I. BIODATA
A. Indentitas Ibu/Suami :
5. Pendidikan : SD / SD
7. Usaha klien untuk mengatasi keluhan : dengan menggosok badan pada daerah pinggang.
1. Riwayat Keluarga :
2. Riwayat Reproduksi :
1. Riwayat Haid :
a. Menarche : 17 tahun
Amenore : 3 bulan
2. Riwayat Obstetric
1. Kebutuhan Nutrisi :
Setelah MRS/operasi :
Karbohidrat : nasi
Lemak : ---
Kalsium : ---
2. Kebutuhan Eliminasi :
Kebiasaan :
Setelah MRS/operasi :
1. Poliuri :
Kebiasaan :
Kebiasaan :
Setelah MRS/operasi :
1. Perubahan
4. Pemeriksaan Fisik
4. Tanda vital :
Temperatur : 36, ° C
Respirasi : 24 x/menit
7. Mata :
Kebersihan : bersih
8. Hidung :
Kesimetrisan : simetris
9. Mulut :
Lidah : bersih
Karies : ada
11. Leher
Payudara
Jantung :
Paru :
Abdomen :
Dengan inspekulo :
Kebersihan : --
D. Data Psikologi/Sosiologis
tentang penyakitnya.
E. Data Spiritual
1. Usaha ibu berdoa terhadap penyakitnya : rajin sholat jika tidak ada pendaarahan.
2. Pantangan menurut keyakinan ibu selama di RS : tidak ada
3. Keharusan menurut keyakinan ibu selama di RS : tidak ada
KLASIFIKASI DATA.
DATA SUBJEKTIF.
DATA OBJEKTIF.
Expresi wajah murung, kadang meringis bila nyeri timbul.
Pernafasan 24 x / menit.
Nadi 84 x/ menit.
Suhu 36 0 c
Pendidikan SD
ANALISA DATA
DS :
- Klien mengeluh sakit Nyeri
daerah panggul menjalar CA Cervix
kebokong.
- Klien mengeluh nyeri Terjadi penyebaran sel
dirasakan sejak bulan
maret 2002. Penekanan syaraf piseral
- Klien mengatakan nyeri
terus menerus.
Nosiseptor
DO :
- Expresi wajah meringis.
Kornu dorsalis medula
spinalis
- Tekanan darah 140/100
mmhg.
Serabut perifer
- Pernafasan 24 x/ mnt
- Nadi 84 x/menit.
- Suhu 36 0c Cortex cerebri
Nyeri dipersepsikan.
Pemenuhan kebutuhan
nutrisi kurang dari
CA Cervix. kebutuhan.
DS :
- Klien mengatakan nafsu Penurunan enzim
maskan kurang. pencernaan.
- Klien mengatakan
sebelumnya BB 65 Kg. Abnormalitas metabolisme
DO : glukosa dan
- Porsi makan tidak
dihabiskan 1/3 trigliserida
- dimakan.
- BB 50 Kg.
Stimulus
- Keluar darah dari jalan
reseptor volume lambung
lahir
berkepanjangan.
- Klien istirahat di tempat
tidur Kecemasan.
Nafsu makan kurang.
DS:
- Klien bertanya tentang Ca CERVIX
proses penyakitnya.
- Klien mengatakan pasrah
dengan keadaannya. Perubahan status
kesehatan
DO;
- Expresi wajah murung.
Kurang pengetahuan
Beban psikologis
meningkat
Kecemasan.
ASUHAN KEPERAWATAN PADA KASUS CA SERVIX.
KEPERAWATAN TINDAKAN
1 Nyeri B/d proses Nyeri berkurang 1. Kaji tingkat nyeri. 1. Mengetahui tingkat
dengan perawat.
2 analgetik
5. Meningkatkan
jumlah makanan
makan sehingga
tahan tubuh.
dirasakan klien
sehingga dapat
pencetus timbulnya
kcemasan.
3. Meningkatkan
kemampuan klien
sehingga dapat
kooperatif, keluarga
dapat menerima
membantu dalam
terapi.
4. BerDo,a akan
mendekatkan diri
menenangkan
sehingga
kecemasan
berkurang.
5. Klien merasa
diperhatikan
rencana terapi.
TA
NO DX
NG J IMPL
EV
AL
GA A
M
EME
NTAS
UAS
I
L
I 8–7– 1 . Jam
02 1. Meng ; 13
0 kaji .45
0 tingkat Data
1 nyeri, Subj
1. hasiln ektif
0 ya .
5 nyeri
sedang
- Klie
1 . n
1.2. men
1 Menen gelu
5 tukan h
karakt daer
1 eristik ah
1. nyeri, ping
3 hasiln gul
0 ya teras
nyeri a
2 02 dirasa i.
kan - Klie
1 terus n
1. mener men
3 us gata
5 didaer kan
ah nyer
1 pingga i
1. ng hilan
4 menjal g
3 0 ar
8–7– kebok timb
02 ong. ul
3. - Klie
Menje n
laskan men
1 penye gata
2. bab kan
0 nyeri , nyer
0 diseba i
bkan berta
oleh mba
1 proses h
2. penya bila
1 kitnya. bany
0 Hasiln ak
ya aktiv
1 klien itas.
1 2. menge Data
02 5 penye ktif.
babny- Klie
a n
nyeri. meri
4. ngis
1 Menga men
2. jarkan ahan
2 tehnik kesa
5 relaks kitan
asi . - TD
cara – 130
cara mm
1 untuk hg
2. mengu- Per
3 rangi nafa
2 0 nyeri san
atau 24
02 2. lihkan nt
3 rasa - Nad
5 nyeri i 84
denga x/m
n cara nt
menari
- SB
1 k 360c
2. nafas
melalu
4 i Ases
3 5 hidung ment
kemud .
1 ian - Mas
02 5 buska belu
5 n m
melalu terat
i asi
1 mulut Plan
atau ing
0 denga- Lan
8, n jutka
10 – 7 – 3 masas n
02 0 ge inter
pada vens
0 dawer i
8. ah 1,2,4
2 4 pingga .
0 ng. Data
Hasiln Subj
0 ya ek .
8. klien
10 – 7 – 4 dan - Klie
02 5 keluar n
ga men
dapat gata
melak kan
ukann nafs
ya. yu
5. Vital mak
Sign : an
TD kura
130/90 ng.
mmhg. Data
P 24 Obje
x/mnt. ktif.
0 SB 36- Por
0
9. c nadi si
0 84 mak
0 x/mnt. an
6. tidak
0 Analg dihai
9. etik skan
1 belum 1/3
0 yang
diberi dima
kan. kan.
Ases
sme
nt
- Mas
alah
1. belu
Meng m
kaji terat
0 pola asi.
9. makan Plen
3 , ing.
0 sebelu- Inte
m rven
sakit si
pola dilan
makan jutka
klien n
baik 1,2,3
BB 65 .
0 Kg,
8. setelah
3 sakit
0 nafsu
makan Jam
0 kurang 13.5
8. , porsi 5.
4 makan Data
5 tidak Subj
dihabi ektif
0 skan. .
8.2. - Klie
5 Menga n
5 njurka berta
n pada nya
1 klien tenta
2. makan ng
0 porsi pros
0 kecil es
tapi peny
sering, akitn
0 hasiln ya.
9. ya Data
0 klien obje
0 menge ktif.
rti dan- Exp
akan resi
melak waja
ukann h
ya. mur
3. ung.
Menje Ases
laskan sme
pentin nt.
gnya - Mas
nutrisi alah
yang belu
cukup m
, gizi terat
tinggi asi.
dapat Plen
menin ing.
gkatka- Lan
n daya jutka
tahan n
tubuh . inter
hasiln vens
ya i
klienm 1,2,3
engerti .
bahwa
gizi
yang
tinggi Subj
menin ektif
gkatka .
n daya- Klie
tahan n
tubuh. men
gelu
1. nyer
Meng i
kaji daer
tinkat ah
kecem ping
asan gul.
klien.
Hasiln- Klie
ya n
klien men
berada gata
pada kan
tingkat nyer
kecem i
asan hilan
sedang g
berfok timb
us ul.
pada - Klie
diriny n
a, men
menur gata
unnya kan
perhati nyer
an i
pada berta
lingku mba
ngan h
sekitar bila
ruanga bany
n. ak
aktiv
itas.
2. Obje
Menga ktif.
kji - Klie
penget n
ahuan men
ibu angi
tentan s
g men
penya ahan
kitnya sakit
, - Tek
penget anan
ahuan dara
ibu h
kurang 160/
tentan 110
g mm
penya hg,
kitnya. pern
3. afas
Menje an
laskan 24
tentan x/m
g nt,
penya Nadi
kitnya 88
yang x/m
diderit nt,
a klien SB
adalah 36 0
kanker c
rahim Ases
yang sme
tidak nt.
diketa- Mas
hui alah
penye belu
babny m
a dan terat
berada asi.
pada Plen
stadiu ing.
m III- Lan
dan jutka
pengo n
batann inter
ya vens
hanya i.
dapat Jam.
dilaku 13.4
kan 5.
pengo Subj
batan ektif
melalu .
i infus- Klie
dan n
sinar. men
4. gata
menga kan
njurka nafs
n pada u
klien mak
dan an
keluar kura
ga ng.
untuk- Klie
berdoa n
menur mala
ut s
agama mak
islam , an.
klien Obje
dan ktif.
keluar- Por
ga si
pasrah mak
pada an
Tuhan. tidak
5. diha
Memb bisk
erikan an
kesem 1/3
patan dima
pada kan.
klien Ases
dan sme
keluar nt.
ga - Mas
untuk alah
mengu belu
ngkap m
kan
perasa terat
annya asi.
: klien Plen
menga ing.
takan - Inte
ingin rven
sekali si
sembu dilan
h dari jutka
penya n
kitnya 1,2,3
dan .
meneri
ma Jam
terapi 13.4
yang 5
dianju Subj
ektif
rkan.
.
Dan
- Klie
peraw n
tidak
at
berta
mende
nya
ngar tenta
denga ng
pros
n
es
sikap
peny
empati akitn
ya.
.
- Klie
n
1. Vital men
gata
Sign :
kan
TD
pasr
160/12 ah
deng
0
an
mmhg.
kead
P 24 aann
ya.
x/mnt.
Obje
SB 36
ktif.
0
c nadi
- Exp
resi
88
waja
x/mnt.
h
2. tena
ng.
Meng
Ases
kaji
eem
tingkat ent.
nyeri,
hasiln- Mas
ya alah
nyeri terat
sedang asi.
skala
4. Subj
ektif
3. .
Menca- Klie
tat n
lokasi men
nyeri, gata
hasiln kan
ya nyer
nyeri i
pinggu berk
l uran
menjal g.
ar Obje
kedaer ktif.
ah - Exp
bokon resi
g. waja
h
tena
ng.
- TD
100/
70
mm
hg.
P 20
x/m
nt,N
1. adi
Meng 80
kaji x/m
pola nt.
makan SB
klien, 36 0c
hasiln Ases
ya sme
klien nt.
menga- Mas
takan alah
malas telah
makan terat
dan asi.
nafsu
makan
kurang
2.
Menga
njurka
n pada
klien
makan
porsi
kecil
tapi
sering.
Hasiln
ya
klien
menga
takan
telah
melak
ukann
ya.
3.
Menje
laskan
pentin
gnya
makan
seimb
ang.
Hasiln
ya
klien
menga
takan
menge
rti
pentin
gnya
makan
seimb
ang
untuk
menin
gkatka
daya
tahan
tubuh.
1.
Meng
kaji
tingkat
kecem
asan
klien.
Hasiln
ya
klien
berada
pada
kecem
asan
sedang
2.
Menga
njurka
n pada
klien
dan
keluar
ga
untuk
berdoa
3.
Memb
erikan
kesem
patan
pada
klien
dan
keluar
ga
untuk
mengu
ngkap
kan
perasa
an.
1.
Obser
vasi
vital
sign :
Tekan
an
darah
120/90
mmhg.
Nadi
84
x/mnt.
Pernaf
asan
24
x/mnt.
SB.
36.3 0c
2.
Meng
kaji
tingkat
nyeri
klien.
Hasiln
ya
nyeri
masih
ada,
nyeri
tingkat
sedang
.
3.
Menca
tat
lokasi
nyeri
hasiln
ya
nyeri
pinggu
menjal
ar
kedaer
ah
bokon
g.
4.
Pembe
rian
obat
sitosta
tika
seri ,I.
1.
Meng
kaji
pola
makan
klien
hasiln
ya.
Klien
menga
takan
malas
makan
dan
nafsu
makan
menur
un.
2.
Menga
njurka
n pada
klien
makan
porsi
kecil
sering.
Hasiln
ya
kklien
menga
takan
telah
melak
ukan.
Hidayatul Mahsunah
Kamis, 22 Januari 2015
ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN CA CERVIX
(KANKER SERVIKS )
Disusun Oleh :
Hidayatul Mahsunah
PROGRAM S1 KEPERAWATAN
UNIVERSITAS GRESIK
23 JANUARI 2015
KATA PENGANTAR
Alhamdulilla, puji syukur dilafadzkan kehadirat Ilahi ROBBI yang telah memberikan
ni’mat dan karunia-NYA sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah yang berjudul ” Asuhan
keperawatan pada pasien dengan ca.cervix dapat terselesaikan tepat pada waktunya.
Dalam penyusunan makalah ini penulis menyadari masih jauh dari sempurna,untuk itu
penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun. Demi tercapainya tujuan belajar
kita. Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi penulis khususnya dan semua teman S1
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL.............................................................................. i
KATA PENGANTAR.......................................................................... ii
DAFTAR ISI....................................................................................... . iii
BAB I. PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang ......................................................................... 04
1.2. Rumusan Masalah ................................................................. 06
1.3. Tujuan ................................................................................... 06
1.4. Manfaat .................................................................................. 07
BAB II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Definisi Ca.Cervix ..…………………………………………. 08
2.2. Epidemiologi ……………………………………………….. 08
2.3 Etiologi Ca.Cervix…………………………………………… 09
2.4. Patofisiologi Ca.Cervix …………………………………….. 11
2.5. Tanda dan Gejala Ca.Cervix ……………………………….. 12
2.6. Pemeriksaan Penunjang Ca.Cervix ………………………… 13
2.7. Kriteria Diagnosa Ca.Cervix ……………………………….. 16
2.8. Penatalaksanaan Ca.Cervix………………………………… 17
2.9. Komplikasi …………………………………………………. 28
2.10. Pencegahan ……………………………………………… 28
2.11.Prognosis ………………………………………………….. 30
2.12 WOC ……………………………………………………… 31
BAB III. Asuhan Keperawatan
3.1 Pengkajian ………………………………………………. 32
3.2 Analisa Data …………………………………………….. 34
3.3 Diagnosa Keperawatan ………………………………….. 36
3.4 Rencana Tindakan …………………………………... 37
3.5 Implementasi ………………...……………………….. 42
3.6 Evaluasi ……………………………………………….. 42
DAFTAR PUSTAK…………………………………….. …… 43
BAB I
PENDAHULUAN
Kanker serviks adalah pertumbuhan sel-sel mulut rahim / serviks yang abnormal dimana sel-
sel ini mengalami perubahan ke arah displasia atau mengarah pada keganasan. Kanker ini biasanya
menyerang wanita yang pernah atau sedang berada dalam status sexually active. Biasanya kanker
ini menyerang wanita yang telah berumur, terutama paling banyak pada wanita yang berusia 35 -
55 tahun. Akan tetapi, tidak mustahil wanita yang mudapun dapat menderita penyakit ini, asalkan
Terdapat kemungkinan 1 di antara 3000 kehamilan bagi seorang wanita penderita kanker serviks.
Namun, adanya kanker serviks memberi pengaruh yang tidak baik dalam kehamilan, persalinan,
dan nifas. Kanker serviks dapat memicu terjadinya abortus akibat pendarahan dan hambatan dalam
pertumbuhan janin karena pertumbuhan neoplasma tersebut. Apabila penyakit ini tidak diobati
lebih lanjut, pada kira-kira dua pertiga usia kehamilan penderita menjelang cukup bulan, dapat
Pengaruh kanker serviks pada waktu persalinan, antara lain kekakuan serviks karena jaringan
kanker yang terbentuk, akan menghambat proses persalinan (khususnya Kala I). Bila tumor yang
terbentuk lunak dan hanya terbatas pada sebagian serviks, pembukaan pada waktu persalinan dapat
menjadi lengkap dan bayi bisa lahir spontan. Dalam masa nifas, sering terjadi infeksi.
Adapun penyebab pasti terjadinya perubahan sel-sel normal mulut rahim menjadi se-sel yang
ganas tidak diketahui secara pasti. Namun, ada beberapa faktor yang dapat mempengaruhi
perubahan tersebut, antara lain : hubungan seksual pada usia dini (< 17 tahun), hubungan seksual
multi partner, infeksi HPV (Human Papilloma Virus), dan genetik (namun, persentasenya sangat
kecil). Ada juga beberapa faktor yang mempengaruhi insiden kanker serviks yaitu : usia,
melahirkan lebih dari 3x, personal hygiene, status sosial ekonomi, terpajan virus terutama virus
Beberapa gejala yang bisa timbul pada penderita kanker serviks, antara lain : keputihan atau
keluarnya cairan encer dan berbau busuk dari vagina, pendarahan, hematuria, anemia, kelemahan
pada ekstremitas bawah, timbul nyeri panggul (pelvis) atau di perut bagian bawah. Pada stadium
lanjut, badan menjadi lebih kurus, edema kaki, timbul iritasi kandung kencing dan rektum, bahkan
Setiap tahunnya, terdapat kurang lebih 500 ribu kasus baru kanker leher rahim, sebanyak 80
persen terjadi pada wanita yang hidup di negara berkembang. Sedikitnya 231.000 wanita di seluruh
dunia meninggal akibat kanker leher rahim. Dari jumlah itu, 50% kematian terjadi di negara-negara
berkembang. Kematian pada kasus kanker serviks terjadi karena sebagian besar penderita yang
berobat sudah berada dalam stadium lanjut. (Syaifullaoh Nur. 2012) Padahal, dengan
ditemukannya kanker ini pada stadium dini, kemungkinan penyakit ini dapat disembuhkan sampai
hampir 100%. Kini, cara terbaik yang bisa dilakukan untuk mencegah kanker ini adalah melalui
skrining yang dinamakan Pap Smear. Pap smear adalah suatu pemeriksaan sitologi untuk
mengetahui adanya keganasan (kanker) dengan mikroskop. Pemeriksaan ini mudah dikerjakan,
cepat dan tidak menimbulkan rasa sakit. Dengan adanya upaya deteksi dini ini, diharapkan angka
Berdasarkan fenomena di atas, penulis ingin mengkaji lebih lanjut bagaimana asuhan
1.3 Tujuan
1.4 Manfaat
Makalah asuhan keperawatan pada pasien dengan ca.cervik ini bisa bermanfaat bagi penulis
secara pribadi dan juga bermanfaat bagi pembaca secara luas sebagai pembelajaran
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Definisi
Kanker adalah istilah umum yang mencakup setiap pertumbuhan maligna dalam setiap bagian
tubuh, pertumbuhan ini tidak bertujuan, bersifat parasit, dan berkembang dengan mengorbankan
melapisi ektoserviks (porsio) dan endoserviks kanalis serviksalis yang disebut squamo-columnar
Kanker serviks merupakan sel-sel kanker yang menyerang bagian squamosa columnar
Kanker serviks merupakan karsinoma ginekologi yang terbanyak diderita (Kapita Selekta
Kedokteran Jilid I)
Kanker leher rahim (serviks) atau karsinoma serviks uterus merupakan kanker pembunuh
wanita nomor dua di dunia setelah kanker payudara. Setiap tahunnya, terdapat kurang lebih 500
ribu kasus baru kanker leher rahim (cervical cancer), sebanyak 80 persen terjadi pada wanita yang
hidup di negara berkembang. Sedikitnya 231.000 wanita di seluruh dunia meninggal akibat kanker
leher rahim. Dari jumlah itu, 50% kematian terjadi di negara-negara berkembang. Hal itu terjadi
Di dunia, lebih dari 700 wanita meninggal setiap hari karena kanker serviks. Di Indonesia,
kanker serviks menempati urutan pertama kanker pada wanita.Setiap hari di Indonesia ada 40
orang wanita terdiagnosa dan 20 wanita meninggal karena kanker serviks. Kanker serviks
merupakan penyakit yang telah diketahui penyebabnya dan telah diketahui perjalanan
penyakitnya. Ditambah juga sudah ada metode deteksi dini kanker serviks dan adanya pencegahan
dengan vaksinasi, seharusnya angka kejadian dan kematian akibat kanker serviks dapat diturun.
Banyaknya kasus kanker serviks di Indonesia disebabkan pengetahuan tentang kanker serviks yang
kurang sehingga kesadaran masyarakat untuk deteksi dini pun masih rendah. (sumber :
http://healthycaus.blogspot.com)
2.3 Etiologi / Predisposisi
Penyebab langsung kanker serviks belum diketahui. Faktor ekstrinsik yang diduga
berhubungan dengan insiden karsinoma serviks, antara lain infeksi Human Papilloma Virus (HPV)
dan spermatozoa. Karsinoma serviks timbul di sambungan skuamokolumner serviks. Faktor resiko
yang berhubungan dengan karsinoma serviks ialah perilaku seksual berupa mitra seks multipel,
multi paritas, nutrisi, rokok, dan lain-lain. Karsinoma serviks dapat tumbuh eksofitik maupun
endofitik.
Menurut Wiknjosastro Hanifa ada beberapa faktor yang dapat meningkatkan resiko
1. Hubungan seks pada usia muda atau pernikahan pada usia muda
Faktor ini merupakan faktor risiko utama. Semakin muda seorang perempuan melakukan
hubungan seks, semakin besar risikonya untuk terkena kanker serviks. Berdasarkan penelitian para
ahli, perempuan yang melakukan hubungan seks pada usia kurang dari 17 tahun mempunyai resiko
3 kali lebih besar daripada yang menikah pada usia lebih dari 20 tahun.
Perilaku seksual berupa gonta - ganti pasangan seks akan meningkatkan penularan penyakit
kelamin. Penyakit yang ditularkan, salah satunya adalah infeksi Human Papilloma Virus (HPV)
telah terbukti dapat meningkatkan timbulnya kanker serviks, penis dan vulva. Resiko terkena
kanker serviks menjadi 10 kali lipat pada wanita yang mempunyai partner seksual 6 orang atau
lebih. Di samping itu, virus herpes simpleks tipe 2 dapat menjadi faktor pendamping.
3. Faktor genetik
Terjadinya mutasi sel pada sel epitel skuamosa serviks yang menyebabkan terjadinya kanker
serviks pada wanita dapat diturunkan melalui kombinasi genetik dari orang tua ke anaknya.
4. Kebiasaan merokok
Wanita perokok memiliki risiko 2 kali lebih besar terkena kanker serviks dibandingkan dengan
wanita yang tidak merokok. Penelitian menunjukkan, lendir serviks pada wanita perokok
mengandung nikotin yang dapat menurunkan daya tahan serviks di samping merupakan ko-
karsinogen infeksi virus. Selain itu, rokok mengandung zat benza @ piren yang dapat memicu
terbentuknya radikal bebas dalam tubuh yang dapat menjadi mediator terbentuknya displasia sel
Ada beberapa penelitian yang menyimpulkan bahwa defisiensi vitamin C dapat meningkatkan
risiko terjadinya displasia ringan dan sedang, serta mungkin juga meningkatkan risiko terjadinya
kanker serviks pada wanita yang makanannya rendah beta karoten dan retinol (vitamin A).
6. Multiparitas
Trauma mekanis yang terjadi pada waktu paritas dapat mempengaruhi timbulnya infeksi,
Bisa disebabkan oleh nikotin yang dikandung dalam rokok, dan penyakit yang sifatnya
Umumnya, golongan wanita dengan latar belakang ekonomi lemah tidak mempunyai biaya
untuk melakukan pemeriksaan sitologi Pap Smear secara rutin, sehingga upaya deteksi dini tidak
dapat dilakukan.
2.4 Patofisiologi
Karsinoma serviks timbul di batas antara epitel yang melapisi ektoserviks (porsio) dan
endoserviks kanalis serviks yang disebut sebagai squamo-columnar junction (SCJ). Histologi
antara epitel gepeng berlapis (squamous complex) dari portio dengan epitel kuboid/silindris
pendek selapis bersilia dari endoserviks kanalis serviks. Pada wanita SCJ ini berada di luar ostius
uteri eksternum, sedangkan pada wanita umur > 35 tahun, SCJ berada di dalam kanalis serviks.
1. Eksofilik mulai dari SCJ ke arah lumen vagina sebagai masa yang mengalami infeksi sekunder
dan nekrosis.
2. Endofilik mulai dari SCJ tumbuh ke dalam stomaserviks dan cenderung untuk mengadakan
3. Ulseratif mulai dari SCJ dan cenderung merusak struktur jaringan serviks dengan melibatkan awal
Serviks normal secara alami mengalami proses metaplasi/erosio akibat saling desak-mendesak
kedua jenis epitel yang melapisi. Dengan masuknya mutagen, porsio yang erosif (metaplasia
skuamosa) yang semula fisiologik dapat berubah menjadi patologik melalui tingkatan NIS I, II, III
dan KIS untuk akhirnya menjadi karsinoma invasif. Sekali menjadi mikroinvasif atau invasif,
Periode laten dari NIS – I s/d KIS 0 tergantung dari daya tahan tubuh penderita. Umumnya
fase pra invasif berkisar antara 3 – 20 tahun (rata-rata 5 – 10 tahun). Perubahan epitel displastik
serviks secara kontinyu yang masih memungkinkan terjadinya regresi spontan dengan pengobatan
/ tanpa diobati itu dikenal dengan Unitarian Concept dari Richard. Hispatologik sebagian besar 95-
97% berupa epidermoid atau squamos cell carsinoma sisanya adenokarsinoma, clearcell
Pada fase prakanker (tahap displasia), sering tidak ada gejala atau tanda-tanda yang khas.
1. Keputihan atau keluar cairan encer dari vagina. Getah yang keluar dari vagina ini makin lama akan
2. Perdarahan setelah senggama (post coital bleeding) yang kemudian berlanjut menjadi perdarahan
yang abnormal
3. Pada fase invasif dapat keluar cairan berwarna kekuning-kuningan dan berbau busuk.
7. Timbul nyeri panggul (pelvis) atau di perut bagian bawah bila ada radang panggul. Bila nyeri
terjadi di daerah pinggang ke bawah, kemungkinan terjadi infiltrasi kanker pada serabut saraf
lumbosakral.
8. Pada stadium lanjut, badan menjadi kurus kering karena kurang gizi, edema kaki, timbul iritasi
kandung kencing dan poros usus besar bagian bawah (rektum), terbentuknya fistel vesikovaginal
Salah satu pemeriksaan sitologi yang bisa dilakukan adalah pap smear. Pap smear merupakan
salah satu cara deteksi dini kanker leher rahim. Test ini mendeteksi adanya perubahan-perubahan
sel leher rahim yang abnormal, yaitu suatu pemeriksaan dengan mengambil cairan pada laher
Saat ini telah ada teknik thin prep (liquid base cytology) adalah metoda pap smear yang
dimodifikasi yaitu sel usapan serviks dikumpulkan dalam cairan dengan tujuan untuk
menghilangkan kotoran, darah, lendir serta memperbanyak sel serviks yang dikumpulkan sehingga
sikat (brush) kemudian sikat dimasukkan ke dalam cairan dan disentrifuge, sel yang terkumpul
Pap smear hanyalah sebatas skrining, bukan diagnosis adanya kanker serviks. Jika ditemukan
hasil pap smear yang abnormal, maka dilakukan pemeriksaan standar berupa kolposkopi.
Penanganan kanker serviks dilakukan sesuai stadium penyakit dan gambaran histopatologimnya.
b. Kolposkopi
Pemeriksaan dengan pembesaran (seperti mikroskop) yang digunakan untuk mengamati secara
langsung permukaan serviks dan bagian serviks yang abnormal. Dengan kolposkopi akan tampak
jelas lesi-lesi pada permukaaan serviks, kemudian dilakukan biopsi pada lesi-lesi tersebut.
IVA merupakan tes alternatif skrining untuk kanker serviks. Tes sangat mudah dan praktis
dilaksanakan, sehingga tenaga kesehatan non dokter ginekologi, bidan praktek dan lain-lain.
Prosedur pemeriksaannya sangat sederhana, permukaan serviks/leher rahim diolesi dengan asam
asetat, akan tampak bercak-bercak putih pada permukaan serviks yang tidak normal.
d. Serviksografi
Servikografi terdiri dari kamera 35 mm dengan lensa 100 mm dan lensa ekstensi 50 mm.
Fotografi diambil oleh tenaga kesehatan dan slide (servikogram) dibaca oleh yang mahir dengan
kolposkop. Disebut negatif atau curiga jika tampak kelainan abnormal, tidak memuaskan jika SSK
tidak tampak seluruhnya dan disebut defek secara teknik jika servikogram tidak dapat dibaca
Kerusakan (defect) secara teknik pada servikogram kurang dari 3%. Servikografi dapat
sitologi mempunyai sensitivitas masing-masing 83% dan 98% sedang spesifisitas masing-masing
73% dan 99%. Perbedaan ini tidak bermakna. Dengan demikian servikografi dapat di-gunakan
sebagai metoda yang baik untuk skrining massal, lebih-lebih di daerah di mana tidak ada seorang
spesialis sitologi, maka kombinasi servikogram dan kolposkopi sangat membantu dalam deteksi
kanker serviks.
e. Gineskopi
digunakan untuk meningkatkan skrining dengan sitologi. Biopsi atau pemeriksaan kolposkopi
dapat segera disarankan bila tampak daerah berwarna putih dengan pulasan asam asetat.
Sensitivitas dan spesifisitas masing-masing 84% dan 87% dan negatif palsu sebanyak 12,6% dan
positif palsu 16%. Samsuddin dkk pada tahun 1994 membandingkan pemeriksaan gineskopi
dengan pemeriksaan sitologi pada sejumlah 920 pasien dengan hasil sebagai berikut: Sensitivitas
95,8%; spesifisitas 99,7%; predictive positive value 88,5%; negative value 99,9%; positif palsu
11,5%; negatif palsu 4,7% dan akurasi 96,5%. Hasil tersebut memberi peluang digunakannya
gineskopi oleh tenaga paramedis / bidan untuk mendeteksi lesi prakanker bila fasilitas pemeriksaan
Penanda tumor adalah suatu suatu substansi yang dapat diukur secara kuantitatif dalam kondisi
prakanker maupun kanker. Salah satu PT yang dapat digunakan untuk mendeteksi adanya
perkembangan kanker serviks adalah CEA (Carcino Embryonic Antigen) dan HCG (Human
Chorionic Gonadotropin). Kadar CEA abnormal adalah > 5 µL/ml, sedangkan kadar HCG
abnormal adalah > 5ηg/ml. HCG dalam keadaan normal disekresikan oleh jaringan plasenta dan
mencapai kadar tertinggi pada usia kehamilan 60 hari. Kedua PT ini dapat dideteksi melalui
Pemeriksaan ini dilakukan untuk mendeteksi tingkat komplikasi pendarahan yang terjadi pada
penderita kanker serviks dengan mengukur kadar hemoglobin, hematokrit, trombosit dan
Tidak ditemukan sel ganas. Ulangi pemeriksaan sitologi dalam 1 tahun lagi.
Inkonklusif
Sediaan tidak memuaskan. Bisa disebabkan fiksasi tidak baik. Tidak ditemukan sel
endoserviks, gambaran sel radang yang padat menutupi sel. Ulangi pemeriksaan sitologi setelah
Displasia
Terdapat sel - sel diskariotik pada pemeriksaan mikroskopik. Derajat ringan, sedang, sampai
karsinoma in situ. Diperlukan konfirmasi dengan kolposkopi dan biopsi. Dilakukan penangan lebih
Terdapat sel - sel ganas pada lapisan epitel serviks melalui pengamatan mikroskopik. Harus
dilakukan biopsi untuk memperkuat diagnosis. Penanganan harus dilakukan di rumah sakit rujukan
2.8 Penatalaksanaan
secara histologik dan sesudah dikerjakan perencanaan yang matang oleh tim
yang sanggup melakukan rehabilitasi dan pengamatan lanjutan (tim kanker / tim
onkologi) (Wiknjosastro, 1997). Penatalaksanaan yang dilakukan pada klien kanker serviks,
tergantung pada stadiumnya. penatalaksanaan medis terbagi menjadi tiga cara yaitu: histerektomi,
Di bawah ini adalah klasifikasi penatalaksanaan medis secara umum berdasarkan stadium
kanker serviks :
STADIUM PENATALAKSANAAN
0 Biopsi kerucut
Histerektomi transvaginal
Ia Biopsi kerucut
Histerektomi transvaginal
Histerektomi radikal dengan limfadenektomi panggul dan evaluasi
Ib,Iia
kelenjar limfe paraaorta (bila terdapat metastasis dilakukan radioterapi
pasca pembedahan
IIb, III, IV
Histerektomi transvaginal
Radioterapi
IVa, IVb
Radiasi paliatif
Kemoterapi
(sumber : Kapita Selekta Kedokteran Jilid 1)
Manajemen yang tepat diperlukan pada karsinoma insitu. Biopsi dengan kolposkopi oleh
dilakukan. Pilihan terapi pada pasien dengan tumor insitu beragam bergantung pada usia,
kebutuhan fertilitas, dan kondisi medis lainnya. Hal penting yang harus diketahui juga adalah
Karsinoma insitu digolongkan sebagai high grade skuamous intraepitelial lesion (HGSIL).
Beberapa terapi yang dapat digunakan adalah loop electrosurgical excision procedure (LEEP),
konisasi, krioterapi dengan bimbingan kolposkopi, dan vaporisasi laser. Pada seleksi kasus yang
ketat maka LEEP dapat dilakukan selain konisasi. LEEP memiliki keunggulan karena dapat
bertindak sebagai biopsi luas untuk pemeriksaan lebih lanjut. Keberhasilan eksisi LEEP mencapai
90% sedangkan konisasi mencapai 70-92%. Teknik lain yang dapat dilakukan untuk terapi
karsinoma insitu adalah krioterapi yang keberhasilannya mencapai 80-90% bila lesi tidak luas
(<2,5 cm), tetapi akan turun sampai 50% apabila lesi luas (> 2,5 cm). Evaporasi laser pada HGSIL
memberikan kerbehasilan sampai 94% untuk lesi tidak luas dan 92% untuk lesi luas. HGSIL yang
disertai NIS III memberikan indikasi yang kuat untuk dilakukan histerektomi. Pada 795 kasus
HGSIL yang dilakukan konisasi didapatkan adanya risiko kegagalan 0,9-1,2% untuk terjadinya
karsinoma invasif.
Manajemen Mikroinvasif
Diagnosis untuk stadium IA1 dan IA2 hanya dapat ditegakkan setelah biopsi cone dengan batas
sel-sel normal, trakelektomi, atau histerektomi. Bila biopsi cone positif menunjukkan CIN III atau
kanker invasif sebaiknya dilakukan biopsi cone ulangan karena kemungkinan stadium penyakitnya
lebih tinggi yaitu IB. Kolposkopi dianjurkan untuk menyingkirkan kemungkinan adanya vaginal
Stadium serviks IA1 diterapi dengan histerektomi total baik abdominal maupun vaginal.
Apabila ada VAIN maka vagina yang berasosiasi harus ikut diangkat. Pertimbangan fertilitas pada
pasien-pasien dengan stadium ini mengarahkan terapi pada hanya biopsi cone diikuti dengan Pap’s
smear dengan interval 4 bulan, 10 bulan, dan 12 bulan bila hasilnya negatif. Stadium serviks IA2
berasosiasi dengan penyebaran pada kelenjar limfe sampai dengan 10% sehingga terapinya adalah
modified radical hysterectomy diikuti dengan limfadenektomi. Pada stadium ini bila kepentingan
fertilitas masih dipertimbangkan atau tidak ditemukan bukti invasi ke kelenjar limfe maka dapat
dilakukan biopsi cone yang luas disertai limfadenektomi laparoskopi atau radikal trakelektomi
dengan limfadenektomi laparoskopi. Observasi selanjutnya dilakukan dengan Pap’s smear dengan
Pasien-pasien dengan tumor yang tampak harus dilakukan biopsi untuk konfirmasi diagnosis.
Apabila ditemukan gejala-gejala yang berhubungan dengan metastasis maka sebaiknya dilakukan
pemeriksaan seperti sistoskopi dan sigmoidoskopi. Pemeriksaan foto toraks dan evaluasi fungsi
ginjal sangat dianjurkan. Stadium awal karsinoma serviks invasif adalah stadium IB sampai IIA
(< 4cm). Stadium ini memiliki prognosis yang baik apabila diterapi dengan operasi atau
radioterapi. Angka kesembuhan dapat mencapai 85% sampai 90% pada pasien dengan massa yang
kecil. Ukuran tumor merupakan faktor prognostik yang penting untuk kesembuhan atau angka
Penelitian kontrol acak selama 5 tahun mendapatkan bahwa radioterapi atau operasi
menunjukkan angka harapan hidup 5 tahunan yang sama dan tingkat kekambuhan yang sama-sama
kecil untuk terapi karsinoma serviks stadium dini. Morbiditas terutama meningkat apabila operasi
dan radiasi dilakukan bersama-sama. Namun, pemilihan pasien dengan penegakkan stadium yang
baik dibutuhkan untuk menentukan terapi operatif. Jenis operasi yang dianjurkan untuk stadium
IB dan IIA (dengan massa < 4cm) adalah modified radical hysterectomy atau radical abdominal
pada jaringan hasil operasi dan bila didapatkan penyebaran pada kelenjar limfe paraaorta atau
sekitar pelvis maka dilakukan radiasi pelvis dan paraaorta. Radiasi langsung dilakukan apabila
besar massa mencapai lebih dari 4 cm tanpa harus menunggu hasil patologi anatomi kelenjar limfe.
Penelitian kontrol acak menunjukkan bahwa pemberian terapi sisplatin yang bersamaan
dengan radioterapi setelah operasi yang memiliki invasi pada kelenjar limfe, parametrium, atau
batas-batas operatif menunjukkan keuntungan secara klinis. Penelitian dengan berbagai dosis dan
jadwal pemberian sisplatin yang diberikan bersamaan dengan radioterapi menunjukkan penurunan
risiko kematian karena kanker serviks sebanyak 30-50%. Risiko juga meningkat apabila didapat
ukuran massa yang lebih dari 4 cm walaupun tanpa invasi pada kelenjar-kelenjar limfe,infiltrasi
pada kapiler pembuluh darah, invasi di lebih dari 1/3 stroma serviks. Radioterapi pelvis adjuvan
akan meningkatkan kekambuhan lokal dan menurunkan angka progresifitas dibandingkan tanpa
radioterapi.
untuk memilih terapi optimal. Angka harapan hidup dan kontrol terhadap rekurensi lokal lebih
baik apabila didapatkan infiltrasi satu parametrium dibandingkan kedua parametrium. Pengobatan
terpilih adalah radioterapi lengkap, dilanjutkan penyinaran intrakaviter. Terapi variasi yang
docetaxel, dan gemcitabine. Pengobatan bersifat paliatif bila stadium mencapai staidum IVB
Berdasarkan kekuatan obat anti nyeri kanker, dikenal 3 tingkatan obat, yaitu :
1. Nyeri ringan (VAS 1-4) : obat yang dianjurkan antara lain Asetaminofen, OAINS (Obat Anti-
Inflamasi Non-Steroid)
2. Nyeri sedang (VAS 5-6) : obat kelompok pertama ditambah kelompok opioid ringan seperti kodein
dan tramadol
3. Nyeri berat (VAS 7-10) : obat yang dianjurkan adalah kelompok opioid kuat seperti morfin dan
Operasi
Operasi bertujuan untuk mengambil atau merusak kanker. Bisa menggunakan bedah
mikrografik atau laser. Tujuan utamanya untuk mengangkat keseluruhan tumor / kanker.
Konisasi (cone biopsy): pembuatan sayatan berbentuk kerucut pada serviks dan kanal serviks
untuk diteliti oleh ahli patologi. Digunakan untuk diagnosa ataupun pengobatan pra-kanker serviks
Cryosurgery: yaitu pengobatan dengan cara membekukan dan menghancurkan jaringan abnormal
Bedah laser: untuk memotong jaringan atau permukaan lesi pada kanker serviks
Loop electrosurgical excision procedure (LEEP): menggunakan arus listrik yang dilewati pada
Umur pasien sebaiknya sebelum menopause, atau bila keadaan umum baik,
dapat juga pada pasien yang berumur kurang dari 65 tahun. Pasien juga
harus bebas dari penyakit umum (resiko tinggi) seperti: penyakit jantung,
Radikal Histerektomi: pengangkatan seluruh rahim dan serviks, indung telur, tuba falopi maupun
Stadium pra kanker ataupun kanker serviks yang kurang invasif (stadium IA) biasanya diobati
dengan histerektomi. Bila pasien masih ingin memiliki anak, metode LEEP atau cone biopsy dapat
menjadi pilihan.
Ukuran tumor lebih kecil dari 4cm: radikal histerektomi ataupun radioterapi dengan/tanpa
kemoterapi.
Ukuran tumor lebih besar dari 4cm: radioterapi dan kemoterapi berbasis cisplatin, histerektomi,
abdominal histerektomi atau lewat vagina (vaginalis histerektomi). Perawatan di Rumah Sakit
biasanya lebih lama abdominal histerektomi daripada vaginal histerektomi (4-6 hari rata-rata) dan
biaya juga lebih banyak. Prosedur ini lebih memakan waktu (sekitar 2 jam, kecuali uterus tersebut
berukuran lebih besar pada vaginal histerektomi ) justru lebih lama. Perlu diingat aturan utama
sebelum dilakukan tipe histerektomi, wanita harus melalui beberapa test untuk memilih prosedur
mengevaluasi uterus di ovarium, Pap smear terbaru, USG panggul, tergantung pada temuan diatas.
Beberapa hari setelah menjalani histerektomi, penderita bisa mengalami nyeri di perut bagian
bawah. Untuk mengatasinya bisa diberikan obat pereda nyeri. Penderita juga mungkin akan
mengalami kesulitan dalam berkemih dan buang air besar. Untuk membantu pembuangan air
kemih bisa dipasang kateter. Beberapa saat setelah pembedahan, aktivitas penderita harus dibatasi
agar penyembuhan berjalan lancar. Aktivitas normal (termasuk hubungan seksual) biasanya bisa
kembali dilakukan dalam waktu 4-8 minggu. Setelah menjalani histerektomi, penderita tidak akan
mengalami menstruasi lagi. Histerektomi biasanya tidak mempengaruhi gairah seksual dan
kemampuan untuk melakukan hubungan seksual. Tetapi banyak penderita yang mengalami
berubah dan penderita merasakan kehilangan karena dia tidak dapat hamil lagi.
Kemoterapi
Memberikan obat antikanker untuk membunuh sel-sel kanker. Bisa berupa obat yang diminum,
dimasukkan bersama cairan intravena, atau injeksi. Contoh obat yang diberikan dalam kemoterapi,
misalnya sitostatika.
Kemoterapi adalah penatalaksanaan kanker dengan pemberian obat melalui infus, tablet, atau
intramuskuler. (Prayetni, 1997). Obat kemoterapi digunakan utamanya untuk membunuh sel
kanker dan menghambat perkembangannya. Tujuan pengobatan kemoterapi tegantung pada jenis
kanker dan fasenya saat didiagnosis. Beberapa kanker mempunyai penyembuhan yang dapat
diperkirakan atau dapat sembuh dengan pengobatan kemoterapi. Dalam hal lain, pengobatan
mungkin hanya diberikan untuk mencegah kanker yang kambuh, ini disebut pengobatan adjuvant.
Dalam beberapa kasus, kemoterapi diberikan untuk mengontrol penyakit dalam periode waktu
yang lama walaupun tidak mungkin sembuh. Jika kanker menyebar luas dan dalam fase akhir,
kemoterapi digunakan sebagai paliatif untuk memberikan kualitas hidup yang lebih baik.
Kemoterapi kombinasi telah digunakan untuk penyakit metastase karena terapi dengan agen-agen
dosis tunggal belum memberikan keuntungan yang memuaskan. (Gale & Charette, 2000). Contoh
obat yang digunakan pada kasus kanker serviks antara lain CAP (Cyclophopamide Adremycin
Platamin), PVB (Platamin Veble Bleomycin) dan lain - lain (Prayetni, 1997). Cara pemberian
kemoterapi:
1. Ditelan
2. Disuntikkan
3. Diinfus
Obat kemoterapi yang paling sering digunakan sebagai terapi awal / bersama terapi radiasi pada
stage IIA, IIB, IIIA, IIIB, and IVA adalah : Cisplatin., Fluorouracil (5-FU). Sedangkan Obat
kemoterapi yang paling sering digunakan untuk kanker serviks stage IVB / recurrent adalah :
Mitomycin. Paclitaxel, Ifosfamide. Topotecan telah disetujui untuk digunakan bersama dengan
cisplastin untuk kanker serviks stage lanjut, dapat digunakan ketika operasi / radiasi tidak dapat
dilakukan atau tidak menampakkan hasil; kanker serviks yang timbul kembali / menyebar ke organ
lain.
menghancurkan sel kanker yang mungkin tertinggal dan mengurangi resiko kekambuhan kanker.
4. Untuk mengurangi gejala terkait kanker yang menyebabkan ketidaknyamanan dan memperbaiki
Lemas
Timbulnya mendadak atau perlahan dan tidak langsung menghilang saat beristirahat, kadang
Mual dan muntah berlangsung singkat atau lama. Dapat diberikan obat anti mual sebelum, selama,
Gangguan pencernaan
Beberapa obat kemoterapi dapat menyebabkan diare, bahkan ada yang diare sampai dehidrasi berat
Bila terjadi diare : kurangi makan-makanan yang mengandung serat, buah dan sayur. Harus minum
Bila susah BAB : makan-makanan yang berserat, dan jika memungkinkan olahraga.
Sariawan
Rambut rontok
Kerontokan rambut bersifat sementara, biasanya terjadi dua atau tiga minggu setelah kemoterapi
dimulai. Dapat juga menyebabkan rambut patah didekat kulit kepala. Dapat terjadi seminggu
setelah kemoterapi.
Beberapa obat kemoterapi menyebabkan kesemutan dan mati rasa pada jari tangan dan kaki. Serta
Beberapa jenis obat kemoterapi ada yang berpengaruh pada kerja sumsum tulang yang merupakan
pabrik pembuat sel darah merah, sehingga jumlah sel darah merah menurun. Yang paling sering
adalah penurunan sel darah putih (leukosit). Penurunan sel darah terjadi setiap kemoterapi, dan
test darah biasanya dilakukan sebelum kemoterapi berikutnya untuk memastikan jumlah sel darah
Hal ini disebabkan oleh penurunan leukosit, karena leukosit adalah sel darah yang memberikan
perlindungan infeksi. Ada juga beberapa obat kemoterapi yang menyebabkan peningkatkan
leukosit.
Perdarahan
Keping darah (trombosit) berperan pada proses pembekuan darah, apabila jumlah trombosit
rendah dapat menyebabkan pendarahan, ruam, dan bercak merah pada kulit.
Anemia
Anemia adalah penurunan sel darah merah yang ditandai dengan penurunan Hb (Hemoglobin).
Karena Hb letaknya didalam sel darah merah. Penurunan sel darah merah dapat menyebabkan
Elektrokoagulasi
Membakar sel-sel kanker dengan aliran listrik yang telah diatur voltasenya
Radiasi
Terapi ini menggunakan sinar ionisasi (sinar X) untuk merusak sel-sel kanker.
Terapi radiasi bertujuan untuk merusak sel tumor pada serviks serta mematikan parametrial dan
nodus limpa pada pelvik. Kanker serviks stadium II B, III, IV diobati dengan radiasi. Metoda
radioterapi disesuaikan dengan tujuannya yaitu tujuan pengobatan kuratif atau paliatif. Pengobatan
kuratif ialah mematikan sel kanker serta sel yang telah menjalar ke sekitarnya dan atau
bermetastasis ke kelenjar getah bening panggul, dengan tetap mempertahankan sebanyak mungkin
kebutuhan jaringan sehat di sekitar seperti rektum, vesika urinaria, usus halus, ureter. Radioterapi
dengan dosis kuratif hanya akan diberikan pada stadium I sampai III B. Bila sel kanker sudah
keluar rongga panggul, maka radioterapi hanya bersifat paliatif yang diberikan secara selektif pada
stadium IV A. Selama menjalani radioterap, penderita mudah mengalami kelelahan yang luar
biasa, terutama seminggu sesudahnya.Istirahat yang cukup merupakan hal yang penting, tetapi
dokter biasanya menganjurkan agar penderita sebisa mungkin tetap aktif. Pada radiasi eksternal,
sering terjadi kerontokan rambut di daerah yang disinari dan kulit menjadi merah, kering serta
gatal-gatal. Mungkin kulit akan menjadi lebih gelap. Daerah yang disinari sebaiknya mendapatkan
udara yang cukup, tetapi harus terlindung dari sinar matahari dan penderita sebaiknya tidak
Biasanya, selama menjalani radioterapi penderita tidak boleh melakukan hubungan seksual.
Kadang setelah radiasi internal, vagina menjadi lebh sempit dan kurang lentur, sehingga bisa
menyebabkan nyeri ketika melakukan hubungan seksual. Untuk mengatasi hal ini, penderita diajari
2.9 Komplikasi
Pendarahan
Kematian janin
Infertil
Obstruksi ureter
Hidronefrosis
Gagal ginjal
Pembentukan fistula
Anemia
Infeksi sistemik
Trombositopenia
2.10 Pencegahan
Kanker stadium dini (karsinoma in situ) sangat susah dideteksi karena belum menimbulkan
gejala yang khas dan spesifik. Kematian pada kasus kanker serviks terjadi karena sebagian besar
penderita yang berobat sudah berada dalam stadium lanjut. Atas dasar itulah, di beberapa negara
pemeriksaan sitologi vagina merupakan pemeriksaan rutin yang dilakukan kepada para ibu hamil,
yang dilanjutkan dengan pemeriksaan biopsi bila ditemukan hasil yang mencurigakan.
Dengan ditemukannya kanker ini pada stadium dini, kemungkinan janin dapat dipertahankan
dan penyakit ini dapat disembuhkan bisa mencapai hampir 100%. Malahan sebenarnya kanker
serviks ini sangat bisa dicegah. Menurut ahli obgyn dari New York University Medical Centre ,
dr. Steven R. Goldstein, kuncinya adalah deteksi dini.
Kini, cara terbaik yang bisa dilakukan untuk mencegah kanker ini adalah bentuk skrining yang
dinamakan Pap Smear, dan skrining ini sangat efektif. Pap smear adalah suatu pemeriksaan sitologi
yang diperkenalkan oleh Dr. GN Papanicolaou pada tahun 1943 untuk mengetahui adanya
keganasan (kanker) dengan mikroskop. Pemeriksaan ini mudah dikerjakan, cepat dan tidak sakit.
Masalahnya, banyak wanita yang tidak mau menjalani pemeriksaan ini, dan kanker serviks ini
biasanya justru timbul pada wanita-wanita yang tidak pernah memeriksakan diri atau tidak mau
melakukan pemeriksaan ini. 50% kasus baru kanker serviks terjadi pada wanita yang sebelumnya
tidak pernah melakukan pemeriksaan pap smear. Padahal jika para wanita mau melakukan
pemeriksaan ini, maka penyakit ini suatu hari bisa saja diatasi.
Ada beberapa protokol skrining yang bisa ditetapkan bersama - sama sebagai salah satu upaya
deteksi dini terhadap perkembangan kanker serviks, beberapa di antaranya :
1. Skrining awal
Skrining dilakukan sejak seorang wanita telah melakukan hubungan seksual (vaginal
intercourse) selama kurang lebih tiga tahun dan umurnya tidak kurang dari 21 tahun saat
pemeriksaan. Hal ini didasarkan pada karsinoma serviks berasal lebih banyak dari lesi
prekursornya yang berhubungan dengan infeksi HPV onkogenik dari hubungan seksual yang akan
berkembang lesinya setelah 3-5 tahun setelah paparan pertama dan biasanya sangat jarang pada
wanita di bawah usia 19 tahun.
2. Pemeriksaan DNA HPV
Penelitian dalam skala besar mendapatkan bahwa Pap’s smear negatif disertai DNA HPV yang
negatif mengindikasikan tidak akan ada CIN 3 sebanyak hampir 100%. Kombinasi pemeriksaan
ini dianjurkan untuk wanita dengan umur diatas 30 tahun karena prevalensi infeksi HPV menurun
sejalan dengan waktu. Infeksi HPV pada usia 29 tahun atau lebih dengan ASCUS hanya 31,2%
sementara infeksi ini meningkat sampai 65% pada usia 28 tahun atau lebih muda. Walaupun
infeksi ini sangat sering pada wanita muda yang aktif secara seksual tetapi nantinya akan mereda
seiring dengan waktu. Sehingga, deteksi DNA HPV yang positif yang ditenukan kemudian lebih
dianggap sebagai HPV yang persisten. Apabila ini dialami pada wanita dengan usia yang lebih tua
maka akan terjadi peningkatan risiko kanker serviks.
3. Skrining dengan Thinrep / liquid-base method
Disarankan untuk wanita di bawah 30 tahun yang berisiko dan dianjurkan untuk melakukan
pemeriksaan setiap 1 - 3 tahun.
4. Skrining dihentikan bila usia mencapai 70 tahun atau telah dilakukan 3 kali pemeriksaan
2.11 Prognosa
Karsinoma serviks yang tidak diobati atau tidak memberikan respon terhadap pengobatan,
95 % mengalami kematian dalam 2 tahun setelah timbul gejala. Pasien yang menjalani
histerektomi dan memiliki risiko tinggi terjadinya rekurensi harus terus diawasi karena lewat
Ada beberapa faktor yang menentukan prognosis dalam angka kejadian kanker serviks, antara lain
Usia penderita
Keadaan umum
3.1 PENGKAJIAN
a. Identitas pasien
b. Riwayat keluarga
c. Status kesehatan
Kanker serviks dapat diakibatkan oleh higiene yang kurang baik pada daerah kewanitaan.
Kebiasaan menggunakan bahan pembersih vagina yang mengandung zat – zat kimia juga dapat
mempengaruhi terjadinya kanker serviks.
2. Pola istirahat dan tidur.
Pola istirahat dan tidur pasien dapat terganggu akibat dari nyeri akibat progresivitas dari kanker
serviks ataupun karena gangguan pada saat kehamilan.gangguan pola tidur juga dapat terjadi
3. Pola eliminasi
Dapat terjadi inkontinensia urine akibat dari uterus yang menekan kandung kemih. Dapat pula
terjadi disuria serta hematuria. Selain itu biisa juga terjadi inkontinensia alvi akibat dari
Asupan nutrisi pada Ibu dengan kanker serviks harus banyak. Kaji jenis makanan yang biasa
dimakan oleh Ibu serta pantau berat badan Ibu . Kanker serviks pada Ibu yang sedang hamil juga
Pada Ibu dengan kanker serviks biasanya terjadi gangguan pada pada panca indra meliputi
penglihatan, pendengaran, penciuman, perabaan, pengecap. Bila sudah metastase ke organ tubuh
Pasien kadang merasa malu terhadap orang sekitar karena mempunyai penyakit kanker serviks,
akibat dari persepsi yang salah dari masyarakat. Dimana salah satu etiologi dari kanker serviks
Kaji apakah penyakit mempengaruhi pola aktivitas dan latihan. Dengan skor kemampuan
perawatan diri (0= mandiri, 1= alat bantu, 2= dibantu orang lain, 3= dibantu orang lain dan alat,
4= tergantung total).
Kaji apakah terdapat perubahan pola seksulitas dan reproduksi pasien selama pasien menderita
penyakit ini. Pada pola seksualitas pasien akan terganggu akibat dari rasa nyeri yang selalu
dirasakan pada saat melakukan hubungan seksual (dispareuni) serta adanya perdarahan setelah
berhubungan. Serta keluar cairan encer (keputihan) yang berbau busuk dari vagina.
Bagaimana pola peran hubungan pasien dengan keluarga atau lingkungan sekitarnya. Apakah
Kaji apakah penyakit pasien mempengaruhi pola keyakinan dan nilai yang diyakini.
1. Data subyektif :
Pasien mengatakan merasa sakit ketika senggama dan terjadi perdarahan setelah senggama yang
Pasien mengatakan merasa nyeri pada panggul (pelvis) atau di perut bagian bawah
Pasien mengatakan merasa nyeri ketika buang air kecil dan urine bercampur darah
Nafas : 16 - 24 x / menit
Pengisian kapiler lambat ( tidak kembali dalam < 2-3 detik setelah ditekan )
Tampak tanda - tanda infeksi (kalor, rubor, dolor, tumor, fungsio laesia)
Terjadi hematuria
Dx 1 : Kekurangan volume cairan b/d kehilangan volume cairan tubuh secara aktif akibat
pendarahan
juan : Setelah diberikan asuhan keperawatan selama 5 jam diharapkan keseimbangan volume cairan adekuat
Kriteria Hasil :
NO INTERVENSI RASIONAL
1 Awasi masukan dan haluaran. Ukur Memberikan pedoman untuk penggantian
volume darah yang keluar melalui cairan yang perlu diberikan sehingga
NO INTERVENSI RASIONALISASI
1 Kaji tanda / gejala infeksi secara kontinyu pada semua Pengenalan dini dan intervensi segera dapat
sistem tubuh (misalnya : pernafasan, pencernaan, mencegah perkembangan infeksi lebih lanjut
genitourinaria)
2 Pantau perubahan suhu pasien Peningkatan suhu pada ibu hamil dengan kanker
serviks dapat terjadi karena proses penyakitnya,
infeksi, dan efek samping kemoterapi yang
dijalaninya. Identifikasi dini proses infeksi
memungkinkan terapi yang tepat untuk dimulai
segera
3 Kaji janin untuk melihat adanya tanda infeksi seperti Deteksi dini terhadap reaksi infeksi yang bisa
takikardi dan penurunan keaktifan gerakan janin berdampak pada janin dan menghambat
pertumbuhan janin.
4 Pertahankan teknik perawatan aseptik. Hindari / batasi Menurunkan risiko kontaminasi agen infeksius
prosedur invasif
5 Utamakan personal hygiene Membantu mengurangi pajanan potensial sumber
infeksi dan menimalisir paparan pertumbuhan
sekunder patogen
6 Kolaborasi : Diferensial dan peningkatan WBC merupakan
Awasi hasil laboratorium untuk melihat adanya diferensial salah satu respon tubuh untuk mengatasi infeksi
atau peningkatan WBC yang timbul oleh antigen
7 Kolaborasi : Mengidentifikasi organisme penyebab dan terapi
Dapatkan kultur sesuai indikasi yang tepat
8 Kolaborasi : Digunakan untuk menghambat perkembangan
Berikan antibiotik sesuai indikasi agen infeksi
Dx 3 :Perubahan Pola eliminasi urine b/d infiltrasi kanker pada traktus urinarius
Tujuan: :Setelah diberikan asuhan keperawatan selama 1 x 24 jam, pola eliminasi urine pasien kembali
normal (adekuat)
Kriteria Hasil :1. Tidak terjadi hematuria
2.Tidak terjadi inkontinensia urine
3.Tidak terjadi disuria
4.Jumlah output urine dalam batas normal ( ± 0,5 - 1 cc / kgBB / jam)
NO INTERVENSI RASIONALISASI
1 Catat keluaran urine, selidiki penurunan / penghentian aliran Penurunan aliran urine tiba-tiba dapat
mengindikasikan adanya obstruksi / disfungsi pada
urine tiba-tiba
traktus urinarius
2 Kaji pola berkemih (frekuensi dan jumlahnya). Bandingkan Identifikasi kerusakan fungsi vesika urinaria akibat
metastase sel-sel kanker pada bagian tersebut
haluaran urine dan masukan cairan serta catat berat jenis urine
3 Observasi dan catat warna urine. Perhatikan ada / tidaknya Penyebaran kanker pada traktus urinarius (salah
satunya di vesika urinaria) dapat menyebabkan
hematuria
jaringan di vesika urinaria mengalami nekrosis
sehingga urine yang keluar berwarna merah karena
bercampur dengan darah
4 Observasi adanya bau yang tidak enak pada urine (bau Identifikasi tanda - tanda infeksi pada jaringan
traktus urinarius
abnormal)
5 Dorong peningkatan cairan dan pertahankan pemasukan akurat Mempertahankan hidrasi dan aliran urine baik
6 Awasi tanda vital. Kaji nadi perifer, turgor kulit, pengisian Indikator keseimbangan cairan dan menunjukkan
tingkat hidrasi
kapiler, dan membran mukosa
3.5 Implementasi
Implementasi yang dilakukan sesuai dengan intervensi yang direncanakan.
3.6 Evaluasi
1. Keseimbangan volume cairan
2. Tidak ada tanda – tanda infeksi
3. Pola eliminasi uri ( bak ) normal
4. Nyeri berkurang / hilang / teratasi
5. Nafsu makan meningkat
6. Pengetahuan tentang penyakit kanker meningkat
7. Perhatian keluarga meningkat
8. Turgor kulit normal
9. Cairan yang keluar pervagina tidak berbau busuk
10. Berat badan stabil
11. Pola eliminasi alvi normal sehari sekali dengan konsistensi lembek
12. Mual dan muntah berkurang / hilang
13. Ekspresi wajah klien tenang
14. Pengisian kapiler cepat
15. Kulit lembab, rambut tidak rontok atau sudah tumbuh
DAFTAR PUSTAKA
Wiknjosastro, Hanifa. 2005. Ilmu Kandungan, Edisi Kedua. Jakarta : Yayasan Bina
Pustaka Sarwono Prawirohardjo.
Wiknjosastro, Hanifa. 2005. Ilmu Kebidanan, Edisi Kedua. Jakarta : Yayasan Bina Pustaka
Sarwono Prawirohardjo.
Hamilton, Persis. 1995. Dasar - Dasar Keperawatan Maternitas, Edisi 6. Jakarta : EGC
Brunner and Suddarth. 1996. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah, Volume 3. Jakarta :
EGC
Santosa, Budi. 2005. Panduan Diagnosa Keperawatan NANDA. Jakarta : Prima Medika
Doengoes, Marylynn, dkk. 1999. Rencana Asuhan Keperawatan Edisi 3. Jakarta : EGC
Price, Sylvia. 2002. Patofisiologi Konsep Klinis Proses - Proses Penyakit, Edisi 6, Volume
2. Jakarta : EGC
Guyton and Hall. 2005. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran, Edisi 11. Jakarta : EGC
Mansjoer, Arif dkk. 1999. Kapita Selekta Kedokteran, Jilid 1. Jakarta : Media Ausculapius
BAB I
KONSEP DASAR PENYAKIT
A. ANATOMI FISIOLOGI
Anatomi fisiologi sistem reproduksi wanita dibagi menjadi 2 bagian yaitu: alat reproduksi wanita
bagian dalam yang terletak di dalam rongga pelvis, dan alat reproduksi wanita bagian luar yang
terletak di perineum.
1. Alat genitalia wanita bagian luar :
a. Mons veneris / Mons pubis
Disebut juga gunung venus merupakan bagian yang menonjol di bagian depan simfisis
terdiri dari jaringan lemak dan sedikit jaringan ikat setelah dewasa tertutup oleh rambut yang
bentuknya segitiga. Mons pubis mengandung banyak kelenjar sebasea (minyak) berfungsi sebagai
bantal pada waktu melakukan hubungan seks.
b. Bibir besar (Labia mayora)
Merupakan kelanjutan dari mons veneris berbentuk lonjong, panjang labia mayora 7-8 cm,
lebar 2-3 cm dan agak meruncing pada ujung bawah.
c. Bibir kecil (labia minora)
Merupakan lipatan kulit yang panjang, sempit, terletak dibagian dalam bibir besar (labia
mayora) tanpa rambut yang memanjang kearah bawah klitoris dan menyatu dengan fourchette,
semantara bagian lateral dan anterior labia biasanya mengandung pigmen, permukaan medial labia
minora sama dengan mukosa vagina yaitu merah muda dan basah.
d. Klitoris
Merupakan bagian penting alat reproduksi luar yang bersifat erektil, dan letaknya dekat
ujung superior vulva.Organ ini mengandung banyak pembuluh darah dan serat saraf sensoris
sehingga sangat sensitif analog dengan penis laki-laki.Fungsi utama klitoris adalah menstimulasi
dan meningkatkan ketegangan seksual.
e. Vestibulum
Merupakan alat reproduksi bagian luar yang berbentuk seperti perahu atau lonjong, terletak
di antara labia minora, klitoris dan fourchette.Vestibulum terdiri dari muara uretra, kelenjar
parauretra, vagina dan kelenjar paravagina.Permukaan vestibulum yang tipis dan agak berlendir
mudah teriritasi oleh bahan kimia, panas, dan friksi.
f. Perinium
Merupakan daerah muskular yang ditutupi kulit antara introitus vagina dan anus.Perinium
membentuk dasar badan perinium.
g. Kelenjar Bartholin
Kelenjar penting di daerah vulva dan vagina yang bersifat rapuh dan mudah robek. Pada
saat hubungan seks pengeluaran lendir meningkat.
h. Himen (Selaput dara)
Merupakan jaringan yang menutupi lubang vagina bersifat rapuh dan mudah robek, himen
ini berlubang sehingga menjadi saluran dari lender yang di keluarkan uterus dan darah saat
menstruasi.
i. Fourchette
Merupakan lipatan jaringan transversal yang pipih dan tipis, terletak pada pertemuan ujung
bawah labia mayora dan labia minora.Di garis tengah berada di bawah orifisium vagina.Suatu
cekungan kecil dan fosanavikularis terletak di antara fourchette dan himen.
D. EPIDEMIOLOGI
Karsinoma serviks adalah kanker genital kedua yang paling sering pada perempuan dan
bertanggung jawab untuk 6% dari semua kanker pada perempuan di Amerika Serikat (CancerNet,
2001). Kanker servikal ini sebagian besar (90%) adalah karsinoma sel skuamosa dan sisanya
(10%) adalah adenokarsinoma.
Faktor risiko mayor untuk kanker servikal adalah infeksi dengan virus papilloma manusia
(HPV) yang ditularkan secara seksual.Penelitian epidemiologi diseluruh dunia menegaskan bahwa
infeksi HPV adalah faktor penting dalam perkembangan kanker servikal (Bosch et al, 1995).
Factor risiko lain untuk perkembangan kanker servikal adalah aktivitas seksual pada usia muda,
paritas tinggi, jumlah pasangan seksual yang meningkat, status ekonomi yang rendah, dan
merokok. (Sylvia A. Price, 2005).
E. PATOFISIOLOGI
Bentuk dysplasia servikal prainvasif termasuk karsinoma in situ dapat diangkat seluruhnya
dengan biopsi kerucut atau eradikasi menggunakan laser,kauter,atau bedah krio. Tindak lanjut
yang sering dan teratur untuk lesi yang berulang penting dilakukan setelah pengobatan
ini.Karsinoma serviks invasif terjadi bila tumor menginvasi epithelium masuk dalam stroma
serviks.Kanker servikal menyebar luas secara langsung ke dalam jaringan paraservikal.
Pertumbuhan yang berlangsung mengakibatkan lesi yang dapat dilihat dan terlibat lebih progresif
pada jaringan servikal. Karsinoma servikal invasif dapat menginvasi atau meluas ke dinding
vagina, ligamentum kardinale,dan rongga endometrium ;invasi kelenjar getah bening dan
pembuluh darah mengakibatkan metastasis ke bagian tubuh yang jauh. Tidak ada tanda atau gejala
yang spesifik untuk kanker servik.Karsinoma servikal prainvasif tidak memiliki gejala,namun
karsinoma invasive dini dapat menyebabkan secret vagina tau perdarahan vagina.
Walaupun perdarahan adalah gejala yang signifikan,perdarahan tidak selalu muncul pada saat
awal, sehingga kanker dapat sudah dalam keadaan lanjut pada saat didiagnosis. Jenis perdarahan
vagina yang paling sering adalah pascakoitus atau bercak antara menstruasi. Bersamaan dengan
tumbuhnya tumor,gejala yang muncul kemudian adalah nyeri punggung bagian bawah atau nyeri
tungkai akibat penekanan saraf lumbosakralis,frekuensi berkemih yang sering dan mendesak,
hematuria,atau perdarahan rectum.
F. Pathway terlampir.
G. KLASIFIKASI
1. Klasifikasi Kanker Serviks menurut FIGO 1978
Tingkat Kriteria
0 Karsinoma In Situ ( KIS), membran basalis utuh
I Proses terbatas pada servks walaupun ada perluasan ke korpus uteri
Ia Karsinoma mikro invasif, bila membran basalis sudah rusak dan sel tumor
sudah stroma tidak > 3 mm, dan sel tumor tidak tedapat didalam pembuluh
limfe atau pembuluh darah.
Ib Secara klinis tumor belum tampak sebagai karsinoma, tetapi pada pemeriksaan
histologi ternyata sel tumor telah mengadakan invasi stroma melebihi Ia
II Proses keganasan telah keluar dari serviks dan menjalar 2/3 bagian atas vagina
dan parametrium, tetapi tidak sampai dinding panggul
II a Penyebaran hanya ke vagina, parametrium masih bebas dari infitrat tumor
II b Penyebaran ke parametrum, uni atau bilateral, tetapi belum sampai dinding
panggul
III a Penyebaran sampai ½ bagian distal vagina, sedang parametrium tidak
dipersoalkan asal tidak sampai dinding panggul.
III b Penyebaran sudah sampai dinding panggul, tidak ditemukan daerah infiltrat
antara tumor dengan dinding panggul.
IV Proses keganasan telah keluar dari panggul kecil dan melibatkan mokusa
rektum dan atau vesika urinaria atau telah bermetastasi keluar panggul
ketempat yang jauh
IV a Proses sudah sampai mukosa rektum dan atau vesika urinaria atau sudah keluar
dari pangul kecil, metastasi jauh belum terjadi
IV b Telah terjadi metastasi jauh.
b. Makroskopis
1) Stadium preklinis.
Tidak dapat dibedakan dengan servisitis kronik biasa
2) Stadium permulaan.
Sering tampak sebagian lesi sekitar osteum externum
3) Stadium setengah lanjut.
Telah mengenai sebagian besar atau seluruh bibir porsio
4) Stadium lanjut
Terjadi pengrusakan dari jaringan serviks, sehingga tampaknya seperti ulkus dengan jaringan yang
rapuh dan mudah berdarah.
H. GEJALA KLINIS
1. Gejala muncul ketika sel serviks yang abnormal berubah menjadi keganasan dan menyusup ke
jaringan sekitarnya. Tidak ada tanda dan gejala yang spesifik untuk kanker serviks ini.
a. Perdarahan vagina abnormal.
Dapat berkembang menjadi ulserasi pada permukaan epitel serviks, tetapi tidak selalu ada.
b. Nyeri abdomen dan punggung bagian bawah.
Menandakan bahwa perkembangan penyakit sangat cepat.
c. Menstruasi abnormal (lebih lama dan ebih banyak)
d. Keputihan yang menetap, dengan cairan yang encer, berwarna merah muda, coklat, mengandung
darah atau hitam serta bau busuk.
2. Gejala kanker serviks stadium lanjut.
a. Nafsu makan berkurang (anoreksia), penurunan berat badan, dan kelelahan
b. Nyeri panggul, punggung dan tungkai
c. Dari vagina keluar air kemih atau feses
I. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
1. Sitologi, dengan cara tes pap
Tes Pap : Tes ini merupakan penapisan untuk mendeteksi infeksi HPV dan prakanker serviks.
Ketepatan diagnostik sitologinya 90% pada displasia keras (karsinoma in situ) dan 76% pada
dysplasia ringan / sedang.Didapatkan hasil negatif palsu 5-50% sebagian besar disebabkan
pengambilan sediaan yang tidak adekuat.Sedangkan hasil positif palsu sebesar 3-15%.
2. Pap smear
Pap smear dilakukan pada wanita usia 18 tahun atau ketika telah melakukan aktivitas seksual
sebelum itu, misalnya menikah. Setelah 3 kali hasil pemeriksaan tahunan menunjukkan negative
maka selanjutnya harus melakukan pemeriksaan setiap tiga tahun sekali sampai umur 65 tahun.
3. Kolposkopi(pemeriksaan serviks dengan lensa pembesar).
Kolposkopi dilakukan ketika ditemukan displasia atau kersinoma insitu.Alat ini memberikan
gambaran tentang pembesaran serviks dan daerah abnormal yang mungkin dapat dibiopsi.
4. Servikografi
5. Pemeriksaan visual langsung
6. Gineskopi
7. Pap net (Pemeriksaan terkomputerisasi dengan hasil lebih sensitive)
8. Kuretase endoserviks
Kuretase endoserviks dilakukan jika daerah abnormal tidak terlihat.
9. Biopsy kerucut.
Biopsy kerucut adalah mengambil tonjolan jaringan serviks yang lebih besar untuk penelitian
apakah ada atau tidak kanker invasive.
10. MRI/CT scan abdomen atau pelvis.
MRI/CT scan abdomen atau pelvis digunakan untuk menilai penyebaran local dari tumor dan atau
terkenanya nodus limfa regional.
11. Tes Schiller.
Tes Schiller dilakukan dengan cara serviks diolesi dengan larutan yodium, sel yang sehat warnanya
akan berubah menjadi coklat sedangkan sel yang abnormal warnanya menjadi putih atau kuning.
12. Konisasi
Dengan cara mengangkat jaringan yang berisi selaput lendir serviks dan epitel gepeng dan
kelenjarnya.Konisasi dilakukan bila hasil sitologi meragukan dan pada serviks tidak tampak
kelainan-kelainan yang jelas.
J. PROGNOSIS
Karsinoma serviks yang tidak dapat diobati atau tidak memberikan respons terhadap
pengobatan 95% akan mengalami kematian dalam 2 tahun setelah timbul gejala. Pasien yang
menjalani histerektomi dan memiliki rasio tinggi terjadinya rekurensi harus terus diawasi karena
lewat deteksi dini dapat diobati dengan radioterapi.Setelah histerektomi radikal, terjadinya 80%
rekurensi dalam 2 tahun.
K. PENATALAKSANAAN
Tingkat Penatalaksaan
0 Biopsi kerucut
Ia Histerektomi trasnsvaginal
I b dan II a Biopsi kerucut
Histerektomi trasnsvaginal
II b , III dan
IV Histerektomi radikal dengan limfadenektomi panggul dan evaluasi kelenjar
IV a dan IV limfe paraorta (bila terdapat metastasis dilakukan radiologi pasca pembedahan)
b Histerektomi transvaginal
Radioterapi
Radiasi paliatif
Kemoterapi
L. KOMPLIKASI
1. Berkaitan dengan intervensi pembedahan
a. Vistula Uretra
b. Disfungsi bladder
c. Emboli pulmonal
d. Infeksi pelvis
e. Obstruksi usus
2. Berkaitan dengan kemoterapi
a. Sistitis radiasiEnteritis
b. Supresi sumsum tulang
c. Mual muntah akibat pengunaan obat kemoterapi yang mengandung sisplatin
d. Kerusakan membrane mukosa GI
e. Mielosupresi
M. PENCEGAHAN
Ada beberapa cara untuk mencegah kanker serviks, yaitu:
1. Mencegah terjadi infeksi HPV
2. Melakukan pemeriksaan Pap Smear secara teratur
3. Tidak boleh melakukan hubungan seksual pada anak perempuan di bawah 18 tahun.
4. Jangan melakukan hubungan seksual dengan penderita kelamin atau gunakan kondom untuk
mencegah penularan penyakit.
5. Jangan berganti-ganti pasangan seksual
6. Berhenti merokok
BAB II
KONSEP DASAR ASUHAN KEPERAWATAN
A. PENGKAJIAN
1. Identitas klien.
2. Keluhan utama.
Perdarahan dan keputihan
3. Riwayat penyakit sekarang
Klien datang dengan perdarahan pasca coitus dan terdapat keputihan yang berbau tetapi tidak gatal.
Perlu ditanyakan pada pasien atau keluarga tentang tindakan yang dilakukan untuk mengurangi
gejala dan hal yang dapat memperberat, misalnya keterlambatan keluarga untuk memberi
perawatan atau membawa ke Rumah Sakit dengan segera, serta kurangnya pengetahuan keluarga.
4. Riwayat penyakit terdahulu.
Perlu ditanyakan pada pasien dan keluarga, apakah pasien pernah mengalami hal yang demikian
dan perlu ditanyakan juga apakah pasien pernah menderita penyakit infeksi.
5. Riwayat penyakit keluarga
Perlu ditanyakan apakah dalam keluarga ada yang menderita penyakit seperti ini atau penyakit
menular lain.
6. Riwayat psikososial
Dalam pemeliharaan kesehatan dikaji tentang pemeliharaan gizi di rumah dan bagaimana
pengetahuan keluarga tentang penyakit kanker serviks.
C. INTERVENSI
1. Perubahan perfusi jaringan berhubungan dengan anemia trombositopenia
No Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi
Setelah dilakukan asuhan NIC :
keperawatan keperawatan Peripheral sensation management
diharapkan gangguan perfusi (Manajemen sensasi perifer)
jarimgan teratasi dapat terpenuhi Monitor adanya daerah tertentu
dengan criteria hasil: yang hanya peka terhadap panas /
NOC dingin / tajam / tumpul.
Circulation status Monitor adanya paretese.
Tissue perfusion Intruksikan keluarga untuk
Kriteria hasil : mengobservasi kulit jika ada lesi
1. Mendemontrasikan status atau laserasi.
sirkulasi yang ditandai Gunakan sarung tangan untuk
dengan : proteksi.
Tekanan sistole dan diastol dalam Batasi gerakan pada kepala, leher
rentang yang diharapkan dan punggung.
Tidak ada ortostatik hipertensi Monitor kemampuan BAB.
Tidak ada tanda tanda peningkatan Kolaborasi pemberian analgetik.
tekanan intrakranial (tidak lebih dari Monitor adanya tromboplebitis.
15 mmHG) Diskusikan mengenai penyebab
2. Mendemontrasikan perubahan sensasi.
kemampuan kognitif yang
ditandai dengan
:
Berkomunikasi dengan jelasa dan
sesuai dengan kemampuan
Menunjukan perhatian,konsentrasi
dan orientasi
Memproses informasi
Membuat keputusan dengan benar
3. Menunjukkan fungsi sensori
motori cranial yang utuh :
tingkat kesadaran yang
membaik, tidak ada gerakan-
gerakan involunter.
2. Resiko kekurangan volume cairan berhubungan dengan pengeluaran cairan aktif akibat
perdarahan.
No Tujuan dan Kriteria Hasil Rencana Keperawatan
Setelah diberikan asuhan NOC:
keperawatan diharapkan Fluid Management:
asupan cairan terpenuhi dengan Timbang popok/pembalut bila diperlukan
kriteria hasil: Pertahankan catatan intake output yang akurat
NOC: Monitor status hidrasi (kelembaban
1. Fluid balance membrane,nadi adekuat,tekanan darah
2. Hydration ortostatik),jika diperlukan
3. Nutrisional status: food and Monitor hasil laboratorium sesuai retensi cairan
fluid intake (BUN,HMT,osmolalitas urine)
Kriteria hasil:
Monitor vital sign
1. Mempertshsnkan urine output
Monitor masukan makanan/cairan dan hitung
sesuai usia dengan usia dan
intake kalori harian
BB,BJ,urine normal,HT
Kolaborasi pemberian cairan/makanan
normal.
Monitor status nutrisi
2. Tekanan darah,nadi,suhu
dalam batas normal Berikan cairan
3. Tidak ada tanda-tanda Berikan deuretik sesuai intruksi
dehidrasi,elastisitas turgor kulit Berikan cairan IV sesuai dengan suhu ruangan
baik,membran mukosa Dorong masukan oral
lembab,tidak ada rasa haus Berikan pengganti nasograstrik sesuai output
yang berlebih. Dorong keluarga untuk membantu pasien makan
Tawarkan snack (jus buah,buah segar)
Kolaborasi dokter jika cairan berlebihan muncul
memburuk
Atur kemungkinan transfusi
Persiapan untuk transfusi
6. Gangguan integritas kulit berhubungan dengan eritema, pecah-pecah dan kering pada kulit akibat
radiasi.
Setelah dilakukan asuhan NIC :
keperawatan diharapkan kerusakan
integritas kulit teratasi, dengan Anjurkan pasien untuk
kriteria hasil: menggunakan pakaian yang
longgar.
Hindari kerutan pada tempat
1. Intgritas kulit yang baik biasa tidur’
dipertahankan (sensasi, Jaga kebersihan kulit agar
elastisitas, temperature, tetap bersih dan kering.
hidrasi, pigmentasi) Mobilisasi pasien (ubah
2. Tidak ada luka/lesi pada posisi pasien) setiap dua jam
kulit. sekali.
3. Perfusi jaringan baik. Monitor kulit akan adanya
4. Menunjukan pemahaman kemerahan.
dalam proses perbaikan kulit Oleskan lotion atau
dan mencegah terjadinya minyak/baby oil pada daerah
cedera berulang. yang tertekan.
5. Mampu melindungi kulit dan Monitor aktifitas dan
mempertahankan kelembaban mobilisasi pasien.
kulit dan perawatan alami. Monitor status nutrisi pasien.
Memandikan pasien dengan
sabun dan air hangat.
8. Inteloransi aktivitas berhubungan dengan keletihan sekunder akibat anemia dan pemberian
kemoterapi.
Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi
Setelah dilakukan tindakan NIC:
keperawatan selama proses Activity Theraphy
keperawatan diharapkan Kolaborasikan dengan tenaga
pasien dapat melakukan rehabilitasi medic dalam
aktifitas dengan kriteria merencanakan program terapi yang
hasil: tepat.
1. Berpartisipasi dalam Bantu klien untuk mengidentifikasi
aktifitas fisik tanpa aktifitas yang mampu dilakukan.
disertai peningkatan Bantu untuk memilih aktifitas
tekanan darah, nadi konsisten yang sesuai dengan
dan RR. kemampuan fisik, psikologi dan social.
2. Mampu melakukan Bantu untuk mengidentofikasi dan
aktifitas sehari-hari mendapatkan sumber yang diperlukan
untuk aktivitas yang diinginkan.
(ADLs) secara Bantu untuk mendapatkan alat bantuan
mandiri aktivitas sepeerti kursi roda, krek.
Bantu untuk megidentifikasi aktivitas
yang disukai.
Bantu klien untuk membuat jadwal
latihan di waktu luang.
Bantu pasien/keluarga untuk
mengidentifikasi kekurangan dalam
beraktivitas.
Sediakan penguatan positif bagi yang
aktif beraktifitas.
Bantu pasien untuk megembangkan
motivasi diri dan penguatan.
Monitor respon fisik, emosi, social dan
spiritual.
10. Gangguan konsep diri berhubungan dengan alopecia akibat memendeknya usia akar rambut.
Setelah dilakukan tindakan pkeperawatan
1. Bina hubungan terapeutik dengan
selama …..x…. diharapkan pasien tidak perawat dan pasien
malu dan dapat menyesuaikan diri dengan
2. Tingkatkan konsep diri
keadaan fisiknya dengan kriteria hasi : 3. Dorong pasien untuk menghargai diri
1. Pasien dapat menyataka ngambaran diri sendiri, dengan cara lebih sehat dengan
lebih nyata membuat keputusan sendiri dan
menerima diri sebagai diri sendiri
dengan situasi saat ini
D.IMPLEMENTASI
Dilakukan sesuai dengan intervensi
E.EVALUASI
1. Perubahan perfusi jaringan berhubungan dengan anemia trombositopenia
Tidak terjadi perubahan perfusi jaringan.
2. Resiko kekurangan volume cairan berhubungan dengan pengeluaran cairan aktif akibat
perdarahan.
Volile cairan sesuai dengan kebutuhan tubuh.
3. Nyeri akut berhubungan dengan peningkatan tekanan intra abdomen.
Nyeri berkurang atau hilang.
4. Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan anoreksia, mual dan muntah.
Nutrisi sesuai dengan kebutuhan tubuh.
5. Gangguan eliminasi urin berhubungan dengan cystitis akibat terapi radiasi.
Tidak terjadi gangguan eliminasi urin.
6. Gangguan integritas kulit berhubungan dengan eritema, pecah-pecah dan kering pada kulit akibat
radiasi.
Tidak terjadi kerusakan integritas kulit.
7. Risiko tinggi terhadap infeksi berhubungan dengan imunosupresi
Tidak terjadi infeksi.
8. Inteloransi aktivitas berhubungan dengan keletihan sekunder akibat anemia dan pemberian
kemoterapi.
Klien Mampu melakuakan aktifitas secara mandiri.
9. Deficit perawatan diri berhubungan dengan kelelahan.
Klien dapat melakukan ADL secara mandiri
10. Gangguan konsep diri berhubungan dengan alopecia akibat memendeknya usia akar rambut.
Tidak terjadi gangguan konsep diri.
11. Cemas berhubungan dengan kurang informasi tentang penyakit.
Tidak terjadi cemas.
12. Kurang pengetahuan tentang penatalaksanaan pengobatan berhubbungan dengan terbatasnya
informasi.
Klien mampu mengetahui tentang penyakitnya dan pengobatan yang diberrikan.
DAFTAR PUSTAKA
1. Bobak, Jansen danZalar. 2001. Maternitidan Gynecologic Care The Nursing and Family. Edisi
4. USA :Masby Company.
2. Bobak, IM. 2000. Maternity & Gynecologic Care: The Nursing Family. Edisi 1. Alih
bahasaYayasanIkatan Alumni PendidikanKeperawatan: Bandung
3. Hardy, Kusuma. 2012. Aplikasi AsuhanKeperawatanBerdasarkan NANDA, NIC-NOC.
1 komentar:
1.
Klinik Apollo Adalah Rumah Sakit di Jakarta, Dibidang Andrologi dan Ginekologi,
terbaik dan Nomor 1 di jakarta memberikan layanan medis prima, dilengkapi alat
medis yang modern menyembukan berbagai penyakit kelamin seperti Gonore, Kencing
nanah, Sipilis sifilis,Kutil kelamin , Kondiloma akuminata, Kutu kelamin, Keputihan,
Ejakulasi Dini.
Balas
About Me
Maria Patricia
Lihat profil lengkapku
Sample Text
Pages
Beranda
Definition List
Text Widget
Popular Posts
LP Kanker Serviks
(tanpa judul)
Konsep Dasar Penyakit dan Asuhan Keperawatan Pada Pasien Dengan Rheumatoid
Arthritis I. Anatomi Fisiologi Sistem Musc...
Mengenai Saya
Maria Patricia
Lihat profil lengkapku
Unordered List
Recent Posts
Blog Archive
▼ 2014 (3)
o ▼ November (3)
JARINGANKOMPUTER(LAN, MAN, danWAN) <!--[if !suppor...
LP & ASKEP Reumatoid Arthtritis
LP Kanker Serviks
Blog Archive
▼ 2014 (3)
o ▼ November (3)
JARINGANKOMPUTER(LAN, MAN, danWAN) <!--[if !suppor...
LP & ASKEP Reumatoid Arthtritis
LP Kanker Serviks