Anda di halaman 1dari 17

MODUL PERKULIAHAN

Struktur &
Utilitas 6
POKOK BAHASAN

Perancangan Bangunan
Tinggi

Fakultas Program Studi TatapMuka Kode MK DisusunOleh

02
Fakultas Teknik Program W121700024 Ir.Muji Indarwanto, MM. MT.
Studi Arsitektur

Abstract Kompetensi
Mata kuliah ini membahas tentang prinsip Setelah mengikuti mata kuliah ini
dasarnya bahwa setiap sistem struktur pada diharapkanan dapat menjelaskan dalam
suatu bangunan merupakan penggabungan perancangan bangunan tinggi yang
berbagai elemem struktur secara tiga dimensi, melibatkan aplikasi teknologi dan sistem
yang cukup rumit. bangunan secara terpadu.
1. Strategi Perancangan

Dalam perancangan bangunan tinggi yang melibatkan aplikasi teknologi dan


sistem bangunan secara terpadu, ada beberapa strategi yang dapat dilakukan untuk
menghasilkan bangunan tinggi yang lebih peduli terhadap lingkungan.

pendekatan pertama dilakukan berdasarkan kepedulian atas bahaya


menipisnya lapisan ozon yang diakibatkan oleh efek rumah kaca. Terlihat hubungan
yang erat antara kondisi iklim setempat dengan tipologi bangunan, dan oleh
karenanya bentuk lansekap juga mempengaruhi bentuk bangunan.

Kemungkinan untuk mengetahui kepekaan terhadap iklim setempat terlihat


pada bangunan vernacular, terutama jika iklim setempat sangat ekstrem dan metode
pembangunan dengan cara tradisional masih sangat kuat. Pendekatan strategi ini
tentu saja tidak terbatas pada suatu lingkup yang hanya dibatasi oleh pemilihan
bahan bangunan tradisional, kepercayaan, metode pelaksanaan yang digunakan,
tetapi juga oleh pengaruh budaya dan tradisi masyarakat setempat. Hal ini terlihat
dari bentuk yang masifdan bukaan yang sedikit, untuk menghindari iklim yang panas
dan kering, atau bangunan yang terkesan ringan dengan bukaan besar, pada daerah
yang beriklim panas dan lembab, untuk menangkap sebanyak mungkin manfaat dari
matahari dan sirkulasi udara.

Pada pendekatan strategi ini, orientasi bukaan bangunan, dimensi dan tata
letak serta pemilihan bahan bangunan yang sesuai menjadi titik tolak perancangan,
sehingga menghasilkan bangunan yang banyak memanfaatkan potensi alam,
terutama sinar matahari dan angina.Bangunan yang terbentuk dapat berupa
bangunan tropis atau bangunan bioklimatik.

Pendekatan lainnya dilakukan, karena manusia sadar untuk melakukan


penghematan atas penggunaan sumber daya alam yang ada di bumi. Ini khususnya
ditunjukkan pada penggunaan tenaga listrikyang dihasilkan dari pembakaran minyak
atau batu bara yang merupakan penyebab utama menipisnya lapisan ozon.

2015 Teknologi Sistem Bangunan


2 Ir.Muji Indarwanto, MM. MT.
PusatBahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
Strategi rancangan ini erat kaitanya dengan strategi yang sebelumnya,
rancangan dengan pertimbangan iklim, sekaligus menjaga potensi lingkungan
setempat agar tidak tercemar atau rusak dengan keberadaan bangunan.Rancangan
ini juga terintegrasi dengan system pengendalian lingkungandi mana bangunnan
tersebut didirikan.

Selanjutnya, ada juga pendekatan yang tidak sepenuhnyamemparhatikan


lingkungan sekitar, tetapi lebih pada upaya menyediakan ruang dan sekaligus
menyembunyikan jaringan utilitas bangunan, seperti saluran ventilasi, pengondisian
udara, sirkulasi vertical, jaringan listrik dan pemipaan.

Pada strategi ini, seakan-akan terlihat pembagian yang jelas antara ruang –
ruang pelayanan dan ruang – ruang yang dilayani, sehingga kebutuhan ruangan
yang digunakan untuk system mekanikal dan elektrikaldapat dialokasikan secara
baik.Dengan demikian, bangunan merupakan suatu kompleks system layanan
dimana jaringan utilitas merupakan bagian yang perludiperhatikan dalam rancangan.

Dalam perancangaan bangunan tinggi, ketiga strategi perancangan tersebut


merupakan dasar bagian tercapainya integrasi system bangunan yang ditunjukan
demi tercapainya kebutuhan fungsi bangunan tanpa mengabaikan kekuatan struktur
dan kenyamanan di dalam bangunan.

Arsitek bagai menghadapi teka-teki setiap kali dirinya melakukan


perancangan bangunan baru. Meskipun setiap bangunan memiliki fungsi yang
sama, selalu ada keunikan yang perlu diselesaikan dengan cara yang berbeda.

2015 Teknologi Sistem Bangunan PusatBahan Ajar dan eLearning


3 Ir.Muji Indarwanto, MM. MT. http://www.mercubuana.ac.id
2.2.LU
A SLAN
T AI
BANGUNAN EFEKTIF

Banyak program
arsitektural hanya
mengitung luas lantai bangunan yang dibutuhkan bagi kegiatan
penghuni/penggunaan bangunan ( luas netto ) dan tidak memperhatikan luas lantai
yang dibutuhkan untuk sirkulasi ( horizontal dan vertical ), penempatan
perlengkapan/peralatan bangunan baik berupa peralatan mekanikal maupun
elektrikal, dan luas lantai yang ditempati oleh struktur bangunan, baik berupa kolom
maupun diding geser/inti bangunan.

Parbandingan antara luas efektif ( luas netto ) dan luas bruto ( luas tipikal )
dapat dilihat pada table 2.1

Kadang-kadang luas lantai bruto ditentukan berdasarkan unit okupansi dari fungsi
bangunan, sebagaimana tercantum dalam tabel 2.2

2.2.1. Bangunan Hotel

Mengingat bangunan hotel terbagi dalam beberapa katagori, yang umumnya


diistilahkan dengan binatang, maka satuan luas kamar hotel, luas lantai bruto dan
jumlah minimal kamar ditentukan berdasarkan Tabel 2.3

2015 Teknologi Sistem Bangunan


4 Ir.Muji Indarwanto, MM. MT.
PusatBahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
Selanjutnya, kamar dalam hotel dibagi dalam beberapa jenjang, sebagaimana
tertera dalam Tabel 2.4

Dalam perhitungan kebutuhan luas bruto untuk hotel, dapat pula digunakan
pendekatan lain. Dengan menganggap luas yang diperlukan untuk sirkulasi
horizontal ( 10% luas bruto ) dan sirkulasi vertical ( 25% luas bruto ), maka luas
bruto untuk kamar

Di

samping kebutuhan luas lantai untuk kamar tidur, diperlukan pula ruangan – ruangan
bagi kebutuhan penunjang kegiatan produktif (restoran, banquete, toko, dll)

Selanjutnya,kebutuhan lantai non produktif ( ruangan pengelola hotel, mekanikal &


elektrikal, dll ) mengikuti

Teknologi Sistem Bangunan PusatBahan Ajar dan eLearning


2015
5 Ir.Muji Indarwanto, MM. MT. http://www.mercubuana.ac.id
Nilai yang dihasilkan dari persamaan 2.6.biasanya mendekati nilai yang tercantum
dalam tabel 2.3

Luasan yang diperlukan untuk kamar ( Lkm-bruto) biasanya menempati lantai

tipikal, sedangkan sisanya ( Lbruto- Lkm-bruto) ditempatkann pada bangunan podium.


Adapun lusa dan jumlah lantai podium disesuaikan dengan ketentuan koefisien
dasar bangunan ( KDB ) dan jumlah lantai tipikal harus memenuhi ketentuan
koefisien lantai bangunan ( KLB ).

Untuk bangunan hotel yang berbentuk menara ( tower), jumlah kamar per
lantainya biasanya berkisar antara 24 – 36 kamar, sedangkan untuk hotel berbentuk
memanjang (slab) jumlahnya disesuaikan dengan fasilitas layanan dan persyaratan
keamanan (jarak ke lift dan tangga kebakaran, dilatasi dan lain-lain).

2.2.2. Bangunan Rumah Sakit

Sebagaimana halnya bangunan hotel, rumah sakit juga terbagi atas beberapa
klasifikasi, seperti yang tertera dalam tabel 2.5

2.3 BATASAN DAN KETENTUAN PERUNTUKAN

Dalam ketentuan Ijin mendirikan Bangunan, setiap bangunan harus


memenuhi persyaratan peruntukan tata guna lahan, koefisien Dasar Banguan
(KDB), Koefisien Lantai Bangunan (KLB), Koefisien Tapak Basement (KTB),
maksimum ketinggian lantai, Garis Sepadan Bangunan (GSB), Garis Sepadan Jalan
(GSJ) dan Jarak Bebas antar Bangunan.

2015 Teknologi Sistem Bangunan


6 Ir.Muji Indarwanto, MM. MT.
PusatBahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
Dalam peta Rencana Tata Lingkungan Bangunan (RTLB), nilai-nilai ini tertera

seperti yang ditunjukkan pada gambar 2.2.

Menurut Peraturan Daerah (Perda) Pemerintah Provinsi DKI Jakarta nomor 4


tahun 1975, pada nomor 7 DKI Jakarta tahun 1991, dan Surat Keputusan Gubernur
Pemerintah Provinsi DKI Jakarta nomor 678 tahun1994, Ketentuan tentang jarak
bebas dan lantai – lantai bangunan diisyratkan sebagaimana terlihat dalam

Gambar 2.3.

2015 Teknologi Sistem Bangunan


7 Ir.Muji Indarwanto, MM. MT.
PusatBahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
Untuk Jarak Bebas antar Masa Bangunan dalam satu daerah perencanaan (DP),
ketentuannya adalah sebagai berikut:

a. Kedua Dinding Berjendela/Transparan

Jarak Bebas minimum = Yₐ + YB

b. Satu Dinding Transparan dan Satu Dinding Masif

2015 Teknologi Sistem Bangunan


8 Ir.Muji Indarwanto, MM. MT.
PusatBahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
Jarak Bebas minimum = Yₐ + 0.5 Yb

c. Kedua Dinding Masif

Jarak Bebas Minimum = (Yₐ + YB) x 0,5

2015 Teknologi Sistem Bangunan


9 Ir.Muji Indarwanto, MM. MT.
PusatBahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
d. Jika Nilai Jarak GSB – GSJ Kurang dari Y

Untuk ketinggian bangunan 4 lapis, Jarak Bebas minimum bidang terluar


Massa bangunan dengan GSJ = Yₐ

Untuk ketinggian bangunan 4 lapis, Jarak Bebas minimum bidang terluar Massa
bangunan dengan GSJ = Nilai GSB

2015 Teknologi Sistem Bangunan


10 Ir.Muji Indarwanto, MM. MT.
PusatBahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
e. Denah dari Lantai Dasar sampai Denah Lantai Tertinggi sama

2015 Teknologi Sistem Bangunan


11 Ir.Muji Indarwanto, MM. MT.
PusatBahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
Jika denah lantai dasar suatu bangunan sampai dengan denah lantai
tertinggi membentuk bidang vertical (yang lurus), maka Jarak Bebas
minimum dikurang sebesar 10% dari ketentuan (gambar 2.8)

f. Denah Bangunan Berbentuk U Atau H

2015 Teknologi Sistem Bangunan


12 Ir.Muji Indarwanto, MM. MT.
PusatBahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
Apabila suatu massa bangunan mempunyai denah berbentuk U atau H
( dengan lekukan ) dan bila kedalaman lekukan melebihi Y, maka
bangunan tersebut dianggap dua massa bangunan dan antara kedua
massa tersebut harus ada lebar minimum lekukan = Y (gambar 2.9)

Ketentuan lainnya adalah menyangkut jarak lantai ke lantai,sebagaimana terlihat


pada gambar 2.10

2015 Teknologi Sistem Bangunan


13 Ir.Muji Indarwanto, MM. MT.
PusatBahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
2.4 STANDAR PARKIR

Tempat parkir kendaraan merupakan fasilitas yang perlu disediakan oleh bangunan,
dan jika jumlah tempat parkir yang disediakan melebihi 20 kendaraan, maka harus
disediakan ruang duduk untuk istirahat sopir dengan ukuran minimal 2,00 x 3,00
meter.

Penataan halaman pakir harus mengupayakan adanya pohon peneduh, dan


perkerasan halaman parkir harus menggunakan bahan yang dapat meresap air.
( Instruksi Gubernur DKI Jakarta nomor 17 Tahun 1992 ).

Pengaturan parkir pada ruang terbuka Garis Sepadan Bangunan (GSB) dan (Garis
Sepadan Jalan (GSJ) bisa dilihat ditabel 2.6

Pintu keluar/masuk kedalam wilayah bangunan minimum berada 20 meter


dari tikungan dan jika tidak memenuhi persyaratan tersebut, letak pintu ditempatkan
pada ujung sisi muka (frontage) terjauh dari tikungan.

Untuk pakir di dalam bangunan, disyaratkan ruang bebas struktur (haed


room) untuk ruang parkir maksimal 2.20 meter.

Lantai untuk parkir tidak dihitung KLB ( maksimal 50% KLB, selebihnya
diperhitungkan 50%),dengan bangunan parkir pakir maksimal 150% KLB.

Setiap lantai parkir harus memiliki sarana transportasi dan/atau sirkulasi


vertilal untuk orang, berupa tangga. Tangga spiral dilarang digunakan, dan radius
pelayanan tangga adalah 25 meter untuk yang tidak dilengkapi dengan sprinkler
dan/atau 40 meter untuk yang dilengkapi dengan sprinkler.

2015 Teknologi Sistem Bangunan


14 Ir.Muji Indarwanto, MM. MT.
PusatBahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
Pada setiap lantai yang digunakan untuk parkir,yang luas lantainya mencapai
500 m² atau lebih, harus ada ramp naik dan ramp turun minimum masing – masing
dua unit. Lebar ramp harus satu arah minimum 3,00 meter. Untuk ramp dua arah,
harus ada pemisah dengan lebar minimum 50 cm, sehingga lebar minimum ramp
menjadi 6,50 meter. Kemiringan ramp lurus ditentukan maksimal 1 : 5 dengan ruang
bebas struktur dikanan dan dikiri sebesar 60 cm.

Jika menggunakan ramp spiral dua arah, maka jari – jari terpendek ditentukan
4,00 meter dengan lebar ramp 3,50 meter untuk setiap arah dengan pemisah
minimum 50 cm, sehingga lebar ramp minimum menjadi 7,50 meter. Bagi bangunan
parkir yang menggunakan ramp spiral, ketinggian bangunan tidak boleh melebihi 5
lapis.

Ramp dan tangga terbuka dihitung 50% (maksimal 10% KDB).

Ramp diluar bangunan minimum berjarak 60 cm dari pagar/batas daerah


perencanaan dan berjarak minimum 2,00 meter dari GSJ.

Perencanaan luas bangunan basement dan atau substruktur harus


sedemikian rupa sehingga dapat memenuhi batasan KDH yang
ditetapkan.Bangunan basement wajib memenuhi kentuan jarak minimum dari GSJ
dan atau pagar/batas daerah perencanaan.Ketentuan jumlah parkir yang perlu
disediakan dapat dilihat pada tabel 2.7 berikut ini.

2015 Teknologi Sistem Bangunan


15 Ir.Muji Indarwanto, MM. MT.
PusatBahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
2015 Teknologi Sistem Bangunan
16 Ir.Muji Indarwanto, MM. MT.
PusatBahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
Daftar Pustaka

Arnold C and Reitherman R., Building Configuration & Seismic Design, John Wiley &
Sons, New York, 1982.
Dadras, A.S., Mechanical System for Architect , Mc. Graw Hill, Inc New York, 1995.
Daniel L. Schodek, Structure, Prentice Hall, New Jersey
Haas, A. M., Precast Concrete Design and Apllication, Applied Science Publishers
London.
Hartono Purbo : “ Utilitas Bangunan “,Djambatan, Jakarta 1992.
Hart F and all, Multi Storey Buildings in Steel, Collins, London, 1985
Juwana, J. S., Sistem Bangunan Tinggi, Penerbit Erlangga, Jakarta, 2005
Kowalczyk R.M. and all, Structural Systems for Tall Buildings, McGraw-Hill Inc, New
York, 1992
Peurifoy R.L and Oberlender G.D., Formwork For Concrete Structures, McGraw-Hill Inc,
New York, 1996
Smith B. S. and Coull A, Tall Building Analysis and Design, John Wiley & Son Inc, New
York, 1991
Taranath B. S., Structural Analysis & Design of Tall Buildings, Mc Graw-Hill Book
Company, New York, 1988.
Thornton C and all, Exposed Structure in Building Design, McGraw-Hill Inc, New York,
1993
Wolfgang Schuller, High Rise Building Structures, John Wiley & sons, New York.

2015 Teknologi Sistem Bangunan


17 Ir.Muji Indarwanto, MM. MT.
PusatBahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id

Anda mungkin juga menyukai