Fakultas Kedokteran
Universitas Mulawarman
DISTIMIA
Oleh:
1610029033
Pembimbing:
PENDAHULUAN
Gangguan distimia adalah gangguan perasaan depresi yang ditandai dengan gejala kronis
(kurang lebih 2 tahun ) dan berada pada tingkat keparahan yang ringan, tetapi juga dapat
menghambat fungsi normal dengan baik. Gejala distimia yang biasa muncul seperti menurun
atau meningkatnya nafsu makan, sulit untuk berkonsentrasi, perasaan mudah putus asa,
mudah lelah, gangguan tidur seperti insomnia dan hipersomnia.
Gangguan distimik harus dibedakan dengan gangguan depresi kronik, karena pada
gangguan distimik tidak pernah ditemukan episode gangguan depresi mayor. Apabila kondisi
ini terjadi pada anak atau remaja yang perlu diperhatikan manifestasinya dapat dalam bentuk
mudah marah. Hampir sepanjang hari pasien selalu mengeluh keadaan mood terdepresi atau
pada anak dan remaja mudah marah ditemukan, dan keluhan ini sudah berlangsung selama
sedikitnya 2 tahun. Paling sering pada perempuan ( perempuan : laki-laki = 2-3: 1).
Prognosis pasien distimia bervariasi. Agen antidepresan dan jenis psikoterapi khusus
memiliki pengaruh positif pada perjalanan dan prognosis distimia. Data mengenai terapi
sebelumnya menunjukkan bahwa 15% pasien mengalami remisi 1 tahun setelah diagnosis
awal. Sekitar 25% pasien distimia tidak mengalami pemulihan sempurna, meskipun demikian
secara keseluruhan prognosisnya baik dengan terapi.
2
BAB II
LAPORAN KASUS
3
poli jiwa pasien merasa keluhannya sekarang mulai berkurang dan sudah mulai bisa tidur
daripada sebelumnya.
4
Nafas : 18 x/menit
Suhu : 36, 8 OC
Keadaan Umum : Baik
Kesadaran : Komposmentis, GCS E4 V5 M6
Mata
Gerakan : normal
Intelegensi : cukup
Psikomotor : normal
Tilikan : Derajat 6
Aksis I : F 34.1
2.11 Penatalaksanaan
Psikofarmakologi:
1. Sertralin 50 mg 1-0-0
2. Clobazam 10 mg 0-0-½
2.12 Prognosis
Dubia ad bonam jika:
Jika rutin dalam melakukan terapi dan dukungan keluarga untuk sering memberikan
perhatian kepada pasien.
6
BAB III
TINJAUAN PUSTAKA
3.1 Defenisi
Istilah distimia berarti tidak menyenangkan1. Ciri esensial dari distimia ialah afek
depresif yang berlangsung sangat lama atau jarang sekali cukup parah untuk memenuhi
kriteria depresid berulang ringan atau sedang2.
3.2 Epidemiologi
Distimia memiliki prevalensi 5-6% dari populasi umum dan mengenai setengah
sampai sepertiga pasien psikiatri umum. Pada remaja muda distima terjadi pada 8%
anak laki-laki dan 5% pada anak perempuan . gangguan ini bisa ditemui pada
perempuan <64 tahun dan laki-laki pada usia berapapun serta lebih sering terjadi pada
orang yang tidak menikah dan berpenghasilan rendah. Pasien dengan distimik sering
menderita gangguan jiwa lain seperti depresi berat, gangguan ansietas, penyalahgunaan
zat, dan gangguan kepribadian. Risiko gangguan distimik lebih tinggi bila terdapat
anggota keluarga yang memiliki keluhan serupa1.
Gangguan distimia memiliki onset pada usia muda, yaitu pada masa kanak-kanak
dengan keluhan perasaan tidak bahagia yang tidak dapat dijelaskan, dan terus berlanjut
saat memasuki masa remaja dan menginjak usia 20 tahun. Pada subtipe onset pada usia
lanjut, maka gangguan distimia terjadi pada usia lanjut. Menurut Freud orang rentan
terhadap depresi, tergantung secara oral dan membutuhkan pemuasan narsistik yang
terus menerus. Apabila individu tidak mendapat cinta, kasih sayang yang bermakna ia
akan mengalami depresi3.
7
3.3 Etiologi
Penyebab utama dari distimia adalah apakah gangguan ini berhubungan dengan
diagnosis psikiatrik lain, termasuk gangguan depresif berat dan gangguan kepribadian
ambang. Pada saat ini kita tidak dapat mencapai kesimpulan akhir, tetapi pasien yang
didefenisikan dengan criteria DSM-IV memiliki bermacam-macam heterogenitas proses
penyakit. Sebagai contoh tidur REM (Rapid Eye Movement) atau riwayat keluarga
adanya gangguan mood.1
Ada data yang menunjukkan bahwa dasar biologi untuk gejala gangguan distimia
dan gangguan depresi berat adalah sama, tetapi dasar biologi untuk psikopatologiknya
berbeda. Beberapa penelitian menunjukkan keterkaitan neurotransmitter serotonin dan
Noradregenik terlibat dalam gangguan distimia. Pada pemeriksaan EEG dan
polisogram, menunjukkan terjadinya gangguan tidur yang ditandai masa latensi REM,
dan meningkatnya densitas REM serta terganggunya kontinuitas dari tidur. Individu
dengan ciri kepribadian antisosial, ambang, ketergantungan, histori, depresif dan
skizotipal memiliki kecenderungan untuk mengalami distimia.3
8
Perubahan dalam perasaan, pasien merasa sedih tanpa alasan yang jelas, tidak dapat
menikmati aktivitas yang menyenangkan. Motivasi menurun sampai apati, merasa
lamban dan mudah lelah,sulit mengontrol amarah. Sering gangguan distimik
menunjukkan ketidakmampuan dan ketidakberdayaan.
Perubahan dalam perilaku. Pasien terlihat apati. Hal ini sejalan dengan perasaanya.
Mereka merasa tidak nyaman berhubungan dengan orang lain, hal ini umumnya
menimbulkan penarikan diri dari pergaulan sosial. Ada perubahan selera makan,
dalam bentuk meningkat atau menurun. Akibat kesedihan berjalan kronik, timbul
menangis secara berlebihan. Mereka sering marah dalam ekspresi kekerasan.
Dorongan seksual menurun, dalam bentuk aktivitas seks yang berkurang.
Perubahan dalam kesehatan fisik. Perasaan emosi yang negatif sejalan dengan
perasaan fisik yang negatif. Timbul kelelahan kronik sehingga banyak waktu yang
disia-siakan dan banyak tidur. Beberapa orang banyak mengalami sulit tidur. Mereka
juga mengeluh banyak sakit dan nyeri. Pada distimia, beberapa gejala ada
sepanjang waktu dapat sampai 2 tahun. Pada pasien dengan gangguan distimik tidak
ditemukan adanya gejala psikotik. Pasien distimia memiliki gejala yang mirip dengan
gangguan depresi mayor namun lebih banyak bersifat subjektif. Namun gejala-gejala
endogenik sepeti letargi,inersia dan anhedonia seringkali dapat diamati terutama pagi
hari. Gangguan distimik seringkali dialami oleh pasien yang menderita gangguan
fisik yang kronik terutama pada orang usia lanjut.3
Ciri esensial adalah afek depresif yang berlangsung sangat lama yang tidak pernah atau
jarang sekali cukup parah untuk memenuhi kriteria gangguan depresif berulang ringan
atau sedang.
Biasanya mulai pada usia dini dari masa dewasa dan berlangsung sekurang-kurangnya
beberapa tahun, kadang-kadang untuk waktu yang tidak terbatas. Jika onsetnya pada
9
usia lanjut, gangguan ini seringkali merupakan kelanjutan suatu episode depresif
tersendiri dan berhubungan dengan masa berkabung atau stress lain yang tampak jelas.
A. Mood terdepresi untuk sebagian besar hari, lebih banyak hari dibandingkan
tidak,seperti yang ditunjukan oleh keterangan subjektif atau pengamatan orang lain,
selama sekurangnya 2 tahun. Catatan: pada anak-anak dan remaja, mood dapat
mudah tersinggung (iritabel) dan lamanya sekurangnya 1 tahun.
C. Selama periode 2 tahun (1 tahun untuk anak-anak dan remaja)gangguan, orang tidak
pernah tanpa gejala dalam criteria A dan B selama lebih dari 2 bulan pada suatu
waktu.
D. Tidak pernah ada episode depresif berat selama 2 tahun pertama gangguan.
E. Tidak pernah terdapat episode manik, episode campuran atau episode hipomanik, dan
tidak pernah memenuhi criteria untuk gangguan siklotimik.
10
F. Gangguan tidak pernah semata-mata selama perjalanan gangguan psikotik kronis,
seperti skizofrenia atau gangguan delisional.
G. Gejala tidak pernah merupaka efek fisiologis langsung dari suatu zat (missal obat
yang disalahgunakan, suatu medikasi) atau suatu kondisi medis umum (missal
hipotiroidisme)
H. Gejala menyebabkan penderita bermakna secara klinis atau gangguan dalam fungsi
social, pekerjaan atau fungsi penting lainnya.
Diagnosis banding untuk gangguan distimik pada dasranya adalah sama dengan
gangguan depresif berat. Banyak zat dan penyakit medis dapat menyebabkan gejala
depresif kronis. Dua gangguan khususnya penting untuk dipertimbangkan dalam
diagnosis banding dari distimia yaitu gangguan depresif ringan dan gangguan depresif
singkat rekuren.
Gangguan depresif ringan ditandai oleh episode gejala depresif yang kurang
parah dibandingkan dengan gangguan depresif berat. Perbedaanya pada sifat
episodik gejala pada gangguan depresif ringan, mood eutimik. Sedangkan pada
pasien distimia tidak memiliki mood eutimik.
3.7 Penatalaksanaan
11
Psikoterapi terapi pilihan untuk gangguan distimia. Psikoterapi diberikan untuk
mengatasi masalah yang menimbulkan depresi dengan berbagai cara. Pertama
konseling yang berifat suportif diharapkan dapat membantu mengatasi nyeri atau
mengatasi ketidakmampuannya. Kedua, terapi kognitif perilaku digunakan untuk
mengubah ide pesimistis, harrapan yang tidak realistic dan kritik diri yang menimbulkan
depresi dan penderitaanya. Ketiga, problem solving therapy biasanya dibutuhkan untuk
mengatasi depresi dengan cara mengubah situasi kehidupan yang menimbulkan stress
yang bermakna.
3.8 Prognosis
12
kognitif dan perilaku akan memperlihatkan hasil yang baik.data yang lama menunjukan
antara 10-15 persen pasien gangguan distimik dalam kondisi remisi setelah didiagnosis.
Sekitar 25 persen dari gangguan distimia tidak mencapai pemulihan lengkap. Edukasi yang
baik terhadap pasien dan keluarga dapat meningkatkan prognosis yang baik.1
13
BAB IV
PEMBAHASAN
Teori Fakta
Anamnesis Anamnesis
Istilah distimia berarti tidak Pasien datang dengan keluhan sulit
menyenangkan. Ciri esensial dari tidur. Keluhan ini dirasakan sejak ± 5
distimia ialah afek depresif yang bulan yang lalu. Keluhan sulit tidur
berlangsung sangat lama atau jarang dirasakan pasien berupa tidak bisa
sekali cukup parah untuk memenuhi memulai tidur dan terbangun-bangun
kriteria depresi berulang ringan atau saat tidur. Keluhan ini dirasakan pasien
sedang. terutama saat pasien banyak pikiran.
Pada saat banyak pikiran tersebut,
Distimia memiliki prevalensi 5-6%
pasien juga merasa lebih suka marah,
dari populasi umum. Gangguan ini bisa
tersinggung, minder, dan menjadi
ditemui pada perempuan <64 tahun dan
pendendam. Pasien juga sempat mimpi
laki-laki pada usia berapapun serta lebih
buruk. Selain sulit tidur pasien juga
sering terjadi pada orang yang tidak
merasa lemah, pusing berputar-putar,
menikah dan berpenghasilan rendah.
berdebar-debar, dan nyeri pada tengkuk.
Pasien dengan distimik sering menderita
Pasien merupakan pasien kontrol, saat
gangguan jiwa lain seperti depresi berat,
pertama kali datang ke poli jiwa pasien
gangguan ansietas, penyalahgunaan zat,
mengeluh kehilangan semangat selama
dan gangguan kepribadian. Risiko
± 2 tahun dan sulit tidur. Saat itu pasien
gangguan distimik lebih tinggi bila
juga merasa lemah, mudah tersinggung,
terdapat anggota keluarga yang
pendendam, dan minder. Sebelum ke
memiliki keluhan serupa.
poli jiwa, pasien sudah berobat ke
Gejala distimia : 1)Perubahan dalam beberapa dokter dan diberi obat tidur
pikiran, pasien menjadi sulit namun keluhan pasien tidak membaik.
berkonsentrasi dan membuat keputusan. Pasien juga memeriksakan diri ke
Beberapa orang mengeluh masalah dokter penyakit dalam dan didiganosis
dengan ingatan jangka pendek, lupa
14
berbagai hal sepanjang waktu. Pikiran diabetes melitus. Lalu ketika berobat ke
negatif,pesimis, rendah diri, rasa poli jiwa pasien merasa keluhannya
bersalah, kritik diri; 2) Perubahan dalam sekarang mulai berkurang dan sudah
perasaan, pasien merasa sedih tanpa mulai bisa tidur daripada sebelumnya.
alasan yang jelas, tidak dapat menikmati Pasien merupakan anak ke 5 dari 5
aktivitas yang menyenangkan. Motivasi bersaudara. Pasien mengaku sangat
menurun sampai apati, merasa lamban dekat dengan kedua orang tuanya dan
dan mudah lelah,sulit mengontrol dimanja karena posisinya sebagai anak
amarah; 3) Perubahan dalam perilaku. terakhir. Karena hal tersebut saat ibu
Pasien terlihat apati, penarikan diri dari pasien meninggal dunia tahun 1986
pergaulan social, perubahan selera pasien merasa sangat terpukul sehingga
makan, dalam bentuk meningkat atau pasien mulai sulit tidur, dan sulit
menurun. Akibat kesedihan berjalan mengontrol emosi. Hubungan pasien
kronik, timbul menangis secara dengan ke empat saudaranya baik. Saat
berlebihan. Mereka sering marah dalam ini pasien sudah berkeluarga dan
ekspresi kekerasan. Dorongan seksual memiliki 4 orang anak. Anak pertama
menurun, dalam bentuk aktivitas seks sudah berkeluarga. Hubungan pasien
yang berkurang; 4) Perubahan dalam dengan anak dan suami baik. Namun
kesehatan fisik. Perasaan emosi yang terkadang anak kedua pasien sulit untuk
negatif sejalan dengan perasaan fisik diberitahu dan bandel sehingga pasien
yang negatif. Timbul kelelahan kronik merasa jengkel dan memendamnya.
sehingga banyak waktu yang disia- Pasien juga mengaku terbebani dengan
siakan dan banyak tidur. Beberapa biaya hidup anak pasien yang masih
orang banyak mengalami sulit tidur. sekolah dan kuliah.
Mereka juga mengeluh banyak Pasien dilahirkan spontan, cukup
sakit dan nyeri. Pada distimia, bulan, dengan berat badan lahir kecil.
beberapa gejala ada sepanjang waktu Pada saat pasien berusia belasan tahun
dapat sampai 2 tahun. Pada pasien ibu pasien meninggal dunia sehingga
dengan gangguan distimik tidak membuat pasien sangat terpukul lalu
ditemukan adanya gejala psikotik. pasien menjadi sulit mengontrol emosi
15
dan mulai sulit tidur. Saat usia pubertas
pasien mengaku tidak memiliki masalah
yang serius dengan teman sebayanya.
Saat ini pasien bekerja sebagai petani,
pekerjaan ini ditekuni pasien selama ±
10 tahun. Pasien juga rajin mengikuti
acara perkumpulan orang Toraja seperti
arisan, gotong royong saat ada yang
meninggal dan saat ada acara.
Diagnosis Diagnosis
16
terbatas. Jika onsetnya pada usia lanjut, kooperatif.
gangguan ini seringkali merupakan
Kontak: kontak verbal baik, kontak
kelanjutan suatu episode depresif
visual baik
tersendiri dan berhubungan dengan
masa berkabung atau stress lain yang Kesadaran: komposmentis, atensi baik,
tampak jelas. orientasi tempat, waktu dan ruang baik,
Daya ingat baik
Kriteria Diagnostik untuk
Gangguan Distimik DSM-V. Emosi / afek : stabil, afek sesuai
17
F. Perasaan putus asa
Penatalaksanaan Penatalaksanaan
18
kognitif, terapi problem solving. 2. Clobazam 10 mg 0-0-½
2. Farmakoterapi : antidepresan
BAB V
PENUTUP
19
Telah diperiksa pasien Ny AR usia 48 tahun datang dengan keluhan sulit tidur sejak ± 5
bulan yang lalu terutama saat pasien banyak pikiran, keluhan juga disertai lemah pada tubuh,
lebih suka marah, tersinggung, minder, dan menjadi pendendam. Pasien juga sempat mimpi
buruk. Selain sulit tidur pasien juga merasa lemah, pusing berputar-putar, berdebar-debar, dan
nyeri pada tengkuk. Pasien juga memiliki riwayat diabetes mellitus. Pemeriksaan psikiatri :
kesan umum pasien tampak rapi, kooperatif, kontak verbal dan visual baik, kesadaran
komposmentis, atensi baik, orientasi tempat, waktu dan ruang baik, daya ingat baik, emosi stabil,
afek sesuai, proses berpikir koheren, linear, dan tidak terdapat waham. Intelegensi cukup,
persepsi halusinasi auditori (-), halusinasi visual (-), ilusi (-),ADL mandiri dan tilikan derajat 6.
Berdasarkan anamnesis dan pemeriksaan fisik didapatkan hasil diagnosis klinis distimia dan
diagnosis medis diabetes melitus tipe 2. Pasien mendapatkan terapi Sentralin 50mg 1-0-0 dan
Clobazam 0-0-½
DAFTAR PUSTAKA
20
1. Kaplan Harold I,M.D, Sadock Benjamin J,M.D, Grebb Jack A. M.D. 2010.Sinopsis Psikiatri
Ilmu Pengetahuan Perilaku Psikiatri Klinis. Edisi 2, Penerbit EGC : Jakarta.
2. Maslim, Rusdi. 2013. Pedoman Penggolongan dan Diagnosis Gangguan Jiwa di Indonesia
III. Jakarta: Bagian Ilmu Kedokteran Jiwa FK-Unika Atmajaya.
3. Ismail R.Irawati, Siste Kristina. Buku Ajar Psikiatri, Penerbit Fakultas Kedokteran
Universitas Indonesia, Jakarta,2010. Hal 223-229
21