1+𝑊 1+0,48057

Grafik Dry Density & Water Content


1.28
1.26
1.24
1.22
1.2
1.18
1.16
1.14
1.12
1.1
0 10 20 30 40 50 60
 Menghitung Garis ’Zero Air Void’

Sr = 100%
γwater = 1 gr/cm3
𝐺𝑠 . 𝜸 𝑤
ZAV = 𝑊.𝐺𝑠
1+
𝑆𝑟

Specific Gravity 2,637


Berat Jenis Air
1
(gr/cm^3)
Derajat Saturasi 1

Sample Kadar Air (%) Dry Density (gr/cm^3) ZAV


1 35,88571429 1,119449767 1,35487411
2 38,09910642 1,168832465 1,31542622
3 39,11870504 1,256599394 1,29801713
4 42,04273504 1,260933587 1,25055312
5 45,86939418 1,17636451 1,19344168
6 48,05788271 1,173500732 1,16306437

Water Content vs ZAV


1.4

1.35

1.3
ZAV

1.25 ZAV

1.2
y = -0.0157x + 1.9137
R² = 0.9983
1.15
0 10 20 30 40 50 60
Water Content
Grafik Hubungan Kerapatan Kering dengan Nilai
ZAV
1.6
1.4
1.2
1
0.8 Kerapatan Kering

0.6 ZAV

0.4
0.2
0
1 2 3 4 5 6

 Compaction Effort

Berat Hammer (W) (gr) 2494,76


Tinggi Jatuh (H) (cm) 30,48
Jumlah Layer (L) 3
Pukulan per-Layer (B) 25

CE (Mold 1) = 6132,046177 𝑙𝑏/𝑓𝑡 2


CE (Mold 2) = 6116,454735 𝑙𝑏/𝑓𝑡 2
CE (Mold 3) = 5891,53018 𝑙𝑏/𝑓𝑡 2

4. ANALISA
4.1. Analisa Praktikum
Praktikum ini bertujuan untuk mendapatkan nilai kerapatan kering maksimum
(γdry maks) pada kadar air optimum (Wopt) dari pemadatan sampel tanah. Bahan yang
dibutuhkan pada praktikum ini adalah 6 kantong tanah dengan berat masing-masing 2
kg dan lolos saringan no. 4 ASTM.
Adapun alat-alat yang dibutuhkan adalah Mould ( termasuk collar dan base
plate ), hammer seberat 5.5 lbs ( tinggi jatuh 12 inch ), hydraulic extruder, pelat baja
pemotong, gelas ukur, wadah untuk mencampur tanah dengan air, penggaris untuk
mengukur tinggi tanah, timbangan, oven, dan jangka sorong.
Sebelum memulai praktikum ini, praktikan harus mempersiapkan sampel
tanah dengan cara mencari kadar air dari 6 kantong sampel tersebut. Untuk mencari
kadar air dari sampel tersebut praktikan mencampurkan ke-6 sampel tersebut
kedalam satu wadah, lalu sebagian dari tanah yang sudah tercampur tersebut diambil
dan dihitung kadar airnya ( yang diambil adalah sampel yang dianggap mewakili
nilai kadar air seluruhnya ). Setelah menghitung kadar air, praktikan mengembalikan
sampel tanah ke kantong masing-masing. Lalu diamkan sampel selama satu hari.
Keesokan harinya, praktikan kembali menghitung kadar air. Setelah itu,
menambahkan air pada masing-masing kantong dengan tujuan mendapatkan kadar
air yang berbeda-beda pada setiap kantongnya. Setelah itu, masukkan kembali
sampel tanah ke dalam kantong plastik masing-masing lalu didiamkan selama satu
hari dengan tujuan mendapatkan kadar air yang merata.
Hari berikutnya praktikan memulai proses praktikum sesuai dengan prosedur
yang tertera. Langkah pertama yang dilakukan adalah mempersiapkan mould, collar
dan base plate. Praktikan juga menghitung berat mould dan juga dimensi mould
untuk mendapatkan volume mould yang bisa praktikan gunakan untuk mengetahui
besar volume tanah yang sudah dipadatkan. Setelah itu, praktikan memasukkan
tanah kedalam mould bertahap sebanyak 3 lapis, praktikan memasukkan tanah
sebanyak 1/3 bagian mould lalu ditumbuk sebanyak 25 kali secara merata
menggunakan hammer seberat 5.5 lb dengan tinggi jatuh 12 inch. Langkah yang
sama dilakukan pada lapisan kedua. Lalu pada lapisan ketiga praktikan memasang
collar lalu mengisi tanah sampai melebihi tinggi dari mould supaya tanah tidak
tumpah saat pengisian tanah lapisan ketiga, setelah itu praktikan menumbuk tanah
secara merata. Setelah selesai, buka collar lalu buang tanah yang berlebih dengan
menggunakan pelat pemotong secara merata. Setelah langkah pemadatan selesai,
praktikan menimbang mould beserta tanahnya. Setelah itu praktikan mengeluarkan
tanah dengan bantuan extruder dengan cara mengunci mould pada extruder lalu
menekan tuas untuk memisahkan tanah dari mould. Setelah tanah keluar, praktikan
memotong tanah menjadi 3 bagian secara merata ( satu bagian sebanyak 1/3 volume
tanah ) lalu mengambil sebagian tanah dari masing-masing bagian lalu diletakkan di
can, setelah itu praktikan menimbang berat can beserta berat can+tanah. Setelah
mencatat hasilnya, praktikan meletakkan tanah beserta can ke dalam oven dan
+
didiamkan selama − 18 𝑗𝑎𝑚. Setelah didiamkan, praktikan mengambil kembali

tanah beserta can dan menghitung kembali beratnya untuk mendapatkan data kadar
air sesungguhnya, sehingga didapatkan perbandingan kadar air sesungguhnya dengan
kadar air yang diasumsikan sebelumnya. Dengan ini, praktikan dapat menghitung
berat isi kering (γdry) dari sampel.

4.2. Analisa Hasil


Setelah melakukan semua prosedur diatas maka praktikan mendapatkan data-
data yang diinginkan, data-data tersebut juga ditunjukkan dalam bentuk grafik.
Melalui hasil perhitungan sebagai berikut :
𝛾wet
𝛾dry =
1+𝑊
Data menunjukkan bahwa nilai maksimum kerapatan tanah kering yang praktikan
dapatkan adalah sebesar 1,26093 gr/cm3 yang tertera pada grafik berikut ini :

Grafik Dry Density & Water Content


1.28
1.26
1.24
1.22
1.2
1.18
1.16
1.14
1.12
1.1
0 10 20 30 40 50 60

Melalui grafik diatas juga dapat terlihat bahwa nilai WOptimum = 42,042 %.
Data lainnya yang praktikan dapatkan merupakan nilai ZAV-line (Zero Air
Void Line), dengan rumus berikut ini :

𝐺𝑠 . 𝜸 𝑤
ZAV = 𝑊.𝐺𝑠
1+
𝑆𝑟
Data yang didapatkan adalah sebagai berikut :

Sample Kadar Air (%) Dry Density (gr/cm^3) ZAV


1 35,88571429 1,119449767 1,35487411
2 38,09910642 1,168832465 1,31542622
3 39,11870504 1,256599394 1,29801713
4 42,04273504 1,260933587 1,25055312
5 45,86939418 1,17636451 1,19344168
6 48,05788271 1,173500732 1,16306437

Didapatkan grafik hubungan ZAV dengan kadar air :

Water Content vs ZAV


1.4

1.35

1.3
ZAV

1.25 ZAV

1.2
y = -0.0157x + 1.9137
R² = 0.9983
1.15
0 10 20 30 40 50 60
Water Content

Didapatkan grafik hubungan ZAV dengan kerapatan kering :

Grafik Hubungan Kerapatan Kering dengan Nilai


ZAV
1.6
1.4
1.2
1
0.8 Kerapatan Kering

0.6 ZAV

0.4
0.2
0
1 2 3 4 5 6
Pada grafik diatas menunjukkan bahwa kerapatan kering dengan ZAV bersinggungan.
Data selanjutnya yang didapatkan adalah besar nilai Compaction Effort yaitu
sebesar :
CE (Mold 1) = 6132,046177 𝑙𝑏/𝑓𝑡 2
CE (Mold 2) = 6116,454735 𝑙𝑏/𝑓𝑡 2
CE (Mold 3) = 5891,53018 𝑙𝑏/𝑓𝑡 2

4.3. Analisa Kesalahan


Adanya kesalahan-kesalahan hasil tentunya disebabkan oleh faktor-faktor
seperti kesalahan praktikan dalam menjalankan prosedur praktikum. Selengkapnya
sebagai berikut ini :
 Praktikan kurang maksimal dalam melakukan prosedur. Kemungkinan
praktikan dalam melakukan pengukuran kurang begitu presisi.
 Sampel tanah yang kurang tercampur merata disaat pengadukan.
 Proses compaction yang kurang merata. Kemungkinan Praktikan kurang
merata dalam menumbuk keseluruhan bagian permukaan tanah.
 Saat pemadatan menggunakan hammer praktikan tidak mengangkatnya
setinggi 12 inch.
 Pengambilan sampel yang tidak tepat waktunya

5. Kesimpulan
 Pemadatan (compaction) dilakukan untuk menentukan nilai kerapatan kering (dry)
dan kadar air optimum (Woptimum) dari suatu sampel tanah.
 Nilai kadar air optimum (Woptimum) pada praktikum ini adalah 43 %
 Nilai kerapatan kering (dry) maksimum pada praktikum ini adalah 1196 gram/cm3

6. Referensi

Lambe T.W.”Soil Testing For Engineers”,John Willey and Sons, New York,1951.
Punmia B.C. “Soil Mechanic and Foundation” Standard Book House, Delhie,
1981.
Wesley L. D. “Mekanika Tanah”, Badan Penerbit Pekerjaan Umum, 1977.

Anda mungkin juga menyukai