Anda di halaman 1dari 3

Ada tingkatan dalam kesadaran yaitu:

1. Compos mentis, yaitu ketika seseorang masih tersadar penuh


2. Apatis, yaitu kurangnya respons terhadap keadaan sekeliling, biasanya ditandai dengan
tidak adanya kontak mata atau mata terlihat menerewang dan tidak fokus
3. Somnolen, yaitu keadaan dimana seseorang sangat mudah mengantuk dan tidur terus-
menerus, tetapi masih mudah untuk dibangunkan
4. Sopor, yaitu kondisi tidak sadar atau tidur berkepanjangan, tetapi masih memberikan
reaksi terhadap rangsangan (rasa sakit).
5. Koma, yaitu kondisi tidak sadar dan tidak ada reaksi terhadap rangsangan apapun.

Kwashiorkor: Kekurangan Protein


Secara spesifik kwashiorkor diartikan sebagai kondisi kekurangan atau bahkan ketiadaan asupan
protein. Padahal protein dibutuhkan tubuh untuk memperbaiki dan membuat sel-sel baru.
Kondisi ini ditandai dengan pembengkakan di bagian bawah kulit (edema) akibat terlalu
banyaknya cairan dalam jaringan tubuh. Gejala yang dapat terjadi pada seluruh bagian tubuh ini
umumnya dimulai pada kaki.
Gejala ini biasanya diiringi sejumlah kondisi berikut:

 Rambut yang kering, jarang, dan rapuh, bahkan dapat berubah warna menjadi putih atau
kuning kemerahan.

 Bercak merah pada kulit yang berubah gelap atau mengelupas.

 Mudah marah.

 Kelelahan dan mengantuk.

 Tubuh tidak berkembang.

 Perut membesar.

 Infeksi yang terjadi terus menerus akibat rusaknya kekebalan tubuh.

 Kuku pecah.

 Berubahnya pigmen kulit.

 Penurunan massa otot.


 Diare.

 Berat dan tinggi badan tidak bertambah.

 Ruam atau dermatitis.

Pada kasus yang lebih parah, pengidap kwashiorkor dapat mengalami syok.

Marasmus: Kekurangan Asupan Energi dan Protein


Jika kwashiorkor adalah malanutrisi karena kekurangan protein namun dengan asupan energi
yang cukup, maka marasmus adalah kekurangan asupan energi dalam semua bentuk, termasuk
protein. Jika kemungkinan terjadinya kwashiorkor adalah setelah anak berusia 18 bulan, maka
marasmus biasanya terjadi setelah usia 12 bulan.
Ciri-ciri fisik pengidap marasmus:

 Tubuh yang menyusut di bawah 60 persen dari rata-rata normal anak seusianya

 Bokong dan kelompok otot pada tungkai bagian atas biasanya lebih terpengaruh daripada
yang lain. Penampakan pantat seperti baggy pants (seperti memakai celana longgar)

 Suhu tubuh yang tidak normal seperti hipotermia (di bawah normal).

 Dehidrasi yang dicirikan dengan kehausan terus menerus dan mata cekung.

 Terdapat darah pada tinja.

 Hati dapat membesar atau mengecil.

Selain itu marasmus sering diasosiasikan dengan infeksi akut seperti gangguan pernapasan,
gastroenteritis, tuberkulosis, dan infeksi HIV.
Selain kwashiorkor dan marasmus, terdapat jenis ketiga keadaan malanutrisi energi protein berat,
yaitu campuran marasmus-kwashiorkor. Keadaan ini mempunyai gejala campuran marasmus dan
kwashiorkor.
Keadaan malanutrisi energi protein berat selain meningkatkan risiko terjadinya berbagai macam
penyakit, juga dapat mengancam nyawa. Meski telah diterapi, namun anak-anak yang pernah
mengalami kwashiorkor dan marasmus berat mungkin tidak akan pernah dapat mencapai taraf
kesehatan yang sesungguhnya mereka butuhkan. Sebagian anak akan tetap mengalami gangguan
fisik dan mental akibat kwashiorkor seumur hidupnya
Abdomen = Rongga perut

Anda mungkin juga menyukai