Anda di halaman 1dari 37

RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH

PROVINSISULAWESI UTARA 2016-2021

BAB VII
KEBIJAKAN UMUM DAN PROGRAM PEMBANGUNAN DAERAH

7.1. KEBIJAKAN UMUM DAN PROGRAM PEMBANGUNAN NASIONAL


Dalam peraturan Presiden nomor 2 tahun 2015 tentang RPJMN 2015-
2019 disebutkan bahwa berdasarkan potensi dan keunggulan Wilayah
Sulawesi, maka tema besar Pembangunan Wilayah Sulawesi adalah:
1. Sebagai salah satu pintu gerbang Indonesia dalam perdagangan
internasional dan pintu gerbang Kawasan Timur Indonesia;
2. Pengembangan industri berbasis logistik;
3. Percepatan pembangunan ekonomi berbasis maritim (kelautan)
melalui pengembangan industri perikanan dan pariwisata bahari.

Adapun tujuan pengembangan Wilayah Sulawesi tahun 2015-2019 dalam


RPJMN tersebut adalah mendorong percepatan dan perluasan pembangunan
Wilayah Sulawesi dengan menekankan keunggulan dan potensi daerah,
melalui: (a) pengembangan industri berbasis logistik, jagung, perikanan,
serta pengembangan pariwisata bahari, (b) penyediaan infrastruktur wilayah,
(c) peningkatan SDM dan ilmu dan teknologi secara terus menerus. Sasaran
pengembangan Wilayah Sulawesi pada tahun 2015-2019 adalah sebagai
berikut:
1. Dalam rangka percepatan dan perluasan pengembangan ekonomi
Wilayah Sulawesi, akan dikembangkan pusat-pusat pertumbuhan
ekonomi di koridor ekonomi dengan memanfaatkan potensi dan
keunggulan daerah, termasuk diantaranya adalah pengembangan
3 Kawasan Ekonomi Khusus, 5 Kawasan Industri, dan pusat-
pusat pertumbuhan sebagai penggerak ekonomi daerah pinggiran
lainnya .
2. Sementara itu, untuk mengurangi adanya kesenjangan antar wilayah
di Sulawesi, maka akan dilakukan pembangunan daerah tertinggal
dengan sasaran sebanyak 14 Kabupaten tertinggal dapat terentaskan
dengan sasaran outcome: (a) meningkatkan rata-rata pertumbuhan
ekonomi di daerah tertinggal sebesar 8,65 persen; (b) menurunnya
persentase penduduk miskin di daerah tertinggal menjadi 11,81
persen; dan (c) meningkatnya Indeks Pembangunan Manusia (IPM) di
daerah tertinggal sebesar 72,69.
3. Untuk mendorong pertumbuhan pembangunan kawasan perkotaan di
Sulawesi, maka akan dipercepat pembangunan 1 Kawasan Perkotaan
Metropolitan, peningkatan efisiensi pengelolaan 1 Kawasan Perkotaan
Metropolitan yang sudah ada saat ini, mewujudkan optimalisasi peran
6 kota otonom berukuran sedang sebagai penyangga (buffer)
urbanisasi serta 2 kota baru publik yang mandiri dan terpadu.
4. Pembangunan desa dan kawasan perdesaan dengan sasaran
berkurangnya pengangguran dan meningkatkan keberdayaan
masyarakat di desa-desa tertinggal dan mendorong perekonomian
desa berbasis komoditas unggulan menuju desa mandiri.

BAB VII | KEBIJAKAN UMUM DAN PROGRAM PEMBANGUNAN DAERAH 1


RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH
PROVINSISULAWESI UTARA 2016-2021

5. Untuk meningkatkan keterkaitan desa-kota, dengan memperkuat


sedikitnya 9 pusat-pusat pertumbuhan sebagai Pusat Kegiatan
Wilayah (PKW) atau Pusat Kegiatan Lokal (PKL).
6. Untuk mewujudkan kawasan perbatasan sebagai halaman depan
negara yang berdaulat, berdaya saing, dan aman, maka akan
dikembangkan 2 Pusat Kegiatan Strategis Nasional (PKSN) sebagai
pusat pertumbuhan ekonomi kawasan perbatasan negara yang dapat
mendorong pengembangan kawasan sekitarnya.
7. Untuk mewujudkan pelaksanaan otonomi daerah sasaran
untuk wilayah Sulawesi adalah: (1) Meningkatnya proporsi
penerimaan pajak dan retribusi daerah sebesar 30% untuk
propinsi dan 10% untuk kabupaten/kota; (2) Meningkatnya proporsi
belanja modal dalam APBD propinsi sebesar 30% dan untuk
Kabupaten/Kota sebesar 27% pada tahun 2019 serta sumber
pembiayaan lainnya dalam APBD; (3) Meningkatnya jumlah daerah
yang mendapatkan opini wajar tanpa pengecualian (WTP) sebanyak 6
provinsi dan 48 kabupaten/kota di wilayah Sulawesi; (6)
Meningkatnya kualitas dan proporsi tingkat pendidikan aparatur
daerah untuk jenjang S1 sebesar 70% dan S2-S3 sebesar 10%;
Terlaksananya diklat kepemimpinan daerah serta diklat manajemen
pembangunan, kependudukan, dan keuangan daerah di seluruh
wilayah Sulawesi sebesar 90 angkatan; (9) Meningkatnya
implementasi pelaksanaan SPM di daerah, khususnya pada
pendidikan, kesehatan dan infrastruktur; (10) Meningkatnya
persentase jumlah PTSP sebesar 100%; (11) Meningkatnya persentase
jumlah perizinan terkait investasi yang dilimpahkan oleh kepala
daerah ke PTSP sebesar 70%; (13) Terlaksananya koordinasi pusat
dan daerah melalui peningkatan peran gubernur sebagai wakil
pemerintah; (14) terlaksananya sistem monitoring dan evaluasi dana
transfer secara on-line di wilayah Sulawesi.

8. Untuk Penanggulangan Bencana di Wilayah Sulawesi adalah


mengurangi indeks risiko bencana pada 24 kabupaten/kota sasaran
diantaranya Kota Manado, Kota Bitung, Kota Gorontalo, Kota
Makasar, Kota Palu, Kota Kendari, Kabupaten Gorontalo, Mamuju,
Polewali Mandar, Maros, Takalar, Gowa, Luwu Timur, Bantaeng, Sigi,
Donggala, Poso, Parigi Moutong, Morowali, Kolaka, Konawe, Minahasa
Utara, Minahasa Selatan, dan Kepulauan Sangihe yang memiliki
indeks risiko bencana tinggi, baik yang berfungsi sebagai PKN, PKSN,
PKW, KEK, Kawasan Industri maupun pusat pertumbuhan lainnya.

Sehubungan dengan sasaran tersebut, diharapkan pada akhir tahun 2019,


pembangunan Wilayah Sulawesi semakin meningkat. Hal ini dicerminkan
dengan makin meningkatnya kontribusi PDRB Wilayah Sulawesi
terhadap PDB Nasional, yaitu dari sekitar 4,8 persen (2013) menjadi 5,2
persen (2019). Dengan demikian, kondisi tersebut diharapkan dapat

BAB VII | KEBIJAKAN UMUM DAN PROGRAM PEMBANGUNAN DAERAH 2


RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH
PROVINSISULAWESI UTARA 2016-2021

meningkatkan kesejahteraan masyarakat di Wilayah Sulawesi. Secara


rinci target pertumbuhan ekonomi, tingkat kemiskinan dan
pengangguran dalam kurun waktu 2015-2019 di Wilayah Sulawesi yang
ditetapkan memlaui Peraturan Presiden Nomor 2 tahun 2015 tentang
RPJMN 2015-2019 dapat dilihat pada Tabel 7.1 sampai dengan Tabel 7.4.
sebagai berikut.

TABEL 7.1. SASARAN PERTUMBUHAN EKONOMI WILAYAH SULAWESI PER


PROVINSI TAHUN 2015-2019
Pertumbuhan Ekonomi (Persen)
Wilayah
2015 2016 2017 2018 2019
Sulawesi Utara 7.1 7.22 7.8 7.8 8.3
Gorontalo 6.7 7.2 8.4 8.6 8.9
Sulawesi Tengah 7.6 7.7 8.1 8.3 8.9
Sulawesi Selatan 7.4 7.4 8.3 9.1 9.1
Sulawesi Barat 8.1 9.8 10.1 10.2 10.4
Sulawesi Tenggara 7.8 8.0 8.2 10.1 10.3
Sumber: Perhitungan Bappenas, 2014
TABEL 7.2. SASARAN TINGKAT KEMISKINAN WILAYAH SULAWESI PER
PROVINSI TAHUN 2015-2019
Tingkat Kemiskinan (Persen)
Wilayah
2015 2016 2017 2018 2019
Sulawesi Utara 7.1 6.6 6.1 5.6 5.1
Gorontalo 15.9 14.7 14.1 12.4 11.2
Sulawesi Tengah 13.7 12.7 11.7 10.7 9.7
Sulawesi Selatan 9.1 8.5 7.9 7.2 6.6
Sulawesi Barat 10.2 9.4 8.7 7.9 7.1
Sulawesi Tenggara 13.5 12.4 11.4 10.4 9.3
Sumber: Perhitungan Bappenas, 2014
TABEL 7.3. SASARAN TINGKAT PENGANGGURAN WILAYAH SULAWESI PER
PROVINSI TAHUN 2015-2019
Tingkat Pengangguran (Persen)
Wilayah
2015 2016 2017 2018 2019
Sulawesi Utara 7.2 7.0 6.7 6.5 6.3
Gorontalo 4.0 3.8 3.7 3.5 3.4
Sulawesi Tengah 3.6 3.5 3.4 3.2 3.1
Sulawesi Selatan 5.6 5.4 5.2 5.0 4.4
Sulawesi Barat 2.0 1.9 1.9 1.9 1.8
Sulawesi Tenggara 3.7 3.5 3.4 3.2 3.0
Sumber: Perhitungan Bappenas, 2014

BAB VII | KEBIJAKAN UMUM DAN PROGRAM PEMBANGUNAN DAERAH 3


RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH
PROVINSISULAWESI UTARA 2016-2021

TABEL 7.4. KEGIATAN STRATEGIS JANGKA MENENGAH NASIONAL DI


PROVINSI SULAWESI UTARA DALAM PERPRES 2/2015 TENTANG RPJMN 2015-
2019 serta Program Kegiatan Lanjutan

Percepatan pembangunan infrastruktur tersebut di bawah ini


diprioritaskan untuk pengembangan wilayah Provinsi Sulawesi Utara

Kegiatan Strategis Jangka Menengah Nasional


PERKERETAAPIAN DIPERUNTUKKAN BAGI PENGANGKUTAN PENUMPANG
DAN BARANG
1. Pembangunan jalur KA antara Manado - Bitung *
PERHUBUNGAN DARAT
1. Pengembangan Sistem Transit dan Semi BRT Kota Manado

PERHUBUNGAN UDARA
1. Pengembangan Bandara Samratulangi
2. Pembangunan Bandara Sitaro
3. Pembangunan Bandara Miangas*
4. Pengembangan Bandar Udara Melonguane
5. Pengembangan Bandar Udara Naha Tahuna
PERHUBUNGAN LAUT
1. Pengembangan Pelabuhan (UPP) Tahuna
2. Pengembangan Pelabuhan Lirung
3. Pengembangan Pelabuhan Bitung (Pelabuhan hub) Internasional Bitung)*

4. Pembangunan infrastruktur penunjang eksport hasil perikanan Bitung

6. Pengembangan Pelabuhan Manado


7. Pengembangan Pelabuhan Multipurpose Tahuna
8. Pengembangan Pelabuhan Petta
9. Pengembangan Pelabuhan Multipurpose Melangoane
10. Pengembangan Pelabuhan Miangas
11. Pengembangan Pelabuhan Buhias
12. Pengembangan Pelabuhan Pehe
13. Pengembangan Pelabuhan Ruang
14. Pengembangan Pelabuhan Amurang
15. Pengembangan Pelabuhan Bangka
16. Pengembangan Pelabuhan Montehage
17. Pengembangan Pelabuhan Gangga
18. Pengembangan Pelabuhan Multipurpose Labuan Uki
19. Pengembangan Pelabuhan Kawio
20. Pengembangan Pelabuhan Marore
21. Pengembangan Pelabuhan Matutuang
22. Pengembangan Pelabuhan Kawaluso
23. Pengembangan Pelabuhan Tamako
24. Pengembangan Pelabuhan Lipang
25. Pengembangan Pelabuhan Bukide
26. Pengembangan Pelabuhan Kahakitang
27. Pengembangan Pelabuhan Kalama
28. Pengembangan Pelabuhan Ngalipaeng
29. Pengembangan Pelabuhan Mangarang
30. Pengembangan Pelabuhan Karatung
JALAN
1. Pembangunan Jalan Bypass Manado II (Kairagi- Bengkol)

BAB VII | KEBIJAKAN UMUM DAN PROGRAM PEMBANGUNAN DAERAH 4


RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH
PROVINSISULAWESI UTARA 2016-2021

2. Pembangunan Jalan Lingkar Pulau Karakelong (Esang-Rainis)


3. Pembangunan Jalan Lintas Penghubung (Pinogaluman-Duloduo-Molibagu)
4. Pembangunan Jalan Lingkar Pulau Sangihe (Enemawira-Tomako)
5. Pembangunan Jalan Tol Manado – Bitung
6. Pembangunan Jalan Tomohon - Manado
ASDP
1. Pengembangan Dermaga Penyeberangan Melonguane
2. Pengembangan Dermaga Penyeberangan Marampit
3. Pengembangan Dermaga Penyeberangan Miangas*
4. Pengembangan Dermaga Penyeberangan Likupang*
5. Kapal Penyeberangan Danau Tondano
6. Pengembangan Dermaga Penyeberangan Kawakuso
7. Pengembangan Dermaga Penyeberangan Talise
8. Pengembangan Dermaga Penyeberangan Manado Tua*
9. Pengembangan Dermaga Penyeberangan Siladen
10. Pemb. Terminal/Shelter Bis Air Pesisir Pantai Manado dan Sungai Tondano
11. Pengembangan Dermaga Penyeberangan Miangas
12. Penyeberangan RoRo ASEAN Bitung-General Santos
13. Pembangunan kapal penyeberangan 1000GT
14. Pembangunan kapal penyeberangan 750GT
15. Pembangunan kapal penyeberangan 200GT
16. Pembangunan Kapal Pembersih Alur Pelayaran
KETENAGALISTRIKAN
1. PLTG/MG Minahasa Peaker 150 MW
2. PLTG/MG Mobile PP Sulbagut (Amurang) 100 MW
3. PLTU Sulut 1 50 MW
4. PLTU Sulut 3 50 MW
5. Pengembangan jaringan transmisi dan distribusi
TELEKOMUNIKASI DAN INFROMATIKA
1. Pembangunan Serat Optik antar seluruh kabupaten/kota
2. Pengembangan transmisi penyiaran TVRI
SUMBER DAYA AIR
1. perkuatan Tebing dan Tanggul Banjir Sungai Tondano (Paket 1) Manado
2. perkuatan Tebing dan Tanggul Banjir Sungai Tondano (Paket 2) Manado
3. Pembangunan Sabo Dam Sungai Milangodaa Kab. Bolsel
4. Pengamanan Pantai Amurang (Lanjutan) Kab. Minahasa Selatan
5. Pembangunan Pengaman Pantai Pulau Miangas (Lanjutan) Kab. Kepulauan
Talaud
6. Pembangunan Bendungan Lolak Kab. Bolaang Mongondow
7. Pembangunan Bendungan Kuwil Kab. Minahasa Utara
8. Revitalisasi Danau Tondano Kab. Minahasa
PENDIDIKAN
1. Pengembangan STAKN Manado, STAIN Manado
2. Fasilitasi pembangunan rumah ibadah semua agama
3. Fasilitasi Sekber dan Operasional FKUB di provinsi dan kab/kota
4. Fasilitasi Badan Musyawarah Antar Gereja (BAMAG)
5. Fasilitasi sarana keagamaan
6. Pengembangan Pusat Pembinaan Agama (Bukit Doa)
7. Pengembangan wisata religi Bukit Kasih di Kab. Minahasa
KESEHATAN
1. Pengembangan RS Rujukan Regional (RS Noongan di Minahasa,
RS Popundayan Bolaang Mongondow, RS Liung Kendage Sangihe, RS
Walanda Maramis di Minahasa Utara)

BAB VII | KEBIJAKAN UMUM DAN PROGRAM PEMBANGUNAN DAERAH 5


RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH
PROVINSISULAWESI UTARA 2016-2021

Program dalam RPJMD 2016-2021 Provinsi Sulawesi Utara juga mendukug


kegiatan/program Strategis Nasional lanjutan yaitu diantaranya:

PROGRAM-KEGIATAN NASIONAL LANJUTAN DAN USULAN 2016-2021


PERHUBUNGAN LAUT
1. SID Fasilitas Pelabuhan Laut di Kawasan Ekonomi Khusus Bitung.
2. Pengadaan Kapal Perintis, Penambahan Armada Dan Penataan
Rute
PERHUBUNGAN DARAT
1. Pembangunan Trem Dalam Kota Manado
2. Lanjutan Pembangunan Angkutan Danau Tondano (Taxi air)
3. Pembangunan Angkutan Pesisir Laut Minahasa, Kota Manado,
Minahasa Utara dan Kota Bitung (Taxi air)
PERKERETAAPIAN DIPERUNTUKKAN BAGI PENGANGKUTAN
PENUMPANG DAN BARANG
1. Pembangunan jalur KA antara Manado - Gorontalo *
PERHUBUNGAN UDARA
1. Pembangunan Bandara di Bolaang Mongondow Raya
JALAN
1. Pembangunan Manado Outer Ring Road III (Winangun-Malalayang)
2. Pembangunan Jalan Boulevard II (Jembatan Soekarno-Tumumpa-
Molas)
3. Jalan Tol Manado-Bitung (Dalam kota Manado)
4. Jalan Lingkar Selatan (Bitung-Gorontalo)
5. Jalan Lingkar Danau Tondano
6. Pembangunan Manado Outer Ring Road IIB (Bengkol-Molas)
7. Jalan Manado-Bitung (penataan trotoar)
8. Jalan Tol Manado-Tomohon
9. Jalan lingkar Kota Kotamobagu
10. Jalan lingkar Amurang
11. Jalan lingkar Kota Tomohon
12. Jalan Lingkar Talaud
PARIWISATA
1. Revitalisasi objek wisata
2. Penambahan Destinasi Pariwisata Unggulan (antara lain desa
wisata, 15 destinasi unggulan, trans studio Manado)
3. Pelaksanaan event regular pariwisata minimal 20 event
nasional/internasional
4. Pengembangan Sumberdaya Manusia Kepariwisataan (Bimtek
dan Diklat Pemandu Wisata, Pelatihan Bahasa Inggris, bahasa
Mandarin untuk Sopir, pramuwisata)
5. Peningkatan dan Pemantapan Promosi Pariwisata (e-promosi)
6. Pengembangan Festival Budaya Khas Daerah
7. Penataan dan Pengembangan KSPN Bunaken dsk.
KESEHATAN
1. Pengembangan RS Noongan sebagai Rujukan Rehabilitasi
Penyalah Guna NARKOBA

BAB VII | KEBIJAKAN UMUM DAN PROGRAM PEMBANGUNAN DAERAH 6


RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH
PROVINSISULAWESI UTARA 2016-2021

PENGELOLAAN KAWASAN PERBATASAN


1. Repatriasi WNI Pelintas batas di Philipin Selatan
2. Peningkatan Fasilitas Pelayanan Kantor Imigrasi Pembantu
ESDM
1. Pembangunan SPBU dan SPBN di wilayah Perbatasan dan
Kepulauan
2. Program Indonesia Terang (100% desa berlistrik)
PENDIDIKAN
1. Pembangunan Kawasan pendidikan Wori dan Science Park
2. Pembangunan Sekolah Bagi Siswa berkebutuhan khusus
(Difable) untuk semua tingkatan
3. Bantuan beasiswa untuk siswa SMA sederajat dan Mahasiswa
S1, S2 dan S3
PEMUDA DAN OLAHRAGA
1. Pengembangan PUSTU olahraga di kawasan KONI dan
kompleks DPRD Provinsi di Kecamatan Sario Kota Manado
SOSIAL
1. Pembangunan Rumah Layak Huni sebanyak 5000 unit
tersebar di 15 kabupaten/kota
KETENAGAKERJAAN
1. Pengembagan Sarana dan Prasarana Balai Latihan Kerja di
Bitung, Kota Manado, Kota Tomohon, Kota Tahuna, Kota
Kotamobagu dan beberapa ibukota kabupaten lainnya.
2. Pengembangan sarana dan prasarana Laboratorium
Pengujian Mutu Hasil Perkebunan (antara lain Pala untuk
pengujian aflatoxin)
LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN
1. Penanaman 1 juta pohon di kawasan kritis dan sumber mata
air
2. Pembangunan TPA Regional
3. Pembangunan sarana dan prasarana persampahan (TPST)
4. Pemberian bantuan peralatan sampah ke kab-kota.
5. Pembangunan Kebun Binatang Endemik Provinsi
PERTANIAN, PERKEBUNAN DAN KETAHANAN PANGAN
1. Bantuan Saprodi (1 juta kelapa, cengkih dan pala)
2. Pembangunan Lumbung Pangan (1 kecamatan 1 lumbung)

BAB VII | KEBIJAKAN UMUM DAN PROGRAM PEMBANGUNAN DAERAH 7


RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH
PROVINSISULAWESI UTARA 2016-2021

7.2 KEBIJAKAN UMUM DAN PROGRAM PEMBANGUNAN DAERAH


SULAWESI UTARA

Berdasarkan Visi, Misi, Tujuan, Sasaran, Strategi dan Arah Kebijakan


pembangunan Sulawesi Utara, maka kebijakan umum dan Program
Pembangunan Daerah Provinsi Sulawesi Utara mengacu pada sasaran
pembangunan nasional dengan memperhitungkan kemampuan keuangan
daerah dan sumberdaya lainnya. Khusus untuk 17 prioritas pembangunan
daerah Provinsi Sulawesi Utara dapat dijelaskan sebagai berikut:

1) PENANGGULANGAN KEMISKINAN DAN PENGANGGURAN


(STRATEGI PENANGGULANGAN KEMISKINAN DAERAH – OPERASI
DAERAH SELESAIKAN KEMISKINAN (SPKD-ODSK)

Upaya percepatan penanggulangan kemiskinan daerah telah


menetapkan kebijakan penanggulangan kemiskinan yang melibatkan
berbagai pemangku kepentingan dengan tujuan untuk meningkatkan
kegiatan ekonomi dan kesejahteraan rakyat miskin. Pemerintah Provinsi
Sulawesi Utara dalam upaya ini telah menetapkan berbagai kebijakan yang
merupakan inovasi daerah adalah :
a. Jaminan Kesehatan bagi masyarakat miskin (KIS)
b. Pemberian Bea Siswa Miskin SD/MI, SLTP/MT, dan SMU/SMK
c. Bantuan Operasional Sekolah (BOSDA)
d. Peningkatan Infrastruktur Dasar di 15 Kabupaten/Kota
e. Penguatan dan Pengembangan Usaha Kecil Menengah Berbasis
Sumberdaya lokal dan Industri Kreatif
f. Pelatihan Tenaga Kerja Bidang Keahlian Khusus
g. Pembangunan Rumah Tinggal Layak Huni (RTLH) untuk 1000
rumah
h. Pemberian Transfer of Asset pada Rumah Tangga Miskin
Berbagai target dan prioritas yang dilakukan oleh Pemerintah daerah
untuk menanggulangi kemiskinan sesuai dengan RPJMD 2016 -2021 adalah
sebagai berikut :
1. Pelaksanaan wajib belajar pendidikan menengah 12 tahun.
2. Pengembangan dan peningkatan standar infrastruktur sekolah-sekolah,
serta pengembangan teknologi informasi pendidikan.
3. Pemberian beasiswa kepada anak-anak bertalenta dan berprestasi.
4. Peningkatan jumlah sarana dan mutu pendidikan nonformal, juga
perluasan dan peningkatan jumlah dan mutu pendidikan kejuruan dan
politeknik.
5. Perlakuan khusus bagi guru dan tenaga kependidikan lainnya di daerah
terpencil dan perbatasan, juga peningkatan dan perluasan akses
pendidikan yang berkualitas di daerah terpencil dan kawasan
perbatasan.
6. Penambahan dan pemeliharaan serta peningkatan fasilitas pendidikan
(formal dan informal), peningkatan jumlah dan mutu fasilitas
perpustakaan, juga pengembangan laboratorium penelitian terpadu.

BAB VII | KEBIJAKAN UMUM DAN PROGRAM PEMBANGUNAN DAERAH 8


RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH
PROVINSISULAWESI UTARA 2016-2021

7. Penerapan pendidikan budi pekerti sejak dini juga peningkatan


kemampuan berbahasa Inggris dan asing lainnya sejak SD/MI,
SMP/MTs, SMA/MA dan SMK.
8. Pengembangan teknologi informasi, juga perluasan dan peningkatan
jumlah dan mutu pendidikan kesehatan kejuruan dan politeknik.
9. Perlakuan khusus bagi perawat dan tenaga kesehatan lainnya di daerah
terpencil dan perbatasan, juga peningkatan kesejahteraan dokter dan
tenaga kesehatan.
10. Penambahan dan pemeliharaan serta peningkatan fasilitas kesehatan
(formal dan informal), juga peningkatan jumlah dan mutu fasilitas
laboratorium berstandar internasional serta peningkatan pelayanan
kesehatan berbasis SPM dengan standar biaya yang jelas.
11. Peningkatan Upaya Pelayanan Kesehatan Masyarakat Miskin Berupa
Opeasi Katarak Gratis untuk penduduk miskin, operasi sumbing,
pelayanan kesehatan gigi dan mulut, pemberian makanan tambahan
anak sekolah untuk siswa miskin, dan sebagainya
12. Pemberian bantuan beasiswa bagi siswa miskin.
13. Pembangunan rumah layak huni dan rusunawa bagi penduduk miskin
serta perbaikan kawasanperumahan/pemukiman di wilayah sangat
miskin.
14. Peningkatan promosi produk UMKM, pengembangan ekonomi kreatif
lokal, dan pemantapan serta optimalisasi fungsi kelembagaan Koperasi.
15. Pembangunan dan peningkatan jalan-jalan perkotaan dan pedesaan.
16. Pembangunan dan peningkatan akses jalan ke sentra-sentra produksi
pertanian, perkebunan, peternakan, dan perikanan.
17. Pembangunan dan peningkatan fasilitas pelayanan air bersih dan air
baku.
Program dan Kegiatan Prioritas sesuai dengan target dan prioritas
percepatan penanggulangan kemiskinan di Provinsi Sulawesi Utara adalah
sebagai berikut:

TABEL 7.5. KEGIATAN STRATEGIS SPKD - ODSK

NO BIDANG PRIORITAS PROGRAM KEGIATAN

DINAS KESEHATAN
1 KESEHATAN Upaya Kesehatan Peningkatan kesehatan
MASYARAKAT Masyarakat masyarakat miskin
Peningkatan pelayanan dan
penanggulangan masalah
kesehatan pada rumah
tangga miskin
Pemeriksaan laboratorium
untuk masyarakat miskin.
Pencegahan dan Pelayanan vaksinasi bagi
Penanggulangan balita dan anak sekolah
Penyakit Menular masyarakat miskin
Pelayanan pencegahan dan
penanggulangan penyakit
menular pada masyarakat

BAB VII | KEBIJAKAN UMUM DAN PROGRAM PEMBANGUNAN DAERAH 9


RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH
PROVINSISULAWESI UTARA 2016-2021

miskin

Pelayanan imunisasi pada


orang dewasa dalam rumah
tangga miskin
2 GIZI MASYARAKAT Perbaikan Gizi Pemberian tambahan
Masyarakat makanan dan vitamin pada
masyarakat miskin
Promosi kesehatan bagi
masyarakat miskin untuk
pencapaian keluarga sadar
gizi
3 LINGKUNGAN SEHAT Pengembangan Penyuluhan menciptakan
Lingkungan Sehat lingkungan sehat di daerah
kumuh
4 PELAYANAN Standarisasi Pelayanan Peningkatan pelayanan dan
KESEHATAN Kesehatan penanganan kesehatan pada
rumahtangga miskin dan
tidak mampu
Workshop penyusunan
dokumen akreditasi
Puskesmas.
Pelayanan Kesehatan Penanggulangan ISPA
Penduduk Miskin penduduk miskin
Penanggulangan penyakit
cacingan rumah tangga
miskin
Pelayanan kesehatan akibat
gizi buruk/ busung lapar
Promosi kesehatan untuk
PHBS (Perilaku Hidup Bersih
dan Sehat)
Penjaminan kepastian
pelayanan kesehatan
masyarakat miskin
Kemitraan peningkatan Kemitraan peningkatan
pelayanan kesehatan kualitas dokter dan
paramedic di daerah
pinggiran dan perbatasan
Kemitraan pengobatan
lanjutan bagi pasien rujukan
yang tidak mampu dan
miskin
Kemitraan pengobatan bagi
pasien kurang mampu dan
miskin
Peningkatan pelayanan Penanganan kesehatan
kesehatan anak dan mental anak kurang mampu
balita dan miskin
Peningkatan Penanganan permasalahan
keselamatan ibu kesehatan ibu, bayi, bayi
melahirkan dan anak baru lahir, anak balita dan
kesehatan reproduksi
masyarakat miskin

BAB VII | KEBIJAKAN UMUM DAN PROGRAM PEMBANGUNAN DAERAH 10


RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH
PROVINSISULAWESI UTARA 2016-2021

Peningkatan kualitas
pelayanan kesehatan ibu dan
anak rumahtangga miskin
Penanganan ibu hamil dan
bayi di kab/kota yang tingkat
AKI dan AKB tinggi.
DINAS PERHUBUNGAN
1 SARANA DAN Pembangunan sarana Peningkatan kualitas
PRASARANA dan prasarana angkutan jalan di wilayah
perhubungan sangat miskin
DINAS PERIKANAN DAN KELAUTAN
1 PENGELOLAAN Pengembangan Bantuan asuransi jiwa,
SUMBERDAYA Perikanan Tangkap sertifikat hak atas tanah
PERIKANAN nelayan
Pengelolaan Perikanan Bantuan benih dan pakan
Budidaya pakan ikan bagi masyarakat
miskin
2. PEMBERDAYAAN Pemberdayaan ekonomi Bantuan sarana dan
EKONOMI masyarakat perikanan peralatan perikanan
miskin masyarakat miskin di daerah
pesisir dan kepulauan
Bantuan budidaya rumput
laut sebagai mata
pencaharian alternatif
Pembinaaan perempuan
pesisir untuk menopang
peningkatan pendapatan
keluarga
Peningkatan ketrampilan
kelompok masyarakat pesisir
DINAS SOSIAL
1 PEMBERDAYAAN Pemberdayaan Fakir Pengadaan sarana dan
Miskin dan KAT prasarana untuk Fakir
Miskin dan KAT
Pelatihan ketrampilan
berusaha bagi fakir miskin
dan KAT
Fasilitas manajemen usaha
bagi fakir miskin dan KAT
2 PEMBINAAN Pembinaan anak Pelatihan ketrampilan dan
terlantar praktek belajar kerja bagi
anak terlantar
Pengembangan bakat dan
ketrampilan anak terlantar

Pembinaan para Pendidikan dan pelatihan


penyandang cacat dan bagi penyandang cacat dan
trauma eks trauma masyarakat
miskin
Pemberian makanan bagi eks
penyandang penyakit kusta
miskin
Pembinaan panti Perbaikan sarana dan
asuhan/ panti jompo prasarana panti jompo
Pendidikan dan pelatihan

BAB VII | KEBIJAKAN UMUM DAN PROGRAM PEMBANGUNAN DAERAH 11


RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH
PROVINSISULAWESI UTARA 2016-2021

bagi penghuni panti asuhan


Pengadaan obat-obatan dan
perbekalan bagi lanjut usia
Pembinaan eks Pendidikan dan pelatihan
penyandang penyakit ketrampilan berusaha bagi
sosial eks penyandang penyakit
sosial masyarakat miskin
Rehabilitasi eks penyandang
penyakit sosial masyarakat
miskin
3. PERUMAHAN Pengembangan Pembangunan sarana dan
perumahan prasarana rumah sederhana
sehat untuk masyarakat
miskin
Pembangunan RTLH untuk
masyarakat miskin
Lingkungan sehat Penyediaan sarana air dan
perumahan sanitasi dasar terutama bagi
masyarakat miskin
Penyuluhan dan pengawasan
kualitas lingkungan sehat
perumahan di lingkungan
kumu
BADAN PEMBERDAYAAN MASYARAKAT DAN PEMERINTAH DESA
1 PEMBERDAYAAN Peningkatan Fasilitasi penanggulangan
MASYARAKAT pemberdayaan kemiskinan melalui kelompok
masyarakat desa program pemberdayaan
masyarakat
Pelatihan TTG bagi kelompok
masyarakat pantai dan
pesisir
Pengembangan Usaha Pengembangan usaha
Ekonomi produktif ekonomi produktif
masyarakat tertinggal masyarakat tertinggal dan
masyarakat miskin
Pelatihan ketrampilan usaha
industri kerajinan pedesaan
Bina Desa Pelatihan manajemen
Bumdes
DINAS KEHUTANAN
1 PEMBERDAYAAN Pemberdayaan Fasilitasi penataan areal
MASYARAKAT Masyarakat Miskin kerja hutan kemasyarakatan
dalam Kawasan Hutan
DINAS KOPERASI DAN UMKM
1 PENGEMBANGAN Pengembangan Pengembangan
USAHA kewirausahaan dan kewirausahaan dan
keunggulan kompetitif keunggulan kompetitif UKM
UKM
Fasilitasi peningkatan
kemitraan usaha bagi UMKM
Pengembangan Sistem Pengembangan sarana
Pendukung Usaha Bagi pemasaran produk UMKM
UMKM

BAB VII | KEBIJAKAN UMUM DAN PROGRAM PEMBANGUNAN DAERAH 12


RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH
PROVINSISULAWESI UTARA 2016-2021

Penyelenggaraan pembinaan
industri rumahtangga,
industri kecil dan industri
menengah

Penyelenggaraan promosi
produk UMKM
DINAS TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI
1 PRODUKTIVITAS Peningkatan Kualitas Pendidikan dan pelatihan
TENAGA KERJA dan Produktivitas ketrampilan bagi pencari
Tenaga Kerja kerja masyarakat miskin
Pelatihan berbasis
kompetensi pada tenaga kerja
miskin
Pelatihan berbasis
kemasyarakatan pada tenaga
kerja miskin
Pelatihan kewirausaan pada
tenaga kerja miskin

Peningkatan Penempatan tenaga kerja


Kesempatan Kerja miskin antar kerja lokal (AKL)
DINAS PENDIDIKAN NASIONAL
1 PENDIDIKAN USIA PAUDNI Formal dan Non Sosialisasi dan Akreditasi
DINI Formal PAUD
2 PENDIDIKAN Wajib belajar dua belas Sinkronisasi penyelenggaraan
MENENGAH tahun pendidikan khusus layanan
khusus siswa miskin
Bantuan Operasi Siswa
Daerah (BOSDA)
Penyediaan beasiswa retrieval
untuk anak miskin putus
sekolah
Penyediaan beasiswa transisi

Peningkatan Pendidikan Pembangunan gedung


Menengah Siswa Miskin sekolah di daerah pinggiran
dan perbatasan
Pembangunan asrama siswa
di wilayah kabupaten
kepulauan
Pengembangan afirmatif
layanan pendidikan
menengah
Penyediaan beasiswa retrieval
untuk anak putus sekolah
Penjaminan kepastian
layanan pendidikan siswa
miskin
3. PENDIDIKAN NON Pendidikan Non Formal Pemberian bantuan
FORMAL operasional siswa kesetaraan
rumahtangga miskin
Penyediaan sarana dan
prasarana pendidikan non
formal di daerah pinggiran

BAB VII | KEBIJAKAN UMUM DAN PROGRAM PEMBANGUNAN DAERAH 13


RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH
PROVINSISULAWESI UTARA 2016-2021

dan perbatasan

Peningkatan pelatihan dan


ketrampilan rumahtangga
miskin

4. PENDIDIKAN LUAR Pendidkan Luar Biasa


Pembangunan gedung
BIASA sekolah
Penyediaan beasiswa retrieval
untuk anak putus sekolah
pada rumahtangga miskin
Penjaminan kepastian
layanan pendidikan pada
masyarakat miskin
Penyediaan beasiswa bagi
siswa keluarga tidak mampu/
miskin
5. PENDIDIK DAN Peningkatan Mutu Pengembangan mutu dan
TENAGA Pendidik & Tenaga kualitas pendidikan dan
KEPENDIDIKAN Kependidikan pelatihan bagi pendidik dan
tenaga kependidikan di
daerah
Pemberian beasiswa
pendidikan lanjut bagi guru
6. BUDAYA BACA Pengembangan Budaya Penyediaan bantuan
Baca dan Pembinaaan pengembangan perpustakaan
Perpustakaan dan minat baca
Penyediaan bahan pustaka di
perpustakaan sekolah
7. PELAYANAN Manajemen Pelayanan Dukungan penyelenggaraan
PENDIDIKAN Pendidikan akreditasi sekolah
Pengembangan data base
pendidikan di sekolah
BADAN PENANGGULANGAN BENCANA

1. PENANGGULANGAN Pembangunan Sarana


BENCANA dan Prasarana Sosial
Pengkajian Darurat
Bencana
Penentuan Status
Bencana
Penyelamatan dan
Evakuasi
Pemulihan Darurat
Sarana dan Prasarana
Vital

Upaya percepatan penanggulangan kemiskinan daerah telah


menetapkan kebijakan penanggulangan kemiskinan untuk menentukan
daerah/wilayah target dan program prioritas. Hal ini akan disinkronisasi
dan diintegrasi sampai ke level kabupaten/ kota serta berbagai pemangku
kepentingan dengan tujuan untuk meningkatkan kegiatan ekonomi dan
kesejahteraan rakyat miskin.

BAB VII | KEBIJAKAN UMUM DAN PROGRAM PEMBANGUNAN DAERAH 14


RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH
PROVINSISULAWESI UTARA 2016-2021

Berbagai target dan prioritas yang dilakukan oleh Pemerintah daerah


untuk menanggulangi kemiskinan sesuai dengan RPJMD 2016 -2021 yaitu
berkurangnya jumlah penduduk miskin sebesar 40 % sampai pada tahun
2021. Pemerintah provinsi telah menetapkan simulasi pencapaian
penurunan jumlah penduduk miskin yang di ikuti dengan kesepakan dari
kabupaten dan kota untuk menopang usaha tersebut.
Tabel 7.6. Simulasi Penurunan Jumlah Penduduk Miskin
di Provinsi Sulawesi Utara
URAIAN Pddk Miskin 2016 2017 2018 2019 2020 2021

SULUT 217,150 206,293 195,435 182,406 169,377 152,005 130,290

Individu 10,858 10,858 13,029 13,029 17,372 21,715

Rumahtangga 2,714 2,714 3,257 3,257 4,343 5,429


Sumber : Data diolah

Basis Data Terpadu yang dikeluarkan oleh TNP2K dan kemudian di


verifikasi oleh kementrian sosial menjadi target utama masarakat miskin
yang akan menerima berbagai program prioritas penanggulangan
kemiskinan. Hal ini akan menjadi sumber analisa penganggaran yang tepat
guna sesuai dengan target yang ingin dicapai. Program Prioritas sesuai
dengan target dan prioritas percepatan penanggulangan kemiskinan di
Provinsi Sulawesi Utara adalah sebagai berikut :

1. Pendekatan 1 : Berdasarkan jumlah penduduk miskin


Sesuai dengan hasil kesepakatan kebijakan pemerintah provinsi dalam
program ODSK yang ditandatangani di Hotel Sutan Raja Kota
Kotamobagu dihadiri oleh pimpinan daerah kabupaten/kota. Program
prioritas untuk mempercepat penanggulangan kemiskinan di ketiga
kabupaten dengan prosentase penduduk miskin terbesar adalah :
a. Program Jaminan pelayanan pendidikan
b. Program Jaminan pelayanan kesehatan
c. Program Pembangunan rumah tinggal layak huni khusus di
perdesaan dan rumah susun untuk di perkotaan.

2. Pendekatan 2 : Berdasarkan indikator sosial ekonomi


 Kepala rumahtangga miskin perempuan
Untuk menjaga kinerja perempuan sebagai sumber pendapatan
keluarga, perlu adanya perhatian pemerintah khususnya BP3A .
Beberapa program prioritas :
a. Program kesetaraan gender dan pemberdayaan perempuan
b. Program perlindungan hak perempuan
c. Program pengembangan pelayanan terpadu pemberdayaan
perempuan.
 Penduduk miskin usia di atas 60 tahun
Usia lansia dalam rumahtangga yang umumnya sudah tidak produktif
tentunya menjadi tanggungan keluarga. Untuk itu agar tidak lebih

BAB VII | KEBIJAKAN UMUM DAN PROGRAM PEMBANGUNAN DAERAH 15


RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH
PROVINSISULAWESI UTARA 2016-2021

membebani rumah tangga miskin perlu adanya penanganan khusus


dari dinas sosial. Beberapa program prioritas yang dapat menopang
para lansia :
a. Program jaminan dan bantuan kesejahteraan sosial bagi lansia
b. Program pelayanan dan rehabilitasi kesejahteraan sosial bagi
lansia.
c. Program pemberdayaan keluarga dan KAT.
 Jumlah anak dari keluarga miskin yang tidak bersekolah
Pentingnya pendidikan dalam mengangkat rumahtangga miskin
keluar dari masalah kemiskinan dalam jangka panjang. Pendidikan
merupakan investasi untuk bisa menjadi tenaga kerja terampil atau
ahli. Kualitas dan kinerja tenaga kerja berbanding lurus dengan
pendapatan/ gaji/ upah yang akan diterima.
Berbagai upaya pemerintah daerah untuk meningkatkan bidang
pendidikan lewat program-program prioritas seperti :
a. Program wajib belajar dua belas tahun.
b. Program pendidikan menengah siswa miskin
c. Program manajemen pelayanan pendidikan
d. Program pendidikan non formal.
 Jumlah anak dari keluarga miskin yang bersekolah.
Jaminan pendidikan untuk siswa miskin akan memberi peluang bagi
mereka untuk giat belajar dan menunjukkan prestasi akademik di
sekolah. Bahkan pemerintah harus mampu menstimulus mereka
untuk terus sekolah bahkan melanjutkan sekolahnya ke jenjang yang
lebih tinggi. Berbagai upaya pemerintah daerah untuk meningkatkan
bidang pendidikan lewat program-program prioritas seperti :
a. Program wajib belajar dua belas tahun.
b. Program pendidikan menengah siswa miskin
c. Program manajemen pelayanan pendidikan
d. Program pendidikan non formal.
 Jumlah orang cacat dari keluarga miskin
Ketidakberdayaan seseorang tentunya menjadi beban keluarga,
apalagi pada rumahtangga yang masih berada di bawah garis
kemiskinan. Peran pemerintah lewat dinas sosial diharapkan mampu
memberikan solusi bagi rumahtangga miskin agar tidak semakin
terpuruk di bawah garis kemiskinan karena ketidakberdayaan
anggota rumahtangga yang ada. Program prioritas di dinas sosial
untuk mengatasi masalah ini adalah :
a. Program jaminan dan bantuan kesejahteraan sosial bagi PMKS.
b. Program pemberdayaan keluarga miskin dan KAT.
c. Program pelayanan dan rehabilitasi kesejahteraan sosial bagi
PMKS.
d. Program pembinaan penyandang cacat.
 Jumlah orang yang sakit kronis dari keluarga miskin
Bidang kesehatan sebagai salah satu bagian penting dalam
percepatan penangulangan kemiskinan membuat eksistensi Dinas
Kesehatan menjadi salah satu SKPD target. Walaupun dampak
kesehatan umumnya tidak langsung dan membutuhkan proses yang

BAB VII | KEBIJAKAN UMUM DAN PROGRAM PEMBANGUNAN DAERAH 16


RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH
PROVINSISULAWESI UTARA 2016-2021

tidak cepat, masalah kemiskinan dalam jangka menengah dan


panjang akan mampu teratasi. Untuk dapat bekerja dan beraktivitas
dalam meningkatkan pendapatan keluarga perlu kondisi kesehatan
yang menopang kinerja usaha. Program prioritas untuk mengatasi
masalah ini terdapat di Dinas Kesehatan, diantaranya :
a. Program Pencegahan penyakit menular
b. Program Pelayanan kesehatan penduduk miskin
c. Program kemitraan peningkatan pelayanan kesehatan
d. Program standarisasi pelayanan kesehatan
 Jumlah individu usia 15 sampai > 60 tahun dari keluarga miskin yang
tidak bekerja.
Usia kerja dan tidak bekerja atau disebut juga pengangguran
merupakan masalah penting dalam suatu perekonomian. Jika kondisi
ini dialami oleh rumahtangga yang hidup di bawah garis kemiskinan
akan memberi dampak pada kejahatan sosial di masyarakat. Untuk
mengatasi ini menjadi tanggungjawab beberapa SKPD terkait seperti
Dinas pendidikan, Dinas tenaga kerja dan transmigrasi, dinas
koperasi dan UMKM dan dinas sosial. Perlu ada identifikasi pasar
kerja sehingga angkatan kerja yang sedang mencari kerja dapat
terserap. Beberapa program prioritas yang dapat dilakukan oleh
pemerintah daerah, diantaranya :
a. Program peningkatan kesempatan kerja
b. Program pengembangan system pendukung usaha bagi UMKM.
c. Program peningkatan kualitas dan produktivitas tenaga kerja
d. Program pendidikan non formal.

 Jumlah individu usia 18 sampai 60 tahun dari keluarga miskin yang


bekerja
Kondisi ini menunjukkan bahwa mereka yang sudah bekerja perlu
peningkatan produktivitas untuk bisa meningkatkan kualitas yang
selanjutnya dapat meningkatkan pendapatan/ upah/ gaji. Beberapa
program prioritas yang dapat dilakukan :
a. Program perlindungan dan pengembangan lembaga
ketenagakerjaan.
b. Program pengembangan system pendukung usaha bagi UMKM.
c. Program peningkatan kualitas dan produktivitas tenaga kerja.
d. Program pendidikan non formal.

 Jumlah rumahtangga miskin yang belum memiliki bangunan tempat


tinggal milik sendiri.
Sebagai salah satu kebutuhan dasar manusia adalah pemenuhan
papan atau perumahan yang layak. Khusus pembangunan
perumahan di perkotaan adalah dengan membangun rumah susun
sedangkan pembangunan RTLH hanya untuk di perdesaan. Saat ini
program prioritas yang ditetapkan :
a. Program Pembangunan Rumah Tinggal Layak Huni
b. Program Pengembangan perumahan

BAB VII | KEBIJAKAN UMUM DAN PROGRAM PEMBANGUNAN DAERAH 17


RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH
PROVINSISULAWESI UTARA 2016-2021

 Jumlah rumahtangga miskin yang belum memiliki akses air


bersih/air dari sumber yag terlindungi
Bagian infrastruktur pelayanan dasar salah satunya adalah
tersedianya air bersih yang bisa di akses oleh masyarakat untuk
memenuhi aktivitas sehari-hari. Kabupaten kota yang terbanyak
belum memiliki akses air bersih bagi rumahtangga miskin, harus
memprioritaskan programnya pada :
a. Program pembangunan rumah tinggal layak buni
b. Program pengembangan lingkungan sehat
c. Program pengembangan perumahan.
d. Program lingkungan sehat perumahan.
 Jumlah rumahtangga miskin yang belum memiliki akses listrik dari
PLN
Pemenuhan akses listrik dari PLN juga merupakan bagian pelayanan
infrastruktur dasar, karena berbagai aktivitas ekonomi keluarga
sehari-hari sangat membutuhkan listrik. Berbagai program prioritas
terkait masalah ini adalah :
a. Program pembangunan rumah tinggal layak huni.
b. Program pengembangan ketenagalistrikan.
c. Program pengembangan perumahan.
d. Program peningkatan sarana dan prasarana perumahan.
 Jumlah rumahtangga miskin yang belum memiliki akses bahan bakar
memasak.
Saat ini gas/LPG/listrik merupakan pilihan bahan bakar memasak
bagi keluarga sehari-harinya. Dan ini menunjang aktivitas-aktivitas
lainnya dalam pemenuhan peningkatan pendapatan keluarga keluar
dari garis kemiskinan. Berbagai program prioritas yang sudah di
tetapkan pemerintah berhubungan dengan indikator ini adalah :
a. Program pembangunan rumah tinggal layak huni.
b. Program pengembangan perumahan.
c. Program peningkatan sarana dan prasarana perumahan.

Berdasarkan data Badan Pusat Statistik Sulawesi Utara Tahun 2015,


ada 3 (tiga) Kabupaten dengan tingkat kemiskinan tertinggi, yaitu
Kabupaten Minahasa Tenggara, Kabupaten Bolaang Mongondow Selatan dan
Kabupaten Kepulauan Sangihe. Penentuan daerah termiskin ini dilakukan
dengan analisa pendapatan dan pengeluaran penduduk Kabupaten/Kota.
Dengan demikian maka ditentukan wilayah prioritas penanggulangan
kemiskinan di Provinsi Sulawesi Utara adalah :
1. Kabupaten Minahasa Tenggara
2. Kabupaten Bolaang Mongondow Selatan
3. Kabupaten Kepulauan Sangihe
Berdasarkan data agregat Tim Nasional Percepatan Penanggulangan
Kemiskinan (TNP2K) maka dilakukan pemetaan terhadap 15 Kabupaten dan
Kota yang ada di Provinsi Sulawesi Utara berdasarkan variable kemiskinan,
sebagai berikut jumlah anak dari keluarga miskin yang tidak bersekolah
paling banyak berada di :
1. Kota Manado : 4164 Anak

BAB VII | KEBIJAKAN UMUM DAN PROGRAM PEMBANGUNAN DAERAH 18


RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH
PROVINSISULAWESI UTARA 2016-2021

2. Kabupaten Minahasa : 3960 Anak


3. Kabupaten Minahasa Selatan : 3954 Anak
Kabupaten/Kota dengan jumlah anak dari keluarga miskin yang bersekolah
sebagai berikut :
1. Kabupaten Bolaang Mongondow : 26.488 Anak
2. Kabupaten Minahasa Selatan : 23.333 Anak
3. Kota Manado : 23.134 Anak
Kabupaten/Kota yang memiliki jumlah orang cacat miskin terbanyak adalah
:
1. Kabupaten Minahasa : 1.382 orang
2. Kabupaten Bolaang Mongondow : 1.170 orang
3. Kabupaten Minahasa Selatan : 1.082 orang
Kabupaten yang memiliki orang sakit kronis miskin terbanyak berada di :
1. Kabupaten Minahasa : 4.463 orang
2. Kabupaten Bolaang Mongondow : 4.347 orang
3. Kabupaten Minahasa Selatan : 3.946 orang

Perlambatan penurunan tingkat kemiskinan dijelaskan oleh paling


tidak dua hal. Pertama, pada tingkat kemiskinan yang relatif lebih rendah,
kemiskinan secara natural akan turun lebih lambat dibandingkan dengan
pada saat tingkat kemiskinan tinggi—misalnya pada kisaran 30–40
persen. Kedua, kemiskinan pada tingkat yang relatif rendah juga ditengarai
telah mulai menyentuh kemiskinan kronis yang penanganannya lebih
kompleks dan membutuhkan waktu yang lebih lama.
Ketimpangan pembangunan sebagai salahsatu pemicu kemiskinan
sesungguhnya sudah ada sejak awal kehidupan. Adapun pendorong utama
ketimpangan antara lain: Ketimpangan dalam hal peluang dan akses
pelayanan dasar (Pendidikan; Kesehatan; Infrastruktur Dasar seperti Air
Bersih, Sanitasi, dan Listrik). Ketimpangan kualitas pekerjaan, bagi mereka
yang terampil memperoleh penghasilan yang tinggi, sementara bagi yang
kurang terampil akan terjebak dalam pekerjaan dengan produktivitas dan
upah rendah. Ketimpangan perlindungan guncangan (ekonomi, kesehatan
dan bencana alam) karena tidak semua memiliki perlindungan dan jaminan
sosial. Untuk mengatasinya diperlukan strategi untuk mengurangi
kemiskinan dan kesenjangan dengan cara meningkatkan pendapatan
kelompok kurang mampu, mengurangi biaya hidup melalui upaya
perlindungan sosial yang tepat sasaran dan tepat mekanisme penyaluran
(Jaminan Kesehatan, Bantuan Pendidikan, Program Keluarga Harapan dan
Bantuan Pangan).
Hal penting lainnya untuk mengurai ketimpangan dan kemiskinan
adalah dengan cara meningkatkan pertumbuhan ekonomi berkualitas
(Inclusive Growth), melalui sistem perpajakan yang adil dan efektif,
mendorong produktivitas UMKM melalui peningkatan akses pada KUR dan
bantuan usaha lain, mendorong iklim usaha yang kondusif, mendorong
industri manufaktur padat perkerja dan meningkatkan konektivitas ekonomi
(infrastruktur) serta mendorong pembangunan perdesaan juga sektor
pertanian. Selain itu perlu komitmen yang kuat dan langkah kongret dari
Pemerintah untuk mengurai ketimpangan dan kemiskinan demi

BAB VII | KEBIJAKAN UMUM DAN PROGRAM PEMBANGUNAN DAERAH 19


RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH
PROVINSISULAWESI UTARA 2016-2021

mewujudkan masyarakat Indonesia yang sejahtera dan makmur. Untuk itu


ada 4 area utama yang penting bagi pemerintah dalam menangani
ketimpangan saat ini dan dimasa depan, yaitu: memperbaiki pelayanan (local
service delivery), pekerjaan yang lebih baik dan pelatihan keterampilan,
perlindungan terhadap guncangan, serta kebijakan fiskal yang tepat.
Selain itu upaya yang dilakukan dalam bidang ini juga mencakup
kegiatan dalam rangka meningkatkan peran dan kapasitas pemerintah,
pemerintah daerah dan pemerintah desa dalam memajukan ekonomi
masyarakat miskin dan rentan berbasis karakteristik desa; Meningkatkan
kapasitas masyarakat miskin dan rentan dalam pengembangan usaha
berbasis lokal melalui fasilitasi, pelatihan, pendampingan serta
memberikan dukungan bagi masyarakat miskin dan rentan melalui
penyediaan lapangan usaha, dana bergulir, dan jaminan sosial bagi
masyarakat desa.

2) PEMBANGUNAN PENDIDIKAN

Adapun sasaran yang ingin dicapai adalah meningkatnya angka partisipasi


pendidikan dasar dan menengah, yaitu:

Pendidikan Dasar satuan Target awal Target


Akhir
II. Pendidikan Menengah RPJMD
Angka Partisipasi Murni % 55,3 67,5
SMA/MA/SMK

Angka Partisipasi Kasar


SMA/MA/SMK/Paket C % 79,2 91,6

III. Pendidikan Anak Usia Dini


Angka Partisipasi PAUD % 66,8 77,2
IV. Pendidikan Tinggi
Angka Partisipasi Kasar PT % 28,5 36,7

Disamping itu, sasaran lain yang ingin dicapai adalah meningkatnya angka
keberlanjutan pendidikan yang ditandai dengan menurunnya angka
putus sekolah dan meningkatnya angka melanjutkan, Menurunnya
kesenjangan partisipasi pendidikan antar kelompok masyarakat, terutama
antara penduduk kaya dan penduduk miskin, antara penduduk laki-laki
dan penduduk perempuan, antara wilayah perkotaan dan perdesaan, dan
antardaerah, Meningkatnya kesiapan siswa pendidikan menengah
untuk memasuki pasar kerja atau melanjutkan ke jenjang pendidikan
tinggi.

BAB VII | KEBIJAKAN UMUM DAN PROGRAM PEMBANGUNAN DAERAH 20


RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH
PROVINSISULAWESI UTARA 2016-2021

3) PEMBANGUNAN KESEHATAN
Kebijakan pembangunan kesehatan pemerintah Provinsi Sulawesi
Utara difokuskan pada penanganan isu prioritas dibawah ini.

a) Upaya Kesehatan Kesehatan Ibu dan Anak. Angka Kematian Ibu


sudah mengalami penurunan, namun masih jauh dari target SDGs
tahun 2030, meskipun jumlah persalinan yang ditolong oleh tenaga
kesehatan mengalami peningkatan. Kondisi ini kemungkinan
disebabkan oleh antara lain kualitas pelayanan kesehatan ibu yang
belum memadai, kondisi ibu hamil yang tidak sehat dan faktor
determinan lainnya. Penyebab utama kematian ibu yaitu hipertensi
dalam kehamilan dan perdarahan post partum. Penyebab ini dapat
diminimalisir apabila kualitas Antenatal Care dilaksanakan dengan
baik. Beberapa keadaan yang dapat menyebabkan kondisi ibu hamil
tidak sehat antara lain adalah penanganan komplikasi, anemia, ibu
hamil yang menderita diabetes, hipertensi, malaria, dan empat terlalu
(terlalu muda <20 tahun, terlalu tua >35 tahun, terlalu dekat jaraknya
2 tahun dan terlalu banyak anaknya > 3tahun). Sebanyak …..
perempuan dibawah usia 20 tahun telah melahirkan, sementara
perempuan yang melahirkan usia di atas 40 tahun sebanyak ……
Hal ini diperkuat oleh data yang menunjukkan masih adanya umur
perkawinan pertama pada usia yang amat muda (<20 tahun) sebanyak
28,7% dari semua perempuan yang telah kawin. Potensi dan tantangan
dalam penurunan kematian ibu dan anak adalah jumlah tenaga
kesehatan yang menangani kesehatan ibu khususnya bidan sudah
relatif tersebar ke seluruh wilayah Sulawesi Utara, namun kompetensi
masih belum memadai. Demikian juga secara kuantitas, jumlah
Puskesmas PONED dan RS PONEK relative stagnan dan belum diiringi
dengan peningkatan kualitas pelayanan. Peningkatan kesehatan ibu
sebelum hamil terutama pada masa remaja, menjadi faktor penting
dalam penurunan AKI dan AKB. Peserta KB cukup banyak merupakan
potensi dalam penurunan kematian ibu, namun harus terus
digalakkan penggunaan ontrasepsi jangka panjang. Keanekaragaman
makanan menjadi potensi untuk peningkatan gizi ibu hamil, namun
harus dapat dikembangkan paket pemberian makanan tambahan bagi
ibu hamil yang tinggi kalori, protein dan mikronutrien.

b) Kematian Bayi dan Balita. Dalam 5 tahun terakhir, Angka Kematian


Neonatal (AKN) relative tetap sama yakni 19/1000 kelahiran,
sementara untuk Angka Kematian Pasca Neonatal (AKPN) terjadi
penurunan dari 15/1000 menjadi 13/1000 kelahiran hidup. Penyebab
kematian pada kelompok perinatal disebabkan oleh Intra Uterine Fetal
Death (IUFD) sebanyak 29,5% dan Berat Bayi Lahir Rendah (BBLR)
sebanyak 11,2%, ini berarti faktor kondisi ibu sebelum dan selama
kehamilan amat menentukan kondisi bayinya. Tantangan ke depan
adalah mempersiapkan calon ibu agar benar-benar siap untuk hamil
dan melahirkan dan menjaga agar terjamin kesehatan lingkungan
yang mampu melindungi bayi dari infeksi. Untuk usia di atas neonatal

BAB VII | KEBIJAKAN UMUM DAN PROGRAM PEMBANGUNAN DAERAH 21


RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH
PROVINSISULAWESI UTARA 2016-2021

sampai satu tahun, penyebab utama kematian adalah infeksi


khususnya pnemonia dan diare. Ini berkaitan erat dengan perilaku
hidup sehat ibu dan juga kondisi lingkungan setempat.
c) Usia Sekolah dan Remaja. Penyebab kematian terbesar pada usia ini
adalah kecelakaan transportasi, disamping penyakit demam berdarah
dan tuberkulosis. Masalah kesehatan lain adalah penggunaan
tembakau dan pernikahan pada usia dini (10-15 tahun) dimana pada
laki-laki sebesar 0,1% dan pada perempuan sebesar 0,2%. Untuk
status gizi remaja, hasil Riskesdas 2010, secara nasional prevalensi
remaja usia 13-15 tahun yang pendek dan amat pendek adalah 35,2%
dan pada usia 16-18 tahun sebesar 31,2%. Sekitar separuh remaja
mengalami defisit energi dan sepertiga remaja mengalami defisit
protein dan mikronutrien. Pelaksanaan UKS harus diwajibkan di setiap
sekolah dan madrasah mulai dari TK/RA sampai SMA/SMK/MA,
mengingat UKS merupakan wadah untuk mempromosikan masalah
kesehatan. Wadah ini menjadi penting dan strategis, karena
pelaksanaan program melalui UKS jauh lebih efektif dan efisien serta
berdaya ungkit lebih besar. UKS harus menjadi upaya kesehatan wajib
Puskesmas. Peningkatan kuantitas dan kualitas Puskesmas
melaksanakan Pelayanan Kesehatan Peduli Remaja (PKPR) yang
menjangkau remaja di sekolah dan di luar sekolah. Prioritas program
UKS adalah perbaikan gizi usia sekolah, kesehatan reproduksi dan
deteksi dini penyakit tidak menular.

d) Usia Kerja dan Usia Lanjut. Selain penyakit tidak menular yang
mengancam pada usia kerja, penyakit akibat kerja dan terjadinya
kecelakaan kerja juga meningkat. Jumlah yang meninggal akibat
kecelakaan kerja semakin meningkat hampir 10% selama 5 tahun
terakhir. Proporsi kecelakaan kerja paling banyak terjadi pada umur
31-45 tahun. Oleh karena itu program kesehatan usia kerja harus
menjadi prioritas, agar sejak awal faktor risiko sudah bisa
dikendalikan. Prioritas untuk kesehatan usia kerja adalah
mengembangkan pelayanan kesehatan kerja primer dan penerapan
keselamatan dan kesehatan kerja di tempat kerja, selain itu
dikembangkan Pos Upaya Kesehatan Kerja sebagai salah satu bentuk
UKBM pada pekerja dan peningkatan kesehatan kelompok pekerja
rentan seperti Nelayan, TKI, dan pekerja perempuan. Hasil riskesdas
tahun 2013 menyebutkan bahwa Prevalensi katarak tertinggi di
Sulawesi Utara (3,7%) diikuti oleh Jambi (2,8%) dan Bali (2,7%).
Prevalensi katarak terendah ditemukan di DKI Jakarta (0,9%) diikuti
Sulawesi Barat (1,1%). Tiga alasan utama penderita katarak belum
dioperasi adalah karena ketidaktahuan (51,6%), ketidakmampuan
(11,6%), dan ketidakberanian (8,1%).

e) Gizi Masyarakat. Perkembangan masalah gizi semakin kompleks saat


ini, selain masih ditemukan adanya masalah kekurangan gizi, masalah
kelebihan gizi juga menjadi persoalan yang harus di tangani dengan
serius oleh Pemeirntah Provinsi Sulawesi Utara . Dalam Rencana

BAB VII | KEBIJAKAN UMUM DAN PROGRAM PEMBANGUNAN DAERAH 22


RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH
PROVINSISULAWESI UTARA 2016-2021

Pembangunan Jangka Menengah Daerah 2016-2021 perbaikan status


gizi masyarakat merupakan salah satu prioritas ngan menurunkan
prevalensi balita gizi kurang (underweight) menjadi 2% dan prevalensi
balita pendek (stunting) menjadi 15% pada tahun 2021. Hasil
Riskesdas dari tahun 2013 menunjukkan bahwa Prevalensi penduduk
kurus terendah di provinsi Sulawesi Utara (5,6%). Prevalensi
penduduk obesitas terendah di provinsi Nusa tenggara Timur (6,2%)
dan tertinggi di Sulawesi Utara (24,0%). Prevalensi penduduk laki-laki
dewasa obesitas pada tahun 2013 sebanyak 19,7 persen, lebih tinggi
dari tahun 2007 (13,9%) dan tahun 2010 (7,8%). Pada tahun 2013,
prevalensi terendah di Nusa Tenggara Timur (9,8%) dan tertinggi di
provinsi Sulawesi Utara (34,7%). Pada tahun 2013, prevalensi obesitas
perempuan dewasa (>18 tahun) 32,9 persen, naik 18,1 persen dari
tahun 2007 (13,9%) dan 17,5 persen dari tahun 2010 (15,5%).
Prevalensi obesitas terendah di Nusa Tenggara Timur (5,6%), dan
prevalensi obesitas tertinggi di provinsi Sulawesi Sulawesi Utara
(19,5%).
Di Sulawesi Utara, Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR) <2500 gram
menurun dari 6,2 % menjadi 5,2%. Stunting terjadi karena kekurangan
gizi kronis yang disebabkan oleh kemiskinan dan pola asuh tidak
tepat, yang mengakibatkan kemampuan kognitif tidak berkembang
maksimal, mudah sakit dan berdaya saing rendah, sehingga bisa
terjebak dalam kemiskinan. Seribu hari pertama kehidupan seorang
anak adalah masa kritis yang menentukan masa depannya, dan pada
periode itu anak menghadapi gangguan pertumbuhan yang serius.
Yang menjadi masalah, lewat dari 1000 hari, dampak buruk
kekurangan gizi sangat sulit diobati. Untuk mengatasi stunting,
masyarakat perlu dididik untuk memahami pentingnya gizi bagi ibu
hamil dan anak balita. Secara aktif turut serta dalam komitmen global
(SUN-Scalling Up Nutrition) dalam menurunkan stunting, maka
Indonesia fokus kepada 1000 hari pertama kehidupan (terhitung sejak
konsepsi hingga anak berusia 2 tahun) dalam menyelesaikan masalah
stunting secara terintergrasi karena masalah gizi tidak hanya dapat
diselesaikan oleh sektor kesehatan saja (intervensi spesifik) tetapi juga
oleh sektor di luar kesehatan (intervensi sensitif). Hal ini tertuang
dalam Peraturan Pemerintah Nomor 42 Tahun 2013 tentang Gerakan
Nasional Percepatan Perbaikan Gizi.

f) Penyakit Menular. Untuk penyakit menular, prioritas masih tertuju


pada penyakit HIV/AIDS, tuberculosis, malaria, demam berdarah,
influenza dan flu burung. Disamping itu Provinsi Sulawesi Utara juga
belum sepenuhnya berhasil mengendalikan penyakit neglected
diseases seperti kusta, filariasis, leptospirosis, dan lain-lain. Angka
kesakitan dan kematian yang disebabkan oleh penyakit menular yang
dapat dicegah dengan imunisasi seperti polio, campak, difteri, pertusis,
hepatitis B, dan tetanus baik pada maternal maupun neonatal sudah
sangat menurun, bahkan pada tahun 2014, Provinsi Sulawesi Utara
telah dinyatakan bebas polio. Kecenderungan prevalensi kasus HIV

BAB VII | KEBIJAKAN UMUM DAN PROGRAM PEMBANGUNAN DAERAH 23


RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH
PROVINSISULAWESI UTARA 2016-2021

pada penduduk usia 15-49 meningkat. Pada awal tahun 2009,


prevalensi kasus HIV pada penduduk usia 15 – 49 tahun hanya 0,2%
dan meningkat menjadi 0,5% pada tahun 2011, meningkat lagi
menjadi 0,7% pada 2012, dan terus meningkat manjadi 0,9% pada
2013.
Dalam RPJMN 2015 - 2019, Indonesia tetap memakai prevalensi TB,
yaitu 272 per 100.000 penduduk secara absolut (680.000 penderita)
dan hasil survey prevalensi TB 2013 - 2014 yang bertujuan untuk
menghitung prevalensi TB paru dengan konfirmasi bakteriologis pada
populasi yang berusia 15 tahun ke atas di Indonesia menghasilkan : 1).
Prevalensi TB paru smear positif per 100.000 penduduk umur 15
tahun ke atas adalah 257 (dengan tingkat kepercayaan 95% 210 - 303)
2). Prevalensi TB paru dengan konfirmasi bakteriologis per 100.000
penduduk umur 15 tahun ke atas adalah 759 (dengan interval tingkat
kepercayaan 95% 590 - 961) 3). Prevalensi TB paru dengan konfirmasi
bakteriologis pada semua umur per 100.000 penduduk adalah 601
(dengan interval tingkat kepercayaan 95% 466 - 758); dan 4).
Prevalensi TB semua bentuk untuk semua umur per 100.000
penduduk adalah 660 (dengan interval tingkat kepercayaan 95% 523 -
813), diperkirakan terdapat 1.600.000 (dengan interval tingkat
kepercayaan 1.300.000 - 2.000.000) orang dengan Tubercullosis.
Dalam rangka menurunkan kejadian luar biasa penyakit menular telah
dilakukan pengembangan Early Warning and Respons System (EWARS)
atau Sistem Kewaspadaan Dini dan Respon (SKDR) merupakan
penguatan dari Sistem Kewaspadaan Dini – Kejadian Luar Biasa (SKD-
KLB). Melalui Penggunaan EWARS ini diharapkan terjadi peningkatan
dalam deteksi dini dan respon terhadap peningkatan trend kasus
penyakit khususnya yang berpotensi menimbulkan KLB.

g) Penyakit Tidak Menular. Kecenderungan penyakit menular terus


meningkat dan telah mengancam sejak usia muda. Selama dua dekade
terakhir ini, telah terjadi transisi epidemiologis yang signifikan,
penyakit tidak menular telah menjadi beban utama, meskipun beban
penyakit menular masih berat juga.Indonesia sedang mengalami
double burden penyakit, yaitu penyakit tidak menular dan penyakit
menular sekaligus. Penyakit tidak menular utama meliputi hipertensi,
diabetes melitus, kanker dan Penyakit Paru Obstruktif Kronik (PPOK).
Berdasarkan hasil Riskesdas 2013 penderita Diabetes Mellitus DM
terdiagnosis dokter atau gejala sebesar 2,1 persen. Prevalensi diabetes
yang terdiagnosis dokter tertinggi terdapat di DI Yogyakarta (2,6%), DKI
Jakarta (2,5%), Sulawesi Utara (2,4%) dan Kalimantan Timur (2,3%).
Prevalensi diabetes yang terdiagnosis dokter atau gejala, tertinggi
terdapat di Sulawesi Tengah (3,7%), Sulawesi Utara (3,6%), Sulawesi
Selatan (3,4%) dan Nusa Tenggara Timur 3,3 persen.
Prevalensi stroke di Indonesia berdasarkan diagnosis tenaga
kesehatan sebesar 7 per mil dan yang terdiagnosis tenaga kesehatan
atau gejala sebesar 12,1 per mil. Prevalensi Stroke berdasarkan
diagnosis nakes tertinggi di Sulawesi Utara (10,8‰), diikuti DI

BAB VII | KEBIJAKAN UMUM DAN PROGRAM PEMBANGUNAN DAERAH 24


RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH
PROVINSISULAWESI UTARA 2016-2021

Yogyakarta (10,3‰), Bangka Belitung dan DKI Jakarta masing-


masing 9,7 per mil. P revalensi gagal ginjal kronis berdasar diagnosis
dokter di Indonesia sebesar 0,2 persen. Prevalensi tertinggi di
Sulawesi Tengah sebesar 0,5 persen, diikuti Aceh, Gorontalo, dan
Sulawesi Utara masing-masing 0,4 persen.
Jumlah kematian akibat rokok terus meningkat dari 41,75% pada
tahun 1995 menjadi 59,7% di 2007. Selain itu dalam survey ekonomi
nasional 2006 disebutkan penduduk miskin menghabiskan 12,6%
penghasilannya untuk konsumsi rokok. Oleh karena itu deteksi dini
harus dilakukan dengan secara proaktif mendatangi sasaran, karena
sebagian besar tidak mengetahui bahwa dirinya menderita penyakit
tidak menular. Dalam rangka pengendalian Penyakit Tidak Menular
(PTM) antara lain dilakukan melalui pelaksanaan Pos Pembinaan
Terpadu Pengendalian Penyakit Tidak Menular (Posbindu-PTM) yang
merupakan upaya monitoring dan deteksi dini faktor risiko penyakit
tidak menular di masyarakat.

h) Penyehatan Lingkungan. Upaya penyehatan lingkungan juga


menunjukkan keberhasilan yang cukup bermakna. Persentase rumah
tangga dengan akses air minum yang layak meningkat dari 58,8 %
pada tahun 2010 menjadi 66,7% pada tahun 2013 dan terus
meningkat mencapai 71% pada tahun 2015. Masalah air bersih
kebanyakan di temukan di wilayah kepulauan dan perbatasan Akses
sanitasi dasar yang layak pada tahun 2013 adalah 66,8% juga
meningkat dari 55,5% dari tahun 2010. Demikian juga dengan
pengembangan desa yang melaksanakan Sanitasi Total Berbasis
Masyarakat (STBM) sebagai upaya peningkatan penyehatan
lingkungan, capaiannya terus mengalami peningkatan. Dalam hal
penyehatan lingkungan manajemen air limbah rumahtangga masih
menjadi persoalan dan pekerjaan rumah yang harus diselesaikand
engan kerja keras.

i) Kesehatan Jiwa. Permasalahan kesehatan jiwa sangat besar dan


menimbulkan beban kesehatan yang signifikan. Data dari Riskesdas
tahun 2013, prevalensi gangguan mental emosional gejala-gejala
depresi dan ansietas), sebesar 6% untuk usia 15 tahun ke atas. Di
Sulawesi Utara penyebab terganggunya kesehatan jiwa adalah maslaah
psikis keluarga, serta karena ketergantungan obat/narkotika.Prioritas
untuk kesehatan jiwa adalah mengembangkan Upaya Kesehatan Jiwa
Berbasis Masyarakat (UKJBM) yang ujung tombaknya adalah
Puskesmas dan bekerja bersama masyarakat, mencegah meningkatnya
gangguan jiwa masyarakat.

j) Sarana Kesehatan. Badan kesehatan dunia (WHO) menargetkan agar


minimal terdapat empat Puskesmas PONED di tiap kabupaten/kota.
Sampai dengan tahun 2015 prosentase Puskesmas PONED
sebagaimana target WHO di Sulawesi Utaara adalah sebanyak 86,67%.
Konsep rawat inap yang digunakan dalam Puskesmas PONED berbeda

BAB VII | KEBIJAKAN UMUM DAN PROGRAM PEMBANGUNAN DAERAH 25


RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH
PROVINSISULAWESI UTARA 2016-2021

dengan konsep yang digunakan puskesmas rawat inap. Konsep rawat


inap pada Puskesmas PONED adalah perawatan inap kepada pasien
pasca tindakan emergensi (one day care). Dengan demikian,
puskesmas non rawat inap yang memiliki tempat tidur dan mampu
melakukan tindakan emergensi obstetri dan neonatal dasar, dapat
menyelenggarakan PONED.Di provinsi Sulawesi Utara, harus diakui
bahwa masih ditemukan kekurangsiapan sarana kesehatan
masyarakat seperti kurang lengkapnya obat, sarana, dan alat
kesehatan; kurangnya tenaga kesehatan; dan belum memadainya
kualitas pelayanan. Di Puskesmas, kesiapan peralatan dasar memang
cukup tinggi (84%), tetapi kemampuan menegakkan diagnosis ternyata
masih rendah (61%). Di antara kemampuan menegakkan diagnosis
yang rendah tersebut adalah tes kehamilan (47%), tes glukosa urin
(47%), dan tes glukosa darah (54%). Hanya 24% Puskesmas yang
mampu melaksanakan seluruh komponen diagnosis.

k) Manajemen, Regulasi dan Sistem Informasi Kesehatan.


Perencanaan kesehatan pada dasarnya sudah berjalan dengan baik
yang ditandai dengan pemanfaatan IT melalui sistem e-planning, e-
budgeting dan e-monev. Permasalahan yang dihadapi dalam
perencanaan kesehatan antara lain adalah kurang tersedianya data
dan informasi yang memadai, sesuai kebutuhan dan tepat waktu.
Permasalahan juga muncul karena belum adanya mekanisme yang
dapat menjamin keselarasan dan keterpaduan antara rencana dan
anggaran Kementerian Kesehatan dengan rencana dan anggaran
kementerian/lembaga terkait serta Pemerintah Daerah atau Pemda
(Kabupaten, Kota, dan Provinsi), termasuk pemanfaatan hasil evaluasi
atau kajian untuk input dalam proses penyusunan perencanaan.

l) Demografi - Perkembangan Penduduk. Pertumbuhan penduduk di


Sulawesi Utara ditandai dengan adanya window opportunity yang
sudah dinikmati sejak tahun 2014. Hal ini ditandai dengan rasio
ketergantungannya yang menunjukkan nilai positif, yaitu jumlah
penduduk usia produktif lebih banyak dari pada yang usia non-
produktif, yang puncaknya terjadi sekitar tahun 2030. JAl ini
mengindikasikan bahwa jumlah wanita usia subur akan meningkat
dari tahun 2015 dan diperkirakan sejumlah besar ibu hamil dapat
terjadi setiap tahun. Angka ini merupakan estimasi jumlah persalinan
dan jumlah bayi lahir, yang juga menjadi petunjuk beban pelayanan
ANC, persalinan, dan neonatus/bayi. Penduduk usia kerja yang
meningkat sementara penduduk berusia di atas 60 tahun juga
meningkat. Implikasi kenaikan penduduk lansia ini terhadap sistem
kesehatan adalah (1) meningkatnya kebutuhan pelayanan sekunder
dan tersier, (2) meningkatnya kebutuhan pelayanan home care dan (3)
meningkatnya biaya kesehatan. Konsekuensi logisnya adalah
pemerintah harus juga menyediakan fasilitas yang ramah lansia dan
menyediakan fasilitas untuk kaum disable mengingat tingginya
proporsi disabilitas pada kelompok umur ini.

BAB VII | KEBIJAKAN UMUM DAN PROGRAM PEMBANGUNAN DAERAH 26


RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH
PROVINSISULAWESI UTARA 2016-2021

m) Kesetaraan Gender. Kualitas SDM perempuan harus tetap perlu


ditingkatkan, terutama dalam hal: (1)perempuan akan menjadi mitra
kerja aktif bagi laki-laki dalam mengatasi masalah masalah sosial,
ekonomi, dan politik; dan (2) perempuan turut mempengaruhi kualitas
generasi penerus karena fungsi reproduksi perempuan berperan dalam
mengembangkan SDM di masa mendatang. Indeks Pemberdayaan
Gender (IPG) Indonesia telah meningkat dimana peningkatan IPG
tersebut pada hakikatnya disebabkan oleh peningkatan dari beberapa
indikator komponen IPG, yaitu kesehatan, pendidikan, dan kelayakan
hidup.

n) Sistem Informasi Kesehatan. Pada tahun 2014 diberlakukan


Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 46 tentang Sistem Informasi
Kesehatan (SIK). PP ini mensyaratkan agar data kesehatan terbuka
untuk diakses oleh unit kerja instansi Pemerintah dan Pemerintah
Daerah yang mengelola SIK sesuai dengan kewenangan masingmasing.
Hal ini menuntut komitmen dari setiap stakeholder pembangunan
kesehatan untuk memastikan data dna informasi kesehatan yang
dipublikasikan harus akurat, update dan akuntable.

o) Masyarakat ekonomi ASEAN. Pada tahun 2016 sudah mulai


berlakunya Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) secara efektif pada
tanggal 1 Januari 2016. Pemberlakukan ASEAN Community yang
mencakup total populasi lebih dari 560 juta jiwa, akan memberikan
peluang (akses pasar) sekaligus tantangan tersendiri bagi Indonesia.
Implementasi ASEAN Economic Community, yang mencakup liberalisasi
perdagangan barang dan jasa serta investasi sektor kesehatan. Perlu
dilakukan upaya meningkatkan daya saing (competitiveness) dari
fasilitas-fasilitas pelayanan kesehatan dalam negeri.
Pembenahan fasilitas-fasilitas pelayanan kesehatan yang ada, baik dari
segi sumber daya manusia, peralatan, sarana dan prasarananya,
maupun dari segi manajemennya perlu digalakkan. Akreditasi fasilitas
pelayanan kesehatan (Rumah Sakit, Puskesmas, dan lain-lain) harus
dilakukan secara serius, terencana, dan dalam tempo yang tidak
terlalu lama. Hal ini berkaitan dengan perjanjian pengakuan bersama
(Mutual Recognition Agreement - MRA) tentang jenis-jenis profesi yang
menjadi cakupan dari mobilitas. Dalam MRA tersebut, selain insinyur,
akuntan, dan lain-lain, juga tercakup tenaga medis/dokter, dokter gigi,
dan perawat. Tidak tertutup kemungkinan di masa mendatang, akan
dicakupi pula jenis-jenis tenaga kesehatan lain.

p) Sustainable Development Goals.Dengan berakhirnya agenda


Millennium Development Goals (MDGs) pada tahun 2015, banyak
negara mengakui keberhasilan dari MDGs sebagai pendorong
tindakan-tindakan untuk mengurangi kemiskinan dan meningkatkan
pembangunan masyarakat. Khususnya dalam bentuk dukungan
politik. Kelanjutan program ini disebut Sustainable Development Goals

BAB VII | KEBIJAKAN UMUM DAN PROGRAM PEMBANGUNAN DAERAH 27


RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH
PROVINSISULAWESI UTARA 2016-2021

(SDGs), yang meliputi 17 goals. Dalam bidang kesehatan fakta


menunjukkan bahwa individu yang sehat memiliki kemampuan fisik
dan daya pikir yang lebih kuat, sehingga dapat berkontribusi secara
produktif dalam pembangunan masyarakatnya. Selain SDGs, terkait
dengan pembangunan kesehatan yangmenjadi komitmen internasional
adalah Framework Convention on Tobacco Control (FCTC) merupakan
respon global yang paling kuat terhadap tembakau dan produk
tembakau (rokok), yang merupakan penyebab berbagai penyakit fatal.
Sampai saat ini telah ada sebanyak 179 negara di dunia yang
meratifikasi FCTC tersebut. Indonesia merupakan salah satu negara
penggagas dan bahkan turut merumuskan FCTC. Akan tetapi sampai
kini justru Indonesia belum mengaksesinya. Sudah banyak desakan
dari berbagai pihak kepada Pemerintah untuk segera mengaksesi
FCTC. Selain alasan manfaatnya bagi kesehatan masyarakat, juga
demi menjaga nama baik Indonesia di mata dunia. Liberalisasi
perdagangan barang dan jasa dalam konteks WTO - Khususnya
General Agreement on Trade in Service, Trade Related Aspects on
Intelectual Property Rights serta Genetic Resources, Traditional
Knowledge and Folklores (GRTKF) merupakan bentuk-bentuk
komitmen global yang juga perlu disikapi dengan penuh kehati-hatian.

Berdasarkan uraikan focus penanganan pembangunan kesehatan maka


sasaran yang ingin dicapai dalam pembangunan kesehatan pada RPJMD
Provinsi Sulawesi Utara 2016-2021 adalah meningkatnya derajat kesehatan
dan status gizi masyarakat melalui upaya kesehatan dan pemberdayaan
masyarakat yang didukung dengan perlindungan finansial dan pemeratan
pelayanan kesehatan. Sasaran pokok adalah: (1) meningkatnya status
kesehatan dan gizi ibu dan anak; (2) meningkatnya pengendalian penyakit;
(3) meningkatnya akses dan mutu pelayanan kesehatan dasar dan rujukan
terutama di daerah perbatasan; (4) meningkatnya cakupan pelayanan
kesehatan universal melalui s i n e r g i t a s p e n g e l o l a a n Kartu Indonesia
Sehat dan kualitas pengelolaan SJSN Kesehatan, (5) terpenuhinya
kebutuhan tenaga kesehatan, obat dan vaksin; serta (6) meningkatkan
responsivitas sistem kesehatan.

4) REVOLUSI MENTAL
Revolusi mental dapat dijalankan melalui pendidikan, selain
melalui kebudayaan, yang kemudian diturunkan ke sistem persekolahan
yang dilaksanakan dalam proses pembelajaran. Sistem persekolahan sebagai
turunan dari sistem pendidikan harus mampu menumbuhkan budaya
sekolah yang kondusif bagi penciptaan lingkungan belajar yang baik bagi
siswa. Pemupukan jiwa revolusi mental di kalangan peserta didik dapat
ditempuh melalui pendidikan karakter yang terintegrasi ke dalam mata
pelajaran yang relevan, pendidikan agama, dan pendidikan kewargaan.
Beberapa mata pelajaran yang relevan antara lain: (i) Sejarah yang
mengajarkan kisah-kisah kepahlawanan, patriotisme, nasionalisme,dan
pengabdian; (ii) Geografi diperlukan untuk menumbuhkan kesadaran

BAB VII | KEBIJAKAN UMUM DAN PROGRAM PEMBANGUNAN DAERAH 28


RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH
PROVINSISULAWESI UTARA 2016-2021

teritorial, orientasi lokasi, kesadaran kewarganegaraan; (iii)


Antropologi/Sosiologi bermanfaat untuk memperkuat pemahaman
multikulturalisme, pluralisme, interaksi sosial, dan pengakuan atas
keragaman etnis, budaya, agama; (iv) Bahasa Indonesia sangat penting
untuk meneguhkan identitas kebangsaan dan jati diri sebagai bangsa
Indonesia. Pendidikan agama dan pendidikan kewargaan yang memberi
kontribusi penting pada proses pembentukan karakter anak didikakan lebih
efektif dilaksanakan melalui keteladanan, yang menuntut guru menjadi suri
tauladan bagi murid. Pendidikan karakter tidak akan merasuk ke dalam
jiwa anak didik bilamana diajarkan hanya melalui instructional learning
approach semata.
Dengan ditetapkannya pendidikan menengah sebagai urusan
kewenangan pemerintah Provinsi maka pembentukan mental dan karakter
sebagai bagiand ari revolusi mental akan diarahkan kepada siswa SMA
sebagai kader pemuda yang berkualitas dan berdaya saing. Sasaran umum
yang ingin dicapai adalah meningkatnya kualitas pendidikan karakter untuk
membina budi pekerti, membangun watak, dan menyeimbangkan
kepribadian anak bangsa di Sulawesi Utara adalah :
- Meningkatnya wawasan kebangsaan di kalangan anak usia
sekolah yang berdampak pada menguatnya nilai-nilai nasionalisme
dan rasa cinta tanah air sebagai cerminan warga negara yang baik;
- Meningkatnya pemahaman mengenai pluralitas sosial dan
keberagaman budaya dalam masyarakat, yang berdampak pada
kesediaan untuk membangun harmoni sosial, menumbuhkan sikap
toleransi, dan menjaga kesatuan dalam keanekaragaman;
- Meningkatnya kualitas penyelenggaraan pendidikan agama di
sekolah yang tercermin pada peningkatan pemahaman, penghayatan,
dan pengamalan ajaran-ajaran agama di kalangan siswa-siswa di
sekolah bahjan di tingkat PAUD;
- Meningkatnya pemahaman atas karakter dan jati diri dalam
pengenalan budaya mapalus, moposat dan mapaluse serta konsep
Sitou Timou Tumou Tou.

Sasaran pembangunan revolusi mental lainnya adalah :

- Pembentukan watak dan karakter masyarakat Sulawesi Utara yang


memiliki mental pejuang, tangguh, berdisiplin, bersemangat, memiliki
toleransi, kreatif dan inovatif serta memiliki mental sportif pergaulan
bermasyarakat dan bernegara, dengan target utama pada pendidikan
anak usia dini, remaja dan pemuda Sulawesi Utara.
- Pengembangan budaya sitou timou tumou tou, budaya mapalus,
moposat, dan mapaluse dalam membangun budaya masyarakat yang
positif dan memperhatikan kearifan local.
- Pengembangan perilaku saling menolong dalam konteks budaya torang
samua basudaraa”, yang saling memperhatikan, baku-baku sayang,
dan baku-baku bae.
- Pemantapan budaya menabung dan perilaku hidup bersih dan sehat
dimana didalamnya termasuk budaya olahraga, budaya konsumsi

BAB VII | KEBIJAKAN UMUM DAN PROGRAM PEMBANGUNAN DAERAH 29


RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH
PROVINSISULAWESI UTARA 2016-2021

makanan sehat, budaya tidak merokok, serta budaya hidup rukun dan
damai.

Sasaran pembangunan revolusi mental ini hanya dapat dicapai jika


diikuti dengan pelibatan peran keluarga dan masyarakat dalam
pendidikan karakter.

5) PEMBANGUNAN PERUMAHAN DAN PEMUKIMAN


Sasaran umum yang ingin dicapai melalui sinergi pusat dan daerah
adalah terfasilitasinya penyediaan hunian layak dan terjangkau khususnya
masyarakat berpenghasilan rendah melalui fasilitasi penyediaan rumah
umum untuk RTLH dan rusunawa keluarga miskin, fasilitasi penyediaan
rumah susun sewa, serta Fasilitasi penataan sanitasi, air bersih dan RTH di
kawasan pemukiman.

6) KEDAULATAN PANGAN

Sasaran yang ingin dicapai dalam pembangunan kedaulatan pangan


adalah tercapainya peningkatan ketersediaan pangan yang bersumber dari
produksi daerah. Produksi padi diutamakan ditingkatkan dalam
rangka swasembada agar kemandirian dapat dijaga. Produksi jagung
ditargetkan untuk memenuhi kebutuhan keragaman pangan dan pakan
lokal. Produksi daging sapi untuk mengamankan konsumsi daging sapi di
tingkat rumah tangga, sedangkan produksi ikan untuk mendukung
penyediaan sumber protein. Sasaran lainnya adalah terwujudnya
peningkatan distribusi dan aksesibilitas pangan yang didukung dengan
pengawasan distribusi pangan untuk mencegah spekulasi, serta
didukung peningkatan cadangan beras pemerintah dalam rangka
memperkuat stabilitas harga. Terkait perikanan, Pemerintah Sulawesi Utara
akan memantapkan integrasi Sistem Logistik Ikan Nasional (SLIN) serta
penerapan sistem rantai dingin di sentra perikanan serta terwujudnya
perbaikan sistem manajemen Wilayah Pengelolaan Perikanan (WPP) untuk
menjaga keberlanjutan kelimpahan stok sumberdaya ikan. Kelimpahan
sumberdaya ikan ini dipertahankan dengan mewujudkan manajemen
sumberdaya dan kawasan perikanan berkelanjutan. Sasaran lainnya adalan
tercapainya peningkatan kualitas konsumsi pangan sehingga mencapai
skor Pola Pangan Harapan (PPH) sebesar 92,5

7) PERIKANAN DAN KEMARITIMAN

Kebijakan dan prioritas pembangunan perikanan dan kemartiman


adalam terbangunnya jaringan sarana dan prasarana sebagai perekat
semua pulau di Sulawesi Utara, meningkat dan menguatnya sumber daya
manusia di bidang kelautan yang didukung oleh pengembangan ilmu
pengetahuan dan teknologi, membangun ekonomi kelautan secara

BAB VII | KEBIJAKAN UMUM DAN PROGRAM PEMBANGUNAN DAERAH 30


RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH
PROVINSISULAWESI UTARA 2016-2021

terpadu dengan mengoptimalkan pemanfaatan sumber kekayaan laut


secara berkelanjutan;serta mengurangi dampak bencana pesisir dan
pencemaran laut. Sasaran yang hendak dicapai adalah termanfaatkannya
sumber daya kelautan untuk pembangunan ekonomi dan
kesejahteraan nelayan dan masyarakat pesisir.

8) PENINGKATAN DAYA SAING INVESTASI

Investasi, sebagai komponen penting dalam mendorong pertumbuhan


ekonomi secara lebih berkesinambungan, sangat dipengaruhi oleh
terciptanya iklim usaha yang kondusif. Kegiatan investasi pada gilirannya
akan mendorong kegiatan di sektor-sektor lainnya, antara lain penciptaan
lapangan kerja baru dan ekspor. Melalui sinergitas pusat dan daerah akan
dipercepat reformasi regulasi dimana regulasi terkait dengan pelimpahan
kewenangan antara pusat, daerah, dan instansi terkait kepada administrator
kawasan-kawasan pertumbuhan akan ditetapkan. Sasaran lainnya adalah
untuk memberikan pelayanan terpadu satu pintu dan penggunaan
Sistem Pelayanan Informasi dan Perijinan Investasi secara Elektronik
(SPIPISE) bidang perindustrian, perdagangan, dan penanaman modal,
Membuat regulasi terkait dengan pembagian kewenangan antara
Kabupaten/Kota di pusat-pusat pertumbuhan serta melaksanakan
sosialisasi terkait dengan pemanfaatan lahan sebagai peruntukan
investasi. Dengan mempertimbangkan berbagai permasalahan di bidang
investasi tersebut di atas, maka sasaran yang hendak dicapai pada adalah
menurunnya waktu dan jumlah prosedur untuk memulai usaha menjadi 4
hari dan 3 prosedur, Meningkatnya realisasi investasi PMA dan PMDN
hingga tahun 2021, serta Meningkatnya peranan PMDN dan menurunnya
peranan PMA dalam realisasi investasi agar memberikan efek pengganda
yang lebih besar terhadap perekonomian domestik.

9) PEMBANGUNAN PARIWISATA

Pembangunan Industri Pariwisata diarahkan untuk meningkatkan


ekonomi masyarakat di sekitar wilayah destinasi melalui upaya peningkatan
kunjungan wisatawan baik mancanegara maupun wisatawan nusantara.
Pengembangan partisipasi usaha lokal dalam industri pariwisata akan
digenjot dengan membangun infrastruktur pariwisata yang berkualitas serta
meningkatkan keragaman dan daya saing produk/ jasa pariwisata di setiap
destinasi pariwisata yang menjadi fokus pemasaran. Pembangunan
kebudayaan yang dapat mendorong berkembanganya wisata budaya seni,
wisata tirta/wisata bahari, ekowisata, sport tourism dan sebagainya
digerakkan melalui: (a) pembinaan usaha pariwisata bagi masyarakat lokal;
(b) fasilitasi investasi usaha sektor pariwisata; serta (c) pengembangan
standarisasi dan sertifikasi usaha dan produk pariwisata; serta (d)
pengembangan integrrasi ekosistem industri pariwisata. Pembangunan
Pariwisata diarahkan untuk membangun sumber daya manusia
pariwisata serta organisasi kepariwisataan dengan strategi: (a) berkoordinasi

BAB VII | KEBIJAKAN UMUM DAN PROGRAM PEMBANGUNAN DAERAH 31


RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH
PROVINSISULAWESI UTARA 2016-2021

dengan perguruan tinggi penyelenggara pendidikan sarjana di bidang


kepariwisataan; (b) meningkatkan kapasitas dan kualitas lembaga
pendidikan kepariwisataan; (c) fasiitasi pengembangan dan peningkatan
jenjang keterampilan tenaga kerja lokal di bidang pariwisata; (d) peningkatan
kualitas penelitian dan pengembangan kebijakan kepariwisataan.

10) PEMBANGUNAN KAWASAN PERBATASAN

Untuk mewujudkan kawasan perbatasan sebagai halaman depan


negara yang berdaulat, berdaya saing, dan aman, maka akan dikembangkan
2 Pusat Kegiatan Strategis Nasional (PKSN) sebagai pusat pertumbuhan
ekonomi kawasan perbatasan negara yang dapat mendorong pengembangan
kawasan sekitarnya. Penguatan pengelolaan dan fasilitasi penegasan,
pemeliharaan, pengamanan, dan aktivitas lintas batas Wilayah Negara secara
terpadu di Wilayah Sulawesi, dilakukan melalui:

a. Pengembangan pusat pelayanan kepabeanan, imigrasi, karantina,


dan keamanan terpadu di PKSN Tahuna dan PKSN Melonguane
(termasuk di Pulau Marore dan/atau Pulau Miangas);
b. Pembenahan aktivitas lintas batas di pintu-pintu alternatif (ilegal)
di kawasan perbatasan Sulawesi;
c. Pengembangan pusat kegiatan pertahanan dan keamanan negara di
Kabupaten Talaud dan Kabupaten Sangihe;
d. Peningkatan upaya perundingan dalam penetapan dan penegasan
batas wilayah negara RI- Philipina;
e. Peningkatan kapasitas tim perunding dari tingkat teknis, strategi,
hingga kebijakan (pengambilan keputusan);
f. Pendayagunaan Pulau-Pulau Kecil Terluar di Pulau Miangas, Pulau
Marore, Pulau Kawio, Pulau Kawaluso, Pulau Marampit dan Pulau
Kakarotan dengan pendekatan keamanan, ekonomi dan
lingkungan;
g. Penyelesaian status kewarganegaraan masyarakat Philipina-Sangir
(Phisang);
h. Penguatan fungsi pengamanan perbatasan wilayah laut, baik
penyediaan alutsista, non alutsista dan pemberdayaan masyarakat
dalam menjaga kedaulatan, khususnya perbatasan wilayah laut RI-
Philipina;
i. Pembentukan kerjasama patroli pertahanan dan keamanan batas
wilayah Negara RI- Philipina;
j. Pendayagunaan Pulau-Pulau Kecil Terluar di Pulau Miangas, Pulau
Marore, Pulau Kawaluso, Pulau Kawio, Pulau Kakorotan, dan Pulau
Marampit dengan pendekatan ekonomi, keamanan dan lingkungan;
k. Sosialisasi batas wilayah laut negara RI- Philipina kepada
masyarakat perbatasan Wilayah Sulawesi;

Pengembangan ekonomi lokal secara terpadu pada kawasan


perbatasan negara di Wilayah Sulawesi, dilakukan dengan peningkatan
kualitas dan kuantitas hasil perikanan dan kelautan untuk ekspor melalui
pengembangan sarana dan prasarana produksi, pengolahan, dan pemasaran

BAB VII | KEBIJAKAN UMUM DAN PROGRAM PEMBANGUNAN DAERAH 32


RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH
PROVINSISULAWESI UTARA 2016-2021

di PKSN Tahuna, PKSN Melonguane, dan gugus pulau perbatasan di Sangihe


dan Talaud (termasuk Miangas dan Marore) yang berorientasi pasar kepada
negara Filipina, termasuk yang mendesak yaitu penyediaan Kapal Tangkap
30 GT ; serta Peningkatankerjasama investasi lintas batas negara
produk unggulan kawasan perbatasan, khususnya dengan negara Filipina;
Peningkatan kualitas dan kuantitas hasil perkebunan untuk mencukupi
kebutuhan lokal maupun lintas negara; serta Pengembangan program
transmigrasi di kawasan perbatasan dalam bentuk Kota Terpadu
Mandiri di kawasan perbatasan Sangihe dan Talaud;Peningkatan nilai
potensi pariwisata bahari dan budaya melalui pengelolaan pariwisata yang
optimal (promosi dalam dan lintas negara dan penyediaan infrastruktur
penunjang pariwisata) di Kabupaten Kepulauan Sangihe dan Kabupaten
Kepulauan Talaud; Mengembangkan pusat perdagangan skala internasional,
nasional, dan regional berbasis komoditas lokal berorientasi pasar ke negara
Filipina serta secara bertahap menurunkan jumlah pelintas batas tradisional
dititik lintas batas di PKSN Tahuna dan PKSN Melonguane; serta
pengembangan balai-balai latihan kerja berbasis komoditas lokal yang
berorientasi pasar ke negara tetangga di kawasan perbatasan Sangihe dan
Talaud.

Penguatan Konektivitas dan Sislognas melalui pengembangan dermaga


keperintisan pada pulau-pulau kecil terluar berpenduduk di gugus pulau
perbatasan Kepulauan Talaud dan Kepulauan Sangihe; Mengembangkan
Pelabuhan Perikanan yang terintegrasi dengan pengembangan industri
perikanan; Penjaminan ketersedian logistic termasuk BBM, khususnya
untuk pulau-pulau kecil terluar berpenduduk, khususnya perhatian
terhadap Pulau Miangas dan Pulau Marore; Pengembangan pusat aktifitas
perdagangan dan gudang logistik untuk meningkatkan distribusi hulu-
hilir perdagangan antar negara, khususnya di Lokasi Prioritas yang
memiliki aktifitas perdagangan tinggi; serta Pengembangan pelayanan
transportasi udara internasional dan nasional, khususnya di PKSN Sangihe
dan PKSN Talaud.

11) PEMBANGUNAN PERDESAAN DAN PERKOTAAN


Untuk mendorong pertumbuhan pembangunan kawasan perkotaan
maka melalui sinergitas pusat dan daerah akan dipercepat pembangunan
Kawasan Perkotaan Metropolitan BIMINDO (Bitung Minahasa Utara
Manado), serta peningkatan efisiensi pengelolaan dan optimalisasi peran
kawasan perkotaan berukuran sedang sebagai penyangga (buffer)
urbanisasi. Untuk pembangunan desa dan kawasan perdesaan dengan
sasaran berkurangnya pengangguran dan meningkatkan keberdayaan
masyarakat di desa-desa tertinggal dan mendorong perekonomian desa
berbasis komoditas unggulan menuju desa mandiri. Untuk meningkatkan
keterkaitan desa-kota, fasilitasi penguatan pusat-pusat
pertumbuhan sebagai Pusat Kegiatan Wilayah (PKW) atau Pusat
Kegiatan Lokal (PKL) akan dipercepat.

BAB VII | KEBIJAKAN UMUM DAN PROGRAM PEMBANGUNAN DAERAH 33


RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH
PROVINSISULAWESI UTARA 2016-2021

Pembangunan Kota Kotamobagu yang diarahkan sebagaj kota


agropolitan yang berfungsi sebagai pusat pertumbuhan wilayah
Provinsi yang mendukung pertumbuhan produksi pertanian
wilayah di Provinsi Sulawesi Utara dan Kota Manado Sebagai pusat
permukiman baru yang layak huni yang didukung oleh fasilitas
ekonomi dan social budaya yang lengkap guna mencegah terjadinya
permukiman tidak terkendali (urban sprawl) akibat urbanisasi di kota
otonom terdekatnya. Prioritas lokasi pengembangan pusat kegiatan pada
periode 2015-2019 adalah Tomohon, Tondano, Kotamobagu, Melonguane
dan Tahuna.
Upaya mempercepat pembentukan Kawasan Perkotaan
Metropolitan baru sebagai pusat pertumbuhan nasional di Sulawesi Utara
serta meningkatkan konektivitas antar wilayah khususnya kemaritiman
skala nasional dan internasional dengan mengembangkan pelabuhan
Bitung, meningkatkan aksesibilitas berbasis kepulauan antar PKN
(Kawasan Perkotaan Manado Bitung), PKW, dan PKL disekitarnya melalui
penyediaan simpul transportasi terutama laut dan udara serta
mengembangkan kegiatan industri pengolahan pada kota sedang dalam ini
pada sektor perikanan dan perkebunan serta pengembangan
sektor pariwisata untuk mengembangkan ekonomi dan meningkatkan
keterkaitan dengan desa-kota sekitar.
Upaya lainnya yang akan dilakukan adalah dukungan terhadap
terwujudnya desa mandiri benih dengan menyediakan dan meningkatkan
sarana dan prasarana produksi (benih, pupuk, jaringan irigasi,
revitalisasi bendungan, armada perikanan, alat tangkap, bahan bakar,
sistem informasi nelayan), pasca panen, pengolahan, dan pasar desa.

12) PENGELOLAAN BENCANA DAN MITIGASI IKLIM

Sasaran Penanggulangan Bencana adalah mengurangi indeks


risiko bencana pada kabupaten/ Kota Manado, Kota Bitung, Minahasa
Utara, Minahasa Selatan, dan Kepulauan Sangihe yang memiliki indeks
risiko bencana tinggi, baik yang berfungsi sebagai PKN, PKSN, PKW, KEK,
Kawasan Industri maupun pusat pertumbuhan lainnya. Selain itu sasaran
pembangunan di bidang pengembangan KEK Bitung adalah untuk
meningkatkan kualitas SDM Badan Pengelola dan Pengusahaan di bidang
perencanaan, penganggaran, pengelolaan kawasan dan investasi;
Pengembangan sarana prasarana pendidikan dan pelatihan profesi
untuk meningkatkan kualitas tenaga kerja, khususnya dibidang
perkebunan, perikanan, dan logistik; Penyiapan tenaga kerja berkualitas
di sekitar kawasan dalam bidang industri pengolahan berteknologi tinggi;
Peningkatan koordinasi antara Badan Pengelola/ Pengusahaan,
pemerintah pusat, dan pemerintah daerah; serta upaya memberikan
pembinaan kelembagaan yang mendukung perubahan pola pikir
bisnis berorientasi daya saing secara komparatif dan kompetitif.
Meningkatkan pengetahuan dan kemampuan masyarakat dalam
upaya adaptasi dan mitigasi terhadap dampak perubahan iklim dan

BAB VII | KEBIJAKAN UMUM DAN PROGRAM PEMBANGUNAN DAERAH 34


RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH
PROVINSISULAWESI UTARA 2016-2021

bencana (urban resilience) khususnya bencana banjir, gempa bumi, tanah


longsor dan letusan gunung berapi; Membangunan infrastruktur kota terkait
dengan adaptasi dan mitigasi terhadap dampak perubahan iklim dan
bencana; Pengembangan dan menerapkan konsep kota hijau melalui: green
transportation, green openspace (ruang terbuka hijau), green waste
(pengelolaan sampah dan limbah melalui 3R), green water (efisiensi
pemanfaatan dan pengelolaan air permukaan) dan green energy
(pemanfaatan sumber energi yang efisien dan ramah lingkungan)untuk
pengurangan tingkat pencemaran di darat, laut, dan udara, pemanfaatan
energi alternatif dan terbarukan, pemanfaatan daur ulang, serta
pengembangan kegiatan perekonomian kota (green Economy) di Tomohon,
Kotamobagu, Manado dan Bitung. Selain itu akan dilakukan juga
pembangunan tanggul pemecah ombak, normalisasi daerah aliran sungai
serta penanaman satu juta pohon dikawasan lahan kritis dan disekitar
mata air sebagai upaya pemulihan keadaan lingkungan akibat kemarau
panjang tahun 2015.

13) REVITALISASI PERTANIAN DAN PERKEBUNAN


Melalui sinergitas pusat dan daerah juga akan dilaksanakan
pemberdayaan ekonomi masyarakat di bidang pertanian dan
perkebunan seperti penyediaan tenaga pendamping khususnya sub-
sektor tanaman pangan, perkebunan, dan kawasan pesisir, serta upaya
memperkuat pengembangan agroindustri berbasis kel apa
sehingga terjadi peningkatan nilai tambah dan daya saing
komoditi kelapa serta peningkatan pendapatan dan kesejahteraan
petani/pekebun kelapa, selain itu diupayakan juuga pemberian bantuan
bibit pertanian dan perkebunan bagi 1000 kelompok tani di Sulawesi
Utara.

14) PEMBANGUNAN INDUSTRI/KAWASAN EKONOMI KHUSUS BITUNG


Sasaran pembangunan KEK Bitung sebagai sentra pengolahan
perikanan, angroindustri, dan logistic melalui pengembangan klaster-klaster
industri pengolahan pertambangan, pertanian, perkebunan dan
perikanan yang berorientasi ekspor; Mengembangkan tempat
penyimpanan/pembekuan ikan yang berteknologi tinggi;
Melalui sinergitas pusat dan daerah akan diterapkan insentif fiskal
yang sesuai dengan karakteristik wilayah dan dan factor kompetitif,
antara lain fasilitas fiskal disemua bidang usaha, pembebasan PPN dan
PPNBM untuk bahan dan barang impor yang akan diolah dan digunakan
di KEK Bitung

15) INFRASTRUKTUR
Melalui sinergitas pusat dan daerah akan dibangun dan dikembangkan
pelabuhan Bitung sebagai Hub Internasional, Pembangunan jalan tol
Manado-Bitung, Pembangunan infrastruktur penunjang ekspor hasil
perkebunan dan perikanan; Pelebaran dan peningkatan jalan penghubung

BAB VII | KEBIJAKAN UMUM DAN PROGRAM PEMBANGUNAN DAERAH 35


RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH
PROVINSISULAWESI UTARA 2016-2021

kawasan strategis dan ruas dari Bandara ke lokasi Kawasan Industri;


Pembangunan Pelabuhan penunjang Kawasan; Pengembangan Bandara dan
perpanjangan landasan pacu Bandara Internasional Sam Ratulangi;
pengembangan pelabuhan Kendari, Bitung, pelabuhan Pare-pare,
Pembangunan ASEAN Ferry Roro Network; Mempercepat pembangunan dan
pengembangan jaringan jalan menuju kawasan, yaitu ruas jalan TOL
Manado-Bltung; Pembangunan bendungan Kuwil; Meningkatkan
aksesibilitas antar kota melalui penyediaan sarana transportasi antarmoda
terutama transportasi udara dan laut untuk menghubungkan antar
pusat kegiatan serta mengembangankan transportasi terintegrasi
dengan kawasan perbatasan dan penerapan konsep TOD (Transit
Oriented Development) untuk kota besar dan Kawasan Perkotaan
Metropolitan Bimindo;

16) TRANTIBMAS
Sasaran yang hendak dicapai adalah terselenggaranya kehidupan
masyarakat yang harmonis, aman, nyaman, tertib serta memiliki toleranasi
yangtinggi dalam kehidupan beragama. Upaya mencapai sasaran dilakukand
engan memperkuat koordinasi Forkopimda, BKSAUA dan FKUB sehingga
kesamaam persepsi antara pimpinan masyrakat akan memperlancar upaya-
upaya menjaga keamanan, ketertiban dna kenyamanan hidup dan berusaha
warga Sulawesi Utara.

17) REFORMASI BIROKRASI

Melalui sinergitas pusat dan daerah reformasi birokrasi dilakukan melalui:

1 Penguatan peran gubernur melalui sebagai wakil Pemerintah


Pusat;
2. Penerapan standar pelayanan dan sistem pengaduan yang
terintegrasi dengan manajemen kinerja;
3. Penguatan peran PTSP sebagai sarana penyederhanaan pelayanan
kepada masyarakat dan dunia usaha.
4. penguatan mutu pendidikan dan pelatihan berbasis kompetensi
sesuai arah dan prioritas pembangunan daerah.
5. Peningkatan proporsi belanja modal;
6. Penataan mekanisme monitoring dan evaluasi dana transfer
yang terintegrasi di tingkat provinsi secara on-line;
7. Penguatan tranparansi dan akuntabilitas kebijakan dan pengelolaan
keuangan Daerah.
8. Penataan Perangkat Daerah sesuai kewenangan UU 23 tahun 2014
9. Pelaksanaan pembangunan sesuai asas good governance (Clean and
Clear Government)
10. Penempatan ASN sesuai kompetensi dan profesionalitas
11. Pemberian insentif, penghargaan dan sanksi (rewards and
punishment bagi ASN atas pelaksanaan pekerjaan/kinerja

BAB VII | KEBIJAKAN UMUM DAN PROGRAM PEMBANGUNAN DAERAH 36


RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH
PROVINSISULAWESI UTARA 2016-2021

Strategi dan arah kebijakan serta Program Pembangunan Daerah


disajikan pada Tabel 7.7.

BAB VII | KEBIJAKAN UMUM DAN PROGRAM PEMBANGUNAN DAERAH 37

Anda mungkin juga menyukai