G. AKUNTABILITAS PUBLIK
Akuntanbilitas publik adalah kewajiban pihak pemegang amanah untuk memberikan
pertanggungjawaban atas segala kegiatan yang menjadi tanggung jawab kepada pihak
pemberi amanah.
Empat dimensi akuntabilitas yang harus dipenuhi oleh organisasi sektor publik
1. Akuntabilitas kejujuran dan hukum
2. akuntabilitas proses
3. akuntabilitas program
4. akuntabilitaskebijakan
H. PRIVATISASI
Privatisasi perusahaan publik juga tidak luput dari tudingan sebagai sarang korupsi,
kolusi dan nepotisme, Inefisiensi, dan sumber pemborosan Negara, masih banyak
perusahaan milik Negara yang dijalankan tidak efisien. Inefisiensi yang di alami BUMN
dan BUMD tersebutantara lain disebabkan adanya intervensi politik, sentralisasi , rent
seeking behavior dan manajemen yang buruk.
BUMD dan BUMN dalam era globalisasi akan menghadapi beberapa tekanan dan
tuntutan yaitu:
1. BUMD dan BUMN dituntut untuk memberikan bagian laba perusahaan kepada
pemerintah
2. BUMD dan BUMN dituntut masyarakat untuk menghasilkan produk yang berkualitas
danmurah
3. BUMD dan BUMN akan berhadapan dengan orang orang yang mencoba melakukan
korupsi , kolusi, dan nepotisme
4. BUMD dan BUMN dituntut untuk ekonomis dan efisien agar menjadi entitas bisnis
yang professional
Privatisasi berarti pelibatan modal swasta dalam struktur modal perusahaan publik
sehingga kinerja finansial dapat dipengaruhi langsung oleh investor melalui mekanisme
pasar uang.
Privatisasi perusahaan publik memiliki fungsi ganda, yaitu untuk mengurangi beban
belanja publik, menaikan pendapatan negara dan mendorong perkembangan sektor
swasta.
I. OTONOMI DAERAH
Misi utama kedua Undang-undang otonomi daerah adalah desentralisasi. Desentralisasi
tidak hanya berarti pelimpahan wewenang dari pemerintah pusat ke pemerintah daerah
tetapi juga pelimpahan beberapa wewenang pemerintah kepadapihak swasta dalam
bentuk privasi.
Secara teoritis, desentralisasi ini diharapkan akan menghasilkan manfaat nyata:
1. Mendorong peningkatan partisipasi, prakarsa dan kreativitas masyarakat dalam
pembangunan, serta mendorong pemerataan hasil-hasil pembangunan (keadilan) di
seluruh daerah dengan memanfaatkan sumber daya dan potensi yang tersedia di
masing-masing daerah.
2. Memperbaiki alokasi sumber daya produktif melalui pergeseran peran pengambilan
keputusan publik ke tingkat pemerintahan yang paling rendah dan memiliki informasi
yang paling lengkap.
Implikasi otonomi daerah terhadap akuntansi sektor publik adalah bahwa dalam rangka
pelaksanaan otonomi daerah, pemerintah daerah dituntut untuk mampu memberikan
informasi keuangan kepada publik, DPRD, dan pihak-pihak yang menjadi
stakeholderpemerintah daerah.
Reformasi kelembagaan menyangkut pembenahan seluruh alat-alat pemerintahan
didaerah baik struktur maupun infrastrukturnya. Selain reformasi kelembagaan dan
reformasi manajemen sektor publik, untuk mendukung terciptanya good governance,
maka diperlukan serangkaian reformasi lanjutan terutama yang terkait dengan sistem
pengelolaan keuangan pemerintah daerah, yaitu;
1. Reformasi Sistem Penganggaran (budgeting reform)
2. Reformasi Sistem Akuntansi (accounting reform).
3. Reformasi Sistem Pemeriksaan (audit reform)
4. Reformasi Sistem Manajemen Keuangan Daerah (financial management reform).
Tuntutan pembaharuan sistem keuangan tersebut adalah agar pengelolaan uang rakyat
(publik money) dilakukan secara transparan dengan mendasarkan konsep value for money
sehingga tercipta akuntabilitas publik.