CAISSON DISEASE
Disusun oleh:
Sally Neilvinda Poermara
(2017-84-008)
Konsulen
dr. Laura Huwae, Sp.S, M.Kes
1
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa,
karena atas kasih dan anugerahanya penulis dapat menyelesaikan penulisan referat
dengan judul Caisson disease. Penulisan referat ini merupakan salah satu syarat
kelulusan pada kepaniteraan klinik bagian Ilmu Penyakit Saraf di RSUD Dr. M.
Haulussy Ambon.
Penulis mengucapkan terima kasih kepada dr. Laura Huwae, Sp.S, M.Kes
ini, serta semua pihak yang telah membantu hingga selesainya referat ini.
disebabkan keterbatasan kemampuan penulis. Oleh karena itu, kritik dan saran
yang membangun dari berbagai pihak sangat penulis harapkan demi perbaikan di
masa yang akan datang. Semoga referat ini dapat memberi manfaat bagi kita
semua.
Penulis
2
DAFTAR ISI
COVER ............................................................................................ 1
KATA PENGANTAR ..................................................................... 2
DAFTAR ISI .................................................................................... 3
BAB I
PENDAHULUAN ............................................................................. 4
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA ................................................................... 6
CAISSON DISEASE ........................................................................... 6
1. Definisi...................................................................................... 6
2. Epidemiologi ............................................................................. 7
3. Etiologi...................................................................................... 9
4. Faktor Risiko............................................................................. 9
5. Patofisiologi .............................................................................. 9
6. Manifestasi Klinis dan Diagnosis .......................................... 14
7. Penatalaksaan .......................................................................... 16
8. Komplikasi .............................................................................. 20
9. Prognosis ................................................................................ 20
BAB III
KESIMPULAN ............................................................................... 21
DAFTAR PUSTAKA ..................................................................... 22
3
BAB I
PENDAHULUAN
tahun terakhir ini. Menyelam juga mempunyai peranan penting pada beberapa
bidang lainnya seperti dalam bidang militer, industri dan penelitian. Banyak para
nelayan atau penyelam mengeluh perasaan tidak enak, keram-keram pada kaki
bahkan sampai kelumpuhan dan kematian. Para nelayan tidak menyadari bahwa
semua keluhan itu adalah sebagai komplikasi penyelaman yang mereka lakukan
yang di sebut dengan Penyakit Decompresi atau Caisson Disease (CD). Penyakit
gelembung gas dari fase larut dalam darah atau jaringan. Ekspansi gas dari paru-
paru dapat mengakibatkan ruptur alveolus yang biasa disebut dengan “Pulmonary
menjadi dua tipe. Tipe I yang lebih ringan, tidak mengancam nyawa, dan ditandai
dengan rasa nyeri pada persendian dan otot-otot serta pembengkakan pada
4
menyebabkan kematian. Manifestasinya bisa berupa gangguan respirasi, sirkulasi,
dan biasanya gangguan nervus perifer dan / atau gangguan susunan saraf pusat. 2
penyelaman pada wisata penyelam sebanyak 1 kematian per 6.250 penyelam tiap
tahun, olah raga menyelam 1 kematian per 5.000 penyelam tiap tahun. Sedangkan
per 3.770 penyelam, wisata menyelam 1 kasus per 2.900 penyelam dan penyelam
The Divers Alert Network (DAN) melaporkan sejak tahun 1980 rata-rata
setiap tahun terjadi kematian 90 penyelam dan antara 900 sampai 1.000 penyelam
Hiperbarik Indonesia (PKHI, 2000) didunia 5-6 orang dari tiap 100.000 orang
sampai 4 kasus setiap 10.000 penyelam, rata-rata setiap tahunnya adalah 1.000
yang dialami penyelam. Dari 204 responden, yang menderita penyakit tuli sebesar
penglihatan 14,7%. 1
5
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
I. Definisi
Caisson disease disebut juga Bends, Compressed air illness, Diver,s palsy,
dysbarism dan aeroembolism. Tetapi istilah itu sudah jarang digunakan. Pertama
kali penyakit ini ditemukan oleh Triger pada tahun 1841, yang melihat adanya
gejala-gejala nyeri pada tungkai dan kejang otot yang diderita pekerja tambang
caisson disease sampai akhirnya pada tahun 1937, Swindle dan End menemukan
dan agregasi trombosit. Hukum fisika yang berhubungan dengan penyakit ini
adalah Hukum Henry yang berbunyi “banyaknya gas yang terlarut didalam cairan
gelembung gas dari fase larut dalam darah atau jaringan. Ekspansi gas dari paru-
paru dapat mengakibatkan ruptur alveolus yang biasa disebut dengan “Pulmonary
6
menjadi dua tipe. Tipe I yang lebih ringan, tidak mengancam nyawa, dan ditandai
dengan rasa nyeri pada persendian dan otot-otot serta pembengkakan pada
dan biasanya gangguan nervus perifer dan / atau gangguan susunan saraf pusat.3,4,5
II. Epidemiologi
menyerang penyelam namun dapat pula terjadi pada pilot angkatan udara selama
melakukan pendakian cepat pada sebuah ruangan yang tidak bertekanan. Sekitar
wisata penyelam sebanyak 1 kematian per 6.250 penyelam tiap tahun, olah raga
menyelam 1 kematian per 5.000 penyelam tiap tahun. Sedangkan yang mengalami
penyelam, wisata menyelam 1 kasus per 2.900 penyelam dan penyelam komersial
The Divers Alert Network (DAN) melaporkan sejak tahun 1980 rata-rata
setiap tahun terjadi kematian 90 penyelam dan antara 900 sampai 1.000 penyelam
Hiperbarik Indonesia (PKHI, 2000) didunia 5-6 orang dari tiap 100.000 orang
7
Di Amerika Serikat kasus kecelakaan akibat penyelaman diperkirakan 3
sampai 4 kasus setiap 10.000 penyelam, rata-rata setiap tahunnya adalah 1.000
yang dialami penyelam. Dari 204 responden, yang menderita penyakit tuli sebesar
penglihatan 14,7%.2,6
insiden dan faktor risiko gejala penyakit dekompresi pada penyelam dan
instruktur pria dan wanita menunjukkan bahwa: penyelam dan instruktur laki-laki
mempunyai faktor risiko terkena penyakit dekompresi 1,48 kali dibanding dengan
penyelam dan instruktur perempuan, penyelam dan instruktur berusia 18-24 tahun
mempunyai faktor risiko terkena penyakit dekompresi sebesar 1,34 kali dibanding
penyelam dan instruktur yang berusia lebih dari 24 tahun, penyelam dan istruktur
dekompresi sebesar 1,56 kali dibanding dengan penyelam dan instruktur yang
tidak mengkonsumsi alkohol, penyelam dan instruktur yang kelebihan berat badan
(BMI ≥ 25) mempunyai faktor risiko terkena penyakit dekompresi sebesar 0,74
kali dibanding dengan penyelam dan instruktur dengan berat badan normal (BMI
8
III. Etiologi
gas, yang dapat menyebar ke seluruh tubuh, yang menyebabkan berbagai macam
dapat menyebabkan nyeri terlokalisir (the bends). Gelembung gas pada jaringan
neuropraxia, atau paralisis. Sementara gelembung gas yang terbentuk pada system
Beberapa macam gas bersifat lebih mudah larut dalam lemak. Nitrogen misalnya,
2,8
5 kali lebih larut dalam lemak daripada dalam air.
Wanita memiliki risiko yang lebih besar karena memiliki lebih banyak
lemak dalam tubuhnya. Caisson disease juga terjadi di daerah ketinggian, orang-
V. Patofisiologi 3,5,8
Otopsi pada manusia dan binatang dalam kasus caisson disease yang berat
dengan timbulnya peristiwa supersaturasi gas dalam darah ataupun jaringan tubuh
9
Kondisi supersaturasi gas dalam darah dan jaringan sampai suatu batas
tertentu masih dapat ditoleransi, dalam arti masih memberi kesempatan gas untuk
berdifusi keluar dari jaringan dan larut dalam darah, kemudian ke alveoli paru dan
lebih cepat dari jaringan atau darah dalam bentuk tidak larut, yaitu berupa
Dengan adanya fenomena seperti di atas, maka ada korelasi antara jumlah
yaitu :
2. Akibat tidak langsung atau akibat sekunder dari adanya gelembung gas dalam
dekompresi.
10
Ada dua macam gelembung gas intravaskuler, yaitu :
perifer. Gelembung gas intravaskuler yang yang ikut sirkulasi bila tidak banyak
jumlahnya akan difiltrasi lewat paru (silent bubbles). Bila jumlahnya banyak
terjadinya iskemia local, kerusakan jaringan dan infark. Kelainan ini bisa
gelembung gas dan plasma, yang diikuti serangkaian proses reaksi biokimia
b. Udema paru
11
3. Hiperkoagulasi dalam darah
gas nitrogen, ada jaringan yang cepat dan ada yang lambat dalam mencapai
nitrogen. Darah menerima nitrogen dari paru dan mencapai kejenuhan nitrogen
dalam waktu beberapa menit. Otak termasuk dalam jaringan yang cepat karena
mempunyai suplai darah yang kurang, sehingga memerlukan waktu lebih lama
daya larut yang baik dalam jaringan lemak, sehingga jaringan lemak bisa
bentuk klinis penyakit dekompresi yang mungkin timbul. Penyelaman singkat dan
jaringan cepat, tetapi tidak cukup waktu untuk pembebanan tinggi pada jaringan-
12
Penyelaman yang relatif dangkal tapi lama akan memberikan pembebanan
nitrogen yang kurang lebih sama antara jaringan cepat dan jaringan yang lebih
lambat. Perbedaan tekanan yang tidak terlampau besar antara kedalaman dan
tersebut, karena darah sebagai jaringan cepat bisa mengeliminasi nitrogen lebih
cepat lewat alveoli paru sedangkan jaringan lambat tidak bisa. Penyelaman seperti
ini cenderung menimbulkan nyeri pada persendian (bends), karena sendi adalah
jaringan lambat dan tidak dapat melepas nitrogen dengan cepat lewat darah.
menyelam akan semakin banyak gas yang larut dan ditimbun dalam jaringan
tubuh. Sesuai hukum Henry, volume gas yang larut dalam suatu cairan sebanding
dengan tekanan gas di atas cairan itu. Karena oksigen (O2) dikonsumsi
dalam jaringan tubuh, maka yang tinggal adalah Nitrogen (N2) yang merupakan
gas inert (tidak aktif). Seperti kita ketahui tekanan udara di permukaan laut adalah
1 Atmosfer Absolut (ATA) dan setiap kedalaman 10 meter maka tekanan akan
bertambah 1 ATA. Jadi bila 1 liter N2 terlarut didalam tubuh seseorang penyelam
liter N2. N2 yang berlebihan ini akan didistribusikan oleh darah ke dalam jaringan-
jaringan sesuai dengan kecepatan aliran darah ke jaringan tersebut serta daya
gabung jaringan terhadap N2. Jaringan lemak mempunyai daya gabung N2 yang
tinggi dan melarutkan banyak N2 daripada jaringan yang lainnya. Ketika penyelam
naik ke permukaan dan tekanan gas turun, terjadi kebalikan dari proses yang
memenuhi tubuh dengan N2. Tekanan parsial N2 yang rendah dalam paru-paru
13
selama naik menyebabkan darah melepaskan N2 ke dalam paru-paru. Proses ini
tidak dapat meninggalkan jaringan dengan cepat dan teratur seperti yang
yang kita lihat bila tutup botol bir dibuka dengan tiba-tiba.
14
VI. Manifestasi Klinis dan Diagnosis (5)
Gejala klnis timbul saat dekompresi atau dipermukaan (paling lama 24 jam
setelah menyelam). Mula-mula rasa kaku kemudian rasa nyeri, kekuatan otot
menurun, bengkak kemerahan Peau d’orange, banyak pada penyelam ulung dan
singkat, anggota atas 2-3x lebih banyak dari bawah, ⅓ kasus pada bahu kemudian
siku, pergelangan tangan, tangan, sendi paha, lutut dan kaki, asimetri, kasus
Tipe I
2) Pruritus, atau “skin bends” yang menyebabkan rasa gatal atau terbakar pada
kulit, dan
3) Ruam pada kulit yang biasanya beraneka warna atau menyerupai marmer atau
papular, atau ruam yang menyerupai plak. Pada kasus tertentu yang jarang
Tipe II
3) Gangguan pada sistem saraf. Dari kasus yang dilaporkan hanya ada sekitar
30% yang disertai dengan keluhan nyeri. Tanda dan gejalanya bervariasi
karena kompleksnya susunan saraf pusat dan perifer. Onset gejala biasanya
15
Diagnosis caisson disease dapat ditegakkan melalui pertanyaan anamnesa
1. Pemeriksaan Laboratorium
a. Darah rutin
Pada pasien yang datang gejala neurologik yang persisten dalam beberapa
atau lebih.
mikroemboli.
3. Elektrokardiogram (EKG)
16
a) Pemberian oksigen 100% 15 liter / menit dengan menggunakan masker
b) Pemberian cairan untuk mempertahankan output urin yang baik. Cairan yang
yang dimediasi oleh kerusakan endotel. Cairan dapat diberikan secara oral
atau diberikan secara intravena berupa NaCl 0.9% atau kristaloid / koloid
bagian dalam.
konsentrasi darah yang dipertahankan 10 sampai 20 mcg / mL. Jika lebih dari
anti-platelet.
antikoagulan tidak boleh digunakan secara rutin dalam pengobatan DCS. Satu
17
Heparin molekul berat rendah (LMWH) harus digunakan untuk semua pasien
mungkin setelah cedera untuk mengurangi risiko trombosis vena dalam (DVT)
18
Gambar 2. Ruangan didalam Hiperbaric Chamber10
19
VIII. Komplikasi
IX. Prognosis
Prognosis yang baik jika para petugas kesehatan bisa mengenali gejala
yang timbul sejak awal, diagnosis yang tepat, dan pengobatan yang adekuat.
Tingkat keberhasilan dari terapi dan pengobatan lebih dari 75-85% dapat dicapai.
11
20
BAB III
KESIMPULAN
gelembung gas dari fase larut dalam darah atau jaringan. Ekspansi gas dari paru-
paru dapat mengakibatkan ruptur alveolus yang biasa disebut dengan “Pulmonary
sekunder atau kerusakan lanjut akibat dari gelembung nitrogen dalam pembuluh
21
DAFTAR PUSTAKA
22