Anda di halaman 1dari 7

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Santri merupakan sebutan bagi para siswa yang belajar mendalami agama

di pesantren. Pondok pesantren merupakan sebuah lembaga pendidikan agama

islam yang bertujuan untuk menguasai ilmu agama islam secara detail, serta

mengamalkan sebagai pedoman hidup keseharian dengan menekankan

petingnya moral dalam kehidupan bermasyarakat. Dalam menjalani kehidupan

di pesantren, pada umumnya mereka mengurus sendiri keperluan sehari-hari

dan mereka mendapat fasilitas yang sama antara santri yang satu dengan

lainnya. Para santri yang menempati pondok pesantren, tidak berarti terlepas

dari permasalahan-permasalahan sosial. Masalah sosial yang dapat dilontarkan

adalah apakah pondok juga mempunyai fungsi pembentukan watak yang sesuai

dengan perkembangan santrinya. Dalam pondok pesantren santri diwajibkan

menaati peraturan yang ditetapkan di dalam pesantren tersebut dan apabila ada

pelanggaran akan dikenakan sanksi sesuai dengan pelanggaran yang dilakukan.

Tidak sedikit santri yang mengganggap hal tersebut sebagai suatu tekanan,

sehingga hal tersebut dapat membuat para santri mengalami suatu keadaan

stress.Hawari (2013)

Menurut Hawari (2011) stres merupakan respon akibat

ketidakmampuan individu melakukan adaptasi dan mengatasi adanya keadaan

dan peristiwa yang menyebabkan perubahan dalam kehidupan individu

tersebut.

1
2

Seseorang yang mengalami stress maka mekanisme intregitas otak

melemah dan bagian-bagian otak tertentu kurang berfungsi. Informasi yang

diterima diotak bagian belakang sulit diekspresikan, sehingga orang merasa

kurang berhasil dan stress akan mengakibatkan semangat belajar dan bekerja

berkurang. Dan orang yang kurang belajar dan berusaha, prestasinya akan

statis, bahkan menurun dan perasaan tidak berhasil semakin bertambah

sehingga sulit untuk keluar dari lingkaran negatif itu (Kusuma, 2013).

Kejadian stres cukup tinggi dimana hampir lebih dari 350 juta

penduduk dunia mengalami stres dan merupakan penyakit dengan peringkat ke

4 di dunia menurut WHO (Waningsiha, 2012). Di Amerika Serikat stres terjadi

pada awal masa remaja. Pada studi epidemiologi pada populasi remaja (berusia

12-18 tahun) di Amerika Serikat, klien yang mngalami stres 59,7%. Dari

mereka stres ringan 12%, stres sedang 37%, dan stress berat 49%.

Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2013 menyebutkan, 6 persen

masyarakat Indonesia yang berumur lebih dari 15 tahun mengalami gangguan

mental emosional. Prevalensi tertinggi penderita gangguan di Sulawesi Tengah,

sebesar 11,6 persen. Namun, penderita gangguan mental emosional justru

banyak terdapat di kota kecil dan daerah terluar, seperti Kabupaten Tojo Una-

Una, Sulawesi Tengah, sebesar 37,1 persen dan Kabupaten Kepulauan Talaud,

Sulawesi Utara, sebesar 22,3 persen. Warga kota dengan prevalensi cukup

tinggi ada di Kota Bogor, Jawa Barat, sebesar 28,1 persen. Sedangkan untuk

wilayah Jawa Timur jumlah usia produktif 18-45 tahun yang mengalami stres ±

3,5 – 4 juta jiwa pada tahun 2010. Angka itu akan tumbuh sekitar 30% pada

tahun 2020 yang menyentuh angka 5,5 juta jiwa yang mengalami stres.
3

Berdasarkan studi pendahuluan mengunakan tes kuesioner pada remaja

putri di Pondok Pesantren Sunan Ampel Bangorejopada tanggal 18-19

November 2017 oleh peneliti dari remaja putri berjumlah 250 terdapat 30

remaja putri mengalami stress. Dari pernyataan dimana 10 orang mengalami

stres karena terlalu banyak hafalan dan peraturan dipondok, 13 orang juga

mengalami stres karena paksaan orang tua untuk mondok dan 7 orang juga

mengalami stres karena sering ada masalah dengan temannya.

Faktor-faktor stress pada santri yaitu perubahan-perubahan yang terjadi

di lingkungan pondok pesantren dapat menimbulkan stres pada masa awal

sekolah. Keadaan di asrama dengan peraturan dan kondisi yang berbeda

dengan di rumah dapat menjadi sumber tekanan (stressor) sehingga dapat

menyebabkan stres. Akibat buruk stres adalah kelelahan hingga mengakibatkan

turunnya produktivitas dalam belajar maupun aktivitas pribadi (Rumiani dalam

Naily, 2010). Beberapa permasalahan yang sering dialami oleh santri pada

tahun pertama tinggal di pondok pesantren adalah ketika santri rindu dengan

orang tua, keluarga, dan teman-teman mereka yang berada di rumah, ada juga

yang tidak betah tinggal di pondok karena banyaknya kegiatan yang padat,

peraturan pondok dan teman-teman sekelilingnya. Permasalahan yang dialami

santri tersebut merupakan Faktor lingkungan juga bisa berdampak terhadap

seseorang mengalami stres seperti ada masalah dengan keluarga ataupun

dengan teman-temannya (Sunaryo, 2006).

Menurut Hardjana(1994 dikutip dari Prabowo,2007) ada beberapa

metode untuk mengatasi stres,seperti pendekatan farmakologis

(pharmalogical), perilaku (behavioral), pemahaman (cognitive), meditasi


4

(meditasion), hipnosis (hypnosis), dan musik (music). Metode lain yang dapat

mengatasi stres yang diungkapkan oleh Elisabeth Demuth(2009) adalah Senam

Otak (BrainGym). Senam Otak (Brain Gym) adalah serangkaian latihan

berbasis gerakan tubuh sederhana untuk meningkatkan kemampuan belajar

menyesuaikan diri terhadap tuntutan sehari-hari dengan menggunakan

keseluruhan otak(Dennison,2009). Gerakan senam otak (brain gym) dibuat

untuk meransang otak kiri dan kanan(dimensi lateralitas), meringankan atau

merelaksasikan belakang otak dan bagian depan otak(dimensipemfokusan),

merangsang sistem yang terkait dengan perasaan atau emosional yaitu otak

tengah dan otak besar (dimensi pemusatan).

Olahraga atau senam otak merupakan salahsatu teknik relaksasi yang

dapat digunakan untuk mengurangi nyeri karena saat melakukan olahraga atau

senam otak maka susunan syaraf tulang belakang akan menghasilkan

endorphin, hormon yang berfungsi sebagai obat penenang alami dan

menimbulkan rasa nyaman (Harry, 2005). Senam otak adalah serangkaian

latihan berbasis gerakan tubuh sederhana untuk meningkatkan kemampuan

belajar menyesuaikan diri tehadap tuntutan sehari-hari dengan menggunakan

keseluruhan otak (Dennison, 2009). Gerakan senam otak dibuat untuk

merangsang otak kanan dan kiri (dimensi lateralitas), meringankan atau

melaksanakan belakang otak dan bagian depan otak (dimensi pemfokusan),

merangsang sistem yang terkait dengan perasaan atau emosional yaitu otak

tengah dan otak besar (dimensi pemusatan). Senam otak dapat dilakukan oleh

semua umum, baik lansia, anak-anak, remaja, maupun orang dewasa yang
5

dapat dilakukan tanpa waktu khusus, dimana porsi latihan yang tepat adalah

sekitar 10-15 menit, sebanyak 2-3 kali dalam seminggu (Yanuarita, 2012).

Metode yang digunakan untuk membantu menurunkan gangguan stress

dengan cara melakukan pelatihan senam otak dengan menggunakan gerakan

minum air, gerakan silang, 8 tidur, tombol bumi, tombol angkasa, kait relaks,

dan titik positif. Gerakan-gerakan senam otak dapat mengaktifkan neocortex

dan saraf parasimpatik untuk mengurangi peningkatan hormon adrenalin dalam

tubuh yang dapat meredakan ketegangan psikis maupun ketegangan fisik.

Sehingga jiwa dan tubuh menjadi relaks dan seimbang. Gerakan senam otak

diatas apabila dilakukan secara teratur dapat menurunkan stress pada santri,

mengatasi lupa karena gugup dan menenangkan pada saat belajar (Purwanto,

et., al, 2009)

Di Pondok Pesantren SUNAN AMPEL tingkat konsentrasi belajar

tahun 2017 cenderung menurun oleh karena itu, peneliti terdorong melakukan

penelitian tentang pengaruh senam otak (brain gym) terhadap tingkat stress

pada santri Pondok Pesantren SUNAN AMPEL tahun 2018.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian dari latar belakang maka dapat dirumuskan

permasalahannya sebagai berikut:

Adakah pengaruh senam otak terhadap stres pada santri di Pondok

pesantren Sunan Ampel Bangorejo Banyuwangi tahun 2018 ?


6

1.3 Tujuan Penelitian

1.3.1 Tujuan Umum

Diketahuinya pengaruh senam otak terhadap stres pada santri

di Pondok pesantren Sunan Ampel Bangorejo Banyuwangi 2018.

1.3.2 Tujuan Khusus

1. Mengidentifikasi stres sebelum senam otak pada santri di Pondok

pesantren Sunan Ampel Bangorejo Banyuwangi 2018.

2. Mengidentifikasi stres sesudah senam otak pada santri di Pondok

pesantren Sunan Ampel Bangorejo Banyuwangi 2018.

3. Menganalisa pengaruh senam otak terfadap stress pada santri di

pondok pesantren Sunan Ampel Bangorejo Banyuwangi 2018.

1.4 Manfaat Penelitian

Penelitian ini sangat relevan sekali terhadap kasus kejadian stres

khususnya pada remaja saat ini, untuk itu kami berharap bisa memberikan

manfaat kepada semua pihak.

1.4.1 Teoritis

Sebagai salah satu sarana untuk meningkatkan dan mengembangkan

ilmu pengetahuan khususnya dibidang keperawatan. Mendapatkan informasi

mengenai perawatan stres pada remaja.

1.4.2 Praktis

1. Bagi Responden

Menambahkan sumber informasi senam otak sebagai cara

penurunan stress, sehingga remaja dapat menerapkan dalam

kehidupan sehari-sehari.
7

2. Bagi Tempat Penelitian

Sebagai bahan masukan bagi pihak pondok pesantren Sunan

Ampel Bangorejo Banyuwangi mengenai senam otak, sebagai

penanganan dini untuk mengurangi tingkat stres di Pondok Pesantren

Sunan Ampel.

3. Bagi Keperawatan

Sebagai sumber informasi tentang tata cara bagi petugas

kesehatan agar dapat digunakan sebagai salah satu alternatif

pengobatan masa kini baik dalam ilmu jiwa maupun juga digunakan

sebagai pilihan pengobatan bagi pasien yang mengalami stres.

4. Bagi Peneliti Selanjutnya

Memberikan informasi dan referensi tentang penatalaksanaan

pada remaja yang mengalami stres untuk dijadikan pertimbangan

dalam penelitian selanjutnya.

Anda mungkin juga menyukai