Disusun Oleh:
Feby Fitriatus Solicha Lia Kamaliah Resha Pahlevi
Khoir NI’matu Zulfa Devi Adia Putri Vidia Tamara
Eno Permatasari Yessica Putriandeta Maryam Zakiyyah
Rizqa Fitria Putri Dini Khaerani Dwi Restarina
Siti Nurpaisa Syifa Ramadiana Imas Meilia Hardiah
Hilma Ainun Nihaya Puspita Sari Jessita Putri Diary
Ratna Farhana Pujiati Alfiani
Yoyoh Rokayah Dita Retno Wulandari Ratih Yulianingsih
Puji syukur kami ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa karena berkat rahmat dan kuasa-
Nya kami mampu menyelesaikan Laporan Pertanggung Jawaban Praktik Program Profesi Ners
Stase Komunitas dan Keluarga. Laporan ini disusun agar pembaa mengetahui program-program
ang telah terlaksana dalam kegiatan praktik profesi tersebut serta hal-hal yang terkait dengannya.
Demikianlah laporan ini kami susun, semoga bermanfaat bagi pembaca dalam menambah
wawasan dan pengetahuan tentang pelaksanaan program kegiatan di komunitas dan keluarga. Jika
terdapat kata maupun penulisan yang salah, kami mohon maaf. Kritik dan saran yang membangun
sangat kami butuhkan agar laporan serta tugas selanjutnya dapat kami kerjakan lebih baik lagi.
Penulis
DAFTAR ISI
B. Profil Wilayah
UPT Puskesmas Bakti Jaya, merupakan salah satu fasilitas kesehatan milik
pemerintah Kota Tangerang Selatan yang membina 2 (dua) desa atau kelurahan di wilayah
Kecamatan Setu. UPT Puskesmas Bakti Jaya terletak di jalan. Permata Raya Pamulang
Permata Pamulang Kelurahan Bakti Jaya, berdiri diatas tanah seluas 1000 m2 yang
merupakan tanah milik Pemerintah Kota Tangerang Selatan, Adapun batas wilayah kerja
UPT. Puskesmas Bakti Jaya, adalah :
Utara : Wilayah kerja Puskesmas Rawa Buntu
Dengan segala keterbatasannya, UPT. Puskesmas Bakti Jaya, yang menjadi ujung
tombak dalam pelayanan kesehatan diwilayah kerjanya mencoba memberikan pelayanan
yang optimal untuk meningkatkan derajat kesehatan penduduk sekitarnya.
C. Tujuan
1. Tujuan Umum
Mengelola klien (keluarga, kelompok dan komunitas) dalam kondisi sehat maupun
sakit melalui kegiatan preventi, kuratif, rehabilitatif dan promotif dengan pelayanan
secara individu Upaya kesehatan perorangan dan upaya kesehatan masyarakat
2. Tujuan Khusus
a. Mampu mengidentifikasi data masyarakat
b. Melakukan pengorgansasian kegiatan kelompok
c. Menetapkan rencana kegiatan dan pelaporannya
d. Mampu melakukan upaya kegiatan preventif, kuratif, rehabilitatif dan promotif
e. Mampu Melakukan pengelolaan asuhan keperawatan komunitas dan keluarga
dalam kondisi sehat, resiko maupun sakit
f. Mampu Melakukan pemberdayaan terhadap masyrakat
BAB II
TINJAUAN TEORI
A. Teori Program Demam Berdarah
1. Pengertian
Demam Berdarah Dengue merupakan penyakit yang disebabkan oleh virus
dengue yang disebarkan nyamuk Aedes Aegypty yang dapat menyerang pada anak dan
dewasa dengan gejala utama demam,nyeri otot,tulang dan sendi yang biasanya
memburuk setelah dua hari pertama dan dapat menyebabkan perdarahan.
2. Epidemiologi
Demam Berdarah Dengue banyak ditemukan di daerah tropis dan sub-tropis.
Data dari seluruh dunia menunjukkan Asia menempati urutan pertama dalam jumlah
penderita DBD setiap tahunnya. Sementara itu, terhitung sejak tahun 1968 hingga tahun
2009, World Health Organization (WHO) mencatat negara Indonesia sebagai negara
dengan kasus DBD tertinggi di Asia Tenggara. Penyakit Demam Berdarah Dengue
(DBD) masih merupakan salah satu masalah kesehatan masyarakat yang utama di
Indonesia. Jumlah penderita dan luas daerah penyebarannya semakin bertambah seiring
dengan meningkatnya mobilitas dan kepadatan penduduk. Di Indonesia Demam
Berdarah pertama kali ditemukan di kota Surabaya pada tahun 1968, dimana sebanyak
58 orang terinfeksi dan 24 orang diantaranya meninggal dunia (Angka Kematian (AK)
: 41,3 %). Dan sejak saat itu, penyakit ini menyebar luas ke seluruh Indonesia. Penyakit
ini disebabkan oleh virus Dengue dari genus Flavivirus, famili Flaviviridae. DBD
ditularkan ke manusia melalui gigitan nyamuk Aedes yang terinfeksi virus Dengue.
Virus Dengue penyebab Demam Dengue (DD), Demam Berdarah Dengue (DBD) dan
Dengue Shock Syndrome (DSS) termasuk dalam kelompok B Arthropod Virus
(Arbovirosis) yang sekarang dikenal sebagai genus Flavivirus, famili Flaviviride, dan
mempunyai 4 jenis serotipe, yaitu: Den-1, Den-2, Den-3, Den-4 (Kemenkes, 2010).
3. Penyebab
Demam Dengue (DD) dan Demam Berdarah Dengue (DBD) disebabkan virus
dengue yang termasuk kelompok B Arthropod Borne Virus(Arboviroses) yang
sekarang dikenal sebagai genus Flavivirus, famili Flaviviridae, dan mempunyai 4 jenis
serotipe, yaitu; DEN-1, DEN2, DEN-3, DEN-4. Infeksi salah satu serotipe akan
menimbulkan antibodi terhadap serotipe yang bersangkutan, sedangkan antibodi yang
terbentuk terhadap serotipe lain sangat kurang, sehingga tidak dapat memberikan
perlindungan yang memadai terhadap serotipe lain tersebut. Seseorang yang tinggal di
daerah endemis dengue dapat terinfeksi oleh 3 atau 4 serotipe selama hidupnya.
Keempat serotipe virus dengue dapat ditemukan di berbagai daerah di Indonesia. Di
Indonesia, pengamatan virus dengue yang dilakukan sejak tahun 1975 di beberapa
rumah 9 sakit menunjukkan bahwa keempat serotipe ditemukan dan bersirkulasi
sepanjang tahun. Serotipe DEN-3 merupakan serotipe yang dominan dan diasumsikan
banyak yang menunjukkan manifestasi klinik yang berat (Depkes RI, 2011).
4. Vektor Penyakit
Nyamuk Aedes aegypti dewasa berukuran lebih kecil jika dibandingkan dengan
rata-rata nyamuk lain. Nyamuk ini mempunyai dasar hitam dengan bintik- bintik putih
pada bagian badan, kaki, dan sayapnya. Nyamuk Aedes aegypti jantan mengisap cairan
tunlbuhan atan sari bunga untuk keperluan hidupnya. Sedangkan yang betina mengisap
darah. Nyamuk betina ini lebih menyukai darah manusia dari pada binatang. Biasanya
nyamuk betina mencari mangsanya pada siang hari. Aktivitas menggigit biasanya pagi
(pukul 9.00-10.00) sampai petang hari (16.00-17.00. Aedes aegyptimempunyai
kebiasan mengisap darah berulang kali untuk memenuhi lambungnya dengan darah.
Dengan demikian nyamuk ini sangat infektif sebagai penular penyakit. Setelah
mengisap darah, nyamuk ini hinggap (beristirahat) di dalam atau diluar runlah. Tempat
hinggap yang disenangi adalah benda-benda yang tergantung dan biasanya ditempat
yang agak gelap dan lembab. Disini nyamuk menunggu proses pematangan telurnya.
Selanjutnya nyamuk betina akan meletakkan telurnya didinding tempat
perkembangbiakan, sedikit diatas permukaan air. Pada umumnya telur akan menetas
menjadi jentik dalam waktu 2 hari setelah terendam air. Jentik kemudian menjadi
kepompong dan akhirnya menjadi nyamuk dewasa (Siregar, 2004).
Sumber: www.biotechpestcontrols.com/html/mosquitoes.html
5. Cara Penularan
Penyakit Demam Berdarah Dengue ditularkan oleh nyamuk Aedes aegypti.
Nyamuk ini mendapat virus Dengue sewaktu mengigit mengisap darah orang yang
sakit Demam Berdarah Dengue atau tidak sakit tetapi didalam darahnya terdapat virus
dengue. Seseorang yang didalam darahnya mengandung virus dengue merupakan
sumber penularan penyakit demam berdarah. Virus dengue berada dalam darah selama
4-7 hari mulai 1-2 hari sebelum demam. Bila penderita tersebut digigit nyamuk penular,
maka virus dalam darah akan ikut terisap masuk kedalam lambung nyamuk.
Selanjutnya virus akan memperbanyak diri dan tersebar diberbagai jaringan tubuh
nyamuk termasuk didalam kelenjar liurnya. Kira-kira 1 minggu setelah mengisap darah
penderita, nyamuk tersebut siap untuk menularkan kepada orang lain (masa inkubasi
ekstrinsik). Virus ini akan tetap berada dalam tubuh nyamuk sepanjang hidupnya. Oleh
karena itu nyamuk Aedes aegypti yang telah mengisap virus dengue itu menjadi
penular (infektif) sepanjang hidupnya. Penularan ini terjadi karena setiap kali nyamuk
menusuk/mengigit, sebelum mengisap darah akan mengeluarkan air liur melalui alat
tusuknya (proboscis) agar darah yang diisap tidak membeku. Bersama air liur inilah
virus dengue dipindahkan dari nyamuk ke orang lain (Siregar, 2004).
7. Penegakan Diagnosa
a. Demam Berdarah Dengue (DBD) Diagnosa DBD ditegakkan jika ada 2 kriteria
klinis ditambah dengan 2 kriteria laboratoris (Tabel 1). Kasus DBD yang menjadi
lebih berat, menjadi kasus Dengue Shock Syndrome (DSS).
Kriteria Klinik dan Laboratoris DBD
Kriteria Klinik 1. Demam tinggi mendadak, terus menerus selama 2-7 hari
2. Terdapat manifestasi perdarahan seperti torniquet positif, petechiae,
echimosis, purpura, perdarahan mukosa, epistaksis, perdarahan gusi
dan hematemesis dan atau melena
3. Pembesaran hati
4. Syok ditandai dengan nadi lemah dan cepat, tekanan nadi turun,
tekanan darah turun, kulit dingin dan lembab terutama di ujung jari dan
ujung hidung, sianosis sekitar mulut, dan gelisah.
Kriteria 1. Trombositopenia (100.000ul atau kurang)
laboratoris 2. Hemokonsentrasi, peningkatan hematokrit 20% atau lebih
* DBD derajat III dan IV juga disebut Dengue Syok (Suhendro, 2006)
Nyeri kepala.
Nyeri retro-orbital.
Mialgia / artralgia.
Ruam kulit.
Manifestasi perdarahan (petekie atau uji bendung-rumple leed positif).
Leukopenia.
dan pemeriksaan serologi dengue positif, atau ditemukan pasien DD/DBD yang
sudah dikonfirmasi pada lokasi dan waktu yang sama. (Suhendro, et.al., 2006).
Nyamuk Dewasa
Foggi Fogging (dengan insektisida)
Kimia
Jentik nyamuk
Fisika Fisika
Biologi
1. Definisi
Penyakit tidak menular (PTM) merupakan salah satu atau masalah kesehatan
dunia dan Indonesia yang sampai saat ini masih menjadi perhatian dalam dunia
kesehatan karena merupakan salah satu penyebab dari kematian (Jansje & Samodra
2012). Menurut Bustan (2007), dalam Buku Epidemiologi Penyakit Tidak Menular
mengatakan bahwa yang tergolong ke dalam PTM antara lain adalah; Penyakit
kardiovaskuler (jantung, atherosklerosis, hipertensi, penyakit jantung koroner dan
stroke), diabetes melitus serta kanker.
b. Diabetes Mellitus
a) Definisi
Diabetes Melitus merupakan suatu kelompok penyakit metabolik dengan
karakteristik hiperglikemia yang terjadi karena kelainan sekresi insulin, kinerja
insulin atau kedua-duanya (ADA, 2010). Menurut WHO, Diabetes Melitus (DM)
didefinisikan sebagai suatu penyakit atau gangguan metabolisme kronis dengan
multi etiologi yang ditandai dengan tingginya kadar gula darah disertai dengan
gangguan metabolisme karbohidrat, lipid dan protein sebagai akibat dari
insufisiensi fungsi insulin. Insufisiensi insulin dapat disebabkan oleh gangguan
produksi insulin oleh sel-sel beta Langerhans kelenjar pankreas atau disebabkan
oleh kurang responsifnya sel-sel tubuh terhadap insulin (Depkes, 2008).
b) Klasifikasi
Klasifikasi etiologi Diabetes mellitus menurut American Diabetes Association,
2010 adalah sebagai berikut:
1. Diabetes tipe 1 (destruksi sel beta, umumnya menjurus ke defisiensi insulin
absolut): Pada Diabetes tipe 1 (Diabetes Insulin Dependent), lebih sering
ternyata pada usia remaja. Lebih dari 90% dari sel pankreas yang memproduksi
insulin mengalami kerusakan secara permanen. Oleh karena itu, insulin yang
diproduksi sedikit atau tidak langsung dapat diproduksikan.
2. Diabetes tipe 2 (bervariasi mulai yang terutama dominan resistensi insulin
disertai defesiensi insulin relatif sampai yang terutama defek sekresi insulin
disertai resistensi insulin). Diabetes tipe 2 ( Diabetes Non Insulin Dependent)
ini tidak ada kerusakan pada pankreasnya dan dapat terus menghasilkan
insulin, bahkan kadang-kadang insulin pada tingkat tinggi dari normal. Akan
tetapi, tubuh manusia resisten terhadap efek insulin, sehingga tidak ada insulin
yang cukup untuk memenuhi kebutuhan tubuh. Diabetes tipe ini sering terjadi
pada dewasa yang berumur lebih dari 30 tahun dan menjadi lebih umum dengan
peningkatan usia. Obesitas menjadi faktor resiko utama pada diabetes tipe 2.
3. Diabetes tipe lain.
a) Defek genetik fungsi sel beta :
b) DNA mitokondria.
c) Defek genetik kerja insulin.
d) Penyakit eksokrin pankreas :
1) Pankreatitis.
2) Tumor/ pankreatektomi.
3) Pankreatopati fibrokalkulus.
e) Endokrinopati.
1) Akromegali.
2) Sindroma Cushing.
3) Feokromositoma.
4) Hipertiroidisme.
f) Karena obat/ zat kimia.
g) Pentamidin, asam nikotinat.
h) Glukokortikoid, hormon tiroid.
4. Diabetes mellitus Gestasional: Diabetes yang terjadi saat hamil
c) Manifestasi klinis
Kriteria Diagnostik Diabetes melitus menurut American Diabetes Association 2010
:
1. Gejala klasik DM dengan glukosa darah sewaktu ≥ 200 mg/ dl (11.1 mmol/L).
Glukosa darah sewaktu merupakan hasil pemeriksaan sesaat pada suatu hari
tanpa memperhatikan waktu makan terakhir. Gejala klasik adalah: poliuria,
polidipsia dan berat badan turun tanpa sebab.
2. Kadar glukosa darah puasa ≥ 126 mg/ dl (7.0 mmol/L).Puasa adalah pasien tak
mendapat kalori sedikitnya 8 jam.
3. Kadar glukosa darah 2 jam PP ≥ 200 mg/ dl (11,1 mmol/L). Tes Toleransi
Glukosa Oral dilakukan dengan standar WHO, menggunakan beban glukosa
yang setara dengan 75 gr glukosa anhidrus yang dilarutkan ke dalam air.
Apabila hasil pemeriksaan tidak memenuhi kriteria normal atau DM, maka
dapat digolongkan ke dalam kelompok Toleransi Glukosa Terganggu (TTGO) atau
Glukosa Darah Puasa Terganggu (GDPT) tergantung dari hasil yang dipeoleh :
TGT : glukosa darah plasma 2 jam setelah beban antara 140-199 mg/dl (7,8-11,0
mmol/L) GDPT : glukosa darah puasa antara 100 – 125 mg/dl (5,6-6,9 mmol/L)
d) Penatalaksanaan
c. Asam Urat
1) Definisi
Asam urat adalah sisa metabolisme zat purin yang berasal dari makanan
yang kita konsusi. Purin sendiri adalah zat yang terdapat dalam setiap bahan
makanan yang berasal dari tubuh makhluk hidup (Apriyanti, 2013). Asam urat
merupakan hasil akhir dari metabolisme purin. Asam urat yang beredar dalam
tubuh manusia diproduksi sendiri oleh tubuh (asam urat endogen) dan berasal dari
mkanan (asam urat eksogen). Sekitar 80-85% asam urat di produksi oleh tubuh,
sedangkan sisanya berasal dari makanan (Lingga, 2013)
2) Klasifikasi
Menurut Rahmatul Fitriana (2015) berdasarkan penyebabnya, hiperurisemia
dapat diklasifikasikan menjadi tiga, yaitu;
a. Hiperurisemia primer, yakni tidak disebabkan oleh penyakit lain, biasanya
berhubungan dengan kelainan molekul yang belum jelas dan adanya kelainan
enzim
b. Hiperurisemia sekunder, merupakan hiperurisemia yang disebabkan oleh
penyakit atau penyebab lain.
c. Hiperurisemia idiopatik, yaitu hiperurisemia yang tidak jelas penyebab
primernya, tidak ada kelainan genetik, fisiologi serta anatomi yang jelas.
3) Manifestasi klinis
Gejala umum yang dapat dilihat pada penderita goutarthritis (Reni Yuli, 2014),
yaitu:
a. Gejala klinis: nyeri tulang sendi, kemerahan dan bengkak pada tulang sendi,
tofi pada ibu jari, mata kaki dan pinna telinga, peningkatan suhu tubuh
b. Gangguan akut: nyeri hebat, bengkak dan berlangsung cepat pada sendi yang
terserang, sakit kepala, demam.
c. Gangguan kronis: serangan akut, hiperurisemia yang tidak diobati, terdapat
nyeri dan pegal, pembengkakan sendi membentuk noduler yang disebut tof
penumpukan (monosodium urat dalam jaringan).
4) Penatalaksanaan
Penatalaksanaan asam urat dibagi menjadi 2 yaitu penatalaksanaan
farmakologi dan non farmakologi. Penatalaksanaan non farmakologi adalah
sebagai berikut:
1) Pembatasan purin
Pembatasan asupa purin menjadi 100-150 mg puri per hari (die normal
biasanya mengandung 600-1000 mg purin per hari). Makanan yang
mengandung tinggi purin antara lain:jerian (hati, usus), sarden, kerang, ikan,
kacang-kacangan, bayam, udang, daun melinjo.
2) Kalori sesuai kebutuhan, tergantung tinggi badan dan berat badan.
3) Tinggi karbohidrat, rendah protein, rendah lemak
4) Asupan tinggi cairan, kira-kira sekitar 1500ml-2000ml
5) Olahraga
d. Kolesterol
1) Definisi
Menurut Stoppard (2010) kolesterol adalah suatu zat lemak yang dibuat
didalam hati dan lemak jenuh dalam makanan. Jika terlalu tinggi kadar kolesterol
dalam darah maka akan semakin meningkatkan faktor risiko terjadinyaenyakit
arteri koroner. Kolesterol memiliki beberapa komponen, yang dibagi menjadi 2
klasifikasi berdasarkan jenis dan kadar kolesterolnya.
2) Etiologi
Beberapa faktor yang mempengaruhi kadar kolesterol dalam darah yaitu
sebagai berikut:
1. Makanan
Makanan yang mengandung banyak lemak jenuh menyebabkan
peningkatan kadar kolesterol seperti minya kelapa, minyak kelapa sawit, dan
mentega (Yovina, 2012).
2. Kurang aktivitas fisik
3. Kurang pengetahuan
4. Kepatuhan
3) Klasifikasi
4) Manifestasi klinis
Kadar kolesterol yang tinggi biasanya tidak memunculkan gejala apapun.
Tetapi kadang-kadang jika kadar kolesterol sudah sangat tinggi maka endapan
lemak akan membentuk suatu pertumbuhan yang sering disebut sebagai xantoma
didalam tendon (urat daging) dan didalam kulit. Kadar trigiserida yang cukup tinggi
dapat menyebabkan pembesaran pada hati dan limpa serta timbulnya gejala-gejala
pankreatitis (nyeri perut hebat) (Dewati, 2010).
5) Penatalaksanaan
1. Pemberian edukasi dan konseling
Pemberian edukasi dan konseling sangat mempengaruhi dalam peningkatan
pengetahuan pada kolesterol sehingga hal ini menjadi salah satu cara penderita
memilih makanan yang tepat.
2. Olahraga
Salah satu olahraga yang dapat dilakukan untuk mengendalikan kadar
kolesterol dalam darah yaitu melakukan senam.
3. Pemeriksaan kolesterol rutin
4. Home visit
c. Pengertian Psikotropika
Psikotropika adalah zat atau obat, baik alamiah maupun sintetis, bukan narkotika
yang berkhasiat psikoaktif melalui pengaruh selektif pada susunan syaraf pusat yang
menyebabkan perubahan khas pada aktifitas mental dan perilaku, digunakan untuk
mengobati gangguan jiwa (Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 5 tahun 1997).
d. Jenis-Jenis Psikotropika
Menurut Undang-Undnag RI No. 5 tahun 1997 terdapat 4 golongan jenis
psikotropika, yakni :
1) Golongan I
Psikotropika dengan daya adiktif yang sangat kuat untuk menyebabkan
ketergantungan, belum diketahui manfaatnya untuk pengobatan, dan sedang diteliti
khasiatnya seperti esktasi (menthylendioxy menthaphetamine dalam bentuk tablet
atau kapsul), sabu – sabu (berbentuk kristal berisi zat menthaphetamin).
2) Golongan II
Psikotropika dengan daya aktif yang kuat untuk menyebabkan Sindroma
ketergantungan serta berguna untuk pengobatan dan penelitian. Contoh :
ampetamin dan metapetamin.
3) Golongan III
Psikotropika dengan daya adiktif yang sedang berguna untuk pengobatan
dan penelitian. Contoh: lumubal, fleenitrazepam
4) Golongan IV
Psikotropika dengan daya adiktif ringan berguna untuk pengobatan dan
penelitian. Contoh: nitra zepam, diazepam.
2. Pornografi
a. Pengertian Pornografi
Undang Undang No. 48 tahun 2008 tentang pornografi menyatakan bahwa
Pornografi adalah gambar, sketsa, ilustrasi, foto, tulisan, suara, bunyi, gambar
bergerak, animasi, kartun, percakapan, gerak tubuh, atau bentuk pesan lainnya memlaui
berbagai media komunikasi dan/ atau pertunjukan dimuka umum yang memuat
kecabulan atau eksploitasi seksual yang melanggar norma kesusilaan dalam
masyarakat
Menurut pakar bedah syaraf Dr. Donald Hilton dalam Soebagijo, dkk. (2009)
pornografi dapat membuat seseorang kecanduan, seseorang akan terdorong
mengkonsumsi pornografi berulang-ulang setelah menyaksikan untuk pertama kalinya.
Kondisi ini, secara ilmu syaraf bila tidak segera diatasi akan merusak fungsi otak
bagian depan, yaitu pre frontal cortex. Narkolema (narkotika lewat mata) adalah
pornografi yang dilihat oleh seseorang yang memiliki efek kecanduan dan daya rusak
sebagaimana pada pengguna narkotika.
3. Epidemiologi
Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) adalah program pemerintah yang
diluncurkan dimana bertujuan untuk mengubah perilaku masyarakat yang tidak sehat agar
menjadi sehat. Masyarakat diharapkan mampu berperan sebagai pelaku pembangunan
kesehatan dalam menjaga, memelihara, dan meningkatkan derajat kesehatnya sendiri serta
berperan aktif dalam mewujudkan rumah tangga (keluarga) masyarakat Indonesia telah
melaksanakan perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS) dalam rangka, mencegah timbulnya
penyakit, menanggulangi penyakit dan masalah-masalah kesehatan lainnya, meningkatkan
derajat kesehatan, memanfaatkan layanan kesehatan, mengembangkan, dan
menyelenggarakan upaya kesehatan bersumber masyarakat. Perilaku Hidup Bersih dan
Sehat(PHBS) yang harus dilakukan oleh setiap individu / keluarga / kelompok masyarakat
sangat banyak. dimulai dari bangun tidur sampai dengan tidur kembali.
Perilaku Hidup Bersih dan Sehat merupakan sekumpulan perilaku yang dipraktekan
atas dasar kesadaran sebagai hasil pembelajaran yang menjadikan individu / keluarga /
kelompok dapat menolong dirinya sendiri dalam bidang kesehatan dan berperan aktif
dalam mewujudkan derajat masyarakat. Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) adalah
bentuk perwujudan paradigma sehat dalam budaya peorangan, keluarga, dan masyarakat yang
bertoleransi sehat, bertujuan untuk meningkatkan, memelihara, dan melindungi
kesehatannya baik fisik, mental, spiritual, maupun sosial. Perilaku Sehat adalah
pengetahuan, sikap, dan tindakan proaktif untuk memelihara dan mencegah resiko
terjadinya penyakit, melindungi diri dari ancaman penyakit, serta berperan aktif dalam
Gerakan Kesehatan Masyarakat (Depkes, 2009).
Perilaku Hidup Bersih Dan Sehat (PHBS) adalah semua perilaku yang dilakukan atas
kesadaran sehingga anggota keluarga atau keluarga dapat menolong dirinya sendiri di
bidang kesehatan dan berperan aktif dalam kegiatan-kegiatan kesehatan dimasyarakat
(Depkes, 2009).
Perilaku hidup bersih dan sehat merupakan program pemerintah yang bertujuan untuk
menciptakan suatu kondisi baik perorangan, keluarga maupun kelompok masyarakatuntuk
meningatkan pengetahuan dan perilaku serta sadar, mau dan mampu mempraktekkan
PHBS(Depkes,2009). Beberapa perilaku hidup bersih dan sehat diantaranya yaitu cuci
tangan dengan sabun dan kebiasaan menggosok gigi.
Mencuci tangan dengan sabun adalah salah satu tindakan kebersihan dengan
membersihkan tangan dan jari jemari menggunakan air dan sabun oleh manusia untuk
menjadi bersih dan memutuskan mata rantai mikroorganisme sebagai sumber penyakit.
Mencuci tangan dengan sabun dikenal juga sebagai salah satu upaya pencegahan penyakit,
hal ini dilakukan karena tangan seringkali menjadi pembawa mikroorganisme dan
menyebabkan mikroorganisme berpindah dari satu orang ke orang lain, baik dengan kontak
langsung ataupun kontak tidak langsung (menggunakan permukaan-permukaan lain seperti
handuk, gelas, dan lain sebagainya).Selain mencuci tangan, menggosok gigi adalah
tindakan yang perlu diajarkan kepada anak-anak sehingga dapat menjadi suatu kebiasaan
yang baik dan sehat. Menggosok gigi merupakan cara yang paling mudah dan efektif untuk
menjaga kebersihan gigi dan gusi dari plak dan sisa makanan. Menyikat gigi harus
dilakukan dengan baik dan benar agar debris atau sisa makanan benar-benar dapat
dihilangkan dari permukaan gigi (Karinta, 2011).
World Health Organization (WHO) pada tahun 2003 menyatakan bahwa angka
kejadian karies pada anak – anak adalah sebesar 60-90% (Kompas, 2009) .Berdasarkan
Survei Kesehatan Rumah Tangga (SKRT, 2004), prevelansi karies di Indonesia mencapai
90,05% dan ini tergolong lebih tinggi dibandingkan dengan negara berkembang lainnya.
Jumlah penderita karies di Indonesia didominasi oleh anak kelompok usia kurang dari 12
tahun sebesar 76,2% atau delapan dari sepuluh anak Indonesia mengalami masalah gigi
berlubang yang disebabkan oleh kebiasaan menyikat gigi yang salah (Dumiyani, 2012).
Menurut penelitian yang dilakukan oleh Notohartojo (2011) kebiasaan menyikat gigi 90%
berpengaruh terhadap risiko kejadian karies gigi. Selain itu Cacingan : 40-60%(Profil Dep
Kes Tahun 2005), Anemia : 23,2 % (Yayasan Kusuma Buana Tahun 2007).
Promosi Kesehatan merupakan upaya untuk meningkatkan kemampuan masyarakat
melalui proses pembelajaran bersama masyarakat, khususnya masyarakat pendidikan di
sekolah. Promosi kesehatan ini dilakukan agar mereka dapat menolong dirinya sendiri,
serta mengembangkan kegiatan yang bersumber pada masyarakat, sesuai dengan kondisi
sosial budaya setempat dan didukung oleh kebijakan secara internal maupun
lingkungannya yang berwawasan kesehatan. Dalam konteks menolong diri sendiri
dimaksudkan bahwa masyarakat sekolah mampu berperilaku mencegah timbulnya
masalah-masalah kesehatan, memelihara dan meningkatkan derajat kesehatan serta mampu
pula mengatasi apabila masalah kesehatan tersebut terlanjur terjadi di lingkungan mereka.
Hal ini salah satu bentuk upaya yang dapat diterapkan sejak dini untuk menjaga, memelihara,
dan meningkatkan derajat kesehatan. Penyakit yang mungkin muncul pada kebersihan yang belum
terjamin yaitu diare. Fenomena di RW 10 Kelurahan bakti jaya, sekitar 79,6%belum paham
mengenai cuci tangan 6 langkah dan sekitar 44,9% mengalami masalah kesehatan gigi yaitu caries.
Oleh karena itu, kegaiatan PHBS ini diharapkan dapat menjadi langkah awal untuk mengurangi
angka kesakitan diare dan penyakit lainnya akibat kebersihan yang kurang terjamin.
4. Tujuan kegiatan
a) Meningkatkan kesadaran masyarakat khususnya pada anak-anak untuk mau
menjalankan hidup bersih dan sehat.
b) Menciptakan lingkungan yang sehat dan kualitas hidup yang baik.
c) Mengurangi angka penyakit yang disebabkan PHBS buruk.
b) Langkah 2
Jangan lupa menutup kran dengan tangan di alasi tissue atau lap tangan.Nah
sekarang tangan anda sudah bersih dan aman. Bila tidak ada wastafel atau kran air,
kita bisa menggunakan air yang di tuangkan dengan gayung. Idealnya memang
menggunakan sabun cair, tetapi bisa digunakan sabun batangan.
Perhatikan letak sikat gigi. Gosoklah dahulu gigi-gigi yang terletak di belakang.
Gerakan menggosok adalah maju mundur secara perlahan.
Dataran pengunyah dari gigi-gigi rahang atas maupun rahang bawah digosok
dengan gerakan maju mundur secara perlahan.
12. Cara Merawat Gigi, Gusi dan Mulut agar Tetap Bersih danSehat
a) Makanlah makanan yang bergizi (Empat sehat lima sempurna).
b) Batasi makanan dan minuman yang mengandung karbohidrat (gula) seperti es krim,
permen, coklat dsb. Kandungan gula inilah yang menyebabkan gigi cepat keropos.
Demikian juga dengan makanan-makanan yang lengket, dan tak perlu proses
pengunyahan yang cukup, seperti fast food, yang membuat plak gigi mudah terbentuk.
c) Sikat gigi setiap hari pada pagi hari sesudah sarapan dan sesudah makan malam/
sebelum tidur dengan cara yang baik dan benar.
d) Gunakan pasta gigi yang mengandung fluor, karena fluor terbukti bisa menurunkan
angka kejadian karies gigi.
e) Melakukan pemeriksaan berkala ke dokter gigi setiap enam bulan sekali, supaya kalau
ada gigi yang mulai bermasalah/berlubang dapat segera ditangani sebelum terlanjur
menjadi besar (deteksi dini). Hendaknya dipahami bahwa sekali gigi mulai berlubang,
karies ini tidak bisa mengecil lagi tetapi secara pelan tapi pasti akan membesar terus.
B. Waktu/Jadwal Kegiatan
Kegiatan yang dipetakan untuk memberikan kesempatan pada peserta didik di
lingkungan komunitas ditetapkan sebanyak 5 sks, jumlah sks di artikan bahwa mahasiswa
diberikan waktu selama 5 minggu untuk menerapkan ilmunya dalam mengelola asuhan di
komunitas
Kegiatan dan jadual secara umum dapat dijabarkan dibawah ini (gambar terlampir)
1) Pembekalan praktek 14 Jan – 18 Januari
2) Persiapan dan pembukaan 19 Jan – 21 Januari
3) Identifikasi data 22 Jan – 28 Januari
4) Pengolahan data 29 Jan – 31 Januari
5) Desiminasi data 1 Februari
6) Intervensi 2 Februari – 17 Februari
7) Evaluasi dan penutupan 18 Februari – 19 Februari
8) Pelaporan 20 Februari – 22 Februari
Paparan diatas secara matrik dapat digambarkan sebagai berikut
C. Target Dan Kegiatan
Kegiatan praktek program profesi ners, secara umum dibagi dalam dua
gelombang,dan target yang dicapai oleh mahasiswa, dalam kegiatan prakek komunitas
dapat di uraikan dalam bagian dibawah ini
D. Rincian Anggaran Kegiatan
7 Program PHBS
Total Rp 662.300
8 Pemaparan Data
9 Penutupan
10 Lain-lain
42,7% (108)
57,3% ( 145)
6,3 % (16)
2% (5)
72,7% ( 184)
11,9% (30)
15,4% (39)
72,7% (184)
Berdasarkan data diatas, warga RW 10 Griya Asri Pamulang sebanyak 72,7% (184
warga) memiliki kondisi tempat penampungan air terbuka, 15,4% (39 warga) memiliki
kondisi tempat penampungan air tertutup, dan 11,9% (30 warga) tidak memiliki tempat
penampungan air.
10,7% (27)
13,8 % (35)
75,5% (191)
Berdasarkan data diatas, warga RW 10 Griya Asri Pamulang sebanyak 75,5% (191
warga) menyatakan membersihkan bak mandi lebih dari satu kali dalam seminggu, 13,8%
(35 warga) membersihkan kamar mandi hanya sekali dalam seminggu, dan 10,7% (27
warga) tidak pernah membersihkan bak mandi dalam seminggu.
92,1% (233)
Berdasarkan data diatas, warga RW 10 Griya Asri Pamulang sebanyak 92,1% (233
warga) kondisi airnya tidak berasa dan tidak berbau, 3,6% (9 warga) kondisi airnya
berwarna, 2,8% (7 warga) kondisi airnya berbau, dan 1,6% (4 warga) kondisi airnya
berasa.
42,3 % (107)
57,7 % (146)
Diagram 6. Cara pengumpulan sampah dan penmpungan sampah yang digunakan warga RW 10
Dari hasil diagram diatas didapatkan data sebanyak 42,3% (107 KK) yang memiliki
kondisi tempat sampah terbuka, serta 57,7% (146 KK) yang memiliki kondisi tempat
sampah tertutup.
18,2 % (46)
50,2 % (127)
49,8 % (126)
Sesuai data yang sudah terkumpul, warga griya asri pamulang RW 10 sebanyak
50,2% menyatakan bahwa foging efektif, sedangkan 49,8% menyatakan bahwa foging
tidak efektif.
15,4 % (39)
84,6 % (214)
Dari hasil tabel diatas didapatkan data sebanyak 84,6% (214 KK) yang
menggabungkan atau tidak memisahkan sampah berdasarkan jenisnya, dan hanya 15,4%
(39 KK) yang mengelompokkan sampah berdasarkan jenis sampah organik dan anorganik.
2 % (5)
98 % (248)
Sebagian besar masyarakat Griya Asri Pamulang memiliki pengetahun yang baik
(37-50) mengenai pengolahan sampah yaitu sebanyak 248 orang (98%) dan sebanyak 5
orang memiliki pengetahuan cukup (24-36) mengenai pengolahan sampah.
14,6 % (37)
83,8 % (212)
Dari hasil tabel diatas didapatkan hasil bahwa sebanyak 83,3 % (212) warga RW
10 kelurahan Bakti Jaya Pamulang Tangerang Selatan melakukan pengolahan sampah
dengan cara diangkut oleh petugas , sebanayak 14,6% (37) diangkut petugas dan dibakar,
1,2% (3) diangkut petugas, dibakar dan dibuang sembrangan, dan 0,4% (1) diangkut
petugas, diakar dan dibuat kompos.
3,2 % (8)
96,8 % (245)
Hasil pengkajian adanya jentik atau tidak di rumah-rumah warga griya asri
pamulang RW 10 menunjukkan, sebanyak 3,2% terdapat jentik nyamuk pada tempat
penyimpanan air dan 96,8% tidak terdapat jentik pada penampungan airnya.
C. Pasangan Usia Subur (Pus)
Terdapat 222 orang di RW 10 Griya Asri Pamulang yang masuk dalam kriteria pasangan
usia subur yaitu usia 20-45 tahun. Sebagian besar PUS tidak menggunakan kontrasepsi yaitu
sebanyak 133 orang (60%) dan sebanyak 89 orang (40%) PUS menggunakan alat kontrasepsi.
40% (89)
60% (133)
Bedasarkan data diatas, warga RW 10 Griya Asri Pamulang sebanyak 60% (133 KK)
menggunakan alat kontrasepsi dan 40% (89 KK) tidak menggunakan alat kontrasepsi.
19,1% (17)
24,7 % (22)
3,4 % (3)
20,2 % (18)
32,6 % (29)
Berdasaran data diatas, 32,6% (29 KK) menggunakan KB suntik, 24,7% (22 KK)
menggnakan KB IUD, 20,2% (18 KK) menggunakan KB pil, 19,1% (17 KK) tidak
menggunakan KB (lainnya), dan 3,4% (3 KK) menggunakan implant.
33,3 % (4)
58,3% (7)
8,3 % (1)
Bedasarkan data diatas, warga RW 10 Griya Asri Pamulang yang sedangan hamil
sebanyak 58,7% (7 KK) belum masuk trimester 3, sebanyak 33,3 % (4 KK) mengalami
peningkatan BB < 9 kg dan 8,3% (1 KK) mengalami peningkatan BB > 9 kg.
25 % (3)
75 % (9)
Untuk frekuensi makan pada ibu hamil, didapatkan data warga RW 10 Griya Asri
Pamulang sebanyak 75 % (9 KK) memenuhi kebutuhan 3 kali makanan pokok + selingan
dan 25% (3 KK) memenuhi kebutuhan 3 kali makanan pokok tanpa selingan.
8,3 % (1)
91,7 % (11)
Berdasarkan data diatas, warga RW 10 Griya Asri Pamulang sebanyak 91,7% (11
KK) melakukan pemeriksaan kehamilan dan 8,3% (1 KK) tidak melakukan pemeriksaan
dengan alasan tidak melakukan peneriksaan karena tidak tahu.
8,3 % (1)
16,7 % (2)
8,3 % (1)
45,5 % (5)
54,5 % (6)
33,3 % (4)
66,7 % (8)
14,3% (1)
71,4% (5)
83,3% (1)
83,3% (1)
83,3 % (10)
Berdasarkan data diatas, warga RW 10 Griya Asri Pamulang sebanyak 83,3% (10
KK) tidak mengalami masalah kehamilan, 8,35% (1 KK) mengalami anemia pada usia 4
bulan dan 8,35% (1 KK) belum di periksa.
E. Balita (0-5 Tahun) 54 Orang
27,8 % (15)
72,2 % (39)
Berdasarkan data diatas, warga RW 10 Griya Asri Pamulang sebanyak 72,2% (39
KK) balita sudah mendapatkan imuniasai lengkap dan 27,8% (39 KK) belum mendapatkan
imuniasi lengkap.
25,9 % (14)
74,1 % (40)
Berdasarkan data diatas, warga RW 10 Griya Asri Pamulang sebanyak 74,1% (40
KK) hadir dan melakukan posyandi dalam 1 bulan terakhir dan 25,9% (14 KK) tidak
melakukan posyandu dalam 1 bulan terakhir.
28,6 % (4)
71,4 % (10)
Alasan warga untuk tidak datang ke posyandu sebanyak 71,4% (10 KK)
mengatakan repot dan 28,6% (4 KK) mengatakan tidak tahu ada posyandu.
77,8 % (42)
33,3 % (5)
66,7 % (10)
Berdasarkan data diatas, warga RW 10 Griya Asri Pamulang sebanyak 66,7% (10
KK) memberikan ASI eksklusif sampai 6 bulan dan 33,3% (5 KK) tidak memberika ASI
eksklusif sampai 6 bulan.
G. Anak Usia Prasekolah Dan Sekolah
Terdapat 225 anak usia prasekolah (5-7 tahun) dan usia sekolah (8-14 tahun) di RW
10 Griya Asri Pamulang. Sebagian besar anak usia 5-15 tahun dalam melakukan kebiasaan
melakukan kebersihan gigi yaitu 2 kali dalam sehari yaitu sebanyak 182 anak (80,9%),
sementara kebiasaan melakukan kebersihan gigi 3 kali sehari sebanyak 28 anak (12,4%)
dan 1 kali sehari sebanyak 15 anak (6,7%).
6,7 % (15)
12,4 % (28)
80,9% (182)
0,9% (2) 0,4% (1)
45,8 % (103)
52,9% (119)
Kondisi gigi anak-anak di RW 10 Griya Asri Pamulang adalah bersih sebanyak 119
anak (52,9%), sementara itu terdapat masalah kesehatan gigi seperti gigi berlubang dan
hitam terjadi pada 103 anak (45,8%), sakit gigi sebanyak 2 anak (0,9%) dan gigi patah 1
anak (0,4%).
4% (9)
96 % (216)
91,6% (206)
Berdasarkan data diatas, warga RW 10 Griya Asri Pamulang sebanyak 91,6% (206
KK) memiliki kebiasaan mencuci tangan sebelum dan sesudah makan serta 8,4% (19 KK)
belum memiki kebiasaan mencuci tangan sebelum dan sesudah makan.
21,8% (45)
78,2% (161)
93,2% (164)
2,2% (3)
97,8% (131)
Terdapat 176 orang yang masuk ke dalam kriteria remaja yaitu usia 15-25 tahun di
RW 10 Griya Asri Pamulang. Sebanyak 134 keluarga yang memiliki anak usia remaja.
Sebagian besar orang tua yang memiliki anak usia remaja mengatakan perlu diadakannya
penyuluhan tentang narkoba di RW 10 yaitu sebanyak 131 orangtua (97,8%) dan 3
orangtua mengatakan tidak perlu dilakukan penyuluhan nerkoba.
I. Lansia
100% (9)
44,4% (4)
55,6% (5)
15,9% (47)
84,1 % (248)
Berdasarkan data diatas, warga RW 10 Griya Asri Pamulang sebanyak 84,1% (248
anak) dalam 1 bulan terakhir didiagnosa ISPA oleh nakes dan 15,9% (47 ana tidak
didiagnosa ISPA oleh nakes.
29,8% (88)
67,8 % (200)
Berdasarkan data diatas, warga RW 10 Griya Asri Pamulang sebanyak 67,8% (200
anak) tidak pernah menderita panas disertai batuk berdahak/kering serta pilek, 29,8% (88
anak) pernah menderita demam disertai batuk berdahak/kerng serta pilek dan 2,4% (7 anak)
tidak didiagnosa ISPA oleh nakes.
9,8 % (29)
26,1 % (77)
64,1 % (189)
Berdasarkan data diatas, warga RW 10 Griya Asri Pamulang sebanyak 64,1% (189
anak) sehat dari ISPA, 26,1% (77 anak) berisiko ISPA dan 9,8% (29 anak) didiagnosa
ISPA.
93,6 % (276)
Berdasarkan data diatas, warga RW 10 Griya Asri Pamulang sebanyak 93,6% (276
anak) pernah didiagnosa diare oleh nakes, 4,4% (13 anak) didiagnosa diare oleh nakes
sudah lebih dari 2 minggu-1 bulan yang lalu, dan 2% (6 anak) didiagnosa diare kurang dari
2 minggu yang lalu. Obat yang dikonsumsi saat diare. Obat kimia yang dikonsumsi di
antaranya adalah zinc, obat dokter, obat bebas, lacto B, diapet, diatab. Obat tradisional
yang dikonsumsi saat diare adalah oralit, teh pahit.
1,4% (4)
12,9 % (38)
8,5 % (25)
77,3% (228)
94,9 % (280)
Berdasarkan data diatas, warga RW 10 Griya Asri Pamulang sebanyak 94,9% (280
anak) sehat dari diare, 3,4% (10 anak) risiko diare dan 1,7% (5 anak) terdiagnosa diare.
K. Penyakit Anak : Tifoid (Usia 7-12 Tahun) Terdapat 240 Anak
3,8 % (9)
96,2 % (231)
Berdasarkan data diatas, warga RW 10 Griya Asri Pamulang sebanyak 96,2% (231
anak) dalam 3 bulan tidak ada anggota keluarga yang mengalami demam tifoid dan 3,8%
(9 anak) mengalami demam tifoid dalam 3 bulan terakhir.
90,4 % (217)
Berdasarkan data diatas, warga RW 10 Griya Asri Pamulang sebanyak 90,4% (217
anak) melakukan kegiatan mencuci tangan sesudah BAB dengan sabun, 7,1% (17 anak)
kadang-kadang mencuci tangan sesudah BAB dengan sabun dan 2,5% (6 anak) tidak
mencuci tangan sesudah BAB dengan sabun.
11,3 % (27)
4,6 % (11)
84,2 % (202)
Berdasarkan data diatas, warga RW 10 Griya Asri Pamulang sebanyak 84,2% (202
anak) melakukan kegiatan mencuci tangan sebelum makan dengan sabun, 7,1% (17 anak)
kadang-kadang mencuci tangan sebelum makan dengan sabun dan 2,5% (6 anak) tidak
mencuci tangan sebelum makan dengan sabun.
9,6 % (23)
51,3% (123)
39,2 % (94)
Berdasarkan data diatas, warga RW 10 Griya Asri Pamulang sebanyak 51,3% (123
anak) sering jajan diluar rumah, 39,2% (94 anak) jarang jajan diluar rumah dan 9,6% (23
anak) tidak sering jajan diluar rumah.
2,5 % (6)
29,2 % (70)
30,8 % (74)
37,5 % (90)
Dengan kondisi makanan anak yang dibeli yaitu 37,5% (90 anak) jajanan terbuka,
30,8% (74 anak) jajanan tertutup dan terbuka, 29,2% (70 anak) jajanan tertutup, dan 2,5%
tidak jajan.
3,3 % (8)
20,4 % (48)
76,3 % (183)
Berdasarkan data diatas, warga RW 10 Griya Asri Pamulang sebanyak 76,3% (183
anak) berisiko terkena demam tifoid, 20,4% (48 anak) sehat dari demam tifoid dan 3,3%
(8 anak) didiagnosa demam tidoid.
L. Penyakit Semua Usia
Dari 253 kepala keluarga terdapat 977 orang yang diwawancarai.
ASMA
5% (49)
95% (928)
Hasil pengkajian di Griya Asri Pamulang, didapatkan hasil sebesar 49 warga pernah
didiagnosa asma dan 928 warga tidak pernah didiagnosa asma.
8% (78)
92%…
Hasil pengkajian yang didapatkan mengenai gejala sesak nafas di Griya Asri
Pamulang, didapatkan hasil sebesar 899 warga tidak pernah mengalami gejala sesak nafas
dan 78 warga pernah mengalami gejala sesak nafas.
Penyebab Asma
Tidak Asap Rokok Debu Udara Dingin
1%… 1% (10)
2%…
96% (938)
Diagnosis Asma
Asma Resiko Asma Sehat
4% (39)
7% (69)
89% (869)
1% (10)
99% (967)
Hasil pengkajian yang didapatkan mengenai DBD dalam 3 bulan terkahir di Griya
Asri Pamulang, didapatkan hasil sebesar 967 warga tidak mengalami DBD dan 10 warga
mengalami DBD.
30% (293)
69% (674)
Hasil pengkajian yang didapatkan mengenai ada atau tidaknya pakaian yang
menggantung selain pakaian yang berada didalam lemari pada setiap rumah di Griya Asri
Pamulang, didapatkan hasil sebesar 30% (67) tidak terdapat pakaian yang menggantung
dirumahnya, dan sebagian besar sebanyak 70% (158) terdapat pakaian yang menggantung
ditiap-tiap rumah.
25% (244)
75% (733)
Hasil pengkajian mengenai apakah terdapat penampungan air yang terbuka pada
setiap rumah warga RW 010 di Griya Asri Pamulang, didapatkan hasil sebesar 25% (56)
terdapat tempat penampungan air yang terbuka disetiap rumah warga dan sebesar 75%
(169) tidak terdapat tempat penampungan air yang terbuka
Diagnosa DBD
Sakit DBD Risiko DBD Sehat
1% (10)
30% (293)
68% (664)
Dari keseluruhan hasil yang didapatkan mengenai Demam Berdarah, pada warga
RW 010 Griya Asri Pamulang didapatkan 30% (67) warga dinyatakan sehat dari DBD, 1%
(2) warga pernah menderita DBD, dan 69% (156) warga beresiko untuk terkena DBD.
M. Penyakit Tidak Menular (Dewasa Usia 25-59 Tahun) Terdapat 535 Orang
14% (75)
86% (460)
Berdasarkan data diatas, warga RW 10 Griya Asri Pamulang sebanyak 86% (460
warga) tidak pernah didiganosa hipertensi oleh nakes dan 14% (75 warga) tidak pernah
didiagnosa hipertensi oleh nakes.
5% (27)
95% (508)
Berdasarkan data diatas, warga RW 10 Griya Asri Pamulang sebanyak 95% (508
warga) tidak konsumsi obat hipertensi dan 5% (27 warga) mengkonsumsi obat hipertensi.
32% (171)
68% (364)
Berdasarkan data diatas, warga RW 10 Griya Asri Pamulang sebanyak 68% (364
warga) tidak memiliki riwayat hipertensi dan 32% (171 warga) mengalami riwayat
hipertensi.
42,8% (229)
57,2% (306)
Berdasarkan data diatas, warga RW 10 Griya Asri Pamulang sebanyak 57,2% (306
warga) tidak konsumsi diet tinggi garam dan 42,8% (229 warga) mengkonsumsi diet tinggi
garam.
11,2% (60)
36,1% (193)
52,7% (282)
Berdasarkan data diatas, warga RW 10 Griya Asri Pamulang sebanyak 52,7% (282
warga) mengalami risiko hipertensi, 36,1% sehat dari hipertensi dan 11,2% (60 warga)
mengalami hipertensi.
10,3% (55)
89,7% (480)
Berdasarkan data diatas, warga RW 10 Griya Asri Pamulang sebanyak 89,7% (480
warga) tidak dilakukan pengukuran kolesterol dan 10,3% (55 warga) melakukan
pengukuran kolesterol.
5,2% (28)
4,1% (22)
90,7% (485)
Berdasarkan data diatas, warga RW 10 Griya Asri Pamulang sebanyak 90,7% (485
warga) kolesterol tidak diukur, 5,2% (28 warga) hasil kolesterol < 200, dan 4,1% (22
warga) hasil kolesterol > 200.
36,8% (197)
63,2% (338)
Berdasarkan data diatas, warga RW 10 Griya Asri Pamulang sebanyak 63,2% (338
warga) tidak konsumsi diet tinggi lemak dan 36,8% (197 warga) mengkonsumsi diet tinggi
lemak.
6,9% (37)
56,3% (301)
36,8% (197)
Berdasarkan data diatas, warga RW 10 Griya Asri Pamulang sebanyak 56,3% (301
warga) sehat dari kolesterol, 36,8% (197 warga) berisiko mengalami kolesterol dan 6,9%
(37 warga) terdiagnosa kolesterol.
1,3% (7)
98,7% (528)
Berdasarkan data diatas, warga RW 10 Griya Asri Pamulang sebanyak 98,7% (528
warga) tidak pernah didiganosa DM oleh dokter dan 1,3% (7 warga) pernah didiganosa
DM oleh dokter.
3,6% (19)
96,4% (516)
Berdasarkan data diatas, warga RW 10 Griya Asri Pamulang sebanyak 96,4% (516
warga) tidak mengalami gejala khas DM dan 3,6% (19 warga) mengalami gejala khas DM.
16,8% (90)
83,2% (445)
Berdasarkan data diatas, warga RW 10 Griya Asri Pamulang sebanyak 83,2% (445
warga) tidak memiliki riwayat DM dan 16,8% (90 warga) memiliki riwayat DM.
22,6% (121)
77,4% (414)
Berdasarkan data diatas, warga RW 10 Griya Asri Pamulang sebanyak 77,4% (414
warga) tidak konsumsi diet tinggi gula dan 22,6% (121 warga) mengkonsumsi diet tinggi
gula.
1,7% (9)
35,9% (192)
62,4% (334)
Berdasarkan data diatas, warga RW 10 Griya Asri Pamulang sebanyak 62,4% (334
warga) sehat dari DM, 35,9% (192 warga) berisiko DM dan 1,7% (9 warga) didiagnosa
DM.
7,9 % (42)
83,2% (445)
85,4 % (457)
Sebagian besar warga griya asri pamulang tidak mengalami gejala di bagian
persendian yang dirasakan saat bangun tidur yaitu sebesar 85,4% atau sebanyak 457 orang.
Sementara itu terdapat 42 orang (7,9%) yang mengalami nyeri di bagian persendian, 14
orang (2,6%) mengalami kaku, 17 orang (3,2%) mengalami nyeri dan kaku, 2 oarang
(0,4%) yang mengalami nyeri dan bengkak, 1 orang (0,2%) mengalami kemerahan dan
bengkak dan 2 orang (0,4%) mengalami kesemutan.
8,4% (45)
91,6% (490)
Berdasarkan data diatas, warga RW 10 Griya Asri Pamulang sebanyak 91,6% (490
warga) tidak mengkonsumsi diet tinggi purin dan 8,4% (45 warga) mengkonsumsi
makanan tinggi purin.
12,5% (67)
11,4% (61)
76,1% (407)
Berdasarkan data diatas, warga RW 10 Griya Asri Pamulang sebanyak 76,1% (407
warga) sehat dari rematik, 12,5% (67 warga) didiagnosa sakit rematik dan 11,4% (61
warga) berisiko rematik.
BAB V
PEMBAHASAN
50,2 % (127)
49,8 % (126)
Sesuai data yang sudah terkumpul, warga griya asri pamulang RW 10 sebanyak
50,2% menyatakan bahwa foging efektif, sedangkan 49,8% menyatakan bahwa foging
tidak efektif. Berdasarkan jurnal Hasan Boesri dan Damar Tri Boewono tahun 2009
mengatakan bahwa foging efektif digunakan untuk membunuh nyamuk Ae.aegypti dan
Cx.quinqefasciatus.
3,2 % (8)
96,8 % (245)
Hasil pengkajian adanya jentik atau tidak di rumah-rumah warga griya asri
pamulang RW 10 menunjukkan, sebanyak 3,2% terdapat jentik nyamuk pada tempat
penyimpanan air dan 96,8% tidak terdapat jentik pada penampungan airnya.
Pada penelitian yang dilakukan oleh Muftika Lutfiana dkk pada tahun 2012 menunjukan
bahwa melakukan survey jentik pada setiap rumah itu penting dilakukan untuk melihat
Angka Bebas Jentik pada daerah yang terdapat wabah demam berdarah, karena mengingat
radius penularan DBD adalah 100 meter dari tempat penderita.
Apakah terdapat pakaian yang digantung dirumah
Ya Tidak
30%
70%
Hasil pengkajian yang didapatkan mengenai ada atau tidaknya pakaian yang
menggantung selain pakaian yang berada didalam lemari pada setiap rumah di Griya Asri
Pamulang, didapatkan hasil sebesar 30% (67) tidak terdapat pakaian yang menggantung
dirumahnya, dan sebagian besar sebanyak 70% (158) terdapat pakaian yang menggantung
ditiap-tiap rumah.
Berdasarkan hasil penelitian Luluk dan Eran tahun 2017, Ada hubungan yang
bermakna antara keberadaan kawat kasa, keberadaan tempat perindukan, kebiasaan
menguras TPA, kebiasaan menggantung pakaian dikamar, kebiasaan memakai lotion anti
nyamuk, dan kebiasaan menyingkirkan barang bekas dengan kejadian DBD di wilayah
kerja Puskesmas Sekaran Kecamatan Gunungpati Kota Semarang.
Apakah ada penampungan air yang terbuka
Ya Tidak
25%
75%
Hasil pengkajian mengenai apakah terdapat penampungan air yang terbuka pada
setiap rumah warga RW 010 di Griya Asri Pamulang, didapatkan hasil sebesar 25% (56)
terdapat tempat penampungan air yang terbuka disetiap rumah warga dan sebesar 75%
(169) tidak terdapat tempat penampungan air yang terbuka. Berdasarkan hasil penelitian I
ketut & Ni ketut pada tahun 2012, terdapat pengaruh karakteristik TPA terhadap kejadian
DBD di wilayah kerja UPT Kesmas Gianyar I.
Diagnosa DBD
30%
69%
Dari keseluruhan hasil yang didapatkan mengenai Demam Berdarah, pada warga
RW 010 Griya Asri Pamulang didapatkan 30% (67) warga dinyatakan sehat dari DBD, 1%
(2) warga pernah menderita DBD, dan 69% (156) warga beresiko untuk terkena DBD.
Evaluasi
1. Evaluasi Proses
a) Peserta antusias terhadap materi penyuluhan DBD
b) Peserta kooperatif selama pelaksanaan penyuluhan DBD
c) Tidak ada peserta yang meninggalkan tempat penyuluhan sebelum selesai acara
d) Peserta yang hadir 90 % dari indikator yang ditetapkan
e) Peserta aktif mengajukan pertanyaan
f) Mahasiswa bertugas sesuai perannya masing-masing
2. Evaluasi Hasil
a) Peserta mengetahui pengertian Demam Berdarah Dengue
b) Peserta mengetahui penyebab Demam Berdarah Dengue
c) Peserta mengetahui tanda dan gejala Demam Berdarah Dengue
d) Peserta mengetahui cara pencegahan dan penanganan Demam Berdarah Dengue
e) Hasil rata-rata post test > 90
Sebanyak 10,3% (55 orang) warga RW 10 Kelurahan Bakti Jaya dalam 3 bulan terakhir
telah melakukan pemeriksaan kolesterol, dengan 5,2% (28 orang) warga mendapatkan hasil
pengukuran kolesterol dibawah 200mg/dL, 4,1% (22 orang) warga mendapatkan hasil
pengukuran kolesterol diatas 200mg/dL, dan 0,9% (5 orang) warga tidak ingat nilai hasil
pengukuran kolesterol. Hal ini menyebabkan sebanyak 4,1 % (22 orang) warga RW 10
kelurahan Bakti Jaya didiagnosis mengalami dislipidemia. Selanjutnya, sebanyak 36,8% (197
orang) warga RW 10 Kelurahan Bakti Jaya dianggap berisiko mengalami Dislipidemia
disebabkan oleh pola makan tinggi lemak. Berdasarkan teori menurut Sastriamidjojo
menyebutkan bahwa konsumsi makanan yang tinggi lemak dan kolesterol akan meningkatkan
kadar kolesterol total dan kadar LDL. Hasil penelitian Nurrahmani menyatakan bahwa orang
yang beresiko memiliki kadar kolesterol tinggi adalah mereka yang menerapkan pola makan
yang mengandung kadar lemak jenuh tinggi. Makanan tinggi lemak dalam penelitian ini antara
lain: jeroan sapi, margarine, santan, eskrim, dan susu.
Sebanyak 7,9% (42 orang) warga mengalami gejala nyeri pada persendian, 2,6% (14 orang)
warga mengalami kaku pada persendian, 3,2% (17 orang) warga mengalami nyeri dan kaku
pada persendian, 0,4% (2 orang) warga mengalami nyeri dan bengkak pada persendian, 0,2%
(1 orang) warga mengalami kemerahan dan bengkak pada persendian, dan 0,4% (2 orang)
warga mengalami kesemutan pada anggota gerak. Gejala-gejala yang telah disebutkan
sebelumnya ini, dialami warga RW 10 Kelurahan Bakti Jaya saat bangun tidur pagi hari dan
mungkin merupakan tanda dan gejala ketika kadar asam urat dalam darah tinggi dan
dibutuhkan pemeriksaan diagnosis lebih lanjut untuk memvalidasinya. Sedangkan, hanya 16,8
% (90 orang) warga RW 10 Kelurahan Bakti Jaya pernah didiagnosis oleh tenaga kesehatan
mengalami rematik/ encok/ penyakit sendi. Hal ini menyebabkan sebanyak 12,5% (67 orang)
warga RW 10 Kelurahan Bakti Jaya dianggap mengalami sakit pada persendian dan 11,4% (61
orang) warga dianggap berisiko terkena penyakit sendi. Penetapan warga yang termasuk
kategori berisiko mengalami masalah sendi berdasarkan tanda dan gejala yang dialami dan
konsumsi makanan yang tinggi purin (8,4 % atau 45 orang). Hasil data ini sejalan dengan
penelitian oleh Ervi Diantari (2013) bahwa jumlah asupan purin berpengaruh terhadap kadar
asam urat. Hal ini juga sesuai dengan teori bahwa mengonsumsi makanan tinggi purin dapat
meningkatkan kadar asam urat. Makanan yang mengandung zat purin tinggi akan diubah
menjadi asam urat. Makanan tinggi purin dalam penelitian antara lain adalah: makanan laut,
jeroan, dan kacang-kacangan.
Penyakit tidak menular (PTM) yang telah disebutkan diatas dapat dicegah dan ditangani
dengan pola hidup sehat. Sayangnya, warga RW 10 Kelurahan Bakti Jaya tidak menerapkan
perilaku pola hidup sehat seperti berolah raga dan mengatur pola makan (65% atau 348 orang).
Seperti penjelasan sebelumnya bahwa dengan mengatur kebiasaan pola makan yang sehat akan
terhindar dari penyakit tidak menular seperti hipertensi, asam urat, dan kolesterol.
97,8% (131)
Material Peralatan yang dibutuhkan dan telah digunakan untuk kegiatan ini
& ialah sound system, LCD dan microphone saat penyampaian materi,
Machine serta pena dan lembar kuesioner yang didalamnya tersusun beberapa
petanyaan.
Methode Metode yang digunakan dalam kegiatan ini adalah metode ceramah
dan tanya jawab disertai dengan pengisian kuesioner mengenai materi
sebelum dan sesudah kegiatan untuk mengetahui tingkat pengetahuan
peserta.
2. Evaluasi Hasil
a. Hasil Evaluasi Pemahaman Tentang Narkotika
Hasil nilai rata- rata pretest (sebelum penyuluhan) peserta 45,44%. Hasil
nilai rata-rata posttest (setelah penyuluhan) peserta 59,74%. Jadi selisih nilai rata-
rata pemahaman peserta tentang narkoba sebelum dan sesudah adalah 14,30%.
Jadi dapat disimpulkan pengetahuan remaja tentang narkoba meningkat 14,30%
setelah diberikan penyuluhan.
b. Hasil Evaluasi Pemahaman Tentang Pornografi
Hasil nilai rata- rata pretest (sebelum penyuluhan) peserta 37,87%. Hasil
nilai rata-rata posttest (setelah penyuluhan) peserta 49,99%. Jadi selisih nilai rata-
rata pemahaman peserta tentang narkoba sebelum dan sesudah adalah 12,12%.
Jadi dapat disimpulkan pengetahuan remaja tentang narkoba meningkat 12,12%
setelah diberikan penyuluhan.
A. Pengkajian
Pengkajian sampah dilakukan pada tanggal 23-27 Januari 2019. Pengkajian ini
menggunakan instrumen berupa kuisioner yang berisi pertanyaan mengenai cara
pengolahan sampah dan mengenai pengetahuan pengelolaan sampah. Bentuk dari
instrumen yang digunakan berupa pertanyaan multiple choice, dimana setiap pertanyaan
diisi langsung oleh responden tanpa dibantu atau di intervensi oleh peneliti. Setelah data
terkumpul, data dianalisis menggunakan sofware SPSS.
Pembahasan mengenai pengolahan sampah dan tingkat pengethauan sampah
menggunakan desain distribusi frekuensi dengan menampilkan jumlah pesentase dalam
setiap hasil dari masing-masing pertanyaan dalam kuisioner.
Dari hasil hasil pengkajian didapatkan data sebanyak 42,3% (107 KK) yang
memiliki kondisi tempat sampah terbuka, serta 57,7% (146 KK) yang memiliki kondisi
tempat sampah tertutup. Sampah yang ada di lokasi sumber seperti rumah tangga,
kantor, hotel dan sebaginya ditempatkan dalam tempat penyimpanan sementara dalam
hal ini tempat sampah, sebelum sampah tersebut dikumpulkan untuk kemudian
diangkut serta dibuang (dimusnahkan). Tentunya dalam penyimpanan sampah yang
bersifat semnetara ini, sebaiknya disediakan tempat sampah yang berbeda untuk
macam dan jenis sampah tertentu.
Idealnya sampah basah hendaknya dikumpulkan besama sampah basah pula dan
sampah kering disatukan bersama sampah kering, sampah yang mudah terbakar,
sampah yang tidak mudah terbakar dan lainnya ditempatkan sendiri secraa terpisah
dengan tujuan dari pemisahan tersebut adalah untuk memudahkan pengangkutan dan
pemusnahan kelak (Sumantri, 2010).
Syarat tempat sampah sementara yang dianjurkan antara lain, kontruksinya kuat,
tidak mudah bocor, tempat sampah mempunyai tutup tetapi penutupnya dibuat
sedemikian rupa sehingga mudah untuk dibuka fungsi penutup ini adalah agar sampah
tidak berserakan dan tidak tercium bau akibat sampah. Kemudian tempat sampah dapat
dibersihkan ketika dalam keadaan kosong serta ukuran dari tempat sampah disesuaikan
dengan kebutuhan. Macam tempat sampah bisa menggunakan kertas plastik, kertas
tebal, keranjang plastik, rotan dan lain sebagainya (Aswar, 1990).
Sebanyak 84,6% (214 KK) yang menggabungkan atau tidak memisahkan sampah
berdasarkan jenisnya, dan hanya 15,4% (39 KK) yang mengelompokkan sampah
berdasarkan jenis sampah organik dan anorganik.
Menurut Panji Nugroho, 2013 sampah terbagi kedalam beberapa jenis antara lain:
berdasarkan sumbernya sampah terbagi ke dalam sampah alam, sampah manusia,
sampah konsumsi dan sampah limbah industri. Berdsarkan bentuknya sampah terbagi
kedalam sampah bentuk padat dan sampah bentuk cair. Sedangkan berdasarkan
sifatnya sampah terbagi kedalam sampah organik yaitu sampah yang mudah membusuk
seoerti sisa makanan, sayuran, daun-daun kering dan sebagainya sampah ini dapat
dioleh lebih lanjut menjadi kompos selanjutnya sambah bersifat anorganik yaitu
sampah tidak mudah membusuk atau terurai dalam waktu lama seperti sampah plastik,
kertas, botol, kaleng, kayu dan sebagainya sampai ini bernilai ekonomi yang dapat
dojual atau didaur ulang menjadi prodak lain (Nugroho, 2013).
Sebanyak 83,3 % warga RW 10 kelurahan Bakti Jaya Pamulang Tangerang Selatan
melakukan pengolahan sampah dengan cara diangkut oleh petugas , sebanayak 14,6%
diangkut petugas dan dibakar, 1,2% diangkut petugas, dibakar dan dibuang
sembrangan, dan 0,4% diangkut petugas, diakar dan dibuat kompos.
Hal ini menunjukkan bahwa warga RW 10 kelurahan Bakti Jaya Pamulang
Tangerang Selatan tidak melakukan proses pengolahan sampah rumah tangganya
dengan baik. Sampah hanya diangkut oleh petugas sampah dan selanjutnya dibuang ke
TPA tanpa adanya pengolahan sampah dan perhatian bahaya sampah terhadap
lingkungan
B. Intervensi
Setelah didapatkan hasil, maka dapat ditarik kesimpulan bahwa warga RW 10
kelurahan Bakti Jaya Pamulang Tangerang Selatan rata-rata mempunyai tingkat
pengetahuan mengenai pengolahan sampah yang baik dengan skor 37-50 dengan
presentasi sebanayk 98% (288 KK). Namun untuk pelaksanaannya, warga RW 10
kelurahan Bakti Jaya Pamulang Tangerang Selatan sebanyak 83,3% tidak melakukan
proses pengolahan sampah rumah tangganya dengan baik. Sampah hanya diangkut oleh
petugas sampah dan selanjutnya dibuang ke TPA tanpa adanya pengolahan sampah dan
perhatian bahaya sampah terhadap lingkungan. Oleh karna itu kami.
Mahasiswi Program Profesi Ners UIN membentuk program bank sampah melalui
beberapa tahapan, diantaranya :
a. Penyuluhan Bank Sampah
Kegiatan ini dilakukan pada hari Kamis, 7 Februari 2018 pukul 11.00 WIB s.d
12.00 WIB di RW 10 Griya Asri Pamulang Kelurahan Bakti Jaya di Sekretariat RT
03 dengan media diskusi dan pembagian leaflet.
b. Pembentukan Struktur Kepengurusan Bank sampah
Kegiatan ini dilakukan pada Selasa, 12 Februari 2018 pukul 16.00 WIB s.d 18.00
WIB di pelataran serambi Masjid Baiturrahman.
c. Sosialisasi dan Peresmian Bank Sampah oleh Dinas Lingkungan Hidup
Kegiatan ini dilakukan pada hari Rabu, 13 Februari 2018 pukul 09.00 WIB s.d
12.00 WIB di lapangan Futsal RW 10 Griya Asri Pamulang Kelurahan Bakti Jaya.
d. Penimbangan pertama bersama ketua bank sampah Kecamatan Setu
Kegiatan ini dilakukan pada hari Sabtu, 16 Februari 2018 pukul 13.00 s.d 15.00
WIB di Pos Ronda berlokasi di RT 06 Griya Asri Pamulang Kelurahan Bakti Jaya.
Jumlah nasabah pada saat penimbangan pertama sebanyak 27 nasabah dengan
penghasilan pertama sebanyak Rp. 184.000,00.
C. Evaluasi
Diharapkan rencana tindak lanjut yang dapat dilaksanakan yaitu dilakukannya
penimbangan setiap 1 minggu sekali, sebelum dilakukan penimbangan warga telah
memisahkan sampah sesuai jenisnya. Pengurus bank sampah mampu lebih
mensosialisasikan terkait bank sampah kepada warga griya asri pamulang agar lebih
banyak nasabah yang berpartisipasi terkait adanya bank sampah ini. Masyarakat mampu
memahami kembali pentingnya mengelola sampah melalui bank sampah. Ketersediaan
sarana dan prasarana dalam pengelolaan sampah masih kurang, belum ada sarana
bangunan tertutup bank sampah. Semoga kedepannya program bank sampah di griya
asri pamulang bisa terus berjalan dan lebih baik lagi, terutama pengelola bank sampah
yang mampu melakukan manajemen standar bank sampah sesuai dengan peraturan
menteri negara lingkungan hidup no. 13 tahun 2012 tentang pedoman pelaksanan
reduce, reuse, recycle melalui bank sampah.
Penyuluhan terkat dengan gosok gigi terdapat 225 anak usia prasekolah (5-7
tahun) dan usia sekolah (8-14 tahun) di RW 10 Griya Asri Pamulang. Sebagian besar
anak usia 5-15 tahun dalam melakukan kebiasaan melakukan kebersihan gigi yaitu 2
kali dalam sehari yaitu sebanyak 182 anak (80,9%), sementara kebiasaan melakukan
kebersihan gigi 3 kali sehari sebanyak 28 anak (12,4%) dan 1 kali sehari sebanyak 15
anak (6,7%). Kondisi gigi anak-anak di RW 10 Griya Asri Pamulang adalah bersih
sebanyak 119 anak (52,9%), sementara itu terdapat masalah kesehatan gigi seperti gigi
berlubang dan hitam terjadi pada 103 anak (45,8%), sakit gigi sebanyak 2 anak (0,9%)
dan gigi patah 1 anak (0,4%).
a. Penyuluhan PHBS
Kegiatan ini dilakukan pada hari Senin,11 Februari 2019 sampai dengan 15
Februari 2019 pukul 15.00 WIB s.d selesai di RW 10 Griya Asri Pamulang
Kelurahan Bakti Jaya di sekitar RT 01 - RT 07 dengan media poster, diskusi dan
pembagian poster.
b. Lomba cuci tangan
Kegiatan ini dilakukan pada hari Sabtu, 16 Februari 2018 pukul 15.00 s.d 18.00
WIB di lapangan futsal Griya Asri Pamulang Kelurahan Bakti Jaya. Jumlah 52
anak yang mengikuti lomba.
C. Evaluasi
1. Evaluasi Proses
Man Selama proses sosialisasi dan penyuluhan, seluruh mahasiswa
ikut serta dalam memberikan edukasi kepada anak-anak di
wilayah Griya Asri Pamulang. Dalam pelaksanaannya,
seluruh Mahasiswa dibagi menjadi beberapa kelompok
sebagai penanggung jawab masing-masing RT.
Material & Dalam kegiatan ini, instrument yang digunakan berupa poster
Machine edukasi tentang perilaku hidup bersih dengan cuci tangan dan
gosok gigi. Selain itu, Mahasiswa juga menggunakan
handsrub dan sikat gigi saat mempraktikkan langkah-langkah
yang benar.
2. Evaluasi Hasil
a. Hasil Kegiatan Sosialisasi dan Penyuluhan:
Selama dilakukan sosialisasi dan penyuluhan, anak-anak tampak antusiasi
mengikuti kegiatan hingga akhir. Mahasiswa memberikan kuis berupa
pertanyaan-pertanyaan terkait materi yang telah dijelaskan. Tampak semangat
anak-anak untuk menjawab dengan mengacungkan tangan. Dari jawaban-
jawaban yang dilontarkan tampak terlihat adanya peningkatan pemahaman
anak-anak terkait perilaku hidup bersih dan sehat.
BAB VI
KESIMPULAN DAN SARAN
I. KESIMPULAN
1. Pengelolaan sampah warga RW 10 Griya asri Pamulang sebagian besar adalah diangkut
oleh petugas kebersihan
2. Tingkat rata-rata pengetahuan warga RW 10 Griya Asri Pamulang adalah cukup
sebesar 98 % (248 KK)
3. Guna memberdayakan SDM warga RW 10 Griya Asri Pamulang serta mengelola
sampah yang baik di lingkungan diberikan penyuluhan pada 7 Februari 2019 serta
pembentukan bank sampah pada 13 Februari 2019.
4. Pengkajian mengenai PHBS pada anak-anak didapatkan 79,6% belum paham
mengenai cuci tangan 6 langkah dan sekitar 44,9% mengalami masalah kesehatan gigi
yaitu caries.
5. Pemberian pendidikan kesehatan untuk anak-anak dilakukan penyuluhan mengenai
cuci tangan dan gosok gigi pada 11 februari 2019, dan pelaksanaan lomba cuci tangan
6 langkah pada 16 Februari 2019 guna mengetahui pemahaman setelah diberikannya
penyuluhan dan pengajaran pada anak-anak RW 10 Griya asri Pamulang.
6. Hasil pengkajian sebanyak 134 keluarga yang memiliki anak usia remaja, 131 orangtua
(97,8%) mengatakan perlu diadakan penyuluhan narkoba, sehingga penyuluhan
diadakan pada tanggal 10 Februari 2019 serta dibentuknya duta anti narkoba yang
nantinya diharapkan sebagai penggerak remaja di RW 10 Griya Asri Pamulang agar
terhindar dari narkoba.
7. Hasil data yang didapatkan, bahwa warga yang menderita hipertensi sebanyak 60 orang
(11%), risiko hipertensi 292 orang (52,7%), DM 7 orang (1,3%), risiko DM sebanyak
192 orang (35,9%), kolesterol 37 orang (6,9%), risiko kolesterol 197 orang (36,8%),
asam urat 67 orang (12,5%), dan risiko asam urat 61 orang (11,4%).
8. Diadakan upaya promotif dan preventif dalam bentuk penyuluhan PTM dan
pemeriksaan kesehatan untuk meningkatkan kesadaran dan pengetahuan warga tentang
penyakit PTM dan sebagai upaya deteksi dini PTM. Acara ini diadakan pada 9 Februari
2019 dengan bentuk penyuluhan serta pemeriksaan gula darah, asam urat, tekanan
darah dan kolesterol.
9. Hasil data yang didapatkan warga menderita DBD sebanyak (1%), dan resiko DBD
sebanyak (69 %).
10. Diadakan penyuluhan DBD pada 9 Februari 2019, guna sebagai upaya pencegahan
terjadinya DBD di lingkungan RW 10 Griya Asri pamulang
II. SARAN
1. Diharapkan warga RW 10 Griya Asri Pamulang sadar akan kesehatan secara personal
diri maupun lingkungan sekitar.
2. Diharapkan warga RW 10 Griya Asri Pamulang dapat menerapkan kegiatan ataupun
tips-tips dari penyuluhan yang sudah diberikan.
DAFTAR PUSTAKA
Departemen Kesehatan RI, 2009. Buku Pedoman Pembinaan Program Perilaku Hidup Bersih
dan Sehat di Tatanan Rumah Tangga, Pusat Penyuluhan. Kesehatan Masyarakat Tahun
2009
Hapsari , I. I. (2016). Psikologi Perkembangan Anak. PT Indeks: Jakarta
Kholid, A. (2015). Promosi Kesehatan dengan Pendekatan Teori Perilaku, Media, dan
Aplikasi. Jakarta: Rajawali Pers.
Notoatmodjo, S. (2010). Promosi Kesehatan dan Ilmu Perilaku. jakarta: Rineka Cipta
Maryam, S. (2015). Promosi Kesehatan Dalam Pelayanan Kebidanan. Jakarta: EGC.
Undang Subarna. 2014. Manfaat Pengelolaan Sampah Terpadu, Surakarta: CV. Aryhaeko Sinergi
Persada
Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup Republik Indonesia Nomor 13 Tahun 2012
Tentang Pedoman Pelaksanaan Reduce, Reuse, Dan Recycle Melalui Bank Sampah
Unilever Indonesia. 2014. Buku Panduan Sistem Bank Sampah & 10 Kisah Sukses, Jakarta,
Unilever
LAMPIRAN
SUSUNAN KEPANITIAAN
Hari/Tanggal Kegiatan
Senin, Tempat: Ruang Kelas 402 FIKES UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
14 Januari 2019 Waktu: 08.00 WIB- Selesai
Kegiatan:
Mahasiswa mendapatkan orientasi praktik keperawatan stase komunitas
dari Penanggung Jawab Dosen Karyadi, Ph.D. Telah disampaikan
terkait jadwal kegiatan selama satu minggu persiapan stase, materi yang
akan disampaikan dan didiskusikan, dan rencana program yang akan
dilaksanakan. Mahasiswa dibagi menjadi 3 kelompok minor yang
terdiri dari 8 mahasiswa. Setiap kelompok minor mendapatkan
beberapa pembagian materi yang akan dipresentasikan dan didiskusikan
pada hari Jum’at, 18 Januari 2019.
Kelompok 1
1. Feby Fitriatus Solicha
2. Khoir Ni’matu Zulfa
3. Siti Nurpaisah
4. Eno Permatasari
5. Rizqa Fitria Putri
6. Hilma Ainun Nihayah
7. Ratna Farhana
8. Yoyoh Rokayah
Kelompok 2
1. Lia Kamaliah
2. Devi Adia
3. Yessica Putriandeta
4. Dini Khaerani
5. Syifa Ramadiana
6. Puspita Sari
7. Dita Retno Wulandari
8. Pujiati
Kelompok 3
1. Imas Meilia Hardiah
2. Resha Pahlevi
3. Ratih Yulianingsih
4. Alfiani
5. Putri Vidia Tamara
6. Maryam Zakiyyah
7. Jessita Putri Dhiary
8. Dwi Restarina
Selasa, Tempat: Ruang Kelas 402 FIKES UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
15 Januari 2019 Waktu: 08.00 WIB- Selesai
Kegiatan:
Mahasiswa melanjutkan mengerjakan discovery learning materi-materi
yang akan dipresentasikan dan didiskusikan. Mahasiswa membuat
posisi melingkar per kelompok.
Rabu, Tempat: Ruang Kelas 402 FIKES UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
16 Januari 2019 Waktu: 08.00 WIB- Selesai
Kegiatan:
Mahasiswa melanjutkan mengerjakan materi-materi yang akan
dipresentasikan dan didiskusikan. Setelah itu, mahasiswa melakukan
rapat kegiatan acara pembukaan.
Jum’at, Tempat: Ruang Kelas 402 FIKES UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
18 Januari 2019 Waktu: 08.00-08.30 WIB
Kegiatan:
Mahasiswa melakukan latihan senam. Mahasiswa menggunakan
pakaian olahraga. Senam dipimpin oleh mahasiswa Program Profesi
Ners Keperawatan 2014 dari kelompok minor 3. Senam terdiri dari
pemanasan, senam inti dan pendinginan.
Tempat: Kediaman RW 10
Waktu: 19.00 WIB – Selesai
Kegiatan:
Beberapa mahasiswa melakukan pertemuan dan diskusi dengan ketua
RW 10 terkait program yang akan dilaksanakan oleh mahasiswa terkait
permasalahan kesehatan yang terjadi di wilayah tersebut.
Selasa, Tempat: Posko Mahasiswa
05Febaruari 2019 Waktu: 09.00 WIB – Selesai
Kegiatan:
Mahasiswa melakukan rapat fiksasi pada masing-masing program
kegiatan
Rabu, Tempat: Posko Mahasiswa
06Februari 2019 Waktu: 09.00 WIB – Selesai
Kegiatan:
Mahasiswa melakukan rapat fiksasi pada masing-masing program
kegiatan
Kamis, Tempat: RT 03 Griya Asri Pamulang
07Februari 2019 Waktu: 09.00 WIB – Selesai
Kegiatan:
Mahasiswa mengikuti kegiatan penyuluhan penggunaan kompor gas
dan pencegahan kebakaran atau ledakan gas.
MMD 1
Program Kegiatan Penyuluhan DBD
Program Kegiatan Penyuluhan Penyakit Tidak Menular dan Pemeriksaan Kesehatan
Program Kegiatan Penyuluhan PHBS pada Anak-anak tentang Cuci Tangan 6 Langkah
dan Sikat Gigi
Program Kegiatan Lomba Cuci Tangan