Anda di halaman 1dari 21

Laboratorium Ilmu Kesehatan Jiwa Laporan Kasus

Fakultas Kedokteran

Universitas Mulawarman

DISTIMIA

Oleh:

Phamella Esty Nuraini

1610029033

Pembimbing:

dr. Hj. Irma Armenia, Sp. KJ

Dibawakan Dalam Rangka Tugas Kepaniteraan Klinik

Laboratorium Ilmu Kesehatan Jiwa


Fakultas Kedokteran
Universitas Mulawarman
2017
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Gangguan distimia adalah gangguan perasaan depresi yang ditandai dengan gejala kronis
(kurang lebih 2 tahun ) dan berada pada tingkat keparahan yang ringan, tetapi juga dapat
menghambat fungsi normal dengan baik. Gejala distimia yang biasa muncul seperti menurun
atau meningkatnya nafsu makan, sulit untuk berkonsentrasi, perasaan mudah putus asa,
mudah lelah, gangguan tidur seperti insomnia dan hipersomnia.
Gangguan distimik harus dibedakan dengan gangguan depresi kronik, karena pada
gangguan distimik tidak pernah ditemukan episode gangguan depresi mayor. Apabila kondisi
ini terjadi pada anak atau remaja yang perlu diperhatikan manifestasinya dapat dalam bentuk
mudah marah. Hampir sepanjang hari pasien selalu mengeluh keadaan mood terdepresi atau
pada anak dan remaja mudah marah ditemukan, dan keluhan ini sudah berlangsung selama
sedikitnya 2 tahun. Paling sering pada perempuan ( perempuan : laki-laki = 2-3: 1).
Prognosis pasien distimia bervariasi. Agen antidepresan dan jenis psikoterapi khusus
memiliki pengaruh positif pada perjalanan dan prognosis distimia. Data mengenai terapi
sebelumnya menunjukkan bahwa 15% pasien mengalami remisi 1 tahun setelah diagnosis
awal. Sekitar 25% pasien distimia tidak mengalami pemulihan sempurna, meskipun demikian
secara keseluruhan prognosisnya baik dengan terapi.

2
BAB II
LAPORAN KASUS

2.1 Identitas Pasien


Nama : Ny AR
Jenis Kelamin : Perempuan
Usia : 48 tahun
Agama : Katolik
Suku : Toraja
Pendidikan : SMP
Pekerjaan : Petani
Alamat : Desa Binuang Kecamatan Sepaku Kabupaten Penajam Paser
Utara

2.2 Keluhan Utama


Pasien datang dengan keluhan utama sulit tidur

2.3 Riwayat Penyakit Sekarang


Pasien datang ke poli jiwa RSUD Kanudjoso Djatiwibowo Balikpapan dengan keluhan
sulit tidur. Keluhan ini dirasakan sejak ± 5 bulan yang lalu. Keluhan sulit tidur dirasakan
pasien berupa tidak bisa memulai tidur dan terbangun-bangun saat tidur. Keluhan ini
dirasakan pasien terutama saat pasien banyak pikiran. Pada saat banyak pikiran tersebut,
pasien juga merasa lebih suka marah, tersinggung, minder, dan menjadi pendendam.
Pasien juga sempat mimpi buruk. Selain sulit tidur pasien juga merasa lemah, pusing
berputar-putar, berdebar-debar, dan nyeri pada tengkuk. Pasien merupakan pasien
kontrol, saat pertama kali datang ke poli jiwa pasien mengeluh kehilangan semangat
selama ± 2 tahun dan sulit tidur. Saat itu pasien juga merasa lemah, mudah tersinggung,
pendendam, dan minder. Sebelum ke poli jiwa, pasien sudah berobat ke beberapa dokter
dan diberi obat tidur namun keluhan pasien tidak membaik. Pasien juga memeriksakan
diri ke dokter penyakit dalam dan didiganosis diabetes melitus. Lalu ketika berobat ke

3
poli jiwa pasien merasa keluhannya sekarang mulai berkurang dan sudah mulai bisa tidur
daripada sebelumnya.

2.4 Riwayat Penyakit Dahulu


Pasien tidak pernah mengalami keluhan yang sama sebelumnya. Pasien memiliki riwayat
penyakit diabetes mellitus, hiperkolesterolemia, hiperurisemia, dan infeksi saluran kemih.

2.5 Riwayat Keluarga


Pasien merupakan anak ke 5 dari 5 bersaudara. Pasien mengaku sangat dekat dengan
kedua orang tuanya dan dimanja karena posisinya sebagai anak terakhir. Karena hal
tersebut saat ibu pasien meninggal dunia tahun 1986 pasien merasa sangat terpukul
sehingga pasien mulai sulit tidur, dan sulit mengontrol emosi. Hubungan pasien dengan
ke empat saudaranya baik. Saat ini pasien sudah berkeluarga dan memiliki 4 orang anak.
Anak pertama sudah berkeluarga. Hubungan pasien dengan anak dan suami baik. Namun
terkadang anak kedua pasien sulit untuk diberitahu dan bandel sehingga pasien merasa
jengkel dan memendamnya. Pasien juga mengaku terbebani dengan biaya hidup anak
pasien yang masih sekolah dan kuliah.

2.6 Riwayat Pribadi


Pasien dilahirkan spontan, cukup bulan, dengan berat badan lahir kecil. Pada saat pasien
berusia belasan tahun ibu pasien meninggal dunia sehingga membuat pasien sangat
terpukul lalu pasien menjadi sulit mengontrol emosi dan mulai sulit tidur. Saat usia
pubertas pasien mengaku tidak memiliki masalah yang serius dengan teman sebayanya.
Saat ini pasien bekerja sebagai petani, pekerjaan ini ditekuni pasien selama ± 10 tahun.
Pasien juga rajin mengikuti acara perkumpulan orang Toraja seperti arisan, gotong
royong saat ada yang meninggal dan saat ada acara.

2.7 Status Generalis


Tanda Vital :
Tekanan darah : 130/90 mmHg
Nadi : 80 x/menit

4
Nafas : 18 x/menit
Suhu : 36, 8 OC
Keadaan Umum : Baik
Kesadaran : Komposmentis, GCS E4 V5 M6

Sistem kardiovaskuler : tidak didapatkan kelainan

Sistem respiratorik : tidak didapatkan kelainan

Sistem gastrointestinal : tidak didapatkan kelainan

Sistem urogenital : tidak didapatkan kelainan

Kelainan khusus : tidak didapatkan kelainan

2.8 Status Neurologis

Panca indera : tidak didapatkan kelainan

Tanda meningeal : tidak dilakukan pemeriksaan

Tekanan intracranial : tidak dilakukan pemeriksaan

Mata

Gerakan : normal

Pupil : isokor; Refleks Cahaya +/+

Diplopia : tidak ditemukan

2.9 Status Psikiatrik

Kesan umum : Pasien tampak rapi, kooperatif.

Kontak : kontak verbal baik, kontak visual baik

Kesadaran : komposmentis, atensi baik, orientasi tempat, waktu dan


ruang baik, daya ingat baik

Emosi / afek : stabil, afek sesuai

Proses berpikir : koheren, linear, waham (-)

Intelegensi : cukup

Persepsi : halusinasi auditori (-), halusinasi visual (-), ilusi (-)


5
Kemauan : ADL Mandiri

Psikomotor : normal

Tilikan : Derajat 6

2.10 Diagnosis Multiaksial

Aksis I : F 34.1

Aksis II : tidak ada diagnosis untuk aksis ini

Aksis III : Diabetes Melitus tipe 2

Aksis IV : Masalah psikososial dan lingkungan lain

Aksis V : GAF 90-81 Gejala minimal berfungsi baik.

2.11 Penatalaksanaan

Psikofarmakologi:

1. Sertralin 50 mg 1-0-0

2. Clobazam 10 mg 0-0-½

2.12 Prognosis
Dubia ad bonam jika:
Jika rutin dalam melakukan terapi dan dukungan keluarga untuk sering memberikan
perhatian kepada pasien.

6
BAB III

TINJAUAN PUSTAKA

3.1 Defenisi
Istilah distimia berarti tidak menyenangkan1. Ciri esensial dari distimia ialah afek
depresif yang berlangsung sangat lama atau jarang sekali cukup parah untuk memenuhi
kriteria depresid berulang ringan atau sedang2.

3.2 Epidemiologi

Distimia memiliki prevalensi 5-6% dari populasi umum dan mengenai setengah
sampai sepertiga pasien psikiatri umum. Pada remaja muda distima terjadi pada 8%
anak laki-laki dan 5% pada anak perempuan . gangguan ini bisa ditemui pada
perempuan <64 tahun dan laki-laki pada usia berapapun serta lebih sering terjadi pada
orang yang tidak menikah dan berpenghasilan rendah. Pasien dengan distimik sering
menderita gangguan jiwa lain seperti depresi berat, gangguan ansietas, penyalahgunaan
zat, dan gangguan kepribadian. Risiko gangguan distimik lebih tinggi bila terdapat
anggota keluarga yang memiliki keluhan serupa1.

Gangguan distimia memiliki onset pada usia muda, yaitu pada masa kanak-kanak
dengan keluhan perasaan tidak bahagia yang tidak dapat dijelaskan, dan terus berlanjut
saat memasuki masa remaja dan menginjak usia 20 tahun. Pada subtipe onset pada usia
lanjut, maka gangguan distimia terjadi pada usia lanjut. Menurut Freud orang rentan
terhadap depresi, tergantung secara oral dan membutuhkan pemuasan narsistik yang
terus menerus. Apabila individu tidak mendapat cinta, kasih sayang yang bermakna ia
akan mengalami depresi3.

7
3.3 Etiologi

Penyebab utama dari distimia adalah apakah gangguan ini berhubungan dengan
diagnosis psikiatrik lain, termasuk gangguan depresif berat dan gangguan kepribadian
ambang. Pada saat ini kita tidak dapat mencapai kesimpulan akhir, tetapi pasien yang
didefenisikan dengan criteria DSM-IV memiliki bermacam-macam heterogenitas proses
penyakit. Sebagai contoh tidur REM (Rapid Eye Movement) atau riwayat keluarga
adanya gangguan mood.1

Ada data yang menunjukkan bahwa dasar biologi untuk gejala gangguan distimia
dan gangguan depresi berat adalah sama, tetapi dasar biologi untuk psikopatologiknya
berbeda. Beberapa penelitian menunjukkan keterkaitan neurotransmitter serotonin dan
Noradregenik terlibat dalam gangguan distimia. Pada pemeriksaan EEG dan
polisogram, menunjukkan terjadinya gangguan tidur yang ditandai masa latensi REM,
dan meningkatnya densitas REM serta terganggunya kontinuitas dari tidur. Individu
dengan ciri kepribadian antisosial, ambang, ketergantungan, histori, depresif dan
skizotipal memiliki kecenderungan untuk mengalami distimia.3

Teori psikodinamika tentang perkembangan gangguan distimik menyatakan


bahwa gangguan disebabkan oleh kesalahan perkembangan kepribadian dan ego, yang
memuncak dalam kesulitan beradaptasi pada masa remaja dan dewasa muda.
Mekanisme pertahanan utama yang digunakan adalah pembentukan reaksi. Harga diri
yang rendah, anhedonia, dan introversi sering kali disertai dengan karakter depresif.3

3.4 Gejala Klinis

Depresi menimbulkan perubahan dalam pikiran, perasaan perilaku dan kesehatan


fisik 3.

 Perubahan dalam pikiran, pasien menjadi sulit berkonsentrasi dan membuat


keputusan. Beberapa orang mengeluh masalah dengan ingatan jangka pendek, lupa
berbagai hal sepanjang waktu. Pikiran negatif,pesimis, rendah diri, rasa bersalah,
kritik diri.

8
 Perubahan dalam perasaan, pasien merasa sedih tanpa alasan yang jelas, tidak dapat
menikmati aktivitas yang menyenangkan. Motivasi menurun sampai apati, merasa
lamban dan mudah lelah,sulit mengontrol amarah. Sering gangguan distimik
menunjukkan ketidakmampuan dan ketidakberdayaan.

 Perubahan dalam perilaku. Pasien terlihat apati. Hal ini sejalan dengan perasaanya.
Mereka merasa tidak nyaman berhubungan dengan orang lain, hal ini umumnya
menimbulkan penarikan diri dari pergaulan sosial. Ada perubahan selera makan,
dalam bentuk meningkat atau menurun. Akibat kesedihan berjalan kronik, timbul
menangis secara berlebihan. Mereka sering marah dalam ekspresi kekerasan.
Dorongan seksual menurun, dalam bentuk aktivitas seks yang berkurang.

 Perubahan dalam kesehatan fisik. Perasaan emosi yang negatif sejalan dengan
perasaan fisik yang negatif. Timbul kelelahan kronik sehingga banyak waktu yang
disia-siakan dan banyak tidur. Beberapa orang banyak mengalami sulit tidur. Mereka
juga mengeluh banyak sakit dan nyeri. Pada distimia, beberapa gejala ada
sepanjang waktu dapat sampai 2 tahun. Pada pasien dengan gangguan distimik tidak
ditemukan adanya gejala psikotik. Pasien distimia memiliki gejala yang mirip dengan
gangguan depresi mayor namun lebih banyak bersifat subjektif. Namun gejala-gejala
endogenik sepeti letargi,inersia dan anhedonia seringkali dapat diamati terutama pagi
hari. Gangguan distimik seringkali dialami oleh pasien yang menderita gangguan
fisik yang kronik terutama pada orang usia lanjut.3

3.5 Kriteria Diagnosis

Pedoman diagnosis menurut Pedoman Penggolongan dan Diagnosis Gangguan Jiwa


(PPDGJ) III antara lain2 :

 Ciri esensial adalah afek depresif yang berlangsung sangat lama yang tidak pernah atau
jarang sekali cukup parah untuk memenuhi kriteria gangguan depresif berulang ringan
atau sedang.
 Biasanya mulai pada usia dini dari masa dewasa dan berlangsung sekurang-kurangnya
beberapa tahun, kadang-kadang untuk waktu yang tidak terbatas. Jika onsetnya pada

9
usia lanjut, gangguan ini seringkali merupakan kelanjutan suatu episode depresif
tersendiri dan berhubungan dengan masa berkabung atau stress lain yang tampak jelas.

Kriteria diagnosis distimia memerlukan adanya mood yang terdepresi pada


sebagian besar waktu untuk sekurang-kurangnya dua tahun ( atau satu tahun untuk anak-
anak dan remaja).

Kriteria Diagnostik untuk Gangguan Distimik DSM-V.

A. Mood terdepresi untuk sebagian besar hari, lebih banyak hari dibandingkan
tidak,seperti yang ditunjukan oleh keterangan subjektif atau pengamatan orang lain,
selama sekurangnya 2 tahun. Catatan: pada anak-anak dan remaja, mood dapat
mudah tersinggung (iritabel) dan lamanya sekurangnya 1 tahun.

B. Adanya saat terdepresi, dua atau lebih berikut:

 Nafsu makan yang buruk atau makan berlebih

 Insomnia atau hiperinsomnia.

 Energy lemah atau lelah

 Harga diri yang rendah

 Konsentrasi buruk atau sulit menngambil keputusan

 Perasaan putus asa

C. Selama periode 2 tahun (1 tahun untuk anak-anak dan remaja)gangguan, orang tidak
pernah tanpa gejala dalam criteria A dan B selama lebih dari 2 bulan pada suatu
waktu.

D. Tidak pernah ada episode depresif berat selama 2 tahun pertama gangguan.

E. Tidak pernah terdapat episode manik, episode campuran atau episode hipomanik, dan
tidak pernah memenuhi criteria untuk gangguan siklotimik.

10
F. Gangguan tidak pernah semata-mata selama perjalanan gangguan psikotik kronis,
seperti skizofrenia atau gangguan delisional.

G. Gejala tidak pernah merupaka efek fisiologis langsung dari suatu zat (missal obat
yang disalahgunakan, suatu medikasi) atau suatu kondisi medis umum (missal
hipotiroidisme)

H. Gejala menyebabkan penderita bermakna secara klinis atau gangguan dalam fungsi
social, pekerjaan atau fungsi penting lainnya.

3.6 Diagnosis Banding

Diagnosis banding untuk gangguan distimik pada dasranya adalah sama dengan
gangguan depresif berat. Banyak zat dan penyakit medis dapat menyebabkan gejala
depresif kronis. Dua gangguan khususnya penting untuk dipertimbangkan dalam
diagnosis banding dari distimia yaitu gangguan depresif ringan dan gangguan depresif
singkat rekuren.

 Gangguan depresif ringan  ditandai oleh episode gejala depresif yang kurang
parah dibandingkan dengan gangguan depresif berat. Perbedaanya pada sifat
episodik gejala pada gangguan depresif ringan, mood eutimik. Sedangkan pada
pasien distimia tidak memiliki mood eutimik.

 Gangguan depresif singkat rekuren  ditandai oleh periode singkat(kurang dari


dua minggu) selama mana terdapat episode depresif. Pasien dengan gangguan
depresif singkat rekuren berbeda dengan pasien distimia dalam dua hal yaitu :
memiliki gangguan episodik dan keparahan gejalanya lebih besar.2

3.7 Penatalaksanaan

Penelitian yang telah dilakukan membuktikan efektivitas penatalaksanaan


denngan psikoterapi dan farmakoterapi lebih besar daripada apabila kedua modalitas
tersebut dilakukan terpisah.

11
 Psikoterapi terapi pilihan untuk gangguan distimia. Psikoterapi diberikan untuk
mengatasi masalah yang menimbulkan depresi dengan berbagai cara. Pertama
konseling yang berifat suportif diharapkan dapat membantu mengatasi nyeri atau
mengatasi ketidakmampuannya. Kedua, terapi kognitif perilaku digunakan untuk
mengubah ide pesimistis, harrapan yang tidak realistic dan kritik diri yang menimbulkan
depresi dan penderitaanya. Ketiga, problem solving therapy biasanya dibutuhkan untuk
mengatasi depresi dengan cara mengubah situasi kehidupan yang menimbulkan stress
yang bermakna.

 Farmakoterapi  antidepresan dibutuhkan untuk mengatasi gangguan vegetative yang


sering dialami oleh penderita ditimia., seperti gangguan tidur, rasa lelah, anhedonia, dan
rasa nyeri. Dari beberapa pelaporan diperoleh bahwa SSRIs , tricyclic antidepressant
dan monoamine oksidase inhibitor (MAOIs)sama efekti, tetapi SSRIs yang dapat
ditoleransi lebih baik. Penggunaan antidepresan harus memperhatikan efek
sampingyang ditimbulkan karena obat digunakan dalam jangka panjang. Antidepresan
golongan SSRIs yang sering diberikan adalah fluoxetin dengan dosis awal 20 mg(untuk
dewasa), sekali sehari pada pagi hari. Dosis dapat ditingkatkan secara perlahan dalam
beberapa minggu sebesar 20 mg dengan dosis maksimal 80 mg perhari. Selain fluoxetin,
dapat diberikan sertralin dengan dosis awal 50 mg (untuk dewasa) sekali sehari pada
pagi hari, dan dosis dapat ditingkatkan dalam beberapa minggu sebesar 50 mg, dengan
dosis maksimal 200 mg perhari. Antidepresan diberikan dengan waktu yang tidak
ternatas, namun dosis diturunkan sesuai dengan evaluasi perbaikan gejala. Namun obat
tidak diturunkan terlebih dahulu sampai 6 bulan setelah gejala membaik.

 Kegiatan olahraga juga dapat memperbaiki gejala. Pasien disarankan berolahraga


sebanyak 3-4 kali dalam seminggu. Olahraga yang digunakan adalah bersifat aerobik.2

3.8 Prognosis

Prognosisnya bervariasi. Prediksi kedepan tentang prognosis distimia dengan


adanya tatalaksana obat antidepresan yang baru seperti fluoxetine, bupropion dan terapi

12
kognitif dan perilaku akan memperlihatkan hasil yang baik.data yang lama menunjukan
antara 10-15 persen pasien gangguan distimik dalam kondisi remisi setelah didiagnosis.
Sekitar 25 persen dari gangguan distimia tidak mencapai pemulihan lengkap. Edukasi yang
baik terhadap pasien dan keluarga dapat meningkatkan prognosis yang baik.1

13
BAB IV
PEMBAHASAN

Teori Fakta
Anamnesis Anamnesis
Istilah distimia berarti tidak Pasien datang dengan keluhan sulit
menyenangkan. Ciri esensial dari tidur. Keluhan ini dirasakan sejak ± 5
distimia ialah afek depresif yang bulan yang lalu. Keluhan sulit tidur
berlangsung sangat lama atau jarang dirasakan pasien berupa tidak bisa
sekali cukup parah untuk memenuhi memulai tidur dan terbangun-bangun
kriteria depresi berulang ringan atau saat tidur. Keluhan ini dirasakan pasien
sedang. terutama saat pasien banyak pikiran.
Pada saat banyak pikiran tersebut,
Distimia memiliki prevalensi 5-6%
pasien juga merasa lebih suka marah,
dari populasi umum. Gangguan ini bisa
tersinggung, minder, dan menjadi
ditemui pada perempuan <64 tahun dan
pendendam. Pasien juga sempat mimpi
laki-laki pada usia berapapun serta lebih
buruk. Selain sulit tidur pasien juga
sering terjadi pada orang yang tidak
merasa lemah, pusing berputar-putar,
menikah dan berpenghasilan rendah.
berdebar-debar, dan nyeri pada tengkuk.
Pasien dengan distimik sering menderita
Pasien merupakan pasien kontrol, saat
gangguan jiwa lain seperti depresi berat,
pertama kali datang ke poli jiwa pasien
gangguan ansietas, penyalahgunaan zat,
mengeluh kehilangan semangat selama
dan gangguan kepribadian. Risiko
± 2 tahun dan sulit tidur. Saat itu pasien
gangguan distimik lebih tinggi bila
juga merasa lemah, mudah tersinggung,
terdapat anggota keluarga yang
pendendam, dan minder. Sebelum ke
memiliki keluhan serupa.
poli jiwa, pasien sudah berobat ke
Gejala distimia : 1)Perubahan dalam beberapa dokter dan diberi obat tidur
pikiran, pasien menjadi sulit namun keluhan pasien tidak membaik.
berkonsentrasi dan membuat keputusan. Pasien juga memeriksakan diri ke
Beberapa orang mengeluh masalah dokter penyakit dalam dan didiganosis
dengan ingatan jangka pendek, lupa
14
berbagai hal sepanjang waktu. Pikiran diabetes melitus. Lalu ketika berobat ke
negatif,pesimis, rendah diri, rasa poli jiwa pasien merasa keluhannya
bersalah, kritik diri; 2) Perubahan dalam sekarang mulai berkurang dan sudah
perasaan, pasien merasa sedih tanpa mulai bisa tidur daripada sebelumnya.
alasan yang jelas, tidak dapat menikmati Pasien merupakan anak ke 5 dari 5
aktivitas yang menyenangkan. Motivasi bersaudara. Pasien mengaku sangat
menurun sampai apati, merasa lamban dekat dengan kedua orang tuanya dan
dan mudah lelah,sulit mengontrol dimanja karena posisinya sebagai anak
amarah; 3) Perubahan dalam perilaku. terakhir. Karena hal tersebut saat ibu
Pasien terlihat apati, penarikan diri dari pasien meninggal dunia tahun 1986
pergaulan social, perubahan selera pasien merasa sangat terpukul sehingga
makan, dalam bentuk meningkat atau pasien mulai sulit tidur, dan sulit
menurun. Akibat kesedihan berjalan mengontrol emosi. Hubungan pasien
kronik, timbul menangis secara dengan ke empat saudaranya baik. Saat
berlebihan. Mereka sering marah dalam ini pasien sudah berkeluarga dan
ekspresi kekerasan. Dorongan seksual memiliki 4 orang anak. Anak pertama
menurun, dalam bentuk aktivitas seks sudah berkeluarga. Hubungan pasien
yang berkurang; 4) Perubahan dalam dengan anak dan suami baik. Namun
kesehatan fisik. Perasaan emosi yang terkadang anak kedua pasien sulit untuk
negatif sejalan dengan perasaan fisik diberitahu dan bandel sehingga pasien
yang negatif. Timbul kelelahan kronik merasa jengkel dan memendamnya.
sehingga banyak waktu yang disia- Pasien juga mengaku terbebani dengan
siakan dan banyak tidur. Beberapa biaya hidup anak pasien yang masih
orang banyak mengalami sulit tidur. sekolah dan kuliah.
Mereka juga mengeluh banyak Pasien dilahirkan spontan, cukup
sakit dan nyeri. Pada distimia, bulan, dengan berat badan lahir kecil.
beberapa gejala ada sepanjang waktu Pada saat pasien berusia belasan tahun
dapat sampai 2 tahun. Pada pasien ibu pasien meninggal dunia sehingga
dengan gangguan distimik tidak membuat pasien sangat terpukul lalu
ditemukan adanya gejala psikotik. pasien menjadi sulit mengontrol emosi

15
dan mulai sulit tidur. Saat usia pubertas
pasien mengaku tidak memiliki masalah
yang serius dengan teman sebayanya.
Saat ini pasien bekerja sebagai petani,
pekerjaan ini ditekuni pasien selama ±
10 tahun. Pasien juga rajin mengikuti
acara perkumpulan orang Toraja seperti
arisan, gotong royong saat ada yang
meninggal dan saat ada acara.

Diagnosis Diagnosis

Pedoman diagnosis menurut Pedoman Pada 2 tahun lalu pasien datang


Penggolongan dan Diagnosis Gangguan dengan keluhan kurangnya semangat,
Jiwa (PPDGJ) III antara lain2 : lalu diikuti gejala sulit tidur, lemah
minder, mudah tersinggung,
 1. Ciri esensial adalah afek depresif
pendendam, dan mimpi buruk. Pada
yang berlangsung sangat lama yang
masa kanak-kanak sampai remaja
tidak pernah atau jarang sekali cukup
pasien ditinggal ibunya sehingga sangat
parah untuk memenuhi kriteria
terpukul dan karena hal tersebut emosi
gangguan depresif berulang ringan atau
pasien menjafi tidak stabil dan mulai
sedang.
sulit tidur.
 2. Biasanya mulai pada usia dini dari
masa dewasa dan berlangsung Status Psikiatri Pasien:
sekurang-kurangnya beberapa tahun,
Kesan umum: Pasien tampak rapi,
kadang-kadang untuk waktu yang tidak

16
terbatas. Jika onsetnya pada usia lanjut, kooperatif.
gangguan ini seringkali merupakan
Kontak: kontak verbal baik, kontak
kelanjutan suatu episode depresif
visual baik
tersendiri dan berhubungan dengan
masa berkabung atau stress lain yang Kesadaran: komposmentis, atensi baik,
tampak jelas. orientasi tempat, waktu dan ruang baik,
Daya ingat baik
Kriteria Diagnostik untuk
Gangguan Distimik DSM-V. Emosi / afek : stabil, afek sesuai

I. 1. Mood terdepresi untuk sebagian besar Proses berpikir: Koheren, linear,

hari, lebih banyak hari dibandingkan waham (-)


tidak,seperti yang ditunjukan
oleh Intelegensi: cukup
keterangan subjektif atau pengamatan
Persepsi: halusinasi auditori (-),
orang lain, selama sekurangnya 2 tahun.
halusinasi visual (-), ilusi (-)
Catatan: pada anak-anak dan remaja,
mood dapat mudah tersinggung Kemauan: ADL Mandiri
(iritabel) dan lamanya sekurangnya 1
Psikomotor: normal
tahun.
Tilikan: derajat 6
J. 2. Adanya saat terdepresi, dua atau lebih
berikut:

 A. Nafsu makan yang buruk atau makan


berlebih

 B. Insomnia atau hiperinsomnia.

 C. Energy lemah atau lelah

 D. Harga diri yang rendah

 E. Konsentrasi buruk atau sulit


menngambil keputusan

17
 F. Perasaan putus asa

K. 3. Selama periode 2 tahun (1 tahun


untuk anak-anak dan remaja)gangguan,
orang tidak pernah tanpa gejala dalam
criteria A dan B selama lebih dari 2
bulan pada suatu waktu.

L. 4. Tidak pernah ada episode depresif


berat selama 2 tahun pertama gangguan.

M. 5. Tidak pernah terdapat episode manik,


episode campuran atau episode
hipomanik, dan tidak pernah memenuhi
criteria untuk gangguan siklotimik.

N. 6. Gangguan tidak pernah semata-mata


selama perjalanan gangguan psikotik
kronis, seperti skizofrenia atau
gangguan delisional.

O. 7. Gejala tidak pernah merupaka efek


fisiologis langsung dari suatu zat
(missal obat yang disalahgunakan, suatu
medikasi) atau suatu kondisi medis
umum (missal hipotiroidisme)

P. 8. Gejala menyebabkan penderita


bermakna secara klinis atau gangguan
dalam fungsi social, pekerjaan atau
fungsi penting lainnya.

Penatalaksanaan Penatalaksanaan

1. Psikoterapi : konseling, terapi 1. Sertralin 50 mg 1-0-0

18
kognitif, terapi problem solving. 2. Clobazam 10 mg 0-0-½
2. Farmakoterapi : antidepresan

BAB V

PENUTUP

19
Telah diperiksa pasien Ny AR usia 48 tahun datang dengan keluhan sulit tidur sejak ± 5
bulan yang lalu terutama saat pasien banyak pikiran, keluhan juga disertai lemah pada tubuh,
lebih suka marah, tersinggung, minder, dan menjadi pendendam. Pasien juga sempat mimpi
buruk. Selain sulit tidur pasien juga merasa lemah, pusing berputar-putar, berdebar-debar, dan
nyeri pada tengkuk. Pasien juga memiliki riwayat diabetes mellitus. Pemeriksaan psikiatri :
kesan umum pasien tampak rapi, kooperatif, kontak verbal dan visual baik, kesadaran
komposmentis, atensi baik, orientasi tempat, waktu dan ruang baik, daya ingat baik, emosi stabil,
afek sesuai, proses berpikir koheren, linear, dan tidak terdapat waham. Intelegensi cukup,
persepsi halusinasi auditori (-), halusinasi visual (-), ilusi (-),ADL mandiri dan tilikan derajat 6.
Berdasarkan anamnesis dan pemeriksaan fisik didapatkan hasil diagnosis klinis distimia dan
diagnosis medis diabetes melitus tipe 2. Pasien mendapatkan terapi Sentralin 50mg 1-0-0 dan
Clobazam 0-0-½

DAFTAR PUSTAKA

20
1. Kaplan Harold I,M.D, Sadock Benjamin J,M.D, Grebb Jack A. M.D. 2010.Sinopsis Psikiatri
Ilmu Pengetahuan Perilaku Psikiatri Klinis. Edisi 2, Penerbit EGC : Jakarta.

2. Maslim, Rusdi. 2013. Pedoman Penggolongan dan Diagnosis Gangguan Jiwa di Indonesia
III. Jakarta: Bagian Ilmu Kedokteran Jiwa FK-Unika Atmajaya.

3. Ismail R.Irawati, Siste Kristina. Buku Ajar Psikiatri, Penerbit Fakultas Kedokteran
Universitas Indonesia, Jakarta,2010. Hal 223-229

21

Anda mungkin juga menyukai