Anda di halaman 1dari 26

USBN PKN

I. IDEOLOGI DAN KONSTITUSI

PRAKTIK PENYELENGGARAAN PEMERINTAHAN NEGARA

A. Macam-Macam Kekuasaan Negara


 Kekuasaan : Kemampuan seseoranguntuk mempengaruhi orang lain supaya melakukan tindakan
yang dikehendakinya
 Kekuasaan negara : Kewenangan negara untuk mengatur seluruh rakyatnya untuk mencapai
keadilan, kemakmuran, dan keteraturan
 Kekuasaan negara menurut John Locke
1. Kekuasaan legislatif : membuat atau membentuk UU
2. Kekuasaan eksekutif : melaksanakan UU, termasuk mengadili setiap pelanggaran terhadap UU
3. Kekuasaan yudikatif : melaksanakan hubungan luar negeri
 Kekuasaan negara menurut Montesquieu
1. Kekuasaan legislatif : membuat atau membentuk UU
2. Kekuasaan eksekutif : melaksanakan UU
3. Kekuasaan yudikatif : mempertahankan UU, termasuk mengadili setiap pelanggaran terhadap
UU
 Teori Montesquieu dinamakan Trias Politica, yaitu ketiga kekuasaan tersebut dilaksanakan oleh
lembaga yang berbeda dan sifatnya terpisah.

B. Konsep Pembagian Kekuasaan di Indonesia


 Pemisahan Kekuasaan (Separation of Power) = Trias Politica
Berarti kekuasaan negara itu terpisah-pisah dalam bebrapa bagian, baik organnya maupun fungsinya
 Pembagian Kekuasaan (Division of Power / Distribution of Power)
Berarti kekuasaan negara itu dibagi-bagi dalam beberapa bagian (legislatif, eksekutif, yudikatif),
tetapi tidak dipisahkan. Sehingga dimungkinkan adanya koordinasi atau kerjasama.
 Penerapan Pembagian Kekuasaan di Indonesia
a. Secara Horizontal
Adalah pembagian kekuasaan menurut fungsi lembaga-lembaga tertentu (legislatif, eksekutif,
yudikatif). Setelah amandemen, dibagi menjadi 6 kekuasaan :
1. Kekuasaan Konstitutif
- Mengubah dan menetapkan UUD
- MPR : Pasal 3 ayat 1 UUD 1945
2. Kekuasaan Eksekutif
- Menjalankan UUD dan penyelenggaraan pemerintahan negara
- Presiden : Pasal 4 ayat 1 UUD 194
3. Kekuasaan Legislatif
- Membentuk UU
- DPR : Pasal 20 ayat 1 UUD 1945
4. Kekuasaan Yudikatif
- Menyelenggarakan peradilan
- MA dan MK : Pasal 24 ayat 2 UUD 1945
5. Kekuasaan Eksaminatif/Inspektif
- Penyelenggaraan pemeriksaan atas keuangan negara
- BPK : Pasal 23E ayat 1 UUD 1945
6. Kekuasaan Moneter
- Menetapkan dan melaksanakan kebijakan moneter
- BI : Pasal 23D UUD 1945
b. Secara Vertikal
Adalah pembagian kekuasaan menurut tingkatnya, yaitu pembagian antara tingkatan
pemerintahan pusat dan daerah. Penerapan asas desentralisasi, yaitu pusat menyerahkan
wewenang kepada daerah otonom (provinsi, kab/kota) untuk mengurus dan mengatur
pemerintahan daerahnya kecuali politik LN, hankam, yustisi, agama, moneter dan fiskal (Pasal
18 ayat 5 UUD 1945)
 TAMBAHAN
a. Kekuasaan Legislatif
Terdiri dari MPR, DPR, dan DPD, Lembaga legislatif memiliki fungsi utama, yaitu:
1. Fungsi Legislasi
Bidang perundang-undangan atau membuat peraturan, berhak mengadakan amandemen
terhadap RUU yang disusun pemerintah
2. Fungsi Pengawasan
Fungsi kontrol terhadap lembaga eksekutif (pemerintah), melalui hak-hak kontrol yang
khusus, seperti hak bertanya (interpelasi), maupun hak angket.
3. Fungsi Anggaran
Menetapkan APBN melalui DPR bersama presiden dengan melihat pertimbangan DPD.

b. Kekuasaan Eksekutif
Secara umum tugas dan wewenang Presiden meliputi Perencanaan, Eksekusi, dan Evaluasi,
secara internal yang nantinya dipertanggung jawabkan terhadap pengawasan DPR.
Tugas dan wewenang Presiden dikelompokan kedalam dua jenis:
1. Presiden sebagai Kepala Negara
Meliputi hal-hal seremonial dan protokoler kenegaraan. Tugas pokok Presiden Sebagai
Kepala Negara dalam Pasal 10 - 15 UUD 1945.
2. Presiden Sebagai Kepala Pemerintahan
Presiden berfungsi sebagai penyelenggara tugas legislatif dan kewenangan penyelengaraan
pemerintahan.

c. Kekuasaan Yudikatif
Kekuasaan Yudikatif merupakan kekuasaan kehakiman, terdapat tiga lembaga yaitu:
1. Mahkamah Konstitusi (MK)
Mengadili pada tingkat pertama dan terakhir (Final and Binding) yang putusannya bersifat
final, untuk menguji UU terhadap UUD 1945 (Judicial Review), memutus sengketa
kewenangan lembaga negara, memutus pembubaran partai politik, memutus perselisihan
tentang pemilihan umum serta memberikan putusan kepada presiden dan/atau wakil presiden
atas permintaan DPR karena melakukan pelanggaran berupa pengkhinatan terhadap negara,
korupsi, penyuapan, dan tindak pidana berat, atau perbuatan tercela.
2. Mahkamah Agung (MA)
Menyelengarakan kekuasaan peradilan di lingkungan peradilan umum, militer, agama, dan
tata usaha negara, mengadili pada tingkat kasasi, dan menguji peraturan perundang-
undangan dibawah UU terhadap UU.
3. Komisi Yudisial (KY)
Berwenang mengusulkan pengangkatan hakim agung dan berwenang dalam rangka
menegakan kehormatan dan perilaku hakim.

C. Nilai-Nilai Pancasila dalam Penyelenggaraan Pemerintahan


1. Sila pertama, Ketuhanan Yang Maha Esa
Mengandung nilai religius atau keyakinan terhadap Tuhan Yang Maha Esa. Kebebasan memeluk
agama, menghormati kemedekaan beragama, tidak ada paksaaan antar umat beragama.
2. Sila kedua, Kemanusiaan yang adil dan beradab
Mengandung nilai kesadaran sikap dan perilaku sesuai nilai-nilai moral dalam hidup berama, atas
dasar hati nurani dengan memperlakukan sesuatu sebagaimana mestinya.
3. Sila ketiga, Persatuan Indonesia
Mengandung nilai usaha ke arah bersatu untuk membina rasa nasionalisme. Menghargai
keanekaragaman bangsa Indonesia.
4. Sila keempat, Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan
perwakilan
Mengandung nilai pemerintahan dari rakyat, oleh rakyat, untuk rakyat dengan cara musyawarah
mufakat melalui lembaga perwakilan.
5. Sila kelima, keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia
Mengandung nilai tujuan tercapainya msyarakat Indonesia yang adil dan makmur

D. Fungsi dan Kedudukan Pancasila


1. Pancasila Sebagai Dasar Negara
Sumber kaidah hukum yang mengatur Bangsa Indonesia, termasuk di dalamnya seluruh unsur-
unsurnya yakni rakyat, pemerintah dan wilayah. Pancasila merupakan dasar pijakan
penyelenggaraan kehidupan berbangsa dan bernegara.
2. Pancasila Sebagai Pandangan Hidup
Sebagai pedoman / tuntunan untuk mengatur hubungan sesama manusia, hubungan manusia dengan
Tuhan dan hubungan manusia dengan lingkungan.
3. Pancasila Sebagai Ideologi Bangsa Indonesia
Suatu hasil perenungan atau pemikiran Bangsa Indonesia. Pancasila diambil dari nilai adat istiadat
yang terdapat dalam pandangan hidup masyarakat Indonesia.
4. Pancasila Sebagai Jiwa Bangsa Indonesia
Sebagai nilai-nilai kehidupan yang ada di masyarakat indonesia, melalui penjabaran instrumental
sebagai acuan hidup yang merupakan cita-cita yang ingin digapai, serta karena pancasila lahir
bersamaan dengan lahirnya Indonesia.
5. Pancasila Sebagai Sumber dari Segala Sumber Tertib Hukum
Segala peraturan perundang-undangan / hukum yang berlaku dan dijalankan di Indonesia harus
bersumber dari Pancasila atau tidak bertentangan (kontra) dengan Pancasila.
6. Pancasila Sebagai Kepribadian Bangsa
Wujud dalam mencerminkan kepribadian ciri khas bangsa Indonesia dalam sikap mental maupun
tingkah lakunya yang dapat membedakan dengan bangsa lain.
7. Pancasila Sebagai Cita-cita dan Tujuan yang Akan Dicapai
Pancasila mengandung cita-cita dan tujuan negara Indonesia sebagai pemersatu bangsa, di mana
tujuan akhirnya yaitu untuk mencapai masyarakat adil, makmur yang merata baik materiil maupun
spiritual.
8. Pancasila Sebagai Perjanjian Luhur
Pancasila merupakan perjanjian luhur yang telah disepakati oleh para pendiri bangsa untuk
dilaksanakan, di lestarikan dan di pelihara. Artinya Pancasila telah disepakati secara nasional
sebagai dasar negara tanggal 18-Agustus-1945 pada sidang PPKI (Panitia Persiapan kemerdekaan
Indonesia).
9. Pancasila sebagai Falsafah Hidup
Pancasila merupakan sarana untuk mempersatukan Bangsa Indonesia. Karena Pancasila merupakan
falsafah hidup yang mengandung nilai-nilai dan norma-norma yang diyakini paling benar, bijaksana,
adil dan tepat bagi Bangsa Indonesia.
10. Pancasila sebagai Paradigma Pembangunan
Pancasila sebagai paradigma pembangunan nasional memiliki konsekuensi bahwa di dalam segala
aspek pembangunan nasional wajib berlandasakan pada hakikat nilai nilai dari sila sila yang ada
pada pancasila.

NILAI PANCASILA TERKAIT HAM

A. HAM dalam Prespektif Pancasila


Pancasila menjamin HAM dalam butir-butir Pancasila

B. Nilai-Nilai yang Terkandung dalam Pancasila


1. Nilai Ideal (Dasar)
Nilai dasar yang bersifat tetap dan universal, berupa nilai-nilai dasar kelima sila Pancasila
Contoh :
 Sila 1 : Kebebasan beragama
 Sila 2 : Setiap warga negara memiliki kedudukan yang sama
 Sila 3 : Nasionalisme
 Sila 4 : Musyawarah, berorganisasi, kebebasan berpendapat
 Sila 5 : Semua yang berkaita dengan kekayaan alam milik bersama
2. Nilai Instrumental
Penjabaran lebih lanjut dari nilai dasar, bersifat tidak tetap. Perwujudannya yaitu aturan yang
berkaitan dengan UUD 1945.
Contoh : UU tentang kebebasan berpendapat, pemilu, pers
3. Nilai Praksis
Nilai yang dilaksanakan dalam kehidupan sehari-hari
Contoh : Menghargai pendapat orang lain
WILAYAH, WARGA NEGARA, AGAMA, PERTAHANAN DAN KEAMANAN

A. Wilayah
 Indonesia adalah Negara Kepulauan
Pasal 25A UUS 1945 : NKRI adalah negara kepulauan yang bercirikan nusantara yang wilayah dan
batasnya diatur undang-undang

 Deklarasi Djuanda
- Dicetuskan 13 Desember 1957 oleh Djuanda Kartawidjaja (Perdana Mentri masa parlementer)
- Isi : Menurut deklarasi Juanda luas wilayah lautan Indonesia semula hanya 3 mil diukur dari tiap
pantai pada tiap pulau, menjadi 12 mil diukur dari titik pantai terluar wilayah Indonesia
- Pada 1982 diakui dalam Konvensi Hukum Laut PBB ke 3 / UNCLOS (United Nations
Convention on the Law of the Sea) di Jamaika. Melalui Konvensi Hukum Laut ini, yang hingga
kini telah diratifikasi oleh 140 negara, negara-negara kepulauan termasuk Indonesia
(Archipelagic states) memperoleh hak mengelola Zona Ekonomi Eksklusif seluas 200 mil laut di
luar wilayahnya.
- Dipertegas dengan UU No 17 tahun 1985 tentang pengesahan UNCLOS 1982 bahwa Indonesia
adalah negara kepulauan.

 Pembagian Wilayah Laut


1. Zona Laut Teritorial
Batas laut Teritorial ialah garis khayal yang berjarak 12 mil laut dari garis dasar ke arah laut
lepas. Jika ada dua negara atau lebih menguasai suatu lautan, sedangkan lebar lautan itu kurang
dari 24 mil laut, maka garis teritorial di tarik sama jauh dari garis masing-masing negara
tersebut. Laut yang terletak antara garis dengan garis batas teritorial di sebut laut teritorial.
2. Zona Landas Kontinen
Landas Kontinen ialah dasar laut yang merupakan lanjutan dari sebuah kontinen (benua).
Kedalaman lautnya kurang dari 200 meter. Adapun batas landas kontinen tersebut diukur dari
garis dasar, yaitu paling jauh 200 mil laut.
3. Zona Ekonomi Ekslusif
Zona Ekonomi Eksklusif adalah jalur laut selebar 200 mil laut ke arah laut terbuka diukur dari
garis dasar. Di dalam zona ekonomi eksklusif ini, Indonesia mendapat kesempatan pertama
dalam memanfaatkan sumber daya laut.
TAMBAHAN : Wilayah ekstra terotorial yaitu wilayah Indonesia yang berada di luar Indonesia.

 Batas-Batas
1. Batas alam : laut, gunung, sungai
2. Batas buatan : tugu, jembatanm tembok
Kekayaan Alam : Pasal 33 ayat 2 dan 3 UUD 1945

B. Warga Negara dan Penduduk


 Ketentuan Hukum
Pasal 26 UUD 1945, UU No. 12 tahun 2006

 Asas Penentuan Kewarganegaraan


1. Ius Soli : tempat lahir
2. Ius Sanguinis : keturunan

 Apatride dan Bipatride


1. Apatride : tidak memiliki kewarganegaraan
2. Bipatride : kewarganegaraan ganda
Contoh : Tahun 1995 Indonesia dan China
Apatride : Apabila seorang anak yang negara orang tua menganut ius soli lahir dinegara yang
menganut ius sanguinis. Anak tersebut tidak mendapat kewarganegaran
Bipatride : Apabila seorang anak yang negara asal orang tua menganut ius sanguinis lahir di
negara lain yang menganut asas ius soli, maka kedua negara menganggap anak itu WN nya

 Pewarganegaraan / Naturalisasi
Adalah proses perpindahan kewarganegaraan satu ke kewarganegaraan lain
1. Naturalisasi Biasa
Orang biasa, harus mengikuti aturan (normatic) sesuai dengan UU Kewarganegaraan.
Stelsel aktif : melakukan hindakan hukum hak opsi (memilih kewarganegaraan)
2. Naturalisasi Istimewa
Diberi kewarganegaraan langsung oleh presiden dengan disetujui DPR.
Stelsel pasif : mempunyai hak untuk menolak kewarganegaraan (hak repudiasi)
Syarat Naturalisasi
1. Telah berusia 18 tahun / lebih
2. Pada mengajukan permohonan sudah tinggal di Indonesia minimal 5 tahun berturut – turut atau
10 tahun tidak berturut – turut
3. Sehat jasmani dan rohani
4. Dapat berbahasa Indonesia sertai mengakui Pancasila dan UUD
5. Tidak pernah dijatuhi pidana
6. Tidak menjadi berkewarganegaraan ganda
7. Mempunyai pekerjaan / penghasilan tetap
8. Membayar uang pewarganegaraan ke Kas Negara

 Warga Negara
1. Warga negara : Orang Indonesia asli dan orang asing yang disahkan UU sebagai warga negara
2. Bukan warga negara : Orang yang berada di suatu negara tetapi tidak sah secara hukum, tetapi
tunduk pada pemerintahan

 Penduduk
1. Penduduk : WNI dan WNA yang bertempat tinggal di Indonesia
2. Bukan penduduk : Orang yang berada di suatu negara hanya sementara waktu

 Pewarganegaraan UU No 12 tahun 2006


Memperoleh
1. Setiap orang yang berdasar per-UU dan/atau berdasarkan perjanjian Pemerintah RI dengan
negara lain sebelum UU ini berlaku sudah menjadi WNI
2. Anak lahir dari perkawinan yang sah ayah dan ibu WNI
3. Anak lahir dari perkawinan yang sah ayah WNI dan ibu WNA
4. Anak lahir dari perkawinan yang sah ayah WNA dan ibu WNI
5. Anak lahir dari perkawinan yang sah ibu WNI tetapi ayah tidak punya kewarganegaraan / hukum
asal negara ayah tidak memberikan kewarganegaraan
6. Anak lahir dalam tenggang waktu 300 hari setelah ayah meninggal dan ayah WNI
7. Anak lahir di luar perkawinan yang sah ibu WNI
8. Anak lahir di luar perkawinan ibu asing diakui oleh ayah WNI sebelum 18 tahun
9. Anak lahir di wilayah RI ayah dan ibu kewarganegaraannya tidak jelas
Kehilangan
1. Memperoleh kewarganegaraan lain atas kemauannya sendiri
2. Tidak menolak / tidak melepaskan kewarganegaraan lain
3. Dinyatakan hilang kewarganegaraannya ole Presiden
4. Masuk dalam dinas tentara asing tanpa izin
5. Secara sukarela masuk ke dinas negara asing
6. Sukarela menyatakan sumpah / menyatakan janji setia kepada negara asing

C. Agama dan Kepercayaan


 Ketentuan Hukum
1. Pasal 29 ayat 1 : Negara berdasarkan atas Ketuhanan YME
2. Pasal 29 ayat 2 : Kemerdekaan memeluk agama masing-masing
3. Pasal 28E ayat 1 dan 2
4. Pasal 28I ayat 1 : hak beragama
 Konsep Tri Kerukunan Umat Beragama
1. Kerukunan internal umat seagama
2. Kerukunan antar umat beragama
3. Kerukunan antar umat beragama dengan pemerintah

D. Pertahanan dan Keamanan


 Ketentuan Hukum
1. Pasal 30 ayat 1 : Warga negara berhak dan wajib ikut serta dalam usaha hankam
2. Pasal 30 ayat 2 : Sishankamrata, TNI POLRI kekuatan utama, rakyat kekuatan pendukung
3. Pasal 30 ayat 3 : TNI pertahanan
4. Pasal 30 ayat 4 : POLRI keamanan
5. Pasal 30 ayat 5 : Hal-hal terkait hankam diatur UU
 Ciri Sishankamrata
1. Kerakyatan : orientasi keamanan diabdikan oleh dan untuk kepentingan rakyat
2. Kesemestaan : sumber daya nasional didayagunakan untuk upaya pertahanan
3. Kewilayahan : kekuatan pertahanan keamanan dilaksanakan menyeluruh di NKRI

SISTEM HUKUM DAN PERADILAN NASIONAL

A. Pengertian Hukum
 Makna Hukum adalah peraturan yang telah disepakati oleh masyarakat dan para penegak hukum
yang harus ditaati dan dilaksanakan.
 Karakteristik hukum : berbentuk peraturan (mengenai tingkah laku manusia dalam masyarakat),
diadakan oleh badan resmi yang berwajib, bersifat memaksa, dan memiliki sanksi tegas.
 Perbedaan Hukum dan Peraturan
1. Yang Membentuk : Hukum (lembaga yang berwenang), Peraturan (siapa saja)
2. Sanksi : Hukum (tegas), Peraturan (sanksi sosial)
3. Sifat : Hukum (tegas), Peraturan (bersifat di mana peraturan itu dibuat)
4. Ruang Lingkup : Hukum (tergantung jenis), Peraturan (lebih kecil)

B. Ciri-Ciri Hukum
1. Ada perintah
2. Ada larangan
3. Tujuan agar ketertiban berjalan baik
4. Sanksi tegas

C. Sifat Hukum
1. Mengatur : Hukum mengatur dan sebagai pedoman bertingkah laku di masyarakat
2. Memaksa : Hukum mutlak harus dilakukan, bila tidak dilakukan mendapat sanksi

D. Tujuan Hukum
1. Mendatangkan tata damai pergaulan manusia
2. Mewujudkan keadilam
3. Memanusiakan manusia, memerlakukan manusia sewajarnya

E. Fungsi Hukum
1. Menjamin kepastian hukum
2. Menjamin keadilan sosial
3. Pengayoman

F. Unsur-Unsur Penegakan Hukum


1. Kepastian hukum : bila melanggar mendapat sanksi
2. Kemanfaatan hukum
3. Keadilan hukum : semua sama di depan hukum

G. Penggolongan Hukum
 Berdasarkan bentuk
1. Hukum tertulis (hukum yang dapat ditemui dalam bentuk tertulis)
2. Hukum tidak tertulis (hukum yang masih hidup dalam masyarakat)
 Berdasarkan ruang dan wilayah berlaku
1. Hukum lokal (berlaku di daerah tertentu saja)
2. Hukum nasional (berlaku di negara tertentu)
3. Hukum internasional (mengatur hubungan antara 2 negara / lebih, contoh : hukum PBB)
4. Hukum asing, yaitu hukum yang berlaku di negara lain
5. Hukum gereja, yaitu kumpulan norma yang dibuat gereja untuk para anggotanya
 Berdasarkan waktu
1. Ius constitutum (berlaku saat ini)
2. Ius constituendum (berlaku pada masa yang akan datang)
3. Hukum asasi/universal/alam (berlaku sepanjang masa)
 Berdasarkan pribadi / subjek
1. Hukum 1 golongan (mengatur gol. tertentu)
2. Hukum semua golongan (mengatur semua gol.)
3. Hukum antargolongan (mengatur 2 / lebih)
 Berdasarkan isi
1. Hukum privat (mengatur hub. orang yang satu dengan yang lain)
- Hukum perorangan
- Hukum keluarga
- Hukum kekayaan
- Hukum waris
- Hukum dagang
- Hukum adat
2. Hukum publik (mengatur hub. negara dengan alat perlengkapan)
 Hukum tata negara (bentuk dan susunan pemerintah)
 Hukum administrasi negara / Tata usaha negara (cara menjalankan tugas dan kekuasaan)
 Hukum pidana (mengatur perbuatan – perbuatan apa yang dilarang)
 Hukum internasional
 Berdasarkan tugas, fungsi, dan cara mempertahankan
1. Hukum material
2. Hukum Formal
 Berdasar sifatnya
1. Hukum yang memaksa, yaitu hukum yang dalam keadaan apapun harus ditaati
2. Hukum yang mengatur, yaitu hukum yang dapat dikesampingkan
 Berdasar wujudnya
1. Hukum objektif, yaitu hukum yang berlaku secara umum
2. Hukum subjektif, yaitu hukum yang berlaku untuk orang tertentu

H. Tata hukum di Indonesia


1. Proklamasi
2. UUD NKRI TAHUN 1945
3. TAP MPR
4. UU atau Perpu
5. PP
6. Perpres
7. Perda

SISTEM PERADILAN NASIONAL

A. Pengertian Peradilan Nasional


 Peradilan : tugas atau fungsi yang dijalankan oleh pengadilan
 Pengadilan : lembaga yang diberi tugas mempertahankan hukum nasional
 Peradilan nasional : segala sesuatu mengenai perkara pengadilan yang bersifat kebangsaan, dibentuk
berdasarkan Pasal 24 dan 25 UUD 1945

B. Dasar Hukum Peradilan Nasional


1. Pasal 1 Ayat 3 UUD 1945 : kekuasaan negara dijalankan atas dasar hukum yang baik dan adil.
2. Pasal 24 Ayat 1 UUD 1945 : kekuasaan hakim harus bebas dari campur tangan kekuasaan lain.
3. Pasal 24 Ayat 2 UUD 1945 : bahwa kekuasaan kehakiman dilaksanakan oleh MA dan badan
peradilan yang ada di bawahnya.
4. Pasal 24 B UUD 1945 : lembaga baru yang berkaitan dengan penyelenggaraan kekuasaan hakim.
5. UU N0. 14 Tahun 1970 tentang ketentuan pokok kekuasaan hakim.
6. UU No. 2 tahun 2002 tentang Kepolisian
7. UU No. 24 tahun 2003 tentang MK
8. UU No. 16 tahun 2004 tentang Kejaksaan

C. Lembaga Peradilan Nasional


 Mahkamah Agung adalah lembaga tinggi negara dalam sistem ketatanegaraan Indonesia yang
merupakan pemegang kekuasaan kehakiman dan bebas dari pengaruh kekuasaan lainnya. Adapun
lembaga-lembaga yang dibawahi MA adalah :
 Peradilan Umum
Rakyat apabila melakukan sesuatu pelanggaraan atau kejahatan dapat dihukum akan diadili
dalam pengadilan umum. Pengadilan negeri berada di ibu kota kabupaten/kota. Sedangkan,
pengadilan tinggi berada di provinsi. Jenis pengadilan di bidang perdata maupun pidana. Susunan
keanggotaan pengadilan umum : Pimpinan (Ketua PN dan Wakil Ketua PN), hakim anggota,
panitera, sekretaris, dan jurusita
 Peradilan Agama
Peradilan agama memeriksa dan memutuskan perkara-perkara orang Islam tentang persoalan
nikah, talak, rujuk, hak waris, pembagian harta, ataupun perceraian. Sebagaimana yang di atur di
dalam UU No. 7 Tahun 1989, pengadilan agama tingkat pertama berada di kabupaten / kota dan
pengadilan agama tinggi yang berada di tingkat provinsi. Pada pengadilan agama tingkat pertama
susunan anggotanya adalah pimpinan, hakim anggota, panitera, sekretaris dan juru sita.
Sedangkan pada tingkat pengadilan agama tinggi, susunan anggotanya adalah sebagai
berikutpimpinan, hakim anggota, panitera, dan sekretaris.
 Peradilan Militer
Wewenang peradilan militer menurut UU Darurat No. 16/1950 bertugas untuk memeriksa dan
memutuskan perkara pidana terhadap kejahatan atau pelanggaran yang dilakukan oleh orang-
orang golongan kemiliteran. Digunakan untuk mengadili para penegak hukum di lingkungan
angkatan bersenjata yaitu tentara, yang berkaitan dengan pertahanan dan keamanan negara
sebagaimana diatur dalam Undang-Undang Nomor 31 Tahun 1997. Untuk jenis pengadilan yang
satu ini, terdapat empat tingkatan pengadilan yaitu pengadilan militer, pengadilan militer tinggi,
pengadilan militer utama dan pengadilan militer pertempuran.
 Peradilan Tata Usaha Negara
Merupakan badan yang berwenang memeriksa dan memutuskan semua perkara yang berkaitan
dengan tata usaha ngara yang timbul akibat dikeluarkannya keputusan tata usaha negara.
Permasalahan : sengketa kegiatan administrasi tulis menulis, permasalahan mengenai status
seseorang, dan permasalahan ekonomi. Sebagaimana diatur dalam UU No. 9 tahun 2004 dan
Peraturan Pemerintah Nomor 7 tahun 1991. Pengadilan tata usaha negara berada di tingkat
kabupaten atau kota, sedangkan pengadilan tata usaha tinggi berada di tingkat provinsi. Pada
pengadilan tinggi tata usaha negara susunan keanggotaannya meliputi hakim anggota, panitera,
dan sekretaris.

 Mahkamah Konstitusi
Adalah lembaga tinggi negara dalam sistem ketatanegaraan Indonesia yang meupakan pemegang
kekuasaan kehakiman bersama-sama dengan Mahkamah Agung.

 Komisi Yudisial
Adalah lembaga negara yang berfungsi untuk mengawasi perilaku hakim dan mengusulkan nama
calon hakim.

 Pengadilan Tipikor (Tindak Pidana Korupsi)


Digunakan untuk mengadili masyarakat atau pejabat yang melakukan tindak pidana korupsi. Yang
diatur dalam Pasal 53 UU No. 30 tahun 2002 dan ditetapkan oleh Keputusan Presiden No. 59 Tahun
2004. Pengadilan tipikor berkedudukan di tingkat provinsi dan bersatu dengan pengadilan negri
yang berada di tingkat provinsi (ibu kota provinsi). Hal ini adalah dampak dari penerbitan Undang –
Undang No. 49 Tahun 2009. Susunan keanggotaan dalam pengadilan tipikor terdiri dari pimpinan
(ketua dan wakil ketua) dan hakim (hakim karir dan hakim ad hock)

II. HUBUNGAN INTERNASIONAL DAN HAM

HUBUNGAN INTERNASIONAL

A. Pengertian Hubungan Internasional


Merupakan kegiatan interaksi manusia antarbangsa baik secara individual maupun secara kelompok
untuk mencapai tujuan tertentu.

B. Politik Luar Negeri Indonesia


 Politik luar negeri Indonesia untuk mewujudkan perdamaian dunia yang abadi adalah bebas dan aktif.
 Pidato Moh Hatta tahun 1948 “Mendayung antara Dua Karang”
 Bebas mengandung arti tidak meihak salah satu blok :
1. Bangsa Indonesia bebas bergaul dengan bangsa mana pun tanpa membeda-bedakan ideologi,
bentuk negara, maupun sistem pemerintahan bangsa lain.
2. Tidak mencampuri urusan dalam negeri negara lain, begitu juga sebaliknya.
3. Saling memberi dan menerima bantuan, tetapi bantuan itu tidak boleh mengikat, tidak boleh
mengabaikan atau bahkan menghilangkan kedaulatan negara itu masing-masing.
 Aktif mengandung arti sebagai
1. Bangsa Indonesia aktif bekerja sama dengan bangsa-bangsa lain di dunia dalam mengupayakan
terwujudnya perdamaian abadi berdasarkan keadilan dan kemanusiaan.
2. Bangsa Indonesia aktif membela bangsa lain yang terancam keberadaan dan kedaulatan negaranya.
 Prinsip pokok yang menjadi dasar PLN Bebas Aktif
1. Politik damai
2. Bersahabat dengan segala bangsa dan tidak mencampuri urusan masing-masing
3. Memperkuat sendi hukum internasional
4. Mempermudah pertukaran pembayaran internasional
5. Melaksanakan keadilan sosial internasional
6. Menyokong kemerdekaan bangsa yang masih dijajah melalui PBB

C. Pentingnya Hubungan Internasional


 Arti penting hubungan dan kerja sama internasional itu, antara lain
1. Menjamin kelangsungan hidup bangsa dan negara, kelangsungan keberadaan dan kehadirannya di
tengah bangsa-bangsa lain
2. Membangun solidaritas dan sikap saling menghormati antarbangsa;
3. Berpartisipasi dalam rangka ikut melaksanakan ketertiban dunia berdasarkan kemerdekaan,
perdamaian abadi, dan keadilan sosial
4. Membantu bangsa lain yang terancam keberadaannya sebagai akibat dari pelanggaran atas hak-hak
kemerdekaan yang dimiliki
5. Mencegah dan menyelesaikan konflik, perselisihan, permusuhan atau persengketaan yang
mengancam perdamaian dunia
 Manfaat hubungan dan kerjasama internasional
1. Hidup berdampingan secara damai
2. Menyelesaikan konflik/sengketa
3. Menyelesaikan masalah secara diplomasi
4. Membangun solidaritas dan saling menghormati
5. Membantu negara lain mencari solusi

D. Asas Hubungan Internasional


1. Asas Teritorial
Negara melaksanakan hukum bagi semua orang dan semua barang yang ada di wilayahnya. Jadi
terhadap semua barang atau orang yang berada di luar wilayah tersebut berlaku hukum asing.
2. Asas Kebangsaan
Setiap warga negara di manapun ia berada tetap mendapatkan perlakuan hukum dari negaranya. Asas
ini mempunyai kekuatan ekstrateritorial, artinya hukum dari negara tersebut tetap berlaku juga bagi
warga negaranya, walaupun di negara asing.
3. Asas Kepentingan Umum
Dalam hal ini negara dapat menyesuaikan diri dengan semua keadaan dan peristiwa yang bersangkut
paut dengan kepentingan umum. Jadi hukum tidak tidak terikat pada batas-batas wilayah suatu negara.

E. Faktor Pendorong Hubungan Internasional


 Faktor Internal
1. Kekhawatiran terancamnya kelangsungan hidup melalui kudeta maupun intervensi dari negara lain.
2. Sumber daya alam yang tidak merata disetiap negara.
3. Kebutuhan nasional yang tidak bisa diusahakan sendiri, misal dibidang pangan maupun teknologi.
4. Keinginan untuk mewujudkan kepentingan nasional, terutama bidang politik dan hubungan LN
5. Keadaan dan letak geografis tiap negara tidak sama
 Faktor Eksternal
1. Ketergantungan suatu negara terhadap negara lain dalam upaya memecahkan masalah
POLEKSOSBUD HUKUM HANKAM
2. Membangun komunikasi dan persahabatan antarbangsa guna mewujudkan kerja sama
3. Mewujudkan tatanan dunia baru yang dapat memberikan manfaat bagi kesejahteraan dunia

F. Perlengkapan Negara dalam Hubungan Internasional


 Penempatan perwakilan memperhatikan beberapa faktor :
1. Penting tidaknya kedudukan negara pengutus dan negara penerima
2. Erat tidaknya hubungan antar negara
3. Besar kecilnya kepentingan negara
 Alat perlengkapan di dalam negeri
Kelapa negara, kepala pemerintahan, Menlu, Deplu
 Alat perlengkapan di luar negeri
1. Perwakilan diplomatik
2. Perwakilan konsuler
3. Misi khusus
4. Perwakilan pada organisasi internasional
5. Perwakilan non diplomatik
 Perbedaan Tugas dan Kewenangan Diplomatik dan Konsuler
ASPEK DIPLOMATIK KONSULER
Fungsi dan  Memelihara kepentingan negara  Hubungan dengan pejabat tingkat
Kedudukan dengan hubugan dengan pejabat tingkat daerah setempat
pusat
 Berhak mengadakan hubungan bersifat  Bersifat non politik (pertukaran
politik (Kwn, traktat, dll) budaya, perdagangan)
 1 negara punya 1 perwakilan dalam 1  1 negara punya lebih dari 1
negara penerima perwakilan konsuler
 Punya hak ekstra teritorial (tidak  Tidak punya hak ekstra teritorial
tunduk pada kekuasaan peradilan) (harus tunduk)
Mulai dan  Mulai berlaku pada saat menyerahkan  Setelah negara penerima menerima
berakhirnya surat kepercayaan (letter of credence) pemberitahuan yang layak, konsuler
misi sudah dapat melaksanakan fungsinya
 Berakhirnya  Berakhirnya
1. Sudah habis masa jabatannya 1. Fungsi sudah berakhir
2. Ditarik negaranya 2. Ditarik negaranya
3. Tidak disenangi negara penerima 3. Pemberitahuan bahwa ia bukan
(persona non grata) lagi konsuler
4. Negara penerima perang dengan
negara pengirim

TAMBAHAN
 Diplomatik
 Fungsi perwakilan diplomatik
1. Mewakili negara pengirim di Negara penerima
2. Melindungi kepentingan negara pengirim dan warga negaranya di negara penerima
3. Mengadakan persetujuan dengan pemerintah negara penerima
 Letak di Ibukota negara penerima
 Bisa berhubungan langsung dengan kepala negara
 Politik
 Perangkat perwakilan diplomatik
1. Duta besar
2. Duta
3. Menteri presiden
4. Kuasa usaha
 Konsuler
 Fungsi perwakilan konsuler
1. Melindungi kepentingan negara pengirim dan WN-nya, individu – individu, dan badan
hukum dalam batas yang dizinkan oleh Hukum Internasional
2. Memajukan pembangunan hub. dagang, ekonomi, budaya, dan ilmiah diantara kedua negara
3. Mengeluarkan paspor dan dokumen perjalanan kepada WN pengirim dan visa / dokumen
yang pantas untuk orang pergi ke negara pengirim
4. Bertindak sebagai notaris dan panitera sipil serta melakukan fungsi tertentu yang bersifat
administratif
 Letak di kota besar bukan ibukota
 Tidak bisa berhubungan langsung
 Non politik
 Hak Imunitas
 Menyangkut diri pribadi (bebas tuntut, kebebasan menjadi saksi, bebas alat paksaan)
 Menyangkut tempat perwakilan (daerah kediaman tidak boleh dimasuki tanpa mendapat izin
yang bermaksud)
 Menyangkut korespondensi / surat menyurat (tidak boleh disensor)
 Hak Suaka Politik
Hak untuk mencari dan mendapat perlindungan dari suatu kedutaan oleh pejabat yang penting
G. Perjanjian Internasional
 Perjanjian Internasional berdasarkan fungsi
1. Law Making Teatries
Perjanjian internasional yang membentuk kaidah hukum. Hukum yang dirumuskan beberapa
negara dapat digunakan oleh negara lain (berlaku secara internasional). Bersifat terbuka,
multilateral. Contoh : Konvensi hukum laut (Jamaika 1993)
2. Teatry Contract
Perjanjian tertutup bagi negara lain. Hak dan kewajiban hanya bagi negara yang mengadakan
perjanjian. Bersifat tertutup, bilateral. Contoh : Indonesia China mengenai kewarganegaraan
 Tahapan perjanjian Internasional
1. Negosiation
Merundingkan masalah, dampak, hak, dan kewajiban. Dilakukan oleh kepala negara, Menlu,
Deplu, duta, atau tiap orang uang membawa surat kuasa (full power)
2. Signature
Penandatanganan naskah perjanjian oleh mereka yang terlibat. Jika penting, lanjut ratifikasi,
jika tidak berhenti sampai di sini
3. Ratification
Pengesahan yang dilakukan oleh lembaga yang berwenang di negaranya (eksekutif, legislatif,
legislatif-eksekutif)

HAK DAN KEWAJIBAN WARGA NEGARA

A. Pengertian Hak dan Kewajiban


 Hak
 Hak : adalah sesuatu yang diperoleh / didapatkan setelah melaksanakan kewajiban.
 Hak Asasi : Hak yang melekat pada diri setiap manusia, sifatnya universal
 Hak WN : Hak yang melekat pada manusia sebagai anggota dari sebuah negara, sifatnya dibatasi
status kewarganegaraan. Hak WNI meliputi hak konstitusional (dijamin di UUD 1945) dan hak
hukum (dijamin di per-UU dibawahnya)
 Kewajiban
 Kewajiban : Segala sesuatu yang harus dilaksanakan dengan penuh tanggung jawab
 Kewajiban asasi : kewajiban dasar setiap orang, bersifat universal
 Kewajiban WN : perbuatan yang harus dilakukan oleh WN sebagaimana diatur dalam UU yang
berlaku, sifatnya dibatasi status kewarganegaraan

B. Jenis Hak Warga Negara


1. Hak atas kewarganegaraan (Pasal 26 ayat 1 dan 2)
2. Kesamaan kedudukan dalam hukum dan pemerintahan (Pasal 27 ayat 1)
3. Hak atas pekerjaan dan penghidupan yang layak (Pasal 27 ayat 2)
4. Hak dan kewajiban bela negara (Pasal 27 ayat 3)
5. Kemerdekaan berserikat dan berkumpul (Pasal 28 dan Pasal 28F)
6. Kemerdekaan memeluk agama (Pasal 29 ayat 1 dan 2, Pasal 28E ayat 1, Pasal 28E ayat 2)
7. Pertahanan dan keamanan negara (Pasal 30 ayat 1 dan 2)
8. Hak mendapat pendidikan (Pasal 31 ayat 1, 2, dan 3)
9. Kebudayaan Nasional (Pasal 32 ayat 1 dan 2)
10. Perekonomian Nasional (Pasal 33 ayat 1-5)
11. Kesejahteraan sosial (Pasal 34)
12. Mengembangan diri (Pasal 28C ayat 1 dan 2)
13. Hak perlindungan hukum (Pasal 28G ayat 1 dan 2)
14. Hak politik (Pasal 28D ayat 3 dan Pasal 6 ayat 1)

C. Jenis Kewajiban Warga Negara


1. Membayar pajak dan pungutan resmi lain (Pasal 23A)
2. Menjunjung hukum dan pemerintahan (Pasal 27 ayat 1)
3. Bela negara (Pasal 27 ayat 3)
4. Menghormati HAM orang lain dan tertib dalam bermasyarakat (Pasal 28J ayat 1)
5. Menghormari bendera (Pasal 35)
6. Menghormati bahasa negara (Pasal 36)
7. Menghormati semboyan lambang Garuda dengan sembonyannya (Pasal 36A)
8. Menghormati lagu kebangsaan (Pasal 36B)
HAK ASASI MANUSIA

A. Pengertian HAM
 Hak asasi manusia adalah hak dasar atau hak pokok yang dibawa manusia sejak lahir sebagai
anugerah Tuhan Yang Maha Esa. Hak asasi manusia dihormati, dijunjung tinggi, dan dilindungi oleh
negara, hukum, pemerintah, dan setiap orang. Hak asasi manusia bersifat universal dan abadi.
 Menurut John Locke, hak asasi adalah hak yang diberikan langsung oleh Tuhan sebagai sesuatu yang
bersifat kodrati. Artinya, hak yang dimiliki manusia menurut kodratnya tidak dapat dipisahkan dari
hakikatnya, sehingga sifatnya suci.
 Ketentuan hukum : UU no 39 tahun 1999 Pasal 1

B. Macam HAM
1. Hak Asasi Pribadi (Personal Rights)
- Hak kemerdekaan memeluk agama dan menjalankan ibadah sesuai dengan agama / kepercayaan
masing – masing
- Hak menyatakan pendapat
- Hak dalam kebebasan berorganisasi.
2. Hak Asasi Ekonomi (Properti Rights)
- Hak memiliki sesuatu
- Hak membeli dan menjual sesuatu,
- Hak mengadakan perjanjian / kontrak
3. Hak Persamaan Hukum (Rights of Legal Equality)
- Hak mendapatkan pengayoman dan perlakuan yang sama dalam keadilan hukum dan
pemerintahan.
4. Hak Asasi Politik (Political Rights)
- Hak memilih dan dipilih dalam pemilu
- Hak mendirikan partai
- Hak mengajukan petisi atau kritik.
5. Hak Asasi Sosial dan Kebudayaan (Social and Cultural Rights)
- Hak mendapatkan pendidikan
- Hak memilih pendidikan, dan hak mengembangkan kebudayaan.
6. Hak Asasi Perlakuan Tata Cara Peradilan dan Perlindungan Hukum (Procedural Rights)
- Hak mendapatkan perlakuan yang wajar dan adil dalam penggeledahan.

C. Ciri – Ciri HAM


1. HAM bersifat hakiki
Artinya hak asasi dimiliki oleh semua manusia dan sudah dimiliki secara otomatis sejak lahir.
2. HAM bersifat universal
Artinya hak asasi manusia berlaku untuk semua orang di dunia tanpa terkecuali dan tidak memandang
status, suku, agama, jenis kelamin, usia dan golongan.
3. Tetap (tidak dapat dicabut)
Artinya hak asasi manusia tidak dapat dihilangkan atau diambil oleh pihak lain secara sepihak. Hak
asasi manusia akan selalu ada sejak lahir sampai ia meninggal.
4. Utuh (tidak dapat dibagi)
Artinya semua orang berhak mendapatkan semua hak yang ada secara utuh seperti hak hidup, hak
sipil, hak berpendidikan, hak politik dan hak-hak lainnya.

PELANGGARAN HAM DALAM PRESPEKTIF PANCASILA

A. Pengertian Pelanggaran HAM


Perbuatan seseorang atau sekelompok orang termasuk aparat negara, baik disengaja maupun tidak
disengaja yang secara melawan hukum mengurangi / mencabut HAM seseorang, dan dikhawatirkan
tidak mendapat penyelesaian hukum berdasarkan mekanisme yang berlaku (UU no 26 tahun 2000)

B. Bentuk Pelanggaran HAM


1. Diskriminasi
Perbuatan yang dilakukan seseorang terhadap orang lain dan berdampak pada psikologis. Contoh :
dikucilkan, membedakan SARA
2. Penyiksaan
Perbuatan seseorang terhadap orang lain yang berdampak pada fisik dan psikis. Contoh : terror, bully,
KDRT
3. Pelanggaran HAM Berat
a. Kejahatan Genosida : pemusnahan massal
b. Kejahatan Kemanusiaan : penyiksaan, penganiayaan, pemerkosaan, dll

C. Faktor Pelanggaran HAM


 Internal
1. Egois / mementingkan diri sendiri
2. Tidak toleran
3. Rendahnya kesadaran HAM
 Eksternal
1. Penyalahgunaan kekuasaan
2. Penyalahgunaan teknologi
3. Tidak tegasnya aparat penegak hukum
4. Kesenjangan sosial dan ekonomi

PERLINDUNGAN DAN PENEGAKAN HUKUM

A. Konsep Perlindungan dan Penegakan Hukum


 Menurut Andi Hamzah : perlindungan hukum adalah daya upaya yang dilakukan secara sadar oleh
setiap orang maupun lembaga pemerintah, swasta, untuk mengusahakan pengamanan, penguasaan,
dan pemenuhan kesejahteraan hidup sesuai hak asasi.
 Menurut Simanjuntak : perlindungan hukum adalah upaya pemerintah untuk menjamin adanya
kepastian hukum untuk melindungi hak warganya agar tidak dilanggar, dan yang melanggar
mendapat sanksi
 Faktor keberhasilan menurut Soerjono Soekanto
1. Hukum
2. Penegak hukum
3. Masyarakat
4. Sarana / fasilitas
5. Kebudayaan
 Unsur perlindungan hukum
1. Ada perlindungan dari pemerintah
2. Jaminan kepastian hukum
3. Berkaitan dengan hak warha negara
4. Ada sanksi bagi yang melanggar

B. Perlindungan Hukum terhadap Konsumen (UU No 8 tahun 1999)


Hak atas Kekayaan Intelektual (HAKI)
 Hak Cipta : UU no 19 tahun 2002 / UU no 28 tahun 2014
 Hak Paten : UU no 14 tahun 2001 / UU no 13 tahun 2016
 Merk : UU no 15 tahun 2001
 Tanaman : UU no 29 tahun 2000

C. Perlindungan dan Penegakan Hukum Dapat Mewujudkan


1. Supremasi hukum
2. Keadilan
3. Perdamaian dalam kehidupan masyarakat

D. Lembaga Penegak Hukum


1. POLRI
Pasal 16 UU No. 2 Tahun 2002 tentang Kepolisian Republik Indonesia, telah menetapkan
kewenangan sebagai berikut
a. Melakukan penangkapan, penahanan, penggeledahan, dan penyitaan.
b. Melarang setiap orang meninggalkan atau memasuki tempat kejadian perkara untuk
kepentingan penyidikan.
c. Membawa dan menghadapkan orang kepada penyidik dalam rangka penyidikan.
d. Menyuruh berhenti orang yang dicurigai dan menanyakan serta memeriksa tanda pengenal diri.
e. Melakukan pemeriksaan dan penyitaan surat.
f. Memanggil orang untuk didengar dan diperiksa sebagai tersangka atau saksi.
g. Mendatangkan orang ahli yang diperlukan dalam hubungannya dengan pemeriksaan perkara.
h. Mengadakan penghentian penyidikan.
i. Menyerahkan berkas perkara kepada penuntut umum.

2. Kejaksaan
 Lembaga negara yang melaksanakan kekuasaan di bidang penuntutan
 Diatur dalam UU No 16 tahun 2004
 Pelaku pelanggaran pidana yang dituntut : yang benar bersalah dan telah memenuhi unsur
tindak pidana, didukung barang bukti dan minimal 2 saksi
 Tingkatan Kejaksaan
a. Kejaksaan Agung
b. Kejaksaan Tinggi
c. Kejaksaan Negeri
 Tugas dan wewenang
a. Di Bidang Pidana
- Melakukan penuntutan.
- Melaksanakan penetapan hakim dan putusan pengadilan yang telah memperoleh
kekuatan hukum tetap
- Melakukan pengawasan terhadap pelaksanaan putusan pidana bersyarat, putusan pidana
pengawasan, dan keputusan lepas bersyarat.
- Melakukan penyidikan terhadap tindak pidana tertentu berdasarkan undang-undang
- Melengkapi berkas perkara tertentu dan untuk itu dapat melakukan pemeriksaan
tambahan sebelum dilimpahkan ke pengadilan yang dalam pelaksanaannya
dikoordinasikan dengan penyidik.
b. Di Bidang Perdata dan Tata Usaha Negara Kejaksaan
Dengan kuasa khusus, dapat bertindak, baik di dalam maupun di luar pengadilan, untuk dan
atas nama negara atau pemerintah.
c. Dalam bidang ketertiban dan ketenteraman umum
- Peningkatan kesadaran hukum masyarakat.
- Pengamanan kebijakan penegakan hukum.
- Pengawasan peredaran barang cetakan.
- Pengawasan aliran kepercayaan yang dapat membahayakan masyarakat dan negara.
- Pencegahan penyalahgunaan dan/atau penodaan agama.
- Penelitian dan pengembangan hukum serta statistik kriminal.

3. Hakim
 Hakim adalah pejabat peradilan negara yang diberi wewenang oleh undang-undang untuk
mengadili. Mengadili merupakan serangkaian tindakan hakim untuk menerima, memeriksa, dan
memutuskan perkara hukum berdasarkan asas bebas, jujur dan tidak memihak di sebuah sidang
pengadilan berdasarkan ketentuan perundang-undangan. Dalam upaya menegakkan hukum dan
keadilan serta kebenaran, hakim diberi kekuasaan yang merdeka untuk menyelenggarakan
peradilan.
 Diatur UU no 48 tahun 2009
 Hakim dibagi menjadi 3 :
a. Hakim pada MA, disebut Hakim Agung
b. Hakim pada badan peradilan di bawah MA, yaitu peradilan umum, militer, agama, tata usaha
negara
c. Hakim pada MK, yaitu Hakim Konstitusi
 Perbedaan MA dan MK
ASPEK MA MK
UUD Pasal 24A Pasal 24C
Mengadili Pada tingkat kasasi Pada tingkat pertama dan terakhir
Menguji Peraturan perundangan dibawah UU terhadap UUD
UU terhadap UU
 Karakteristik Kehakiman Setelah Amandemen
Kekuasaan yudikatif dipegang oleh MA dan MK. Setelah amandemen, membentuk lembaga baru
yaitu MK. MK terdiri dari 9 hakim yang dipilih dari unsur pemerintahan, MA, dan DPR.
4. Advokat
 Memberi jasa hukum baik di dalam maupun di luar pengadilan
 UU RI No. 18 Tahun 2003
 Tugas secara khusus :
a. Membuat dan mengajukan gugatan, jawaban, tangkasan dan rangkaian
b. Memberi pembuktian
c. Mendesak segera disidangkan atau diputuskan perkaranya
 Hak :
a. Bebas mengeluarkan pendapat dalam membela perkara yang menjadi tanggung jawabnya
b. Bebas dalam menjalankan tugas profesinya untuk membela perkara yang menjadi tanggung
jawabnya.
c. Tidak dapat dituntut
d. Memperoleh informasi yg berkaitan dengan kepentingan pembelaan klien
e. Berhak atas kerahasiaan hubungannya dengan klien, termasuk perlindungan atas berkas dan
dokumen thd penyitaan
f. Tidak dapat diidentikan dengan kliennya dalam membela perkara klien
 Kewajiban :
a. Dilarang membedakan perlakuan terhadap klien
b. Merahasiakan sesuatu yang diketahui/diperoleh dr klien
c. Dilarang memegang jabatan lain yang bertentangan dari profesinya
d. Advokat yang menjadi pejabat negara tidak melaksanakan tugas profesi advokat selama
memangku jabatan

5. KPK
 Dibentuk tahun 2003 berdasarkan UU RI No. 30 Tahun 2002
 Tugas :
a. Koordinasi dengan instansi yang berwenang melakukan pemberantasan korupsi
b. Supervise terhadap instansi yang berwenang
c. Penyelidikan, penyidikan, dan penuntutan terhadap tindak pidana korupsi
d. Melakukan tindak pencegahan korupsi
 Wewenang :
a. Mengoordinasi penyelidikan, penyidikan, dan penuntutan terhadap tindak pidana korupsi
b. Menetapkan system pelaporan dalam kegiatan pemberantasan
c. Meminta informasi tentang kegiatan pemberantasan korupsi pada instansi terkait
d. Melaksanakan dengan pendapat atau pertemuan dengan instansi yang berwenang
e. Meminta laporan instansi terkait pencegahan tindak pidana korupsi
 Asas – asas :
a. Kepastian hukum
b. Keterbukaan
c. Akuntabilitas
d. Kepentingan umum
e. Proporsionalitas

E. Alur Proses Penanganan Kasus Kriminal

PERAN INDONESIA DALAM PERDAMAIAN DUNIA

A. ASEAN
 Salah satu pendiri ASEAN : Adam Malik
 Penyelenggara KTT ASEAN pertama di Bali
 Menjadi penengah konflik Vietnam dengan Kamboja
 Berpartisipasi di dalam Sea Games
 Pernah menjadi pemimpin ASEAN
 Pernah menjadi pusat kesekretariatan

B. PBB
 Sebagai anggota PBB, Indonesia berhasil menyelenggarakan Konferensi Asia Afrika yang
menghasilkan Dasasila Bandung
 Sebagai anggota PBB, Indonesia menjadi pelopor pencetusan ZOFTAN dan SEANWFZ
 Sebagai anggota PBB, Indonesia menjadi salah satu pemprakarsa berdirinya ASEAN dan Gerakan
Non Blok
 Indonesia telah mengirimkan beberapa kontingen dalam rangka visi perdamaian dunia
 Pada tahun 1971, Indonesia yang diwakili oleh Adam Malik pernah ditunjuk untuk menjadi presiden
di Majelis Umum PBB.
 Indonesia tiga kali terpilih menjadi anggota tetap Dewan Keamanan PBB, yaitu periode tahun 1974
– 1975, periode tahun 1995-1996, dan periode tahun 2007-2008.
 Indonesia pernah terpilih 11 kali sebagai anggota Dewan ekonomi dan sosial PBB, 2 kali ditunjuk
sebagai presiden dari Dewan Ekonomi dan Sosial PBB, serta 3 kali sebagai wakil presiden dari
Dewan tersebut.
 Indonesia juga terpilih sebanyak 3 kali menjadi anggota Dewan Hak Asasi manusia PBB dan satu
kali ditunjuk sebagai wakil presiden dari Dewan tersebut, yaitu periode tahun 2009-2010.
 Pada Tahun 1984, Indonesia mengirimkan Bantuan berupa beras melalui FAO yang ditujukan untuk
Ethiopia yang waktu itu dilanda bencana kelaparan.
 Pada Tahun 1995, Sebagai anggota PBB Indonesia membantu dalam menampung para pengungsi
yang berasal dari Vietnam di pulau Galang

C. KAA
 Mempelopori berdirinya Konferensi Asia Afrika yang pertama pada 1955 : Alisastro Amijoyo
 Menawarkan diri sebagai tempat diselenggarakannya Konferensi Asia Afrika yang pertama pada
1955
 Pada saat ini, bersama-sama berjuang dengan para negara anggota KAA dalam mewujudkan
perdamaian dunia, terutama dalam bidang kebudayaan dan pendidikan.

D. GNB
 Menjadi salah satu perintis dan pemrakarsa Gerakan Non-Blok : Soekarno
 Menjadi tuan rumah Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) Non-Blok Ke-10 pada bulan September
1992.
 Mengupayakan penyelesaian masalah utang luar negeri negara-negara berkembang miskin yang
terpadu, berkesinabungan dan komprehensif.
 Menghidupkan kembali dialog konstruktif Utara-Selatan berdasarkan saling ketergantungan yang
setara, kesamaan kepentingan dan manfaat, serta tanggung jawab bersama.
 Bersama Brunei Darussalam mendirikan Pusat Kerja Sama Teknik Selatan-Selatan Gerakan Non-
Blok.
 Meningkatkan peran GNB untuk menyerukan perdamaian dan keamanan internasional.
 Upaya penanganan isu-isu dan ancaman keamanan global baru.

III. INTEGRASI NASIONAL DAN DEMOKRASI

INTEGRASI NASIONAL

A. Pengertian Integrasi Nasional


 Kata “integrasi” dari bahasa Inggris  integrate = menyatupadukan, menggabungkan,
mempersatukan.
Kata “nasional” dari bahas Inggris  nation = bangsa.
 Secara politis dan antropologis
1. Secara Politis
Penyatuan berbagai kelompok budaya dan sosial dalam kesatuan wilayah nasional yang
membentuk suatu identitas nasional.
2. Secara Antropologis
Proses penyesuaian diantara unsur-unsur kebudayaan yang berbeda sehingga mencapai suatu
keserasian fungsi dalam kehidupan masyarakat.
 Integrasi nasional bangsa Indonesia berarti hasrat dan kesadaran untuk bersatu sebagai suatu
bangsa, menjadi satu kesatuan bangsa secara resmi, dan direalisasikan dalam satu kesepakatan atau
konsensus nasional melalui Sumpah Pemuda pada tanggal 28 Oktober 1928.
B. Syarat Integrasi Nasional
1. Anggota-anggota masyarakat merasa bahwa mereka berhasil saling mengisi kebutuhan-kebutuhan
antara satu dan lainnya
2. Terciptanya kesepakatan (konsensus) bersama mengenai norma-norma dan nilai-nilai sosial yang
dilestarikan dan dijadikan pedoman
3. Norma-norma dan nilai-nilai sosial dijadikan aturan baku dalam melangsungkan proses integrasi
sosial

C. Faktor Pendukung dan Penghambat


 Faktor Pendukung
1. Adanya rasa senasib dan seperjuangan yang diakibatkan oleh faktor sejarah
2. Adanya ideologi nasional yang tercermin dalam simbol negara : Garuda Pancasila dan semboyan
Bhinneka Tunggal Ika
3. Adanya tekad serta keinginan untuk bersatu di kalangan bangsa Indonesia seperti yang
dinyatakan dalam Sumpah Pemuda
4. Adanya ancaman dari luar yang menyebabkan munculnya semangat nasionalisme di kalangan
bangsa Indonesia
5. Penggunaan bahasa Indonesia
6. Adanyat semangat persatuan dan kesatuan dalam bangsa, bahasa, dan tanah air Indonesia
7. Adanya kepribadian dan pandangan hidup kebangsaan yang sama : Pancasila
8. Adanya jiwa dan semangat gotong royong, solidaritas, dan toleransi keagamaan yang kuat
9. Adanya rasa senasib sepenanggungan akibat penderitaan penjajahan
10. Adanya rasa cinta tanah air dan mencintai produk dalam negeri
 Faktor Penghambat
1. Kurangnya penghargaan terhadap kemajemukan yang bersifat heterogen
2. Kurangnya toleransi antargolongan
3. Kurangnya kesadaran dari masyarakat Indonesia terhadap ancaman dan gangguan dari luar
4. Adanya ketidakpuasan terhadap ketimpangan dan ketidakmerataan hasil-hasil pembangunan

ANCAMAN

A. ATHG
1. Ancaman
Usaha yang bersifat mengubah/merombak kebijaksanaan yang dilakukan secara konsepsional melalui
tindak kriminal dan politis.
Macam ancaman dan gangguan pertahanan dan keamanan negara :
a. Dari luar negeri
- Agresi
- Pelanggaran wilayah oleh negara lain
- Spionase (mata-mata)
- Sabotase
- Aksi terror dari jaringan internasional
b. Dari dalam negeri
- Pemberontakan bersenjata
- Konflik horisontal
- Aksi teror
- Sabotase
- Aksi kekerasan yang berbau SARA
- Gerakan separatis (upaya pemisahan diri untuk membuat negara baru)
- Pengrusakan lingkungan
2. Tantangan
Hal atau usaha yang bertujuan untuk menggugah kemampuan.
3. Hambatan
Usaha yang berasal dari diri sendiri yang bersifat atau bertujuan untuk melemahkan atau menghalangi
secara tidak konsepsional.
4. Gangguan
Hal atau usaha yang berasal dari luar yang bersifat atau bertujuan melemahkan atau menghalangi
secara tidak konsepsional.
B. Ancaman dalam Bidang POLEKSOSBUDHANKAM
1. Bidang Sosbud
1. Gaya hidup konsumtif
2. Hedonisme
3. Individualisme
4. Westernisasi
5. Memudarnya semangat gotong royong, solidaritas, kepedulian, dan kesetiakawanan sosial
6. Lunturnya nilai keagamaan
2. Bidang Ekonomi
1. Sistem Free flight liberalism
Sistem persaingan bebas yang saling menghancurkan dan menumbuhkan eksploitasi
masyarakat dan bangsa lain
2. Sistem Etatisme
Negara beserta aparatur negera bersifat dominan dan mematikan potensi dan daya kreasi unit-
unit ekonomi di luar sektor negara
3. Pemusatan kekuatan ekonomi pada suatu kelompok dalam bentuk monopoli yang merugikan
masyarakat dan bertantangan dengan cita-cita keadilan sosial

WAWASAN NUSANTARA

A. Pengertian Wawasan Nusantara


 Secara etimologis, Wawasan Nusantara berasal dari kata “wawasan” dan “Nusantara”.
1. Wawasan berasal dari kata “wawas” (bahasa jawa) yang berarti pandangan, tinjauan dan
penglihatan indrawi. Jadi, wawasan adalah pandangan, tinjauan, penglihatan, tanggap indrawi.
Wawasan berarti pula cara pandang dan cara melihat.
2. Nusantara berasal dari kata “nusa” dan “antara”. “Nusa” artinya pulau atau kesatuan kepulauan.
“Antara” artinya menunjukkan letak antara dua unsur. Jadi, Nusantara adalah kesatuan kepulauan
yang terletak antara dua benua, yaitu benua Asia dan Australia, dan dua samudra, yaitu samudra
Hindia dan Pasifik. Berdasarkan pengertian modern, kata “Nusantara” digunakan sebagai
pengganti nama Indonesia.
 Secara terminologis, wawasan nusantara berarti cara pandang bangsa Indonesia terhadap diri dan
lingkungannya. Wawasan Nusantara sebagai Wawasan Nasional Indonesia pada hakikatnya
merupakan perwujudan dari kepulauan Nusantara sebagai satu kesatuan pertahanan dan keamanan

B. Asas Wawasan Nusantara


1. Kepentingan yang sama
2. Keadilan
3. Kejujuran
4. Solidaritas
5. Kerja sama
6. Kesetiaan

C. Aspek Tri Gatra (Aspek Alamiah)


1. Letak dan Bentuk Geografis
Wilayah Indonesia merupakan suatu kepulauan, terdiri dari daerah air dengan ribuan pulau-pulau di
dalamnya (archipelago kelvar). Kepulauan itu terletak antara Benua Asia dan Benua Australia serta
Samudra Hindia dan Samudra Pasifik. Letak geografis antara dua benua dan samudra yang penting
itu, maka dikatakan bahwa Indonesia mempunyai suatu kedudukan geografis di tengah-tengah jalan
lalu lintas silang dunia. Karena kedudukannya yang strategis itu, dipandang dari tiga segi
kesejahteraan di bidang politik, ekonomi dan sosial budaya, Indonesia telah banyak mengalami
pertemuan dengan pengaruh pihak asing (akulturasi). Indonesia terletak pada 6° LU–11° LS, 95°
BT–141° BT, yang di tengahnya terbentang garis equator sehingga Indonesia mempunyai 2 musim,
yaitu musim hujan dan kemarau.
2. Keadaan dan Kemampuan Penduduk
Adapun faktor penduduk yang mempengaruhi ketahanan nasional adalah sebagai berikut
a. Faktor yang Mempengaruhi Jumlah Penduduk
Jumlah penduduk berubah karena kematian, kelahiran, pendatang baru, dan orang yang
meninggalkan wilayahnya.
b. Faktor yang Mempengaruhi Komposisi Penduduk
Komposisi adalah susunan penduduk menurut umur, kelamin, agama, suku bangsa, tingkat
pendidikan, dan sebagainya. Susunan penduduk itu dipengaruhi oleh mortalitas, fertilitas, dan
migrasi. Fertilitas sangat berpengaruh besar terhadap umur dan jenis penduduk golongan muda
yang dapat menimbulkan persoalan penyediaan fasilitas pendidikan, perluasan lapangan kerja,
dan sebagainya.
c. Faktor yang Mempengaruhi Distribusi Penduduk
Distribusi penduduk yang ideal adalah distribusi yang dapat memenuhi persyaratan
kesejahteraan dan keamanan yaitu penyebaran merata.
3. Kekayaan Alam
Sumber-sumber alam sesungguhnya mempunyai arti yang sangat luas di mana Indonesia terkenal
sebagai negara yang mempunyai sumber-sumber alam yang berlimpah ruah. Sifat unik kekayaan
alam yaitu jumlahnya yang terbatas dan penyebarannya tidak merata. Sehingga menimbulkan
ketergantungan dari dan oleh negara dan bangsa lain.

D. Aspek Pancagatra (Aspek Sosial)


1. Ideologi
Ideologi merupakan konsep yang mendalam mengenai kehidupan yang dicita-citakan dan ingin
diiperjuangkan dalam kehidupan nyata. Dalam strategi pembinaan ideologi ada beberapa prinsip
a. Ideologi harus diaktualisasikan dalam bidang kenegaraan oleh WNI.
b. Ideologi sebagai perekat pemersatu harus ditanamkan pada seluruh WNI.
c. Ideologi harus dijadikan panglima, bukan sebaliknya.
d. Aktualisasi ideologi dikembangkan kearah keterbukaan dan kedinamisan.
e. Ideologi Pancasila mengakui keaneragaman dalam hidup berbangsa dan dijadikan alat untuk
menyejahterakan dan mempersatukan masyarakat.
2. Politik
Politik diartikan sebagai asas, haluan, atau kebijaksanaan yang digunakan untuk mencapai tujuan
dan kekuasaan. Upaya bangsa Indonesia untuk meningkatkan ketahanan di bidang politik adalah
upaya mencari keseimbangan dan keserasian antara keluaran dan masukan berdasarkan Pancasila
yang merupakan pencerminan dari demokrasi Pancasila.
3. Ekonomi
Upaya untuk menciptakan ketahanan ekonomi adalah melalui sistem ekonomi yang diarahkan untuk
kemakmuran rakyat. Ekonomi kerakyatan harus menghindari free fight liberalism, etatisme, dan
tidak dibenarkan adanya monopoli. Struktur ekonomi dimantapkan secara seimbang dan selaras
antarsektor.
4. Sosial Budaya
Sosial budaya dapat diartikan sebagai kondisi dinamika budaya bangsa yang berisi keuletan untuk
mengembangkan kekuatan nasional dalam menghadapi dan mengatasi ancaman, tantangan,
halangan, dan gangguan (ATHG).
5. Pertahanan dan Keamanan
Pertahanan dan keamanan diartikan sebagai kondisi dinamika dalam kehidupan pertahanan dan
keamanan bangsa Indonesia yang berisi keuletan dan ketangguhan yang mengandung kemampuan
mengembangkan kekuatan nasional dalam menghadapi dan mengatasi ATHG

DEMOKRASI PANCASILA

A. Pengertian Demokrasi Pancasila


 Dari bahasa Yunani Kuno : “demos”  rakyat dan “cratos”  pemerintahan
Berarti : pemerintahan rakyat atau rakyat yang berkuasa.
Sistem pemerintahan yang berasal dari rakyat dan mengikutsertakan rakyat dalam pemerintahan
Negara.
 Secara harfiah : demokrasi adalah pemerintahan Negara oleh rakyat atau pemerintah oleh rakyat
untuk rakyat  rakyat memerintah dengan perantara wakilnya dan kemauan rakyat harus ditaati.
 Demokrasi merupakan bentuk pemerintahan politik yang kekuasaan pemerintahannya berasal dari
rakyat, baik langsung maupun melalui perwakilan.
 Diperkenalkan pertama kali oleh Aristoteles sebagai bentuk pemerintahan yang menggariskan
bahwa kekuasaan berada di tangan rakyat.
 Menurut Abraham Lincoln
Pemerintah dari rakyat, oleh rakyat, dan untuk rakyat.
Dari rakyat : dipilih oleh rakyat atas dasar mandat dari rakyat
Oleh rakyat : pemerintahan yang dijalankan oleh rakyat dan diawasi oleh rakyat
Untuk rakyat : pemerintah menjalankan kebijakan untuk kepentingan rakyat
B. Dasar Hukum Demokrasi Pancasila
1. Pancasila sila ke-4
2. UUD 1945 alinea 4 dan batang tubuh pasal 1 ayat 2
3. Tap MPR RI No. XII/MPR/1998 : tentang pembahasan masa jabatan presiden dan wakil presiden
4. Undang-undang
a. UU No. 9 Tahun 1998 : kemerdekaan menyampaikan pendapat
b. UU No. 2 Tahun 2011 : partai politik
c. UU No. 15 Tahun 2011 : penyelenggara pemilihan umum
d. UU No. 17 Tahun 2014 : MPR, DPR, DPD, DPRD

C. Dinamika Demokrasi Pancasila


1. Demokrasi Masa Revolusi  demokrasi Parlementer
Berlaku h+1 bulan kemerdekaan Indonesia. Tahun 1945-1950 masih menghadapi Belanda yang
kembali ke Indonesia. Masih terdapat sentralisasi kekuasaan. Terlihat dalam pasal 4 aturan peralihan
UUD 1945 : sebelum MPR, DPR, DPA dibentuk, segala kekuasaan dijalankan oleh presiden dibantu
oleh KNIP
Maklumat :
a. Maklumat Wakil Presiden No. X tanggal 16 Oktober 1945
KNIP berubah menjadi lembaga legislatif
b. Maklumat Pemerintah tanggal 3 November 1945
Pembentukan partai politik
c. Maklumat Pemerintah tanggal 14 November 1945
Perubahan sistem pemerintahan presidensil menjadi parlementer

2. Demokrasi Masa Orde Lama


a. Masa Demokrasi Liberal (1950-1959) = demokrasi parlementer
Pemerintah berdasarkan UUD 1950 pengganti KRIS 1949
Peranan parlemen, akuntabilitas politik sangat tinggi, dan berkembangnya parpol.
Ciri-ciri demokrasi liberal :
1) Presiden dan wakil presiden tidak dapat diganggu gugat
2) Menteri bertanggung jawab atas kebijakan pemerintah
3) Presiden bisa dan berhak membubarkan DPR
4) Perdana menteri diangkat oleh presiden
Daftar kabinet :
1) Kabinet Natsir  September 1950-Maret 1951
2) Kabinet Sukiman  April 1951-April1 952
3) Kabinet Wilopo  April 1952-Juni 1953
4) Kabinet Ali Sastroamidjoyo 1  Juli 1953-Agustus 1955
5) Kabinet Burhanuddin Harahap  Agustus 1955-Maret 1956
Penyebab praktik demokrasi gagal :
1) Dominannya parpol
2) Landasan sosial ekonomi yang masih lemah
3) Tidak mampunya konstituante bersidang untuk mengganti UUDS
Isi Dekrit Presiden 5 Juli 1959 :
1) Bubarkan konstituante
2) Kembali ke UUD 1945 dan tidak berlakunya UUDS 1950
3) Pembentukan MPRS dan DPAS

b. Masa Demokrasi Terpimpin (1959-1966)


Demokrasi yang seluruh keputusan dan pemikiran berpusat pada pemimpinnya saja.
Menurut Tap MPRS No. VII/MPRS/1965 : kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan
dalam permusyawaratan/perwakilan yang berintikan musyawarah mufakat secara gotong royong di
antara semua kekuatan nasional yang progresif revolusioner dengan berporoskan nasakom.
Ciri-ciri demokrasi terpimpin :
1) Tingginya dominasi presiden
2) Terbatasnya peran parpol
3) Berkembangnya pengaruh PKI
Latar belakang dicetuskannya sistem demokrasi terpimpin oleh Soekarno :
1) Segi keamanan : banyaknya gerakan separatis pada masa demokrasi liberal, tidak stabil
2) Segi ekonomi : sering terjadinya pergantian kabinet pada masa demokrasi liberal menyebabkan
program yang dirancang kabinet tidak dapat dijalankan secara utuh, pembangunan ekonomi
tersendat
3) Segi politik : konstituante gagal menyusun UUD baru untuk mengganti UUDS 1950
Penyimpangan pada masa demokrasi terpimpin :
1) Jaminan HAM lemah
2) Terjadi sentralisasi kekuasaan
3) Terbatasnya peranan pers
4) Sistem kepartaian tidak jelas dan banyak pemimpin partai dipenjarakan
5) Peranan parlemen lemah akhirnya dibubarkan dan dibentuk DPRGR
6) Kebijakan politik luar negeri memihak RRT yang memicu terjadinya pemberontakan G 30
September 1965 oleh PKI

3. Demokrasi Masa Orde Baru (1966-1998)


Ditandai dengan keluarnya Surat Perintah 11 Maret 1966
Melaksanakan Pancasila dan UUD 1945 secara murni dan konsekuen
Memberi harapan baru pada rakyat melalui Pelita I-V
Menyelenggarakan pemilu 1971, 1977, 1982, 1987, 1992,1997
Ciri-ciri demokrasi Pancasila pada masa Orde Baru :
a. Adanya partai penguasa
b. Keputusan politik mutlak di tangan presiden
c. Diberlakukannya asas tunggal Pancasila
d. Dominasi militer dalam pemerintahan (dwi fungsi ABRI)
e. Pembatasan hal politik rakyat
Terjadi ketidakpuasan masyarakat akibat kepemimpinan yang bersifat sentralistik dan tidak
memperhatikan kepentingan, kemakmuran, kesejahteraan penduduknya
Pelaksanaan demokrasi Pancasila pada masa Orde Baru :
a. Masih belum sesuai dengan jiwa dan semangat ciri-ciri umum
b. Banyak terjadi manipulasi politik dan KKN yang telah membudaya
Alasan demokrasi tersebut gagal :
a. Tidak adanya rotasi kekuasaan eksekutif
b. Rekrutmen politik yang tertutup
c. Pengakuan HAM yang terbatas
d. Tumbuhnya KKN yang merajalela
e. Pemilu yang jauh dari semangat dan demokratis
Penyimpangan-penyimpangan dari cita-cita Pancasila dan UUD 1945 :
a. Pemusatan kekuasaan di tangan presiden
b. Pembatasan hak-hak politik rakyat
c. Pemilu yang tidak demokratis, aparat birokrasi dan militer melakukan cara untuk memenangkan
Golkar
d. Pembentukan lembaga ekstrakonstitusional, misal KOPKAMTIB (Komando Pengendalian
Keamanan dan Ketertiban)
e. KKB merajalela dan rakyat sengsara sehingga menjerumuskan rakyat ke dalam krisis
multidimensi berkepanjangan

4. Demokrasi Masa Reformasi-Sekarang


Lahir setelah Soeharto mengundurkan diri sejak 21 Mei 1998, digantikan oleh B. J. Habibie.
Menurut Riswanda Imawan, reformasi adalah gerkaan memformat ulang, menata ulang hal yang
menyimpang untuk dikembalikan pada bentuk semula sesuai nilai-nilai ideal yang dicita-citakannya
oleh rakyat
4 faktor kunci sukses/gagalnya transisi demokrasi :
a. Komposisi elit politik
b. Desain institusi politik
c. Kultur politik/perubahan sikap terhadap politik di kalangan elit dan non elit
d. Peran civil society (masyarakat madani)
Harapan lain : peran civil society untuk mengurangi polaritas politik dan menciptakan kultur
toleransi, transaksi demokrasi selalui dimulai dengan jatuhnya pemerintahan otoriter
Panjang pendeknya transisi tergantung pada kemampuan rezim demokrasi baru mengatasi problem
tradisional yang menghadang
Ciri-ciri umum : sama seperti demokrasi Pancasila. Hal-hal yang lebih ditekankan :
a. Penegakan kedaulatan rakyat dengan memberdayakan pengawasan sebagai lembaga negara,
politik, dan kemasyarakatan
b. Pembagian secara tegas wewenang antara legislatif, eksekutif, yudikatif
c. Penghormatan kepada keberadaan asas, ciri aspirasi, dan program parpol yang multipartai
Peraturan perundang-undangan :
a. Tap MPR RI No. X/MPR/1998 : pokok-pokok reformasi
b. Tap MPR RI No. VII/MPR/1998 : pencabutan Tap MPR tentang referendum
c. Tap MPR RI No. XI/MPR/1998 : penyelenggaraan negara yang bebas dari KKN
d. Tap MPR RI No. XIII/MPR/1998 : pembatasan masa jabatan presiden dan wakil presiden
e. Amandemen UUD 1945 sampai amandemen I-IV

TAMBAHAN
 DEMOKRASI LIBERAL
1. Menganut paham demokrasi
2. Memiliki lembaga perwakilan rakyat
3. Kekuasaan tidak berpusat pada satu titik
4. Tidak menganut sistem presidensial (menganut sistem parlementer)
5. Keputusan berdasarkan suara mayoritas
6. Adanya pemilu
7. Banyak partai politik
 DEMOKRASI TERPIMPIN
1. Adanya perwakilan rakyat dan sistem pemerintahan presidensial
2. Kedudukan presiden sebagai kepala pemerintahan dan kepala negara
3. Kekuasaan presiden tidak tertabas
4. Dibentuknya poros Nasakom
5. Penyederhanaan partai utk memudahkan dan memperkecil pengaruh antar kelompok
6. Peran ABRI dalam politik
 DEMOKRASI PANCASILA ORBA
1. Pemerintahan presidensial
2. Penyederhaan partai dan pelaksanaan pemilu
3. Adanya lembaga negara
4. Pelaksanaan daerah otonomi
 DEMOKRASI PANCASILA REFORMASI
1. Pemilu langsung
2. Amandemen UUD 1945
3. Pengembalian tugas ABRI dalam hal keamanan dan pertahanan

IPTEK

A. DAMPAK POSITIF
 Politik
Adanya keterbukaan → mencegah KKN → pemerintahan demokratis → meningkatkan kualitas dan
kuantitas pastisipasi politik rakyat dalam penentuan kebijakan publik
 Ekonomi
1. Meningkatkan investasi asing
2. Terbukanya pasar internasional
3. Meningkatkan kesempatan kerja dan devisa negara
4. Meningkatkan kemakmuran
5. Menyediakan dana tambahan untuk pembangunan ekonomi
 Sosial budaya
Berbagi informasi mengenai tata nilai sosial budaya, cara hidup, pola pikir yang baik, etos kerja, dll
 Hukum, pertahanan, dan keamanan
1. Menguatkan supremasi hukum
2. Menguatkan regulasi hukum utk kepentingan rakyat banyak
3. Menguatnya tuntutan profesionalisme para penegak hukum
 Informasi dan Komunikasi
1. Cepat mendapat informasi terbaru
2. Dapat berkomunikasi jarak jauh
3. Layanan bank online
 Pendidikan
1. Munculnya media massa sebagai sumber ilmu
2. Fotocopy soal ujian
3. Sistem belajar tidak harus tatap muka
4. Mudah mengolah data dengan program
B. DAMPAK NEGATIF
 Politik
1. Terganggunya stabilitas politik nasional karena tuntutan masyarakat akan kebebasan (liberalime)
2. Munculnya gerakan radikal dan terorisme
 Ekonomi
1. Terdesaknya barang lokal karena kalah saing
2. Perekonomian negara akan dikuasai oleh pihak asing
3. Kesenjangan sosial
4. Pemerintah hanya sebagai regulator pengaturan ekonomi yg mekanismenya ditentukan oleh pasar
5. Sektor ekonomi rakyat yang diberikan subsidi berkurang
 Sosial budaya
1. Gaya hidup konsumtif
2. Hedonisme
3. Individualisme
4. Westernisasi
5. Memudarnya semangat gotong royong, solidaritas, kepedulian, dan kesetiakawanan sosial
6. Lunturnya nilai keagamaan
 Hukum, pertahanan, dan keamanan
1. Tindakan anarkis dapat mengganggu stabilitas dan ketahanan nasional, pesatuan dan kesatuan
bangsa
2. Peran masyarakat dalam menjaga keamanan, dan kedaulatan negara semakin berkurang
 Informasi dan Komunikasi
1. Banyak cyber crima
2. Situs tertentu disalahgunakan
3. Kerahasiaan alat tes terancam
4. Komputer terserang virus
 Pendidikan
1. Siswa malas belajar karena jejaring sosial
2. Copy paste tugas
3. Beredar bocoran soal

DINAMIKA PERSATUAN DAN KESATUAN BANGSA

A. Hakikat NKRI
 Menurut CF Strong
Negara kesatuan adalah bentuk negara di mana wewenang legislaif tertinggi dipusatkan dalam suatu
badan legislatif nasional. Kekuasaan untuk mengatur daerahnya di tangan pusat. Pemerintah pusat
memegang kedaulatan ke dalam dan ke luar. Dalam negara kesatuan hanya ada 1 konstitusi, 1
kepala negara, 1 mentri, dan 1 parlemen.
 Pasal 1 ayat 1 : Negara Indonesia ialah negara kesatuan yang berbentuk republik.

B. Persatuan dan Kesatuan dari Masa ke Masa


ASPEK Kemerdekaan RIS Liberal Orla Orba Reformasi
Waktu 18 Ags 45 – 27 Des 49 – 17 Ags 50 – 5 Juli 59 – 11 11 Mar 66 – 21 Mei 98 –
27 Des 49 17 Ags 1950 5 Juli 59 Mar 66 21 Mei 98 Sekarang
Bentuk Kesatuan Serikat / Kesatuan Kesatuan Kesatuan Kesatuan
negara federal
Bentuk Republik Republik Republik Republik Republik Republik
pem
Sistem 1 Presidensil, Parlementer Parlementer Presidensiil Presidensiil Presidensiil
pem 2 parlementer kabinet semu
Presiden Kep.pem dan Kep.pem dan Kep.negara Kep pem dan Kep pem dan Kep pem dan
kep.negara, kep.negara kep neg kep neg kep neg
Kep. neg
UUD UUD 45 UUDS UUDS UUD 45 UUD 45 UUD 45
Pembe- PKI Madiun APRA DII TII Nasakom OPM
rontakan DI TII JBar Andi Aziz Sulsel, aceh, GAM
RMS kalsel
PRRI
Permesta
TAMBAHAN : PERBEDAAN NEGARA FEDERASI DAN KESATUAN
FEDERASI KESATUAN
sebagian besar kekuasaan kecuali kekuasaan yang sistem pemerintahan berada di tempat sentral dan
terkait dengan urusan internasional didelegasikan pemerintah pusat memiliki wewenang untuk
kepada pemerintah daerah membuat semua keputusan
pemerintah daerah, wilayah, konstituen negara tidak memiliki bentuk pemerintahan yang
bagian atau provinsi dapat menikmati beberapa demokratis karena kekuatan pengambilan keputusan
kekuasaan mengenai pengaturan dan pengambilan di tempat sentral
keputusan di wilayah masing-masing
ada dua pemerintah, satu di posisi sentral dan hanya memiliki satu pemerintahan
lainnya di tingkat negara bagian atau provinsi dan
contoh organisasi pemerintahan
harus memiliki sebuah konstitusi mungkin tidak memiliki konstitusi
Jika terjadi perselisihan antar institusi di pengadilan tertinggi pun tidak dapat memberikan
pemerintahan negara federal atau undang-undang penghakiman atau ucapan pada undang-undang atau
yang disahkan oleh parlemen, pengadilan akan ikut undang-undang yang disahkan oleh parlemen
campur dalam masalah tersebut
ada hirarki kekuasaan dari tingkat federal sampai kekuasaan dan otoritas dibagi dengan pemerintah
tingkat negara bagian dan lokal tingkat bawah bila diperlukan
ada variasi peraturan dan peraturan di tingkat pusat Ada seperangkat peraturan dan peraturan yang sama
dan negara bagian di seluruh negeri
pemerintah pusat dan pemerintah dan negara hanya ada satu ban nasional pemerintah
merdeka dapat membentuk sebuah kesepakatan atau
kesepakatan untuk beroperasi bersama-sama
kebangsaan seseorang bergantung pada komponen rakyat tetap menjadi warga pemerintah pusat dan
negara dari tempat seseorang berada wilayah juga dianggap sebagai wilayah
pemerintahan nasional tunggal
bentuk pemerintahan demokratis yang percaya pada ada konsep sentralisasi kekuasaan dan wewenang
desentralisasi kekuasaan dan otoritas dan dan tidak ada pilihan dan kebebasan berekspresi
memberikan lebih banyak kebebasan kepada rakyat untuk rakyat
Dalam kasus darurat di mana keputusan yang tepat Dalam kasus darurat di mana keputusan yang tepat
waktu diperlukan, pemerintah negara kesatuan lebih waktu diperlukan, pemerintah negara kesatuan lebih
responsif dibandingkan dengan pemerintah negara responsif dibandingkan dengan pemerintah negara
federal yang lebih percaya pada formalitas dan aspek federal yang lebih percaya pada formalitas dan aspek
hukumnya hukumnya
membutuhkan lebih banyak anggaran untuk dijaga ada rantai komando yang sangat sempit, sehingga
dengan benar karena jumlah orang akan diminta biaya anggaran untuk mengelola kantor publik tetap
memilih jabatan publik rendah secara signifikan ciri-ciri negara monarki dan
republik

IV. PENYELENGGARAAN NEGARA DAN PEMERINTAHAN

SISTEM KETATANEGARAAN
DINAMIKA PENGELOLAAN KEKUASAAN NEGARA

A. Kekukasaan Membentuk Undang-Undang


 Kekuasaan membentuk undang-undang disebut juga kekuasaan legislatif.
 Sebelum amandemen, kekuasaan tersebut dipegang oleh Presiden, DPR hanya memberikan
persetujuan saja. Hal tersebut ditegaskan oleh ketentuan Pasal 5 Ayat 1.
 Setelah amandemen, DPR secara tegas dinyatakan sebagai pemegang kekuasaan untuk membentuk
undang-undang. Hal tersebut diatur dalam Pasal 20 Ayat 1
 Legislatif : MPR, DPR, DPD

B. Kekuasaan Pemerintahan Negara


 Kekuasaan pemerintahan negara disebut juga kekuasaan eksekutif. Kekuasaan ini dipegang oleh
Presiden.
 Sebelum amandemen, Presiden selain memegang kekuasaan eksekutif, juga memegang kekuasaan
legislatif dan yudikatif.
 Setelah amandemen, presiden tidak lagi berkedudukan sebagai pemegang kekuasaan membentuk
undang-undang, tidak lagi berwenang untuk mengangkat anggota MPR dari utusan golongan,
utusan daerah maupun unsur TNI, dan presiden mesti memperhatikan pertimbangan DPR ketika
akan memberikan amnesti dan abolisi, dan memperhatikan pertimbanhan MA ketika memberi grasi
dan rehabilitasi.

C. Kekuasaan Kehakiman
 Kekuasaan kehakiman disebut juga kekuasaan yudikatif.
 Sebelum amandemen, kekuasaan kehakiman dijalankan oleh Mahkamah Agung beserta lembaga
peradilan yang ada di bawahnya. Hal ini ditegaskan dalam Pasal 24 ayat 1
 Setelah amandemen, kekuasaan kehakiman dipegang oleh Mahkamah Agung dan Mahkamah
Konstitusi. Sesuai pasal 24 Ayat 2

PENYELENGGARAAN PEMERINTAH PUSAT DAN DAERAH

A. Pemerintah Pusat dan Daerah


 Pemerintah Pusat dalam UU nomor 32 tahun 2004 adalah penyelenggara pemerintah NKRI di pusat,
yang dipimpin oleh Presiden dan Wakil Presiden dan dibantu oleh para menteri.
 Lembaga legislatif : MPR, DPR, DPD

B. Pemerintah Daerah
 Menurut dasar-dasar hukum otonom dalam UUD 1945 dan diperkuat UU Nomor 32 tahun 2004,
Pemerintah Daerah adalah organisasi pemerintah yang menyelenggarakan urusan pemerintah di
daerah menurut asas otonomi seluas-luasnya dan asas perbantuan dalam sistem NKRI.
 Pasal 18 Ayat(1) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945
menyatakan bahwa Negara Kesatuan Republik Indonesia dibagi atas daerah-daerah provinsidan
daerah provinsi itu dibagi atas kabupaten dan kota, yang tiap-tiap provinsi,kabupaten dan kota itu
mempunyai pemerintahan daerah, yang diatur dengan undang-undang.
 Penyelenggara Pemerintahan Daerah adalah gubernur, bupati, walikota, dan perangkat lainnya.
 Lembaga legislatif : DPRD I Provinsi, DPRD II Kab/kota

C. Sistem Pelaksanaan NKRI


1. Sentralisasi
 Sentralisasi adalah penyerahan kekuasaan serta wewenang pemerintahan sepenuhnya kepada
pemerintah pusat. Kewenangan yang dimaksud adalah kewenangan politik dan kewenangan
administrasi. Semua hal diatur dan diurus oleh pemerintah pusat, sedangkan daerah hanya
menjalankan perintah dari pusat.
 Kelebihan
1. Perbaikan koordinasi, koordinasi menjadi lebih mudah karena adanya unity of command.
2. Pemusatan expertise (keahlian), keahlian dari anggota organisasi bisa dimanfaatkan secara
maksimal karena pimpinan bisa memberi wewenang.
3. Kebijakan umum organisasi lebih mudah diimplementasikan terhadap keseluruhan.
4. Menghasilkan strategi yang konsisten dalam organisasi.
5. Mencegah sub-sub unit menjadi independen.
6. Memudahkan koordinasi dan kendali manajerial
 Kelemahan
1. Penurunan kecepatan untuk merespon perubahan lingkungan. Organisasi sangat bergantung
pada daya respon sekelompok orang saja.
2. Kualitas manusia yang robotic, tanpa kreativitas dan inisiatif.
3. Melahirkan suatu pemerintah yang otoriter sehingga tidak mengakui akan hak-hak daerah.
4. Kekayaan nasional, kekayaan daerah telah dieksploitasi untuk kepentingan segelintir elite
politik.
5. Mematikan kemampuan ber-inovasi yang tidak sesuai dengan pengembangan suatu
masyarakat demokrasi terbuka.

2. Desentralisasi
 Desentralisasi adalah penyerahan wewenang dari pusat kepada daerah untuk mengatur rumah
tangganya sendiri. Otonomi daerah merupakan penerapan asas desentralisasi, yaitu pusat
memberikan sebagian kewenangan kepada daerah otonom (provinsi dan kab kota), kecuali
kewenangan politik LN, agama, yustisi, hankam, moneter dan fiskal
 Ciri-ciri
1. Penyerahan wewenang untuk melaksanakan fungsi pemerintahan tertentu dari pemerintah
pusat kepada daerah otonom.
2. Fungsi yang diserahkan dapat dirinci atau merupakan fungsi yang tersisa (residual function).
3. Penerima wewenang adalah daerah otonom.
4. Tujuan Penyelenggaraan Desentralisasi
5. Pada dasarnya tujuan penyelenggaraan desentralisasi antara lain :
6. Peningkatan efisiensi dan efektivitas penyelenggaraan pemerintahan.
7. Wahana pendidikan politik masyarakat di daerah.
8. Memelihara keutuhan negara kesatuan atau integrasi nasional.
 Kelebihan
1. Memberi peluang untuk memanfaatkan potensi daerah secara optimal.
2. Mempunyai keterampilan interpersonal yang layak.
3. Mengurangi biaya akibat alur birokrasi yang panjang sehingga bisa meningkatkan efisiensi.
4. Melahirkan manusia yang mempunyai kebebasan berpikir
5. Bisa memecahkan masalah secara mandiri, serta bekerja dan hidup di kelompok kreatif yang
inisiatif dan empati.
 Kelemahan
1. Susah diamati oleh pemerintah pusat.
2. Pembatasan rinci kewenangan antara pemerintah pusat, provinsi, dan daerah kurang jelas.
3. Kemampuan keuangan daerah terbatas.
4. Sumber daya manusia dan Kapasitas manajemen daerah yang belum memadai.
5. Pemerintah pusat secara psikologis kurang siap untuk kehilangan otoritasnya.

3. Dekonsentrasi
 Dekonsentrasi adalah pelimpahan wewenang administrasi dari pemerintah pusat kepada pejabat
di daerah. Pelimpahan wewenang yangdimaksud adalah hanya sebatas wewenang administrasi,
untuk wewenang politik tetap dipegang oleh pemerintah pusat. Bisa dikatakan dekonsentrasi
adalah perpaduan antara sentralisasi dan desentralisasi.

Anda mungkin juga menyukai