Anda di halaman 1dari 11

PENGANTAR ILMU KEHUTANAN

MAKALAH SELUK BELUK HUTAN DAN DAMPAK KELAPA


SAWIT MENJADI TANAMAN HUTAN

Nama :
Muhammad Iqbal Kholiq (18/430149/KT/08838)

FAKULTAS KEHUTANAN
UNIVERSITAS GADJAH MADA
TAHUN AKADEMIK 2018/2019
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Hutan adalah suatu tempat yang sebagian besar berisi pepohonan berkayu dengan
berbagai vegetasi dan dilengkapi dengan komponen biotik dan abiotik yang memiliki
ketergantungan satu sama lain. Hutan memiliki sistem penggunaan lahan yang tertutup dan
tak ada campur tangan manusia di dalamnya, dalam hal ini manusia sebagai konsumen hasil
hutan yang harus menjaga fungsi hutan . Fungsi hutan sendiri adalah sebagai habitat para
flora dan fauna, sebagai pendaur ulang gas karbon dioksida menjadi oksigen, menjaga
keseimbangan ekosistem alam, mencegah bencana, bahkan sampai membantu kebutuhan
manusia. Dalam gencarnya isu tentang pemanasan global dunia sedang menunggu peran
hutan sebagai produktor oksigen yang efektif untuk menjaga kestabilan suhu dunia. Seperti
yang kita ketahui dunia sedang dalam cuaca yang ekstrim karena terpapang dampak
pemanasan global.
Tetapi disamping masalah tentang gencarnya pembangunan nasional disektor
kehutanan ternyata terselip masalah tentang persaingan pasar internasional antara minyak
nabati dan minyak sawit. Minyak sawit diklaim sebagai produk yang tak ramah lingkungan
dimana dalam proses penanamannya membutuhkan sistem lahan monokulturasi sehingga
dapat memicu hilangnya keanekaragaman hayati, menurunnya kualitas tanah, dan kerentaan
alam, selain itu perawatan pohon sawit juga sangat tak ramah lingkungan dimana
membutuhkan 12 liter air dan unsur hara per pohon setiap harinya dan harus menggunakan
pestisida, zat fertilizer, dan bahan kimia lainnya yang dapat menurunkan kualitas tanah.
Banyak sekali lahan hutan yang dikonversi menjadi lahan perkebunan sawit melalui metode
tebang habis (land clearing) bahkan sampai pembakaran hutan dalam skala besar. Hal ini
tidak selaras dengan konsep pelestarian hutan yang sangat berperan dalam menjaga
ekosistem. Kita akan ulas hal tersebut apakah pohon sawit layak dijadikan tanaman hutan dan
apa dampaknya bagi Indonesia.

1.2 Rumusan Masalah


1. Menjelaskan tentang pengertian, fungsi dan tipe hutan
2. Menjelaskan alasan mengapa pohon sawit dikategorikan sebagai tanaman hutan
3. Menjelaskan apakah pohon sawit memenuhi kategori sebagai tanaman hutan
4. Dampak hutan sawit di Indonesia
BAB II
PEMAHASAN

2.1 Pengertian, Fungsi, Dan Tipe-Tipe Hutan


Hutan mempunyai bahasa latin bernama sylva, sylvi, atau sylvo yang dapat diartikan
sebagai tempat yang mempunyai luas setidaknya lebih dari ¼ hektar yang berisi begitu
banyak pohon yang tumbuh, disertai unsur biotik ataupun non biotik yang memiliki
ketergantungan satu sama lain. Sedangkan kehutanan adalah sebagai sistem kepengurusan
yang ada hubungannya dengan masalah hutan, kawasan hutan, dan hasil hutan yang
terselenggara secara terstruktur untuk keberlangsungan kehidupan di hutan.
Menurut Undang-undang Republik Indonesia No. 41 Tahun 1999 tentang Kehutanan “Hutan
adalah kesatuan ekosistem berupa hamparan lahan berisi sumber daya alam hayati yang
didominasi pepohonan dalam persekutuan alam lingkungannya, yang satu dengan lainnya
tidak dapat dipisahkan.”
Hutan adalah salah satu unsur lingkungan hidup alami yang sangat penting yang harus
selalu kita lestarikan keberadaannya. Sebuah ekosistem yang tercipta dari kumpulan pohon,
jasad renik, tanah, hewan, dan lingkungan yang mempunyai fungsi yang lebih dari sekedar
paru-paru dunia. Berikut merupakan fungsi hutan yang perlu diperhatikan mengingat hutan
sangatlah penting bagi kehidupan manusia:
1. Penyerap dan Penyimpan Gas Karbon
Sesuai yang dijelaskan sebelumnya, oksigen dapat menetralisir gas karbon untuk mencegah
polusi udara. Ini dikarenakan hutan yang merupakan kumpulan pohon ini dapat menyerap
karbondioksida yang digunakan dalam proses fotosintesis. Melalui proses penyaringan yang
terjadi tersebut, ada dua hal yang dihasilkan oleh pepohonan hutan. Pertama adalah kayu
tanaman yang semakin tumbuh dan membesar dan juga gas Oksigen yang berguna dalam
pernafasan kita. Dengan begitu, karbondioksida yang tadi merupakan zat polusi menjadi
hilang berganti menjadi kayu bagi pohon dan oksigen bagi manusia dan makhluk hidup lain.
2. Mencegah Terjadinya Bencana
Banjir merupakan bencana utama yang akan terjadi bila hutan di seluruh dunia tak
mengambil peran. Hal ini tak lepas dengan peristiwa pemanasan gelobal yang terjadi
sehingga menyebabkan suatu daerah sangat mudah terkena banjir, selain itu hutan juga akan
kehilanagan fungsi sebagai penyerap air. Di daerah perbukitan hutan sangat berperan sebagai
penahan dan pencegah bencana longsor, dengan akar yang kuat hutan dapat menahan batuan
dan tanah agar tak terjadi longsor. Selain itu hutan juga dapat mencegah erosi tanah. Hal ini
menunjukkan betapa pentingnya peran hutan sebagai penjaga ekosistem dan pencegah
bencana.
3. Sebagai Penyeimbang Lingkungan
Fungsi Hutan yang keempat adalah menjadi penyeimbang alam ini. Fungsi ini tak lepas
dengan fungsi hutan sebagai produsen oksigen. Dengan adanya hutan suhu di bumi pun
semakin terjaga tanpa khawatir terhadap pemanasan global. Pemanasan global disebabkan
karena meningkatnya suhu bumi karena banyaknya emisi gas karbon dan metana di udara
mencairnya es di kutub utara. Apabila hal ini terjadi maka keseimbangan alam akan
terganggu, dan akan mudah terkena bencana banjir.
4. Menyimpan Cadangan Air
Fungsi dari hutan yang berikutnya adalah menyimpan cadangan air. Pada fungsi sebelumnya
telah disebutkan bahwa pohon menyerap dan menyimpan air di akar. Air ini menjadi
cadangan air pohon ketika musim kering tiba agar tetap bisa bertahan hidup. Manfaat yang
didapatkan oleh manusia juga sangat positif dengan adanya fungsi hutan sebagai penyerap air
ini. Karena manusia pada musim kemarau juga tidak usah risau lagi mengalami kekeringan.
Dengan adanya hutan yang telah menyimpan cadangan air yang sangat banyak, air akan tetap
mengalir dari sumber-sumber mata air begitu pula dengan air tanah. Maka dari itu, selalu
tanam tanaman di lingkungan anda sebagai gerakan reboisasi hutan.
5. Menyuburkan Tanah
Fungsi lainnya dari keberadaan hutan adalah menyuburkan tanah, ini dikarenakan banyaknya
unsur hara yang terkandung baik itu dari bagian tanaman seperti daun dan ranting yang gugur
menjadi serasah yang dapat membuat tanah menjadi humus dipadu dengan kandungan air
yang cukup. Dengan adanya tanah yang subur tersebut membuat tumbuh kembang tanaman
menjadi sangat optimal dan tanahnya yang subur disekitarnya dapat dimanfaatkan oleh
masyarakat sekitar dalam berbagai macam aspek kehidupan seperti bertani.
6. Habitat Alami untuk Flora dan Fauna
Hutan merupakan habitat alami untuk hewan dan tanaman. Hampir setengah dari seluruh
spesies flora dan fauna di dunia ini hidup di dalam hutan. Ditambah lagi hutan memiliki
kekayaan hayati yang sangat tinggi membuat hutan menjadi tempat tinggal yang tepat bagi
mereka. Kegiatan seperti reboisasi hutan kembali sangat diperlukan agar hutan kita tetap
terpelihara. Karena saat ini mulai banyak tanaman langkah dan juga hewan langkah yang
mulai punah. Sangat disayangkan jika semua itu terjadi hanya untuk memenuhi nafsu dan ego
tersendiri.
7. Tempat Wisata Dan Sarana Edukasi
Hutan bisa dimanfaatkan oleh manusia sebagai tempat wisata alam dan sarana edukasi serta
penelitian. Hutan merupakan tempat yang sangat efektif untuk dijadikan sebagai obyek wista
dengan keindahan dan kekayaan alam yang terkandung didalamnya. Banyak permasalahan
hutan yang perlu diperhatikan hal ini dapat menjadikan hutan sebagai sarana edukasi dan
penelitian agar dapat mengatasi banyak permasalahan di dalam hutan. Hutan juga dapat
menjadi tempat dalam mengedukasi anak agar bisa mencintai dan menjaga kelestarian hutan.
8. Memenuhi Kebutuhan Hidup Manusia
Banyak manusia mengabaikan atau bahkan tidak tahu betapa pentingnya hutan bagi
kehidupan kita adalah hutan dapat memenuhi berbagai kebutuhan kita sehari-harinya.
Kita bisa mendapatkan sumber makanan, obat-obatan, dan juga air yang sangat penting di
setiap sela kehidupan kita. Pengambilan dan pemanfaatan hutan seperti ini juga dilakukan
secara berkala dan tidak boleh secara terus menerus. Karena hutan yang terus di eksploitasi
sumber dayanya akan menurun dengan drastis. Pemanfaatan hasil hutan juga harus diiringi
dengan pelestarian hutan yang optimal.
Berikut merupakan jenis-jenis hutan di Indonesia ditinjau dari berbagai segi:
1. Hutan Berdasarkan Iklim
a. Hutan hujan tropis, hutan yang terletak di daerah tropis dengan curah hujan tinggi.
Hutan jenis ini memiliki keaneragaman hayati yang sangat tinggi.
b. Hutan munson, atau biasa disebut hutan musim. Hutan ini memiliki curah hujan
yang tinggi namun musim kemaraunya panjang. Ketika musim kemarau tiba,
hutan jenis ini akan menggugurkan daunnya sehingga terlihat seperti hutan dengan
pepohonan yang mati. Tetapi ada juga hutan monsun yang selalu hijau.
2. Hutan Berdasarkan Bentang Alam
a. Hutan pegunungan, hutan yang terletak di pegunungan dengan ketinggianlebih
dari 1000 meter dari permukaan laut (dpl).
- Hutan sub alpin, hutan pegunungan dengan ketinggian di atas 2400
meter dpl.
- Hutan montana, hutan pegunungan dengan ketinggian 1500-2400
meter dpl.
- Hutan submontana, htan pegunungan dengan ketinggian 1000-1500
meter dpl.
b. Hutan dataran rendah, hutan yang terletak di dataran rendah dengan ketinggian
di bawah 1000 meter dpl.
c. Hutan pantai, hutan yang terletak di areal atau berdekatan dengan pantai.
d. Hutan perairan, kawasan perairan darat atau laut yang dipenuhi dengan
tumbuhan air atau terumbu karang. Kaya dengan berbagai flora dan fauna
yang hidup dalam ekosistemnya.
e. Hutan gambut, hutan yang tanahnya tersusun dari gambut atau hasil pelapukan
pepohonan selama jutaan tahun. Struktur tanah hutan gambut ringan, gembur
dan menyimpan banyak air sehingga kalau di injak seperti membal. Lahan
gambut merupakan tempat penyimpanan karbon dunia.
f. Hutan rawa, hutan yang berdiri di atas lahan basah. Pada musim hujan hutan
ini biasanya tergenangi air dan selalu basah.
g. Hutan mangrove. Hutan ini terdiri dari pohon-pohon mangrove yang tumbuh
rapat di sekitar kawasan pesisir. Hutan mangrove berperan besar dalam
menahan aberasi oleh air laut dan sebagai tempat berkembang biak berbagai
fauna laut.
h. Hutan batu kapur, hutan yang tumbuh di atas tanah batuan berkapur.
i. Savana, hutan yang berupa padang rumput dalam hamparan yang sangat luas.
3. Hutan Berdasarkan Tipe Pohonnya
a. Hutan homogen, hutan yang tumbuhan didalamnya relatif seragam seperti
hutan pinus, hutan jati, hutan bambu. Tanaman tersebut bisa sengaja ditanam
atau tumbuh secara alami.
b. Hutan heterogen, hutan yang terdiri dari berbagai jenis tanaman, tidak ada satu
tanaman yang mendominasi populasi.
4. Hutan Berdasarkan Asalnya
a. Hutan alam, hutan yang telah terbentuk sejak awal secara alami tanpa
rekayasa manusia.
b. Hutan buatan, hutan yang sengaja dibuat oleh manusia dengan cara reboisasi,
rehabilitasi, atau membuat hutan baru di atas tanah non hutan.
5. Hutan Berdasarkan Pembentuknya
a. Hutan primer, hutan alam yang masih perawan belum pernah ditebang
kayunya hingga habis.
b. Hutan sekunder, bekas hutan alam yang telah ditebangi kemudian tumbuh
kembali menjadi hutan, baik secara alami atau melalui kegiatan budidaya.

2.2 Alasan Pohon Sawit Dikategorikan Sebagai Tanaman Hutan


Alasan utama kelapa sawit dijadikan sebagai akomodasi tanaman hutan adalah untuk
meningkatkan produksi minyak sawit dimana Indonesia menempati posisi puncak sebagai
negara penghasil minyak sawit terbesar di dunia bersama sang tetangga Malaysia. Produksi
minyak sawit sangatlah berperan penting dalam membangun ekonomi bangsa Indonesia, oleh
karena itu lahan untuk perkebunan kelapa sawit tiap tahun diperluas walaupun harus
mengikis daerah kawasan hutan.
Perkebunan kelapa sawit memang menjadi sub sektor perkebunan andalan Indonesia. Lebih
dari 7 miliar USD disumbangkan sub sektor ini ke dalam pundi-pundi devisa negara.
Indonesia pun menjadi pemimpin di antara negara produsen minyak kelapa sawit. Bersama
Malaysia, negara kita menguasai tak kurang 80% dari total produksi minyak kelapa sawit
mentah dunia. Areal perkebunan kelapa sawit pun berkuasa di bumi Indonesia. Sejak
diperkenalkan pertama kali di Indonesia tahun 1911, sub sektor ini mulai menggeliat pada
tahun 1970. Namun perkembangan perkebunan kelapa sawit di Indonesia meningkat pesat
sejak tahun 1980. Dari luas lahan 290.000 hektar di tahun 1980, areal kelapa sawit tumbuh
cepat secara luar biasa menjadi 6,32 juta hektar pada tahun 2007. Ironisnya sebagian besar
lahan tersebut dimiliki oleh perusahaan besar swasta dan hanya belasan persen yang menjadi
milik perusahaan besar negara.
Tapi Indonesia selalu membanggakan produksi kelapa sawitnya yang 9 kali lebih
besar dari negara lain. Tanpa disadari kebanggaan itu membuat kita seolah tak malu dengan
dosa besar merusak jutaan hektar hutan tiap tahunnya. Indonesia mencatat rekor sebagai
negara dengan laju deforestasi terbesar di dunia dengan laju kerusakan menyentuh angka 2
juta hektar per tahun. Hal tersebut menunjukkan betapa ironisnya negara ini bergantung
dengan produksi minyak sawitnya. Dengan data deforestasi yang sangat besar, minyak sawit
pun diklaim sebagai minyak yang tak ramah lingkungan oleh beberapa negara penghasil
minyak nabati. Pemerintah pun merespon dengan cara mengakomodasikan kelapa sawit
sebagai tanaman hutan, sehingga tak ada masalah jika melakukan perombakan besar-besaran
dari hutan alami menjadi hutan tanaman dengan alasan tak salah mengonversi hutan menjadi
hutan kembali. Kementrian kehutanan pernah mengeluarkan Peraturan Menteri Kehutanan
(Permenhut) yang mengakomodasi kelapa sawit sebagai bagian dari tanaman hutan. Ini
berpotensi menambah kerusakan hutan gambut serta memperbanyak emisi karbon. Kebijakan
itu tercantum dalam Permenhut Nomor 62/Menhut/II/2011 tentang Pedoman Pembangunan
Hutan Tanaman Berbagai Jenis pada Izin Usaha Pemanfaatan Hasil Hutan Kayu pada Hutan
Tanaman Industri (IUPHHK/HTI) yang dikeluarkan 25 Agustus 2011 dan diundangkan pada
6 September 2011. Tetapi permenhut ini tak lama bertahan karena banyak kecaman dari
berbagai kalangan.
Tetapi hal lain dikatakan oleh Guru besar di salah satu universita di Indonesia, mereka
berusaha menyusun naskah akademik agar sawit bisa ditanami pada kawasan Hutan
Tanaman Rakyat (HTR) dan Hutan Tanaman Industri (HTI).
Hal itu sesuai pengaturan tata ruang mikro hutan tanaman yakni hutan tanaman sawit yang
merupakan lanskap mozaik dengan jenis-jenis tanaman lain.
Penyusunan naskah akademik itu bertujuan untuk menjaga dan mengawal perkembangan
perkebunan sawit sebagai komoditas strategis nasional sekaligus menepis isu sawit sebagai
penyebab deforestasi.
Dari sisi hukum, deforestasi merupakan alih fungsi kawasan hutan menjadi
peruntukan non hutan. Sementara itu, banyak studi mengungkapkan sawit bukan merupakan
penyebab deforestasi karena perkebunan sawit tidak berasal dari kawasan hutan. Melalui
penyusunan naskah akademik itu nantinya masyarakat memahami bahwa keberadaan sawit
justru menambah luasan tutupan hutan.
Naskah akademik diperlukan karena sawit merupakan komoditas andalan dari pendapatan
nasional dan devisa negara Indonesia. Perkebunan sawit layak diperjuangkan karena memberi
pemasukan dan nilai ekonomi yang tinggi dan berarti bagi masyarakat Indonesia.
Selain efisien dari segi hasil untuk lahan yang terbatas, saat ini ada kekhawatiran untuk
menstigmatisasi seluruh tanaman. Padahal bukan tanamannya yang menjadi masalah, tetapi
di mana tempat menanamnya. Masyarakat banyak beralih ke kebun sawit karena tanaman itu
mampu menghasilkan nilai ekonomi yang menguntungkan dan dapat memberikan kehidupan
yang layak. Harapan kedepan adalah mengembangkan perkebunan sawit dengan baik
berbasis lanskap. Perlu kemauan politis yang kuat dari pemerintah untuk memasukkan sawit
sebagai tanaman hutan sesuai dengan kriteria FAO.
Keputusan FAO tidak memasukan sawit sebagai tanaman hutan, merupakan
hegemoni tafsir dari kelompok negara-negara pesaing sawit yang berkepentingan terhadap
kelangsungan industri minyak nabatinya. Dari banyak kasus, kita memahami betapa kuatnya
diplomasi politik negara-negara penghasil minyak nabati seperti biji bunga matahari dan
lainnya untuk memproteksi komoditas andalan mereka. Perlunya kemauan politis yang kuat
untuk memperjuangkan sawit sebagai tanaman hutan agar otoritas kehutanan dan pertanian
tidak selalu kalah dalam diplomasi di forum internasional termasuk forum FAO. Indonesia
perlu belajar dari Tiongkok yang mempunyai kemauan politik kuat untuk memasukkan
bambu sebagai tanaman hutan.
2.3 Kriteria Kelapa Sawit Untuk Memenuhi Syara Menjadi Tanaman Hutan
Untuk dapat menjadi tanaman hutan maka kelapa sawit harus memenuhi beberapa
kriteria. Semua jenis tanaman kelapa, kecuali sawit masuk kategori FAO, sebagai tanaman
hutan. Kriteria memenuhi definisi tanaman hutan yakni mempunyai tinggi batang minimal 5
m, memiliki tutupan kawasan 10% -20%, luasan kawasan minimal 0,5 m dan lebar jalur di
atas 20 m. Sawit merupakan jenis pohon tak berkayu karena mempunyai batang yang lunak.
Tetapi batang dari kelapa sawit dapat dimanfaatkan . Walaupun harus melalui beberapa
proses karena tak dapat dimanfaatkan secara langsung. Kayu sawit memiliki karakteristik
fisis, mekanis, dan keawetan kurang baik dibandingkan kayu biasa. Salah satu masalah
adalah sifat higroskopis berlebihan, bisa mencapai kadar air 500 persen. Meski telah
dikeringkan, batang sawit dapat kembali menyerap uap air dari udara hingga berkadar air
lebih dari 20 persen. Agar bagian tengah batang menjadi keras, maka harus dipanaskan
hingga di atas 130 derajat celsius. Tujuannya agar tepung pati atau gula menjadi karamel
yang melekat dengan bagian vaskular. Untuk memperkuat dan menambah kerapatan kayu,
dilakukan proses pemadatan. Pengawetan dilakukan dengan pemberian insektisida atau
fungisida agar kayu tak diserang serangga maupun jamur. Bagaimanapun juga Pohon sawit
tak memenuhi kriteria menjadi tanaman hutan karena merupakan tanaman tak berkayu.
Selain itu proses penanaman kelapa sawit juga tak ramah lingkungan pasalnya pohon
sawit ditanam dengan sistem monokulturasi sehingga memicu hilangnya keanekaragaman
hayati. Setiap harinya sawit juga dapat menyerap 12 liter air dan unsur hara belum lagi
perawatannya yang membutuhkan pestisida, zat fertilizer, dan bahan kimia lainnya sehingga
dapat menurunkan kualitas tanah.Jika seperti ini dikhawatirkan akan terjadi kenaikan emisi
gas karbon dioksida yang cukup signifikan karena aktivitas deforestasi yang dilakukan terus
menerus. Dalam hal fisiologi kelapa sawit tak masuk dalam kategori tanaman hutan tapi
dalam bidang ekonomi sawit merupakan komoditas utama negara yang perlu dibanggakan
karena dapat membantu menunjang ekonomi bangsa.

2.4 Dampak Adanya Hutan Sawit Di Indonesia


Kelapa sawit (Elaeis) adalah tumbuhan industri penting penghasil minyak masak,
minyak industri, maupun bahan bakar (biodiesel). Perkebunannya menghasilkan keuntungan
besar sehingga banyak hutan dan perkebunan lama dikonversi menjadi perkebunan kelapa
sawit.
Aktivitas perkebunan kelapa sawit seringkali menimbulkan dampak tertentu bagi
kelestarian lingkungan di sekitarnya. Dampak menanam sawit sangat berdampak negatif bagi
ekosistem untuk lahan yang sudah mejadi lahan sawit dan bekasnya lahan sawit juga akan
menjadi tandus tapi hal tersebut ada dampak positif bagi warga sekitar. Salah satu ancaman
yang paling besar ialah eksistensi hutan di Indonesia yang berpotensi mengalami kerusakan.
Di bawah ini dampak-dampak negatif dari perkebunan kelapa sawit :
 Aktivitas pembukaan kebun yang dikerjakan dengan membakar hutan menimbulkan
polusi udara yang parah. Bahkan asap pencemaran ini bisa terbawa angin sampai ke
negeri tetangga.
 Timbulnya konflik baik yang bersifat horisontal maupun vertikal. Misalnya konflik
antar-pekerja daerah dengan para pendatang atau konflik antara pemilik kebun dengan
pemerintah setempat.
 Di beberapa kasus sebelumnya, perkebunan sawit sering menjadi penyebab utama
timbulnya bencana alam seperti tanah longsor dan banjir bandang. Hal ini
dikarenakan struktur tanah mengalami perubahan sehingga kondisinya menjadi labil.
 Pada umumnya, budidaya kelapa sawit dilakukan dengan sistem monokultur. Hal ini
dapat memicu hilangnya keragaman hayati dan kerentanan alam seperti kualitas lahan
menurun, terjadinya erosi, serta merebaknya hama dan penyakit tanaman.
 Kebanyakan kegiatan pembukaan lahan kelapa sawit dilakukan dengan metode tebang
habis (land clearing) agar menghemat biaya dan waktu. Akibatnya makhluk hidup
yang tinggal di dalamnya pun menjadi terganggu.
 Kelapa sawit membutuhkan air dalam jumlah sangat banyak mencapai 12 liter/pohon.
Proses pertumbuhan tanaman ini juga acapkali dirangsang memakai pestisida, zat
fertilizer, dan bahan kimia lainnya.
 Kebun sawit pun dapat mengakibatkan kemunculan hama baru. Penyebab utamanya
tidak lain karena penerapan sistem lahan monokulturasi.

Namun tidak adil bila kita melihat suatu pokok permasalahan hanya dari segi buruknya saja.
Oleh karena itu, berikut ini dampak-dampak positif dari perkebunan kelapa sawit :
 Meningkatnya pembangunan di daerah seperti dibangunnya akses jalan dari
perkebunan ke pusat kota yang juga bisa dimanfaatkan oleh warga sekitar.
 Pendapatan per kapita daerah semakin naik. Hal ini tidak terlepas dari banyaknya
kebutuhan tenaga yang diperlukan oleh suatu perkebunan kelapa sawit.
 Untuk menjaga kesehatan dan kesejahteraan para pekerja, seringkali pihak
perkebunan juga mendirikan pusat layanan kesehatan dan pendidikan terpadu.
Walaupun kualitasnya masih di bawah standar, setidaknya fasilitas tersebut cukup
berguna bagi warga sekitar.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Hutan merupakan satuan ekosistem yang didalamnya didominasi oleh vegetasi
pepohonan, yang dapat menciptakan iklim mikro dengan siklus hara tertutup serta terdiri dari
komponen biotik dan abiotik dimana terdapat rasa saling ketergantungan antara komponen
satu dan yang lainnya. Peran hutan sangatlah penting dan sangat ditunggu-tunggu oleh dunia
untuk mengatasi berbagai masalah lingkungan dunia. Sudah seharusnya kita menjaga dan
melestarikan hutan. Kawasan hutan di Indonesia sering dimanfaatka sebagai perkebunan
sawit sehingga memicu deforestasi. Maka dari itu dalam usaha menepis isu tersebut
pemerintah berusaha mengakomodasi kelapa sawit sebagai tanam hutan. Tapi hal ini
membuat beberapa kekhawatiran akan hilangnya fungsi hutan alami sebagai penjaga
keseimbangan ekosistem. Perkebunan sawit sangatlah berperan besar dalam membantu
perekonomian bangsa tetapi hutan alami juga sangat membantu dalam kesehatan dan
keselamatan segenap bangsa dari berbagai bencana. Kita harus dapat memilah dan membagi
mana yang lebih penting dan dibutuhkan bagi bangsa.
Daftar Pustaka

 UU No.41 tahun 1999 tentang Kehutanan.


 Arifin Arief, 2001. Hutan dan kehutanan. Kanisius, Yogyakarta.
 Frans Wanggai, 2009. Manajemen hutan, pengelolaan sumber daya hutan secara
berkelanjutan. Grasindo.
 Susanto Ichwan, 2013. Batang Sawit Bernilai Tinggi. Kompas.com.
https://regional.kompas.com/read/2013/05/23/02481574/batang.sawit.bernilai.tinggi
 Yaum Nurmirajul, 2014. Pengertian dan tujuan Hutan Tanaman Industri
(HTI).hutantani.blogspot.com. http://hutantani.blogspot.com/2014/03/pengertian-dan-
hutan-tanaman-industri.html
 Mulyadi Agus, 2011. Dikecam, Kelapa Sawit Jadi Tanaman Hutan. Kompas.com.
https://sains.kompas.com/read/2011/09/19/21042913/Kelapa.Sawit.Jadi.Tanaman.Hut
an.Dikecam
 Wardhana Hendra, 2015. Karena Kelapa Sawit, Hutanku Makin Sakit.
Kompasiana.com.
https://www.kompasiana.com/wardhanahendra/54f84017a33311cf5d8b4a25/karena-
kelapa-sawit-hutanku-makin-sakit
 Tropis.co, 2018. Pertimbangkan Kemungkinan Sawit Menjadi Tanaman Hutan.
Tropis.co. http://tropis.co/pertimbangkan-kemungkinan-sawit-menjadi-tanaman-
hutan/
 Obatrindu, 2016. Pengertian Dan Definisi Hutan Dan Kehutanan Disertai Pendapat
Para Ahli. https://obatrindu.com/pengertian-dan-definisi-hutan-dan-kehutanan/
 Obatrindu, 2016. 13 Fungsi dan Manfaat Hutan Bagi Kehidupan Manusia Dan
Makhluk Hidup Lain. https://obatrindu.com/manfaat-hutan-bagi-kehidupan-manusia/
 Asang Edward, 2018. Dampak Positif Dan Negatif Perkebunan Kelapa Sawit.
https://terokaborneo.com/dampak-negatif-dan-positif-perkebunan-kelapa-sawit/

Anda mungkin juga menyukai