Anda di halaman 1dari 7

ASKEP HEMATOLOGI PADA PENYAKIT

LEUKIMIA
Di susun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah (Keperawatan Medikal Bedah I)
Dosen Pembimbing Ns. Nurlia, M.kep

OLEH
Nama : NUR INDAH BELASAFIRA LUAWO
Nim : CO1417117
KELAS D

PRODI NERS
FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH GORONTALO
2018
Laporan Pendahuluan Leukimia

1. Pengertian
Leukimia adalah proliferasi sel darah putih yang masih imatur dalam jaringan
pembentuk darah (Prof. Dr. Iman, 1997).Leukimia adalah proliferasi tak teratur atau
akumulasi sel darah putih dalam sumsum tulang menggantikan elemen sum-sum tulang
normal (Smeltzer, 2002).Leukimia adalah suatu keganasan pada alat pembuat sel darah
berupa proliferasio patologis sel hemopoetik muda yang ditandai oleh adanya kegagalan
sum-sum tulang dalam membentuk sel darah normal dan adanya infiltrasi ke jaringan
tubuh yang lain (Mansjoer, 2002). Leukemia adalah neoplasma akut atau kronis dari sel-
sel pembentuk darah dalam sumsum tulang dan limfa nadi (Reeves, 2001).
Berdasarkan dari beberapa pengertian diatas maka penulis berpendapat bahwa leukimia
adalah suatu penyakit yang disebabkan oleh proliferasi abnormal dari sel-sel leukosit
yang menyebabkan terjadinya kanker pada alat pembentuk darah. Sel darah normal, sel
darah terbentuk di sumsum tulang. Tulang sumsum adalah bahan yang lembut di tengah
sebagian besar tulang. Belum menghasilkan sel darah yang disebut sel batang dan
ledakan. Sebagian besar sel darah matang di sumsum tulang dan kemudian pindah ke
pembuluh darah. Darah mengalir melalui pembuluh darah dan jantung disebut darah
perifer. Sumsum tulang membuat berbagai jenis darah sel. Setiap jenis memiliki fungsi
khusus:
a) Sel darah putih membantu melawan infeksi
b) Sel darah merah membawa oksigen ke jaringan seluruh tubuh
c) Trombosit membantu gumpalan darah terbentuk bahwa kontrol perdarahan

Sifat khas leukemia adalah proliferasi tidak teratur atau akumulasi sel darah putih dalam
sumusm tulang, menggantikan elemen sumsum tulang normal. Juga terjadi proliferasi di
hati, limpa dan nodus limfatikus, dan invasi organ non hematologis, seperti meninges,
traktus gastrointesinal, ginjal dan kulit.

2. Jenis-jenis Leukemia
a. Leukemia Mielogenus Akut (LMA)
LMA mengenai sel stem hematopeotik yang kelak berdiferensiasi ke semua sel
Mieloid: monosit, granulosit, eritrosit, eritrosit dan trombosit. Semua kelompok
usia dapat terkena; insidensi meningkat sesuai bertambahnya usia. Merupakan
leukemia nonlimfositik yang paling sering terjadi.
b. Leukemia Mielogenus Kronis (LMK)
LMK juga di masukkan dalam sistem keganasan sel stem mieloid. Namun lebih
banyak sel normal dibanding bentuk akut, sehingga penyakit ini lebih ringan. LMK
jarang menyerang individu di bawah 20 tahun. Manifestasi mirip dengan gambaran
LMA tetapi tanda dan gejala lebih ringan, pasien menunjukkan tanpa gejala selama
bertahun-tahun, peningkatan leukosit kadang sampai jumlah yang luar biasa, limpa
membesar.
c. Leukemia Limfositik Akut (LLA)
LLA dianggap sebagai proliferasi ganas limfoblast. Sering terjadi pada anak-anak,
laki-laki lebih banyak dibanding perempuan, puncak insiden usia 4 tahun, setelah
usia 15 LLA jarang terjadi. Manifestasi limfosit immatur berproliferasi dalam
sumsum tulang dan jaringan perifer, sehingga mengganggu perkembangan sel
normal..
d. Leukemia Limfositik Kronis (LLC)
LLC merupakan kelainan ringan mengenai individu usia 50 sampai 70 tahun.
Manifestasi klinis pasien tidak menunjukkan gejala, baru terdiagnosa saat
pemeriksaan fisik atau penanganan penyakit lain.

3. Etiologi
Penyebab yang pasti belum diketahui, akan tetapi terdapat faktor predisposisi yang
menyebabkan terjadinya leukemia yaitu :
 Faktor genetik : virus tertentu meyebabkan terjadinya perubahan struktur gen ( T
cell leukemia-lymphoma virus/HTLV).
 Radiasi ionisasi : lingkungan kerja, pranatal, pengobatan kanker sebelumnya.
 Terpapar zat-zat kimiawi seperti benzen, arsen, kloramfenikol, fenilbutazon, dan
agen anti neoplastik.
 Obat-obat imunosupresif, obat karsinogenik seperti diethylstilbestrol
 Faktor herediter, misalnya pada kembar monozigot
 Kelainan kromosom : Sindrom Bloom’s, trisomi 21 (Sindrom Down’s), Trisomi
G (Sindrom Klinefelter’s), Sindrom fanconi’s, Kromosom Philadelphia positif,
Telangiektasis ataksia.

Gejala penyakit leukemia biasanya ditandai dengan adanya anemia. Infeksi akan mudah
atau sering terjadi karena sel darah putih tidak dapat berfungsi dengan baik, rasa sakit
atau nyeri pada tulang, serta pendarahan yang sering terjadi karena darah sulit
membeku. Jika tidak diobati, maka akan mengakibatkan leukemia akut dan akhirnya
dapat menyebabkan kematian. Penyebab yang pasti belum diketahui, akan tetapi
terdapat faktor predisposisi yang menyebabkan terjadinya leukemia, yaitu Leukemia
biasanya mengenai sel-sel darah putih. Penyebab dari sebagian besar jenis leukemia
tidak diketahui. Pemaparan terhadap penyinaran (radiasi) dan bahan kimia tertentu
(misalnya benzena) dan pemakaian obat antikanker, meningkatkan resiko terjadinya
leukemia. Orang yang memiliki kelainan genetik tertentu (misalnya sindroma Down dan
sindroma Fanconi), juga lebih peka terhadap leukemia.

4. Manisfestasi klinis
Manifestasi klinik yang sering dijumpai pada penyakit leukemia adalah sebagai berikut:
 Pilek tidak sembuh-sembuh.
 Pucat, lesu, mudah terstimulasi
 Demam dan anorexia
 Berat badan menurun
 Ptechiae, memar tanpa sebab
 Nyeri abdomen
 Lumphedenopathy
 Hepatosplenomegaly

Gejala yang tidak khas ialah sakit sendi atau sakit tulang yang dapat disalahartikan
sebagai penyakit rematik. Gejala lain dapat timbul sebagai akibat infiltrasi sel leukemia
pada alat tubuh seperti lesi purpura pada kulit, efusi pleura, kejang pada leukemia
serebral (Iman, 1997).
5. Patofisiologi
Normalnya tulang marrow diganti dengan tumor yang malignan, imaturnya sel blast.
Adanya proliferasi sel blast, produksi eritrosit dan platelet terganggu sehingga akan
menimbulkan anemia dan trombositipenia. Sistem retikuloendotelial akan terpengaruh
dan menyebabkan gangguan sistem pertahanan tubuh dan mudah mengalami infeksi.
Manifestasi akan tampak pada gambaran gagalnya bone marrow dan infiltrasi organ,
sistem saraf pusat. Gangguan pada nutrisi dan metabolisme. Depresi sumsum tulang
yangt akan berdampak pada penurunan lekosit, eritrosit, faktor pembekuan dan
peningkatan tekanan jaringan. Adanya infiltrasi pada ekstra medular akan berakibat
terjadinya pembesaran hati, limfe, nodus limfe, dan nyeri persendian (Iman, 1997).

6. Penatalaksanaan Medis
1) Pelaksanaan kemoterapi
2) Irradiasi cranial
3) Terdapat tiga fase pelaksanaan keoterapi :
a) Fase induksi
Dimulasi 4-6 minggu setelah diagnosa ditegakkan. Pada fase ini
diberikan terapi kortikostreroid (prednison), vincristin dan L-
asparaginase. Fase induksi dinyatakan behasil jika tanda-tanda penyakit
berkurang atau tidak ada dan dalam sumsum tulang ditemukan jumlah
sel muda kurang dari 5%.
b) Fase Profilaksis Sistem saraf pusat
Pada fase ini diberikan terapi methotrexate, cytarabine dan hydrocotison
melaui intrathecal untuk mencegah invsi sel leukemia ke otak. Terapi
irradiasi kranial dilakukan hanya pada pasien leukemia yang mengalami
gangguan sistem saraf pusat.
c) Konsolidasi
Pada fase ini kombinasi pengobatan dilakukan unutk mempertahankan
remisis dan mengurangi jumlah sel-sel leukemia yang beredar dalam
tubuh. Secara berkala, mingguan atau bulanan dilakukan pemeriksaan
darah lengkap untuk menilai respon sumsum tulang terhadap
pengobatan. Jika terjadi supresi sumsum tulang, maka pengobatan dihentikan
sementara atau dosis obat dikurangi.

4) Program terapi
Pengobatan terutama ditunjukkan untuk 2 hal (Netty Tejawinata, 1996) yaitu:
a. Memperbaiki keadaan umum dengan tindakan:
- Tranfusi sel darah merah padat (Pocket Red Cell-PRC) untuk mengatasi
anemi. Apabila terjadi perdarahan hebat dan jumlah trombosit kurang
dari 10.000/mm³, maka diperlukan transfusi trombosit.
- Pemberian antibiotik profilaksis untuk mencegah infeksi.
b. Pengobatan spesifik
Terutama ditunjukkan untuk mengatasi sel-sel yang abnormal.
Pelaksanaannya tergantung pada kebijaksanaan masing-masing rumah sakit,
tetapi prinsip dasar pelaksanaannya adalah sebagai berikut:
- Induksi untuk mencapai remisi: obat yang diberikan untuk mengatasi
kanker sering disebut sitostatika (kemoterapi). Obat diberikan secara
kombinasi dengan maksud untuk mengurangi sel-sel blastosit sampai 5%
baik secara sistemik maupun intratekal sehingga dapat mengurangi
gejala-gajala yang tampak.
- Intensifikasi, yaitu pengobatan secara intensif agar sel-sel yang tersisa
tidak memperbanyak diri lagi.
- Mencegah penyebaran sel-sel abnormal ke sistem saraf pusat
- Terapi rumatan (pemeliharaan) dimaksudkan untuk mempertahankan
masa remisi
c. Pengobatan imunologik
Bertujuan untuk menghilangkan sel leukemia yang ada di dalam tubuh agar
pasien dapat sembuh sempurna. Pengobatan seluruhnya dihentikan setelah 3
tahun remisi terus menerus.
Daftar Pustaka
2000.Kapita Selekta Kedokteran . Jakarta: Media aeskulapiusFKUI. Ngastiyah.
2005.Perawatan Anak Sakit Edisi 2.Jakarta:EGC Suriadi & Rita. 2006. Asuhan
Keperawatan anak Edisi 2.Jakarta:Sagung Seto
http://nurse-poltekkes.blogspot.com/2012/03/askep-leukemia.html
https://www.academia.edu/22269307/Asuhan_Keperawatan_pada_pasien_Leuki
mia
http://www.academia.edu/20618101/ASKEP_LEUKEMIA
http://bantarmerak64.blogspot.com/2013/04/asuhan-keperawatan-leukemia-pada-
anak.html http://delfielizablog.wordpress.com/2012/12/09/15/
http://jilioetamey.blogspot.com/2012/05/asuhan-keperawatan-dengan-leukemia-
pada.html http://mocos-87.blogspot.com/p/askep-leukimia.html

Anda mungkin juga menyukai